(0.19927104761905) | (Kej 10:1) | (jerusalem) Bab 10 berupa silsilah menyajikan sebuah daftar bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa itu tidak dikelompokkan menurut rumpunnya, tetapi lebih-lebih sesuai dengan hubungan-hubungan historisnya di wilayah tempat tinggalnya: Keturunan Yafet mendiami Asia kecil dan pulau-pulau di laut Tengah; keturunan Ham mendiami daerah di bagian selatan Mesir: Mesir, Etiopia dan Arabia; Kanaan dikelompokkan bersama Mesir, oleh karena Mesir pernah menguasai negeri Kanaan. Antara kedua kelompok tsb disisipkan keturunan Sem, yaitu penduduk Elam, bangsa Asyur, bangsa Aram dan nenek moyang bangsa Israel. Daftar itu berasal dari tradisi Para Imam, kecuali beberapa bagian yang berasal dari tradisi Yahwista, Kej 10:18-19,21,24-30. Bagian-bagian itu sedikit banyak merubah daftar asli. Daftar itu merupakan semacam ikhtisar pengetahuan yang dapat ada pada orang Israel tentang dunia pada abad kedelapan atau ketujuh seb. Mas. Ia menegakkan bahwa umat manusia adalah satu oleh karena mempunyai moyang yang sama, walaupun terbagi atas beberapa kelompok. Penyebaran umat manusia dalam Kej 10:32 dianggap pelaksanaan berkat yang tercantum dalam Kej 9:1. Sebaliknya, cerita tentang menara Babel yang berasal dari tradisi Yahwista, Kej 11:1-9, menganggap penyebaran umat manusia itu sebagai akibat kedurhakaannya. Kedua pendekatan itu saling melengkapi, sebab dalam sejarah umat manusia berpengaruh baik kekuasaan Allah maupun kejahatan manusia. |
(0.19927104761905) | (Kej 17:1) | (jerusalem) Ini sebuah ceritera lain mengenai perjanjian. Berasal dari tradisi Para Imam dan agak berbeda dengan kisah yang tercantum dalam bab 15 yang berasal dari tradisi Yahwista. Perjanjian ini meneguhkan janji-janji yang sama, tetapi kali ini disebabkan pada manusia kewajiban untuk mengusahakan kesempurnaan akhlak, Kej 17:1, ikatan keagamaan dengan Allah, Kej 17:7,19, dan sebuah perintah positip, yaitu sunat. Bdk kisah mengenai perjanjian dengan Nuh, Kej 9:9+, yang berasal dari tradisi yang sama. |
(0.19927104761905) | (Kej 19:1) | (jerusalem) Kisah ini berhubungan erat dengan bab 18, di mana sudah disiapkan, Kej 18:16-32. Di sinipun asal-usul rahasia. Kedua malaikat itu, Kej 19:1, ialah kedua "orang" yang berpisah dengan Tuhan, Kej 18:22, setelah "tiga orang" bertamu kepada Abraham, Kej 18:2. Tetapi sepanjang bab 19 ini kedua orang tsb tetapi disebut "orang" saja dan bukan malaikat. Mereka berbicara atau dibicarakan sekali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk jamak, sebagai wakil Tuhan yang sendiri tidak tampil ke muka. Mulai dengan nas tua ini Kitab Suci menekankan ciri moril agama Israel dan kuasa Tuhan yang merangkum dunia semesta. Ajaran cerita yang mengerikan ini kerap kali dikemukakan, lih khususnya Ula 29:23; Yes 1:9; 13:19; Yer 49:18; 50:40; Ams 4:11; Wis 10:6-7; Mat 10:15; 11:23-24; Luk 17:28 dst; 2Pe 2:6; Yud 7. |
(0.19927104761905) | (Kej 49:1) | (jerusalem) Biasanya bab 49 ini diberi berjudul: Berkat-berkat Yakub, tetapi sebenarnya bab ini berisikan sejumlah nubuat, bdk Kej 48:1. Bapa leluhur menyingkapkan - dan dengan perkataannya menentukan - nasib anak-anaknya, yaitu suku-suku yang disebut dengan nama anak-anaknya di masa mendatang. Nubuat-nubuat ini pasti menyinggung peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman para bapa bangsa (Ruben, Simeon, Lewi), tetapi menggambarkan keadaan di zaman kemudian. Kedudukan istimewa Yehuda dan penghormatan terhadap keluarga Yusuf (suku Efraim dan Manasye) menunjukkan zaman kemudian ketika suku-suku tsb bersama-sama memainkan peranan utama dalam kehidupan bangsa Israel. Sajak ini dalam bentuknya yang sekarang paling lambat disusun di zaman pemerintahan Daud, tetapi sejumlah besar unsurnya berasal dari zaman sebelum Israel mengenal jabatan raja. Sajak ini tidak dapat secara pasti dihubungkan dengan salah satu dari ketiga tradisi besar yang menjadi sumber seluruh kitab Kejadian. Sajak ini di zaman agak belakangan disisipkan ke dalam kitab Kejadian. Baiklah Kejadian 49 dibandingkan dengan gambaran suku-suku Israel yang disajikan dalam Nyanyian Debora, Hak 5, yang lebih tua usianya dari pada sajak ini, dan dengan gambaran yang disajikan Berkat Musa, Ula 33, yang secara menyeluruh lebih muda usianya. Di banyak tempat naskah Kej 49 rusak sama sekali. |
(0.19927104761905) | (Kel 2:18) | (jerusalem: Rehuel) Nas-nas Kitab Suci tidak sepakat mengenai nama mentua Musa. Di sini ia bernama Rehuel dan dikatakan imam di Midian. Tetapi dalam Kel 3:1; 4:18; 18:1 mentua Musa bernama Yitro. Dalam Bil 10:29 ia disebut Hobab bin Yitro. Dalam Bil 10:29 ia disebut Hobab bin Rehuel, orang Midian, sedangkan dalam Hak 1:16; 4:11 disebut Hobab orang Keni. Orang dapat menganggap nama Rehuel dalam Kel 2:17 sebagai suatu usaha untuk menyesuaikan dua tradisi satu sama lain, yaitu tradisi yang berkata tentang perkawinan Musa dengan perempuan Midian dan tradisi yang berkata tentang perkawinannya dengan perempuan Keni. Tetapi sebaik-baiknya kedua tradisi tsb dianggap sebagai dua tradisi sejalan yang tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tradisi pertama, yaitu tradisi Yahwista, berasal dari Palestina selatan dan di dalamnya terungkap adanya hubungan baik antara suku Yehuda dan orang Keni. Menurut tradisi inipun Musa kawin dengan perempuan asing. Tradisi kedua, yaitu tradisi Elohista, terkait pada keluaran orang Israel dari Mesir dan tradisi inilah yang mempunyai nilai historis. |
(0.19927104761905) | (Kel 28:6) | (jerusalem: Baju efod) Dalam Alkitab disebut tiga macam efod yang berbeda sekali: 1. Ada sebuah efod yang sebagai alat peramal dan penenung dipakai untuk menanyakan Tuhan, 1Sa 2:28+; 1Sa 2. ada efod dari kain lenan yang dipakai para petugas ibadat, 1Sa 2:18+; 1Sa 3. ada efod bagi Imam besar. Ia berupa baju dada yang dililiti sabuk di bagian bawah dan bergantung pada dua slendang. Pada baju dada tsb dipasang "penutup dada pernyataan keputusan", Kel 27:15 dst, dan di dalamnya ada batu undi suci, yaitu Urim dan Tumim, Kel 28:30; Ima 8:7-8; bdk 1Sa 14:41+. Melalui penutup dada itu efod imam besar berdekatan dengan efod sebagai alat penenung, sedangkan nama "efod" mengingatkan pakaian imam dahulu. Tetapi pakaian imam besar seperti digambarkan di sini baru mulai dipakai habis masa pembuangan, sedangkan tentang efod sebagai alat penenung dan undi suci tidak ada berita lagi habis masa raja Daud. Bdk Hak 8:27+. |
(0.19927104761905) | (Bil 33:1) | (jerusalem) Bab ini berasal dari kalangan Para Imam, tetapi baru kemudian ditambahkan pada tradisi Para Imam yang lebih tua usianya. Dalam menyusun bab ini penggubah memanfaatkan berbagai keterangan yang ditemukan dalam Keluaran, Bilangan dan Ulangan. Tetapi separuh lebih dari nama-nama yang disajikan di sini adalah nama baru dan berasal dari sumber-sumber lain dari kitab-kitab tsb. Perjalanan dari gunung Sinai sampai ke Ezion-Geber, seperti digariskan dalam Bil 33:16-35, menggunakan sebuah daftar tempat-tempat persinggahan yang semua terletak di bagian barat laut negeri Arabia. Karena itu ada orang yang berpendapat bahwa gunung Sinai terletak di daerah itu, bdk Kel 19:2+. Bil 33:41-49 memakai sebuah daftar tempat-tempat persinggahan lain. Menurut daftar ini perjalanan Israel langsung dari Kadesy ke utara, ke anak sungai Arnon. Tetapi perjalanan semacam itu tidak mungkin disesuaikan dengan keterangan-keterangan yang ditemukan dalam sumber-sumber lain (perjalanan melalui Ezion-Eber, di luar wilayah bangsa Moab dan Edom), bdk Bil 14:25; 20:14,22; Ula 2:1-25. |
(0.19927104761905) | (Ul 1:5) | (jerusalem: katanya) Wejangan Musa yang pertama, Ula 1:6-4:40, ini meringkaskan sejarah umat Israel mulai dengan waktu tinggal pada gunung Sinai sampai tibanya di gunung Pisga di tepi sungai Yordan. Ringkasan itu disusul sebuah seruan supaya umat menepati perjanjian serta seluruh syaratnya. Bagian terakhir itupun memberitahukan pembuangan umat kelak sebagai hukuman atas ketidaksetiaan umat pada perjanjian. Tetapi ia juga berkata tentang kembalinya umat dari pembuangan. Jelaslah bagian ini ditambahkan waktu kitab Ulangan untuk kedua kalinya diterbitkan di masa pembuangan. Wejangan Musa ini mengambil sebagian bahannya dari tradisi Yahwista dan terutama dari tradisi Elohista, sebagaimana termaktub dalam Keluaran dan Bilangan. Tetapi Ulangan memilih bagian-bagian yang dianggap sesuai lalu menyadurnya dengan titik pandangan yang berbeda. Khususnya wejangan Musa ini menekankan penyelenggaraan Allah dan kepilihan Israel. Pikiran pokok ialah: Pemberian Tanah Suci yang dijanjikan Tuhan. Bab 1-3 berupa semacam pendahuluan dan mempunyai ciri historis, khususnya Ula 1:19 dst, dan pikiran pokok tsb terutama dalam bagian historis ini menonjol. Bab 1-3 itupun boleh dianggap pengantar untuk "Kitab Sejarah Ulangan" yang merangkap juga kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Sejarah itu berakhir dengan berita bahwa umat Israel kehilangan Tanah Suci yang dianugerahkan kepadanya. |
(0.19927104761905) | (Yos 1:1) |
(jerusalem) KITAB-KITAB YOSUA, HAKIM-HAKIM RUT, SAMUEL, DAN RAJA-RAJA PENGANTAR Dalam Alkitab Ibrani kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja di sebut "Nabi-nabi terdahulu" untuk membedakan kitab-kitab itu dengan "Nabi-nabi kemudian", ialah Yesaya, Yeremia. Yehezkiel dan kedua belas nabi kecil. Sebutan "Nabi-nabi terdahulu" itu berdasarkan suatu tradisi yang berkata, bahwa kitab- kitab itu digabungkan oleh beberapa nabi. Menurut tradisi itu Yosualah yang menggubah kitabnya, sedangkan kitab Hakim-hakim dan Samuel dikarang oleh nabi Samuel dan kitab Raja-raja oleh nabi Yeremia. Sebutan "Nabi-nabi" tsb dapat dibenarkan juga mengingat sifat keagamaan yang ada pada kitab-kitab itu. Walaupun kitab-kitab itu lazimnya kita katakan "kitab-kitab sejarah", namun pokok utamanya ialah hubungan Israel dengan Allahnya, Yahwe, yakni kesetiaan dan (terutama) ketidak-setiaan Israel kepada firman Allah yang disuarakan oleh para nabiNya. Nabi-nabi memang sering tampil dalam kisah yang tercantum dalam kitab- kitab itu. Muncullah nabi Samuel, gat, Natan, Elia, Elisa, Yesaya dan Yeremia di samping sejumlah nabi lain yang kurang penting peranannya. Adapun kitab Raja- raja menggambarkan latar belakang bagi para nabi pengarang yang berkarya sebelum masa pembuangan. Sebagaimana keempat kitab tsb berhubungan erat dengan kitab para nabi, demikianpun hubungan dengan kitab-kitab yang mendahuluinya dalam daftar kitab- kitab suci, yaitu kelima kitab Musa. Melihat isinya kitab-kitab itu melanjutkan Pentateukh. Pada akhir kitab Ulangan Yosua diangkat sebagai pengganti Musa dan kisah kitab Yosua mulai tidak lama sesudah wafatnya Musa. Dahulu pernah disangka, bahwa ditinjau dari segi sastrapun kelima kitab Musa dan kitab-kitab berikutnya merupakan suatu kesatuan. Maka dalam kitab-kitab itu dicari-carilah lanjutan dari "dokumen-dokumen" atau "sumber-sumber" yang ditemukan dalam Pentateukh. Ada sementara ahli yang menemukan sumber-sumber yang sama dalam kitab Yosua lalu berkata tentang "Heksateukh" (enam kitab: Pentateukh + Yosua). Kemudian lanjutan sumber-sumber itu dicari juga dalam kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Tetapi usaha untuk menemuka sumber-sumber Pentateukh dalam kitab- kitab tsb tidak membawa hasil yang meyakinkan. Sedikit lain halnya dengan kitab Yosua. Dalam kitab ini memang dapat ditemukan beberapa bagian yang mempunyai ciri-ciri yang juga lebih atau kuang tampak dalam tradisi Yahwista dan Elohista yang menjadi sumber bagi Pentateukh. Namun demikian unsur-unsur dalam kitab Yosua yang mempunyai ciri-ciri itu tidak boleh dikatakan lanjutan tradisi- tradisi tsb. Sebaliknya, kitab Yosua jauh lebih terpengaruh oleh tradisi (serta ajarannya) yang menghasilkan kitab Ulangan (selanjutnya disebut: tradisi Ulangan). Maka pendukung-pendukung Heksateukh terpaksa menerima, bahwa kita Yosua mengalami saduran dan penggubahan yang dikerjakan oleh seseorang (atau beberapa orang) yang dijiwai oleh tradisi Ulangan. Pengaruh tradisi Ulangan itupun terdapat dalam kitab-kitab yang berikut (Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja), walaupun pengaruh itu tidak sama besarnya dalam semua kitab itu. Pengaruh tradisi Ulangan sangat terasa dalam kitab Hakim-hakim, sedangkan terbatas sekali dalam kitab Samuel, padahal kembali berperan besar dalam kitab Raja-raja. allah dasar pengaruh tradisi Ulangan yang terasa dalam semua kitab itu sementara ahli mengemukakan hipitesa, bahwa kitab Ulangan aslinya merupakan awal sebuah kitab sejarah keagamaan besar yang merangkum kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Adapun isi karya sejarah yang besar itu adalah sbb: kitab Ulangan melandaskan dalam sejarah ajaran, bahwa Israel adalah bangsa yang terpilih oleh Yahwe dan iapun menetapkan undang-undang bagi teokrasi yang dihasilkan oleh tindakan Allah yang memilih umatNya. Kitab yosua mengisahkan bagaimana umat terpilih itu menduduki Tanah yang dijanjikan kepadanya. Kitab Hakim-hakim menceritakan bahwa umat terpilih dalam tanahnya itu berulang kali murtad dari Yahwe, lalu kembali kepadaNya. Kitab Samuel terlebih dahulu menyinggung krisis hebat yang mengakibatkan terbentuknya kerajaan, lalu menguraikan bagaimana teokrasi sebagaimana dicita-citakan terwujud di zaman pemerintahan Daud. Kitab Raja-raja lalu menggambarkan kemerosotan yang berawal pemerintahan Salomo dan melalui serangkaian ketidak-setiaan, yang tidak dapat diimbagi beberapa raja yang saleh, membawa umat terpilih sampai menjadi terkutuk oleh Allahnya. Waktu segala keterangan mengenai pribadi dan karya besar itu, lalu dipersatukan dengan kitab- kitab yang sekarang termaktub dalam Pentateukh (lih. Pengantar Pentateukh). Hipotesa tsb mengenai adanya karya sejarah yang digabungkan oleh tradisi Ulangan boleh disetujui. Tetapi hipotesa itu perlu dilengkapi atau dikoreksi sedikit dengan dua uraian tambahan. Yang pertama adalah sbb: Karya tradisi Ulangan tsb dikerjakanberdasarkan tradisi-tradisi lisan ataupun dokumen-dokumen tertulis yang berbeda-beda isi dan sifatnya. Tradisi-tradisi tsb pada umumnya sudah dikumpulkan dan dijadikan kesatuan-kesatuan literer sendiri-sendiri sebelum diolah oleh tradisi Ulangan. Bahan itu oleh tradisi Ulangan disadur dengan cara yang tidak merata. Dengan jalan demikian dapat diterangkan, mengapa kitab-kitab atau bagian-bagian besar kitab-kitab itu mempertahankan corak asli yang berbeda dengan ciri-ciri khas tradisi Ulangan. Tambahan yang kedua ialah: penggubahan oleh tradisi Ulangan tidak hanya satu kali saja. Dalam masing-masing kitab dapat ditemukan petunjuk-petunjuk, bahwa karya tradisi Ulangan itu berulang-ulang diterbitkan. Berdasarkan kitab Raja-raja, tempat petunjuk- petunjuk tsb paling jelas, harus dikatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua terbitan. Terbitan pertama dikerjakan tidak lama sesudah raja Yosua mengadakan pembaharuannya. Terbitan kedua dikerjakan di masa pembuangan Israel di Babel (atau sesudahnya). Dalam kata pengantar bagi masing-masing kitab akan diberikan keterangan-keterangan lebih lanjut mengenai apa yang di sini dikatakan secara umum. Dalam bentuknya yang terakhir semua kitab ini merupakan karya sebuah mazbah orang-orang mursyid yang meresapkan ke dalam hati gagasan-gagasan dan cita-cita yang menjiwai kitab Ulangan. Mereka merenungkan sejarah bangsanya yang lampau, lalu menarik dari padanya pelajaran keagamaan. Tetapi dalam karya mereka tersimpan bagi kita berbagai-bagai tradisi, baik lisan maupun tertulis, yang sebagiannya dapat dikembalikan ke zaman kepahlawanan waktu Israel merebut Tanah yang dijanjikan dan sebagiannya mengisahkan peristiwa-peristiwa cemerlang dari sejarah umat Allah selanjutnya. Sejarah yang diperkenalkan tentu saja "sejarah suci". Tetapi ini tidak mengurangi nilai karya itu bagi sejarahwan, sedangkan bagi orang beriman justru sifat itulah yang menjadi nilainya yang tertinggi. Orang beriman tidah hanya menemukan dalam karya itu, bahwa Allah turun tangan dalam kejadian-kejadian di dunia ini, tetapi kasih-sayang Allah yang banyak tuntutannya terhadap umat pilihanNya oleh orang beriman dapat diartikan sebagai persiapan bertahap-tahap menuju ke Israel baru, yakni persekutuan kaum beriman. Kitab Yosua terbagi menjadi tiga bagian: a) Tanah yang dijanjikan direbut Israel, Yos 1-12;b) wilayah tanah yang direbut dibagi-bagikan kepada kedua belas suku, Yos 13-21; c) Yosua menyelesaikan tugasnya dan menyampaikan wejangan-wejangan perpisahan kepada perhimpunan semua suku di Sikhem, Yos 22- 24. Sudahlah pasti, bahwa kitab Yosua tidak dikarang oleh Yosua sendiri, sebagaimana dikatakan oleh tradisi Yahudi. Pasti juga, bahwa penyusun kitab in mempergunakan berbagai-bagai sumber. Dalam bagian pertama kitab, Yos 1-12, ditemukan sejumlah tradisi, Yos 2-9, yang kadang-kadang sejalan dan yang berpautan dengan tempat suci suku Benyamin di Gilgal; selanjutnya, Yos 10-11, terdapat dua cerita mengenai peperangan, yang satu tentang pertempuran di Gibeon dan yang lain mengenai pertempuran di Merom; cerita-cerita ini mengenai penaklukan bagian selatan dan bagian utara negeri Kanaan. Kisah mengenai orang- orang Gibeon yang terdapat dalam bab 9 dengan lanjutannya dalam Yos 10:1-6 berperan sebagai tali penghubung antara kedua kelompok tradisi-tradisi (Yos 2- 8; 10-11) tsb yang agaknya sudah dipersatukan sejak awal zaman para raja. Kenyataan, bahwa ceritera-ceritera bab 2-9 berasal dari Gilgal, tempat suci suku Benyamin, tidaklah berarti, bahwa apa yang dikatakan tentang Yosua, seorang Efraim, baru kemudian disisipkan ke dalam tradisi-tradisi itu. Sebab sebagian suku Efraim dan sebagian suku Benyamin bersama-sama memasuki negeri Kanaan sebelum mendapat wilayahnya masing-masing. Tidak dapat disangkal, bahwa ceritera-ceritera dalam bab 2-9 mempunyai ciri etiologis, artinya: cerita-cerita itu berusaha menjelaskan beberapa gejala dan keadaan yang masih dapat disaksikan orang. Tetapi unsur etiologis itu hanya menyangkut hal-ihwal atau akibat-akibat peristiwa-peristiwa yang sendiri tidak perlu diragukan kebenaran historisnya, kecuali barangkali ceritera mengenai direbutnya kota Ai. Bagian kedua kitab Yosua, Yos 13-21, berupa uraian geografis dan sifatnya berbeda sekali dengan sifat bagian pertama. Bab 13 berkata tentang tempat kediaman suku-suku Ruben, gad dan separuh suku Menasye yang sudah menetap di daerah di seberang yordan di zaman Musa, bdk Bil 32; Ul 3:12-17. Bab 14-19 berkata tentang tempat kediaman suku-suku di sebelah barat sungai Yordan. Dalam bab-bab ini tergabung dua macam dokumen. Dokumen pertama ialah sebuah laporan mengenai batas-batas masing-masing suku. Kadang-kadang laporan itu sangat terperinci dan kadang-kadang agak kabur. Dokumen ini agaknya disusun di zaman sebelum masa para raja. Pada dokumen itu ditambahkan dokumen-dokumen lain, yang daftar-daftar kota-kota. Paling terperinci adalah daftar kota-kota Yehuda yang tercantum dalam bab 15. Bila pada daftar itu ditambahkan daftar suku Benyamin yang terdapat dalam Yos 18:25-28, maka pembagian kota-kota itu menjadi dua belas kelompok atau wilayah. Boleh jadi daftar-daftar kota-kota itu mencermikan pembagian administratip kerajaan Yehuda, barangkali di zaman pemerintahan raja Yosafat. Bab 20 yang berupa tambahan menyebut kota-kota perlindungan. Daftar ini tidak lebih tua usianya dari zaman pemerintahan raja Salomo. Adapun bab 21 yang berkata tentang kota Lewi, ditambah sesudah masa pembuangan. tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari zaman para raja, jadi dari zaman sebelum pembuangan. Bab 22 dalam bagian ketiga kitab Yosua, Yos 22-24, mengenai pulangnya suku- suku yang bertempat tinggal di seberang sungai Yordan dan tentang mezbah yang mereka dirikan di tepi sungai itu. Dalam ceritera ini terdapat petunjuk, bahwa diolah oleh tradisi Ulangan dan tradisi para Imam. Ceritera itu agaknya berasal dari sebuah tradisi terdiri yang usia maupun maknanya tidak jelas. Dalam bab 24 terpelihara kenangan yang kuno dan asli mengenai suatu himpunan suku-suku Israel di Sikhem untuk mengadakan sebuah perjanjian suci. Para penyusun kitab Yosua yang berpikir sesuai dengan tradisi Ulangan tidak hanya di sana-sini mengolah bahan yang diambil dari tradisi yang tersedia tetapi juga menambah beberapa bagian. Tambahan-tambahan semacam itu ialah: bab 1 (bagian besar); Yos 8:30-35; 10:16-43; 11:10-20; 12; 22:1-8; 23, dan juga bab 24 yang diolah kembali oleh para penyusun. Kenyataan bahwa bab 24 yang disadur sesuai dengan semangat tradisi Ulangan dipertahankan di samping bab 23 yang terpengaruh oleh bab 24 tetapi berasal dari tangan lain, menunjukkan, bahwa kitab Yosua mengalami dua terbitan berturut-turut. Kitab Yosua menggambarkan penaklukan negeri Kanaan seolah-olah merupakan hasil suatu aksi bersama semua suku Israel yang bergerak di bawah pimpinan Yosua. Tetapi ceritera yang termaktub dalam kitab Hakim-hakim, 1, memberi gambaran yang lain sekali. Menurut gambaran ini, masing-masing suku berjuang untuk merebut wilayahnya sendiri dan usahanya kerap kali gagal juga. Ceritera kitab Hakim-hakim itu merupakan suatu tradisi yang berasal dari sukul Yehuda. Beberapa unsur dari tradisi itu juga menyusup ke dalam bagian geografis kitab Yosua, Yos 13:1-6; 14:6-15; 15:13-19; 17:12-18. Gerakan kitab Hakim -hakin mengenai penaklukan negeri Kanaan bagian demi bagian dan tidak menyeluruh lebih mendekati kenyataan historis sebagaimana dapat didugai. Pendudukan bagian selatan Palestina terutama dilakukan oleh beberapa kelompok orang Israel yang berpangkal di Kadesy dan daerah Negeb dan yang tahap demi tahap menggabungkan diri dengan suku yehuda, yakni: orang-orang Kaleb, orang-orang Kenas, dll, serta suku Simeon. Bagian tengah negeri Palestina diduduki oleh beberapa kelompok yang menyeberangi sungai Yordan di bawah pimpinan Yosua, yaitu bagian-bagian dari suku Efraim-Menasye dan Benyamin. Penduduk bagian utara negeri mempunyai sejarahnya sendiri. Sejak dahulu kala, entahlah kapan, suku-suku Zebulon, Isakhar, Asyer dan Naftali menetap di situ dan suku-suku itu tidak pernah turut pindah ke Mesir. Suku-suku tsb di Sikhem memeluk kepercayaan kepada Yahwe yang telah dibawa masuk oleh kelompok-kelompok yang dipimpin Yosua. Suku-suku itu merebut wilayah yang tetap dengan memerangi orang-orang Kanaan yang telah memperbudak mereka atau mengancamnya. Di masing-masing wilayah pendudukan melaksanakan baik dengan jalan perjuangan maupun melalui informasi secara damai ataupun melalui persekutuan dengan penduduk negeri yang asli. Peranan Yosua dalam menduduki bagian tengah negeri mulai dengan penyeberangan sungai Yordan sampai dengan persekutuan di Sikhem perlu diterima sebagai kenyataan historis. Mengingat waktunya keluaran suku-suku Israel dari Mesir (lih. Pengantar Pentateukh) dapatlah disimpulkan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu sbb: Di sekitar thn. 1250 seb Mas sejumlah kelompok orang-orang Israel memasuki bagian selatan negeri Kanaan. Kelompok suku yang lain di bawah pimpinan Yosua menduduki bagian tengah negeri dengan menyeberangi sungai Yordan sekitar thn. 1225. Di sekitar thn. 1200 suku-suku di bagian utara negeri merambat. Sejarah direbutnya negeri Kanaan oleh suku-suku Israel memang serba majemuk dan berbelit-belit. Sebagaimana sejarah itu direkonstruksikan di muka hanya berupa hipotesa. Kitab Yosua menyajikan suatu gambaran yang mengidealisasikan dan menyederhanakan duduknya perkara. Menurut gambaran idiil tsb. maka epos keluaran Israel dari Mesir masih berlangsung terus dalam penaklukan negeri Kanaan: kini Allah masih juga secara ajaib turun tangan guna membantu umatNya. Gambaran yang disajikan Yosua menyederhanakan sejarah yang sebenarnya oleh karena semua kejadian berpusatkan diri pribadi Yosua. Dialah yang memimpin peperangan-peperangan keluarga Yusuf, 1-12, dan dialah yang membagi-bagikan negeri yang direbutnya kepada suku-suku Israel, 13-21, meskipun pembagian it sesungguhnya tidak terlaksana sekali jadi atau oleh Yosua. Kitab diakhiri dengan wejangan-wejangan perpisahan dan ceritera tentang kematian Yosua, Yos 23; 24:29-31. Jadi dari permulaan sampai akhir Yosualah yang menguasai jalannya peristiwa-peristiwa. Dialah benar-benar tokoh utama dalam seluruh kitabnya. Para bapa Gereja mengartikan diri pribadi Yosua sebagai pralambang Yesus. Tidak hanya nama mereka sama. Yosua-Yesus, artinya: penyelamat. Tetapi penyeberangan sungai Yordan dan masuknya ke dalam Tanah yang dijanjikan juga diartikan sebagai pralambang baptisan dalam nama Yesus yang mengantarkan umatNya menghadapi Allah. Direbutnya negeri Kanaan dan pembagian wilayahnya menjadi pralambang kemenangan-kemenangan dan perambatan Gereja Kristus. Dalam rangka pandangan Perjanjian Lama sendiri, maka justru Tanah Kanaan itulah yang menjadi pokok inti kitab Yosua. Bangsa Israel sudah menemukan Allahnya di padang gurun. Kini bangsa itu juga menerima negerinya sendiri dan memang diterimanya dari Allahnya. Tentu saja Yahwelah yang berjuang bagi bangsa Israel, Yos 23:3-10; 24:11-12, dan Dialah yang mewariskan kepada umatNya tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa leluhur, Yos 23:5,14. Kitab Hakim-hakim mencakup tiga bagian yang tidak sama panjangnya: a) Pendahuluan, Hak 1:1-2:5, b) Bagian inti kitab, Hak 2:6-16:31, c) Dua bagian tambahan berupa laporan mengenai suku Dan yang pindah tempat kediaman dan mendirikan kuilnya di Daniel Hak 17-18, dan laporan mengenai perang melawan suku Benyamin sebagai hukuman atas kejahatan yang mereka lakukan di Gibea, Hak 19-21. Pendahuluan yang sekarang terdapat dalam kitab Hakim-hakim, Hak 1:1-2:5, aslinya tidak termasuk ke dalamnya. Dalam uraian mengenai kitab Yosua sudah dikatakan, bahwa bagian kitab Hakim-hakim ini menyajikan suatu gambaran lain tentang penaklukan negeri Kanaan yang ditinjau dari segi suku Yehuda. Tersisipnya gambaran itu kedalam kitab hakim-hakim menyebabkan, bahwa keterangan mengenai kematian dan pemakanan Yosua yang diberikan dalam Yos 24:29-31 terulang dalam Hak 2:6-10. Riwayat masing-masing hakim diberitakan dalam bagian inti kitab, Hak 2:6- 16:31. Dewasa ini sudah lazim disebutkan enam "Hakim besar", yakni Otniel, Ehud, Barak (dan Debora), Gideon, Yefta dan Simson. riwayat hakim-hakim ini lebih kurang terperinci disajikan. Di sampai itu disebutkan enam "Hakim kecil", yaitu Samgar, Hak 3:31, Tola dan Yair, Hak 10:1-15, Ebzan, Elon dan Abdon, Hak 12:8-15. Tokoh-tokoh ini hanya disinggung sepintas lalu saja. tetapi pembedaan antara Hakim besar dan Hakim kecil itu tidak terdapat dalam kitab itu sendiri. Memang perbedaan antara kedua kelompok hakim-hakim itu sangat mendalam. Gelar umum "hakim" yang diberikan kepada mereka semua dikarenakan susunan kitab Hakim-hakim melulu, yang mempersatukan berbagai-bagai unsur yang aslinya sama sekali berbeda satu sama lain. Hakim-hakim besar ialah pahlawan-pahlawan yang bertindak sebagai pembebas. Asal, watak dan kegiatan-kegiatan mereka tentau saja sangat berbeda-beda. Namun dalam satu hal mereka saling menyerupai, oleh karena mereka semua menerima karunia khusus, sebuah karisma: secara istimewa mereka dipilih oleh Allah dan diberi tugas penyelamatan. Mula-mula riwayat mereka diceritakan secara lisan dan dengan berbagai-bagai cara, sementara juga macam- macam unsur ditambahkan. Akhirnya riwayat-riwayat-riwayat itu dikumpulkan dalam sebuah kitab yang boleh diberi judul: "Kitab para pembebas Israel". Kitab itu disusun dalam kerajaan Utara, Israel, pada bagian awal zaman para raja. Kitab itu memuat riwayat Ehud, Barak serta Debora (ceritera ini barangkali sudah terpengaruh oleh ceritera yang terdapat dalam Hak 11) mengenai Yabin dari pemerintahan raja Abimelekh di Sikhem, dan riwayat Yefta yang kepadanya ditambahkan kisah mengenai anak perempuan. Ke dalam kumpulan riwayat-riwayat itu dimasukkan juga dua potongan puisi, yakni Nyanyian Debora, Hak 5, yang mengulangi ceritera yang tercantum dalam bab 4, dan sebuah pembelaan diri yang diucapkan Yotam, Hak 9:7-15, yang bernada melawan jabatan raja yang direbut Abimelekh. Dalam kitab yang disusun itu para pahlawan dari beberapa suku diangkat menjadi pahlawan nasional yang melakukan peperangan-peperangan yahwe guna seluruh Israel. Sebaliknya, catatan-ctatan mengenai hakim-hakim kecil, yaitu Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon, berasal dari tradisi lain. Mereka tidak terlibat dalam suatu aksi pembebasan dan penyelamatan. Hanya diberi beberapa keterangan mengenai asal, keluarga dan tempat makam mereka; tentang mereka dikatakan bahwa "menghakimi Israel" selama jangka waktu tertentu yang dapat berbeda-beda. Menurut arti kata "syafat" (menghakimi) dalam bahasa-bahasa Semit Barat yang berdekatan dengan bahasa Ibrani, yaitu dalam bahsa Mari (abad 18 seb. Mas.), dalam bahasa Ugarit (abad 13 seb. Mas.) dan dalam bahasa Fenisia serta Punika di zaman Yunani-Romawi ("suffet" dari kota Kartago), maka para "hakim" tidak hanya menegakkan hukum dan keadilan, tetapi juga memerintah. Kewibawaan mereka tidak meliputi lebih dari kota atau wilayahnya sendiri. "Hakim" merupakan sebuah lembaga kenegaraan di tengah antara kepada suku dan raja. Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan tentu saja mempunyai keteranga- keterangan tepat mengenai "hakim-hakim" (kecil) itu. Tetapi mereka memperluas kewibawaan mereka sampai merangkum seluruh Israel, lalu mengurutkan mereka secara kronologis. Gelar mereka, yakni "hakim", dialihkan kepada para pahlawan yang riwayatnya ditemukan dalam "Kitab para pembebas Israel"yang disebut di muka, sehingga merekapun menjadi "hakim-hakim Israel". Adapun Yefta berperan sebagai tali penghubung antara dua macam hakim itu: ia adalah baik pembebas maupun hakim. Tentang Yefta para penyusun Hak mempunyai dan memberi keterangan yang sama, Hak 11:1-2; 12:7, seperti tentang "hakim-hakim kecil", tetapi keterangan-keterangan itu merangkakan riwayat Yefta sebagai pembebas. Dalam kitab Hakim-hakim, Hak 13-16, terjumpa pula seorang tokoh yang mula-mula tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hakim-hakim besar atau hakim-hakim kecil. Tokoh itu ialah Simson, seorang pahlawan suku Dan yang berjuang seorang diri dan bukan hakim dan bukan pembebas. Tindakan-tindakan hebat tokoh itu dalam melawan orang-orang Filistin aslinya diceritakan di kalangan suku Yehuda. Tetapi dalam kitab Hakim-hakim Simsinpun dijadikan "hakim Israel". Pada daftar hakim-hakim itu masih ditambahkan Otniel, Hak 3:7-11, yang kiranya harus disangkutkan dengan zaman perebutan negeri Kanaan, bdk Yos 14:16-19; hak 1:12-15, dan pula Samgar, Hak 3:31, yang bahkan bukan orang Israel, bdk Hak 5:6. Dengan demikian diperoleh jumlah dua belas hakim Israel. Memang angka dua belas melambangkan Israel (dua belas suku). Justru para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan memberikan kepada kitab itu rangka kronologisnya. Dengan mempertahankan keterangan-keterangan asli mengenai "hakim-hakim kecil" para penyusun membubuhi kisahnya dengan beberapa angka lambang yang lazim, yakni angka 40 yang genap satu angkatan, atau angka 80 (2x40) dan 20 (=40-20). Dengan demikian diperoleh suatu angka yang bersama dengan keterangan-keterangan lain yang tercantum dalam Kitab Suci menghasilkan 480 thn, yang menurut sejarah Ulangan berlangsung antara keluarnya bangsa Israel dari negeri Mesir sampai dibangunnya Bait Allah oelh raja Salomo, 1Rj 6:1. Dalam rangka itu riwayat- riwayat para hakim mengisi masa antara kematian Yosua dan permulaan kegiatan Saul dengan tidak membiarkan kekosongan. Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan terutama memberi kitab itu makna keagamaannya. Makna itu terungkap baik dalam kata pendahuluan umum, Hak 2:6-3:6, maupun dalam kata pengantar khusus bagi riwayat Yefta, Hak 10:6-16, dan lagi dalam beberapa keterangan tambahan yang oleh para penyusun disebarkan dalam riwayat Otniel (sebagaiman disusun oleh tradisi Ulangan) dan keterangan merangkakan riwayat-riwayat lain. Tema pokok yang terungkap dalam keterangan-keterangan itu ialah: Orang-orang Israel menjadi tidak setia kepada Allahnya; Yahwe lalu menyerahkan mereka kepada penindas- penindas. Setelah orang-orang Israel berbalik dan berseru kepada Yahwe, Ia mengutus seorang penyelamat, yaitu seorang hakim, yang membebaskan mereka. Hanya orang-orang Israel murtad kembali, lalu terulanglah sejarah yang sama. Kitab Hakim-hakim yang terbentuk dalam tradisi Ulangan itu sekurang-kurangnya mengalami dua terbitan. Bukti-bukti yang paling jelas ialah: Dalam kata pendahuluan, Hak 2:1-3:6, ada dua bagian yang mengulang satu sama lain, Hak 2:11-19 dan Hak 2:6-10 + Hak 2:20-3:6; dalam riwayat Simson ada dua penutup, Hak 15:10 dan Hak 16:30, yang menunjuk bahwa bab 16 berupa tambahan. Kitab Hakim-hakim seperti disusun oleh tradisi Ulangan itu belum juga memuat bab 17-21. Dalam tambahan-tambahan itu tidak dikisahkan riwayat seorang "hakim", tetapi disajikan beberapa peristiwa yang terjadi sebelum kerajaan terbentuk. Dan justru karena itulah ceritera-ceritera tsb tentu saja sangat kuno dan sudah lama beredar, entah dalam bentuk sastra entah dalam bentuk prasastra, sebelum di masukkan ke dalam Hakim-hakim. Bab 17-18 berasal dari tradisi suku Dan dan mengenai pindahnya suku itu dan dibangunnya tempat suci Dan. Hanya kemudian tradisi itu disadur sehingga mendapat nada pengecam. bab 19-21 sesungguhnya menggabungkan dua tradisi mengenai tempat suci di Mizpa dan Betel, lalu dikaitkan pada seluruh Israel. Boleh jadi tradisi-tradisi itu berasal dari kalangan suku Benyamin, tetapi kemudian di kalangan suku Yehuda tradisi-tradisi itu dirubah sedemikian rupa sehingga melawan pemerintahan raja Saul di Gibea. Kitab Hakim-hakim hampir saja merupakan satu-satunya sumber pengetahuan kita mengenai zaman para hakim. Hanya berdasarkan kitab itu orang tidak dapat menyusun sebuah sejarah yang sebenarnya. Urutan peristiwa-peristiwa dibuat-buat saja, seperti sudah dikatakan di muka. Peristiwa-peristiwa yang barangkali bertepatan waktunya disusun secara berurutan. Dan ini boleh dikatakan oleh karena baik penindasan-penindasan yang dialami maupun pembebasan aslinya hanya menyangkut wilayah (suku) tertentu saja. Kecuali itu zaman para hakim tidak berlangsung lebih lama dari pada satu setengah abad. Peristiwa-peristiwa utama yang tercatat dan dalam kitab Hakim-hakim diabadikan bagi kita, hanya dapat diterka-terka saja waktunya dalam rangka zaman itu secara menyeluruh. Kemenangan di Taanakh yang diperoleh Debora dan barak, Hak 4-5, boleh dirtanggalkan pada tertengahan abad 12 seb. Mas., dan peristiwa itu terjadi sebelum penyerbuan suku Midian (Gideon) dan ekspansi orang-orang Filistin keluar wilayahnya sendiri (Simson). Teruta,a menjadi nyata, bahwa di zaman yang kacau itu, orang-orang Israel tidak hanya berperang dengan orang- orang Kanaan, penduduk asli negeri seperti terjadi di daratan Yizreel tempat orang-orang Kanaan dikalahkan Debora dan Barak, tetapi juga harus menghadapi bangsa-bangsa tetangga, yaitu Moab (Ehud), Amon (Yefta), Midian (Gideon) dan bangsa Filistin yang baru-baru saja tampil dipanggung sejarah Palestina (Simson). Dalam situasi yang berbahaya itu masing-masing kelompok orang Israel mempertahankan wilayahnya sendiri. Tetapi terjadi juga bahwa beberapa kelompok tetangga membentuk suatu persekutuan, Hak 7:23, atau sebaliknya bahwa salah satu suku yang kuat membangkang oleh karena, misalnya, tidak diikut sertakan dalam pembagian barang rampasan, Hak 8:1-3; 12:1-6. Nyanyian Debora, Hak 5 mengecam suku-suku yang tidak menanggapi seruan minta tolong. Apa yang dalam nyanyian itu paling menarik ialah tidak disebutkannya suku Yehuda dan Simeon. Memang kedua suku itu bertempat tinggal di bagian selatan negeri. Wilayah mereka terpisah dari suku-suku lain oleh kota-kota yang penduduknya bukan orang Israel, yaitu Gezer, Gibeon dan Yerusalem, Isolasi suku-suku itu menanam bibit perpecahan di Israel seperti yang terjadi di kemudian hari (sesudah masa Salomo). Sebaliknya kemenangan di Taanakh yang memberi Israel dataran Yizreel mempersatukan suku Yusuf (Efraim dan Manasye) dengan suku-suku di bagian utara negeri. Sementara itu persatuan dundamentil antara suku-suku Israel yang terpisah yang terpisah satu sama lain itu terjamin oleh kepercayaan bersama kepada Yahwe. Memang semua hakim dengan teguh menganut agama Yahwe yang sama dan tempat suci di Silo, di mana tersimpan Tabut yang suci, menjadi pusat pertemuan semua kelompok di Israel. Kecuali itu, peperangan-peperangan tsb menempa semangat kebangsaan dan mempersiapkan saat pemersatuan semua orang Israel di bawah pimpinan Samuel, dengan melawan musuh bersama, menanggulangi bahaya yang mengancam seluruh bangsa. Kitab Hakim-hakim mengajar orang-orang Israel di kemudian hari, bahwa penindasan-penindasan oleh bangsa-bangsa lain merupajan hukuman atas kedurhakaann Israel, sedangkan kemenangan merupakan akibat berbaliknya mereka kepada Yahwe. Kitab Bin Sirakh memuji para hakim oleh karena setia, Sir 46:11-12. Dan surat kepada orang-orang Ibrani mengartikan keberhasilan para hakim sebagai ganjaran bagi kepercayaan mereka. Memang para hakim termasuk "banyak skasi" yang mendorong umat Kristen untuk menanggalkan semua beban dosa dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi mereka, Ibr 11;32-34; 12:1. Kitab Rut yang kecil oleh terjemahan Yunani (Septuaginta), terjemahan Latin (Vulgata) dan terjemahan-terjemahan modern ditempatkan sesudah kitab Hakim- hakim. Sebaliknya, dalam Kitab Suci Ibrani kitab Rut ditempatkan dalam bagian ketiga Alkitab, yakni di tengah-tengah Hagiographa (Kethubim) sebagai salah satu dari "Kelima Gulungan" (Megillot), yang dibacakan pada hari-hari raya Yahudi. Kitab Rut dibacakan pada hari raya Pentakosta. Walaupun pokok isinya menghubungkan kitab Rut dengan zaman para hakim, bdk Rut 1:1, namun kitab ini tidak dituliskan atau diolah oleh tradisi Ulangan yang menyusun da menyadur kitab Yosua, Hakim, Samuel dan Raja-raja. Kitab Rut menyajikan kisah Rut. dia itu seorang perempuan Moab. Setelah suaminya, seorang Betlehem yang mengungsi ke negeri Moab, meninggal, maka Rut bersama dengan ibu mertuanya yang bernama Naomi, kembali ke negeri Yehuda. Di sana Rut dikawini oleh Boas, seorang sanak saudara suami Rut, sesuai dengan hukum Levirat. Dari perkawinan itu lahirlah Obed, nenek raja Daud. Tambahan Rut 4:18-22 menyajikan silsilah Daud yang sejalan dengan silsilah yang termaktub dalam 1Taw 2:5-15. Mengenai tanggal dituliskannya kitab Rut ada perbedaan pendapat. Segala macam kemungkinan sudah dikemukakan, mulai dengan zaman raja Daud dan Salomo sampai dengan zaman Nehemia. Ada berbagai pertimbangan untuk menanggalkan kitab itu di zaman belakangan, seperti tempat kitab itu dalam Alkitab Ibrani, bahasanya, adat-istiadat yang disinggung dalam kitab itu, ajaran yang terkandung di dalamnya, dll. Tetapi pertimbangan-pertimbangan itu tidak sampai memberi kepastian. Adalah mungkin, bahwa kitab kecil ini, dengan kecualikan ayat-ayat terakhir, dikarang di zaman para raja. Kitab Rut adalah sebuah karangan yang mau membina. Adapun ajaran yang terkandung di dalamnya adalah sbb: Maksud utamanya ialah memperlihatkan, bahwa kepercayaan penuh harapan kepada Yahwe tentu saja mendapat ganjarannya; belas- kasihan Allah merangkum juga seorang yang bukan orang Yahudi, Rut 2:12. Justru kepercayaan kepada Penyelenggaraan Ilahi serta semangat universalisnya menjadikan kitab itu tetap berharga dan tahan waktu. Lagi kenyataan, bahwa Rut diperkenalkan sebagai nenek Daud memberi kitab Rut nilai yang khas. Matius memang mencantumkan nama Rut dalam silsilah Yesus, Mat 1:5. Kitab-kitab Samuel dalam Alkitab Ibrani hanya satu kitab saja. Pembagian atas dua kitab berasal dari terjemahan Yunani, Septuaginta, yang juga mempersatukan kitab-kitab Samuel dan kitab-kitab Raja-raja di bawah judul yang sama, yakni: Keempat kitab Kerajaan. Terjemahan Latin Vulgata, menyebutnya: Keempat kitab Raja-raja. Kitab Samuel adalah Alkitab Ibrani sama dengan kitab Kerajaan/Raja-raja yang pertama dan yang kedua. Adapun nama "Samuel" berasal dari tradisi Yahudi yang menganggap Samuel sebagai penyusun kitab itu. Teks kitab Samuel termasuk ke dalam teks-teks Perjanjian Lama yang paling rusak. Terjemahan Yunani, Septuaginta, kerap kali menyajikan suatu teks yang cukup berlainan. Teks Septuaginta itu berlatar-belakang suatu teks Ibrani (yang diterjemahkan Septuaginta), yang berbeda dengan yang terdapat dalam terbitan Alkitab Ibrani sekarang (teks para Masoret). Kepingan-kepingan dari teks Ibrani yang berbeda itu ditemukan kembali dalam naskah-naskah dari gua-gua di Qumran. Tidak dapat diragukan, bahwa dahulu ada beberapa resensi teks Ibrani kitab Samuel. Dalam kitab Samuel dapat dibedakan lima bagian: a) Kisah Samuel, 1Sam 1-7; b) Kisah Samuel dan Saul, 1Sam 8-15; c) Kisah Saul dan Daud, 1Sam 16-2 Sam 1; d) Kisah Daud, 2Sam 2-20; e) beberapa tambahan, 2Sam 21-24. Kitab Samuel menggabungkan dan menyejajarkan beberapa sumber dan tradisi yang berbeda-beda mengenai permulaan zaman para raja. Misalnya: ada sebuah cerita tentang tabut Perjanjian yang dirampas oleh orang-orang Filistin, 1Sam 4-6; dalam ceritera ini nama Samuel tida sampai disebut-sebut; ceritera itu dilanjutkan dalam 2Sam 6. Ceritera tentang Tabut Perjanjian itu disisipkan antara kisah mengenai masa muda Samuel, 1Sam 1-3, dan ceritera yang menampilkan Samuel sebagai hakim terakhir yang mengantisipasikan pembebasan Israel dari tekanan dari pihak orang-orang Filistin, 1Sam7. Samuel memainkan peranan utama dalam kisah mengenai terbentuknya pemerintahan berupa kerajaan di Israel, 1Sam 8-12. Sejak dahulu kala orang membedakan dalam kisah itu dua macam tradisi. Tradisi yang satu terdapat dalam Sam 9; 10:1-16; 11, dan tradisi kedua ditemukan dalam Sam 8; 10:17-24; 12. Tradisi pertama disebut "Versi Monarkis", karena mendukung terbentuknya kerajaan, tradisi kedua disebut "Versi Antimonarki", oleh karena melawan kerajaan. Tradisi kedua ini dikatakan berasal dari zaman kemudian. tetapi sebenarnya tradisi itu dua-duanya kuno dan hanya mewakili pendapat-pendapat yang berlainan. Selebihnya tradisi kedua tidak anti monarki seperti kerap dikatakan. Sebab pada pokoknya tradisi itu hanya tidak menyetujui, bahwa raja tidak menghiraukan hukum-hukum dan hak-hak Allah. Dalam Sam 13-14 diceritakan mengenai peperangan-peperangan yang diadakan Saul melawan orang-orang Filistin. Di dalam kisah itu juga tercantum ceritera pertama tentang Saul yang sebagai raja ditolak, Sam 13:7b-15a. Ceritera kedua mengenai penolakan ituterdapat dalam bab 15, berhubungan dengan perang melawan orang- orang Amalek. Penolakan Saul sebagai raja itu mempersiapkan pengurapan Daud menjadi raja oleh Samuel, sebagaimana diceritakan dalam Sam 16:1-13. Dalam 1Sam 16:14- 2Sam 1 terkumpul beberapa tradisi sejalan mengenai tampilnya Daud serta perselisihan-perselisihannya dengan Saul. Tradisi-tradisi itu agaknya lebih kurang sama usianya. Akhir kisah tentang tampilnya Daud itu disajikan dalam 2Sam 2-5; Daud menjadi raja di Hebron, mengadakan perang dengan orang- orang Filistin dan merebut Yerusalem. Semuanya itu meletakkan dasar bagi diurapinya Daud menjadi raja seluruh Israel, 2Sam 5:12, 2Sam 6 menyambung ceritera mengenai Tabut Perjanjian. Nubuat Natan yang disajikan dalam 2Sam 7 berasal dari tradisi kuno, tetapi jelaskan tradisi itu mengalami saduran. 2Sam 8 berupa sebuah ringkasan yang berasal dar tangan penyusun kitab Samuel sendiri. Mulai dengan 2Sam 9 tercantum sebuah kisah panjang yang terputus dalam 2Sam 20:26, lalu dilanjutkan dalam 1Raj 1-2. Kisah yang panjang itu mengenai keluarga Daud dan perebutan takhta kerajaan menjelang akhir hidup Daud. Kisah itu ditulis oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan peristiwa-peristiwa itu. Penulisannya boleh ditanggalkan di pertengahan pertama masa pemerintahan raja Salomo, 2Sam 21-24, yang memutuskan kisah mengenai keluarga Daud itu, merupakan sekumpulan ceritera tentang pemerintahan Daud. Ceritera-ceritera itu berasal dari macam-macam sumber. Tidak hanya ceritera panjang mengenai keluarga Daud, 2Sam 9:1-20:26 + 1Raj 1:1-2:46, tetapi juga bagian-bagian lain kitab Samuel boleh jadi sudah terbentuk selama abad-abad pertama zaman para raja, khususnya sekumpulan ceritera mengenai Samuel dan dua kisah tentang Saul dan Daud. Mungkin kelompok-kelompok itu sudah dipersatukan sekitar thn 700 seb. Mas. Akan tetapi kitab Samuel baru mendapat bentuknya yang terakhir waktu menjadi bagian dari karya sejarah besar yang digubah sesuai dengan semangat tradisi Ulangan, sebagaimana di muka diuraikan. hanya perlu diperhatikan, bahwa pengaruh tradisi Ulangan atas kitab Samuel jauh lebih kecil dari pada pengaruhnya atas kitab Hakim-hakim dan kitab Raja-raja. Pengaruh tradisi Ulangan itu khususnya terasa dalam 1Sam 2:22-36; 7 dan 12, dan barangkali juga dalam saduran yang dialami nubuat Natan, 2Sam 7. Tetapi kisah panjang dalam 2Sam 9-20 hampir secara murni dan utuh terpelihara. Kitab Samuel meliputi masa yang bermula pada awal zaman raja-raja Israel dan berlangsung sampai akhir pemerintahan raja Daud. Orang-orang Filistin mulai menyerbu - pertempuran di Afek, 1Sam 4, yang terjadi di sekitar thn 1050 seb. Mas. - dan membahayakan eksistensi Israel. Bahaya itu memaksakan kepada suku- suku Israel suatu pemerintahan yang berupa kerajaan. Kira-kira pada thn. 1030 Saul tampil kedepan sebagai penerus para hakim dahulu. Tetapi oleh karena diterima oleh semua suku, maka kekuasaan Saul menjadi umum dan tetap. Demikian lahirlah kerajaan. Mulailah perang untuk membebaskan Israel. Orang-orang Filistin berhasil dihalaukan dari wilayah Israel, 1Sam 14. Selanjutnya pertempuran-pertempuran hanya terjadi di perbatasan wilayah Israel, 1Sam 17 (Lembah Tarbantin), 1Sam 28 dan 31 (di Gilboa). Pertempuran terakhir ini menjadi bencana bagi Israel. Saul gugur di dalamnya di sekitar thn 1010. Kembali kesatuan bangsa terancam. Sebab suku Yehuda mengurapi Daud menjadi raja, sedangkan suku-suku di bagian utara negeri melawan Daud dan menganut putera Saul, Isyboset (Isybaal) yang terpaksa melarikan diri ke daerah di seberang sungai Yordan. Setelah Isyboset mati terbunuh, muncullah kembali kemungkinan, bahwa seluruh bangsa bersatu lagi. Maka Daud diterima sebagai raja atas seluruh Israel, 2Sam 1-5:3. Selanjutnya kitab Samuel secara singkat menguraikan keberhasilan politik pemerintahan Daud. Hasil itu memang cukup gemilang. Secara definitip orang-orang Filistin dihalaukan dari wilayah Israel; pusat-pusat kecil penduduk asli yang masih tersisa dilenyapkan, sehingga Israel sungguh-sungguh memiliki seluruh wilayahnya. Yang paling penting di bidang ini ialah direbutnya kota Yerusalem dari orang-orang Yebus. Kota itu dijadikan ibu kota negara dan agama bagi seluruh Israel. Daerah di seberang sungai Yordan ditaklukkan seluruhnya dan Daud bahkan berhasil memaksakan pengawasannya kepada orang-orang Aram di Siria Selatan. namun demikian, ketika Daud sekitar thn 970 seb. Mas. mangkat, kesatuan nasional Israel belum juga sungguh-sungguh terwujud. Daud memang menjadi raja atas Isarel dan Yehuda, tetapi kedua bagian negaranya itu kerap kali berlawanan satu sama lain. Suku-suku di bagian utara mendukung pemberontakan Absalom; Seba, orang suku Benyamin, berusaha mengorbankan pemberontakan dengan seruan: "Masing- masing ke kemahnya, hai orang Israel,"2Sam 20:1. Bibit perpecahan sudah tertanam. Kitab Samuel menyampaikan suatu pesan keagamaan. Diberikan olehnya mana syarat-syarat dan mana kesulitan-kesulitan dalam mewujudkan pemerintahan Allah di bumi. Keadaan ideal untuk perwujudan pemerintahan Allah itu hanya tercapai di masa pemerintahan Daud saja. memang masa Daud didahului zaman Saul yang jatuh, dan disusun kerusakan yang disebabkan ketidak-setiaan para raja, pengganti Daud, baik di bagian utara maupun di bagian selatan negeri. Dan sejarah ketidak- setiaan itu akan berakhir dengan hukuman Allah dan kemusnahan bangsa Israel. Sejak nubuat nabi Natan pengharapan akan Mesias kelak bertumpu pada janji-janji yang diberikan kepada wangsa Daud. Sampai tiga kali Perjanjian Baru menyebutkan janji-janji itu, Kis 2:30; 2Kor 6:18; Ibr 1:5. Yesus adalah keturunan Daud. Oleh rakyat Ia diberi gelar "Anak Daud" dan gelar itu ialah suatu sebutan bagi Mesias. Para bapa Gereja melihat suatu persamaan antara kehidupan Daud dan kehidupan Yesus: Kristus juga dipilih untuk menyelamatkan segala manusia dan menjadi raja atas umat Allah yang rohani. Tetapi Iapun dianiaya oleh bangsaNya sendiri. Sebagaimana halnya dengan kitab-kitab Samuel, demikianpun Kitab-kitab Raja- raja mula-mulanya merupakan satu kitab saja. Dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, disebut kitab 3/4 Kerajaan, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, berjudul: Kitab 3/4 Raja-raja. Tempat kitab itu dalam daftar kitab-kitab suci tepat sesudah kitab Samuel. Bahkan 1Raj 1-2 mengakhiri kisah panjang yang tercantum dalam 2Sam 9-20. Menyusullah kisah panjang mengenai pemerinthan Salomo, 1Raj 3-11, yang menampilkan hikmatnya yang luar biasa, semarak bangunan-bangunannya, teristimewanya Bait Allah di Yerusalem, dan lagi kekayaan Salomo yang melimpah- limpah. Sudah barang tentu zaman raja Salomo adalah zaman kejayaan. Tetapi justru di zaman itupun hilanglah semangat berjuang yang merupakan ciri khas pemerintahan Daud. Ciri khas masa pemerintahan Salomo ialah : mengatur, memelihara dan memanfaatkan apa yang dimulai oleh Daud. Ketegangan dan pertentangan antara kedua bagian kerajaan Daud di masa Salomo tetap ada, bahkan pada tahun mangkatnya raja Salomo, thn 931 seb. Mas., terpecahlah negara kesatuan. Sepuluh suku di bagian utara memisahkan diri dan pemisahan itu menjadi parah oleh karena merupakan perpecahan di bidang agama pula, 1Raj 12-13. Selanjutnya sejarah kedua kerajaan, yakni kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda, sejalan dan dikisahkan dalam 1Raj 14-2Raj 17. Sejarah itu kerap kali terdiri atas peperangan antara kedua kerajaan bersaudara itu dan berbagai serangan dan penyerbuan dari luar, yaitu dari pihak Mesir terhadap kerajaan Yehuda dan dari pihak negeri Aram terhadap kerajaan Israel. Bahaya meningkat waktu tentara kerajaan Asyur mulai menyerbu ke jurusan barat, terutama selama abad ke-9, lalu bahaya memuncak selama abad ke-8 sampai Samaria, ibu kota kerajaan utara, direbut dan dimusnahkan dalam thn 721 seb. Mas. Kerajaan Yehuda sebelumnya sudah menaklukkan diri kepada Asyur, Kerajaan Yehuda masih melanjutkan sejarahnya sampai Yerusalem direbut dalam thn 587. Sejarah itu tercantum dalam 2 Raj 18- 25:21. Di situ khususnya diceritakan masa pemerintahan raja Hizkia, 2Raj 18- 20, dan raja Yosia, 2Raj 22-23. Kedua pemerintahan itu merupakan masa kebangkitan semangat kebangsaan dan pembaharuan agama. Peristiwa-peristiwa politik yang paling penting di zaman itu ialah:serangan raja Asyur, Sanherib, selama pemerintahan raja Hizkia, yakni dalam thn 701. Dengan penyerbuan itu Sanherib membalas tindakan Hizkia yang tidak membayar lagi upeti kepada raja Asyur. Peristiwa penting yang kedua ialah: di masa pemerintahan Yosia kerajaan Asyur mengakhiri riwayatnya dan diganti dengan kerajaan Kasdim atau Babel (baru). Raja Yehuda terpaksa menaklukkan diri kepada kuasa yang baru di kawasan timur itu. Namun tidak lama kemudian raja Yoyakim memberontak. Tetapi segera jugalah datang hukumannya. Dalam thn 597 seb. Mas. tentara raja Nebukadnezar merebut kota Yerusalem dan mengangkut sebagian penduduknya sebagai tawanan masuk pembuangan, 2Raj 23:36-24:17. SEpuluh tahun kemudian raja Zedekia mencoba merebut kemerdekaan politiknya. Maka untuk kedua kalinya datanglah tentara raja Nebukadnezar. Penyerbuan itu berakhir dalam thn 587 seb. Mas., dengan dimusnahkannya kota Yerusalem dan pembuangan yang kedua, 2Raj 24:18-25:21. Kitab Raja-raja berakhir dengan dua ceritera pendek berupa tambahan, 2Raj 25:22-23. Kitab raja-raja sendiri dengan jelas menyebut tiga sumbernya, yakni: Kisah Riwayat Salomo, 1Raj 11:41, Kitab Sejarah Raja-raja Israel, 1Raj 14:19, dll, dan Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda, 1Raj 14:29, dll. tetapi masih ada sumber- sumber lain yang dipergunakan. di muka sudah dikatakan, bahwa 1Raj 1-2 melanjutkan kisah tentang keluarga Daud yang tercantum dalam 2Sam 9-20. 1Raj 6- 7 merupakan suatu lapiran tentang pembangunan bait Allah yang berasal dari kalangan para imam. Kisah Raja-raja khususnya memanfaatkan sebuah kisah mengenai nabi Elia yang agaknya dikarang pada akhir abad ke-9 seb. mas., dan sebuah kisah mengenai nabi Elisa yang dikarang tidak lama kemudian dari itu; Kedua kisah tsb menjadi sumber sejumlah ceritera mengenai Nabi Elias, 1Raj 17-2Raj 1, dan sejumlah ceritera tentang Nabi Elisa, 2Raj 2-13. Adapun ceritera-ceritera tentang pemerintahan raja Hizkia yang menampilkan nabi Yesaya, agaknya berasal dari kalangan murid-murid nabi itu, 2Raj 18:17-20:19. Sejarah sumber-sumber yang dimanfaatkan mengizinkan kisah-kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam kitab Raja-raja diberi rangka yang sama:masa pemerintahan masing-masing raja diceriterakan sendiri-sendiri dan secara lengkap dan awal serta akhir masing-masing ceritera dirumuskan dengan ungkapan-ungkapan yang hampir sama. Di dalamnya terungkap penilaian keagamaan terhadap tingkah laku raja yang bersangkutan. Semua raja kerajaan di utara dikutuk. Sebab pemerintahan mereka semua dinodai oleh semacam "dosa asal", yaitu pembangunan bait suci di Betel oleh raja Israel yang pertama. Dari raja-raja Yehuda hanya delapan saja yang dipuji oleh karena setia kepada penetapan- penetapan Yahwe. Tetapi sampai enam kali pujian itu diperlemah dengan catatan, bahwa "bukti-bukti pengorbanan tidak dijauhkannya". Hanya raja Hizkia dan raja Yosia mendapat pujian dengantidak bersyarat. Penilaian positip dan negatip terhadap raja-raja itu sudah barang tentu diinspirasikan oleh hukum kitab Ulangan yang menetapkan, bahwa hanya diperbolehkan satu bait Allah saja. Selebihnya, ditemukannya kitab Ulangan di masa pemerintahan raja Yosia serta pembaharuan agama yang dijiwai oleh kitab merupakan puncak seluruh sejarah sebagaimana disajikan kitab Raja-raja. Memang kitab Raja-raja justru mau membuktikan kebenaran tema pokok kitab Ulangan, seperti dengan jelas terungkap dalam 1Raj 8 dan 2Raj 17. Tema pokok itu ialah: Apabila melakukan perjanjian yang diikatnya dengan Allah, maut diberkati; sebaliknya, mana kala perjanjian itu dilanggarnya, tidak dapat tidak ia dihukum. Pengaruh tradisi Ulangan terasa setiap kali penyusun kitab Raja-raja sendiri mengembangkan sumber-sumber yang dimanfaatkan, atau memberi komentarnya. Boleh jadi, bahwa pertama kitab Raja-raja yang disusun dalam tradisi Ulangan dikerjakan sebelum raja Yosia gugur di Megido dalam thn 609 seb Mas. Pujian yang diberikan kepada raja itu dalam 2Raj 23:25 (kata-kata terakhir harus dihilangkan) merupakan kata penutup terbitan pertama itu. terbitan kitab Raja- raja yang kedua juga berasal dari tradisi Ulangan dan agaknya dikerjakan sesudah masa pembuangan, tagasnya sesudah thn 562 seb. Mas., kalau bagian penutup yang sekarang terdapat dalam 2Raj 25:22-30 dihubungkan dengan terbitan kedua itu. apabila 2Raj 25:21 dipandang sebagai kata penutup asli terbitan yang kedua itu - dan ayat itu memang berupa kata penutup kitab - maka terbitan itu harus ditanggalkan sebelumnya sedikit. Sebab 2Raj 25:21 hanya memberitahukan pembuangan kedua dengan tidak berkata apa-apa tentang apa yang terjadi di masa pembuangan. Tetapi baik di masa pembuangan maupun sesudahnya kitab Raja-raja masih diberi beberapa tambahan. Kitab raja-raja tentau saja harus dibaca sesaui dengan maksud para penyusunnya, yaitu sebagai sejarah penyelamatan. Sikap masa bodoh yang tidak tahu terima kasih yang menjadi sifat umat terpilih; kemusnahan yang berturut- turut dialami kedua bagian bangsa, seolah-olah menggagalkan rencana Allah. tetapi selalu ada sejumlah orang beriman yang tidak bertekuk lutut di hadapan baal., suatu sisa Sion yang setia pada perjanjian. Dan mereka itulah yang menjadi penerus rencana Allah dan menjamin masa depan. Kemantapan keputusan- keputusan ilahi terutama nyata dalam keturunan Daud yang secara mengherankan tetap tinggal dan menjadi pewaris janji-janji tentang Mesias di masa mendatang. Kitab Raja-raja dalam bentuknya yang paling akhir diakhiri dengan catatan mengenai belas-kasihan Ewil-Merodakh, raja Babel, terhadap raja Yoyakhin yang merupakan fajar masa depan yang menyingsing. |
(0.19927104761905) | (Hak 1:1) | (jerusalem) Bagian pertama Hakim-hakim ini mengumpulkan beberapa catatan yang menghasilkan sebuah gambar menyeluruh tentang perebutan Tanah Suci. Tetapi gambar itu berbeda sekali dengan kesan yang diberikan kitab Yos 1-12. Menurut Hak 1 Tanah Suci direbut melalui berbagai serbuan yang dilontarkan masing-masing suku atau kelompok orang Israel tersendiri dan terlepas satu sama lain. Dan perebutan itu akhirnya jauh dari lengkap. Catatan-Catatan Hakim mengenai caranya orang Israel menetap di bagian selatan negeri Kanaan jauh lebih dekat dengan kenyataan historis dari pada apa yang dikatakan Yos 10. Dalam Hakim 1 terkumpul tradisi-tradisi Yahwista yang menonjolkan peranan suku Yehuda, bdk Hak 9 dan Hak 17. Tradisi-tradisi itu tidak dimanfaatkan waktu kitab Yosua disusun untuk pertama kalinya, oleh karena kurang sesuai dengan bagan kitab Yosua dan tidak cocok dengan maksud teologis penyusun. Beberapa dari tradisi-tradisi yang mula-mula disingkirkan, kemudian disisipkan ke dalam kitab Yosua waktu untuk kedua kalinya diterbitkan, misalnya Yos 14:6-15; 15:13-19. Penyusun hakim yang berhaluan tradisi Ulangan menyisipkan tradisi-tradisi tsb ke dalam kitabnya pula. Tetapi supaya jangan bertentangan dengan kitab Yosua penyusun Hakim berkata bahwa peristiwa-peristiwa itu terjadi setelah Yosua meninggal, Hak 1:1. |
(0.19927104761905) | (Hak 13:1) | (jerusalem) Kisah mengenai Simson ini berbeda coraknya dengan kisah-kisah lain yang tercantum dalam kitab Hakim. Diceritakan riwayat hidup seorang pahlawan setempat, mulai dengan kelahirannya sampai dengan meninggalnya. Pahlawan itu perkasa bagaikan raksasa, tetapi ia sekalipun lemah laksana seorang kanak-kanak. Ia membujuk perempuan-perempuan, tetapi sendiri tertipu oleh mereka. Berulang kali ia dapat mempermainkan orang Filistin, tetapi tidak berhasil membebaskan negerinya dari genggaman mereka. Kisah ini merupakan sebuah ceritera rakyat penuh lelucon pedas. Dengannya rakyat yang tidak berdaya membalas dendam kepada penindasnya yang ditertawakan. Berlawanan sedikit dengan ciri-ciri kerakyatan profan tsb kisah Simson memperkenalkan pahlawannya sebagai seseorang yang sejak kandungan ibunya dikuduskan kepada Tuhan dan justru kenazirannya itulah yang menjadi sumber kekuatannya. Sifat karismatis itu yang menjadi sebabnya mengapa riwayat hidup Simson dicantumkan di tengah-tengah riwayat-riwayat lain. Kisah Simson berupa kumpulan ceritera-ceritera pendek: Kelahiran Simson, Hak 13:2-25; perkawinannya dan teka tekinya, Hak 14:1-20; Simson dan orang Filistin, Hak 15:1-8,9-19; kata penutup pertama, Hak 13:20; Simson di kota Gaza, Hak 16:1-3; Simson dan Delila, Hak 16:4-21; Simson ditangkap dan mati, Hak 16:22-30; kata penutup kedua, Hak 16:31. |
(0.19927104761905) | (Hak 17:1) | (jerusalem) Kedua kisah yang termasuk dalam bagian ini, bab Hak 17:1-18:31 dan bab Hak 19:21, berbeda-beda asal-usulnya. Ceritera-ceritera itu ditambahkan pada kitab Hakim oleh karena mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman sebelum masa para raja. Mungkin bab-bab ini ditambahkan pada kitab Hakim sesudah masa pembuangan. |
(0.19927104761905) | (1Sam 1:3) | (jerusalem: TUHAN semesta alam) Ini menterjemahkan ungkapan Ibrani: YHWH zebaot, yang secara harafiah dapat diterjemahkan: TUHAN balatentara. "Balatentara" itu mungkin tentara umat Israel atau "balatentara" jagat raya, bintang-bintang atau malaikat-malaikat atau daya-daya alam semesta. Makna sebenarnya ungkapan itu tidak diketahui. Gelar Allah itu di sini untuk pertama kalinya muncul dalam Kitab Suci dan berhubungan dengan ibadat di Silo. Ungkapan "TUHAN balatentara yang bersemayam di atas para kerub" untuk pertama kalinya tampil dalam 1Sa 4:4 sehubungan dengan tabut perjanjian di Silo. Gelar "TUHAN balatentara" itu tetap terkait pada ibadat di sekitar tabut perjanjian, sehingga kemudian bersama dengan tabut itu pindah ke Yerusalem, 2Sa 6:2,18; 7:8,27. Para nabi besar (kecuali Yehezkiel) dan nabi-nabi yang berkarya di masa sesudah pembuangan tetap memakai gelar tsb |
(0.19927104761905) | (1Raj 10:1) | (jerusalem: Syeba) Kerajaan Syeba terletak di bagian barat daya Semenanjung Arabia. "Ratu" yang disebut di sini agaknya bukan ratu kerajaan tsb, tetapi kepala kelompok orang Syeba yang merantau di bagian utara Arabia. Maksud kunjungan "ratu" itu pada raja Salomo agaknya untuk mengadakan hubungan perdagangan. Salomo berkuasa atas daerah seberang sungai Yordan dan memiliki bagian utara, bdk 1Ra 9:26. Dengan demikian Salomo mengontrol lalu lintas kafilah-kafilah yang pergi-pulang dari Arabia utara ke negeri Siria dan Mesir. Syeba sering disebut bersama Dedan, sebuah suku Arab yang lain, Kej 10:7; 25:3; Yeh 38:13, dan terbilang antara suku-suku terpenting yang giat menjalankan kafilah-kafilah perdagangan, Yeh 27:20 dst; Yer 6:20; Yoe 3:8; Ayu 6:19. Bangsa Syeba yang tinggal jauh itu juga akan datang menyembah Raja di masa mendatang, Maz 72:10,15, di kota Yerusalem yang baru. Yes 45:14 dan Yes 60:6 dst; bdk Mat 2:11. Dalam ceritera 1Raja-raja ini, 1Ra 10:1-13, terutama ditekankan apa yang menonjolkan hikmat dan kekayaan Salomo. Pada kaum Muslimin "ratu" Syeba itu bernama "Bilqis" dan ada banyak ceritera tentangnya. |
(0.19927104761905) | (Mzm 5:11) | (jerusalem: namaMu) Nama ialah diri Allah sendiri sejauh menyatakan diri kepada manusia dengan kekuatan dan kebaikanNya; bdk Maz 8:2+. |
(0.19927104761905) | (Mzm 102:1) | (jerusalem: Doa minta tolong dan doa untuk Sion) Dalam kidung ini terkumpul dua ratapan atau permohonan. Ada sebuah ratapan perorangan, Maz 102:2-12 dan Maz 102:24-28; bdk Maz 69, dan ada sebuah ratapan umat, Maz 102:13-23 dan Maz 102:28. Ratapan pertama adalah doa seseorang yang sakit, Maz 102:4-6, dan diperolok oleh musuh-musuhnya, Maz 102:9; seorang diri ia mengeluh di hadapan Tuhan, bdk judul, Maz 102:1,7-8. Ia merasa dirinya tertimpa murka Allah, Maz 102:10-11, dan hampir mati kesedihan, Maz 102:12,24-25. Namun penderita tetap percaya pada Tuhan yang kekal dan Pencipta alam semesta, Maz 102:26-28. ratapan umat mengandaikan Yerusalem sudah musnah, sebab pemulihannya dimohon. Kalau demikian maka Tuhan akan disegani bangsa-bangsa lain oleh karena tindakanNya itu. Kedua doa tsb yang aselinya tersendiri, kemudian dipersatukan oleh karena orang sengsara yang disebut dalam judul disamakan dengan umat yang sengsara. |
(0.19927104761905) | (Yes 45:1) | (jerusalem) Nubuat ini berupa nubuat penobatan raja, sebagaimana juga terdapat dalam Maz 2 dan Maz 110. Koresy dipanggil dengan namanya sendiri, Yes 45:3,4 bdk Yes 41:25+; ia diberi gelar "Orang yang diurapi TUHAN", ialah sebuah gelar khusus raja-raja Israel. Gelar itu menjadi gelar Raja Penyelamat di masa mendatang (Mesias; bdk Maz 20:7+), bdk Pengantar. Apa yang membingungkan sedikit ialah: di sini gelar itu diberikan kepada seorang raja asing yang malah tidak mengenal Tuhan, Yes 45:4-5. Nubuat ini banyak kesamaannya dengan isi sebuah dokumen dari Babel (Silender Sirus). Tertera pada silender itu bahwa dewa Marduk (yang bukan dewa Persia) telah menyebutkan nama Koresy (Sirus) dan telah memanggil dia menjadi penguasa semesta dunia. Teks tsb ditulis oleh para imam di Babel pada waktu Koresy sedang maju sebagai pemenang sekitar th 538 seb Mas. Pada waktu yang sama Deutero-yesaya menulis nubuatnya ini. |
(0.19927104761905) | (Dan 5:25) | (jerusalem: Mene, mene) Dalam terjemahan Yunani LXX, dalam terjemahan Yunani buatan Teodotion, dalam terjemahan Latin dan kutipan-kutipan pada Flavius Yosefus hanya sekali tertulis: mene, seperti juga Dan 4:26-28 rupanya hanya mengandaikan tiga kata |
(0.19927104761905) | (Hos 2:2) | (jerusalem) Tuhan sendiri angkat bicara dan memakai bahasa kasih yang ditertawakan. Namun demikian Allah tidak mengganti kasihNya dengan kebencian. Dengan serangkaian tindakan penghukuman Tuhan berusaha mengembalikan umat Israel kepada kesetiaan. Dalam hal itu Ia berhasil, lalu menguji kesetiaan Israel sekali lagi dan akhirnya Tuhan kembali menjadikan Israel isteriNya dengan kasih seperti semula dan melimpahkan berkatNya. |
(0.19927104761905) | (Ef 3:19) | (jerusalem: kasih itu) Harafiah: kasih Kristus. Yang dimaksudkan ialah kasih yang oleh Kristus dinyatakan dengan menyerahkan diriNya, Efe 5:2,25; Gal 2:20. Kasih itu sama dengan kasih Bapa, Efe 2:4,7; 2Ko 5:14 dan 2Ko 5:18-19; Rom 8:35,37,39. Bdk 1Ko 13:1+ |