(0.26828271875) | (Im 8:1) |
(sh: Melayani Allah yang kudus (Selasa, 10 September 2002)) Melayani Allah yang kudusMelayani Allah yang kudus. Pasal ini dimulai dengan memberikan garis besar dari bagian bagian selanjutnya (ayat 1-5). Pendahuluan ini berfungsi untuk menegaskan bahwa perintah ini memang berasal dari Allah. Kita memperhatikan adanya pengulangan frasa, “seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa” berkali-kali (ayat 9,13,17,dst.). Hal ini ingin menunjukan bahwa Musa, Harun dan keturunannya taat kepada Allah, dan ingin menyatakan kepada Israel bahwa asal mula ibadah mereka buan dari tradisi manusia, namun dari Allah. Kemudian kita melihat 2 upacara yang berbeda, namun terkait. Pertama, pengudusan mezbah dan kemah pertemuan, serta pengudusan Harun sebagai imam besar (ayat 6-12). Umat mula-mula dikumpulkan “didepan pintu kemah pertemuan”. Lalu Harun dan anak-anaknya dibasuh dengan air, sebagai pembasuhan secara fisikal, juga sebagai pemurnian. Musa mengenakan pakaian imam untuk anak-anak Harun, dan pakaian imam besar untuk Harun yang mencakup hal-hal seperti tercatat dalam Kel. 28 dan 39. Kedua,penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam, yang dilakukan dengan rangkaian persembahan kurban dan upacara pemurnian, dilakukan selama 7 hari (ayat 13-36). Penahbisan merupakan pengalihan atau transfer status/jabatan. Darah kurban menyucikan Harun dan anak-anaknya, serta mengikat mereka dalam perjajian untuk melayani Allah dalam kemahNya. Selanjutnya persembahan unjukan diserahkan di telapak tangan Harun untuk dipersembahkan kekpada Tuhan karena persembahan itu adalah untuk kepentingannya dan anak-anaknya (ayat 27). Terakhir Musa menyelesaikan penahbisan itu dengan minyak urapan (ayat 30). Melalui perikop ini kita belajar bahwa seseorang yang telah dipilih Allah menjadi pelayanNya, tidak otomatis dapat menjalankan tugas tersebut sebab orang tersebut harus terlebih dahulu dikuduskan, dan menjadi kudus. Renungkan: Ingat bahwa sebeum anda melayani, memimpin, bersaksi, berbagi, anda perlu menguduskan diri anda, dan seterusnya hidup kudus karena Allah yang anda layani adalh kudus. |
(0.2655310625) | (2Sam 24:1) |
(ende) Mula2 kisah ini tersambung dengan 2Sa 21:1-14 |
(0.2655310625) | (Mzm 39:1) |
(ende) Seorang jang menderita karena dosanja berkeluh-kesah dalam lagu ratap ini. Keadaan dan deritanja menghebat lagi dengan melihat bagaimana seteru2nja bergirang-hati. Ia insaf, bahwa hidupnja fana sadja dan bahwa selajaknjalah deritanja akan hukuman. Namun dengan kepertjajaan ia bermohon, agar Allah meringankan sengsaranja dan mengampuni kesalahannja. |
(0.2655310625) | (Mzm 104:2) |
(ende) Pelukisan pentjiptaan ini berdasarkan anggapan Jahudi tentang susunan alam. Pada awal-mula semuanja adalah air, jang meliputi segalanja (Maz 104:6). Air itu dibagi oleh Tuhan atas dua bagian: air diatas langit - jang merupakan sematjam kubah dari-logam dan air dibawah langit, jang dikumpulkan mendjadi lautan (Maz 104:7-9). Diatas langit terdapat gudang2 untuk air-hudjan, saldju, saldju dsb. (Maz 104:3,4,13). Bumi bersandar pada tiang2 (Maz 104:5). |
(0.2655310625) | (Yeh 1:1) |
(ende) JEHESKIEL PENDAHULUAN Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan, ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) merupakan seseorang jang ada tjorak-tjirinja sendiri. Ajahnja bernama Buzi (1,3) dan ia sendiri termasuk kelangan imam di Israil. Nabi itu beristeri (24,2) dan ia njata menjtinta isterinja, kesukaan matanja, sehingga kematian isterinja (24,16-18) ketika Jerusjalem dikepung dialaminja sebagai bentjana jang menjedihkan, sekalipunia dilarang oleh Jahwe untuk berkabung karenanja. Tiada dikatakan Jeheskiel beranak, tapi hal itu kiranja boleh diterima djuga. Diantara para nabi, jang nubuat2nja terpelihara bagi kita, Jeheskiel bersama dengan Jeremia menggabungkan didalam dirinja dua djabatan, jakni imam dannabi. Tapi Jeremia kiranja termasuk kalangan imam, di Anatot (Jr.1,1), jang tidak diidjinkan oleh para imam di Jerusjalem untuk ikut serta dalam ibadah di Bait Allah, sehinga Jeremia tak pernah mendjabat sebagai imam di Jerusjalem. Ia njata terus-menerus berbentrokan dengan imam2 itu dan mereka tidak suka apabila Jeremia muntjul dalam Bait Allah. Lain halnja dengan Jeheskiel. Agaknja ia berasal dari kalangan keimanan di Jerusjalem dan pernah mendjabat disitu. Dalam seluruh kitabnja ia menaruh perhatian chas pada Bait Allah serta ibadahnja lagi suka akan perundingan para imam (8;10;18;20;4,14;44,7;45,1-6;48,9-10). Ada orang jang menjangka, bahwa kitab para imam, jakni Levita pas. 19-26 adalah hasil dari nabi Jeheskiel serta murid2nja, jangkemudian mentjiptakan kitab itu sesuai dengan adjaran dan pandangan gurunja, Jeheskiel. Anggapan itu tentu sadja mem-besar2kan halnja melewati batas. Sekalipun kitab Levita baru disusun didjalam sesudah Jeheskiel dan walaupun ada kesamaan njata antara kitab Jeheskiel dan kitab Levita (Jehesk. 11,20;20,19-20;36,27 = Lv. 26,3; Jehesk. 5,12;6,11-12;7,15 = Lv. 26,25-26; Jehesk. 45,10 = Lv. 19,36; Jehesk. 46,7 = Lv. 14,22.30), namun hal itu belum djuga membuktikan, bahwa Levita bergantung pada Jeheskiel. Sebab sebagian kitab Levita tentu sadja berasal dari djaman dahulu. Tapi kesamaan antara Kitab Jeheskiel dengan kitab Levita tjukup menjatakan bahwa Jeheskiel termasuk kalangan imam2 jang menghasilkan kitab Levitika, sebagaimana Jeremia termasuk golongan orang2 jang menelurkan kitab Ulang-tutur. Nabi Jeheskiel demikian kuat dan besar tjorak keimamannja, sehingga ia tidak mampu membajangkan djaman keselamatan dankebahagiaan kelak selain dengan gambaran dan gagasan2 keimaman (pas. 40-48). Menurut keterangan kitabnja sendiri (1,1) Jeheskiel, kiranja masih agak muda, dibawa ke Babel masuk pembuangan bersama dengan radja Jojakin serta kaum terkemuka dari negeri Juda (tahun 598/597). Dengan demikian dapat dipahami djuga, bahwa nabi Jeremia dan nabi Jeheskiel sungguhpun orang sedjaman, namun rupa2nja tidak saling mengenal. Sudah lima tahun Jeheskiel di Babel ketika dalam tahun 593 ia dipanggil mendjadi nabi. Panggilan itu terdjadi dalam sebuah penglihatan adjaib dekat sebuah terusan pengairan di Babel, Kebar namanja (1,3) dekat pada kota Nippur. Tempat tinggalnja serta rumahnja kiranja jang sudah lama runtuh). Disitu ia mempunjai hubungan tetap dengan kaum buangan Jahudi di negeri Babel. Selain keterangan2 tersebut tidak ada banjak dari riwajat hidup nabi itu jang diketahui. Masih ada berita lain jang kemudian muntjul tapi berita2 itu tidak boleh dipertjajai. Dalam tahun 571 ia masih hidup dan bekerdja sebagai nabi (29,17), tapi tidak diketahui dan dimana ia meninggal. Tapi diri nabi Jeheskiel lebih baik dikenal berkat bahan jang terkumpul dalam kitabnja. Ia sungguh2 seorang nabi sedjati dan ia diangkat Jahwe mendjadi penindjau umatNja (3,17;33,7). Maka dari itu sudah barang tentu ia sedikit banjak mirip nabi2 jang mendahuluinja. Itu chususnja berkenaan dengan tugas jang diserahkan kepadanja. Seperti nabi2 lain ia mengantjam atas nama Jahwe serta menubuatkan bentjana jang akan menimpa Jerusjelam erta bangsanja karena dosa jang dilakukan, teristimewanja penjembahan berhala dan pelanggaran hukum keigamaan. Nabi Jeremia sampai runtuhnja Jerusjalem masih terus berharap dan mengadjak agar Jerusjalem bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari hukuman jang mendekat. Demikianpun nabi Jesaja. tapi pengharapan jang serupa itu pada Jeheskiel tidak terdapat. Ia menubuatkan keruntuhan umat Jahwe jang tak terelakkan lagi. Itu pasti akan datang dan tak terhindari (pas. 1-24). Iapun seperti nabi2 lain menelah keselamatan dan pemulihan umat Jahwe kelak (11,14-21; pas.34-39). Masa depan jang bahagia itu sama pasti seperti keruntuhan dulu. Akan tetapi nabi Jeheskiel toh sangat berbeda dengan nabi2 lain pula. Wataknja sendiri tidak dirobohkan oleh anugerah kenabian dan watak itu nampak di-mana2 dalam tjaranja ia menjampaikan kabarnja. Nabi Jeremia adalah tokoh jang amat halus perasaaannja. Ia sendiri sangat menderita karena kabarnja jang berat. Nabi Hoseapun amat halus perasaan hatinja dan amat mesra tjintanja kepada Jahwe dan umatNja. Jesaja punja sifat keakalan jang menjelami serta memikirkan persoalan dan mengeluarkan pikirannja dalam bahasa sastera jang indah sekali. Para nabi jang mendahului Jeheskiel membawakan kabarnja dengan perkataan jang singkat dan padat. Pepatah dan ungkapan tegang jang menumbuk hati para pendengar laksana pukulan palu. Jang paling penting baginja ialah sabda Jahwe jang diterima mereka langsung dari Tuhannja dan itu diilhamkan kepada hatinja tanpa banjak gedjala ekstatis, penglihatan dan penampakan. Lain halnja dengan Jeheskiel. Perasaan halus hampir tidak ada padanja. Ia merupakan tokoh jang agak dingin wataknja. Antjaman2 dan djandji dikeluarkannja dengan hebatnja tapi dengan hampir tidak tersinggung hatinja sendiri. Keterharuan jang menggelorakan hati tidak ada padanja. Hanja satu kali ia berdoa untuk bangsanja jang akan binasa (9,8;11,13). Pikiran2 jangmendalam pertjuma sadja ditjari dalam kitabnja. Memang pada nabi2 pendahuluannja kita menemukan penglihatan dan ekstase (Js. 6; Jr.1). Tetapi dalam keseluruhan hal itu kurang penting dan tidak memegang peranan jang besar. Jeheskiel tidak suka akan pepatah dan ungkapan singkat-padat. Daja chajalnja terlalu kuat untuk merasa puas dengan itu. Sebalikja, Jeheskiel suka menggambarkan dan melukiskan segala sesuatu dengan pandjang sampai hal jang ketjil2 dan dengan sangat terperintji. Dan apa jang dikatakannja tidak sadja didengarnja dari Jahwe tapi dilihatnja dahulu dalam penglihatan2 jang diterimanja dalam ekstase (1-3;8-11;40-48). Ekstase, jangdapat berlangsung sampai tjudjuh hari lamanja (3,15) itu, memang peranan amat besar dalam hidup Jeheskiel (1,3;2,2;3,14.22-23;8,1;33,22;37,1;40,1). Dalam ekstase itu ia membuat perdjadjian sampai ke Jerusjalem, seperti kemudian Muhammat (3,22-24;37,1-2;8,1- 9,11;11,24-25;40,2). Dalam hal2 ini, jakni penglihatan dan ekstase Jeheskiel merupakan perintis djalan dan pendahuluan untuk apa jang kemudian berkembang dalam sastera jang disebut "apokaliptik", sebagaimana terdapat misalnja dalam kitab Zakarja dan Daniel. alat wahju dalam kitab2 itu ialah penglihatan. Karena sifatnja jang kuat daja chajalnja Jeheskiel djuga suka akan gambaran2 kiasan jang disadjikan dengan pandjang lebar dan dengan agak terperintji (15;16;19;23;13,10-16;34). Chususnja ia senang dengan nubuat2 dalam perbuatan, perbuatan jang merupakan lambang. Memang djuga nabi Jeremia menggunakan alat itu (Jr. 13,1-11;18,1-12;19,1-15;27-28;32;35;51,63) dan itupun tidak asing sama sekali bagi nabi2 lain pula (Js. 7,15;8,1-4;20,1-10; Hos.1), tapi pada nabi2 lain perbuatan2 itu agak sedikit sadja dan sabda jang menjertainja selalu djauh lebih penting daripada perbuatan sendiri. Tapi Jeheskiel berpendapat bahwa perbuatan2 itu sendiri djauh lebih terang dan bermakna daripada perkataan sadja. Seringkali alat itu digunakan da setjara terperintji semua ditjeritakannja, meskipun tidak selalu terang apakah ada penglihatan atau perbuatan jang njata (2,8;4,9-17;5;12,3-16;3,25-27;4,1-3.4-8;21,23-29;24,1-14.15-17;37,15-28). Ia se- akan2 memainkan didepan mata para menontonnja apa jang akan terdjadi dimasa depan. Dan perbuatan2 itu sesungguhnja lebih penting daripada keterangan jang menjertainja. Karena kesukaannja akan bahasa kiasan dan lambang2 itupun Jeheskiel karib dengan sastera apokaliptik jang djuga penuh denganlambang2 aneh dan sukar dipahami. Jeheskiel sendiri mentjeritakan apa jang dilihatnja dan diperbuatnja dan demikianpun para apokaliptisi sendiri mentjeritakan semuanja. Maka itu tidaklah mengherannkan bahwa dalam kitab Jeheskiel terdapatlah suatu apokalips belaka, jakni nubuat tentag Gog dari Magog (Pas. 38-39). Dengan demikian nabi Jeheskiel se-akan2 berdiri diantara para nabi jang mendahuluinja dan para apokaliptisi jang kemudian tampil kemuka. Sifat2 dari kedua2nja terdapat pada Jeheskiel. Berdampingan dengan ekstase beberapa gedjala aneh lain lagi memegang peranan dalam riwajat hidup nabi Jeheskiel. Ber-hari2 lamanja ia tetap berbaring dengan tidak dapat bergerak sedikitpun; beberapa lamanja ia tidak dapat berbitjara selain atas perintah Jahwe sendiri (3,15.25-27;4,8;24,27); dari kedjauhan ia melihat hal tertentu terdjadi di Jerusjalem (11,13). Beberapa ahli pernah mengambil kesimpulan, bahwa nabi itu sesungguhnja kena panjakit djiwa; bahkan ada jang tahu akan nama penjakit itu, jakni epilepsi. Tapi ekstase, djuga ekstase dalam mana orang dipindahkan ketempat lain, belum djuga menudnjukkan suatu penjakit djiwa dan mengingat bahwa Jeheskiel suka akan perbuatan beribarat, maka keanegan2 lain itu sama sekali tjotjok dengan sifatnja itu. Kiranja tidak ada dasar untuk menernagkan nabi itu seseorang jang miring otaknja dan tidak sehat djiwa dan urat-sarafnja. Memang seorang nabi sedjatipun dapat menderita penjakit djiwapun pada dirinja dapat dibarengi dengan anugerah kenabian. Tapi apa jang kita tahu tentang diri Jeheskiel tidak mengidjinkan kesimpulan jang sedemikian itu. Kita djuga tahu hanja sedikit sekali tentang tjaranja anugerah kenabian dapat bekerdja. Walaupun Jeheskiel ada daja chajal jang kuat padanja, namun ia bukan seorang sasterawan. Beberapa nabi lain meninggalkan karja sastera jang termasuk kedalam jang paling bagus dan paling indah. Tapi karja Jeheskiel tidak boleh dihitung diantaranja. Ada bagian2 dalam kitabnja jang betul bagus (26,2-14;27,8-9.25-36), tapi umumnja gaja bahasanja tidak meninggalkan kesan jang mendalam. Djang ia pakai puesi, biasanja prosa sadjaBahasanja sedikit banjak membosankan. Ia terlalu berpandjang kalam, sering mengulang jang sama dan bahasa kiasnja agak ruwet. Ia miskin akan perkataan jang sesungguhnja hanja sedikit djumlahnja dan susunan kalimatnja sering sama sadja. Sebagai sasterawan Jeheskiel adalah seorang dari antara para pengarang Perdjandjian Lama jang paling lemah. Gaja bahasanja sangat serupa dengan gaja bahasa para imam jang menelurkan kitab2 undang, seperti Levitika. Dan kitab hukum tentu sadja bukan sastera jang dibatja dengan senang hati. Rangka djangka waktu riwajat hidup Jeheskiel dengan baik2. Sebab dalam kitabnja banjak tanggal tertjatat (1,1- 3;3,16;8,1;20,1;24,1;26,1;29,1;29,17;30,20;31,1;32,17;38,21;40,1). Sungguhpun naskah Hibrani tidak selalu amat djelas dan dalam terdjemahan Junani kadang2 ada perbedaan tanggal (8,1;20,1;29,1;32,1;33,21), kalau dibandingkan dengan naskah Hibrani, namun ada tjukup kepastian untuk menanggalkan djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel sebagai nabi. Menurut 1,2-3 ia dipanggil dalam "tahun kelima pembuangan radja Jojakin," djadi dalam tahun 593 seb.Maseh. Nubuat terachir diutjapkannja dalam tahun Keduapuluh tudjuh" (29,17), jakni tahun keduapuluh tudjuh radja Jojakin, ialah tahun 571. Dengan demikian djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel adalah duapuluh dua tahun mulai dari tahun 593. Riwajat hidup Jeheskiel dengan demikian terang2 dibagi atas dua bagian besar, jakni sebelum keruntuhan Jerusjalem (tahun 587) dan sesudahnja. Peristiwa itu memang maha penting baik untuk sedjarah Israil maupun untuk tjorak pekerdjaan Jeheskiel. Djaman itu adalah djaman jang memutuskan bagi Israil, baik dibidang kenegaraan maupun dibidang keigamaan. Keadaan politik dan keigamaan bangsa Israil pada masa itu sudah digambarkan dalam pendahuluan untuk Kitab Radja2. Si pembatja hendaknja membatja kembali. Pengetahuan tentang keadaan di Palestina itu memang perlu sekali untuk mengerti Kitab Jeheskeil. Sebab nubuat2nja diutjapkan dilatar belakang itu serta terus menjindirnja. Akan tetapi nabi Jeheskiel tidak bekerdja dinegeri Juda melainkan diantara kaum buangan di Babel-demikianlah keterangan kitab sendiri dan pendapat jang lebih umum dianuti para ahli. Maka itu perlu kiranja disini dilukiskan keadaan kaum buangan di negeri Babel itu. Keadaan itupun adalah latar belakang pekerdjaan Jeheskiel. Sebagaimana dari kaum buangan Jahudi oleh radja Babel dikerdjakan dalam perusahaan2 negara sebagai pekerdja paksa atau rodi. Negeri Babel kan barusan sadja mengalami banjak kerusakan, oleh sebab direbut dan dibinasakan oleh radja Asjur Sanherib (688) dan radja Asjurbanipal 9648). Radja2 baru (Nebupolassar, Nebukadnezar) sekuat tenaga berusaha untuk memulihkan semuanja serta memadjukan kemakmuran negaranja. Maka itu mereka membutuhkan banjak orang. Orang2 Babel sendiri sering dipaksa tapi chususnja bangsa2 jang ditaklukkan dan lalu dipindahkan ke Babel, antara lain sebagian dari bangsa Juda. Dari keadaan itu kiranja datang berita tentang penganiajaan jang dialami orang2 Jahudi jang disiksa oleh orang Babel (Jr. 29,22; Neh.5,8; Js. 42,22;49,9;52,2).Keadaan itu tidak selalu sama buruknja. banjak bergantung pada radja jang berkuasa serta sikapnja terhadap orang2 Jahudi. Kebanjikan orang Jahudi dipergunakan untuk membangun negeri pada umumnja. Maka mereka ditempatkan dipedalaman, dalam kota2 dn desa2 jang sudah runtuh dengan maksud agar mereka membangun kota2 dan desa itu serta mengerdjakan tanah, sehingga itu mendjadi subur kembali. Dengan demikian kelompok2 orang2 Jahudi, lebih kurang besar, tersebar, diseluruh negeri. Orang mendapat kesan, bahwa koloni2 itu mendapat kesempatan untuk berkembang dan madju dalam pertania (Jr. 29,5-6) dan djuga dalam perdaganga. Rupa2nja koloni itu boleh hidup dengan tjukup tenang dan malah menikmati sedikit kebebasan untuk mengurus dirinja sendiri. Dalam kitab Jeheskiel berulang kali muntjullah "kaum tua2" Israil (8,1;14,1;20,1), kepala2 orang2 Jahudi, meski kedudukannja tidak mendjadi amat djelas sekalipun. Djadi keadaan orang2 Jahudi tidak amat buruk. Waktu radja Parsi, Cyrus, kemudian mengidjinkan mereka untuk pulang ketanah airnja, maka banjak tidak mau pergi oleh sebab merasa tjukup senang di Babel dan terlalu terikat pada miliknja disitu (Esr. 1,6). Dalam Kitab Jeheskiel orang2 Jahudi ada rumahnja sendiri (3,24) dan mereka berpakaian tjukup baik (24,17). Tak pernah muntjullah pegawai Babel atau gangguan dari pihak negara. Si nabi dapat bergerak bebas tanpa diusik oleh instansi Babel. Dan ia tentu sadja "berchptbah" diantara kaum buangan dan tidak hanja diam2 menulus nubuat2nja supaja dengantjuri dibatja. Keadaan keigamaan kaum buangan memang lebih penting untuk memahami Kitab Jeheskiel. Menurut pendapat Jeheskiel, sebagaimana djuga anggapan Jeremia (Jr.24), kaum buangan di Babel lebih baik dari pada orang2 Juda jang masih di Jerusjelam (11,16-20). Mereka itu menganggap dirinja lebih baik daripada kaum buangan jang njata ditolak dan dihukum oleh Jahwe karena dosa2 nja (11,5.3;33,24), akan tetapi kebalikannja jang benar. Tapi lain pendapat kaum buangan sendiri. Mereka masih membawa anggapannja dahulu. Jerusjalem adalah kediaman Jahwe jang meradja hanja disitu. Hanja dikota sutji itu Ia boleh dihormati semestinja denga ibadah meriah dan gemilang dalam BaitNja disitu. Maka itu orang2 jang tertinggal di jerusjalem sesungguhnja orang jang bahagia dan kaum buangan sungguh orang buangan Jahwe (11,15). Dinegeri asing, Babel, mereka merasa diri malang dan sangat ingin pulang ketanah airnja (24,21-25). Mereka jakin, bahwa tidak dapat meninggalkan Jerusjelam dan membiarkan kota sutjiNja binasa. Ia pasti akan menjelamatkan Jerusjalem dan membinasakan musuhnja, jakni Babel. Setelah waktu hukuman dan pertjobaan sudah lewat - sudah barang tentu lekaslah itu akan terdjadi - maka Israil akan dipulihkan. Kaum buangan dapat kembali dan berbakti kepada Jahwe dalam BaitNja jang sutji. Hati kaum buangan sungguh ada di Jerusjelam. Pendiriannja itu masih dikuatkan oleh nabi2 palsu di Babel (13,1-16). Tetapi ada djuga orang jang sedikit putus harapan. Dinegeri jang asing itu mereka tidak dapat berbakti kepada Jahwe, jang njata lebih lemah daripada dewata kafir (36,20). Karena itu mereka merentjanakan untuk berbakti kepada dewata itu dan meninggalkan Allahnja sendiri (20,32). Ibarat kafir di Babel membudjuk hatinja (Bar.6,3-6). Ilmu sihirpun subur berkembang diantara mereka (13,17-23). Dahulu ditanah airnja sudah begitu, tapi dengan melihat adatistiadat di Babel mereka lebih tertarik lagi. Jeheskiel merasa diri dipanggil untuk atas nama Jahwe menentang pendapat dan pendirian tersebut. Bagian pertama kabarnja terus-menerus menekan, bahwa sesungguhnja Jerusjalem jang buruk sekali. Penduduknja sama sekali tidak bertobat dari djalannja jang djahat kendati nasib kota dalam tahun 597. Mereka pertjaja sadja pada Bait Allah dan perlindungannja dan serentak berbakti kepada matjam2 dewa2 asing, bahkan di Bait Allah sendiri (8). Nabi Jeheskiel berusaha mejakinkan kaum buangan, bahwa Jerusjalem pasti dan lekas akan runtuh sama sekali serta binasa lenjap karena dosanja itu (7,9;8,18;5,11;9,10). Tidak ada harapan lagi bagi penduduknja jang djahat. Karena itu pengharapan kaum buangan sia2 belaka, tanpa dasar apapun djua. Akan ganti berharap lebih baiklah mereka menjediakan dirinja untuk menerima keruntuhan kota sutji sebagai hukuman jang adil (14,22-23). Tetapi kaum buangan tidak suka mendengarkan kabar Jeheskiel jangkeras itu. Mereka mengedjek dan menentang nabi itu (12,21.26;33,30;2,6). Karena itulah mereka disebut "bangsa degil" oleh Jeheskiel (2,3.6.7;4,7-8;12,2 dan seterusnja). Setelah antjaman nabi terhadap Jerusjalem terlaksana dan kota sutji sesungguhnja binasa sesuai dengan nubuatnja, maka ada bahaja bahwa kaum buangan sama sekali berubah sikapnja. akan ganti optimisme tanpa dasar dan tanpa alasan, suatu pessimisme jang terlalu mengantjam kaum buangan. Sekarang mereka berpendapat, bahwa Jahwe sama sekali tidak berkuasa lagi, bahwa harapan Israil lenjap sama sekali (37,11). Jahwe njata tidak mampu menjelamatkan. Ia sudah menolak umatNja. Berhadapan denganpessimisme itu Jeheskiel terpaksa mengambil sikap jang kebaikannja dari kabarnja dahulu. Kini ia menekan, bahwa Jahwe tentu sadja akan menjelamatkan sisa umatNja di masa depan (11,17-19); bahwa Allah memang setia pada djandjiNja (20,42;16,60) dan tidak menolak umatNja. Ia pasti akan menjelamatkan (37,1-14.15-27;34,12) dan membinasakan musuh2 (25-32;38-39). Sebagaimana kaum buangan (6,8;20,37-38) akan pulang ketanahairnja dan disitu lalu akan hidup dengan sutji, tenang dan bahagia (34,11-16.25-31;36,1-38). Masa depan jang bahagian itu sekarang digambarkan oleh si nabi sebagaimana ia dahulu melukiskan keruntuhan Jerusjelam. Dan seperti Jahwe dahulu melaksanakan antjamanNja demikianpun sekarang Ia akan berteguh pada djandjiNja. Adapun kedua bagian perkabaran Jeheskiel jang termuat dalam kedua bagian kitabnja (1-24;25-48) itu terikat satu sama lain se-erat2nja. Kabarnja jang dahulu bermaksud melindungi kaum buangan terhadap kepertjajaan jang sia2 pada Jerusjalem dan perlindungan Jahwe. Dengan demikian mereka mungkin tidak hilang pengharapan dan kepertjajaannja apabila Jerusjalem punah. Setelah nasib itu menimpa kota itu, nabi itu lalu bekerdja tenaga untuk menguatkan iman kaum buangan jang tergontjang oleh peritiwa itu. Sekali lagi Jeheskiel menundjukkan kekuasaan Jahwe jang dahulu njata dalam hukuman tapi jang pasti akan njata pula dalam penjelamatan djuga. Pengalaman buruk jang sudah mendjadi djaminan untuk masa depan jang bahagia. Kitab Jeheskiel tentu sadja memberikan kesan, bahwa nabi itu tampil dan bekerdja sebagai nabi hanja di Babel sadja. Banjak ajat dari kitabnja menundjuk kepada hal itu dengan kentara (1,1-3;3,11,10,22;8,3;11,24;14,22;20,34- 38.42;21,6;24,26;33,21;40,1-2). Dalam gambaran jang diatas ini kami sadjikan itu kesan tersebut diterima sadja sebagai kebenaran. Ber-abad2 lamanja orang begitu sadja menerima hal itu jang tak pernah di-ragu2kan. Baru dalam abad kita ini, muntjul ahli2 jang menjerang dan menolak anggapan umum itu. Ada orang jang sampai mempertahankan, bahwa Jeheskeil tidak pernah ada di Babel, bahkan kaum buangan Jahudi di Babel tak pernah ada. Kesemuanja itu merupakan dongengan belaka. Jeheskiel - kalau2 ia sungguh seorang nabi jang pernah hidup-bekerdja hanja di Jerusjalem sadja. Tentu Kitab Jeheskiel menempatkannja di Babel, akan tetapi itu merupakan hasil dan akibat susunan kitab jang sekarang ada dan jang dibuat oleh orang jang ingin menempatkannja disitu, manapun djua sebabnja. Semuanja ajat jang memuat keterangan2 itu merupakan tambahan belaka dari tangan si penjusun kitab itu dan tidaklah berasal dari Jeheskiel sendiri. Pandangan jang radikal itu tidak ada banjak ahli jang menerimanja. Tapi beberapa ahli jang penting menerima bahwa Jeheskiel dahulu bekerdja di Jerusjalem, Kemudian pindah ke Babel dan meneruskan pekerdjaan kenabiannja disitu. Bagian pertama kitabnja (1-24), jang memuat antjaman lawan Jerusjalem (adapun djandji2 jang terdapat disitu tidak ada pada tempatnja) diutjapkan nabi dalam kota itu sendiri. Bagian kedua dibawakannja di Babel, jakni djandji2 keselamatan. Ada orang jang berpendapat, bahwa Jeheskiel bernubuat di Jerusjalem sampai tahun 597. Dengan pembuangan pertama ia pergi ke Babel.Orang lain mengira, bahwa Jeheskiel dalam tahun 597 dibuang ke Babel tapi lalu kembali ke Jerusjalem ia kembali ke Babel untuk melandjutkan pekerdjaannja ditengah kaum buangan disitu. Orang lain achirnja berpendapat, bahwa nabi terus tinggal di Jerusjalem sampai tahun 587. Dalam itu djuga ia dibuang ke Babel dan melangsungkan tugas kenabiannja disitu hingga tahun 571. Kesan jang sekarang ditinggalkan oleh kitabnja sendiri, jakni Jeheskiel di Babel sadja merupakan hasil dari susunan kitab, jang dibuat orang lain sesudah Jeheskiel. Si penjusun menaruh panggilan Jaheskiel mendjadi nabi di Babel pada ambang kitabnja, sebagai pembukaan. Maka itu si pembatja jang tidak hati2 mendapat kesan, bahwa Jeheskiel terus sadja di Babel. Djikalau panggilan itu dipindahkan ketempat lain dalam kitabnja,maka dalam bagian pertama kitab itu orang sama sekali tidak mendugai, bahwa nabi itu tinggal di Babel, melainkan di Jerusjalem. Memang tidak dapat disangkal, bahwa kitab Jeheskiel melahirkan beberapa kesulitan, djikalau diterima bahwa nabi itu bekerdja hanja di Babel sadja. Kesulitan jang paling besar ialah: nubuat2 jang terkumpul dalam bagian pertama kitabnja berbitjara tentang Jerusjalem melulu. Dosa2 penduduknja dilukiskan dengan pandjang lebar dan hukumnja digambarkan setjara terperintji. Kesemuanja itu dimengerti baik2 seandainja Jeheskiel berbitjara di Jerusjalem dan kepada penduduknja. Akan tetapi sedikit sukar dipahami makna dan maksudnja,djikalau diterima bahwa ia ada di Babel dan berbitjara kepada kaum buangan disitu. Mengapa ia tidak pernah berbitjara tentang kaum buangan sendiri dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan serta keperluan mereka? Akan tetapi untuk mempertahankan dirinja, anggapan tersebut harus sangat menjentuh teks kitab Jeheskiel sebagaimana jang terdapat dalam kitab Sutji. Banjak ajat dan bagaimana harus dipindahkan ketempat lain atau harus dihapus sebagai tambahan dari tangan si (para) penjusu. Ajat2 lain lagi harus ditafsirkan dengan tjara jang sedikit aneh jang dengan sukar dapat dipaksakan kepada teks itu. Maka dari itu pendapat jang baru itu menemui banjak pertentangan dari pihak ahli2 jang terus membela anggapan tradisional kendati kesulitan jang memang ada. Adapun pendapat tradisional sungguh2 bersandar pada keterangan kitab Jaheskiel sendiri. Kalaupun diterima bahwa 1-3 tidak ada pada tempatnja ataupun tjampuran dua panggilan tersendiri, namun dalamkitab itu masih ada banjak keterangan lain jang mendukung pendapat itu. Ajat2 diatas ini dikutip hampir atau sama sekali tidak dapat dipahami, seandainja nabi itu tidak di Babel, melainkan di Jerusjalem. Manghapus semua atau menafsirkannja begitu rupa, sehingga dapat dikenakan pad Jeheskiel di Jerusjalem, tentu sadja tidak amat menjakinkan. Jeheskiel dalam bagian pertama kitabnja sesungguhnja berbitjara hanja tentang Jerusjalem. Tapi hal itu tidak begitu aneh bagi nabi, jang djuga berbitjara tentang bangsa2 kafir, bahkan kepada mereka (25,3;27,3;28,12;31,2;32,2). Tidak ada seorangpun jang lalu mengambil kesimpulan, bahwa ia djuga hidup di-tengah2 bangsa2 itu serta berpidato kepada mereka. Demikianpun halnja dengan nubuat2 tentang Jerusjalem dan untuk penduduknja. Kalau keadan batin kaum buangan sesungguhnja ada sebagaimana diatas ini kami gambarkan, maka nubuat2 tentang keruntuhan Jerusjalem tentu bermakna bagi mereka djuga: kepertjajaan jang sia2 dan jang berbahaja harus digojangkan. Maka itu kami menuruti sadja anggapan tradisionil, jakni: nabi Jeheskiel tampil dan bekerdja di-tengah2 kaum buangan di Babel. Pendapat ini memang harus berusaha menerangkan beberapa ajat jang rupa2nja menjatakan ia di Jerusjalem, seperti 12,22;14,2-8;18,1;20,30- 31;23,23;44,6-9. Dan keterangan sedemikian itu memang tidak gampang djuga. Kitab Jeheskiel merupakan kitab jang baik sekali susunannja, lebih baik teratur dari pada kitab2 nabi lainnja, jang kadang2 meninggalkan kesan kekatjauan. Kitab Jeheskiel boleh dibagikan sebagai berikut: Panggilan si nabi (1,1-3,21). Bagian pertama (3,22-24,27): Nubuat2 perihal Juda dan Jerusjalem sebelum kota itu dikepung, sebuah kumpulan nubuat dan perbuatan beribadat jang menelah keruntuhan Jerusjalem jang terachir. Terdapatlah dalam bagian ini: Beberapa perbuatan beribadat (4,1-5,7); antjaman2 (5,5-7,27); penglihatan Bait Allah (8,1-11,25); beberapa perbuatan beribadat lagi (12,1-20); nabi benar dan nabi2 palsu (12,21- 14,11); adjaran tentang pembalasan pribadi (14,12-23); empat gambaran kiasan (15,1-17,24); pembalasan pribadi dan pertobatan (18,1-32); lagu ratap (19,1-14); kedjahatan Israil (20,1-44); pedang Jahwe (21,1-37); dosa2 Jerusjalem (22,1-31); dan gambaran kiasan (23,1-31). Bagian kedua (25,1-32); Nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang ikut meruntuhkan umat Jahwe atau jang merasa senang karena kebinasaannja. Bagian ketiga (33,1-39,29) Nubuat2 jang dibawakan Jeheskiel waktu Jerusjalem dikepung hingga binasa dan nubuat2 jang diutjapkannja sesudahnja. Dalam nubuat2nja ini ia menelah kebinasaan Israil tapi chususnja pemulihanja kelak. Bagian jang paling penting ialah: Gambaran kiasan tentang para gembala Israil jang buruk dan Gembala jang baik (31,1-31); penglihatan tulang2 jang dihidupkan kembali oleh roh Jahwe (37,1-14); nubuat tentang Gog dan Magog (38,1-39,20). Bagian keempat dan terakhir dari kitab Jaheskiel 940,1-48,35) menggambarkan masa bahagia jang akan datang. Keradjaan Allah jang baru ditjiptakan: Bait Allah jang baru, pusat negeri dan sumber sesuburan adjaib (40,1-47,12); pembagian tanah kepada keduabelas suku Israil (47,13-48,35). Kesatuan kitab dan susunannja jang djitu rupa2nja kentara sekali. Ada orang jang membajangkan nabi itu sendiri duduk menjusun kitabnja dengan tenang hati dikamarnja kerdjanja dan rentjana dan rangka danjang ditetapkan sebelumnja. Jeheskiel nampak bukannja sebagai nabi pengchotbah jang dengan hangat mengutjapkan nubuat2nja dan melakukan lambangnja, melainkan nabi pengarang dan pengubah jang lebih suka menerbitkan kitab daripada tampil dimuka orang banjak. Akan tetapi denganmembatja kitabnja dengan teliti dan saksama kesanjang pertama itu hilang. Maka mendjadi njata bahwa Jeheskiel adalah seorang nabi seperti jang lain2 jang tampil kedepan kaum sebangsa, bukan sebagai sasterawan melainkan sebagai pengchotbah. Njata djuga, bahwa susunan kitabnja tidak begitu baik dan teratur. Tidak terdapatlah bagian jang sedjadjar tapi dengan perbedaan ketjil (3,16b-21 = 33,7-9;18,25-29 = 33,17-20;11,16-21 = 36,16-18;1,3-28 = 10,1-22). Orang berkesan, bahwa bagian2 itu aselina satu dan sama djua tapi dalam tradisi mendapat bentuk jang sedikit berbeda, bahkan agak berbeda djuga, oleh sebab jang aseli disadur oleh siapapun djua. Ada djuga bagian jang memutuskan djalan pikiran, seperti misalnja 3,16b-21 jang diselipkan kedalam kesatuan aseli, sehingga 3,22 meneruskan 3,16b. Djuga 2,1-3,9 kiranja dimaksudkan kedalam penglihatan kereta Jahwe ditepi sungai Kebar. Lagi 11,1-21 memutuskan djalan pikiran dari 10-22 jang diteruskan 11-22. Demikianpun 4-10-11 aseli kiranja bersambung dengan 4,16-17 sehingga 4,12-15 tidak ada pada tempatnja disitu. ada djuga bagian2 jang memberikan kesan, bawha kemudian ditambahkan enatah oleh nabi itu sendiri entah oleh orang lain, misalnja: 6,8-10;16,30-34;22,23-31;40,38- 43;41,15b-26 dll. Maka itu harus dikatakan,bahwa kitab Jeheskiel tidak dengan sekaligus sadja dikarang oleh Jeheskiel sendiri. Sebagaimana halnja dengan kitab nabi2 lain, kitab Jeheskielpun merupakan suatu kumpulna nubuat2 jang aselinja setjara lisan (mungkin djuga salah satu bagian dengan tulisan sadja) dibawakan oleh nabi itu. Baru kemudian dikumpulkan dan disusun dalam satu kitab. Maka itu dengan sendirinja muntjul pertanjaan ini: Siapa penjusun kitab itu dan adakah kitab itu, sekurang2nja isinja berasal dari tokoh kenabian jang bernama Jeheskiel dan jang bekerdja pada kaum buangan Israil di Babel? Memang ada ahli2 jang sama sekali menjangkal, bahwa seorang nabi dari pembuangan adalah asal-usul kitab ini. Kata ahli2 itu: Kitab Jeheskiel adalah karangan agak belakangan jang hanja ditaruh dalam mulut seorang tokoh kenabian dari pembuangan, jang sesungguhnja buah chajal belaka. Kitab Jeheskeil dikatakan berasal dari Jeheskiel seperti misalnja kitab Kebidjaksanaan atau Madah Agung berasal dari radja Sulaiman. Tetapi pendapat itu pasti djauh melewati batas dan berakar dalam prasangka tertentu. Tidak ada alasan sjah untuk memungkiri, bahwa Jeheskiel sungguh seorang nabi sedjati dari djaman pembuangan. Analysa kitabnja tjukup membuktikan bahwa bagian besar sungguh berasal dari orang jang satu dan sama, jang hidup dan bekerdja sebagai nabi waktu pembuangan. Antara lain bukti terdapat djuga bahasa jang dipakai dalam kitab ini. Bahasa Hibrani sangat dipengaruhi bahasa Babel. Gedjala itu lebih baik diterangkan, djikalau nabi sungguh hidup di Babel. Kitab Jeheskiel djuga berulang kali menjindir peristiwa2 jang terdjadi pada djaman itu di Palestina dan diluar Palestina. Seseorang jang hidup dan mengarang didjaman kemudian tak mungkin menulis begini. Maka dari itu kebanjakan ahli mempertahankan berita dari kitab itu sendiri, jakni: umumnja kitab itu berasal dari seorang nabi jang bernama Jeheskiel. Akan tetapi hal itu belum berarti, bahwa segala sesuatu jang terdapat dalam kitab itu berasal dari orang jang satu dan sama itu djua. Diatas ini sudah ditundjukan beberapa jang kiranja berasal dari tangan lain dan tidak dari Jeheskiel sendiri. Hal jang sedemikian itu terdjadi pada pelbagai kitab Perdjandjian Lama jang dalam sedjarahnja mengalami perobahan dan saduran ketjil- besar dan djuga tambahan2 diselipkan kedalam naskah jang aseli. Itupun tidak mengurangi harga Kitab Sutji, oleh sebab djuga bagian2 itu dikarang dan dimasukkan kedalam Kitab Sutji atas dorongan Allah sendiri. Maka itu tidak ada keberatan untuk menerima tambahan2 pada kitab Jeheskiel jang aseli, asal dibuktikan setjukupnja. Lalu pemeriksaan isi dan bahasa kitab menjatakan dua hal jakni: Bagian terbesar dari satu orang sadja; tapi djuga ada bagian2 ketjil jang pasti dikarang orang lain atau jang keaseliannja boleh diragukan. Ada beberapa ahli jang menerima, bahwa Jeheskiel sendiri menjusun, kitabnja. Sekalipun seluruh kitab itu tentu sadja tidak dikarang dengan sekaligus, namun menurut ahli2 tersebut nabi itu sediri kemudian mengumpulkan nubuat2 jang pernah diutjapkan dan berita tentang perbuatan beribarat jang pernah dilakukannja. Mungkin sekali ia mentjatat dahulu nubuat danberita itu tersendiri dan bahan jang dengan demikian tersedia kemudian disusunnja dalam satu kumpulan besar, jakni kitab Jeheskiel. Bahkan ada hli jang menjangka mereka sanggup menundjukkan tanggannja kitab selesai. Dalam 1,1 terdapat tanggal: "dalam tahun ketigapuluh". Sudah barang tentu tangal itu suatu teka-teki, akan tetapi menurut ahli2 tersebut tanggal itu menundjukkan ke tahun ketigapuluh pembuangan radja Jojakim, sehingga mendjadi tahun 586 seb. Mas.,maksud tjatatan itu ialah: dalam tahun itu kitab Jeheskiel selesai disusun dan diterbitkan dan itupun oleh nabi itu sendiri. Memang boleh diterima, menurut ahli2 itu, bahwa kemudian kitab jang sudah selesai itu masih disadur sedikit dan disana sini ditambahi oleh orang lain, tapi umumnja kitab itu disusun dan diterbitkan oleh nabi Jeheskiel sendiri. Adapun pendapat tersebut sukar dipertahankan djika kitab Jeheskiel dipeladjari. Susunan kitab disana-sini agak katjau dan kekatjauan itu sukar dipahami, seandainja nabi sendiri menggubah kitabnja. Diatas ini beberapa tjontoh sudah disadjikan dan boleh ditambahkan lagi misalnja: Nubuat tentang Edom (pas 35) lebih pada tempatnja diantara nubuat2 tentang bangsa2 kafir dalam pasal 25. Lagu tentang Tyrus djalannja oleh daftar pedagang (27,9-24). 3,22-27 kiranja harus dihubungkandengan24,24-27 dan 33,21-22. Dipasal 3 pasti tidak pada tempatnja, oleh sebab sukar diterima, bahwa nabi baru sadja menerima tugasnja, lalu segera dilarang untuk berbitjara. 34,23-24 merupakan bagian tersendiri dan memutuskan djalan pikiran: 34,22 diteruskan 34,25. Demikianpun 12,12-15 merupakan tambahan pada 12,8-11. Bagian2 lain lagi dari kitab Jeheskiel memberikan kesan kekatjauan. Mungkin kedjadian kitab Jeheskiel kira2 sebagai berikut. Jeheskiel sendiri mengutjapkan nubuat2nja, mentjeritakan penglihatan2 danperbuatan2nja. Lalu ditjatat oleh Jeheskiel sendiri. Kemudian tjatatan2 itu dikumpulkan oleh tjanterik2 nabi. Lebih terdahulu muntjul beberapa kumpulan ketjil, misalnja sebuah kumpulan berita tentang penglihatan2 dan ekstase nabi; kumpulan perbuatan2 beribarat; sebuah kumpulan nubuat2nja tentang bangsa kafir dan kumpulan lain perihal kebinasaan Jerusjalem dan lagi sekumpulan berkenaan dengan pemulihan umat Allah. Mungkin sekali bahwa Jeheskiel sendiri kadang2 menambahkan tjatatan2nja ataupun menjadurnja sedikit, tapi rupa2nja ia sendiri tidak ikut mengumpulkan tjatatan2nja mendjadi kumpulan2 ketjil. Kesemuanja,baik kumpulan2 ketjil itu maupun seluruhnja merupakan hasil usaha murid2 Jeheskiel. Kapan kitab lalu selesai dalam bentuknja sekarang sukar sekali untuk ditetapkan. Sudah barang tentu kitab seluruhnja digubah sesudah tahun 571 seb. Mas. (nubuat terachir jang diberi bertanggal), tapi selandjutnja tidak ada banjak kepastian lagi. tapi tentu sadja kelirulah orang jang berpendapat, bahwa kitab Jeheskiel baru dikarang pada djaman Parsi (440-400) atau pada djaman Iskandar Agung (330- 300) atau bahkan sesudah tahuan 262. Orang2 jang berpegang pada anggapan itu memang tidak menerima, bahwa kitab Jeheskiel bagaimanapun djua berasal dari seorang nabi jang bekerdja dipembuangan dan jang bernama Jeheskiel. Dengan tjukup pasti boleh dikatakan, bahwa kitab Jeheskiel seesai disusun sebelum pembuangan berachir (538). Sebab dalam seluruh kitab itu tidak ad sindiran sedikitpun, bahwa orang2 Israil sudah pulang ketanah-airnja. Itu memang sukar dipahami, andaikata si (para) penjusun tahu, bahwa nubuat2 Jeheskiel terpenuhi. Maka itu boleh diambil kesimpulan, bahwa kitab Jeheskiel disusun dari bahan jang sudah ada dan jang bagian besar berasal dari nabi itu sendiri antara tahun 571 dan 538, sekalipun boleh diterima, bahwa kemudian masih diselipkan tambahan chususnja dalam pasal 40-48. Adapun adjaran kitab Jeheskiel umumnja sama dengan adjaran nabi2 lain, tapi ada perbedaan djuga. Gagasan Jeheskiel ad sifat danseginja sendiri. Allah Jeheskiel adalah Allah jang mahamulia, jang mahabesar. Manusia harus berbakti dan mengabdi kepada Allah jang mahasutji itu. Kerahiman, belaskasihan, tjintakasih Allah pada Jeheskiel tidak amat penting. Allah jang marah (5,13;7,14), jang tjemburu (15,13) dan jang menghukum dosa manusia, lebih ditekan. Allah jang mahatinggi dan jang mengatasi segala sesuatu bertindak dan berlaku bukanlah karena manusia, melainkan demi untuk diriNja sendiri, karena namaNja jang kudus (20,9.14.22;36,22), baik apabila Ia berbelaskasihan maupun bila Ia menghukum, meskipun Ia tidak menginginkan kematian si pendosa (18,23.33;33,11). Manusia jang ketji memang harus mentaati Allah jang mahabesar itu dan kepatuhan itu sangat ditekankan oleh Jeheskiel (5,13;2,5;5,16;11,20;20,40). Tapi manusia jang mentjari Jahwe, jang pertjaja padaNja, jang berlindung dibawah naungan sajap2Nja, apabila jang mentjintai Allah, manusia itu hampir tidak dikenal oleh Jeheskiel. Sekalipun orang melewati batas dengan berkata, bahwa Jeheskiel merupakan bapak paham Jahudi kemudian hari, sebagaimana jang terdapat didjaman Kristen, namun sedikit benar djuga anggapan itu. Jeheskiel sungguh seorang perintis bagi tanggapan Jahudi tentang Allah jang mahatinggi dan mahabesar, jang boleh dan harus diabdi oleh manusia hamba dan budakNja. Kemesraan dalam hubungan manusia dengan Allahnja sudah hilang. Dan itupun tidak terdapat pada nabi Jeheskiel. Nabi Jeheskiel, seperti nabi2 lain, menekan dosa2 Israil jang tidak berdjawab kepada Allah sesuai dengan pilihannja. Tapi Jeheskiel sangat sekali menitikberatkan kedjahatan Israil itu. Sedangkan nabi2 lain, seperti Jeremia, Jesaja dan Hosea masih memperhatikan kemungkinan untuk bertobat, sehingga hukuman dosa masih dapat ditjegahkan, maka Jeheskiel djarang sekali memperhatikan kemungkinan itu (18,30-32;16,61-63,33,11). Ia tidak mengadjak Jerusjalem, agar ia bertobat, melainkan ia menubuatkan hanja hukuman jang tak terhindarkan lagi (6,1-7;7,1-5;9,10;23,14). Pertobatan masing2 orang sadjalah jang menarik perhatian nabi ini (18,21-28;3,19-21). Memang ia menelah djuga keselamatan dimasa depan dan mendjandjikannja atas nama Jahwe dan, seperti halnja dengan nabi2 lain, iapun membuatkan keselamatan itu hanja untuk "sisa" bangsanja (6,9;9,4). Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa keselamatan itu bukan hanja hasil belaskasihan Jahwe, tetapi bersandarkan pertobatan umat Jahwe. Allah menjelamatkan Israil demi tjemburunNja (36,2.5.6). Israil dan Jahwe memang suatu kesatuan. Israil adalah umatNja dan Jahwe adalah Allah Israil (34,30;20,5;27,24). Dahulu demikian adanja dan demikianpun halnja kelak. Itulah dasarnja maka Jahwe memulangkan Israil (36,8;37,16-32), sisa Israil dari pembuangan. Ia akan mentjutjikan umatNja (37,23.27), memberinja hati dan roh jang baru (36,26;37,14;39,29). Tapi kesemuanja itu demi untuk Allah sendiri dan kekudusan Jahwe (20,44;36,21-23.32;39,21.25). Jahwe memang Allah Israil, tapi Iapun berkuasa atas bangsa2 lain, tetangga Israil, bahkan Mesir tidak terluput dari kuasaNja (25-32). Sekalipun Bait Allah di Jerusjelam kediamanNja jang sutji, namun Ia tidak terikat pada tempat itu atau pada tempat manapun djua. Penglihatan jang didapati si nabi tentang kereta tachta Jahwe maksudnja ialah: menjatakan, bahwa Allah dapat bergerak, bahwa Iapun hadir di Babel dan lebih berkuasa daripada dewata disitu. Dalam seluruh kitabnja penglihatan itu berulang kali kembali (1,4-28;3,25;8-10;43,k2-4;21,22- 25), sehingga gagasan jang dirumuskan olehnja penting sekali bagi Jeheskiel. Jahwe jang tidak terikat itu memang menghibur bagi kaum buangan, jang umumnja berpendapat, bahwa Jahwe hanja hadir dan berkuasa di Jerusjalem sadja. tapi nabi itu sama sekali lain pendapatnja. Jahwe tidak terikat pada Jerusjalem dan Ia bahkan meninggalkan kota sutji itu akan hukuman dosa umatNja (11,22-25). Berkenaan dengan adjaran susila Jeheskiel membawa suatu gagasan jang baru betul di Israil. Umumnja berlangsung "asa solidarita", artinja: kesatuan jang penting: ialah bukan orang masing2, melainkan kollektivita sadja. Keluarga, marga, suku, bangsa itulah jang diperhatikan. Maka dari itu masing2 orang dihukum dan digandjari dalam kollektivita sadja. Apabila bangsa pada umumnja berdoa, maka seluruh bangsa dihukum, termasuk jang baik; apabila bangsaumumnja setia, semua lalu diselamatkan, djuga jang djahat. Asas itu sesungguhnja sudah pernah ditentang (Ul.24,16;II Rdj. 14,6) dan Jeremiapun membantahi (Jr. 12,1;31,29-30). Akan tetapi sampai dalam kitab Jeheskiel sendiri terdapat asa solidarita itu (21,3-5). Namun demikian dalam penglihatan tentang Jerusjalem jang akan musnah (pas.8-11) hanja orang djahat sadja dihukum dan jang baik diberi bertanda, agar mereka selamat dari kebinasan kota. Lalu Jeheskiel mengembangkan adjarannja jang djelas sekali; tak pernah sedjelas itu diulang lagi dalam Perdjadjian Lama: Masing2 orng diperlakukan sekedar perbuatannja sendiri (18;33,1-20). Adjaran itu sukar dipertahankan selama pandangan orang terbatas pada dunia fana ini, sebagaimana masih halnja dengan Jeheskiel sendiri. Kebenaran adjaran itu menuntut dunia baka, tempat asas itu se-utuh2nja akan dikenakan. Adjaran Jeheskiel mendjadi pangkalan untuk perkembangan kedjurusan itu. Tapi baru dikemudian hari (kitab Daniel, II Makabe) akan dirumuskan, hingga diambil alih serta disempurnakan oleh Perdjadjian Baru. Kebanjakan nubuat Jeheskiel perihal keselamatan umat Jahwe dimasa depan sungguhpun menganai pemulihan sesudah pembuangan, namun pandangan nabi melajang lebih djauh djuga sampai keachir djaman. Tokoh jang aneh dari pasal 38-39, jakni Gog, tentu seorang jang memegang peranannja diachir djaman. Nubuat2 lainpun demikian sifatnja, sehingga tidak terlaksana se-penuh2 nja dimasa sesudah pembuangan itu. Chususnja "Gembala" Israil jang baru (34,23-24) bukan radja politik lagi, melainkan seorang gembala jang menggembalakan umat Jahwe jang sutji dengan keadilan dan kelurusan. Mungkin gembala itu bukan al-Masih, sebagaimana jang ditelah oleh misalnja nabi Jejasa,jaitu seorang jang membawa keselamatan terachir sebagai utusan jahwe. Sabeb menurut Jeheskiel Jahwe sendirilah jang mewudjudkan keselamatan umatNja,lalu mengangkat sebagai wakilNja gembala jang baik itu. Namun demikian Jesus dengan menggambarkan dirinja sebagai Gembala sedjati pasti bersandar pada gagasan Jeheskiel. Gembala jang dinubuatkan oleh nabi itu terlaksana maupun diatas oleh Gembala jang muntjul dalam Indjil Johanes itu (Jh. 10). Jeheskiel dalam nubuat2nja itu merumuskan kepertjajaan seluruh perdjandjian Lama akan keselamatan dimasa depan, walaupun ia belum tahu dengan terang2an bagaimana keselamatan itu sifatnja dan pelaksananja. Dalam lukisannja tentang masa depan Jeheskiel terikat pada pikirannja sendiri, sehingga dilukiskan seteru gagasan2 Perdjanjian Lama: Tanah Sutji dengan Bait Allah ditengahnja; dan situ Allah memberkati umatNja dan membuat tanah itu subur sekali dan lagi mengangkat wakilNja untuk memerintahkan umatNja (40-48).Tapi gambaran Jeheskiel itu memberikan lowongan untuk sesuatu jang djauh melebihi gambaran kepertjajaan dan pengharapan itu. Dengan demikian Jeheskiel sungguh2 menjiapkan Perdjandjian Baru dengan Radja-gembala jang mengalahkan segenap harapan dulu. |
(0.2655310625) | (Kel 15:24) | (jerusalem: bersungut-sungutlah bangsa itu) Selama perjalanannya melalui padang guru umat Israel berkali-kali bersungut-sungut: karena haus. Kel 15:24; 17:3; Bil 20:2 dst; karena lapar, Kel 16:2; Bil 11:4 dst; karena bahaya perang. Bil 14:2 dst. Sejak awal mula umat Israel suatu "bangsa pemberontak" yang malahan menolak karunia yang ditawarkan Allah, bdk Maz 78:72. Umat Israel itu menjadi lambang orang beriman yang berkeras kepala terhadap tawaran Allah. |
(0.2655310625) | (Ayb 15:7) | (jerusalem: manusia yang pertama) Pertanyaan pertama yang dilontarkan Elifas memperlawankan Ayub dengan manusia pertama. Manusia pertama memang berhak berlaku sebagai guru hikmat bdk Sir 49:16; Yes 28:12-13 |
(0.2655310625) | (Yak 3:1) |
(sh: Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! (Kamis, 7 Juni 2001)) Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu!Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! Jemaat mula-mula menempatkan seorang pengajar dalam posisi penting dan terhormat. Dari para pengajar ini jemaat mendapatkan banyak pengajaran-pengajaran tentang kehidupan - norma-norma etika yang berlaku, tentang hukum, dlsb. Sesuai dengan kedudukannya, para pengajar itu mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Karena ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap isi ajaran yang diajarkannya, tetapi juga harus mampu mencerminkannya dalam sikap hidupnya. Di masa sekarang ini, kita mengenal banyak sekali orang yang menekuni profesi pengajar. Misalnya, guru, dosen, pendeta, dlsb. Seperti halnya jemaat mula-mula, kita juga tahu bahwa profesi ini tidak hanya memikul tanggung jawab dalam isi pengajaran, tetapi juga bertanggungjawab untuk memperlihatkan sikap yang sesuai dengan pengajarannya, harus menjadi teladan, harus memperlihatkan sikap hidup yang sesuai dengan norma- norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Namun, sebenarnya tanggung jawab terhadap pengajaran itu juga menjadi tanggung jawab semua orang. Dalam hal ini semua orang dapat berfungsi sebagai pengajar karena hal yang paling penting adalah benar atau tidaknya pengajaran itu. Karena itu peringatan Yakobus tentang penguasaan lidah tidak hanya berlaku bagi jemaat penerima surat, tetapi berlaku juga bagi kita saat ini. "Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata" . Kalimat ini mengingatkan kita tentang fungsi lidah, ibarat api kecil yang dapat membakar hutan besar. Lidah juga dapat menodai seluruh tubuh, dan membakar roda kehidupan kita. Lidah dapat mengubah kawan menjadi lawan. Bahkan lidah bisa mengakibatkan tercetusnya perang saudara, perang antarnegara, berjuta-juta manusia terbunuh, berjuta-juta manusia kehilangan tempat tinggal, berjuta- juta manusia mengarahkan hidupnya pada kesesatan, dlsb. Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya, kebinasaan menjadi bagiannya! Sebenarnya, lidah adalah alat saja. Renungkan: Waspadai dan kendalikan lidah Anda dan lakukan perkara- perkara besar melalui bagian kecil dalam tubuh Anda tersebut. Dari kemurnian hati pancarkanlah mutiara- mutiara kata yang memuliakan Tuhan, membangun diri, dan menjadi berkat bagi orang lain! |
(0.250345078125) | (Kej 1:5) |
(ende) Pengarang menjusun perintjian semua machluk menurut skema tjiptaan sendiri, ialah jang menentukan pelaksanaan Karja Tuhan dalam enam hari. Namun ia tidak bermaksud mengatakan, bahwa memang sesungguhnja dunia seisinja, tertjiptakan dalam djangka waktu ini pun menurut tuntutan ini. Pemerintjian ini hanjalah digunakan untuk mendjelaskan: a) bahwa segala-sesuatu - tanpa ada ketjualinja - adalah tertjipta oleh Tuhan; b) bahwa Tuhan dengan amat bidjaksanaNja telah menjusun dan mengatur unsur-unsur jang mula-mula masih serba chaotis, kalang-kabut. Skema terdiri atas dua bagian besar: 1) Tuhan mentjiptakan ruang-alam jang besar-besar, dengan memisahkannja dari keadaan chaotis semula, dan memberinja tempat-tempat tersendiri: terang dan gelap; air diatas dan air dibawah bumi; air dan daratan (hari pertama s/d ketiga). 2) Tuhan mengisi ruang-ruang ini dengan machluk-machluk: bintang-bintang, ikan-ikan dan burung-burung, binatang-binatang daratan, achirnja manusia (hari keempat s/d keenam). Dari susunan ini ternjata maksud pengarang memberi gambaran pentjiptaan jang bukannja historis-palaeontologis melainkan logis-skematis. |
(0.250345078125) | (Mrk 1:1) |
(ende) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS KATA PENGANTAR Tentang Pengarang Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku" dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras. (12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja, dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung. Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem. Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta. Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus. Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60. Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak bertjorak Romawi. Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan. Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis. Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan ini lagi. Karangan sebagai tjiptaan Markus Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini. Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja. Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji. Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa. Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja, maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak. Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri, orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita jang serba duniawi. Susunan karangan Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak dalam pengakuan Petrus (8:29). Babak pertama Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai gelaran Mesias. Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus, chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran jang menundjuk kepada Mesias. Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja. Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu ketika tertentu. Saat peralihan Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi, lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab: Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja, teristimewa para rasul. Babak jang kedua Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu, dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31). Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti pada takut. Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara. Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9). Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel (Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David" (10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah, (menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia "Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati. Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak, Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40: "Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus, Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem, tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka. |
(0.250345078125) | (Yos 22:12) |
(full: MAJU MEMERANGI MEREKA.
) Nas : Yos 22:12 Bangsa Israel bersedia untuk maju berperang melawan saudara sebangsanya karena dikira mereka sudah membangun mezbah karena hendak memberontak kepada Tuhan (ayat Yos 22:10-11). Perhatikan faktor-faktor berikut:
|
(0.250345078125) | (1Raj 8:1) |
(full: TABUT PERJANJIAN TUHAN.
) Nas : 1Raj 8:1 Tabut perjanjian menjadi satu-satunya perabot di Tempat Yang Mahakudus. Tabut itu merupakan sebuah kotak sepanjang 1 m 14 cm, lebar 68.5 cm dan setinggi 68.5 cm, terbuat dari kayu penaga dan dilapisi dalam dan luar dengan emas murni. Tabut itu mula-mula berisi tiga benda pengingat bahwa Allah adalah raja atas Israel:
|
(0.250345078125) | (Neh 13:12) |
(full: SELURUH ORANG YEHUDA MEMBAWA ... PERSEPULUHAN.
) Nas : Neh 13:12 Nehemia memulihkan seluruh ibadah di bait suci, bersamaan dengan pelayanan orang Lewi dan para penyanyi; sebagai akibatnya seluruh umat kini dapat membawa persepuluhan mereka ke tempat yang dahulunya dipakai oleh Tobia. Orang lebih bersedia memberikan persepuluhan apabila mereka melihat bahwa penyembahan kepada Allah mendatangkan berkat. Allah juga mengangkat Maleakhi pada saat ini; dan nasihatnya menekankan berkat Allah bagi para pemberi persepuluhan yang setia (Mal 3:10). Memberi persepuluhan selalu terutama merupakan perkara berkat dan bukan hukum Taurat (lihat art. PERSEPULUHAN DAN PERSEMBAHAN). Bahkan sebelum Allah memberikan taurat-Nya di Gunung Sinai, Abraham begitu diberkati oleh Melkizedek sehingga ia memberikan persepuluhan dari segala yang dimilikinya (Kej 14:19-20). Orang percaya yang dipenuhi Roh ingin memberi dan membagi berkat, sebagaimana dilakukan orang percaya mula-mula (Kis 2:44-45; 4:34-37; 11:28-30). |
(0.250345078125) | (Kis 2:38) |
(full: BERTOBATLAH DAN ... MEMBERI DIRIMU DIBAPTIS.
) Nas : Kis 2:38 Pertobatan, pengampunan dosa, dan baptisan merupakan syarat-syarat mula-mula untuk menerima karunia Roh Kudus. Akan tetapi, tuntutan Petrus bahwa para pendengarnya harus dibaptiskan dahulu di dalam air sebelum menerima janji Roh Kudus (bd. Kis 1:4,8) jangan dipandang sebagai syarat mutlak untuk kepenuhan Roh, demikian pula baptisan dalam Roh bukan akibat langsung dari baptisan dalam air.
|
(0.250345078125) | (Kis 6:6) |
(full: MELETAKKAN TANGAN DI ATAS MEREKA.
) Nas : Kis 6:6 Dalam PB, penumpangan tangan dipakai dalam lima cara:
|
(0.250345078125) | (Kis 28:31) |
(full: MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH.
) Nas : Kis 28:31 Kitab Kisah Para Rasul berakhir dengan tiba-tiba, tanpa diberikan kesimpulan formal tentang apa yang dilakukan Allah melalui Roh Kudus dan para rasul PB. Allah bermaksud supaya kisah Roh Kudus dan pemberitaan Injil dilanjutkan dalam kehidupan umat Kristus sampai kesudahan zaman (Kis 2:17-21; Mat 28:18-20). Lukas, dengan ilham Roh, telah menyatakan pola Allah mengenai gereja dan apa yang harus dilakukannya. Ia telah memberikan contoh-contoh dari kesetiaan orang percaya, kemenangan Injil terhadap tentangan musuh serta kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam gereja dan di antara orang. Inilah pola Allah bagi gereja masa kini dan masa depan, dan kita harus dengan setia memberitakan dan menghayatinya (2Tim 1:14). Semua gereja harus mengukur dirinya dengan apa yang dilakukan dan dikatakan Roh di antara orang percaya yang mula-mula. Jikalau kuasa, kebenaran, sukacita, dan iman dalam gereja-gereja kita tidak sama dengan apa yang terbaca dalam Kisah Para Rasul, maka kita harus meminta kepada Allah agar sekali lagi memperbaharui iman kita dalam Kristus yang telah bangkit dan mengaruniakan pencurahan Roh Kudus kembali. |
(0.250345078125) | (Rm 6:17) |
(full: MENTAATI PENGAJARAN YANG TELAH DITERUSKAN.
) Nas : Rom 6:17 Dalam gereja mula-mula orang percaya baru terikat kepada standar-standar tertentu dari ajaran dan kelakuan yang didasarkan pada prinsip-prinsip rasuli dan hubungan serta penyerahan orang percaya itu kepada Kristus (bd. Mat 5:1-7:29; Kis 2:42).
|
(0.250345078125) | (1Kor 1:7) |
(full: KAMU TIDAK KEKURANGAN DALAM SUATU KARUNIAPUN.
) Nas : 1Kor 1:7 Paulus memuji orang Korintus karena Allah dalam kasih karunia-Nya (ayat 1Kor 1:4) telah memberi mereka karunia-karunia rohani yang khusus. Karunia semacam itu berharga dan sangat diperlukan untuk menyertai pelayanan Roh Kudus dalam gereja; tanpa karunia tersebut orang percaya akan gagal untuk saling menguatkan dan menolong sebagaimana yang diinginkan oleh Allah. Dalam surat ini Paulus sama sekali tidak berusaha untuk menyisihkan karunia rohani. Sebaliknya, dia berusaha untuk mengubah sikap orang Korintus terhadap karunia rohani agar mereka bisa menggunakan karunia-karunia mereka menurut maksud Allah. |
(0.250345078125) | (1Kor 16:22) |
(full: TERKUTUKLAH.
) Nas : 1Kor 16:22 Paulus mengakhiri surat ini dengan mengingatkan bahwa semua orang yang mengaku diri sebagai orang percaya, namun tidak mengasihi Tuhan, akan terkutuk. "Tidak mengasihi Tuhan" berarti gagal untuk memiliki kasih yang sepenuh hati kepada-Nya, tidak taat kepada-Nya (Yoh 14:21) dan memutarbalikkan Injil rasuli dari penyataan PB (lihat cat. --> Gal 1:9). [atau ref. Gal 1:9] Terkutuk berarti diasingkan dari jemaat rohani yang benar di bumi dan pada akhirnya dari kerajaan sorgawi pada zaman yang akan datang. Paulus ingin agar para pembacanya mengerti bahwa kriteria tertinggi bagi pemuridan Kristen ialah kesetiaan pribadi dan dengan sepenuh hati kepada Tuhan Yesus Kristus (bd. Rom 10:9). |