Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 981 - 1000 dari 2117 ayat untuk namun [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10611835283019) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Status rohani bukan jaminan keselamatan. Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.

(0.10611835283019) (Yer 23:9) (sh: Kristen dan pemimpin rohani (Sabtu, 7 Oktober 2000))
Kristen dan pemimpin rohani

Kristen dan pemimpin rohani. Kualitas spiritual, moral, dan kemampuan seorang pemimpin menentukan kesejahteraan rakyatnya baik dalam negara, dalam usaha bisnis maupun dalam persekutuan gereja. Pemimpin harus menjadi teladan. Jikalau pemimpin jahat, celakalah mereka yang dipimpin. Itulah yang terjadi di dalam negara Yehuda pada zaman Yeremia. Masyarakat Yehuda dipenuhi oleh para nabi: pemimpin rohani profesional yang menyatakan dirinya sebagai 'juru bicara' Allah. Tidak seperti Yosia yang berkomitmen untuk melakukan keadilan dan kebenaran, para pemimpin rohani itu adalah nabi-nabi palsu sebab mereka hanya mengejar kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan (10); mereka semua berlaku fasik (11).

Untuk memperingatkan bangsa Yehuda, Yeremia memaparkan ciri-ciri nabi palsu. Pertama: mereka melakukan perzinahan dan penuh kebohongan (14). Kehidupan pribadi mereka tidak mencerminkan kemurnian moralitas yang tinggi seperti yang dituntut dari seorang pemberita firman Tuhan. Kedua: mereka tidak hanya melakukan segala kemaksiatan, tapi juga mendukung orang-orang lain yang melakukan hal itu (14). Mereka tidak pernah menekankan kekudusan dan kemurnian hidup di dalam pelayanan mereka. Mereka tidak pernah mendesak umatnya untuk memberikan komitmen penuh kepada Allah. Ketiga: mereka memberitakan pengharapan palsu (16). Khotbah mereka berisi berita-berita pop yang menyenangkan telinga dan hati kebanyakan orang. Janji kedamaian, kesehatan, dan kelimpahan hidup yang mereka wartakan bukan berasal dari Allah namun dari hasil rekayasa pikiran dan hati mereka yang jahat. Mereka tidak akan dapat menyuarakan suara Tuhan sebab hati dan kehidupan mereka jauh dari Tuhan sehingga mereka tidak tahu rencana dan kehendak-Nya (18, 22). Mereka yang mendengarkan nabi-nabi itu pun akan semakin jauh tersesat dari jalan Tuhan. Karena itu Allah sangat murka terhadap pemimpin yang menyesatkan 'rakyat'nya. (ay. 15 bdk. Mrk.9:42)

Renungkan: Bagaimana dengan para pemimpin rohani kita? Kita memang tidak boleh menghakimi para pengkhotbah masa kini dan memberi mereka cap 'nabi palsu'. Namun kita harus selalu menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi siapa yang kita dengarkan dan siapa yang akan kita dukung pelayanannya khususnya dalam hal doa dan dana.

(0.10611835283019) (Yer 29:1) (sh: Pengharapan tak pernah sirna (Jumat, 20 April 2001))
Pengharapan tak pernah sirna

Pengharapan tak pernah sirna. Dua tahun setelah raja Yekhonya beserta rombongannya dibuang, pembuangan belum juga berakhir (2). Sebaliknya rombongan berikutnya malah menyusul (1). Realita ini yang menghancurkan pengharapan yang bertumbuh dalam diri mereka karena pengajaran para nabi palsu. Mereka butuh kekuatan rohani sebab kekecewaan dapat mendorong mereka melakukan tindakan-tindakan yang akan merugikan diri mereka sendiri. Karena itulah Yeremia menulis surat untuk menguatkan mereka.

Isi surat itu memang merupakan sumber kekuatan rohani untuk menjalani masa pembuangan yang panjang. Ini adalah anugerah sebab ikut dalam pembuangan tidak menjadikan mereka sebagai buah ara yang baik (17). Mereka masih diberi kebebasan untuk memilih hidup sesuai dengan rencana Allah (5-7) atau memberontak terhadap Allah seperti Ahab dan Zedekia (21-23). Mereka tahu bahwa mereka yang masih tinggal di Yehuda juga mempunyai pilihan yang sama (16-19). Sumber kekuatan itu berupa jaminan akan berkat Allah bagi kelangsungan hidup manusia secara normal (5-6). Sumber berikutnya adalah persekutuan yang indah dengan Tuhan melalui doa (7-14). Doa yang dipanjatkan akan didengar oleh Allah walaupun dalam pembuangan. Keyakinan akan pemerintahan Allah walaupun berada di bawah kekuasaan Nebukadnezar adalah sumber kekuatan juga. Tindakan Nebukadnezar menawan Yehuda dapat dikatakan tindakan Allah (21) sebab Ia juga yang menetapkan batas waktunya (10). Tempat pembuangan dapat menggantikan Yerusalem sebagai tempat perlindungan sementara, sesuai dengan rencana Allah (7). Akhirnya, semua sumber itu tersedia bagi mereka jika mereka percaya kepada firman Allah yang aktif bekerja di antara mereka, walaupun dalam bentuk tulisan. Firman tertulis itu dapat menjangkau tempat dimana Yeremia tidak dapat menjangkaunya. Mereka jangan seperti nenek moyang mereka, sanak saudaranya yang masih di Yehuda, atau bahkan dirinya sebelum dalam pembuangan, namun mereka harus mendengarkan dan taat kepada firman-Nya (19).

Renungkan: Betapa besar kasih setia Allah kepada umat-Nya. Penghukuman-Nya adalah untuk mendisiplin umat-Nya agar mempunyai masa depan yang baik. Karena itu disiplin Allah bukan berarti hilangnya harapan namun persiapan untuk menyongsong hari depan yang lebih baik.

(0.10611835283019) (Yer 31:10) (sh: Hari depan yang lebih baik (Rabu, 25 April 2001))
Hari depan yang lebih baik

Hari depan yang lebih baik. Di dunia ini tidak ada yang dapat menandingi kualitas kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Demikian pula tidak ada yang dapat menandingi duka seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya. Namun dalam nas kita hari ini para ibu bangsa Yehuda diperintahkan oleh Allah supaya berhenti menangis karena kehilangan anak-anak mereka. Mengapa? Sebab masih ada harapan bagi masa depan mereka. Anak-anak mereka akan kembali. Penderitaan yang mereka alami bukanlah babak akhir bagi mereka, karena kebahagiaan dan kedamaian akan segera menggantikannya.

Firman kepada para ibu Yehuda merupakan bagian dari janji pengharapan yang diberikan kepada bangsa Yehuda. Semua janji Allah itu menyatakan bahwa masa depan mereka sangat cerah. Allah tidak hanya akan mempersatukan mereka kembali namun Allah sendiri yang akan memelihara dan menjaga keamanan mereka setelah dipersatukan, sehingga tidak akan ada lagi musuh yang dapat menghancurkanya (10). Jika Allah adalah gembalanya, apa yang harus ditakutkan oleh domba-domba-Nya. Mereka telah dilepaskan dari penguasa kuat yang menindas dan mengeksploitasinya (11). Kemerdekaan sebuah bangsa merupakan pintu gerbang menuju kebahagiaan di masa depan bagi sebuah bangsa. Apa yang akan terjadi pada taman yang diairi dengan baik? Itulah yang akan terjadi pada Yehuda sebab bukit Sion sudah dipulihkan. Ke sanalah Yehuda akan beribadah. Ke sanalah Yehuda akan menemukan sumber air kehidupan. Karena kebajikan Allah hidup mereka semuanya terjamin baik anak-anak, anak muda, hingga orang tua, baik yang dilayani maupun yang melayani.

Janji Allah ini pasti sebab Allah sendiri yang menjanjikan. Bahkan jika Allah tidak mau atau tidak dapat menepati janji-Nya, maka Nama Allah akan dipertaruhkan, sebab bukankah Ia sendiri sudah menyatakan semuanya bukan saja kepada bangsa Yehuda tapi juga kepada bangsa- bangsa lain di seluruh pelosok dunia (10)? Dialah Alaah pengharapan yang pasti bagi masa depan yang lebih baik.

Renungkan: Jika Yehuda yang telah memberontak kepada Allah dijanjikan masa depan yang penuh harapan, lebih-lebih lagi Kristen yang sudah dibebaskan dari perbudakan dosa tidakkah hari depan kita juga penuh harapan?

(0.10611835283019) (Yer 33:1) (sh: Memahami lebih lanjut yang sudah kita pahami (Senin, 30 April 2001))
Memahami lebih lanjut yang sudah kita pahami

Memahami lebih lanjut yang sudah kita pahami. Banyak kebenaran firman Tuhan tentang penderitaan yang sudah kita pelajari dan pahami. Namun ketika kita benar- benar sedang dalam penderitaan, mengapa kebenaran- kebenaran yang sudah kita ketahui itu seringkali tiba- tiba tidak bermakna. Melalui pasal penutup dari Kitab Penghiburan (pasal 31-33), kita akan melihat apa yang Allah perintahkan kepada Yeremia ketika ia sedang bergumul dalam penderitaan bangsanya dan dirinya.

Firman Allah datang lagi kepada Yeremia ketika ia masih sebagai tawanan raja Zedekia dan Yerusalem masih dikepung oleh Babel. Kondisi hati dan jiwa Yeremia pasti gundah-gulana sebab ia mengetahui bahwa Yehuda tidak mungkin terlepas dari cengkeraman dan keganasan Babel. Bangsa Yehuda akan mengalami penderitaan yang dahsyat. Yeremia pun tidak akan terluput. Apa yang seharusnya dilakukan oleh Yeremia? Allah memerintahkan Yeremia untuk memohon penyataan Allah yang lebih besar (3). Ada yang menarik untuk diperhatikan dari perintah Allah ini. Bukankah Yeremia sudah mengetahui bahwa Yehuda akan hancur, mengapa Allah menyatakan lagi (4- 5)? Bukankah Yeremia juga sudah mengetahui bahwa pada suatu saat Yehuda akan dipulihkan, sehingga mereka akan bergirang dan bersukacita karena berkat Allah, mengapa harus diulang lagi (6-13)? Mengapa Allah memerintahkan Yeremia secara pribadi untuk memohon penyataan Allah yang lebih besar? Yeremia nampaknya tidak memahami sepenuhnya maksud dan rencana Allah atas Yehuda. Ternyata memahami apa yang menimpa dirinya dalam terang kebenaran firman Tuhan yang sudah ia ketahui tidaklah semudah membalik telapak tangan. Yeremia membutuhkan perjumpaan dengan penyataan Allah yang lebih lanjut. Yeremia membutuhkan perjumpaan dengan Allah yang lebih dekat.

Renungkan: Seperti Yeremia, kita pun seringkali melihat bahwa pemahaman firman yang sudah kita miliki seakan tidak bermakna di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan yang sedang kita alami. Kita butuh perjumpaan dengan Allah secara pribadi yang lebih dekat. Walaupun kebenaran firman yang akan diungkapkan mungkin sudah kita ketahui sebelumnya, namun dalam perjumpaan dengan- Nya secara pribadi firman itu akan mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam.

Pengantar kitab Yeremia 33-52

Pengantar Yeremia kali ini difokuskan kepada nubuat melawan bangsa-bangsa lain karena bagian ini yang seringkali disalahtafsirkan. Sementara itu untuk bagian lainnya tiap-tiap renungannya berisi pengantar singkat.

Nubuat melawan bangsa-bangsa lain ada dalam setiap kitab nabi kecuali kitab Hosea. Kumpulan nubuat ini dapat ditemukan dalam Amos 1-2; Yesaya 13-23; Yehezkiel 25- 32; Zefania 2:2-15, dan Yeremia 46-51.

Dalam nubuat ini faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah kekuasaan Allah sebagai Raja atas seluruh dunia. Konsep kedaulatan Allah secara universal, penggunaan bangsa-bangsa lain untuk mencapai maksud dan rencana-Nya khususnya yang berhubungan dengan Israel sudah dapat ditemukan dalam nubuat nabi- nabi sejak abad ke-8 s.M. Dalam kitab-kitab nabi, bangsa-bangsa lain seringkali dihukum karena kesombongan, agresi militer, dan penyembahan berhala. Dengan demikian nubuat melawan bangsa-bangsa lain mempunyai 3 tujuan: o mengumumkan penghukuman bangsa lain yang kadang-kadang disebabkan karena perlakuan mereka atas Israel. o memberikan dorongan dan penghiburan kepada Israel. o memperingatkan Israel untuk tidak menggantungkan keselamatan mereka kepada bangsa-bangsa lain.

Nubuat dalam kitab Yeremia, khususnya yang terdapat dalam pasal 47-49, harus ditafsirkan dalam konteks perjanjian antar 2 negara atau lebih yang menyangkut masalah perdagangan, perdamaian, kerja sama, atau pakta. Negara- negara yang ada dalam pasal-pasal tersebut menjadi bagian dari kerajaan Babel. Karena firman Tuhan melalui Yeremia menyatakan bahwa Nebukadnezar adalah ‘hamba’- Nya di bawah kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa lain, maka nubuat penghukuman yang disampaikan oleh Yeremia pasti berhubungan dengan pemberontakan bangsa-bangsa lain terhadap Babel, atau peringatan supaya mereka tidak memberontak.

Kesimpulannya adalah nubuat itu, baik dinyatakan atau tidak kepada bangsa-bangsa itu, berfungsi untuk menyatakan kedaulatan Allah atas seluruh dunia. Nubuat itu juga merupakan peringatan bagi Yehuda agar mereka tidak bersekutu dengan atau bergantung pada negara lain yang berada di bawah penghukuman Allah. Belaskasihan Allah kepada umat-Nya juga dinyatakan melalui nubuat ini. Hal ini digambarkan dengan pengisahan ulang pembebasan Yoyakhin karena belaskasihan Babel.

(0.10611835283019) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim. Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.10611835283019) (Yer 39:1) (sh: Perbedaan orang yang setia dan tidak setia (Kamis, 10 Mei 2001))
Perbedaan orang yang setia dan tidak setia

Perbedaan orang yang setia dan tidak setia. Akhirnya, apa yang dinubuatkan oleh Yeremia selama bertahun-tahun menjadi realita bagi Yehuda. Yeremia sudah memperingatkan agar Yehuda tidak bergantung kepada Mesir ataupun kekuatan lainnya kecuali Allah. Tak henti-hentinya Yeremia mendorong dan membujuk Zedekia untuk tunduk kepada Babel agar Yehuda tidak dihancurleburkan oleh Nebukadnezar. Usaha-usaha Yeremia gagal total. Namun ada 2 orang yang tidak ikut mengalami kehancuran yaitu Yeremia dan Ebed-Melekh.

Berlatarbelakang serangan Babel yang membumihanguskan Yerusalem, perbandingan yang kontras tentang kondisi akhir antara orang yang tidak setia dan yang setia kepada Allah digambarkan dengan jelas. Ketika diperhadapkan pada Nebukadnezar, Zedekia pasti teringat nubuat Yeremia tentang dirinya (34:3) dan ia pasti sangat menyesal mengapa ia tidak mau menaati Allah. Tidak sedikit pun kemegahan Yerusalem yang tersisa: istana, rumah, dan tembok kota. Sekarang Yerusalem hanya dihuni oleh rakyat miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Apa yang dipertahankan oleh Zedekia - kedudukan, kemegahan, kekayaan - dengan berbagai cara hingga memilih untuk tidak taat kepada firman-Nya, habis tak bersisa. Tidak hanya itu, harta yang paling berharga yang ia miliki yaitu anak-anak, dibunuh di depan matanya sebelum kedua matanya dicungkil oleh Nebukadnezar. Mengapa hidup Zedekia begitu tragis? Jawabannya terletak pada bentuk ketidaksetiaan Zedekia. Ia tidak menolak atau menentang Allah, namun ia tidak mampu menaati kehendak-Nya ketika tekanan menderanya. Dibandingkan Zedekia, apa yang menimpa Yeremia sangat bertolakbelakang. Nebukadnezar begitu memperhatikan dan melindunginya sehingga tidak hanya diri dan tubuhnya, rumahnya pun masih utuh. Hal serupa dialami juga oleh Ebed-Melekh meskipun tidak dipaparkan secara rinci. Yeremia dan Ebed-Melekh tetap setia kepada Allah walaupun harus mengorbankan kesenangan, kenikmatan, bahkan keselamatan diri, hasilnya mereka tidak kehilangan apa pun.

Renungkan: Kisah hidup mereka merupakan peringatan keras buat kita. Kesetiaan dan ketidaksetiaan merupakan hal yang sangat serius di mata Allah dan sangat menentukan bagi kehidupan umat-Nya di masa mendatang. Minta kepada Allah untuk terus menegur sebab ketidaksetiaan Kristen seringkali karena tekanan ekonomi dan karier.

(0.10611835283019) (Yer 44:1) (sh: Kehancuran total bagi hati yang bebal (Selasa, 15 Mei 2001))
Kehancuran total bagi hati yang bebal

Kehancuran total bagi hati yang bebal. Perikop kita hari ini berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda yang mengungsi ke Mesir. Sepintas ini sangat mirip dengan pasal 29 dan 32 yang berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda sebelum pembuangan. Namun ada satu hal penting yang membedakan perikop ini dengan kedua pasal sebelumnya yaitu perikop ini tidak mewartakan pengharapan setelah penghukuman. Komunitas Yehuda yang ada di Mesir telah melakukan kesalahan fatal yang memupuskan semua pengharapan yang sungguhnya tersedia bagi mereka. Apa yang mereka lakukan dan bagaimana?

Di Mesir mereka menyembah allah lain - ratu sorga. Perzinahan rohani ini bukan suatu kekhilafan atau pun dosa yang baru mereka lakukan. Sebaliknya perzinahan rohani sudah membudaya di kalangan Yehuda karena sudah dilakukan oleh setiap orang Yehuda dari bayi sampai dewasa, laki-laki maupun perempuan (7). Lagipula hati nurani mereka sudah tumpul. Mereka telah sampai pada satu titik dimana hati mereka menjadi begitu keras sehingga tidak mungkin menyesali dan berbalik dari dosa- dosanya. Apa buktinya bahwa hati mereka sudah keras? Penghukuman Allah melalui tangan Babel yang baru saja mereka alami tidak membuat mereka jera sebaliknya mereka justru mendatangkan lagi celaka besar bagi diri mereka (7), dengan kesadaran penuh mereka menimbulkan sakit Allah dan mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa (8). Ketidaktaatan mereka bukan lagi disebabkan karena tekanan ataupun situasi dan kondisi yang memaksa mereka, namun secara sadar telah menjadi pilihan mereka. Bagi ketidaktaatan sedemikian tidak ada lagi hajaran dan disiplin yang akan menyadarkan dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Hanya ada satu yang harus dilakukan Allah yaitu menujukan wajah- Nya terhadap mereka dan mencabut sisa Yehuda (11-12). Artinya tidak ada pengharapan bagi masa depan Yehuda selain kehancuran total.

Renungkan: Ketidaktaatan yang dilakukan terus-menerus dapat menjadi kebiasaan, yang menjadikan hati kita keras sehingga tidak ada peringatan bahkan hajaran apa pun yang dapat menyadarkan kita dari ketidaktaatan itu, ujungnya adalah maut. Ini peringatan keras bagi kita untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus.

(0.10611835283019) (Yer 49:1) (sh: Tidak ada perlindungan dalam kekayaan (Rabu, 23 Mei 2001))
Tidak ada perlindungan dalam kekayaan

Tidak ada perlindungan dalam kekayaan. Bani Amon bergantung sepenuhnya kepada harta kekayaan yang dimiliki sehingga mereka berani sesumbar ‘Siapa berani datang menyerang aku’ (4). Mereka telah mendewakan kekayaan mereka dan mengangkatnya bagai perlindungan yang kokoh. Sungguh suatu sikap yang sangat berbahaya karena dapat berakibat fatal bagi bangsa Amon sendiri.

Mereka harus menelan pil pahit ketika melihat kenyataan bahwa pelindung mereka – harta dan kekayaan – menjadi tidak berdaya dan dapat lenyap dalam sekejap. Pil yang lebih pahit harus mereka telan karena kehancuran yang melanda bukan dimulai dari daerah pinggiran menuju pusat negara maupun langsung dari ibu kota negara Amon yaitu Raba kemudian diikuti daerah-daerah lainnya. Ibu kota negara yang tentunya mempunyai segala harta dan kekayaan yang jauh lebih banyak namun hancur terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kota-kota taklukan bani Amon akan kembali kepada pemiliknya (1, 2). Seperti yang terjadi dalam bani Moab, ketika kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat runtuh maka kehidupan agama bani Amon juga runtuh (3).

Sebelum dihancurkan oleh Allah, bani Amon pasti mempunyai falsafah kehidupan demikian: asal ada uang maka masalah hilang. Karena itu ketika kekuasaan Babel mulai bangkit maka mereka mengadakan persekutuan dengan Tirus, Sidon, Moab, Edom, dan Yehuda (27:2-3) untuk menghancurkan Babel. Bani Amon yakin bahwa penggabungan beberapa negara akan memperkuat pertahanan mereka karena akan melibatkan banyak kekuatan dan harta. Mereka tidak lagi menghiraukan peringatan yang disampaikan oleh Yeremia (Yer. 27:1-3). Apa hasilnya? Perhitungan matematis dan bisnis terjungkirbalik. Bani Amon hancur walaupun nantinya akan dipulihkan Allah lagi (5-6).

Renungkan: Di negara kita bukankah masih banyak orang menganut falsafah bani Amon? Uang memegang kendali untuk urusan apa pun mulai dari keluarga, sekolah, bisnis, pemerintahan, hingga kehidupan gereja kita. Prinsip yang dianut bukan lagi tidak ada yang mustahil bagi Allah namun tidak ada yang mustahil bagi uang. Kita pun mungkin secara tidak sadar menganut falsafah ini. Jika ya, berhati-hatilah karena uang adalah perlindungan yang keropos. Biarlah kita senantiasa berlindung kepada Allah.

(0.10611835283019) (Yeh 2:1) (sh: Antara ketaatan dan gejolak hati (Selasa, 17 Juli 2001))
Antara ketaatan dan gejolak hati

Antara ketaatan dan gejolak hati. Setelah menyatakan kemuliaan-Nya, Allah menyatakan panggilan dan firman-Nya kepada Yehezkiel. Sikap yang dituntut dari Yehezkiel adalah siap dan sigap (ayat 1), yang menandakan ketaatan yang tidak hanya emosional namun ketaatan yang cerdas. Ini diperlukan sebab tugas yang akan diemban bukanlah tugas yang ringan dan mudah. Allah sendiri mengakui bahkan memahami hal itu sehingga Ia menyebutkan berkali-kali karakteristik bangsa yang akan dilayani Yehezkiel (ayat 3-8). Namun Allah tidak hanya sebatas peduli, Ia juga akan selalu berada di belakang Yehezkiel untuk menguatkan hati dan terus memompa semangatnya, sehingga tugas Yehezkiel dapat dilaksanakan dengan baik (ayat 3:8-9).

Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagi Allah adalah Yehezkiel melaksanakan tugas dengan setia bukan pertobatan bangsa Israel (ayat 5). Ini tidak berarti bahwa Allah hanya peduli kepada pelayan-Nya dan mengabaikan pertobatan manusia, sebab tujuan misi Yehezkiel adalah agar bangsa Israel mengetahui bahwa ada seorang nabi Allah di antara mereka dan bahwa mereka sudah diberi kesempatan untuk bertobat. Suatu saat Allah akan datang untuk menghakiminya.

Respons Yehezkiel terhadap firman dan panggilan Allah sangat indah yaitu ia taat secara total ketika diperintahkan untuk memakan seluruh gulungan kitab (ayat 3:1-3). Apa yang dihasilkan oleh ketaatan Yehezkiel? Kekuatan Ilahi untuk mewartakan firman-Nya walaupun isinya bertentangan dengan pengharapan bangsa Israel (ayat 3:1) serta kedamaian di dalam hidupnya (ayat 3:3). Emosi Yehezkiel juga bergejolak (ayat 3:14) yang disebabkan karena gabungan dua pemikiran yaitu ia merasakan ketidakadilan Allah yang mengutus dirinya dengan tugas yang berat, serta ia mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan Allah terhadap umat- Nya yang senantiasa memberontak. Karena itu ia membutuhkan waktu untuk berdiam diri selama 7 hari (ayat 3:15). Berdiam diri merupakan terapi yang paling tepat bagi ketegangan emosi.

Renungkan: Banyak sekali saudara-saudara kita yang mempunyai panggilan seperti Yehezkiel yaitu melayani orang-orang yang secara sengaja menentang dan menantang Injil dan pelayanan Kristus. Emosi mereka seringkali juga bergejolak. Berdoalah untuk mereka serta berikan persembahan kepada Allah melalui mereka.

(0.10611835283019) (Yeh 3:16) (sh: Antara tugas, tanggung jawab, dan hasil (Rabu, 18 Juli 2001))
Antara tugas, tanggung jawab, dan hasil

Antara tugas, tanggung jawab, dan hasil. Allah sangat memahami perasaan dan gejolak hati hamba-Nya (ayat 16). Ia memberikan kesempatan kepada Yehezkiel untuk berdiam diri selama tujuh hari sama seperti Ia memberikan kesempatan kepada Paulus untuk berdiam diri selama tiga hari sebelum menyatakan panggilan-Nya. Ini menandakan bahwa Allah tidak selalu menuntut, namun Ia sudi menunggu waktu yang paling tepat bagi hamba-Nya untuk mendengarkan lebih rinci tanggung jawabnya. Allah begitu sabar dan memperhatikan kebutuhan hamba-Nya demi mengemban misi- Nya

Apa tanggung jawab Yehezkiel? Ia diangkat menjadi penjaga kaum Israel -- baik orang jahat maupun orang benar. Ia harus mengobati orang sakit dan mencegah agar orang tidak sakit. Ini bukan tanggung jawab yang ringan sebab berdasarkan pernyataan Allah sebelumnya (ayat 2:3-8), tidak mustahil Yehezkiel akan mengalami berbagai tantangan dari bangsanya. Yehezkiel juga mempunyai pola kerja yang sudah ditetapkan oleh Allah yaitu mendengarkan firman- Nya dan memperingatkan bangsa Israel atas nama Allah. Pola ini tidak dapat dibolak-balik urutannya. Tahap pertama merupakan legitimasi bagi dirinya sebagai wakil Allah. Pola ini juga mempunyai implikasi bahwa Yehezkiel tidak boleh berbicara apa pun jika Allah tidak memberikan firman-Nya. Allah sangat serius dengan pola ini sehingga Ia menegaskan dengan membuat Yehezkiel bisu dan akan membuatnya dapat berbicara jika firman-Nya siap untuk diberitakan (ayat 3:26-27). Tugas yang diemban sangat berat demikian pula pola kerja yang harus diikuti sangat ketat, namun tanggung jawab yang dituntut bukanlah keberhasilan dalam misinya melainkan kesetiaan dalam menjalankan misi yang sudah Allah berikan.

Renungkan: Apa yang telah Allah lakukan terhadap Yehezkiel juga masih Allah lakukan terhadap hamba-Nya pada masa kini. Ia tidak akan memaksa kita untuk memikul suatu tanggung jawab pelayanan sampai kita benar-benar siap. Ia juga mau supaya kita mengikuti pola kerja-Nya dengan disiplin dan melakukan semua tugas dengan setia. Berapa jumlah orang yang berpaling dari dosa, bukanlah menjadi tanggung jawab kita. Berapa jumlah orang yang berkomitmen untuk taat kepada-Nya, bukanlah tanggung jawab kita.

(0.10611835283019) (Yeh 6:1) (sh: Allah nomor satu (Sabtu, 21 Juli 2001))
Allah nomor satu

Allah nomor satu. Bangsa Israel yang hidup sezaman dengan Yehezkiel adalah bangsa yang religius. Namun itu adalah masalah utama mereka. Selama berabad-abad mereka senantisa tertarik kepada bentuk penyembahan asing yang mereka temukan di dataran tinggi tanah Israel. Karena itulah firman Tuhan yang disampaikan dalam pasal ini berpusat kepada gunung-gunung Israel, dataran tinggi dimana sumber perzinahan rohani bangsa Israel terletak. Berita penghukuman atas Israel beserta seluruh bukit pengorbanan dan berhala-berhala menggunakan kata-kata menegaskan tidak ada kompromi sama sekali bagi mereka yang berzinah rohani (ayat 3-8, 11-12, 14). Kebenaran ini menegaskan bahwa Allah sangat menuntut kemurnian dan kekudusan umat yang menyembah-Nya. Tidak ada tempat bagi Baal di dalam rumah Allah dan di dalam kehidupan umat-Nya.

Menarik untuk diperhatikan bahwa setiap pemberitaan penghukuman yang mengerikan selalu diakhiri dengan kata-kata `mereka akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN' (ayat 7, 10, 13, 14). Penghukuman Allah atas dosa bukan akhir dari segala-galanya. Namun penghukuman dimaksudkan untuk memberikan kesaksian akan keadilan dan kekudusan Allah. Penghukuman dimaksudkan untuk memimpin umat-Nya kembali kepada pengenalan dan pengakuan bahwa Allahlah yang utama dalam hidupnya. Dalam zaman dimana banyak orang memandang peristiwa- peristiwa hanya sebagai rentetan peristiwa yang terisolasi dan terputus dari yang lain dan mereka menemukan kebebasan untuk melakukan apa pun yang menjadi kesukaannya, kesaksian tentang tatanan moral Allah harus dinyatakan dengan lantang yaitu Allah harus selalu menjadi nomor satu dalam kehidupan manusia. Setiap tindakan yang menomorduakan Allah akan mendapatkan penghukuman- Nya.

Renungkan: Kristen harus mewartakan kesaksian ini tidak hanya dengan suara tapi juga dengan kehidupan sehari-hari yang menyatakan bahwa Allah yang nomor satu dalam hidupnya. Daftarkan hal-hal yang cenderung dinomorsatukan manusia sehingga menggeser kedudukan Allah. Lalu periksalah dalam urutan keberapakah hal-hal tersebut dalam hidup Anda. Jika menempati urutan pertama bertobatlah, jika kedua berdoalah mohon kekuatan-Nya. Jika nomor terakhir bersyukurlah untuk pimpinan dan bimbingan Tuhan dalam hidup Anda.

(0.10611835283019) (Yeh 23:22) (sh: Dampak-dampak penyimpangan (Selasa, 11 September 2001))
Dampak-dampak penyimpangan

Dampak-dampak penyimpangan. Nabi Yehezkiel yang menerima panggilan sebagai seorang penjaga atau pengawas umat Allah, dengan penuh kesungguhan mengumumkan vonis Tuhan. Oleh karena Allah Maha Adil, maka Israel harus dihukum. Hanya oleh karena kesabaran Allah yang besar saja, maka Dia masih dapat mentolerir bangsa yang sudah bobrok itu sekian lamanya, tetapi Yehezkiel membawa pesan bahwa kesabaran Allah terhadap bangsa Israel akhirnya tiba pada batas-Nya. Oleh karena Israel melupakan dan membelakangi Tuhan, sekarang mereka sendiri yang harus menanggung akibat persundalan dan kemesumannya.

Penghakiman Allah tidak dapat dihapuskan (ayat 12:22, 27); penghakiman-Nya tidak dapat dihindari. Sabda-Nya: "Aku tidak akan merasa sayang kepadamu dan tidak akan kenal belas kasihan, tetapi Aku akan membalaskan kepadamu selaras dengan tingkah lakumu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji. Maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN". (ayat 7:4-27; 22:14). Waktu penghakiman tidak dapat diulur lagi (ayat 9:10; 24:14).

Allah dengan begitu gamblang dan transparan memaparkan dosa-dosa Israel, untuk menunjukkan betapa jijiknya perselingkuhan yang mereka perbuat. Namun hal ini bukan berarti Allah hanya terusik oleh dosa umat-Nya saja, melainkan sebagai sinyal Allah yang menginginkan umat-Nya merasa malu, menyesal, lalu bertobat. Amat disayangkan karena berulangkali respons dari umat Tuhan ketika menerima teguran-Nya adalah justru semakin mengingkari-Nya, sehingga tangan Allah harus menurunkan hukuman keras yang tidak terhindarkan.

Ada dampak-dampak dosa yang dapat kita lihat dari pernyataan Allah, "Aku akan dan Aku akan..." Namun untuk apakah hukuman itu? Jawabnya ada di ayat 49, yakni agar umat kembali kepada ikatan perjanjian-Nya, dengan mengakui bahwa Tuhan adalah Allah mereka.

Renungkan: Berani berbuat, berani menanggung risiko. Seharusnya setiap Kristen menganut motto ini di dalam hidupnya. Setiap perbuatan pasti membuahkan hasil yang mewajibkan setiap diri kita untuk memetiknya. Oleh karena itu, sebelum berbuat sesuatu, pikirkanlah terlebih dahulu apa akibatnya. Dosa bukan sekadar pelanggaran tapi pengingkaran terhadap janji setia-Nya

(0.10611835283019) (Yeh 29:1) (sh: Perlawanan terhadap buaya besar (Kamis, 20 September 2001))
Perlawanan terhadap buaya besar

Perlawanan terhadap buaya besar. Nubuatan perlawanan terhadap Mesir ini ditulis setelah masa pengepungan dan penaklukan Yerusalem, yakni tahun 587-585 SM, kecuali 29:17-21 ditulis pada tahun 571 SM. Firman Tuhan ditujukan kepada Firaun yang mewakili segenap bangsanya. Tuhan menghukum Firaun sesuai dengan perkataannya sendiri yang dilukiskan oleh Yehezkiel sebagai buaya besar yang berbaring di sungai Nil (ayat 3). Dengan demikian Tuhan akan membuat nasibnya sama seperti buaya besar yang dikenakan kelikir di rahangnya (ayat 4-5). Pada saat itu semua penduduk Mesir akan mengetahui bahwa tangan Tuhan telah turun atas Mesir (ayat 6-12) namun sama seperti Israel, keadaan Mesir akan dipulihkan walau tidak dalam kejayaan sebelumnya (ayat 13-16).

Bahasan selanjutnya di dalam ayat 17-21 ditulis paling akhir dari kitab Yehezkiel, sisipan ini dimasukkan sebagai tambahan di dalam nubuatan tersebut. Tercatat bahwa Nebukadnezar bekerja keras untuk merebut Tirus, kepala menjadi gundul dan bahu menjadi lecet karena pekerjaan yang sangat berat dalam membuat tanggul dari daratan ke kota Tirus. Tetapi baik ia maupun tentaranya tidak mendapat upah dari Tirus. Penduduk Tirus mempunyai cukup waktu untuk melarikan harta benda mereka yang berharga. Tuhan hendak mengganti upah hamba-Nya (Yer. 27:6) dengan memberikan kepadanya rampasan dari Mesir. Nebukadnezar menyerbu Mesir pada tahun 586 SM. Pada masa itu keadaan Israel akan dipulihkan (ayat 21).

Manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok sering berbicara dengan nada arogansi. Dan ketika kita menatap bintang penghargaan di dalam etalase prestise, kita sering menggumam sama seperti Mesir: "Ini usahaku, ini prestasiku, medali ini aku yang punya. Penghargaan ini untuk aku." Kita boleh berbangga hati atas semua kesuksesan yang kita raih, namun bila hati tidak terkontrol, nada bicara kita akan berubah menjadi arogan.

Renungkan: Mesir disapa sebagai buaya besar karena omong besarnya. Setiap Kristen bisa jatuh ke dalam dosa yang sama bila tidak bijak dalam berkata dan bersikap. Kristen terpanggil untuk berkata-kata dengan benar dan membangun jemaat melalui kesederhanaan kata-kata dan kerendahan hati.

(0.10611835283019) (Yl 3:9) (sh: Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru (Rabu, 20 Juni 2001))
Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru

Penuntasan zaman lama dan terwujudnya zaman baru. Dosa telah menodai zaman lama yang penuh pemberontakan dan keagungan diri manusia. Manusia ciptaan ingin menempatkan diri setara dengan Sang Pencipta dan memunculkan sikap persahabatan dengan musuh Sang Pencipta untuk memberontak terhadap Sang Pencipta. Betapa hancurnya citra peta teladan Allah dalam diri makhluk ciptaan yang tertinggi ini. Namun sejarah perjalanan zaman lama masih bergulir dan bersamaan dengan zaman baru yang telah dimulai sejak kehadiran Tuhan Yesus dalam dunia. Penuntasan zaman lama adalah pada hari kedatangan-Nya.

Hujan berkat di hari TUHAN adalah terwujudnya zaman baru bagi seluruh umat-Nya. Merekalah pasukan Allah yang di dalam ketidakberdayaan dapat berkata: “Aku ini pahlawan!” (10). Segala bangsa dari segala penjuru akan berkumpul di Sion – Yerusalem dan menyaksikan umat-Nya menikmati masa penuaian yang penuh sukacita dan kemenangan sementara mereka mengikuti sidang penghakiman Allah (11-13). Inilah hari penentuan bagi umat-Nya dan bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa yang mengagungkan dan mengandalkan kekuatan, kekayaan, dan ketangguhan panglima perang, akan dilumpuhkan-Nya dalam ketidakberdayaan (19). Segala dosa pemberontakan dipatahkan dan kehilangan kuasa-Nya, bertekuk lutut di bawah kaki pemerintahan-Nya (21). Namun umat-Nya akan bersorak menyambut-Nya karena Dialah benteng perlindungan yang memerintah selamanya (16, 20). Zaman baru yang telah dimulai sejak Yesus akan benar-benar terwujud secara sempurna dimana TUHAN memerintah selamanya sebagai Raja di atas segala raja bersama umat- Nya (17). Kota pemerintahan-Nya adakah kota yang kudus yang tidak mungkin dihampiri oleh orang-orang yang telah menolak-Nya. Pintu anugerah-Nya bagi yang belum menerima-Nya kini telah berakhir.

Renungkan: Yakinlah bahwa pergumulan zaman lama yang penuh dosa kejahatan dan pemberontakan akan berakhir, walaupun sementara ini kita harus tetap bergumul dalam dunia yang kita tumpangi ini. Bersiaplah menyambut terwujudnya zaman baru yang penuh sukacita dan kemenangan. Asahlah hidup Anda dengan kebenaran firman- Nya dan jadilah pahlawan iman di dalam ketidakberdayaan tubuh fana yang penuh dosa sampai tiba hari TUHAN.

Pengantar Kitab Ester

Kisah Ester terjadi di ibu kota kerajaan Persia – Susan – pada awal pemerintahan raja Ahasyweros (486-465 s.M.) yaitu setelah pemulangan bangsa Yehuda I (Ezr. 1-6) dan sebelum pemulangan II (Ezr. 7-10). Kisah ini menceritakan tentang rencana jahat untuk memusnahkan etnis Yahudi dari Kerajaan Persia. Persekongkolan itu digagalkan oleh Ester yang cantik dan berani yang telah menjadi permaisuri raja Ahasyweros. Kemenangan orang Yahudi ini sampai sekarang masih diperingati sebagai hari raya Purim

Penulis dan waktu penulisan Penulis kitab Ester tidak diketahui. Namun ketertarikannya pada asal mula dan perayaan hari raya Purim, nasionalisme yang tinggi dan pengetahuan yang mendalam tentang kerajaan Persia, tradisi, dan geografinya memberikan sedikit gambaran bahwa penulis kitab ini adalah orang Yahudi Persia yang hidup di Susan. Waktu penulisan kisah ini diperkirakan antara tahun 450 – 300 s.M. dengan tujuan menjelaskan asal mula perayaan Purim dan mengharuskan orang Yahudi untuk merayakannya (9:20-32).

Tema-tema utama Providensia Allah. Kitab Ester memberikan gambaran yang paling jelas tentang providensia Allah. Meskipun Allah tidak pernah disebutkan dalam kitab ini namun Ia berkarya melalui situasi, waktu, ‘kebetulan’, dan pilihan manusia untuk mencapai tujuan-Nya. Kitab Ester mengajar kita untuk melihat Allah yang tidak terlihat namun menyatakan diri-Nya melalui pasang surut kehidupan manusia dan peristiwa dunia, dan untuk memuji Dia karena pemeliharaan-Nya tidak pernah berhenti. Ketaatan dan ketidaktaatan. Perbandingan antara ketaatan dan ketidaktaatan dapat dijumpai dalam keseluruhan kitab ini. Dimulai dari ketidaktaatan Wasti dibandingkan dengan ketaatan Ester kepada Mordekhai pamannya, hingga ia berani menantang undang-undang raja (4:11, 16; 5:1, 2). Tema ini juga dapat dilihat dalam diri Mordekhai yaitu ia menolak untuk menaati perintah Haman namun menaati perintah Ester (4:17) dan taat melayani raja Persia serta kepentingan bangsanya (10:3). Hidup sebagai umat Allah. Melalui kehidupan Mordekai, kita dapat melihat bahwa hidup sebagai kaum minoritas dan dalam negara yang sedemikian pluralis seperti Media-Persia bukanlah halangan untuk berkarya baik bagi bangsanya maupun bagi negara dimana ia tinggal.

(0.10611835283019) (Mi 5:1) (sh: Kelahiran Raja yang dijanjikan (Senin, 18 Desember 2000))
Kelahiran Raja yang dijanjikan

Kelahiran Raja yang dijanjikan. Mikha mengungkapkan salah satu nubuat Perjanjian Lama tentang Juruselamat yang paling jelas dan mempunyai makna yang sangat dalam. Seorang Penguasa yang dijanjikan akan menyampaikan berkat Allah yang sudah lama dijanjikan kepada bangsa Israel. Siapakah Dia? Dia adalah Allah sendiri yang permulaannya sudah sejak purbakala. Ia lahir sebagai seorang manusia keturunan Daud di Bethlehem (2). Karena Ia adalah Allah maka segala yang Ia lakukan mempunyai makna yang besar bagi umat-Nya. Apa maknanya? Pertama, kelahiran-Nya menyatakan bahwa umat-Nya pada hakikatnya adalah kosong dan sia-sia tanpa kehadiran-Nya. Sebab hingga kelahiran- Nya di Bethlehem, mereka semua adalah bangsa yang terlantar dan jauh dari Allah (3). Mereka membutuhkan-Nya agar dapat menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya. Kedua, kelahiran-Nya memberikan keamanan yang sesungguhnya. Tanpa Dia, keberadaan mereka tergantung kepada lingkungan dan kemurahan musuh-musuhnya. Namun ketika Ia datang dengan kekuatan Tuhan, Dia akan menggembalakan mereka. Sebagai kawanan domba gembalaan-Nya, mereka akan mendapatkan keamanan (3). Ketiga, kelahiran-Nya memberikan kedamaian yang sejati kepada umat-Nya. Kebesaran-Nya akan sampai ke ujung bumi dan kekuatan-Nya akan menjamin keamanan mereka. Ketika Ia menyertai mereka, kehadiran-Nya akan memberikan kedamaian sejati (4). Karena itulah keturunan Yakub akan tetap ada di tengah-tengah banyak bangsa seperti embun dari Tuhan (6- 8).

Nubuat ini secara harafiah memang sudah digenapi. Penelitian membuktikan bahwa pada masa Perjanjian Baru, 1 dari tiap 10 orang dalam kerajaan Romawi adalah orang Yahudi. Bahkan pada zaman Media-Persia, 1 dari tiap 5 orang adalah orang Yahudi. Bukankah hidup dalam pembuangan tidak mudah? Tapi mengapa keturunan Yakub dapat terus berkembang secara luar biasa? Nubuat ini juga sedang digenapi melalui perkembangan dan pertumbuhan gereja di dunia. Umat Kristen akan terus ada di antara bangsa-bangsa (9-14).

Renungkan: Tidak akan ada kekuatan yang mampu melenyapkan umat Kristen. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah umat Kristen harus selalu bergantung kepada-Nya, bukan kepada kekuatan-kekuatan dunia lainnya yang akan dihancurkan oleh Allah.

(0.10611835283019) (Mi 6:9) (sh: Penghukuman Allah itu pasti (Rabu, 20 Desember 2000))
Penghukuman Allah itu pasti

Penghukuman Allah itu pasti. Keputusan pengadilan sudah ditetapkan untuk memenangkan Allah. Sebagai Tuhan dan Raja atas Israel, Ia selalu berlaku adil dan setia. Namun Israel selalu memberontak terhadap kehendak-Nya. Keadilan dan kebaikan hanyalah bahan cemoohan di antara mereka sedangkan kerendahan hati hanyalah sebagai bahan ejekan (10-12). Apakah Allah melupakan dan membiarkan segala ketidakadilan dan penindasan (10-11)? Allahlah yang menetapkan standar keadilan dan kebaikan yang dilanggar oleh Israel. Mereka tidak dapat berharap Allah akan meninggalkan standar yang telah Ia tetapkan dan belas kasihan-Nya terhadap orang-orang yang tertindas hanya untuk membebaskan mereka dari hukuman. Setiap pemberontakan terhadap- Nya pasti akan dihukum.

Walaupun demikian Allah tidak menghukum tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Namun bangsa Israel yang tegar tengkuk ini telah meremehkan peringatan Allah. Mereka terus berkubang di dalam dosa dan menikmati hidup berdasarkan kedegilan hati mereka. Maka akhirnya Allah menghukum mereka, semua nubuat Allah tentang penghukuman yang akan menimpa bangsa Israel telah menjadi kenyataan.

Apa yang terjadi ketika hukuman Allah dijatuhkan? Suatu yang sangat ironis terjadi, harta dan kekayaan yang dikejar oleh orang-orang kaya hingga menindas orang lain tidak akan membuat mereka puas dan bahagia. Tidak hanya itu. Harta berlimpah yang mereka puja- puja akan lenyap begitu saja. Sumber-sumber kekayaan yang menghidupi mereka tidak akan membuahkan apa-apa. Bahkan secara mental mereka pun akan mengalami siksaan yang tidak kecil (16).

Hasil akhir tidak akan pernah membenarkan cara yang digunakan. Cara yang salah hanya akan membuat seseorang tidak akan pernah menggapai keberhasilan akhir. Allah adalah maha kasih dan maha adil. Dia akan mengampuni orang yang berdosa tapi pada saat yang sama Dia juga tidak akan berdiam diri terhadap orang yang memilih untuk hidup di dalam dosa-dosanya.

Renungkan: Sudah berapa kalikah Allah telah memberikan peringatan kepada kita untuk berbalik kepada-Nya dan meninggalkan praktek-praktek dosa yang masih sering kita lakukan dalam berbisnis, berumah tangga, bersekolah, dan bermasyarakat?

(0.10611835283019) (Mat 6:1) (sh: Tuhan menolak "sandiwara" rohani (Minggu, 9 Januari 2005))
Tuhan menolak "sandiwara" rohani

Tuhan menolak "sandiwara" rohani. Penyiar teve itu tampil meyakinkan. Berstelan dasi dan jas, ia menyampaikan berita dengan mantap. Siapa sangka bahwa sebenarnya ia memakai baju, dasi, dan jas pinjaman. Dan … hanya bercelana pendek. Ia ternyata salah seorang teknisi teve yang terpaksa menggantikan penyiar yang jatuh sakit.

Tuhan Yesus memberi peringatan keras terhadap kerohanian yang mirip dengan kisah tadi. Ia tidak ingin kerohanian para murid-Nya hanya untuk menimbulkan kesan positif orang banyak (ayat 1, 5), padahal keadaan hidup sebenarnya lain (baca: munafik) dan tidak sungguh terarah ke Tuhan. Godaan untuk bersandiwara rohani waktu itu memang sangat besar di kalangan orang Yahudi yang legalistis. Legalisme adalah sikap mementingkan pelaksanaan aturan-aturan dalam agama. Boleh jadi sikap itu bertujuan menyenangkan hati Allah, tetapi ujung-ujungnya bermuara pada mencari pujian manusia. Para murid Yesus tidak boleh berbuat benar, hidup saleh, memberi sedekah, dan berdoa agar dipuji orang. Sebaliknya, kerohanian yang sejati adalah yang ditujukan kepada Allah semata. Orang yang mencari pujian manusia tidak akan mendapat perkenan Allah dari kehidupan ibadahnya sebab motivasinya untuk beroleh pujian manusia telah terpenuhi.

Orang Kristen masa kini pun perlu hati-hati tentang hidup kerohaniannya. Kita perlu memeriksa diri jangan sampai kita bergereja dan melakukan kegiatan gerejawi supaya dipuji orang. Atau, menjadikan kegiatan ibadah kita seperti doa sebagai cara untuk memaksakan kehendak kita kepada Allah (ayat 7). Kita perlu belajar memiliki hidup ibadah yang utuh dan bertujuan hanya menyukakan hati Allah, Bapa kita di surga. Meski banyak kegiatan ibadah kita yang tak dapat tidak akan diketahui orang, kita perlu menjaga agar motivasi kita murni, yaitu untuk kemuliaan dan perkenan Tuhan semata.

Ingat: Bapa di surga melihat ke hati. Ia tahu entah ibadah kita sekadar pameran atau tulus untuk memuliakan Dia.

(0.10611835283019) (Mat 6:19) (sh: Harta dan manusia (Rabu, 17 Januari 2001))
Harta dan manusia

Harta dan manusia. Tarif listrik, PAM, dan harga BBM yang naik, bahkan baru-baru ini harga gas naik hingga 40%, menambah beban masyarakat yang masih dalam perjuangan mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dalam kondisi demikian, respons wajar yang muncul adalah kuatir dan bekerja mati- matian, sampai menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya. Bagaimana Kristen harus bereaksi dalam situasi seperti ini?

Dalam kondisi seperti sekarang ini ajaran Yesus sangat relevan (ayat 19-20) sebab banyak orang menjadi egois dan memberikan nilai mutlak kepada uang dan harta. Yesus mengingatkan bahwa tujuan Kristen adalah mengumpulkan harta yang jauh lebih mulia dan bernilai kekal, yaitu harta surgawi. Harta ini dapat berupa apa pun yang bermakna mulia dan kekal, yang dihasilkan karena berbagi dengan yang kekurangan, memaafkan sesama, menderita bagi Kristus, berbuat kebaikan, dlsb. Itulah harta yang terindah yang harus dikumpulkan oleh Kristen dengan segenap hati (ayat 21). Namun melakukan itu tidaklah mudah sebab hidup pada hakikatnya adalah masalah perspektif (ayat 22-23). Kristen harus waspada agar tidak mudah tergiur dengan apa yang ia lihat. Kristen juga harus sadar bahwa dalam hubungannya dengan harta, Kristen dituntut untuk bersikap tegas antara diperhamba dan memperhamba. Ketika ia memperhamba harta berarti ia diperhamba oleh Allah, demikian pula sebaliknya (ayat 24).

Lalu bagaimana dengan kekuatiran? Apakah dalam situasi ekonomi yang sulit Kristen tidak boleh kuatir akan masa depan keluarga dan anak-anaknya? Yesus tidak pernah mengatakan bahwa menguatirkan pemenuhan kebutuhan dasar tidaklah salah. Yesus hanya mengatakan reaksi itu tidak perlu. Banyak orang dicekam kekuatiran karena mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti. Kristen yang mempunyai hubungan pribadi dengan Allah, bergantung kepada Allah yang tidak hanya mengetahui namun juga mengontrol masa depan.

Renungkan: Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita tidak lagi merasakan tekanan untuk mengejar-ngejar harta. Hal ini yang akan membebaskan kita untuk menetapkan prioritas kita yaitu mencari dahulu kerajaan-Nya dan kebenaran- Nya. Karena itu betapa bersukacitanya Kristen sebab ia tidak perlu menguatirkan apa pun kecuali hidup untuk menyenangkan Allah.

(0.10611835283019) (Mat 7:12) (sh: Pilihan yang bukan pilihan (Jumat, 19 Januari 2001))
Pilihan yang bukan pilihan

Pilihan yang bukan pilihan. Khotbah di Bukit diakhiri dengan 4 peringatan yang masing-masing terdiri dari 2 pilihan yang sangat kontras yaitu 2 jalan, 2 pohon, 2 klaim, dan 2 pembangun. Peringatan itu merupakan panggilan untuk berkomitmen kepada ajaran-Nya sebab pengikut Kristus bukanlah mereka yang hanya takjub kepada ajaran-Nya (ayat 28-29). Pilihan apa yang kita miliki?

Ada 2 jalan yang tersedia bagi manusia. Jalan bagi pengikut Kristus adalah sempit: terbatas dan tidak bebas, karena merupakan jalan yang penuh dengan tantangan dan penderitaan. Jalan yang tidak populer karena mengikat kebebasan Kristen untuk menuruti kehendaknya. Namun jalan itu bukan akhir dari segalanya sebab di ujungnya tersedia pahala. Buah adalah lambang dari karya transformasi Allah di dalam kehidupan orang percaya (Yes. 5:1-7; Gal. 5:22-23). Produk dari hubungan yang `rahasia' antara Kristen dengan Allah haruslah kasat mata yaitu buah yang manis. Buah ini meliputi apa yang dikerjakan dan apa yang dikatakan. Yang perlu diperhatikan, Yesus berbicara tentang mengenali nabi palsu dan bukan memerintahkan Kristen untuk menguji apakah buah yang dihasilkan oleh saudara seimannya adalah baik. Alasannya adalah seperti pohon, Kristen membutuhkan waktu untuk menghasilkan buah yang baik.

Tidak hanya nabi palsu, pengikut Kristus yang palsu pun ada. Faktor yang menentukan palsu atau tidaknya pengikut Kristus adalah ketaatannya kepada kehendak Bapa di surga dan bukan mukjizat yang dilakukan. Mengapa? Mukjizat dapat dikerjakan oleh iblis sedangkan ketaatan kepada Allah hanya Yesuslah yang dapat melakukannya. Inilah yang seharusnya diteladani oleh para pengikut-Nya.

Mana yang akan Anda pilih dalam menjalani kehidupan di dunia ini? Jalan sempit atau lebar? Berbuah baik atau tidak? Melakukan kehendak Bapa atau tidak? Namun sesungguhnya ini bukan pilihan sebab selain masing-masing mempunyai konsekuensi dalam kekekalan, melakukan apa yang Kristus ajarkan adalah satu-satunya batu karang yang teguh dan merupakan satu-satunya cara membangun fondasi yang akan menopang dan memampukan kita untuk tetap bertahan hingga akhir zaman (Yes. 28:16-17; Yeh. 13:10-13).

Renungkan: Karena itu marilah kita menyatakan seluruh Khotbah di Bukit dalam kehidupan praktis sehari- hari.



TIP #02: Coba gunakan wildcards "*" atau "?" untuk hasil pencarian yang leb?h bai*. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA