Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 10781 - 10800 dari 10878 ayat untuk dengan [Pencarian Tepat] (0.016 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.086225366666667) (1Kor 9:19) (sh: Hidup baru? Baru hidup! (Selasa, 16 September 2003))
Hidup baru? Baru hidup!

Hidup baru? Baru hidup! Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga.

Namun dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus, yaitu menyaksikan tentang hidup yang benar untuk memenangkan sebanyak mungkin orang (ayat 19), baik orang Yahudi, orang yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang tidak (ayat 20,21), orang yang lemah, dan bagi semua orang (ayat 22). Paulus menggambarkan bahwa hidup baru adalah seperti sebuah pertandingan yang harus dimenangkan oleh orang Kristen yang baru hidup. Kalau dalam menghadapi satu pertandingan, seorang pelari berlatih selama 10 bulan dan membatasi kebebasan serta mendapat suatu peraturan yang ketat, tujuannya adalah memenangkan pertandingan dengan sesama pelari untuk mendapatkan mahkota yang fana (ayat 25). Waktu persiapan kita dalam menghadapi sebuah pertandingan melawan diri kita sendiri (ayat 25,27) adalah seumur hidup kita. Tujuan pertandingan tersebut adalah untuk mendapatkan mahkota yang abadi (ayat 25).

Setiap orang yang bernafas pasti meyakini bahwa mereka "hidup". Bukan sekadar hidup, tetapi "hidup" yang sesungguhnya yaitu hidup baru di dalam Kristus. Kita akan merasakan bahwa kita sudah benar- benar hidup. Paulus mengingatkan kepada setiap orang percaya masa kini bahwa hidup baru yang dianugerahkan Kristus kepada kita adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya.

Renungkan: Sudahkah Anda melatih dan menguasai diri Anda sedemikian rupa untuk bertanding demi merebut mahkota yang kekal?

(0.086225366666667) (1Kor 10:23) (sh: Hidup untuk Allah atau diri sendiri? (Jumat, 19 September 2003))
Hidup untuk Allah atau diri sendiri?

Hidup untuk Allah atau diri sendiri? Memang banyak daging yang diperjualbelikan di pasar di kota Korintus adalah daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Namun, ada juga daging yang tidak dipersembahkan kepada berhala. Meskipun orang-orang Yahudi yang ada di Korintus mempunyai pasar sendiri untuk menghindari daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.

Di tengah maraknya orang memilih makanan yang boleh dan tidak boleh di makan, Paulus memberitakan kabar sukacita yaitu bahwa semua makanan di dunia ini boleh dimakan termasuk yang telah dipersembahkan kepada berhala (ayat 26). Namun, Paulus juga memberitahukan kepada orang-orang di Korintus, kalau ada orang yang memberitahu bahwa makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala, janganlah memakan makanan itu. Karena itu akan menjadi batu sandungan bagi orang yang ada di sekitarnya (ayat 28,32). Paulus mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi melihat kepentingan orang lain juga. Terlebih lagi Paulus mengajak jemaat Korintus agar dalam melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah, supaya setiap orang yang berada di sekitarnya, beroleh selamat (ayat 31,32).

Peringatan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang- orang Kristen masa kini. Artinya, ada saat di mana kita melakukan sesuatu untuk kepentingan kita, tetapi ada pula saat di mana kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan bersama dengan sikap penuh hormat. Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Saat ini, kita tidak di tengah- tengah beragam agama, dan budaya. Karena itu janganlah hidup untuk diri sendiri.

Renungkan: Hendaklah hidup Anda saat ini dan selama-lamanya selalu terarah hanya demi dan untuk kemuliaan Allah.

(0.086225366666667) (1Kor 11:2) (sh: Kebebasan (Sabtu, 20 September 2003))
Kebebasan

Kebebasan. "Wanita dijajah pria sejak dulu ...." Syair lagu ini menggambarkan bahwa perempuan hidup dalam bayang-bayang kekuasaan laki-laki. Baik budaya yang berlaku dalam masyarakat Yahudi maupun masyarakat di Korintus, status perempuan sangat direndahkan. Dalam masyarakat Yahudi, hanya laki-laki yang diperkenankan memimpin doa dalam sinagoge, sedangkan di Korintus, khususnya dalam penyembahan kepada dewi kesuburan di kuil-kuil penyembahan, para perempuan dijadikan pelacur bakti untuk menarik orang kepada penyembahan berhala. Dalam tradisi orang Yahudi pun, perempuan tidak memiliki hak dan kebebasan yang sama dengan laki- laki.

Namun, dalam perikop ini, Paulus memberikan kebebasan kepada perempuan di dalam gereja. Hal ini tampak dari diperbolehkannya mereka melayani -- berdoa dan bernubuat -- dalam gereja. Namun, di samping kebebasan itu, Paulus memberikan persyaratan yaitu bahwa dalam kebebasan untuk melayani, perempuan harus mengenakan tudung (ayat 7). Mengapa? Pertama, rambut perempuan menjadi pusat dari nafsu laki-laki pada dunia kuno Mediterania. Bagi mereka yang sudah menikah, jika tidak menudungi kepalanya itu menandakan ketidaksetiaannya kepada suaminya, dan sedang mencari laki-laki lain. Mereka akan menjadi sama para perempuan tunasusila yang memang sedang mencari laki-laki. Kedua, dalam dunia Yunani dan Yahudi suami adalah kepala dari isteri (ayat 3,8). Sehingga ketika istri tidak menudungi kepalanya, ia menghina suaminya. Itulah sebabnya Paulus menginginkan suatu perbedaan yang sangat hakiki bagi perempuan yang melayani, yaitu bahwa dia adalah perempuan yang setia terhadap suami, dan menghormati suaminya.

Renungkan: Pengajaran Paulus mengingatkan kita bahwa kebebasan yang Allah berikan kepada kita untuk melayani, haruslah digunakan untuk menyinarkan kemuliaan kepala kita, yaitu Allah.

(0.086225366666667) (1Kor 13:4) (sh: Seperti apakah kasih? (Kamis, 25 September 2003))
Seperti apakah kasih?

Seperti apakah kasih? Pada bagian sebelumnya Paulus berbicara tentang kesia-siaan segala karunia yang Tuhan berikan kepada manusia jika perwujudannya tidak didasari oleh kasih Kristus. Saat ini Paulus berbicara tentang sifat-sifat moral yang merupakan aplikasi dari kasih, yaitu beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri, yang tidak tercermin dalam perilaku jemaat Korintus.

Sifat-sifat seperti apa yang dikategorikan Paulus sebagai cerminan dari sifat Kristus sendiri? Kasih itu sabar dan murah hati. Sifat sabar secara pasif lebih memilih untuk berlapang dada terhadap orang lain, dan murah hati adalah sifat aktif yang memberi dan suka menolong. Kasih itu tidak cemburu. Artinya, kasih tidak membuat seseorang mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain. Justru kasih mendorong kemajuan orang lain. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak membuat seseorang menjadi pemarah, mudah tersinggung, dan pendendam. Kasih tidak akan membuat seseorang bersukacita karena penderitaan akibat ketidakadilan, termasuk tidak dapat bersukacita atas keberhasilan seseorang yang diperoleh dengan kecurangan atau pelanggaran.

Secara positif kasih mengarahkan kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk: pertama, selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Kedua, selalu memiliki pengharapan. Ketiga, selalu sabar menanggung segala sesuatu. Hanya orang-orang yang dihidupkan oleh Kristus dan hidup bagi Kristus sajalah yang akan memiliki kasih; dan hanya orang-orang seperti inilah yang diberikan kemampuan dan anugerah dari Allah untuk menjadi cerminan kasih Allah kepada banyak orang, terutama kepada mereka yang belum mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Renungkan: Kita adalah orang-orang yang diperkenan Allah merasakan kasih- Nya. Hendaklah kasih itu menjadi jiwa dan identitas kita.

(0.086225366666667) (1Kor 15:20) (sh: Faedah buah sulung (Kamis, 2 Oktober 2003))
Faedah buah sulung

Faedah buah sulung. Kristus telah bangkit sebagai yang sulung menurut urutan kebangkitan orang-orang yang telah meninggal. Hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang telah meninggal namun telah menjadi milik-Nya akan dibangkitkan kemudian. Yang dimaksud adalah waktu kedatangan Kristus yang kedua kali, Kristus datang sebagai Raja dalam pemerintahan-Nya. Ia adalah Raja yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki-Nya. Ia menjadi Raja hingga musuh terakhir dibinasakan yaitu maut. Kristus juga adalah Anak yang menaklukkan diri-Nya di bawah Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah, Sang Pencipta dan Penguasa menjadi semua di dalam semua (ayat 20-28). Demikianlah Paulus menguraikan arti kebangkitan yang benar kepada jemaat.

Ada dua alasan bagi Paulus yang menganggap penting baginya memberikan pemahaman yang benar tentang kebangkitan. Pertama, tujuan dan manfaat baptisan bagi orang mati merujuk pada penggunaan simbol partisipasi Kristen dalam kehidupan kekal. Kedua, menjadi martir tiap-tiap hari dalam menghadapi bahaya maut demi pemberitaan injil. Pengharapan yang mendalam tentang apa yang kita percaya dan beritakan, akan menjadikan baptisan berfaedah dan menjadi martir tidak sia-sia. (ayat 29-32)

Demi mempertahankan kepercayaan pada kebangkitan Kristus yang membawa faedah itu, maka tugas orang-orang Kristen pada masa kini adalah bijak dalam menikmati kehidupan sekarang. Hedonisme dan pergaulan buruk yang mencakup pergaulan bebas dan perbuatan-perbuatan dosa harus segera dibuang dan ditinggalkan. Sebaliknya, nantikan kehidupan kekal yang kita harapkan dengan mawas diri terhadap dosa dan berusaha terus untuk hidup dalam pengenalan yang benar tentang Allah (ayat 33-34).

Renungkan: Memberi diri dibaptis dan menjadi martir demi faedah buah sulung tidak akan sia-sia.

(0.086225366666667) (Gal 4:21) (sh: Hamba atau orang merdeka? (Selasa, 14 Juni 2005))
Hamba atau orang merdeka?

Hamba atau orangmerdeka?
Tak seorang pun yang bangga menjadi hamba karena seorang hamba tidak memiliki hak apa pun untuk hidupnya sendiri. Semua orang ingin merdeka. Orang Yahudi membanggakan kemerdekaan mereka sebagai keturunan lahiriah Abraham. Namun, Paulus justru menunjukkan bahwa tidak semua anak-anak lahiriah Abraham adalah orang-orang merdeka sejati!

Paulus memakai ilustrasi Hagar dan Sara untuk menunjukkan dua macam kehidupan (ayat 22-26). Keduanya memang melahirkan anak-anak bagi Abraham, namun status mereka berbeda. Hagar melambangkan hidup perhambaan. Memang ia melahirkan anak pertama bagi Abraham menurut urutan waktu. Namun, Hagar tetap seorang hamba yang statusnya tidak pernah diubah menjadi istri. Jadi, keturunannya pun tidak akan mewarisi janji Allah bagi Abraham. Hagar melambangkan gunung Sinai, yaitu orang-orang yang hidup di luar anugerah keselamatan, yaitu mereka yang hidupnya menggantungkan diri pada usaha sendiri (=melakukan Taurat). Hagar melambangkan Yerusalem duniawi (ayat 25). Sara melambangkan hidup oleh kasih karunia. Ia mandul, namun oleh anugerah Allah ia menjadi ibu bagi anak-anak perjanjian. Sara melambangkan Yerusalem surgawi, yaitu tempat anugerah Allah dicurahkan (ayat 26-27). Jadi, anak-anak yang lahir dari Sara adalah ahli waris janji-janji Allah semata-mata oleh karena anugerah-Nya (ayat 28). Tidak mengherankan kalau anak-anak Tuhan akan selalu mendapat aniaya dan dengki dari anak-anak hamba yang tidak mendapat hak (ayat 29-30).

Mengandalkan apa pun yang disejajar dengan karya penyelamatan Kristus berakibat pada perhambaan. Orang Kristen menjalankan perintah-perintah Allah bukan sebagai hamba, melainkan sebagai orang merdeka. Ketaatan hamba terpaksa, ketaatan orang merdeka adalah ucapan syukur.

Renungkan: Orang yang sudah dimerdekakan dalam Kristus, namun berpaling lagi kepada perhambaan dosa, menginjak-injak dan menghina Kristus yang telah menebusnya.

(0.086225366666667) (Ef 3:14) (sh: Doa syafaat umat (Kamis, 6 November 2003))
Doa syafaat umat

Doa syafaat umat. Bagi Paulus, keberadaannya sebagai narapidana bukanlah halangan untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Bapa yang berkuasa baik di bumi maupun di surga (ayat 14-15). Sikap optimis Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa kebergantungan dirinya kepada Allah bukanlah formalitas tetapi sudah merupakan bagian dari hidupnya. Di dalam doa ini Paulus memohon hal-hal hakiki agar setiap orang percaya dapat menghayati segala yang Allah sediakan, dan menjadikan itu sebagai bagian yang penting dari kehidupan. Ada tiga pokok penting yang Paulus sampaikan kepada Allah Bapa di surga. Pertama, doa agar jemaat Tuhan memperoleh kekuatan dan peneguhan Roh Allah (ayat 16-17). Kehadiran Roh Kudus dalam hidup seseorang tidak hanya bukti keselamatan, tetapi juga memberikan kesanggupan dan kekuatan untuk menjalankan kehidupan Kristen. Hal inilah yang Paulus inginkan agar diketahui jemaat saat itu dan kita di zaman ini. Kedua, doa supaya jemaat memperoleh pemahaman dan pengenalan terhadap kasih Kristus (ayat 18). Walaupun pada kenyataannya kasih Kristus melampaui segala pengetahuan, Paulus tetap menginginkan agar jemaat memahami lebar, panjang, dalam dan tinggi kasih itu. Tentu parameter yang dipakai bukan secara fisik. Ia ingin agar kita, secara pribadi, mengenal kasih Kristus yang melampaui segala sesuatu itu. Ketiga, doa untuk kepenuhan Allah (ayat 19). Allah menginginkan agar kita mengalami kepenuhan Allah, dan ukuran kepenuhan kita adalah Allah sendiri. Paulus tidak menginginkan jemaat memiliki standar ukuran yang salah dalam menguji kehidupan mereka sendiri. Standar yang benar dalam hal ini adalah Yesus Kritus sendiri.

Renungkan: Telusuri butir-butir permohonan doa Paulus ini! Masih relevankah bila itu kita doakan bagi kita, Kristen di Indonesia masa kini? Apa doa Anda bagi Kristen di Indonesia?

(0.086225366666667) (Ef 5:22) (sh: Relasi umat Allah sebagai istri dan suami (Kamis, 17 Oktober 2002))
Relasi umat Allah sebagai istri dan suami

Relasi umat Allah sebagai istri dan suami. Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat 21). Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat 23). Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (ayat 22-25; 28,29,33). Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.

Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat 25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat 25,28,33). Paulus harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat 25). Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tundik kepada suami.

Renungkan: Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya. Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban.

(0.086225366666667) (Flp 1:1) (sh: Persekutuan dalam penginjilan (Kamis, 20 Mei 2004))
Persekutuan dalam penginjilan

Persekutuan dalam penginjilan. Kualitas apa dalam gereja kita membuat kita bersyukur? Karena warganya banyak? Karena gedung dan fasilitasnya megah dan lengkap? Karena programnya OK dan partisipasi jemaatnya tinggi? Apakah ukuran Anda akan kesuksesan sebuah gereja? Perhatikan hal-hal dalam gereja di Filipi yang membuat Paulus bersyukur (ayat 3)! Paulus mengenal gereja itu sebab ia sendiri yang mendirikannya (Kis. 16). Di situ ada anak-anak Tuhan yang setia dan dedikatif seperti Lidia, kepala penjara, dll. Mereka pasti loyal kepada Paulus dan kepada Tuhan.

Namun, Paulus mengucap syukur bukan karena keadaan eksternal gereja itu. Apalagi, keadaan eksternal gereja di Filipi juga gereja-gereja di Asia Kecil dan Eropa pada abad-abad permulaan Kristen pasti tidak dapat dibandingkan dengan gereja-gereja di kota-kota besar di Indonesia. Paulus mengucap syukur karena persekutuan warga gereja di Filipi dalam penginjilan dari sejak gereja ini baru berdiri sampai saat Paulus menulis surat ini (ayat 5). Paulus mengucap syukur bukan saja karena mereka berpegang teguh kepada iman mula-mula dan tetap setia bertumbuh dalam iman tersebut, tetapi juga karena semangat mereka untuk terlibat dalam pelayanan rasul Paulus.

Pelajaran apa yang dapat kita tarik tentang kemajuan gereja dan kemajuan penginjilan? Pertama, pendiri (pemimpin) gereja selalu memperhatikan gereja ini bahkan saat ia jauh dan tidak dapat hadir bersama mereka. Ia terus bersekutu menaruh gereja itu dalam doa-doanya, bahkan ketika ia sendiri dalam kesusahan dipenjarakan. Kedua, sejak awal gereja itu sudah diarahkan untuk menjadi gereja yang berperan serta melayani dalam berbagai bentuk pelayanan, bukan hanya menerima berkat dan pelayanan. Gereja yang pemimpin dan warganya terfokus melayani Injil Kristus akan menjadi gereja yang sukses di mata Allah.

Camkanlah: Jangan menilai gereja sukses bila ukurannya duniawi. Gereja sukses jika setia menginjili dan bertumbuh dalam iman.

(0.086225366666667) (Flp 2:19) (sh: Delegasi (Kamis, 6 Agustus 2020))
Delegasi

Timotius dan Epafroditus diutus Paulus ke jemaat di Filipi sebagai perwakilannya karena ia sedang berada dalam penjara. Kondisi ini sesungguhnya bisa menimbulkan dukacita bagi jemaat di Filipi. Namun, Paulus tidak ingin mereka bersedih. Oleh karena itulah, ia mengutus Timotius dan Epafroditus untuk memberi penguatan sehingga mereka bisa bersukacita dan terus hidup setia kepada Tuhan.

Dalam mengutus delegasi, Paulus menetapkan kriteria bagi siapa yang dianggapnya mampu mewakili dirinya. Timotius adalah orang yang paling dekat dengannya. Ia setia, tulus, dan giat memberitakan Injil. Ia mengerjakan semuanya dengan hati yang bersih dan tidak mencari keuntungan pribadi. Visi dan misinya, seperti Paulus, adalah untuk memuliakan Kristus Yesus.

Epafroditus pun diutus untuk kembali agar jemaat di Filipi mendengar langsung darinya tentang keadaan Paulus dalam penjara. Epafroditus memang utusan jemaat di Filipi untuk melayani Paulus selama dalam penjara. Epafroditus melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Pendelegasian oleh Paulus dilakukan dengan pertimbangan yang baik.

Paulus melakukan semua itu dengan semangat tunduk kepada Kristus, bukan berdasarkan keinginan sendiri. Walaupun demikian, pendelegasian itu tidak membuat Paulus menjadi tidak peduli kepada jemaat Filipi. Ia tetap berharap bisa datang ke sana, apabila perkaranya sudah selesai.

Pemberitaan Injil ternyata harus melibatkan orang lain dalam kerja sama. Kita bisa saja mendelegasikan tugas kepada orang yang dianggap mampu. Dengan demikian, penyebaran Injil bisa dikerjakan dengan efektif dan efisien. Namun, jika hendak memilih delegasi, kita tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Dalam hal ini pun, kita harus bersikap taat dan tunduk kepada kehendak Tuhan.

Kita harus mendengarkan kehendak-Nya dengan saksama. Maka siapa pun yang diutus, mari kita hidup sebagai delegasi Kristus yang terus memberitakan Injil di dunia ini. Kita menjalani hidup mulia dengan menonjolkan sifat-sifat ilahi. [DSY]

(0.086225366666667) (Kol 1:1) (sh: Pengucapan syukur (Rabu, 14 April 2004))
Pengucapan syukur

Pengucapan syukur. Rasul Paulus dan teman-teman sepelayanan tidak hanya sekali mengucap syukur tetapi selalu. Hal ini dilakukan mengingat Allah patut menerima hormat dan pujian atas karya-Nya yang menarik mereka dari kegelapan ke dalam terang-Nya. Itu adalah pekerjaan Tuhan yang sangat istimewa bukan hasil usaha manusia. Ia menyadari bahwa kenyataan akan penyebaran injil dan pertumbuhan iman jemaat Kolose itu berpusat pada karya Yesus Kristus. Maka patutlah ia bersyukur.

Pertama, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang mau menerima Injil Yesus Kristus. Jemaat Kolose telah menyambut kasih karunia dan damai sejahtera Allah Bapa di dalam Yesus Kristus yang diberitakan oleh Epafras; dan Epafras mendengar berita Injil dari Rasul Paulus di Efesus (Kis. 19:10). Ciri-ciri Injil: berpusat kepada pribadi Yesus Kristus (ayat 2,4), merupakan 'firman kebenaran' (ayat 5), berita kasih karunia (ayat 6b), dan diperuntukkan bagi seluruh dunia (ayat 6).

Kedua, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang imannya ditujukan kepada obyek yang tepat, yaitu Yesus Kristus. Jemaat di Kolose telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus (ayat 2). Meskipun banyak ajaran dan guru-guru palsu berkembang di Kolose.

Ketiga, bersyukur atas karya Tuhan Yesus dalam kehidupan umat yang setia menjadi murid Kristus. Paulus menghargai sikap jemaat untuk menjadi murid Epafras hingga mereka mengenal kasih karunia Allah yang sebenarnya (ayat 6). Tentu saja, dengan penekanan bahwa Epafras adalah hamba Kristus yang setia. Epafras telah menjadi model yang diteladani oleh jemaat (ayat 7).

Gereja masa kini hendaknya selalu mensyukuri karya Tuhan dalam pemberitaan Injil dan pertumbuhan iman gereja-Nya.

Yang kulakukan: Selalu mensyukuri karya Tuhan Yesus dalam membangun dan memelihara gereja-Nya di seluruh dunia.

(0.086225366666667) (Kol 1:21) (sh: Konsekuensi atas pendamaian Allah (Sabtu, 7 Juli 2001))
Konsekuensi atas pendamaian Allah

Konsekuensi atas pendamaian Allah. Fakta bahwa Allah begitu mengasihi kita tidak berarti kita memperoleh hak penuh untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ada konsekuensi-konsekuensi yang harus kita penuhi sebagai respons atas prakarsa pendamaian Allah tersebut. Hal inilah yang dikatakan Paulus kepada jemaat Kolose. Paulus mengingatkan bahwa kasih Allah itu di satu sisi memberi Kristen rasa aman, mengangkat rasa takut kita akan Dia, dan memastikan bahwa kita bukan lagi musuh Allah. Tetapi di sisi lain pendamaian itu berdampak munculnya banyak pergumulan dan kontradiksi baru karena menempatkan kita pada konsekuensi-konsekuensi iman. Benarkah Kristen mengalami kesulitan untuk menjalankan konsekuensi dari pendamaian Allah?

Sebelum menentukan jawaban seharusnyalah kita memahami dengan benar maksud pendamaian Allah, sehingga kita mengerti mengapa harus ada kewajiban-kewajiban yang harus kita penuhi. (ayat 1) Melalui pendamaian, Allah menginginkan respons manusia untuk berdiri teguh di dalam iman dan tidak melepaskan pengharapan akan Injil; (ayat 2) Melalui pendamaian, Allah memberi keyakinan kepada kita agar tidak pernah kehilangan keyakinan akan kasih-Nya. (ayat 3). Melalui pendamaian, Allah melahirkan kekuatan di dalam diri Kristen untuk memiliki kesetiaan yang tak tergoyahkan dan pengharapan yang tak dapat ditaklukkan.

Kini jelas bahwa seharusnyalah Kristen senantiasa siap menghadapi konsekuensi dari pendamaian yang Allah prakarsai. Memang banyak sekali tantangan, cobaan, dan pergumulan yang terjadi di sekitar kita yang berusaha melunturkan semangat juang iman. Tetapi cobalah untuk menjadikannya bukan sebagai penghalang tetapi sebagai pendorong dan batu uji untuk tetap setia kepada Yesus Kristus, agar kita semakin kudus, tidak bercela, dan tidak bercacat di hadapan-Nya.

Renungkan: Tidak ada alasan bagi Kristen untuk menghindari dan tidak siap menghadapi segala konsekuensi hidup iman kristen, karena di dalam kesetiaan dan ketaatan kita nyata kekuatan dan penyertaan-Nya. Tiada cara lain yang dapat menjadi batu loncatan bagi jemaat untuk menjaga hidupnya semakin layak di hadapan-Nya, kecuali berani meninggalkan segala kenikmatan dosa dan menerima segala risiko ketaatan dan kesetiaan kepada Kristus.

(0.086225366666667) (Kol 1:24) (sh: Bersukacita karena penderitaan (Minggu, 8 Juli 2001))
Bersukacita karena penderitaan

Bersukacita karena penderitaan. Jika pada Anda ditanyakan apakah Anda dapat merasakan sukacita ketika berada dalam penderitaan apalagi ketika Anda sedang bekerja bagi Tuhan? Jujur kita katakan bahwa tidak ada seorang pun yang senang menderita. Tetapi mengapa rasul Paulus berkata demikian? Bila kita melihat kembali keberadaan Paulus sebagai hamba Kristus, kita menemukan tokoh kristen yang dengan sungguh-sungguh membaktikan hidupnya bagi Kristus. Kita juga dapat melihat bahwa karena kesetiaannya inilah banyak orang yang menerima Kristus, tetapi banyak juga yang menolak Kristus bahkan berespons berlebihan, membenci dan menyiksa Paulus. Bagaimana reaksi Paulus terhadap respons orang-orang yang menolaknya? Paulus sama sekali tidak mempedulikan respons tersebut, asal orang-orang mengenal Kristus, beriman teguh pada-Nya, dan bertumbuh dewasa secara rohani.

Hal apa yang mendasari semangat Paulus melayani? Yesus Kristus. Paulus menempatkan dirinya secara mutlak di bawah otoritas Kristus sebagai pusat pelayanannya. Karya keselamatan Kristus merupakan bagian utama dari setiap pemberitaannya, dan semua pertumbuhan warga jemaat diarahkan kepada Kristus

Melalui sikap Paulus ini Kristen belajar tentang banyak hal yang harus diteladani, yaitu bahwa sebagai seorang pelayan Allah, Paulus tidak melihat pelayanan itu sebagai beban, tetapi melihatnya sebagai suatu peran serta, terlibat dan ambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk jemaat-Nya. Kedua, menderita karena melayani Kristus bukanlah suatu hukuman melainkan hak istimewa karena diperkenankan mengambil bagian dalam karya-Nya.

Renungkan: Apabila dalam pelayanan, Anda mengalami kesusahan dan penderitaan, bersukacitalah sebab Anda telah mengambil bagian dalam penderitaan yang Kristus alami.

Bacaan untuk Minggu Ke-5 sesudah Pentakosta

Ayub 38:1-11

II Korintus 5:16-21

Markus 4:35-41

Mazmur 107:1-3, 23-32

Lagu: Kidung Jemaat 424

PA 1 Kolose 1:15-23

Ketika Paulus menulis surat ini, Ia tahu bahwa iman dan keyakinan Jemaat Kolose sedang berusaha diguncangkan dan diserang oleh orang-orang yang menyebut dirinya kaum intelektual (kaum Gnostik). Ajaran ini sangat tidak puas dengan pengajaran Kristen yang dinilai sangat sederhana, sehingga mereka ingin mengubahnya menjadi suatu filsafat. Dalam usaha mengubah pemahaman iman jemaat, golongan ini memberikan pengajaran yang menjatuhkan Kristus dari jabatan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat yang satu- satunya. Berhasilkah upaya mereka? Apa yang Paulus lakukan sebagai upaya untuk memperteguh iman dan keyakinan jemaat Kolose? Kita akan mempelajarinya dalam PA di bawah ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Menurut kaum Gnostik, Yesus hanyalah salah satu dari sekian banyak perantara Allah dengan manusia. Apakah pengajaran ini bertentangan dengan pemahaman kristiani? Apakah yang Paulus lakukan untuk menangkis pernyataan tersebut? Sebutkan tujuh hal penting yang Paulus kemukakan tentang Yesus (ayat 15-18)!

2. Dari penjelasan Paulus tentang keutamaan Kristus, dapatkah Anda menjelaskan tentang: (a) Siapa Yesus Kristus di dalam diri-Nya (ayat 15); (b) Siapa Yesus Krsitus bagi penciptaan (ayat 16-17); (c) Siapa Yesus Kristus bagi gereja (ayat 18); (d) Siapa Yesus Kristus bagi segala sesuatu (ayat 19-20); (e) Apakah tujuan kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia (ayat 21-23)! Mengapa manusia tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah? Jelaskan!

3. Uraian Paulus tentang keutamaan Kristus selain telah mementahkan ajaran golongan gnostik, juga meneguhkan keyakinan iman Kristen kepada Yesus Kristus. Menurut Anda, bagaimanakah seharusnya Kristen menyikapi pengajaran-pengajaran miring tentang Kristus dari luar, dan dari dalam kekristenan? Apa yang harus Kristen lakukan? Jelaskan!

4. Apakah yang harus Kristen lakukan, dalam tindakan konkret, sebagai konsekuensi dan tanggung jawab terhadap tindakan pendamaian Yesus Kristus? Jelaskan!

(0.086225366666667) (Kol 2:8) (sh: Dasar ajaran yang benar (Senin, 19 April 2004))
Dasar ajaran yang benar

Dasar ajaran yang benar. Imbauan Paulus agar jemaat Kolose tetap hidup dalam Kristus bukanlah imbauan tanpa harapan. Paulus yakin bahwa jemaat Kolose yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamatnya mampu mempertahankan keyakinan tersebut. Harapan Paulus dan keyakinan jemaat ini mengingatkan saya pada anak saya. Sebagai orang tua, saya berharap agar dia bertumbuh sehat baik fisik maupun mental atau spiritual. Lalu apa yang harus saya lakukan? Awalnya saya over protective, bahkan jika mungkin saya akan menempatkan anak saya pada suatu ruangan steril dan aman. Tetapi jika itu saya lakukan, saya tidak memban-tunya bertumbuh malah justru mengkerdilkannya.

Sering kali kita merasa bahwa kita akan lebih aman dan lebih berhasil bertumbuh sehat jasmani maupun rohani jika kita bebas dari godaan dan ancaman. Ternyata itu keliru, karena berbagai godaan atau ancaman yang ada di sekitar kita justru dapat dijadikan sarana bagi pengujian mental dan spiritual kita. Seperti halnya jemaat Kolose yang meskipun hidup dalam ancaman ajaran doktrin dan moral yang sesat, namun mereka tetap bisa dan terus bertumbuh. Apa kuncinya? Mereka hidup dalam Kristus. Kristus bukan saja dasar, tetapi sekaligus bangunan dan isi hidup kita. Kita bukan saja menerima keselamatan dengan beriman kepada-Nya, tetapi juga kekudusan dan kekuatan rohani kita. Itu sebabnya kita perlu tinggal tetap dalam Dia.

Bila kita ada di dalam Kristus yang adalah kepenuhan Allah, kita memiliki semua yang Allah berikan kepada kita melalui Kristus: keselamatan, kekudusan dan kedamaian. Yang telah dimungkinkan Kristus itu, kini kita cicipi tiap hari dalam persekutuan iman dalam Kristus. Berkat Kristus apakah yang Anda syukuri kini?

Ingat: Bahwa nafas hidup, pekerjaan dan pelayanan yang kita tekuni, adalah bentuk-bentuk berkat Tuhan yang sangat patut kita syukuri kehadirannya dalam kehidupan kita.

(0.086225366666667) (Kol 2:16) (sh: Antara tradisi, budaya dan iman Kristen (Selasa, 20 April 2004))
Antara tradisi, budaya dan iman Kristen

Antara tradisi, budaya dan iman Kristen. Tidak dapat disangkal bahwa masih ada orang Kristen masa kini yang mengaku percaya kepada Kritus, tetapi masih sering menempatkan secara berdampingan tradisi agama dan budaya dengan iman Kristen (ayat 18-19). Keadaan ini terus berkepanjangan karena masing-masing dirasakan kepentingan dan manfaatnya oleh masing-masing penganut. Sehingga, agar keduanya tetap dapat memiliki arti dalam hidup akhirnya berlakulah prinsip kompromi dan menghalalkan segala cara. Menurut Anda, apakah pemikiran sedemikian dapat dibenarkan dalam pemahaman iman Kristen kita?

Dalam hal ini, Paulus tidak menentang pemberlakuan tradisi dan budaya apalagi memerintahkan jemaat Kolose untuk meninggalkan hal tersebut. Yang ditentang oleh Paulus adalah sikap jemaat yang seringkali tidak dapat memilah-milah keberadaan tradisi dan budaya dalam praktik imannya hingga akhirnya terjebak pada sikap sinkretisme. Misalnya, kebiasaan selektif pada makanan harus terus dipraktikkan meskipun sudah menerima Kristus dalam hidupnya (ayat 16,17, 20-23).

Nasihat ini sebenarnya khusus Paulus tujukan kepada orang-orang Kristen yang bukan Yahudi. Namun, tidak jarang orang-orang Yahudi selalu mempersalahkan mereka karena tidak melakukan hukum-hukum Yahudi yang mencakup berbagai peraturan. Paulus menegaskan bahwa hukum-hukum itu sudah digenapi di dalam Kristus. Yang perlu jemaat patuhi ialah ajaran-ajaran Kristus (ayat 20). Kristus sudah menang atas maut. Iblis sudah dikalahkan-Nya. Di dalam Dia, kita mengambil bagian dalam kemenangan-Nya.

Camkanlah: Orang Kristen yang menomorsatukan kekuatan tradisi dan budaya, dan mengabaikan Kristus bukan sedang maju dalam kerohanian tetapi mundur menjauhi imannya. Hakikat kerohanian Kristen bukan pantangan makanan dan seks, dlsb. Hakikat iman Kristen ialah memusatkan perhatian dan iman kita kepada Kristus.

(0.086225366666667) (1Tes 5:1) (sh: Berjaga-jaga (Rabu, 29 Oktober 2003))
Berjaga-jaga

Berjaga-jaga. Permasalahan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya di jemaat Tesalonika ternyata bukan masalah tanggal, atau hari dalam kalender. Sebab kualitas kehidupan setiap orang yang percaya tidak dikendalikan oleh kalender, tetapi ditentukan oleh Kristus yang bangkit. Setiap orang yang mencintai Yesus, hidupnya pasti akan dikendalikan oleh kasih cinta Yesus, dan itu menghidupi sebuah kualitas kehidupan yang benar-benar indah. Itulah sebabnya teks ini menganjurkan agar jemaat Tesalonika selalu berjaga-jaga (ayat 6).

Hal yang paling penting saat ini untuk orang-orang Kristen pahami ialah bukan kapan langit terbuka dan Kristus turun dari langit, tetapi apakah kita telah memiliki iman yang hidup, berani memihak kebenaran dan menolak hal-hal yang tidak benar, memiliki hati yang tenang dan siap melayani (ayat 8)? Kedatangan Tuhan menghadirkan sukacita besar dan bukan saat-saat yang menakutkan. Pertanyaannya ialah apakah kita semua sedang berjaga-jaga, siap seperti prajurit yang lengkap dengan segala persenjataan dan siap untuk bertempur, atau sedang tertidur lelap?

Iman kita, orang-orang percaya saat ini pun tidak boleh dibangun di sekitar hal-hal yang tidak penting seperti tanggal dan hari. Tetapi iman kita harus menyikapi serius hal-hal yang urgen sehingga kita akan bereaksi tepat dan tanggap. Masalahnya ialah sudah terlambat mempersiapkan diri untuk ujian ketika kertas ujian sudah ada di depan kita. Sudah terlambat untuk membangun rumah yang kokoh, kalau badai topan sedang melanda kehidupan. Jangan seperti lima anak dara yang bodoh, yang harus kehabisan minyak sehingga pada waktu kedatangan sang mempelai, saat dimana pelita tersebut memang benar-benar dibutuhkan, pelita mereka padam.

Renungkan: Orang yang punya waktu untuk menghitung-hitung hari dan waktunya, berarti sedang tidak bekerja melayani Tuhan. Andakah orangnya itu?

(0.086225366666667) (2Tim 2:14) (sh: Fit and Proper test (uji kelayakan) (Rabu, 28 Agustus 2002))
Fit and Proper test (uji kelayakan)

Fit and Proper test (uji kelayakan). Istilah fit and proper test (uji kelayakan) akhir-akhir ini giat digencarkan di kalangan eksekutif dan legislatif pemerintahan Indonesia. Ini dilakukan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang jujur, loyal, dan berdedikasi tinggi bagi kepentingan bangsa dan negara. Karena itu, hal-hal yang diuji meliputi: kemampuan dan integritas, kejujuran dan moralitas seseorang. Diharapkan, mereka yang telah lulus uji kelayakan ini dapat menjadi "panutan." Yang jadi pertanyaan adalah apakah pelaksanaan fit and proper test itu sendiri sudah terbebas dari pengaruh kolusi, korupsi, dan nepotisme? Karena ternyata banyak pejabat yang telah diuji kelayakannya masih terlibat kasus KKN! Ternyata uji kelayakan tersebut belum dapat dipertanggung-jawabkan kelayakannya.

Uji kelayakan ini ternyata juga menjadi concern Paulus ketika menasihati Timotius. Belajar dari pengalamannya, Paulus menemukan bahwa ternyata ada para hamba Tuhan yang telah menyimpangkan berita Injil, seperti Himeneus dan Filetus (ayat 17,18). Bagi Paulus, orang-orang seperti mereka itulah yang perlu diwaspadai karena mengajarkan pengajaran-pengajaran yang menyimpang dari kebenaran Kristus, yang bisa membuat jemaat terguncang imannya. Karena itu, Paulus dengan tegas mengingatkan Timotius untuk meneruskan tongkat estafet berita Injil itu kepada orang-orang yang telah memenuhi standar kelayakan: berani berkata benar tentang Kristus, jujur, bertanggung jawab, dan setia pada firman Tuhan.

Dari perikop ini kita belajar bahwa hanya hamba yang telah lulus fit and proper test yang Tuhan lakukan sajalah yang layak menjadi penerus tongkat estafet berita Injil. Karena mereka adalah hamba Tuhan yang mengutamakan kekudusan, memiliki hati murni, sifat-sifat Kristen terpuji, dan teruji. Sudah saatnya para pemegang tongkat estafet berita Injil, para hamba Tuhan mengintrospeksi diri dan bertanya pada Tuhan, "Apakah diri saya sudah memenuhi standar kelayakan yang Allah tetapkan!"

Renungkan: Jika gereja memiliki hamba sejati, yang telah lulus uji kelayakan yang Allah lakukan, maka ajaran-ajaran palsu yang mengguncang iman jemaat dapat dipatahkan pengaruhnya.

(0.086225366666667) (Ibr 4:1) (sh: Syarat masuk perhentian kekal (Selasa, 25 Oktober 2005))
Syarat masuk perhentian kekal

Syarat masuk perhentian kekal Sejarah Israel memberitahukan ada banyak orang yang tidak boleh masuk Tanah Perjanjian. Mereka gagal karena tidak percaya kepada Allah yang telah terbukti mencurahkan kasih karunia-Nya. Kekerasan hati mereka yang terus-menerus menolak Tuhan menyebabkan mereka binasa di padang gurun.

Penulis Ibrani mengingatkan para pembacanya yang sedang dicobai imannya untuk meninggalkan Tuhan, agar mereka tetap bertahan supaya jangan akhirnya ditolak oleh Tuhan. Tanah Perjanjian bukanlah perhentian terakhir bagi umat Tuhan (ayat 8). Penulis Ibrani memakainya sebagai lambang bagi perhentian kekal bagi semua umat manusia. Menurut penulis Ibrani, yang paling penting adalah berhasil masuk dalam perhentian kekal yang disediakan Allah bagi umat-Nya setelah menjalani hidup dalam dunia ini (ayat 9-11). Menurutnya, hari ketujuh sesudah rangkaian hari Allah menciptakan dunia menekankan hal tersebut (ayat 4). Dunia yang diciptakan selama enam hari melambangkan kehidupan di dalam dunia yang sementara ini. Oleh karenanya, hidup di dunia milik Allah ini harus dilakukan dengan iman dan ketaatan kepada-Nya. Ketidaktaatan akan rencana Tuhan akan membawa umat-Nya kepada kebinasaan yang lebih mengerikan dibandingkan kegagalan masuk Tanah Perjanjian.

Firman Allah tidak saja berisi undangan yang lembut, tetapi juga bisa menjadi senjata yang mematikan (ayat 12-13). Karena itu, penulis Ibrani mendesak pembacanya untuk berespons benar terhadap undangan Injil dari Roh Allah (ayat 7). Ini berarti setiap orang, termasuk mereka yang mengaku diri Kristen perlu memeriksa adanya kesejatian respons terhadap Injil. Kita perlu menyadari bahwa menunda-nunda keputusan untuk mengikut Yesus, atau mengurangi ketaatan kepada Yesus bisa berarti menutup kesempatan untuk beroleh hidup dari Dia.

Camkan: Orang yang menegarkan hatinya untuk menolak Kristus membuktikan dirinya memang bukan orang pilihan!

(0.086225366666667) (Ibr 5:11) (sh: Kesejatian iman (Kamis, 27 Oktober 2005))
Kesejatian iman

Kesejatian iman Ingatkah perumpamaan Kristus mengenai lalang dan gandum? Pada waktu keduanya masih kecil dan sedang bertumbuh, sulit untuk membedakan antara lalang dan gan-dum. Namun, setelah gandum bertambah besar maka perbedaannya dari lalang akan terlihat.

Penulis Ibrani menegur para pembaca suratnya karena mereka masih kanak-kanak rohani padahal seharusnya sudah dewasa rohani. Mereka belum mengerti ajaran-ajaran kebenaran firman Tuhan padahal kebenaran itu akan membuat iman mereka kukuh saat menghadapi tekanan dan penganiayaan (ayat 5:11-14). Sebaliknya, mereka justru memperdebatkan ajaran yang tidak utama, misalnya: pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang mati, dll. (ayat 6:2). Memperde-batkan hal-hal seperti itu bisa membuat mereka mengabaikan berbagai perkara yang fundamental, seperti: menerima anugerah keselamatan, pencerahan oleh Roh Kudus, dll. (ayat 4-5). Akibatnya, mereka dapat berada dalam bahaya, yaitu menolak ajaran keselamatan sebagai kebenaran. Hal ini berarti mengingkari anugerah Allah di dalam Kristus (ayat 6). Apakah ini berarti murtad?

Ilustrasi tanah menjawab pertanyaan tadi. Yang beriman sejati seperti tanah yang menerima air hujan menjadi subur dan memberi hasil yang baik. Yang mengeluarkan semak duri yang tidak berguna adalah mereka yang terus-menerus menerima kabar baik, tetapi tetap mengeraskan hati. Seorang Kristen yang menyambut firman Allah dan hidup di dalamnya pasti rohaninya tidak mungkin mati (ayat 7-8). Seorang Kristen sejati memiliki hidup Kristus. Orang Kristen sejati tidak mungkin tetap menjadi bayi rohani. Allah akan berkarya dalam hidupnya, sehingga ia pasti bertumbuh. Sedangkan seorang yang tidak beriman memang pada kenyataannya tidak memiliki hidup dari Kristus.

Renungkan: Jangan terlena oleh status Kristen yang Anda miliki. Pastikan Anda sudah menjadi murid sejati-Nya melalui bergaul intim dengan-Nya.

(0.086225366666667) (Yak 1:12) (sh: Jadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan Anda (Minggu, 3 Juni 2001))
Jadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan Anda

Jadikan pencobaan yang Anda alami, pasangan kelemahlembutan Anda. Kecenderungan manusia mencari kambing hitam atas pergumulan hidup yang dialaminya memang tidak pernah berubah dari zaman ke zaman. Sejak manusia jatuh dalam dosa, kecenderungan ini menjadi tidak asing lagi. Tetapi manusia tidak cukup puas mengkambinghitamkan ciptaan lain atau sesamanya, ini yang menyebabkan manusia seringkali menyalahkan Tuhan, Sang Pencipta. Yakobus menegaskan bahwa sikap ini tidak benar.

Kristen seharusnya kembali kepada kebenaran bahwa pencobaan tidak pernah datang dari Allah karena Ia senantiasa memikirkan, memberikan, dan menganugerahkan yang terbaik bagi kita (13, 17). Mana mungkin pencobaan yang bertujuan menjatuhkan datang dari Allah? Kita sudah tahu darimana asal pencobaan (14-15), oleh karena itu tidak ada gunanya lagi mengkambinghitamkan pihak lain, karena sikap ini akan memberi peluang bagi pencobaan itu untuk menguasai dan mengalahkan kita.

Pencobaan dapat dipakai Allah berpasangan dengan kelemahlembutan kita untuk membongkar dan mengikis karakter, keinginan, pola hidup, dan dosa-dosa yang menghambat pertumbuhan rohani kita. Inilah alasan bagi kita untuk berbahagia (12). Allah adalah sumber segala yang baik dan Pencipta segala hasil dan akibat yang sempurna. Keterbukaan kepada pembentukan Allah yang mengizinkan pencobaan demi pencobaan menguji iman kita, akan memberikan hasil pertumbuhan yang nyata dan rohani yang dewasa.

Renungkan: Pencobaan dan pengujian bisa datang bersamaan di dalam kehidupan Kristen, walaupun sumber keduanya saling bertentangan. Keduanya pun dapat berfungsi positif dalam hidup Kristen yang lemahlembut, karena Allah yang sanggup mengubah fungsinya.

Bacaan untuk Hari Pentakosta

Yoel 2:28-32

Kisah Para Rasul 2:1-13

Yohanes 16:5-15

Mazmur 104:1-4, 24-33

Lagu: Kidung Jemaat 443



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA