Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1081 - 1100 dari 1322 ayat untuk sekali (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.11) (Yes 50:1) (sh: Hamba yang taat (Kamis, 18 Agustus 2005))
Hamba yang taat

Pada bagian ini, kita disuguhi teguran Allah kepada Israel yang tidak mau kembali dan taat kepada-Nya (ayat 1-3) dan perjuangan serta ketaatan si hamba Allah dalam menjalankan panggilan Tuhan (ayat 4-11). Ayat 4-9 merupakan Nyanyian Hamba yang ketiga.

Allah menegur Israel yang mengeluh dan mempersalahkan Allah atas penderitaan mereka di pembuangan. Hukuman Allah atas mereka terjadi karena mereka tidak mau taat kepada-Nya sebagai hamba Allah yang diutus untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka adalah hamba Allah yang gagal.

Kontras sekali dengan hamba yang dinyanyikan dalam Nyanyian Hamba ketiga ini. Di sini, hamba Allah rela menjadi murid yang taat kepada Allah. Setiap hari ia duduk di bangku sekolah milik Allah untuk berguru pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran-Nya. Lidahnya tidak putus-putus memperkatakan firman Allah agar dapat menguatkan hati yang lemah dan semangat yang pudar (ayat 4-5). Bahkan saat orang-orang yang dilayaninya menolak dan menghinanya ia tetap setia menjalankan tugas kehambaannya sebab ia yakin Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenarannya (ayat 7-9). Allah sendiri menyatakan: "Inilah hamba-Ku yang berhasil" (ayat 10-11).

Tuhan Yesus adalah Hamba Allah yang berhasil. Walau ditolak bahkan dibunuh, Ia tetap setia menjalakan misi-Nya menyelamatkan manusia. Pelayanan-Nya berdampak kepada transformasi hidup orang yang dilayani-Nya. Anda dan saya adalah buah-buah pelayanan-Nya. Kita sekarang adalah hamba-hamba Allah yang dipanggil untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang. Mari kita meneladani Tuhan Yesus dengan taat kepada Allah dan tidak gentar menghadapi penolakan serta tekanan dunia ini. Allah akan memelihara dan membela kita.

Renungkan: Keberhasilan bukan ada pada kemampuan melayani melainkan pada ketaatan melakukan kehendak-Nya.

(0.11) (Yes 52:13) (sh: Hamba yang menderita (Minggu, 14 Maret 1999))
Hamba yang menderita

Di jaman dulu maupun sekarang ini, tidak umum bila seseorang yang benar secara hukum membiarkan dirinya disiksa tanpa membuka mulut untuk pembelaan. Namun nabi Yesaya memaparkan kepada kita bahwa ada seseorang yang disebutnya Hamba yang menderita yang sanggup melakukan itu. Hamba itu diremukkan, dihina, diejek, diperlakukan sewenang-wenang. Tidak hanya itu, bahkan dalam kematiannya, dia dimasukkan dalam kalangan pemberontak (53:12). Bagi seorang manusia biasa penderitaan dan kesengsaraan yang dialaminya justru selalu diusahakan untuk dihindari (53:3). Yesaya memaparkan makna yang terkandung di balik penderitaan hamba itu. Dikatakan Yesaya bahwa semua itu adalah bagian dari kehendak dan rencana agung Allah demi korban penebusan salah bagi manusia (53:10).

Kristus Sebagai Penggenap. Nubuat hamba Tuhan yang menderita ini digenapi dalam diri Yesus Kristus. Sama sekali tak terlihat usaha pembelaan diri-Nya. Namun justru di sinilah letak rahasia keagungan kasih Allah. Dengan mempertaruhkan Putra-Nya, Sang Bapa merencanakan penyelamatan kita. Bagi kita, penyelamatan itu memang tanpa pembayaran apapun, tetapi dari sudut Allah, penyelamatan itu menuntut pengorbanan Yesus, Anak Tunggal Bapa. Benarkah sudah kita sadari bahwa Dialah Juruselamat kita pribadi? Coba kita baca ulang dan resapi kalimat yang tertulis pada ayat 5. Gantilah setiap kata "aku" dengan kata "kita". Kesan apa yang kita terima? Kasih yang tak ternilai. Menyadari kasih pengorbanan Yesus Kristus membuat kita mampu mengasihi siapa saja, tanpa harus memandang asal, keturunan, dlsb. Dan kita pun menjadi anak-anak Bapa yang mengenal damai dan bersedia membawa damai.

Doa: Ya Bapa yang kudus, sesungguhnya pengorbanan Putra-Mu yang Tunggal adalah anugerah terbesar yang kami terima dalam hidup ini. Ajar kami selalu bersyukur atas hal itu dan hidup sesuai dengan pembenaran-Mu itu. Amin.

(0.11) (Yes 57:1) (sh: Peringatan bagi pemimpin! (Kamis, 25 Agustus 2005))
Peringatan bagi pemimpin!

Salah satu penyebab kehancuran sebuah bangsa adalah sikap para pemimpinnya yang tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak takut akan Tuhan dengan berlaku jahat, tidak adil, dan menindas rakyat.

Nas hari ini membongkar perbuatan para pemimpin Israel yang tidak mengusahakan kesejahteraan rakyat sehingga umat Allah sangat menderita (ayat 1). Para pemimpin ini ternyata menjalin hubungan dengan kuasa kegelapan. Mereka menyembah dewa-dewa kesuburan, seperti Baal dan Asytoret, melakukan pelacuran bakti, beribadah kepada dewa Molokh, dan memanggil arwah orang mati (ayat 3, 5-9). Para pemimpin ini merasa kedudukan mereka kuat dan aman, berperilaku saleh, dan sama sekali tidak menyadari perbuatan mereka dibenci Allah (ayat 10-12). Mereka tidak menyadari bahwa Allah akan menghukum mereka dan tak satu pun dari dewa-dewa itu dapat menolong mereka.

Oleh karena perbuatan para pemimpin umat itu maka umat Allah tersandung jatuh dalam dosa (ayat 14). Keduanya akan dihukum Allah apabila tidak bertobat (ayat 17, 20-21). Namun, mereka yang menyesali perbuatan dosanya serta berpaling dari segala tingkah laku jahatnya akan kembali mendapatkan kemurahan-Nya (ayat 15, 18-19). Sesungguhnya Allah penuh dengan kasih dan pengampunan, tujuan-Nya adalah damai sejahtera bagi umat-Nya.

Kita harus mendoakan para pemimpin kita, baik yang di gereja maupun yang di pemerintahan agar mereka takut akan Tuhan dan menjalankan kepemimpinan mereka untuk kesejahteraan umat yang dipimpin. Kita sendiri harus menjaga diri supaya jangan mencontoh para pemimpin munafik yang tidak takut akan Tuhan. Tuhan sendiri akan membalas orang jahat dengan hukuman yang setimpal, tetapi Dia akan menyelamatkan umat-Nya yang saleh dengan anugerah yang melimpah.

Camkan: Tuhan adil! Dia akan membalaskan setiap orang berdasarkan perbuatan masing-masing.

(0.11) (Yes 61:1) (sh: Kabar baik bagi umat Tuhan (Senin, 29 Agustus 2005))
Kabar baik bagi umat Tuhan

Menjelang hari Kemerdekaan Republik Indonesia, banyak narapidana yang menantikan kabar baik tentang pengurangan masa tahanan bahkan pembebasan mereka dari penjara. Namun, setelah bebas mereka sering mendapatkan kecurigaan dan penolakan. Akibatnya tidak jarang, mereka berbalik kepada kejahatan semula.

Kabar baik yang dikumandangkan oleh hamba Tuhan bagi Israel bukan hanya membebaskan mereka dari belenggu pembuangan, tetapi juga memulihkan mereka sebagai suatu bangsa (ayat 1-4). Allah sekali lagi akan mengikatkan diri kepada mereka dalam perjanjian abadi (ayat 8). Musuh yang pernah menindas mereka akan berbalik menjadi agen Allah untuk memberkati mereka. Semua yang pernah dirampas dari Israel akan dikembalikan musuh mereka dengan berlipat ganda. Semua bangsa akan mengakui Israel sebagai bangsa yang diberkati Tuhan (ayat 5-9). Bahkan Israel akan menemukan fungsi keumatan mereka yang telah mereka lupakan, yaitu menjadi imam Allah bagi bangsa-bangsa (6a; lih. Kel. 19:4-6). Oleh karena mereka, bangsa-bangsa akan mengenal dan menyembah Allah Israel. Sukacita Israel saat menyambut kabar baik itu digambarkan dengan ditukarkannya pakaian kabung dan sunyi suasana duka menjadi pakaian pesta dengan perhiasannya dan semarak suasana pesta. Nyanyian dukacita ditukar dengan kidung pujian bagi keagungan Allah (Yes. 61:3). Hamba Tuhan yang telah menyampaikan kabar baik ini pun ikut bergembira. Israel bagaikan pengantin wanita yang di-sambut pengantin pria (ayat 10). Mereka akan dipulihkan seperti kebun yang kembali dipenuhi oleh tanaman yang subur (ayat 11).

Setiap orang tanpa terkecuali diundang untuk menyambut keselamatan dari Allah di dalam Tuhan Yesus (Lih. Luk. 4:17-21). Sambutlah Dia sebagai Tuhan, alami pembebasan sejati dari belenggu dosa, serta nikmati anugerah kekal menjadi anak-anak-Nya.

Renungkan: Kebebasan dari dosa yang Tuhan berikan bagi orang yang percaya pada-Nya adalah sempurna dan tuntas.

(0.11) (Yes 65:17) (sh: Tersedia surga untuk umat-Nya (Sabtu, 3 September 2005))
Tersedia surga untuk umat-Nya

Mendengar berita tentang kejahatan yang terus meningkat, bencana gempa bumi dan tsunami, kemis-kinan yang tak kunjung habis, pengangguran yang makin meningkat, dll. dapat membuat kita enggan hidup. Akar terdalam dari semua penderitaan manusia adalah dosa. Israel yang menerima nubuat ini sedang mengalami banyak sekali kesengsaraan karena dosa-dosa selalu menimbulkan akibat buruk dan Allah murka terhadap dosa.

Allah menghajar karena kasih-Nya dan kini Ia menjanjikan pemulihan. Pemulihan tersebut akan bersifat radikal dan total. Segala kejahatan dan akibat-akibat buruknya akan ditiadakan, bahkan ingatan tentangnya pun akan dihapuskan dari dalam hati umat Allah (ayat 17). Allah tidak hanya mengampuni, tetapi menciptakan segala sesuatu menjadi baru. Karena dosa manusia sudah merusak semua ciptaan, Allah akan menciptakan langit dan bumi baru (ayat 18). Akibat dosa yang terdahsyat, maut akan dibinasakan (bdk. 1Kor. 15:26). Di dalam langit dan bumi baru kelak tidak akan ada lagi maut. Hidup akan menjadi abadi (ayat 20), tepat seperti yang Allah ingin berikan kepada manusia. Hidup akan menjadi bermakna, tidak akan ada lagi usaha dan perbuatan yang menjadi sia-sia (ayat 21-23). Ketika Allah sepenuhnya Raja, bumi akan menjadi sejahtera (ayat 24-25).

Jika kini kerap kita harus meratap dan tertindih ketakutan, kelak orang-orang milik Tuhan akan hidup dalam semarak sukacita. Ketika Allah tersenyum jika melihat umat-Nya, umat pun pasti meluap dengan sukacita. Ini bukan hanya pengharapan eskatologis yang hanya akan kita alami di akhir zaman kelak. Di dalam Kristus yang telah menghapuskan dosa dan mengalahkan maut (1Kor. 15:54b-58) kita yang hidup taat kepada-Nya sudah menyongsong suasana langit dan bumi baru itu dalam pengalaman kita sehari-hari.

Renungkan: Meski fakta dunia masih dirusak dosa dan daya merusaknya, orang yang hidup dalam Tuhan tengah mengisi suasana suka surgawi tiap saat.

(0.11) (Yer 10:17) (sh: Hati seorang Yeremia (Kamis, 14 September 2000))
Hati seorang Yeremia

Sekali lagi di hadapan kita dipaparkan kasih dan kepedulian Yeremia atas bangsanya. Firman yang datang pada saat Yerusalem dikepung oleh tentara Babel pada tahun 597 s.M. memastikan bahwa penghakiman sudah datang (17-18). Kehancuran Yehuda hanya dalam hitungan detik. 'Jangan banyak bicara lagi. Tak perlu lagi berdebat. Segera kemasi barang-barang dan siap pergi ke pembuangan.'

Setelah mendengar kepastian penghakiman Allah, ratapan, dan tangisan Yeremia meledak (19-21). Hati dan pikiran Yeremia sudah menyatu dengan bangsanya, secara mendalam Yeremia mengidentifikasikan dirinya dengan penderitaan bangsanya. Tangisannya adalah tangisan seluruh bangsa Yehuda, karena mereka akan sangat menderita. Lukanya tidak akan dapat disembuhkan. Malapetaka dan bencana itu dilambangkan dengan kemah yang sudah rusak dan semua talinya putus. Yeremia sangat menyesali sikap para pemimpin bangsa yang harus bertanggungjawab terhadap hancurnya bangsa Yehuda.

Kepedulian dan kasih Yeremia terhadap bangsanya sangat mendalam, sehingga tidak mungkin berhenti hanya sampai meratap dan menangis. Ia didorong dengan kuatnya oleh kepeduliannya dan hatinya dibakar oleh rasa kasih terhadap bangsanya, sehingga sampai saat-saat terakhir sebelum penghukuman datang, demi bangsanya, ia masih memohonkan kemurahan Allah (23-25). Permohonannya kini didasarkan pada suatu keyakinan dan pengakuan bahwa Allah berkuasa mutlak atas perjalanan hidup manusia. Bangsanya harus menjalani penghukuman yang dahsyat. Namun ia memohon agar pembuangan Yehuda itu merupakan hajaran Allah untuk memperbaharui kehidupan bangsanya dan bukan untuk melenyapkan bangsanya. Yeremia menghadapi sebuah dilema. Hatinya terdorong untuk memohon kemurahan Allah sementara itu pikirannya menegaskan bahwa penghukuman itu tidak terelakkan lagi. Namun ini tidak membuatnya berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsanya.

Renungkan: Kita mungkin juga menghadapi dilema yang sama ketika melihat kondisi bangsa kita. Namun kita harus meneladani Yeremia untuk tidak berhenti bergumul dan berdoa bagi bangsa kita, walaupun nampaknya pembaharuan itu mustahil dapat terjadi.

(0.11) (Yer 13:15) (sh: Satu kali pun sudah terlalu banyak (Rabu, 20 September 2000))
Satu kali pun sudah terlalu banyak

Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker dan serangan jantung. Bahkan dalam setiap bungkus rokok, selalu ada peringatan tentang bahaya merokok. Namun apakah ilmu pengetahuan dan peringatan itu membuat orang berhenti merokok? Tidak! Jadi apakah mereka tidak takut mengidap kanker atau terkena serangan jantung?! Tapi mengapa mereka masih merokok? Pertama, mereka mengeraskan hati melawan peringatan itu. Kedua, merokok sudah menjadi kebiasaan yang tidak mudah untuk diubah.

Kondisi ini serupa dengan yang terjadi dalam kehidupan bangsa Yehuda. Mereka bersikeras melawan Allah terus-menerus (15-17), tidak terbuka, dan tunduk kepada Allah, walaupun Allah sudah berkali-kali memperingatkan mereka untuk bertobat (15-17, 21). Kesombongan ini memacu dan memimpin bangsa Yehuda untuk terus-menerus berbuat dosa sehingga menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan (23). Akhirnya mereka tidak tahu lagi bagaimana berbuat baik. Karena itulah mereka akan mengalami pembuangan (18-19), bencana (20-21), dihamburkan seperti sekam (24), dan dilecehkan di hadapan bangsa-bangsa lain (26). Semua yang akan menimpa bangsa Yehuda ini bukan merupakan sebuah kemungkinan tapi merupakan bagian yang pasti dari masa depan mereka (25).

Apakah seringkali kita sengaja mengeraskan hati melawan firman Allah, walaupun dalam pembacaan Alkitab setiap hari ataupun dalam ibadah hari Minggu selalu diperingatkan oleh Allah untuk berhenti berbuat dosa? Dalam menjalankan usaha kita, meniti karier, maupun pergaulan sehari-hari, kita seringkali sengaja melanggar norma-norma dan etika-etika yang sudah Allah tetapkan. Alasannya agar bisnis kita berhasil, karier kita menanjak, dan kita mempunyai banyak teman. Atau seringkali kita beralasan 'Ah hanya sekali saja, karena keadaan memaksa'.

Renungkan: Berhati-hatilah! Ada satu biasanya ada dua, ada dua ada tiga, dan seterusnya, sehingga kita tidak bisa tidak melakukan dosa dalam menjalankan bisnis, meniti karier, maupun bergaul. Akibatnya dosa menjadi kebiasaan dan mengaburkan perbuatan baik serta kejujuran. Karena itulah satu kali melanggar firman-Nya berakibat terlalu banyak berbuat dosa.

(0.11) (Yer 28:1) (sh: Kiat-kiat menghadapi penyesat (Kamis, 19 April 2001))
Kiat-kiat menghadapi penyesat

Konflik Yeremia dengan nabi-nabi palsu terus berlanjut. Kali ini di hadapan para imam dan seluruh rakyat, seorang nabi yang bernama Hananya memberitahukan kepada Yeremia firman yang ia terima dari Allah. Seluruh rakyat dan para imam yang menyaksikan perdebatan keduanya pasti sulit menentukan siapa yang benar. Kesulitan itu disebabkan beberapa hal. Pertama, isi firmannya hampir serupa. Firman yang dibawa oleh Hananya tidak membantah bahwa perkakas Bait Allah akan dirampas oleh Babel dan bahwa bangsa Yehuda yang sedang dalam pembuangan memang sedang menjalani hukuman Allah melalui Babel. Perbedaannya hanya pada jangka waktu. Hananya memberitakan bahwa dalam waktu 2 tahun Yehuda akan dipulihkan sedangkan menurut pemberitaan Yeremia adalah 70 tahun (29:10). Kedua, formula yang dipakai untuk menyampaikan firman Allah adalah sama yaitu 'Beginilah firman Tuhan'. Ketiga, Hananya menggunakan aksi yang spektakuler untuk memperkuat berita yang ia bawa (10-11). Bagaimana respons Yeremia?

Sangat indah. Yeremia tidak mau jika rakyat Yehuda menjadi bingung dengan perdebatan mereka sehingga keadaan negara akan semakin bertambah kacau sebab tentara Babel juga sudah di ambang pintu. Ia tidak mau rakyat menjadi korban perdebatan 2 orang nabi. Kasihnya kepada Yehuda sangat besar. Karena itu ia membantah pemberitaan Hananya dengan sangat bijak dan penuh kehati-hatian (5-6). Ia meminta rakyat Yehuda untuk menganalisa pemberitaan Yeremia berdasarkan kebenaran yang disampaikan oleh para nabi sebelumnya (8-9). Ketika Hananya mulai main kekerasaan, ia pilih menyingkir (11). Yeremia kembali menemui Hananya setelah Allah memerintahkannya untuk memberitakan kepastian penghukuman Allah atas Yehuda dan kematian Hananya karena menyesatkan bangsa pilihan Allah (12-16). Dua bulan kemudian Hananya mati (17). Jika demikian halnya, siapa yang memberitakan kebenaran?

Renungkan: Rangkumkan bagaimanakah kiat-kiat Yeremia menghadapi pengajar sesat dan ajarannya! Bagaimana Anda akan menerapkan kiat-kiat Yeremia agar jemaat Tuhan tidak disesatkan karena zaman sekarang ini banyak sekali guru palsu dengan ajaran sesatnya yang mencari mangsa?

(0.11) (Yer 29:24) (sh: Jangan mau dibungkam (Sabtu, 21 April 2001))
Jangan mau dibungkam

Bagaimana perasaan kita jika perhatian dan usaha yang kita lakukan demi kebahagiaan orang lain ditanggapi negatif? Apalagi jika diputarbalikkan orang lain sehingga perhatian dan usaha kita yang baik menjadi jelek di mata orang lain?

Ini yang dialami oleh Yeremia. Perhatian dan usahanya kepada bangsa Yehuda dalam pembuangan sedemikian besar, sehingga ia mau menulis firman Tuhan yang ia terima dan mengirimkannya kepada mereka. Itu dilakukan demi masa depan mereka. Namun apa yang Yeremia terima dari salah seorang dari antara mereka? Semaya memutarbalikkan kabar baik dari Allah yang disampaikan oleh Yeremia hingga menjadi kabar dukacita bagi Yehuda. Untuk menguatkan berita yang ia sampaikan, ia berani melakukan kebohongan yang luar biasa yaitu menyatakan dirinya sebagai pembawa berita dari Allah. Ia juga membungkam Yeremia dengan meminjam tangan imam Zefanya. Betapa jahatnya Semaya. Ia menghalangi bangsa Yehuda untuk mendengar berita pengharapan di tengah-tengah penderitaan dan membungkam pembawa berita. Ini berarti ia juga berusaha membungkam Allah.

Ironis sekali pengalaman Yeremia. Ia menyampaikan pengharapan kepada orang yang menderita namun dirinya kini seakan-akan tiada pengharapan karena ancaman dari Semaya. Bagaimanakah respons Yeremia? Ia tidak heran sebab ia menyadari bahwa nabi palsu akan bersuara lebih keras darinya. Ia juga tidak takut namun ia tetap berpegang teguh dan memberitakan berita pengharapan dari Allah. Namun Allah tidak membiarkannya sendiri. Ia menjaganya melalui imam Zefanya. Ia seharusnya menyingkirkan Yeremia tetapi mengapa ia malah membacakan surat Semaya kepada Yeremia? Allah juga menyatakan penghukuman atas Semaya dan keturunannya. Walaupun penghukuman-Nya itu baru pernyataan, ini sudah memanifestasikan bahwa Allah tidak membiarkan hamba-Nya yang memberitakan firman-Nya dilecehkan bahkan disakiti.

Renungkan: Karena itu jangan kaget bila apa yang dialami Yeremia menimpa kita pada masa kini. Manusia mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk memutarbalikkan Injil menjadi berita duka. Namun jika ini terjadi pada kita, jangan biarkan mereka berhasil membungkam kita. Tetaplah beritakan dan bersandar kepada Allah.

(0.11) (Yer 38:14) (sh: Kualifikasi prima seorang pemimpin (Rabu, 9 Mei 2001))
Kualifikasi prima seorang pemimpin

Maju mundurnya sebuah bangsa tergantung dari kualitas pemimpin yang dimiliki bangsa tersebut. Ini bukan suatu kebenaran yang dilebih-lebihkan sebab ada banyak contoh yang dapat kita lihat dalam sejarah. Bahkan kebenaran ini juga berlaku bagi gereja, perusahaan, maupun rumah tangga.

Zedekia bukanlah seorang pemimpin berkualitas prima. Kualitas di sini bukan kemampuan teknis seperti memanah atau memainkan pedang, melainkan kualitas manajerial. Itu yang tidak dimiliki oleh Zedekia. Ia tidak mempunyai visi yang jelas dan benar. Ini terbukti ketika untuk kesekian kalinya ia menemui Yeremia dengan maksud yang sama (14). Sebetulnya ia tidak rindu mendengarkan suara Allah, melainkan ingin agar Allah melakukan intervensi untuk menyelamatkan Yehuda sehingga ia dapat tetap menjadi raja. Ia tidak dapat melihat bahwa berdasarkan fakta sejarah Yehuda, keinginannya itu tidak mungkin terealisasi, karena penghukuman Allah tidak mungkin ditunda. Ia mengabaikan kebenaran sejarah, akibatnya arah pemerintahannya pun tidak jelas. Bukankah visi dibangun berdasarkan fakta sejarah?

Sebagai raja, Zedekia tidak mampu mengkoordinir dan mengontrol pembantunya. Mengapa demikian? Sekali lagi karena ambisi pribadinya. Untuk mempertahankan kedudukannya, ia butuh dukungan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, ia tidak mungkin mendapatkan dukungan karena negara-negara sekutunya seperti Mesir, tidak mampu melawan Babel. Sedangkan dari dalam negeri ia hanya dapat bergantung kepada para pembantunya, bukan rakyat yang nampaknya sudah membencinya (19). Karena ia tidak pernah memperlakukan rakyatnya dengan baik. Namun dukungan itu ia peroleh dengan harga yang mahal yaitu ia harus selalu memenuhi keinginan pembantunya (16, 24 bdk. 38:5).

Renungkan: Melihat model kepemimpinan Zedekia dan dampak yang diberikan, kita mendapatkan pelajaran penting yaitu kualifikasi prima yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin di institusi mana pun adalah ia tidak punya ambisi maupun agenda untuk mempertahankan kedudukannya. Bila ambisi maupun agenda itu ada dalam pikirannya, maka dapat dipastikan bahwa ia adalah pemimpin tanpa visi. Apa yang akan terjadi pada sebuah institusi tanpa visi? Institusi itu hanya menjadi kendaraan pemimpin untuk bertakhta dan mempertahankan takhta.

(0.11) (Yer 40:1) (sh: Antara Gedalya dan Nebuzaradan (Jumat, 11 Mei 2001))
Antara Gedalya dan Nebuzaradan

Perbandingan sangat kontras antara 2 tokoh yang disebabkan bukan hanya apa yang terungkap dari mereka namun juga siapa mereka. Nebuzaradan, kepala pasukan pengawal kerajaan Babel, bukan orang yang mengenal Allah. Bahkan dalam pandangan orang Yehuda, ia adalah orang kafir. Namun perhatikanlah apa yang ia ucapkan kepada Yeremia (2-3). Perkataan nubuat kembali diserukan namun bukan dari seorang nabi melainkan berasal dari sumber yang tidak pernah diduga yaitu kepala pasukan Babel. Nebuzaradan menyerukan kembali penghukuman Allah atas Yerusalem. Fakta ini bukan sekadar catatan kecil tentang kehancuran Yerusalem melainkan sebuah catatan teologis di balik kehancuran Yerusalem. Kemampuan Nebuzaradan untuk memahami ucapan nubuat itu membuktikan bahwa firman Allah adalah universal. Karena itu wajar jika seorang dari bangsa kafir dapat melihat apa yang Allah sedang lakukan dalam kehidupan bangsa Yehuda. Namun mengapa para pemimpin Yehuda tidak dapat? Selain itu yang tidak kurang mengherankan adalah Nebuzaradan begitu menghargai dan menghormati Yeremia daripada teman-teman sebangsa Yeremia.

Sepintas nampaknya Gedalya merupakan seorang pemimpin yang tepat buat orang-orang yang tertinggal di Yerusalem. Ia adalah orang yang realistis dan pragmatis sehingga ia berhasil meyakinkan orang Yehuda dan para panglima perang untuk membenahi kehidupan mereka secara fisik dan sosial tanpa memikirkan urusan politik, sebab ia yang akan menanganinya (7-12). Ia ingin meminimalkan kehancuran Yehuda. Namun sebenarnya pola pikir dan tindakan Gedalya justru merupakan bukti bahwa kehancuran rohani yang fatal telah mewarnai kehidupan para pemimpin Yehuda. Gedalya seharusnya memimpin rakyatnya untuk melihat tindakan Allah atas mereka dan mengupayakan pembangunan rohani.

Renungkan: Perbandingan itu mengungkapkan suatu kebenaran yang ironis sekali. Seorang pemimpin yang nampaknya berlatarbelakang kehidupan rohani yang baik dan kuat tidak menjamin bahwa ia mempunyai prioritas yang tepat untuk membawa rakyatnya ke arah yang benar. Apa hasil pertama kepemimpinan Gedalya selain konspirasi untuk saling menjatuhkan dan menghancurkan (13-16). Berdoalah agar bangsa kita tidak dipimpin oleh seorang seperti Gedalya.

(0.11) (Dan 8:13) (sh: Menafsirkan penglihatan (Minggu, 27 Juni 1999))
Menafsirkan penglihatan

Di kalangan Kristen sekarang ini, banyak orang mengaku bahwa dirinya memperoleh penglihatan dari Allah. Penglihatan itu ditafsirkan kemudian dipublikasikan kepada jemaat. Semudah itukah? Hal ini sungguh berbeda dengan pengalaman Daniel, yang semula sama sekali tidak mengerti makna penglihatan yang Allah berikan. Namun setelah malaikat Tuhan berkata-kata menjelaskan pengertiannya barulah ia mengerti; bahwa penglihatan yang ia alami menggambarkan hal-hal apa yang akan terjadi di masa mendatang berkenan dengan Israel. Israel berulang-ulang akan mengalami kesulitan, bukan hanya berkaitan dengan situasi internasional tetapi juga kehidupan internnya. Dengan kata lain, pemerintahan politik Israel akan dipengaruhi bukan saja oleh kekuatan dari luar, tetapi kehidupan ibadah mereka juga akan dikotori oleh seorang penguasa yang sangat jahat. Menurut fakta sejarah, penguasa yang jahat itu adakah Antiokhus IV. Dengan penampilan fisiknya, raja ini telah berhasil menipu Israel.

Menafsirkan zaman. Situasi Daniel yang mengalami kesulitan menafsirkan makna penglihatannya, bukanlah patokan bagi banyak orang. Dengan ilmu yang mereka miliki, para teolog, ilmuwan, tokoh-tokoh dunia dan guru-guru agama, mengklaim bahwa dirinya mampu menafsirkan zaman menurut berita Alkitab. Benar tidaknya penafsiran itu, tergantung dari kebenaran firman Tuhan dan fakta sejarah yang mengikutinya. Memang setiap orang punya hak menafsirkan keadaan zaman, tetapi kebenarannya ada pada Allah. Upaya orang yang mencoba menafsirkan zaman tanpa dibukakan oleh Allah dalam firman-Nya. Alkitab adalah jawaban bagi orang yang mencari jawaban makna kekal untuk masa depan hidupnya. Pahami dan hayati firman dengan pertolongan Roh Kudus, percayakah masa depan sepenuhnya ke tangan Allah.

Doa: Ya , Tuhan Yesus, berikanlah hikmat-Mu kepadaku, agar peka Terhadap perubahan zaman dan tetap setia berpegang pada kebenaran firman-Mu.

(0.11) (Hos 4:1) (sh: Ibarat pasir hanyut dalam arus air (Sabtu, 6 November 2004))
Ibarat pasir hanyut dalam arus air

Dosa yang tidak dibereskan akan menenggelamkan kita. Setiap orang yang berdosa harus mempertanggungjawabkan perbuatan dosanya di hadapan Allah.

Israel adalah umat yang dikasihi Allah. Bangsa yang memiliki ikatan perjanjian dengan-Nya. Namun, Israel berlaku seolah-olah tidak mengenal hukum Allah dan tidak memiliki ikatan perjanjian apa pun dengan diri-Nya (ayat 1). Itu sebabnya, Allah menggugat (Ibr.: rib) Israel. Akibat dari tidak mau menjalankan ketetapan Allah Israel jatuh ke dalam dosa amoral (ayat 2). Hukum Taurat bagi Israel tidak ada artinya dan tidak berfungsi sama sekali untuk mengatur hidup mereka. Para pemimpin agama, yang seharusnya menjadi panutan moral justru adalah pelaku-pelaku kejahatan yang melanggar norma kebenaran. Mereka menggunakan nama dan kepentingan agama sebagai kedok untuk menipu dan memeras rakyat dengan tujuan memperkaya diri (ayat 4, 7-8). Selain dosa pelanggaran moral, Israel juga berdosa menyembah ilah-ilah (ayat 12-13). Seakan belum cukup, dalam menjalankan praktek penyembahan berhala itu, Israel juga menajiskan diri dengan melakukan pelacuran bakti (ayat 13-14). Semua perbuatan dosa Israel ini ialah perzinaan rohani. Penyangkalan terhadap Allah selalu bergandengan dengan pelanggaran terhadap norma sosial dan susila.

Apa yang terjadi pada bangsa Israel waktu itu, kini sedang menimpa masyarakat Indonesia. Perbuatan amoral yang menjurus pada perilaku seksual yang salah, percintaan sesama jenis kelamin, percabulan terhadap anak-anak, dan perselingkuhan banyak terjadi. Meremehkan hukum Allah, selalu berjalan seiring dengan kegiatan agamawi yang dilakukan secara lahiriahnya saja. Akibatnya, kekerasan dan kemunafikan tetap merajalela. Pada akhirnya, keadaan inilah yang justru menghancurkan bangsa kita. Ikatkan diri Anda kepada Tuhan. Jangan menjadi sama dengan dunia ini. Jangan menjadi pasir yang hanyut.

Tugas kita: Mari, ingatkan anak Tuhan di sekitar kita untuk tidak ikut arus dosa pelanggaran moral. Jauhi sikap munafik. Nyatakan identitas kekristenan kita melalui perbuatan bukan dalam bentuk simbolis keagamaan saja.

(0.11) (Hos 7:8) (sh: Senjata makan tuan (Selasa, 9 November 2004))
Senjata makan tuan

Catatan sejarah bangsa Indonesia menunjukkan salah satu penyebab kejatuhan kerajaan Nusantara ke tangan penjajah adalah karena meminta bantuan pasukan negara asing. Kemudian sang penolong meminta imbalan. Akibatnya kedaulatan kerajaan itu pun tergerogoti.

Israel melakukan hal serupa. Saat menghadapi masalah, Israel mencari andalan yang bukan Tuhan. Mereka tidak mengandalkan Tuhan, melainkan justru bergabung dengan bangsa-bangsa lain (ayat 11). Mereka mencari ilah lain untuk kekuatan mereka (ayat 16). Padahal, justru ilah-ilah lain itulah yang menggerogoti mereka sendiri. Hosea mengilustrasikan Israel bagaikan roti bundar yang tidak murni karena telah tercampur dengan unsur asing (ayat 8a) sehingga matang sebelah (ayat 8b), dan sedang disantap oleh bangsa-bangsa lain tanpa Israel sendiri menyadarinya (ayat 9a). Mereka sudah banyak beruban (baca: tua-lemah), namun tidak mengetahuinya (ayat 9b). Mereka terlalu yakin dengan kekuatan andalan mereka sehingga tidak merasa perlu bergantung kepada Tuhan (ayat 10). Ironis sekali bagaimana Israel membanggakan diri sebagai bangsa pilihan Allah, tetapi membiarkan diri dikendalikan dan dirusak oleh bangsa-bangsa lain. Sebagai hukuman, Tuhan membiarkan mereka digerogoti oleh para ilah yang mereka sembah itu. Tuhan menghajar sebab Israel lebih rela melawan Tuhan daripada bersandar kepada-Nya. Israel melupakan pemeliharaan Tuhan selama ini (ayat 12-15).

Masa kini banyak orang mengaku Kristen tetapi menyandarkan diri pada orang pintar, dukun, peramal, dsb. Mereka memakai ilmu untuk perlindungan mereka. Kelihatannya mereka mendapat manfaat dari ilah-ilah tersebut. Tanpa disadari kuasa gelap di balik ilah itu mencengkeram mereka. Hidup Kristen mereka perlahan namun pasti hancur. Senjata makan tuan. Banyak pula orang mengandalkan berhala-berhala modern. Yang paling lazim antara lain adalah uang, harta, kedudukan, kenikmatan. Entah kuno atau modern, semua yang kita posisikan sebagai Tuhan akan merendahkan kita.

Renungkan: Orang yang menggantikan Tuhan dengan ilah lain, akan kehilangan diri, keluarga, dan damai sejahtera Tuhan.

(0.11) (Hos 10:1) (sh: Pelanggaran Israel semakin bertambah (Selasa, 10 Desember 2002))
Pelanggaran Israel semakin bertambah

Pemberitaan Hosea yang begitu keras tentang berbagai pelanggaran yang dilakukan Israel, ternyata tidak membuat Israel semakin baik, malah makin bertambah-tambah pelanggarannya (ayat 1). Kemakmuran yang dicapai Israel pada abad ke-8 SM tidak membawa Israel kepada relasi yang lebih dekat lagi dengan Allah, tetapi sebaliknya. Kemakmuran justru makin membuat Israel meninggalkan Allah. Hal itu terjadi karena Israel beranggapan bahwa Allah Israel hanya Allah padang gurun dan bukan Allah pertanian. Mereka menganggap bahwa kesuburan manusia, ternak, dan pertanian tidak berasal dari Allah, melainkan dari dewa kesuburan Kanaan, yaitu Baal. Keterikatan bangsa Israel dengan konsepsi-konsepsi keagamaan dan berhala Kanaan membuat Israel meninggalkan nilai- nilai moral yang terkandung dalam iman Israel.Penghukuman atas Israel mengandung beberapa makna penting. Pertama, merupakan pernyataan akan kebenaran Allah karena Israel sama sekali tidak lagi mengingat Allah dalam kehidupan mereka, karena anggapan yang salah tentang asal-usul kemakmuran yang dicapainya. Kedua, penghukuman Allah itu (ayat 5,8,10,14) dilihat juga sebagai penegakan kembali akan kebenaran Allah di tengah-tengah umat-Nya (ayat 3,12). Ketiga, penghukuman Allah akan menyadarkan umat bahwa kesuburan yang mereka alami tidak berasal dari dewa-dewa kesuburan Kanaan, melainkan Allah. Seharusnya umat mengetahui bahwa yang berperan dalam kehidupan mereka baik di padang gurun maupun di Kanaan adalah Allah sendiri.

Umat tidak perlu selalu memandang negatif setiap malapetaka yang menimpanya. Sebab di balik penghukuman Allah, Allah bermaksud membuka mata kita tentang berbagai perbuatan tangan-Nya dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mengucap syukur kepada Allah baik pada waktu senang maupun pada waktu susah.

Renungkan:
Dalam kedatangan Yesus di Betlehem, Allah telah menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya kepada dunia. Karena itu mestinya kita melawan setiap penindasan dan pemerkosaan atas nilai-nilai kemanusiaan.

(0.11) (Am 4:1) (sh: Dosa melibatkan dan meliputi (Sabtu, 19 Juli 2003))
Dosa melibatkan dan meliputi

Dalam persepsi kita pelaku penindasan adalah kaum lelaki. Nyatanya, para isteri -- kaum wanita -- diumpamakan seperti lembu liar karena penuh kekerasan, penindasan dan hawa nafsu (ayat 1 - para istri dalam budaya Israel menyapa suami mereka dengan sebutan tuan = pemilik). Mereka mendorong para suami melakukan korupsi dan penindasan. Karena itu penghukuman Tuhan juga berlaku atas mereka.

Pelanggaran dan dosa Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat 4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama, motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah, agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah. Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.

Dosa akhirnya membuat mereka bebal. Tujuh tindakan dalam kejadian alam, sosial, ekonomi dan politik sudah Tuhan lakukan sebagai peringatan keras (ayat 6-11), namun Israel sama sekali tidak peka akan hardikan Tuhan itu. Itu sebabnya kini, suara Allah berubah menjadi auman singa ganas yang siap menerkam mematikan.

Renungkan: Ibadah seharusnya membuat kita semakin peka akan kemuliaan Allah, dan semakin terdorong mewujudkan sifat mulia ilahi itu dalam seluruh hubungan sosial kita.

(0.11) (Am 5:1) (sh: Hidup hanya ada pada Allah (Minggu, 20 Juli 2003))
Hidup hanya ada pada Allah

Konsekuensi hidup bersekutu dengan Allah adalah hidup menurut jalan-Nya. Sebaliknya, konsekuensi meninggalkan Allah dengan segala jalan-Nya berarti kematian dan ratapan (ayat 1-3). Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat 7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (ayat 11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.

Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (ayat 11).

Sesungguhnya hanya di dalam Allah ada kehidupan. Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Israel keliru menyamakan Tuhan dengan tempat. Semua tempat ibadah tidak menjamin Tuhan boleh didapatkan, sebab Tuhan ada bagi hati yang bertobat.

Renungkan: Tuhan tidak menginginkan ibadah status. Ia ingin agar hubungan nyata dengan-Nya terwujud di dalam kelakuan sehari-hari kita.


Bacaan untuk Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Zakharia 9:9-13; Roma 8:6-11; Matius 11:25-30; Mazmur 145

Lagu KJ 450

(0.11) (Ob 1:17) (sh: Karakteristik nubuat para nabi (Rabu, 19 Desember 2001))
Karakteristik nubuat para nabi

"Habis gelap terbitlah terang" merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakteristik nubuat para nabi di Perjanjian Lama, bahwa setelah menyampaikan penghakiman Tuhan atas Israel, mereka pun memberitakan pengharapan dalam Tuhan. Di akhir kitab Obaja, kita pun menyaksikan pola yang sama: setelah penghukuman, ada pemulihan.

Pada perikop ini, Obaja memastikan kepastian firman Tuhan melalui dua hal. Pertama, kepastian hukuman bagi Edom. Kekuatan Israel digambarkan seperti api yang menghanguskan Edom, sehingga Edom tidak dapat tumbuh lagi karena mereka seperti jerami. Edom menjadi tidak berdaya pada saat Tuhan menentukan hari penghakiman tersebut. Bahkan Tuhan memakai bangsa asing lainnya untuk menghancurkan Edom. Kedua, pemulihan kembali bangsa Israel. Orang Israel dipulihkan Tuhan dan mereka memiliki kembali tanah pusaka mereka (ayat 19-21).

Sekali lagi kita membaca tentang kasih Tuhan yang menghukum orang-orang yang memusuhi dan mendatangkan penderitaan bagi umat-Nya. Kebenaran ini membukakan pengertian kepada kita bahwa kita mempunyai konsep yang keliru tentang Tuhan. Bagi kita, Dia adalah Tuhan yang gemar menghukum, bahkan kadang kita juga berpikir bahwa acungan tangan-Nya dan mata-Nya hanya tertuju pada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Sungguh suatu pandangan yang sangat keliru! Coba kita lihat, bukankah segala tindakan Allah sarat muatan kasih? Kalau kita menerima hukuman-Nya dan menderita karena hukuman tersebut, itu semata-mata karena kesalahan kita. Namun, tujuan penghukuman itu sendiri bukanlah untuk menenggelamkan kita dalam penderitaan, tetapi memulihkan kita. Bukti paling akurat untuk menggambarkan kasih Allah kepada kita adalah ketika Dia menemui ajal-Nya di kayu salib, di bukit Golgota.

Renungkan: Ada kalanya kita pun mengalami penghukuman-Nya, namun Ia tidak pernah menghukum dengan hati bersukacita; Tuhan tidak pernah "menari di atas penderitaan kita". Percayalah bahwa setelah hukuman-Nya, akan ada pemulihan-Nya. Sambutlah kemurahan-Nya!

(0.11) (Yun 3:1) (sh: Jangan mengulangi kesalahan (Sabtu, 15 Desember 2001))
Jangan mengulangi kesalahan

Pertobatan bukan hanya penyesalan; pertobatan adalah perubahan. Konon, sebelum bertobat, Agustinus hidup dalam dosa bersama wanita yang bukan istrinya. Karena Tuhan mendengar doa ibunya, Monika, dan berbelas kasihan kepada Agustinus, maka ia bertobat. Ketika suatu hari Agustinus berjalan-jalan di pasar, wanita yang pernah dikencaninya memanggil-manggil namanya, "Agustinus! Agustinus!" Mendengar namanya dipanggil, tiba-tiba Agustinus berlari menjauh seraya berseru, "Aku bukan Agustinus! Bukan Agustinus!" Agustinus menyatakan bahwa Agustinus yang lama sudah tidak ada lagi.

Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada Yunus. Kali ini Yunus taat. Ketika ia memberitakan peringatan Tuhan, sesuatu yang mengejutkan terjadi, terutama buat Yunus, yaitu bahwa seluruh rakyat Niniwe beserta rajanya menanggapi pemberitaan tersebut dan bertobat!

Sekali lagi kita melihat bagaimana keindahan pertobatan yang terangkai dalam suatu kebenaran, yaitu bahwa pertobatan terjadi karena Tuhan berinisiatif; Ialah yang "mengunjungi" Niniwe dan menyampaikan peringatan-Nya; Ialah yang mencari manusia, bukan sebaliknya. Kedua, pertobatan tidak akan terjadi jika manusia tidak mau mendengarkan suara Tuhan. Rakyat Niniwe masih menaruh hormat kepada Tuhan; Ketiga, pertobatan ditunjukkan melalui perubahan nyata. Raja Niniwe meminta rakyatnya untuk "berbalik dari tingkah lakunya yang jahat...". Banyak keadaan yang melahirkan penyesalan. Misalnya, penyesalan yang muncul sebagai akibat rasa malu, rasa takut, dan rasa bersalah. Namun, pertobatan tidak harus dilandasi oleh ketiga perasaan ini sebab sudah seyogianyalah pertobatan timbul dari (a) kesadaran akan kesalahan, (b) keinginan untuk melakukan yang benar di hadapan Tuhan, dan (c) tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Renungkan: Sebagian aspek dari manusia lama kita memerlukan waktu untuk berubah. Ada yang memerlukan waktu singkat, ada juga yang memerlukan waktu panjang. Karena itu, jangan menyerah dan berkata, "Saya tidak mungkin berubah!" Itu bisikan Iblis yang harus kita lawan.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA