Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1141 - 1160 dari 1218 ayat untuk datang (0.068 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.09) (1Taw 16:37) (sh: Ibadah berkesinambungan (Senin, 11 Februari 2002))
Ibadah berkesinambungan

Telah kita renungkan beberapa hari ini kesemarakan ibadah. Musik, puji-pujian, tari-tarian, makan bersama, persekutuan, bermazmur mengingat-ingat kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya adalah unsur-unsur penting yang bersama-sama membuat ibadah menjadi semacam pengalaman puncak dalam kehidupan. Tetapi, kita tahu bahwa hidup tidak terus-menerus pesta. Hidup lebih banyak terdiri dari pengalaman-pengalaman datar ketika orang menjalankan kegiatan dan kewajiban sehari-harinya dengan teratur. Ibadah pun demikian. Kesukaan berjumpa Allah tidak selamanya terungkapkan dalam pengalaman pesta rohani. Daud menyadari bahwa yang lebih penting dari pengalaman puncak tersebut adalah mengatur agar penyelenggaraan ibadah berjalan dengan teratur tiap hari.

Daud membuat beberapa ketentuan yang menempatkan petugas-petugas khusus. Di antaranya ia menetapkan para penjaga pintu (ayat 38), para pelayan kurban bakaran (ayat 39-40), dan para pelayan yang memimpin dalam puji-pujian bagi Tuhan. Tentunya ibadah waktu itu melibatkan lebih banyak lagi kegiatan dan unsur, namun disebutnya ketiga hal ini menunjukkan bahwa hal-hal tersebut sangat vital bagi kelangsungan ibadah tiap hari waktu itu. Para penjaga gerbang berfungsi ganda, menjaga keamanan dan kemurnian ibadah. Para pelayan kurban memastikan bahwa kegiatan pusat ibadah bukan saja berjalan dengan sinambung, tetapi juga dengan benar. Para pemandu puji-pujian memberi kerangka sehingga umat boleh mengembangkan penyembahan mereka.

Ayat penutup bagian ini penting untuk kita renungkan. Setelah selesai ibadah dan mengatur agar ibadah berlangsung, Daud dan seluruh umat pulang ke rumah mereka masing-masing. Gerak yang terjadi adalah dari rumah ke Rumah Allah kembali ke rumah masing-masing. Itulah hakikat ibadah yang sejati. Ibadah kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup sehari-hari. Kita hanya dapat menyembah Allah dengan benar bila penyembahan itu datang dari dan bermuara kembali kepada hubungan-hubungan sehari-hari kita.

Renungkan: Kedalaman dan keluasan mutu ibadah kita kepada Allah berhubungan langsung dengan kedalaman dan keluasan hubungan-hubungan kita sehari-hari.

(0.09) (Ayb 38:1) (sh: Hikmat dan misteri (Sabtu, 17 Agustus 2002))
Hikmat dan misteri

Setelah Elihu menegaskan bahwa Allah tak dapat ditemui (ayat 37:23), kita dikejutkan dengan kehadiran Yahweh. Kehadiran Allah seakan merupakan pembenaran diri-Nya. Namun, kita melihat bahwa Allah tidak menjawab tuduhan Ayub, melainkan bertanya, menyudutkannya lagi sama seperti yang dilakukan Elihu dalam 37:15-18. Argumen Allah adalah bahwa Ayub ternyata tidak memahami desain yang diciptakan-Nya (ayat 38:2). Kebesaran Allah ini menunjukkan bahwa Ia tidak terkungkung atau dikotak-kotakan dalam pikiran sempit Ayub dan teman-temannya.

Pertemuan ini mengubah konsep Ayub. Yahweh datang dalam badai, suatu tanda kemurkaan. Ayub mungkin berpikir bahwa ia akan dihancurkan Allah. Tetapi, ternyata Allah hanya menusuk dengan kata-kata. Jika Ayub ada waktu penciptaan, ia pasti memiliki hikmat Allah. Perkataan Yahweh selebihnya terdiri dari 2 bagian. Pertama, tentang keteraturan dunia (ayat 38:12-38) dan kedua, tentang dunia binatang (ayat 38:39-39:30). Di bagian pertama, Allah berbicara tentang embun dan pagi (ayat 38:12-15), tentang dunia bawah tanah (ayat 38:16-18), tentang terang dan kegelapan (ayat 38:19-21), tentang salju, hujan batu, dan guruh (ayat 38:22-24), tentang hujan (ayat 38:25-28), tentang es dan embun beku (ayat 38:29-30), tentang langit dan gugusannya (ayat 38:31-33), dan tentang guntur dan awan (ayat 38:34-38). Ayub terpojok. Ia tidak memiliki hikmat penciptaan. Ia tidak memiliki hikmat Allah.

Di bagian kedua, serentetan binatang liar yang asing bagi Ayub didaftarkan: singa (ayat 39:1-2), burung gagak, kambing gunung, dan rusa (ayat 39:3-7), keledai liar (ayat 39:8-11), lembu hutan (ayat 39:12-15), burung unta (ayat 39:16-21), burung elang dan rajawali (ayat 39:29-33), kecuali kuda perang yang tidak liar (ayat 39:22-28). Binatang-binatang liar ini disebutkan untuk menunjukkan ada hal-hal yang berada di luar jangkauan berpikir dan hikmat Ayub. Hal ini ditegaskan kembali dengan penyebutan kuda perang yang ideal yang menunjukkan bahwa Ayub memang tak memiliki hikmat seperti Yahweh.

Renungkan: Jawaban Allah di dalam penderitaan kadang bisa berbentuk pertanyaan yang menyadarkan batas-batas pengertian.

(0.09) (Mzm 13:1) (sh: Kemenangan di atas kemenangan (Kamis, 11 Januari 2001))
Kemenangan di atas kemenangan

Setiap orang yang dikejar-kejar musuh akan mengalami ketakutan, kecemasan, kebingungan, kuatir, dan segala macam perasaan lainnya yang mencekam, terlebih lagi bila musuhnya pasti dapat mengalahkannya. Di saat seperti itulah, ia membutuhkan pertolongan yang tidak terlambat Bagaimana dengan pemazmur, apakah ia juga sedang dalam keadaan demikian?

Di awal mazmur ini kita dapat membayangkan kondisi pemazmur yang sedang berteriak kepada Allah (ayat 1-2) karena himpitan musuhnya. Satu hal yang patut kita teladani adalah bahwa ia datang dan mengadukan halnya kepada TUHAN. Dua ayat pertama diawali dengan kata-kata: `berapa lama lagi', menunjukkan bahwa ia sedang menantikan uluran pertolongan tangan Tuhan. Mungkin untuk kesekian kalinya ia berteriak kepada Tuhan, tetapi walau nampaknya tidak segera mendapatkan jawaban, pemazmur tidak segera beralih kepada selain Tuhan yang akan segera memberikan pertolongan.

Mengapa ia tidak mau beralih kepada yang lain? Karena keyakinannya hanya kepada Tuhan, Allahnya (ayat 4). Bagi pemazmur, hanya Tuhan yang dapat membuat matanya bercahaya, sehingga tetap siaga dan waspada menghadapi musuh dan lawannya (ayat 5). Maka ia pun yakin bahwa musuh-musuhnya tidak akan berkata bahwa mereka telah mengalahkannya atau lawan-lawannya bersorak-sorak karena ia goyah (ayat 5).

Walaupun mazmur ini diawali dengan ratapan, tetapi diakhiri dengan tekad iman yang teguh, karena ia percaya kepada kasih setia Tuhan yang menyelamatkannya (ayat 6). Ia yakin bahwa Tuhan tidak pernah berubah, maka ia akan menyanyi bagi Tuhan karena kebaikan-Nya nyata dalam hidupnya (ayat 6). Iman pemazmur telah membawa kemenangan, bukan hanya kemenangan fisik tetapi yang lebih penting adalah kemenangan iman atas musuh- musuhnya. Bukan kelepasan dari musuh yang menjadi dasar sorak-sorai keselamatan dan nyanyian kemenangan, melainkan imannya yang jelas dan teguh kepada Tuhan, Allah yang penuh kasih setia dan kebaikan. Inilah kemenangan di atas kemenangan.

Renungkan: Siapa pun musuh Anda saat ini, bukanlah penentu kekalahan atau kemenangan Anda, karena kemenangan di atas kemenangan hanya dialami bila Anda mau memandang-Nya dengan kacamata iman.

(0.09) (Mzm 45:1) (sh: Keagungan mempelai (Rabu, 15 Agustus 2001))
Keagungan mempelai

Mazmur ini merupakan puisi yang dilantunkan pada upacara pernikahan kerajaan yang sering dipergunakan di sepanjang sejarah Israel. Namun demikian mazmur ini juga disebut Mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan yang didirikan oleh Allah). Dua dimensi mazmur ini dapat terjadi karena orang Yahudi memahami Kerajaan Dinasti Daud sebagai refleksi pemerintahan Allah, dimana Allah sendirilah yang menjadi penguasa tertinggi.

Sifat mesianik mazmur ini nampak melalui karakteristik raja yang digambarkan di sini: [1] Sang Raja bersifat kekal, Ia telah diberkati Allah untuk selama-lamanya (ayat 3), Takhtanya adalah kepunyaan Allah sendiri yang tetap untuk seterusnya dan selamanya (ayat 7), generasi demi generasi akan memasyurkan namanya dan segala bangsa akan bersyukur kepadanya untuk seterusnya dan selamanya (ayat 18); [2] Sang Raja bersifat Ilahi, takhtanya adalah milik Allah sendiri (ayat 7), ia dipanggil dengan sebutan "sebab itu Allah", padahal orang Israel tidak pernah melihat raja mereka sebagai sosok yang bersifat Ilahi (ayat 8); dan [3] Sang Raja adalah puncak keagungan manusia, ia terelok di antara anak- anak manusia (ayat 3), diurapi oleh Allah melebihi semua penguasa yang lain (ayat 8).

Semua gambaran di atas secara nyata berbicara tentang karakteristik Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus, sebagaimana dinyatakan penulis Perjanjian Baru, yang mengaplikasikan mazmur ini dalam keterkaitannya dengan hubungan antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan Gereja sebagai mempelai perempuan (bdk. ayat 7, 8 -- Ibr 1:8, 9; lih. Ef 5:31, 32; Why 19:6, 7; 21:2). Melalui bagian puisi yang indah ini, kita yang terhisap dalam Kerajaan Allah, sebagai mempelai wanita Kristus dapat menikmati kekayaan berkat-berkat (ayat 14-16) bersama Pahlawan kita yang dipenuhi dengan semarak dan keagungan (ayat 4-6) dan memerintah dengan kebenaran (ayat 7).

Renungkan: Kita seharusnya menyadari dan menghargai status khusus kita sebagai anggota gereja yang adalah mempelai wanita Kristus yang mulia dan agung, serta tidak membiarkan status ini dicemari oleh berbagai konflik tentang yang sia-sia dengan intrik-intriknya yang duniawi. Bagaimana kesadaran ini menolong Anda melihat kondisi gereja saat ini?

(0.09) (Mzm 52:1) (sh: Meneladani kebingungan Daud (Kamis, 23 Agustus 2001))
Meneladani kebingungan Daud

Daud sedang dalam keadaan yang sangat genting (ayat 2 bdk. 1Sam. 22:9-10). Tindakan Doeg berpotensi untuk menghancurkan masa depan serta membahayakan keselamatan jiwa Daud. Namun ia tidak mengeluh. Sebaliknya ia justru bingung melihat Doeg yang bangga dengan kejahatannya terhadap orang yang dikasihi Allah (ayat 3-6) sebab tindakannya itu akan mendatangkan cemoohan serta kehancuran bagi diri Doeg (ayat 7-9).

Apa yang dapat dipelajari dari kebingungan Daud? Kebingungan Daud mendemonstrasikan keyakinannya yang tidak tergoyahkan dalam segala situasi tentang siapa dirinya dihadapan Allah dan siapa Allah bagi dirinya (ayat 3). Karena itu ia mampu untuk selalu berorientasi pada masa yang akan datang dimana Allah akan merobohkan ... Ia akan merebut ... (ayat 7). Kebingungan Daud juga memperlihatkan bahwa ia memahami realita kehidupan yaitu meskipun ia adalah seseorang yang dikasihi dan diurapi oleh Allah, ia tidak terbebas dari berbagai masalah maupun persoalan hidup.

Ia juga dengan yakin mengidentifikasikan dirinya sebagai pohon zaitun yang menghijau (ayat 10). Ini sangat mengagumkan. Pohon zaitun adalah pohon yang memerlukan waktu yang lama untuk bertumbuh. Pohon ini melambangkan keindahan, kekuatan, kedamaian, kelimpahan, bahkan berkat ilahi. Pengidentifikasiannya memperlihatkan kerohanian Daud yang dewasa dan kepribadiannya yang matang. Ia yakin tidak ada kekuatan apa pun yang akan mengubah rencana Allah bagi dirinya (ayat 10) namun ia tidak mengharapkan jalan pintas sebaliknya ia siap berjuang dan bekerja keras untuk merealisasikan rencana Allah bagi dirinya. Keyakinan yang luar biasa inilah yang mendorong Daud untuk bersyukur dan bersaksi akan kesetiaan dan kemuliaan Tuhan senantiasa tanpa tergantung pada situasi maupun keadaan (ayat 11).

Renungkan: Tekanan dan ancaman yang dialami oleh Daud mungkin sudah atau suatu saat akan kita alami. Namun hendaknya kita dapat bingung seperti Daud sebab bukankah kita adalah orang-orang yang dikasihi Allah, karena Ia sudah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk kita. Tak ada satu kekuatan pun yang dapat menghancurkan kita atau rencana Allah bagi hidup kita, maka bersiaplah senantiasa dan berjuang bagi perealisasian rencana-Nya dalam kehidupan kita.

(0.09) (Mzm 57:1) (sh: Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung (Rabu, 3 Oktober 2001))
Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung

Mazmur ini disusun sekitar tahun 1060 s.M setelah Daud lolos dari kota Gat dan selanjutnya mencari pertahanan diri di gua Adulam (ayat 1Sam. 22:1-5; 2Sam. 23:13-14). Baik tema maupun gaya penulisan syair ini mirip dengan mazmur sebelumnya. Keduanya dimulai dengan kata-kata serupa, terbagi dalam dua bagian, masing- masing disusul dengan refrein (ayat 6, 12), berbicara tentang penindasan yang sama (ayat 56:2, 3; 57:4) serta mengungkapkan kepercayaan yang dalam terhadap Allah.

Pemazmur di dalam doanya menyamakan citra dirinya seperti seekor anak burung muda yang secara naluri mencari perlindungan di bawah naungan sayap induknya (ayat 2). Isi doanya dipanjatkan kepada Allah yang Maha Tinggi. Ia yakin Allah akan segera mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya (ayat 11) dan menolong dia dari pengejaran musuh yang akan menginjak-injak dirinya (ayat 3-4). Bahaya yang mengincarnya begitu dekat sampai pemazmur harus tidur di tempat yang sangat tersembunyi, sementara para musuh yang hujatannya setajam senjata sedang mencari dirinya di sekitar persembunyiannya (ayat 5). Usai mengumpamakan dirinya dikejar-kejar oleh binatang buas, kini ia mengubah gambaran tentang orang-orang yang memasang jaring terhadap binatang yang diburu. Keyakinannya akan Allah membuat mata rohaninya dapat melihat bahwa rancangan sindikat kejahatan itu akan menimpa para musuh itu sendiri (ayat 7).

Setelah menuntaskan doanya, kini hati pemazmur kembali meluap dengan sukacita surgawi (ayat 8). Dalam ucapan syukurnya ia mengajak dirinya sendiri diiringi musik untuk bangkit mengatasi pergumulannya (ayat 9). Ketika merenungkan mazmur ini, Calvin berkomentar bahwa ada musim tertentu ketika kita diizinkan untuk menikmati lembutnya fajar kemakmuran, namun ada kalanya di dalam kehidupan kita mungkin juga tiba-tiba disusul oleh badai kemalangan yang seringkali datang secara beruntun, dan kita harus yakin bahwa Allah akan melindungi kita dengan kekuatan sayap-Nya.

Renungkan: Kristen yang sejati boleh menangis di dalam kesedihan, boleh juga ketakutan di dalam penganiayaan, namun semua itu hanyalah warnasari untuk memperindah dan memberi pertumbuhan bagi kepercayaan kita bila kita tetap bergayut aman di dalam keperkasaan kepak sayap-Nya.

(0.09) (Mzm 87:1) (sh: Menilai sebuah kota (Selasa, 6 November 2001))
Menilai sebuah kota

Bagaimana kita harus menilai sebuah kota? Apa kriteria penilaiannya? Apakah perekonomiannya? Pusat perbelanjaan yang lengkap? Banyaknya gedung pencakar langit? Kebersihan dan kenyamanannya? Tingkat kriminalitas yang rendah? Transportasi dan sarana jalan raya yang memadai? Atau apa?

Mazmur hari ini ingin mengajar kita mengenai suatu kriteria yang sangat berbeda untuk menilai sebuah kota. Sion, sebagai kota Allah, begitu dikagumi oleh pemazmur. Hal-hal yang begitu mulia dikatakan tentangnya (ayat 3). Apa yang menjadikan Sion begitu mulia?

Tiga hal dapat kita amati di sini. Pertama, Sion dijadikan kota Allah. Meskipun Sion didirikan oleh manusia, Allah membuatnya begitu istimewa, dikasihi tanpa syarat (ayat 1-2, bdk. Mzm. 78:68-69). Dengan kata lain, kemuliaan Sion tergantung sepenuhnya dari anugerah Allah. Kedua, Sion memiliki fungsi istimewa di dalam rencana keselamatan Allah bagi bangsa- bangsa. Dikatakan di sana bahwa orang-orang dari Rahab (istilah lain untuk Mesir) dan Babel, serta dari tempat- tempat lain datang ke Sion, dan mereka mengakui Yahweh sebagai Allah mereka (ayat 4), walaupun sebelumnya beberapa di antaranya adalah musuh bebuyutan Israel. Orang-orang proselit (yaitu mereka yang non-Yahudi, tapi akhirnya bertobat kepada Allah Israel) dianggap sebagai warga negara Sion, bahkan dianggap dilahirkan di sana. Dengan kedatangan mereka, Sion makin ditegakkan (ayat 5). Betapa bahagianya kota yang melihat dampak kasih Allah sampai ke ujung bumi. Ketiga, Sion begitu istimewa karena dapat menjadi tempat perayaan sukacita (ayat 7). Ayat 7b menyatakan bahwa mata air Allah ada di dalam hidup para proselit itu. Mereka menari dan memuji Allah yang adalah sumber segala kehidupan dan kebaikan.

Renungkan: Apa yang paling mengagumkan bagi kita ketika melihat kota kita sendiri? Mungkin kita hidup di desa terpencil atau kota kecil, atau mungkin pula di kota metropolitan. Di mana pun kita tinggal, kita diajarkan untuk mengagumi sebuah tempat bukan karena keindahan alamnya, kemegahan bangunannya, atau nilai-nilai sejarah yang dikandungnya, namun karena Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya di sana. Maukah Anda juga menjadi alat Tuhan mewartakan kasih-Nya?

(0.09) (Mzm 98:1) (sh: Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi (Sabtu, 13 April 2002))
Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi

Mazmur ini mengumandangkan pokok yang terus-menerus dominan dalam mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja. Mazmur ini pun menyatakan keadilan dan kebenaran sebagai inti kebijakan Allah yang akan Allah jalankan atas seisi dunia (ayat 2,9). Kebenaran ini menjadi sumber sukacita kemenangan sebab Tuhan telah mengalahkan kejahatan. Paduan suara manusia dan seluruh alat musik yang mengiringi tidak cukup untuk memuji kasih setia dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan oleh Raja dan Pencipta segala sesuatu. Perlu seluruh ciptaan untuk meresponi keajaiban kasih setia Allah tersebut (ayat 7-8).

Ajakan ini secara progresif meluas cakupannya. Mulai dengan jemaat yang ada di bait Allah (ayat 1-3), kemudian meluas bagi seluruh manusia di bumi (ayat 4-6); dan kemudian mengumandang bagi seluruh ciptaan (ayat 7-8). Seperti halnya dengan mazmur pujian lainnya, mazmur ini menunjuk pada fakta konkret hal-hal yang telah Allah buat di masa lampau (ayat 1-3). Bila kita menengok ke sejarah Israel, dua perkara besar dalam kehidupan umat dalam Perjanjian Lama adalah Keluaran dan kepulangan mereka dari pembuangan. Keduanya adalah tindakan penyelamatan yang bertujuan agar Allah menjadi nyata di seluruh bumi. Karya Allah berkelanjutan ke masa kini (ayat 4-6), dan masih akan memuncak di masa yang akan datang (ayat 7-9). Oleh karena Allah memerintah seisi semesta, membentuk dan mengendalikan sejarah, maka patutlah pujian bagi-Nya pun bersifat kekal dan semesta.

Mazmur ini mempersiapkan masa penggenapan keselamatan dari Allah di dalam diri Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristuslah semua ciri penyataan kebesaran Allah dan keluasan penyelamatan Allah terpenuhi sempurna. Demikian juga, hanya melalui Kristuslah kita dimungkinkan memuji Allah dan mengambil bagian dalam pujian kekal semesta bagi Allah.

Renungkan: Jikalau Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka Anda adalah bagian dari “bangsa-bangsa” dan “ujung bumi” yang melihat karya penyelamatan Allah (ayat 2,3). Adakah Anda termasuk juga di antara paduan suara semesta yang menyembah dan memuji kasih setia Allah di antara sesama Anda?

(0.09) (Mzm 101:1) (sh: Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002))
Menjadi pemimpin berintegritas

Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.

Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat 1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.

Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.

(0.09) (Yes 29:1) (sh: Allah melawan umat-Nya sendiri! (Minggu, 22 November 1998))
Allah melawan umat-Nya sendiri!

Bila Anda seorang guru, apa tindakan Anda bila murid-murid yang diajar ternyata tidak mau diajar, padahal segala daya upaya telah Anda lakukan! Marah, kecewa atau frustrasi? Hal ini tidak berbeda jauh dengan pengalaman Yesaya. Pesan-pesan Tuhan yang dinubuatkannya sama sekali tidak digubris umat. Bahkan mereka bertindak seolah nubuatan itu seperti hembusan angin yang datang dan pergi dalam sekejap. Mereka mendengar namun tidak melakukan apa-apa. Mereka mengetahui kesalahan mereka, tetapi mereka tidak berubah! Yang lebih menyedihkan lagi ialah fakta bahwa ibadah mereka tidak di arahkan kepada Tuhan. Penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Lebih mengutamakan penampilan daripada kesungguhan hati.

Tak ada toleransi di pihak Allah. Sudah tidak ada lagi belas kasihan dan toleransi Tuhan melihat seluruh umat-Nya, mulai dari raja, nabi, panglima, hingga rakyat biasa yang telah kedapatan melanggar hukum dan ketetapan-Nya. Hukuman segera ditetapkan dan umat harus menanggung segala konsekuensinya. Ariel (Sion, bdk. ayat 8) akan berubah menjadi kota perapian (ayat 2), penduduk merintih takut dan mengerang kesakitan (ayat 4), seluruh indera tubuh penduduknya Tuhan lumpuhkan (ayat 9-12). Semuanya lumpuh total. Kengerian mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Allah Pengasih dan Penyayang bagi Israel berubah menjadi Allah Penghukum!

Bertindak benar dalam terang firman. Hidup dalam kepalsuan sama saja dengan membangun karakter iman di atas pasir. Hidup dalam ibadah palsu, berpura-pura taat, sama saja dengan hidup dalam gelap. Semuanya ini bertentangan dengan sifat dan makna firman Tuhan yang memberi terang, memimpin pada jalan kebenaran bukan kesesatan (bdk. Mzm. 105:110). Jika kita ingin luput dari bahaya penghukuman ini, kita harus membawa hati, pikiran, pujian, kehendak, dalam setiap ibadah kita. Dan setiap umat Tuhan yang mengaku telah mendengar firman dituntut untuk hidup benar menurut firman. Siapa yang mempermainkan firman akan menanggung hukuman dari Dia yang berfirman.

Renungkan: "Firman-Nya menyegarkan jiwaku", ungkap pemazmur. Mendengarkan, mengerti firman Tuhan dan menerapkannya dengan kesungguhan, semakin memimpin kita hidup dalam kebenaran.

Doa: Tuhan, tolong ku taat penuh pada Firman-Mu

(0.09) (Yer 3:14) (sh: Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus (Rabu, 30 Agustus 2000))
Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus

Ada sebuah anekdot yang beredar di masyarakat kita yang menyatakan demikian: mengapa orang-orang bisa melakukan KKN di Indonesia secara menyolok mata dan berkali-kali? Sebab 'syaraf malu' orang-orang itu sudah putus. Atau bahasa indahnya: mereka tidak mempunyai budaya malu.

Orang-orang yang hidup sezaman dengan Yeremia tetap tidak mau berpaling kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Namun Yeremia melihat jauh ke depan bahwa nantinya umat Allah itu akan berbalik kepada-Nya.Identitas mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan yaitu sebagai umat yang bersaksi bagi dunia dan yang hidup menurut jalan-Nya (17-18). Allah menerima mereka kembali dan memulihkan keadaannya (22).

Hal-hal apa saja yang ada di dalam pertobatan yang sejati? Pertama, keputusan tegas yang datang dari dirinya untuk berbalik kepada-Nya (22b). Bukan kepura-puraan, bukan karena paksaan atau tekanan dari orang lain, bukan pula karena terhimpit oleh keadaan tertentu. Keputusan yang tegas ini merupakan tindakan awal yang mutlak penting. Jika masih ada keraguan atau ketidaksungguhan, maka tindakan selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Namun harus diingat bahwa keputusan ini juga bukan tindakan yang dapat dicapai secara otomatis. Harus ada proses yang mengawalinya yaitu hal kedua dan ketiga berikut ini. Kedua, pemahaman dan kesadaran yang sungguh bahwa segala jalan dan tindakan yang sudah dijalani itu adalah salah dan sia-sia (23-24). Ini nampaknya merupakan alasan utama mengapa orang sulit bertobat. Sebagai contoh: orang yang korupsi akan kesulitan meyakini bahwa tindakannya itu sia-sia sebab siapa bilang bahwa uang tidak berguna? Ketiga, harus ada rasa malu. Bukan sekadar rasa malu melainkan rasa malu yang dalam ketika mengenang dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Renungkan: Tanpa keputusan yang tegas, tanpa pemahaman dan kesadaran, dan tanpa rasa malu yang dalam, pertobatan sejati tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Buktinya adalah bangsa Yehuda. Dalam pengalaman hidup kekristenan Anda, ketika suatu saat Anda jatuh dalam dosa dan kemudian Anda bertobat, apakah ketiga hal di atas terjadi di dalam hidup Anda? Jika tidak, Anda perlu mengevaluasi kembali apakah Anda sungguh sudah bertobat?

(0.09) (Yer 19:1) (sh: Terlambat sudah (Jumat, 29 September 2000))
Terlambat sudah

Berita anugerah bahwa Allah tidak akan menghukum jika bangsa Yehuda mau bertobat dan diperbaharui hidupnya (18:8) diresponi negatif oleh mereka, dengan mengatakan 'tidak ada gunanya' dan menolak untuk bertobat (18:12).

Kebenaran dalam peristiwa pemecahan buli-buli ini adalah segala sesuatunya sudah terlambat. Kejahatan bangsa Yehuda sudah bertimbun sampai ke langit dan tidak ada sedikit pun niat mereka untuk bertobat. Bagai kacang lupa kulitnya, mereka melupakan Allah yang telah menuntun keluar dari Mesir, memberi tanah perjanjian, dan memelihara hidup mereka. Mereka berpaling kepada berhala yang sama sekali tidak dan belum pernah mempunyai andil dalam kehidupan mereka (4). Kondisi rohani yang demikian pasti akan diikuti dengan kondisi sosial dan politik yang bobrok. Penindasan orang lemah merajalela. Ibadah dan pembantaian manusia yang lemah dan tak berdaya tidak dapat dibedakan lagi (5). Karena itulah penghukuman Allah yang dahsyat akan datang dan digambarkan dengan pemecahan buli-buli yang dibeli oleh Yeremia.

Buli-buli (bhs. Ibrani: baqbuq) yang dipakai sebagai tempat air minum itu berharga mahal. Bentuknya unik dengan leher menyempit dan tinggi mencapai 25 cm. Baqbuq yang mahal tapi dihancurkan menandakan bahwa walaupun bangsa Yehuda merupakan umat pilihan yang berharga dimata-Nya akan tetap menerima hukuman dahsyat, jika mereka tidak taat. Seperti Yeremia berkuasa atas baqbuq, demikian pula Allah berdaulat atas kehidupan bangsa Yehuda. Dilihat dari bentuknya, jika baqbuq ini pecah maka tidak dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. Demikian pula bangsa Yehuda yang sudah memberontak kepada Allah, akan dibuang jauh dari tanah perjanjian, menjadi bangsa yang tidak berguna, dan tidak dapat kembali ke negaranya dengan usaha sendiri.

Renungkan: Kebenaran di atas merupakan peringatan keras bagi Kristen masa kini. Kita tidak dapat berlindung di balik dogma yang mengatakan bahwa kita adalah umat yang sangat berharga karena ditebus dengan harga yang mahal yaitu darah Kristus, lalu seenaknya menjalani kehidupan ini tanpa menghiraukan firman Tuhan. Allah tidak segan-segan menghukum umat-Nya sendiri dan menjadikan kita sekumpulan umat beragama yang tidak berguna bagi siapa pun.

(0.09) (Yer 23:1) (sh: Tanggung jawab (Jumat, 6 Oktober 2000))
Tanggung jawab

Walaupun semua bencana dan malapetaka didatangkan Tuhan sebagai hukuman atas umat-Nya yang berdosa, para gembala Yehuda yaitu para raja, imam, dan nabi harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini (1-2). Sebab penghukuman itu datang karena mereka gagal menjadi gembala yang baik. Mereka tidak hanya membiarkan kambing dombanya tersesat, tetapi menggiring mereka untuk menjalani hidup yang sesat dan tercela di hadapan Allah. Mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya negara Yehuda. Allah tidak dapat lagi mempercayai para pemimpin yang tidak bertanggung jawab (3-4). Ia akan mengambil alih peran para pemimpin yang korup dan yang tak bertanggung jawab tadi. Ia sendiri yang akan turun tangan untuk mengumpulkan kambing domba yang sudah tercerai-berai dan memimpin mereka kembali ke padang. Kemudian Allah juga akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang baru demi pembaharuan hidup kambing domba-Nya.

Tindakan Allah tidak berhenti sampai di sini. Suatu hari Ia akan mengganti para pemimpin yang korup tadi dengan seseorang yang berasal dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana yang akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri dan akan memberikan keselamatan dan ketentraman kepada Yehuda yang sudah dipulihkan dan diperbaharui (5-7). Juruselamat itu adalah Yesus Kristus. Sebagai Raja, Imam, dan Nabi, Ia sangat berbeda dengan para pemimpin Yehuda. Untuk menyelamatkan umat manusia, sebagai Pemimpin Yesus rela menderita dan mati sebagai seorang manusia yang terkutuk oleh Allah maupun manusia. Melalui kematian-Nya, Ia memperlihatkan, sekali untuk selamanya, kualitas yang dituntut dari seseorang yang akan menjadi pemimpin - sebuah ciri dari seorang pemimpin sejati, yaitu selalu siap untuk melayani yang lain walaupun harus mengalami kerugian maupun penderitaan.

Renungkan: Jika Anda mempunyai kedudukan sebagai seorang pemimpin baik di tempat usaha, di gereja, maupun di dalam persekutuan, jadikanlah selalu kepemimpin Yesus sebagai teladan dalam memimpin dan membawa anggota jemaat Anda kepada tujuan yang sudah Allah tentukan. Ingatlah juga bahwa Allah dapat dan akan mengambil alih peran kepemimpinan kita, jika kita tidak melakukan tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang pemimpin.

(0.09) (Yer 33:1) (sh: Memahami lebih lanjut yang sudah kita pahami (Senin, 30 April 2001))
Memahami lebih lanjut yang sudah kita pahami

Banyak kebenaran firman Tuhan tentang penderitaan yang sudah kita pelajari dan pahami. Namun ketika kita benar- benar sedang dalam penderitaan, mengapa kebenaran- kebenaran yang sudah kita ketahui itu seringkali tiba- tiba tidak bermakna. Melalui pasal penutup dari Kitab Penghiburan (pasal 31-33), kita akan melihat apa yang Allah perintahkan kepada Yeremia ketika ia sedang bergumul dalam penderitaan bangsanya dan dirinya.

Firman Allah datang lagi kepada Yeremia ketika ia masih sebagai tawanan raja Zedekia dan Yerusalem masih dikepung oleh Babel. Kondisi hati dan jiwa Yeremia pasti gundah-gulana sebab ia mengetahui bahwa Yehuda tidak mungkin terlepas dari cengkeraman dan keganasan Babel. Bangsa Yehuda akan mengalami penderitaan yang dahsyat. Yeremia pun tidak akan terluput. Apa yang seharusnya dilakukan oleh Yeremia? Allah memerintahkan Yeremia untuk memohon penyataan Allah yang lebih besar (3). Ada yang menarik untuk diperhatikan dari perintah Allah ini. Bukankah Yeremia sudah mengetahui bahwa Yehuda akan hancur, mengapa Allah menyatakan lagi (4- 5)? Bukankah Yeremia juga sudah mengetahui bahwa pada suatu saat Yehuda akan dipulihkan, sehingga mereka akan bergirang dan bersukacita karena berkat Allah, mengapa harus diulang lagi (6-13)? Mengapa Allah memerintahkan Yeremia secara pribadi untuk memohon penyataan Allah yang lebih besar? Yeremia nampaknya tidak memahami sepenuhnya maksud dan rencana Allah atas Yehuda. Ternyata memahami apa yang menimpa dirinya dalam terang kebenaran firman Tuhan yang sudah ia ketahui tidaklah semudah membalik telapak tangan. Yeremia membutuhkan perjumpaan dengan penyataan Allah yang lebih lanjut. Yeremia membutuhkan perjumpaan dengan Allah yang lebih dekat.

Renungkan: Seperti Yeremia, kita pun seringkali melihat bahwa pemahaman firman yang sudah kita miliki seakan tidak bermakna di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan yang sedang kita alami. Kita butuh perjumpaan dengan Allah secara pribadi yang lebih dekat. Walaupun kebenaran firman yang akan diungkapkan mungkin sudah kita ketahui sebelumnya, namun dalam perjumpaan dengan- Nya secara pribadi firman itu akan mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam.

Pengantar kitab Yeremia 33-52

Pengantar Yeremia kali ini difokuskan kepada nubuat melawan bangsa-bangsa lain karena bagian ini yang seringkali disalahtafsirkan. Sementara itu untuk bagian lainnya tiap-tiap renungannya berisi pengantar singkat.

Nubuat melawan bangsa-bangsa lain ada dalam setiap kitab nabi kecuali kitab Hosea. Kumpulan nubuat ini dapat ditemukan dalam Amos 1-2; Yesaya 13-23; Yehezkiel 25- 32; Zefania 2:2-15, dan Yeremia 46-51.

Dalam nubuat ini faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah kekuasaan Allah sebagai Raja atas seluruh dunia. Konsep kedaulatan Allah secara universal, penggunaan bangsa-bangsa lain untuk mencapai maksud dan rencana-Nya khususnya yang berhubungan dengan Israel sudah dapat ditemukan dalam nubuat nabi- nabi sejak abad ke-8 s.M. Dalam kitab-kitab nabi, bangsa-bangsa lain seringkali dihukum karena kesombongan, agresi militer, dan penyembahan berhala. Dengan demikian nubuat melawan bangsa-bangsa lain mempunyai 3 tujuan: o mengumumkan penghukuman bangsa lain yang kadang-kadang disebabkan karena perlakuan mereka atas Israel. o memberikan dorongan dan penghiburan kepada Israel. o memperingatkan Israel untuk tidak menggantungkan keselamatan mereka kepada bangsa-bangsa lain.

Nubuat dalam kitab Yeremia, khususnya yang terdapat dalam pasal 47-49, harus ditafsirkan dalam konteks perjanjian antar 2 negara atau lebih yang menyangkut masalah perdagangan, perdamaian, kerja sama, atau pakta. Negara- negara yang ada dalam pasal-pasal tersebut menjadi bagian dari kerajaan Babel. Karena firman Tuhan melalui Yeremia menyatakan bahwa Nebukadnezar adalah ‘hamba’- Nya di bawah kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa lain, maka nubuat penghukuman yang disampaikan oleh Yeremia pasti berhubungan dengan pemberontakan bangsa-bangsa lain terhadap Babel, atau peringatan supaya mereka tidak memberontak.

Kesimpulannya adalah nubuat itu, baik dinyatakan atau tidak kepada bangsa-bangsa itu, berfungsi untuk menyatakan kedaulatan Allah atas seluruh dunia. Nubuat itu juga merupakan peringatan bagi Yehuda agar mereka tidak bersekutu dengan atau bergantung pada negara lain yang berada di bawah penghukuman Allah. Belaskasihan Allah kepada umat-Nya juga dinyatakan melalui nubuat ini. Hal ini digambarkan dengan pengisahan ulang pembebasan Yoyakhin karena belaskasihan Babel.

(0.09) (Yer 46:1) (sh: Allah di dalam percaturan politik (Jumat, 18 Mei 2001))
Allah di dalam percaturan politik

Hancurnya Asyur karena kebangkitan Babel yang begitu cepat di akhir abad ke 7 s.M. menggoncangkan dan meresahkan bangsa-bangsa di Timur Tengah. Mesir adalah satu-satunya bangsa di area itu yang cukup kuat secara militer untuk menentang Babel. Bangsa-bangsa lainnya tidak mempunyai banyak pilihan selain berpihak kepada Mesir atau Babel, dengan pertimbangan: negara mana yang akan memberikan banyak bantuan dan di bawah pemerintahan raja manakah negara mereka akan tetap berkembang.

Karena letak Yehuda berdekatan dengan Mesir dan sepanjang sejarah bangsa-bangsa di daerah Kanaan sudah mengakui kekuatan Mesir, maka Yehuda menghadapi masalah politik, sosial, dan ekonomi yang semakin pelik. Tidaklah mengherankan jika di dalam negeri Yehuda muncul kubu yang berpihak ke Mesir dan mencoba meyakinkan kubu lain untuk berpihak kepada Mesir dan bukan Babel.

Dalam situasi demikian, firman Tuhan tentang Mesir datang kepada Yoyakim dengan tujuan utama untuk meyakinkan dia agar mau tunduk kepada Babel. Kehancuran Mesir tinggal menunggu waktu saja. Mereka berpihak kepada Mesir karena kekuatannya. Peralatan perang dan tentara Mesir berkualitas luar biasa (4). Sekutu-sekutu Mesir pun bukan orang sembarangan (9). Tapi apa yang mereka lihat di tepi sungai Efrat dekat Karkemis (1, 5-6)? Dimanakah kesombongan dan kekuataan Mesir yang tersohor (7-8)? Semua itu tidak ada artinya di hadapan Babel (11-12). Sesungguhnya bukan karena kekuatan Babel namun karena Allah telah menetapkan waktu kehancuran Mesir. Sudah tiba saatnya Allah berperkara untuk menghukum mereka (10).

Renungkan: Inilah penghiburan besar bagi kita semua sebab Allah memegang kendali atas sejarah bangsa-bangsa. Ia terus berkarya dan berencana dalam percaturan politik di negara mana pun. Penghiburan yang lebih besar lagi adalah Allah sesungguhnya tidak merahasiakan rencana- Nya dari umat-Nya. Jika Yehuda mau mendengarkan suara Allah mereka tidak perlu resah dengan kebangkitan Babel. Bukankah Allah yang memegang kendali? Kristen pun tidak perlu resah walau siapa pun yang bangkit berkuasa. Bukankah Ia yang memegang kendali dan tidak merahasiakan rencana-Nya kepada Kristen? Hanya apakah kita seperti Yeremia atau seperti Yoyakim?

(0.09) (Yer 49:1) (sh: Tidak ada perlindungan dalam kekayaan (Rabu, 23 Mei 2001))
Tidak ada perlindungan dalam kekayaan

Bani Amon bergantung sepenuhnya kepada harta kekayaan yang dimiliki sehingga mereka berani sesumbar ‘Siapa berani datang menyerang aku’ (4). Mereka telah mendewakan kekayaan mereka dan mengangkatnya bagai perlindungan yang kokoh. Sungguh suatu sikap yang sangat berbahaya karena dapat berakibat fatal bagi bangsa Amon sendiri.

Mereka harus menelan pil pahit ketika melihat kenyataan bahwa pelindung mereka – harta dan kekayaan – menjadi tidak berdaya dan dapat lenyap dalam sekejap. Pil yang lebih pahit harus mereka telan karena kehancuran yang melanda bukan dimulai dari daerah pinggiran menuju pusat negara maupun langsung dari ibu kota negara Amon yaitu Raba kemudian diikuti daerah-daerah lainnya. Ibu kota negara yang tentunya mempunyai segala harta dan kekayaan yang jauh lebih banyak namun hancur terlebih dahulu. Hal ini mengakibatkan kota-kota taklukan bani Amon akan kembali kepada pemiliknya (1, 2). Seperti yang terjadi dalam bani Moab, ketika kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat runtuh maka kehidupan agama bani Amon juga runtuh (3).

Sebelum dihancurkan oleh Allah, bani Amon pasti mempunyai falsafah kehidupan demikian: asal ada uang maka masalah hilang. Karena itu ketika kekuasaan Babel mulai bangkit maka mereka mengadakan persekutuan dengan Tirus, Sidon, Moab, Edom, dan Yehuda (27:2-3) untuk menghancurkan Babel. Bani Amon yakin bahwa penggabungan beberapa negara akan memperkuat pertahanan mereka karena akan melibatkan banyak kekuatan dan harta. Mereka tidak lagi menghiraukan peringatan yang disampaikan oleh Yeremia (Yer. 27:1-3). Apa hasilnya? Perhitungan matematis dan bisnis terjungkirbalik. Bani Amon hancur walaupun nantinya akan dipulihkan Allah lagi (5-6).

Renungkan: Di negara kita bukankah masih banyak orang menganut falsafah bani Amon? Uang memegang kendali untuk urusan apa pun mulai dari keluarga, sekolah, bisnis, pemerintahan, hingga kehidupan gereja kita. Prinsip yang dianut bukan lagi tidak ada yang mustahil bagi Allah namun tidak ada yang mustahil bagi uang. Kita pun mungkin secara tidak sadar menganut falsafah ini. Jika ya, berhati-hatilah karena uang adalah perlindungan yang keropos. Biarlah kita senantiasa berlindung kepada Allah.

(0.09) (Yer 49:7) (sh: Allah mampu mengatasi semua kekuatan (Kamis, 24 Mei 2001))
Allah mampu mengatasi semua kekuatan

Edom terletak di daerah perbukitan sebelah selatan Wadi el-Hesa dan berbatasan dengan Wadi Arabah di sebelah barat. Karena posisi geografisnya – di daerah pegunungan - Edom sangat beruntung dalam arti negaranya sulit di jangkau musuh-musuhnya sehingga dapat dikatakan selalu dalam keadaan aman. Karena letaknya di daerah pegunungan maka tanah di Edom juga terkenal subur (17). Hal ini mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat. Selain itu, orang Edom sangat terkenal karena kepandaiannya (7 bdk. Ob. 8).

Bergunakah kelebihan letak geografis dan kepandaian bagi perkembangan dan kemajuan sebuah negara? Tentu saja berguna namun demikian 2 hal ini tidak dapat dimutlakkan sehingga bangsa itu bergantung sepenuhnya kepadanya dan menjadi sombong. Mereka menganggap bahwa tidak akan ada musuh yang dapat menyengsarakan dan menghancurkan Edom karena itu mereka pun bersepakat dengan bangsa-bangsa lain untuk melawan Babel dan mengabaikan peringatan dari Yeremia (lih. Yer. 27). Namun realita yang dihadapi Edom berbeda. Ketika penghukuman Allah datang, kepandaian orang Edom tidak ada artinya (7-8). Tanah subur tidak lagi dapat mereka nikmati hasilnya (9), bahkan nantinya akan dibuat menjadi tandus (17). Tempat yang tinggi tidak menjamin Edom aman dari bahaya dan musuh (9, 22). Bahkan ibu kota Edom – Bozra – yang tentunya mempunyai banyak orang bijak dan secara geografis terletak di lokasi yang paling aman pun tidak luput dari hajaran Tuhan (13).

Renungkan: Nubuat penghukuman Edom kembali menyatakan bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan di dunia ini yang dapat bertahan menghadapi kekuatan Allah. Namun yang harus selalu kita yakini dengan sungguh bahwa kekuatan dan kekuasaan Allah juga dapat mengatasi kematian - musuh utama manusia yang ia sendiri tidak dapat melawannya. Kenaikan Tuhan Yesus ke surga merupakan penyataan kepada seluruh dunia bahwa Ialah yang berkuasa atas seluruh alam semesta ini. Ia yang sudah mengalahkan kematian dan naik ke surga duduk di sebelah kanan Allah adalah Tuhan atas seluruh alam semesta ini dengan segala isinya. Biarlah setiap lutut berlutut dan lidah mengakui Yesus adalah Tuhan. Yesuslah yang berkuasa dan layak dihormati bukan akal ataupun harta.

(0.09) (Yer 50:35) (sh: Pengharapan dalam firman-Nya (Senin, 28 Mei 2001))
Pengharapan dalam firman-Nya

Ketika negara Uni Sovyet pecah, dunia tercengang. Bagaimana mungkin negara “Tirai Besi’ dapat terkoyak- koyak? Keterkejutan serupa akan dialami oleh masyarakat dunia pada abad ke 6 s.M. ketika Babel hancur (46). Bagi orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel, firman Allah tentang Babel ini merupakan berita pengharapan yang besar. Mengapa?

Orang-orang Yehuda sudah menyaksikan kepandaian orang-orang Babel dan kecanggihan sistem pemerintahan dan kehidupan masyarakatnya. Sistem pendidikan Babel sudah maju sehingga matematika, astronomi, dan astrologi yang merupakan hal baru sudah diajarkan di sekolah. Kehidupan beragama mereka juga mapan karena anak-anak mereka belajar ilmu agama dan tata ibadah di kuil-kuil mereka. Kekuatan militer dan ekonomi serta kesuburan tanah juga menjadi benteng Babel yang kokoh. Karena itu bagi Yehuda pintu pengharapan sudah tertutup.

Kini firman Tuhan datang dengan berita yang luar biasa yaitu Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir sudah berketetapan dan berencana untuk menghancurkan Babel (44-46). Segenap lapisan masyarakat Babel akan ditimpa malapetaka hebat (35-38). Sistem kehidupan mereka akan dijungkirbalikkan. Sistem keagamaan hancur karena para tukang ramal mereka menjadi bodoh. Sistem keamanan akan runtuh karena tentaranya berhati lemah. Sistem ekonomi hancur karena cadangan devisanya dijarah habis. Sistem pertaniannya juga hancur karena air di Babel sudah menguap.

Pengharapan bangsa Yehuda yang ada dalam pembuangan ada dalam firman Allah. Firman itu memberikan pengharapan karena firman itu menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Pengharapan itu akan menjadi milik mereka jika mau mendengar dan mempercayai firman Allah.

Renungkan: Pada masa sekarang pengharapan bagi manusia juga ada di dalam firman-Nya. Bangsa kita memang menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan yang tidak kunjung habis. Masa depan menjadi semakin tidak menentu. Namun Kristen tidak boleh berputus asa atau gentar sebab di dalam Alkitab, kita akan menemukan firman-Nya yang menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Itulah pengharapan kita asal kita mau mendengar dan percaya.

(0.09) (Yeh 2:1) (sh: Antara ketaatan dan gejolak hati (Selasa, 17 Juli 2001))
Antara ketaatan dan gejolak hati

Setelah menyatakan kemuliaan-Nya, Allah menyatakan panggilan dan firman-Nya kepada Yehezkiel. Sikap yang dituntut dari Yehezkiel adalah siap dan sigap (ayat 1), yang menandakan ketaatan yang tidak hanya emosional namun ketaatan yang cerdas. Ini diperlukan sebab tugas yang akan diemban bukanlah tugas yang ringan dan mudah. Allah sendiri mengakui bahkan memahami hal itu sehingga Ia menyebutkan berkali-kali karakteristik bangsa yang akan dilayani Yehezkiel (ayat 3-8). Namun Allah tidak hanya sebatas peduli, Ia juga akan selalu berada di belakang Yehezkiel untuk menguatkan hati dan terus memompa semangatnya, sehingga tugas Yehezkiel dapat dilaksanakan dengan baik (ayat 3:8-9).

Allah juga menegaskan bahwa yang terpenting bagi Allah adalah Yehezkiel melaksanakan tugas dengan setia bukan pertobatan bangsa Israel (ayat 5). Ini tidak berarti bahwa Allah hanya peduli kepada pelayan-Nya dan mengabaikan pertobatan manusia, sebab tujuan misi Yehezkiel adalah agar bangsa Israel mengetahui bahwa ada seorang nabi Allah di antara mereka dan bahwa mereka sudah diberi kesempatan untuk bertobat. Suatu saat Allah akan datang untuk menghakiminya.

Respons Yehezkiel terhadap firman dan panggilan Allah sangat indah yaitu ia taat secara total ketika diperintahkan untuk memakan seluruh gulungan kitab (ayat 3:1-3). Apa yang dihasilkan oleh ketaatan Yehezkiel? Kekuatan Ilahi untuk mewartakan firman-Nya walaupun isinya bertentangan dengan pengharapan bangsa Israel (ayat 3:1) serta kedamaian di dalam hidupnya (ayat 3:3). Emosi Yehezkiel juga bergejolak (ayat 3:14) yang disebabkan karena gabungan dua pemikiran yaitu ia merasakan ketidakadilan Allah yang mengutus dirinya dengan tugas yang berat, serta ia mengidentifikasikan dirinya dengan perasaan Allah terhadap umat- Nya yang senantiasa memberontak. Karena itu ia membutuhkan waktu untuk berdiam diri selama 7 hari (ayat 3:15). Berdiam diri merupakan terapi yang paling tepat bagi ketegangan emosi.

Renungkan: Banyak sekali saudara-saudara kita yang mempunyai panggilan seperti Yehezkiel yaitu melayani orang-orang yang secara sengaja menentang dan menantang Injil dan pelayanan Kristus. Emosi mereka seringkali juga bergejolak. Berdoalah untuk mereka serta berikan persembahan kepada Allah melalui mereka.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.19 detik
dipersembahkan oleh YLSA