(0.10379851632653) | (2Raj 15:1) |
(sh: Jauhkan Penyembahan Berhala (Jumat, 11 September 2015)) Jauhkan Penyembahan BerhalaJudul: Jauhkan Penyembahan Berhala Azarya menjadi raja Yehuda saat berusia 16 tahun (1-2). Ia melakukan yang benar di hadapan Allah (3). Allah mengaruniakan pemerintahan kepada Azarya selama 52 tahun. Namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan sehingga rakyat mempersembahkan dan membakar kurban di bukit-bukit itu (4). Bukit-bukit pengurbanan adalah tempat tinggi yang didirikan sebagai pusat penyembahan berhala. Azarya beribadah kepada Tuhan, tetapi juga memfasilitasi rakyatnya beribadah kepada allah lain. Selain itu, raja Azarya menjadi sombong dan mengambil alih tugas imam serta marah saat ditegur (2Taw. 26: 16-21). Karena itu Allah mendatangkan tulah kepada Azarya. Azarya sakit kusta selama 13 tahun hingga matinya (5-6). Kemudian Yotam menjadi raja menggantikan Azarya ayahnya (7). Seorang raja seharusnya membawa rakyatnya hidup benar dan beribadah hanya kepada Allah. Yotam tidak belajar dari ayahnya. Ia melakukan kesalahan yang sama dengan ayahnya. Ia tidak seutuhnya beribadah kepada Tuhan. Bukit-bukit pengorbanan itu tidak dijauhkan oleh Yotam, sehingga rakyatnya terus menjadi penyembah berhala (32-35). Dengan demikian, Yotam bercacat di hadapan Allah. Percuma saja ia menjadi orang benar di hadapan Allah, tetapi membuat rakyatnya menyembah berhala. Bagaimana dengan kita? Kita perlu menjauhkan penyembahan berhala dari keluarga kita. Tidak cukup hanya kita saja yang benar di hadapan Allah, tetapi juga keluarga, serta orang-orang di sekitar kita. [DSY] |
(0.10379851632653) | (2Raj 19:20) |
(sh: Asyur bagai tong kosong (Sabtu, 9 Juli 2005)) Asyur bagai tong kosongAsyur bagai tong kosong Tidak ada orang yang dapat bertahan di hadapan Tuhan. Sehebat-hebatnya orang itu, ia tetap manusia ciptaan-Nya. Jadi, sikap sombong pada hakikatnya adalah sikap tidak tahu diri, lupa hakikat diri, dan tidak mau mengakui Tuhan. Melalui Nabi Yesaya, Allah menjawab doa Raja Hizkia yang meminta pertolongan-Nya agar Yehuda diselamatkan dari pengepungan tentara Asyur. Pertama, kesombongan Asyur tidak berarti apa pun di mata Allah (ayat 22). Allah sudah menentukan akhir hidup mereka maka Allah akan menggiring mereka pulang melalui jalan yang sama saat mereka datang (ayat 25-28). Mereka tidak akan mampu mengepung Yerusalem apalagi mengalahkan umat Allah (ayat 32-34). Kedua, Allah akan menyelamatkan umat Yehuda dari tangan Asyur, memelihara umat-Nya serta mencukupi kebutuhan hidup mereka. Allah sendiri akan memulihkan kehidupan umat-Nya dari segala penderitaan akibat penindasan musuh mereka (ayat 29-31). Pernyataan firman Tuhan segera tergenapi. Allah menghukum Asyur dengan pukulan dahsyat. Pasukan Sanherib dibunuh oleh Malaikat TUHAN, sementara Sanherib, raja Asyur yang pongah itu akhirnya dibunuh oleh anak-anaknya sendiri (ayat 35-37). Sedangkan Yehuda luput dari penyerbuan Asyur. Yehuda terhindar dari kekerasan Asyur karena belas kasih Allah dan karena ikatan perjanjian Allah dengan Daud, leluhur mereka (ayat 34). Jangan seperti tong kosong yang nyaring bunyinya. Jangan seperti Asyur yang sombong menghadapi umat Tuhan padahal Asyur tidak mampu. Jangan takut pada musuh yang sombong, Tuhan pasti melindungi kita. Namun, bila kita sudah ditolong-Nya, janganlah merasa diri sendiri lebih baik daripada para musuh kita. Tuhan menolong karena Ia mengasihi kita. Camkan: Tangan Tuhan terangkat memukul mereka yang congkak, namun dengan lembut tangan-Nya melindungi mereka yang bersandar pada-Nya. |
(0.10379851632653) | (2Raj 21:1) |
(sh: Manasye dan Amon, raja yang keji (Selasa, 12 Juli 2005)) Manasye dan Amon, raja yang kejiManasye dan Amon, raja yang keji Takhta adalah anugerah Allah. Ketika seseorang dipercaya Tuhan untuk memimpin, itu bukan status untuk dibanggakan apalagi untuk disalahgunakan. Namun, banyak orang yang mengejar takhta untuk ambisi pribadi. Akibatnya dari takhta bukan mengalir keadilan dan kebaikan melainkan kekejian dan kenajisan. Manasye dan putranya, Amon adalah dua raja Yehuda yang terkenal sangat jahat padahal mereka keturunan Raja Hizkia yang dikenal saleh. Sayang mereka memilih jalan hidup berdosa. Manasye melakukan banyak kejahatan. Ia beribadah pada banyak dewa, mendirikan ulang bukit-bukit pengorbanan, mempersembahkan anaknya sebagai korban, dan membunuh banyak orang tidak bersalah. (ayat 2-9, 16). Apa yang dilakukan Raja Amon tidak beda jauh dengan ayahnya (ayat 21). Amon berani mengambil keputusan meninggalkan Tuhan. Amon tegas dan konsisten memilih melawan kehendak Tuhan (ayat 22). Apa sebabnya Amon memilih jalan yang jahat? Karena ia tidak mengenal Taurat Tuhan (2Raj. 22:8); juga ia mencontoh teladan ayahnya yang jahat (ayat 21:20-21). Akibat dosa-dosa mereka, umat Allah juga ikut disesatkan (ayat 11). Allah tidak membiarkan kejahatan dan kekejian kedua raja ini begitu saja. Allah menyatakan hukuman-Nya atas mereka melalui musuh-musuh Yehuda yang akan menghancurkan Yerusalem dan mengangkut penduduknya ke dalam pembuangan kelak. Allah menghukum Raja Amon secara khusus melalui kudeta dari pegawai-pegawainya (ayat 23). Orang yang menyalahgunakan takhta untuk berlaku jahat dan keji adalah orang yang melupakan kedaulatan Tuhan atas hidupnya. Orang itu tidak akan luput dari hukuman Tuhan. Kita perlu mendoakan para pemimpin kita, baik dalam skala gereja maupun nasional agar mereka yang dipercayakan Tuhan duduk di atas `takhta', menegakkan keadilan dan kebenaran bagi kesejahteraan umat dan bangsa. Camkan: Takhta Allah yang mulia akan mengadili setiap `takhta' yang mengingkari Diri-Nya. |
(0.10379851632653) | (2Raj 22:1) |
(sh: Yosia, hidup benar di mata Tuhan (Rabu, 13 Juli 2005)) Yosia, hidup benar di mata TuhanYosia, hidup benar di mata Tuhan Sulit hidup benar di tengah-tengah kejahatan dan kenajisan. Kecenderungan kita adalah kompromi dengan hal-hal berdosa dan kemudian membenarkan diri sendiri dengan mengatakan, "Kalau tidak kompromi tidak mungkin sukses." Namun, hal itu tidak berlaku pada Yosia. Walau usianya baru delapan tahun dan ia besar di tengah-tengah bangsanya yang berbuat jahat, bahkan ayah dan kakeknya sendiri juga jahat, Yosia tidak ikut-ikut berbuat dosa. Catatan mengenai kehidupan dan pemerintahannya amatlah indah: "Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan hidup sama seperti Daud, bapa leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri" (ayat 2). Bukan hanya menjaga diri hidup suci, ia juga mengusahakan pembaruan ibadah dan pentahiran bangsanya dengan cara memperbaiki rumah Tuhan yang sudah terbengkalai sekian lama (ayat 3-7). Oleh usahanya itu, ia dan rakyat Yehuda mendapat belas kasih Tuhan secara nyata. Pertama, Kitab Taurat ditemukan (ayat 8). Kitab Taurat itulah yang mendorong Yosia bertobat dan meminta petunjuk Allah (ayat 11-13). Kedua, Allah memberi petunjuk kepada Yosia dan rakyat Yehuda melalui nabiah Hulda (ayat 15-20). Isi petunjuk itu adalah Allah menunda penghukuman atas Yehuda pada masa pemerintahan Raja Yosia. Allah menjanjikan Yosia akan dikuburkan dalam keadaan damai dan matanya tidak akan melihat segala malapetaka yang akan menimpa Yehuda. Belas kasih Allah atas Yosia membawa dampak damai sejahtera untuk seluruh rakyat. Bila catatan sejarah hidup kita sama seperti Yosia, yaitu bertobat dari hidup berdosa dan giat membangun kehidupan ibadah yang kudus dan benar maka kehadiran kita akan menjadi berkat bagi manusia di sekitar kita. Tuhan akan memakai kita sebagai agen pembaruan bagi umat-Nya di dunia ini sehingga mereka terhindar dari murka Allah yang menghancurkan. Renungkan: Jadilah alat anugerah Allah melalui hidup yang benar di hadapan-Nya dan di hadapan sesama. |
(0.10379851632653) | (1Taw 11:10) |
(sh: Semangat mengabdi terpadu (Senin, 4 Februari 2002)) Semangat mengabdi terpaduSemangat mengabdi terpadu. Peneguhan Allah atas Daud dan pengakuan seluruh rakyat atas kepemimpinan Daud kini mewujud dalam kesatuan juang dan pengabdian yang sungguh membangkitkan ilham bagi kita. Berkat Allah memantapkan kekuasaan Daud tidak terjadi sekejap mata dan tidak tanpa dukungan para abdi yang setia dan piawai. Dukungan itu dipaparkan dalam berbagai kisah. Pertama, catatan tentang para pahlawan yang memimpin pasukan-pasukan berani dan bagaimana melalui mereka tercapai kemenangan gemilang. Melalui kepemimpinan Yasobam, Eleazar, Abisai, dan Benaya, Daud berhasil memenangkan berbagai peperangan melawan bangsa Filistin, Moab, dan Mesir. Kedua, di samping para pahlawan yang keberanian dan keahlian perangnya menonjol itu, masih banyak lagi para pahlawan gagah perkasa yang menyumbangkan kemenangan. Faktor Daud sebagai raja memang sangat penting, tetapi tanpa perjuangan dan pengabdian semua orang ini, tak mungkin tercapai kemajuan dan perkembangan sebesar yang Daud capai. Dalam nama-nama tersebut disebut juga orang bukan Israel, bahkan ironisnya, Uria, seorang prajurit yang sangat berdedikasi namun menjadi korban dari kegagalan Daud mengendalikan dirinya. Di pusat catatan tentang para prajurit pahlawan berpengabdian mengagumkan ini diselipkan kisah mengharukan pengabdian seorang prajurit kepada rajanya dan kisah pengabdian sang raja kepada Raja mereka. Karena kasihnya kepada Daud, ia rela menempuh bahaya mencarikan air bagi rajanya. Kisah ini menceritakan tentang keberanian sang prajurit, kepemimpinan Daud yang mampu menginspirasikan kasih dan keberanian sang prajurit itu, sekaligus mengungkapkan kerendahan hati Daud yang mengalihkan cinta sang prajurit menjadi ungkapan ibadah umat bagi Tuhan. Daud bukan menolak dan menyia-nyiakan pengabdian prajuritnya, namun dengan penuh syukur Daud mengalihkan pengabdian sang prajurit kepada Allah, Raja segala raja, satu-satunya yang patut menerima pengabdian hidup dari umat-Nya. Renungkan: Bukan hanya kesatuan dan persatuan yang pemimpin perlu usahakan, tetapi kemampuan memberikan inspirasi tentang arti mengabdi kepada yang dipimpin karena hidup pemimpin sendiri adalah pengabdian total kepada Tuhan. |
(0.10379851632653) | (1Taw 14:1) |
(sh: Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai? (Jumat, 8 Februari 2002)) Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai?Bagaimana tahu bahwa Allah menyertai? Penyertaan Allah adalah hal yang sangat menentukan dalam hidup. Disadari atau tidak, dengan cara benar atau salah, sejak manusia jatuh ke dalam dosa dan tersesat dari hadirat Allah, isu penyertaan Allah ini penting dan dicari orang. Terlebih dalam kepemimpinan seperti yang Daud pikul. Bagaimanakah kita tahu bahwa Allah menyertai? Bagian ini memberikan kita empat petunjuk tentang penyertaan Allah. Pertama, penyertaan Allah datang dan terbukti dalam dukungan pihak-pihak yang sebenarnya tidak tergolong di pihak "kita". Daud sekian lama telah berhasil menegakkan kekuasaannya dengan menaklukkan lawan-lawannya. Semua itu dilakukannya bersama para pembantunya. Namun, kini dalam membangun istana, bantuan datang dari pihak bukan Israel, yaitu dari raja Tirus. Dukungan dan pengakuan luas dari dunia luar adalah kenyataan bahwa Allah menyertai. Kedua, meski dalam sudut pandang Perjanjian Baru pernikahan hanya terjadi dengan seorang pasangan hidup saja, dalam bagian ini penyertaan Tuhan nyata dalam kesuburan Daud yang menghasilkan banyak keturunan pewaris kerajaannya. Ketiga, kemenangan berikut yang Daud peroleh atas Filistin terjadi karena sikap Daud yang selalu bertanya-tanya akan kehendak dan pimpinan Allah. Tidak semua keberhasilan dapat dijadikan bukti bahwa Allah menyertai. Kemenangan ini Daud peroleh karena Daud tidak bertindak menuruti ambisinya sendiri atau mengandalkan kemampuan perangnya semata. Sikap bertanya dan meminta penyertaan Allah ini adalah unsur dan bukti terpenting penyertaan Allah. Bergantung dan bertindak sesuai kehendak Allah adalah bukti terpenting bahwa kita dan Allah ada dalam hubungan yang serasi. Keempat, penyertaan Tuhan tidak hanya terbatas pada perasaan batin seperti damai sejahtera dan kesukaan, tetapi ke luar dalam bentuk pengakuan dari pihak lain. Dalam hal Daud, namanya menjadi masyhur dan bangsa-bangsa lain menjadi takut karena Allah beserta dia. Renungkan: Bukti penyertaan Tuhan adalah akibat dan bukan tujuan. Yang harus kita cari adalah penyertaan Tuhan bukan bukti atau tandanya. |
(0.10379851632653) | (1Taw 18:1) |
(sh: Tuhan yang memberikan kemenangan (Kamis, 14 Februari 2002)) Tuhan yang memberikan kemenanganTuhan yang memberikan kemenangan. Pasal ini menunjukkan karya dan penyertaan Tuhan dalam peluasan kerajaan Daud. Tuhan memberikan kemenangan demi kemenangan ke dalam tangan Daud. Bila kita melihat peta Palestina zaman itu, bagian ini memetakan kemenangan Daud ke segala penjuru sekitar Israel. Daud berhasil memperlebar sayap kekuasaannya, ke Barat Daya, Tenggara, Timur, bahkan jauh sampai ke Utara, dengan menaklukkan Gat (Filistin), Amalek, Moab, Amon, Aram. Kemenangan-kemenangan itu memaksa juga Zoba untuk mengakui kekuasaan Daud. Momen ini sedemikian penting dalam sejarah Israel, sebab saat itu, bangsa itu benar-benar berhasil menaklukkan musuh-musuhnya. Kemenangan-kemenangan tersebut menyatakan bahwa di bawah seorang pemimpin yang sungguh memuliakan Tuhan dan bertindak dalam pimpinan Tuhan, bangsa itu dengan mudah meraih janji-janji Tuhan. Apakah prinsip sederhana: memuliakan dan menaati Tuhan membawa keberhasilan, lalu membuat Daud mengabaikan hal-hal seperti strategi perang, administrasi negara, dan berbagai prinsip ketatanegaraan lainnya? Tidak. Dia tidak saja maju memerangi dan menaklukkan, tetapi sesudah itu Daud menempatkan pasukan-pasukan pendudukan (ayat 6,13) dan mengambil tindakan yang melumpuhkan kekuatan militer musuh-musuhnya (ayat 4). Daud tidak saja berkonsentrasi pada peluasan wilayah kekuasaannya, tetapi juga memperhatikan dua hal prinsip dalam pengaturan kekuasaan itu. Pertama, tujuan kekuasaan itu, dan kedua bagaimana menata kekuasaan tersebut. Tujuan kekuasaan bagi Daud bukanlah memperkaya diri sendiri. Tetapi, menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah. Daud mempersembahkan kekayaannya untuk kelak membangun Bait Allah, dan Daud menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya. Kekuasaan Daud berlangsung dalam pengaturan negara secara baik (ayat 14-17). Kerajaannya ditata ke dalam tiga departemen dengan dua panglima militer, dua staf administrasi dan empat orang imam. Renungkan: Pernahkah Anda mendaftarkan keberhasilan-kegagalan Anda dalam kaitan dengan ketaatan Anda kepada Tuhan dan bagaimana Anda mengatur relasi-relasi Anda dengan sesama dan gaya hidup Anda? |
(0.10379851632653) | (1Taw 27:1) |
(sh: Para pemimpin Israel (Sabtu, 23 Februari 2002)) Para pemimpin IsraelPara pemimpin Israel. Daud tidak hanya membagi tugas untuk pelaksanaan ibadah di bait Allah, untuk pemerintahan daerah, tetapi juga untuk lingkungan istananya sendiri. Sistem pembagian tugas dalam pemerintahan Daud rapi dan teratur. Ada 4 bagian besar. Pertama, pembagian pasukan yang bertugas menjaga dan melayani raja per bulan (ayat 1-15). Setiap bulan ada satu pasukan berjumlah dua puluh empat ribu orang dengan satu pemimpinnya bertugas. Bulan berikutnya pasukan lain yang menggantikan tugas. Demikianlah selama setahun satu pasukan hanya bertugas satu bulan. Ini mungkin bukan sistem yang lazim dalam dunia modern. Tetapi, harus diingat bahwa ini bukan pasukan tentara seperti zaman modern, namun tenaga bakti yang melayani untuk kepentingan negara. Pembagian kedua adalah untuk kepala-kepala suku di Israel (ayat 16-24). Ada tiga belas kelompok, termasuk Lewi, lalu keturunan Harun disebutkan secara khusus, suku Manasye disebutkan dua kali, separuh-separuh, dan suku Efraim. Tetapi, tidak disebut sama sekali suku Gad dan Asyer, anak-anak Yakub dari budaknya Lea. Pengangkatan kepala-kepala suku menjadi pejabat ini kemungkinan menunjukkan terjadinya kemajuan dalam sistem pemerintahan dari pola kesukuan ke pola awal ketatanegaraan. Pembagian ketiga adalah untuk pengawasan bagi berbagai bidang yang berhubungan dengan kesejahteraan raja dan isi istananya, seperti mandor di gudang makanan dan kebun-kebun anggur (ayat 25-31). Mereka disebut juga pengawas harta milik raja. Pada bagian akhir pasal ini disebutkan juga tentang penasihat raja (ayat 32-33), yaitu orang yang memberikan masukan dan pertimbangan kepada raja di dalam mengambil keputusan. Peranan penting penasihat raja bisa dilihat pada peristiwa pemberontakan Absalom (ayat 2Sam. 16-17). Pembagian tugas seperti ini menunjukkan keteraturan dalam bidang manajemen pemerintahan raja Daud. Renungkan: Dalam sebuah pemerintahan, yang terpenting bagi kita bukanlah tipe manajerialnya, melainkan fungsi yang dijalankannya. Ia harus menghasilkan pelayanan yang maksimal bagi kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. |
(0.10379851632653) | (1Taw 29:20) |
(sh: Pemerintahan bagi Allah (Rabu, 27 Februari 2002)) Pemerintahan bagi AllahPemerintahan bagi Allah. Daud tidak hanya memuji Allah sendirian, namun mengajak semua jemaat (ayat 20). Di sini ditunjukkan pentingnya ibadah kepada Allah dalam komunitas pascapembuangan, sekaligus hubungan yang erat antara raja dengan ibadah Bait Suci. Pada hari berikutnya, semua orang berkumpul untuk mengangkat Salomo menjadi raja (ayat 21-25). Pertama, ditunjukkan proses persiapan penahbisan Salomo (ayat 21-22a). Rakyat mempersembahkan berbagai macam kurban (ayat 21). Untuk menekankan kesatuan, dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan demi seluruh Israel (ayat 21). Sebagaimana Daud didukung oleh seluruh rakyat, penahbisan Salomo pun demikian. Selain persembahan kurban, dilakukan pula pesta dengan sukacita karena seorang raja akan diangkat dan persiapan pembangunan Bait Suci sudah lengkap. Kedua, Salomo diangkat sebagai raja (ayat 22b-25). Zadok, yang mengurapi Salomo, dinyatakan sebagai imam untuk kerajaan Daud. Status Zadok amat penting karena nantinya Yosua, seorang keturunan Zadok, bersama-sama Zerubabel, seorang keturunan Daud, akan membangun kembali Bait Suci pada periode awal pascapembuangan. Salomo akhirnya naik takhta. Ia makmur (ayat 23) dan ditinggikan (ayat 25), menunjukkan bahwa Allah begitu memberkatinya dan menyetujui pengangkatannya. Ia juga adalah raja Israel yang paling memiliki keagungan kerajaan (lih. 2Taw. 1:12). Di atas semuanya ini, kualitas pemerintahan Salomo dinyatakan. Setiap orang Israel tunduk pada pemerintahannya (ayat 23) dan meninggikan dia (ayat 25). Demikian pula, semua anak buah Daud mendukung pemerintahan yang baru ini, menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Daud dan Salomo. Kerajaan Salomo sama idealnya dengan kerajaan Daud, dan akan menjadi model pula bagi komunitas pascapembuangan. Sebagai penutup, penulis Tawarikh merangkumkan pemerintahan Daud (ayat 26-28a), mencatat pengganti Daud (ayat 28b), dan menunjukkan catatan-catatan pendukung lainnya (ayat 29-30). Di sini ditunjukkan lagi kemuliaan Daud yang berumur panjang dan memiliki kemuliaan yang besar (ayat 28). Komunitas pascapembuangan meneladani model kerajaan Daud dalam pemulihannya. Renungkan: Ketika Anda memerintah kehidupan Anda sendiri atau memerintah orang lain, biarlah Allah yang menjadi pemerintah Anda! |
(0.10379851632653) | (2Taw 3:15) |
(sh: Penyelesaian yang istimewa (Sabtu, 11 Mei 2002)) Penyelesaian yang istimewaPenyelesaian yang istimewa. Penulis Tawarikh melanjutkan dengan menggambarkan balai depan rumah (ayat 3:15-17). Dua tiang yang didekorasi dengan buah delima dan untaian rantai menjadi fokus. Tiang di sebelah kanan dinamai Yakhin yang berarti “Allah meneguhkan”. Tiang di sebelah kiri dinamai Boas yang berarti “Kekuatan ada di dalam Dia (Allah)”. Tiang-tiang ini adalah semacam tampilan luar untuk apa yang ada di dalam rumah itu, tampilan kemuliaan. Bangsa Israel, komunitas pascapembuangan, harus mengingat bahwa kehadiran Allah saja yang dapat menjadi kekuatan, keamanan, pengharapan, dan kemenangan mereka. Penulis melanjutkan penjabarannya dengan menunjukkan bagaimana rumah itu diselesaikan. Pertama, di dalam ruang imam di dalam bait suci (ayat 4:1-6). Di sana ditaruh mezbah tembaga dengan ukuran yang sangat besar (ayat 9x9x4,5 m). Penjelasan tentang “laut” menunjukkan besarnya wadah tersebut, dengan diameter 2,3 meter, 13,3 meter bundar keliling, dan kapasitas penampungan sampai 66 ribu liter air. Dua belas lembu yang menopangnya mungkin menyimbolkan 12 suku Israel. Disebutkan juga adanya 10 bejana pembasuhan. “Laut” adalah untuk pembasuhan imam, sedangkan bejana adalah untuk pembasuhan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembakaran kurban. Kedua, di dalam ruang utama (ayat 4:7-8). Di sana terdapat 10 kandil emas, bukan hanya 1 seperti dalam kemah suci Musa (Kel. 40:4). Sebagai tambahan, dibuat pula 100 bokor penyiraman emas. Ketiga, kembali dalam ruang imam (ayat 4:9-10). Di sini dibedakan antara pelataran dan ruang imam itu sendiri. Pelataran dimaksudkan untuk para oran g awam yang beribadah, sedangkan ruang imam hanya untuk imam-imam dan orang-orang Lewi. Akhirnya rumah itu selesai (ayat 5:1). Salomo memasukkan perbendaharaan bait Allah milik Daud. Komunitas pascapembuangan perlu meneladani mereka. Renungkan: Jika Anda mengerjakan pelayanan bagi Allah, janganlah mengerjakannya setengah hati. Anda mendapatkan kepercayaan yang luar biasa. Karena kerjakanlah pelayanan itu dengan tulus, setia dan konsisten sampai akhir. |
(0.10379851632653) | (2Taw 5:2) |
(sh: Kehadiran yang istimewa (Minggu, 12 Mei 2002)) Kehadiran yang istimewaKehadiran yang istimewa. Salomo memulai tahap dedikasi bait Allah (ayat 5:2-7:10). Ia mengumpulkan para pemimpin Israel yang akan membawa tabut perjanjian Allah ke Yerusalem. Mereka mewakili seluruh Israel (ayat 5:3). Tabut ini sangat penting untuk mengingatkan hak dan tanggung jawab sebagai umat Allah, serta tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Ada 3 bagian dalam pasal 5:4-6:2. Pertama, jemaah menuju ruang mahakudus (ayat 5:4-6). Prosesi mencakup para tua-tua, orang-orang Lewi, para imam, Salomo, dan seluruh Israel. Fokusnya adalah para imam (ayat 5:5). Mereka membawa tabut, kemah pertemuan, dan semua barang kudus yang tertinggal di Gibeon. Tak ada lagi pemisahan antara penyembahan di Yerusalem dan Gibeon. Kedua, penempatan tabut perjanjian di ruang mahakudus oleh para imam (ayat 5:7-10). Lukisan tentang kerub-kerub muncul lagi, dengan sayap yang panjang sehingga dapat terlihat dari ruang kudus. Komentar bahwa kayu-kayu itu masih di tempatnya sampai hari ini (ayat 5:9) perlu dicermati. Ketika kitab ini ditulis, bait Allah Salomo sudah hancur dan tabut perjanjian sudah lama hilang. Mungkin penulis hanya menyalin teks yang berasal dari zaman ketika bait Allah masih berdiri. Tabut itu adalah tabut yang sama waktu zaman Musa (ayat 5:10). Jadi, tabut itu menghubungkan kemah pertemuan Musa dan bait Allah Salomo. Ketiga, ibadah perayaan di luar ruang mahakudus (ayat 5:11-6:2). Peserta perayaan termasuk para imam dan orang Lewi bernyanyi serentak, memuji kebaikan Tuhan. Renungkan: Ucapan syukur adalah respons yang sepantasnya dinaikkan untuk kehadiran dan kasih Allah. |
(0.10379851632653) | (2Taw 13:1) |
(sh: Kemenangan karena perjanjian Allah (Selasa, 21 Mei 2002)) Kemenangan karena perjanjian AllahKemenangan karena perjanjian Allah. Yehuda yang dipimpin raja Abia jelas tidak sebanding dengan Israel yang dipimpin raja Yerobeam. Selain jumlah tentara Abia hanya separuh tentara Yerobeam, tentara Yehuda itu adalah orang “pilihan” karena keberanian, bukan pasukan elit gagah perkasa seperti yang dimiliki Israel (ayat 4). Karena itu ketika memutuskan untuk berperang, Abia tidak mengandalkan kekuatan militernya melainkan kekuatan iman.Strategi penentu kemenangan Abia atas Israel tepat bila disebut sebagai strategi iman, atau lebih tepat strategi iman kepada firman perjanjian Allah. Kata-kata yang ditujukannya kepada Yerobeam bukan saja menantang Israel untuk serius tunduk kepada firman Allah tetapi juga merupakan ungkapan keyakinan iman Abia atas kebenaran Firman Allah tersebut. Beberapa hal perlu kita cermati dari isi ucapan Abia ini. Pertama, ia mengingatkan bahwa rencana Allah yang kekal untuk Israel berlaku atas garis keturunan Daud di Yehuda dan bukan atas kerajaan utara yang berasal dari pemberontak yang melawan keturunan Daud (ayat 6-7). Perjanjian Allah atas Daud kekal sifatnya seperti yang dimeteraikan dengan perjanjian garam. Dalam Taurat Musa, perjanjian yang serius dan mengikat dilambangkan dengan upacara yang menggunakan garam (bdk. Im. 2:13; Bil. 18:19). Jadi, Abia mengklaim janji kekal Allah yaitu bahwa Israel bukan di pihak pemenang karena bukan di pihak penerima perjanjian Allah (ayat 7-9). Kedua, Abia membandingkan ketidaktaatan dan kemurtadan Israel dengan ketaatan dan kesetiaan Yehuda (ayat 9-12). Penerima perjanjian sejati bukan sekadar status tetapi penghayatan. Faktanya, Israel telah membuang tata ibadah yang diatur dalam Taurat. Hanya Yehuda yang memeliharanya dengan setia (ayat 11). Berdasarkan kenyataan itu, Abia yakin bahwa Allah beserta Yehuda dan akan menggenapi janji kekal-Nya (ayat 12). Ketika perang tak bisa dihindari lagi, Abia berseru kepada Tuhan dan Allah menjawab (ayat 18). Renungkan: Keterhisaban kita dalam perjanjian kekal Allah pasti akan berbuah dalam sikap iman yang setia dan taat serta kesungguhan berjuang seiring dengan keyakinan terhadap perjanjian tersebut. |
(0.10379851632653) | (2Taw 18:1) |
(sh: Sikap hati mendua (Jumat, 21 Juni 2002)) Sikap hati menduaSikap hati mendua. Kecenderungan hati manusia yang mendua antara salah dan benar tergambar jelas dalam diri raja Yosafat. Ia harus memilih antara ajakan raja Ahab yang didukung oleh dukungan empat ratus orang nabi-nabinya sendiri yang adalah para nabi palsu, dan nubuat serta peringatan dari Mikha yang memaparkan secara gamblang akibat-akibat fatal bila mereka maju memerangi Ramot-Gilead. Mengawinkan putranya dengan putri Raja Ahab adalah tindakan salah pertama yang Yosafat buat. Sebenarnya tidak perlu ia mengatur perkawinan politis tersebut sebab Allah telah cukup memberkatinya. Kesalahan kedua adalah mendengarkan ajakan Ahab untuk menyerbu Ramot-Gilead yang dikuasai oleh orang-orang Aram. Meskipun Yosafat mendesak untuk menanyakan kehendak Tuhan, namun reaksi pertamanya yang kelak memang akan dilakukannya juga adalah segera menyambut ajakan itu dengan antusias (ayat 3b). Berpikir menurut hikmat duniawi tampaknya telah sedemikian mempengaruhi Yosafat, apalagi ajakan Ahab itu kemudian didukung oleh dukungan suara terpadu empat ratus nabi palsu Ahab. Kesalahan ketiga adalah puncaknya ketika ia pergi maju berperang bersama Ahab meskipun Mikha, nabi Allah sejati itu telah menyindir (ayat 14) dan memberi peringatan gamblang tentang akibat fatal yang akan terjadi (ayat 15-22). Akibat mendengarkan nubuat palsu mengerikan sekali. Ahab mati terbunuh meski sudah men yamar sebelumnya, hanya Yosafat selamat sebab Allah mengintervensi karena rencana-Nya untuk Yehuda. Kata kerja "mengajak" (ayat 2) dan "membujuk" (ayat 30) dalam bahasa Ibraninya adalah sama. Ajakan salah menyeret orang pada kesesatan dan kehancuran, sedangkan ajakan benar berasal dari Tuhan sumber keselamatan. Sayang bahwa Yosafat tidak tegas dan konsisten mencari kebenaran. Syukurlah bahwa rencana Tuhan meluputkan dia dari jalan salah yang telah dipilihnya. Renungkan: Untuk tetap dalam jalan Tuhan tidak cukup hanya menguji setiap tawaran dan pilihan dengan saksama. Tindakan itu harus diiringi dengan kebulatan hati menolak semua yang salah dan menaati suara Tuhan meski tidak populer sekalipun. |
(0.10379851632653) | (2Taw 19:1) |
(sh: Menerima pengajaran Tuhan (Sabtu, 22 Juni 2002)) Menerima pengajaran TuhanMenerima pengajaran Tuhan. Yosafat sungguh seorang raja yang saleh. Kesalahannya menerima ajakan Ahab telah membuatnya menerima banyak pelajaran dari Tuhan. Pertama, tindakan Tuhan menyelamatkan dia dari maut tentulah membekas dalam. Kedua, adalah teguran tegas Yehu, pelihat yang menyampaikan Firman Allah yang membuat Yosafat bertobat dan beroleh kesempatan untuk memperbaiki diri. Firman Allah tidak hanya membongkar yang salah, tetapi juga mengokohkan yang benar (ayat 3). Pertobatan dan transformasi sejati hanya terjadi bila firman Allah leluasa memandu kehidupan. Salah satu nilai tambah dari raja Yosafat adalah ia sangat memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Dia merasakan denyut kehidupan rakyatnya dengan beranjangsana ke daerah-daerah sambil mengajak seluruh rakyat untuk hanya menyembah Tuhan saja. Dari anjangsananya inilah ia melihat ada banyak masalah yang bisa muncul dalam kehidupan mereka, dari yang kecil sampai yang berskala besar. Karena itu, perlu ada orang-orang yang bisa menjadi penengah, orang-orang yang bijak dan adil, untuk menyelesaikan perkara-perkara yang muncul di tengah masyarakat. Melalui mereka syalom -- damai sejahtera -- yang dari Tuhan bisa dirasakan oleh semua pihak. Tidak semua orang boleh diangkat menjadi hakim karena mereka harus memenuhi standar atau kualifikasi kehidupan rohani yang tinggi yakni takut akan Tuhan, bertindak saksama, tidak curang, tidak suka menerima suap (ayat 7), setia, tulus (ayat 9), dan bersikap tegas (ayat 11). Penegakan keadilan di masyarakat bukan sekadar masalah kemasyarakatan, teta pi ma salah pengejawantahan keadilan Tuhan sendiri yang menjamin kesejahteraan umat (ayat 10). Kepedulian Yosafat akan keadilan membuatnya mengangkat hakim-hakim yang sesuai persyaratan Tuhan itu. Renungkan: Para hakim yang dipilih oleh Yosafat bukan saja para pemvonis orang-orang yang berperkara. Mereka adalah orang-orang yang terpanggil untuk mewujudnyatakan keadilan Tuhan, tetapi sekaligus menjadi orang-orang yang harus membawa damai sejahtera Allah. Bukankah Kristen pun sepatutnya berfungsi membawa damai dan memperjuangkan keadilan? |
(0.10379851632653) | (2Taw 32:20) |
(sh: Allah menghukum keangkuhan (Selasa, 9 Juli 2002)) Allah menghukum keangkuhanAllah menghukum keangkuhan. Dengan singkat penulis Tawarikh menyebutkan bahwa raja Hizkia dan nabi Yesaya berdoa. Melalui bagian ini penulis Tawarikh ingin menunjukkan bahwa harapan-harapan Salomo kepada bait Allah dipenuhi. Ketika Israel terdesak, maka raja (dan pemimpin lainnya) berseru kepada Allah atas nama umat dari Yerusalem (bait Allah), dan Allah menyelamatkan Israel. Untuk kesekian kalinya, penulis Tawarikh menggunakan sejarah Israel untuk memberi contoh, bahwa Allah mendengar dan menjawab doa. Bahkan Allah tidak hanya menghancurkan bala tentara Sanherib, tetapi juga mengaruniakan kepada Hizkia keamanan bagi bangsa itu. Contoh kedua adalah raja Hizkia sendiri. Pada saat Allah menyembuhkan Hizkia dari penyakitnya, ia malah menjadi angkuh dan tidak berterima kasih (ayat 25a). Akibatnya, baik Hizkia maupun Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka Allah (ayat 25b). Tidak dijelaskan pada ayat ini apa yang terjadi. Namun, berbeda dengan Sanherib, Hizkia bersama-sama dengan penduduk Yerusalem mau bertobat dan merendahkan diri mengakui dosa-dosa mereka di hadapan Allah, sehingga "murka Tuhan tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia" (ayat 26). Pada akhirnya, penulis Tawarikh menyimpulkan raja Hizkia sebagai raja yang perbuatan-perbuatannya setia (ayat 32). Kesetiaannya ini berbuahkan berkat yang besar dari Allah (ayat 27-31). Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa berkat Allah itu secara khusus ditujukan kepada seluruh Israel. Kesetiaan Hizkia kepada Allah mencerminkan juga kesetiaan umat. Berkat bagi Hizkia dan kejayaan Hizkia berarti kejayaan Yehuda juga. Penulis Tawarikh sekali lagi ingin menampilkan gambaran bangsa yang ideal, yang sesuai dengan kriteria Allah untuk diteladani orang-orang Yehuda yang baru kembali dari pembuangan, bangsa yang rajanya setia, dan kerajaannya diberkati oleh Allah. Renungkan: Seperti pemaparan Wahyu, semua kesombongan para penguasa dunia akan dihancurkan, dan Allah pasti akan menghukum mereka. Pengharapan Kristen adalah supaya dirinya terus setia dan berharap kepada Tuhannya. |
(0.10379851632653) | (2Taw 34:1) |
(sh: Apa dan bagaimana memulai reformasi (Kamis, 11 Juli 2002)) Apa dan bagaimana memulai reformasiApa dan bagaimana memulai reformasi. Melalui tokoh raja Yosia, penulis Tawarikh memberikan satu lagi teladan bagi orang-orang Yehuda pascapembuangan. Reformasi yang dilakukan oleh raja Yosia menjadi teladan bagi mereka, seperti yang terlihat dalam dua langkah penting yang diambil Yosia. Langkah pertama adalah bertindak tegas terhadap dosa-dosa terdahulu. Yosia mulai mencari Tuhan pada saat yang sangat muda, tetapi juga saat ketika ia mulai dapat mengambil keputusan secara mandiri sebagai raja (ayat 3a). Permulaan yang baik ini menuntunnya untuk bertindak tegas, menghancurkan semua bentuk ibadah kepada berhala di Yerusalem, di Yehuda, dan pada saat melemahnya kekuatan Asyur, juga di antara suku-suku Israel Utara (ayat 3b-7). Tidak ada kompromi bagi dosa yang selalu menjadi titik lemah untuk orang-orang Israel. Penulis Tawarikh menyatakan bahwa Yosia ingin "menahirkan negeri dan rumah Tuhan" (ayat 8). Tindakan ini juga mencerminkan keinginan Yosia agar Yehuda tidak terjatuh ke dalam dosa yang sama pada masa pemerintahannya. Menyeluruhnya tindakan pembersihan ini juga menunjukkan keikutsertaan rakyat untuk bertobat. Ini tentunya menjadi teladan bagi mereka yang kembali dari pembuangan ke Babel, yang adalah penghukuman Allah justru atas dosa ini. Hal kedua adalah kesadaran dalam diri untuk segera membawa bangsanya kembali kepada Allah, hanya beribadah kepada Allah, dan melakukannya dengan cara yang benar (ayat 8-13). Usaha tersebut dilakukan tidak hanya melalui menghancurkan berhala, tetapi juga dengan membangun, bahkan memotivasi rakyat dari Yerusalem sampai Efraim untuk memberikan kontribusi bagi perbaikan bait Allah (ayat 9). Selain itu, penulis Tawarikh juga menyebutkan pengaturan yang cukup saksama yang dilakukan oleh Yosia untuk memperbaiki bait Allah (ayat 8-13). Perhatian yang saksama dan dukungan Yosia bagi perbaikan bait Allah ini, juga patut diteladani para pemimpin Yehuda. Renungkan: Bertobat berarti berhenti berkompromi terhadap dan memberi celah bagi dosa, serta terus mengarahkan diri kepada ibadah dan kekudusan yang berkenan bagi Allah. |
(0.10379851632653) | (2Taw 36:11) |
(sh: Akhir dari kerajaan Yehuda (Selasa, 16 Juli 2002)) Akhir dari kerajaan YehudaAkhir dari kerajaan Yehuda. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan kemenungan bagi para pembaca kisah ini. Pertama, dosa telah merasuki kehidupan Israel secara menyeluruh pada zaman raja Zedekia (yang juga mencerminkan zaman-zaman dari para raja sebelumnya). Dalam hal kepemimpinan, raja Zedekia telah berdosa karena melakukan yang jahat, tidak merendahkan diri di hadapan Allah (ayat 12), mengeraskan hati, dan tidak berbalik kepada Tuhan (ayat 13). Dalam hal keagamaan, para pemimpin, termasuk para imam, bersama-sama dengan rakyat juga berdosa menyembah berhala dan menajiskan bait Allah (ayat 14). Para pemimpin bersama rakyat juga meremehkan peringatan, himbauan, dan firman Tuhan melalui para nabinya (ayat 12b,15-16). Bahkan juga dalam hal lingkungan hidup, karena rupanya seluruh bangsa Yehuda tidak menaati perintah untuk membiarkan tanah tidak ditanami satu tahun setiap tahun ketujuh (tahun sabat), demi menjaga kesuburan tanah tersebut (ayat 21). Akibat dosa-dosa ini adalah penghukuman dari Allah. Inilah hal kedua yang perlu kita perhatikan, yaitu bagaimana Tuhan bertindak. Penulis Tawarikh jelas menunjukkan bahwa Tuhan telah "berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umat-Nya" (ayat 15). Allah juga yang menggerakkan raja Kasdim/Babel untuk menjadi instrumen penghukuman Allah (ayat 16-17). Namun, karya Allah tidak hanya sampai pada memperingatkan lalu menghukum saja. Allah juga memulihkan umat-Nya setelah masa hukuman itu selesai. Catatan penulis Tawarikh mengenai tahun sabat bagi tanah menyiratkan satu hal, bahwa tanah Israel beristirahat selama pembuangan, demi persiapan bagi kedatangan para penghuni baru, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan (ayat 21). Tuhan jugalah yang menggerakkan raja Persia, Koresy, untuk mengeluarkan dekritnya yang terkenal, yang memungkinkan pemulangan orang Yehuda ke tanah mereka (ayat 22-23). Renungkan: Mengakui bahwa Allah adalah Allah yang mahakasih dan mahaadil, berarti menerima bahwa Allah menghukum dan mendisiplinkan mereka yang dikasihinya. |
(0.10379851632653) | (Neh 2:11) |
(sh: Gaya kepemimpinan Nehemia (Senin, 13 November 2000)) Gaya kepemimpinan NehemiaGaya kepemimpinan Nehemia. Mengapa begitu banyak kegiatan besar yang menghabiskan waktu dan tenaga berlalu tanpa membuahkan hasil yang memadai? Salah satu sebab kegagalannya adalah kelalaian sang pemimpin untuk mendapatkan data yang akurat. Sebelum berbicara dengan pemuka masyarakat di Yerusalem, Nehemia pergi sendiri untuk menyelidiki dengan saksama segala sesuatunya. Inilah teladan pertama dari gaya kepemimpinan Nehemia. Teladan kedua yang dapat kita ambil adalah sebagai pemimpin ia tidak memakai gaya memerintah namun ia 'membagikan visi' yang ia miliki kepada orang-orang yang akan bekerja sama dengan dirinya. Memang tidak mudah bagi seseorang yang mempunyai visi untuk memotivasi orang lain agar mau turut serta mewujudnyatakan visi yang ia miliki. Namun Nehemia mempunyai pendekatan yang tepat dalam menularkan visinya. (1) Ia membeberkan dengan jelas tantangan dan masalah yang dihadapi (17). (2) Ia melihat masalah itu bukan sebagai urusan 'kalian', tetapi sebagai urusan 'kita' (17). Ia mengidentifikasikan dirinya dengan saudara-saudaranya yang sengsara di Yerusalem. (3) Ia mengajak saudara-saudaranya untuk mengambil tindakan yang nyata (17). (4) Ia memberikan kesaksian yang meyakinkan dan membangkitkan semangat mereka bahwa Tuhan telah menolongnya dan akan senantiasa menolongnya (18, 20). Teladan ketiga dari gaya kepemimpin Nehemia adalah kedekatannya dengan Tuhan. Ini adalah salah satu kunci keberhasilan perwujudan visinya menjadi sebuah realita. Ia peka terhadap suara Tuhan sehingga rencana pembangunan tembok ini 'diberikan Allah dalam hatinya' (11). Tantangan dan ejekan dari kerajaan tetangga pada awal pelaksanaan pembangunan tembok Yerusalem dapat dihadapi juga berkat keyakinannya akan kuasa Tuhan: Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Renungkan: Sebagai pemimpin rohani yang efektif, Nehemia secara realistis mengevaluasi setiap masalah dan kesulitan yang dihadapi. Namun ia tidak membawa dirinya dan orang yang dipimpinnya terfokus pada masalah yang dihadapi, melainkan terfokus kepada kekuasaan Allah. Ia berusaha membangun keyakinan diri dan semangat diri berlandaskan kekuasaan Allah. Bagaimana ciri kepemimpinan kita selama ini di gereja, kantor, rumah tangga, dan pelayanan? |
(0.10379851632653) | (Neh 6:1) |
(sh: Tantangan dan jalan keluar (Minggu, 19 November 2000)) Tantangan dan jalan keluarTantangan dan jalan keluar. Seringkali pekerjaan Allah yang indah dan luar biasa diawali dengan kerja keras dan penuh tantangan, bukan pertentangan. Hal ini wajar, karena Iblis tidak pernah tinggal diam dan membiarkan karya Allah yang luar biasa terjadi atas kehidupan anak-anak-Nya. Iblis berusaha menghambat dan melemahkan semangat, namun bagi Kristen yang tekun dan bersandar pada kekuatan Tuhan pasti akan diberkati dan dijadikan berhasil. Pembangunan kembali tembok Yerusalem yang telah mencapai hasil yang sangat mengagumkan nyaris gagal karena niat jahat Sanbalat dan Tobia. Berbagai cara mereka pakai: mulai dari mengolok-olok, membujuk, mengancam, melontarkan fitnah, hingga cara 'rohani' yang tidak rohani sama sekali yaitu memakai nabi palsu untuk mengucapkan nubuat palsu. Semua cara itu dimaksudkan untuk menggagalkan misi Nehemia. Namun sejauh itu Nehemia tetap sanggup melewati masa krisis itu karena pimpinan Tuhan. Hal-hal lain yang memampukan Nehemia menepis semua niat jahat musuhnya: pertama, Nehemia sadar bahwa yang sedang dikerjakannya adalah pekerjaan besar dari Allah sendiri (3). Konsentrasi Nehemia terfokus pada karya Tuhan dalam proses pemulihan umat Allah yang besar itu. Kedua, Nehemia mengabaikan berita palsu dan tetap konsisten pada kemurnian hati. Nehemia sama sekali tidak mempedulikan desas- desus yang diciptakan oleh lawannya. Ia tetap terus bekerja. Ketiga, kesadaran akan peranannya di hadapan Allah (11). Sekalipun nabi yang meminta, Nehemia peka dan jauh lebih taat pada ketetapan Allah daripada mendengar persekongkolan kotor nabi- nabi palsu itu. Akhirnya pekerjaan itu selesai dengan begitu fantastik dan mengagumkan (15). Mengapa? Karena pekerjaan itu dilaksanakan bersama Allah. Renungkan: Ketika kita perlu menjalankan sebuah misi pelayanan, kita dapat meneladani Nehemia dalam kesetiaan dan ketekunannya. Bacaan untuk Minggu ke-23 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 446 |
(0.10379851632653) | (Neh 7:4) |
(sh: Harus dimulai oleh gerakan Allah (Selasa, 21 November 2000)) Harus dimulai oleh gerakan AllahHarus dimulai oleh gerakan Allah. Dalam masa-masa pemulihan kota Yerusalem yang sudah hancur berantakan, sangat penting bagi Nehemia untuk mempunyai rencana yang tepat dan matang. Setelah tembok selesai dibangun, pintu- pintu gerbang telah didirikan, dan orang-orang yang berkompeten dan berintegritas sudah diangkat untuk tugas-tugas selanjutnya, Nehemia tidak tergesa-gesa melakukan tindakan selanjutnya. Ia masih melihat ada masalah internal di Yerusalem yang harus segera diselesaikan yaitu kota yang luas dan besar itu ternyata hanya berpenduduk sedikit dan masih banyak dari antara mereka yang belum mempunyai rumah, namun Nehemia menunggu sampai Allah menyatakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Maka Allah memberitahukan kepada Nehemia rencana selanjutnya yaitu mengumpulkan para pemuka, para penguasa, dan rakyat untuk mencatat silsilah mereka. Tindakan Nehemia ini bukan suatu kesombongan ataupun kepongahan seperti yang pernah dilakukan Daud dahulu, sebab Allahlah yang memberikan petunjuk untuk melakukan pencatatan silsilah orang-orang yang kembali dari pembuangan. Hal ini memperlihatkan kualitas kepemimpinan Nehemia yaitu ia selalu memulai dari gerakan Allah terlebih dahulu, kemudian bertindak berdasarkan rencana dan gerakan Allah tersebut. Hasilnya sungguh luar biasa. Daftar silsilah orang yang pulang dari pembuangan ini memberikan informasi kepada Nehemia tentang tempat tinggal para keluarga yang pulang dari pembuangan itu. Informasi ini berguna bagi Nehemia untuk menempatkan beberapa dari mereka di Yerusalem kelak (11:1-36). Misi yang dimulai dari gerakan Allah ini memperlihatkan kepada kita pelajaran yang indah dalam karya Allah. Tembok memang penting bagi perlindungan, pertahanan, dan martabat sebuah bangsa, namun aspek yang lebih mendasar adalah penempatan kembali bangsa Israel di Yerusalem. Prinsip ini memperlihatkan bahwa manusia tetap menjadi fokus utama dalam kelanjutan karya Allah di dunia. Renungkan: Inilah teladan bagi gereja-gereja masa kini dalam menjalankan misinya. Ada 2 hal mendasar yang harus selalu kita ingat ketika menjalankan suatu pelayanan Kristen. Pertama apakah pelayanan ini dimulai oleh gerakan Allah? Kedua, apakah pelayanan ini mempunyai fokus kepada manusia? |