Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 143 ayat untuk berjanji (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.44) (Kej 17:1) (sh: Perjanjian Allah dan respons iman (Senin, 3 Mei 2004))
Perjanjian Allah dan respons iman

Tiga belas tahun menunggu, masih belum juga janji keturunan digenapi. Malah TUHAN datang lagi untuk meneguhkan janji-Nya. Kali ini dimulai dengan perintah, "Hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela" (ayat 2).

Dalam penantian yang panjang itu Abram sekali lagi men-dapatkan peneguhan dan dituntut merespons dengan tepat. TUHAN mengubah nama Abram menjadi Abraham (= bapak bagi banyak ...; 5), dan Sarai menjadi Sara (= putri bangsawan; 15) sebagai tanda bahwa Abraham akan sungguh-sungguh melahirkan bangsa-bangsa (ayat 6), dan ada ikatan perjanjian kekal antara TUHAN dengan keturunan Abraham yang khusus (ayat 7), dan tanah Perjanjian itu akan menjadi milik mereka selamanya (ayat 8).

Dari pihak Abraham diharapkan respons berupa memberi diri disunat (ayat 9-14). Sunat merupakan upacara ritual penyucian untuk pernikahan. Dengan memberi diri disunat seseorang berjanji menjunjung tinggi kesucian pernikahan. Dalam konteks perjanjian ini, sunat adalah tanda perjanjian dari pihak Abraham dan keturunannya bahwa mereka akan memelihara kesucian hidup supaya layak dalam persekutuan dengan TUHAN.

Pada pasal 17 ini kata perjanjian diulang terus menerus (sebelas kali pada ayat 1-14) menunjukkan keseriusan TUHAN akan janji-Nya kepada Abraham. Seserius itu pula Abraham dituntut merespons dengan iman dan ketaatan.

Waktu Tuhan memang tidak sama dengan waktu kita. Tuhan memiliki bijaksana-Nya sendiri yang sering kita tidak mampu mengerti. Namun, dengan percaya bahwa Dia tidak pernah ingkar janji, kita patut merespons dengan iman dan ketaatan. Yaitu, taat untuk tetap setia dalam kekudusan dalam hidup ini, bertekun menantikan penggenapan janji Allah, tanah surgawi.

Untuk dilakukan: Ketaatan kepada Allah sebagai respons iman harus diwujudkan. Saya akan melakukan __________________ sebagaimana komitmen saya pada waktu lampau.

(0.44) (Ul 1:1) (sh: Belajar dari sejarah (Selasa, 22 April 2003))
Belajar dari sejarah

Bangsa Israel telah berkeliling-keliling padang gurun selama empat puluh tahun. Banyak kesalahan yang telah mereka lakukan, banyak hukuman yang telah mereka tanggung. Akhirnya kini mereka sampai di sebelah timur Sungai Yordan dan siap memasuki Tanah Kanaan. Musa pun berbicara dengan emosi yang kuat kepada bangsa Israel. Ia menginginkan agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan memberontak kepada Tuhan. Musa menyampaikan pidatonya dengan mengingatkan bangsa Israel akan sejarah, bukan hanya sejarah mereka, tetapi sejarah mereka di tangan Tuhan. Dengan mengingat masa lalu, Musa memberikan fondasi yang kuat bagi mereka untuk melangkah menapaki waktu.

Hanya 11 hari sebenarnya perjalanan dari Gunung Sinai menuju Kadesy. Sayang, kebebalan bangsa Israel membuat mereka harus balik arah dan menunda tiga puluh delapan tahun untuk masuk ke Tanah Kanaan. Namun demikian, Tuhan telah berjanji, bahkan bersumpah kepada nenek moyang mereka (ayat 8) bahwa mereka akan mendapatkan tanah perjanjian itu. Tidak ada sumpah yang lebih dapat dipercaya daripada sumpah Tuhan.

Dalam perjalanan waktu, hari demi hari telah mereka lalui bersama Tuhan, dalam pergumulan, dalam sukacita, dalam kemarahan, dalam kebergantungan. Apa yang perlu mereka pelajari dari sejarah? Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Kenyataan bahwa Musa kemudian membentuk pasukan-pasukan sesuai usul Yitro menunjukkan bahwa ada organisasi yang kuat dalam masyarakat Israel, bukan hanya sipil, tetapi juga militer. Sebenarnya Tuhan telah mempersiapkan bangsa Israel sedemikian rupa. Segalanya telah tersedia -- hanya hati mereka yang masih tertinggal di Mesir.

Renungkan: Biarkanlah sejarah membaca kehidupan Anda -- biarkanlah sejarah menunjukkan bahwa kehidupan Anda ada di dalam tangan Tuhan yang baik!

(0.44) (Ul 4:25) (sh: Mengambil jarak (Selasa, 29 April 2003))
Mengambil jarak

Musa kini memperingatkan agar orang-orang Israel tidak lupa diri ketika mereka sudah enak tinggal di Tanah Kanaan. Karena kecenderungan Israel yang sering memberontak, Musa memperingatkan dengan keras agar mereka taat kepada Tuhan untuk tidak membuat patung dan menyembahnya, meskipun demi nama Yahweh. Langit dan bumi dipanggil menjadi saksi sebagai suatu pengesahan perjanjian bahwa bangsa Israel akan dihukum. Mereka di sini dikatakan akan disapu habis, tetapi ini adalah sebuah gaya bahasa yang keras -- dalam ayat 27, kita melihat bahwa tidak semua dari mereka akan dibasmi Allah karena ketidaktaatan. Menyembah patung itu sendiri adalah sebuah hukuman. Bila Israel tidak mau menyembah Allah, mereka hanya akan dapat menyembah patung yang bisu dan tuli.

Kesia-siaan menyembah patung itu seyogyanyalah akan membuat Israel kembali kepada Tuhan. Allah yang dikatakan sebagai pencemburu dan tidak sabar (ayat 24) di sini disebutkan sebagai Allah yang penuh belas kasih. Dalam budaya Timur Dekat purba, jika seorang raja menganugerahkan tanah kepada seorang hamba dan keturunannya, tanah itu tidak akan beralih meskipun ada keturunan hamba itu yang berbuat salah. Hanya orang yang berbuat salah itu yang akan dihukum -- tanahnya tetap menjadi milik keturuan mereka. Ketika Allah berjanji kepada Abraham bahwa Ia akan memberikan tanah perjanjian kepada keturunannya, janji itu juga tak pernah dibatalkan (ayat 31), hanya mereka yang bersalah akan dihukum.

Allah adalah satu-satunya Allah yang layak untuk disembah. Allah adalah Allah yang begitu mengasihi bapa-bapa leluhur Israel. Ia sendiri (harfiah: dengan wajah-Nya) yang membebaskan mereka dari Mesir (ayat 38), tanpa memakai perantaraan malaikat.

Renungkan: Ambillah "jarak" dari situasi Anda agar Anda mengingat siapa diri Anda dan siapa Tuhan yang Anda sembah.

(0.44) (Ul 5:22) (sh: Seruan serius dari Allah (Jumat, 2 Mei 2003))
Seruan serius dari Allah

Kitab Ulangan ini ditulis pada akhir masa pelayanan Musa, ketika ia berada di daerah Moab sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan segera menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua (ayat 1:5). Musa sebagai perantara yang telah dipilih untuk menyampaikan Firman Tuhan (ayat 23-27; 30-31) bertekad untuk mempersiapkan Israel memasuki Kanaan dengan mengingatkan mereka akan peristiwa khusus ketika perjanjian Tuhan diberikan.

Musa mengingatkan, bahwa pada saat itu mereka mendengar firman itu disampaikan dengan dahsyat: [1] yang secara langsung bersumber dari Tuhan; [2] berotoritas atas seluruh Israel; [3] dinyatakan dengan kemegahannya; [4] diberikan secara menyeluruh dan tuntas; serta [5] dituliskan dalam bentuknya yang stabil dan permanen (ayat 5:22). Pada peristiwa itu Israel takut dan menghormati Tuhan (ayat 23-26,28), serta berjanji untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan (ayat 27). Namun, pada perjalanan selanjutnya mereka gagal. Sikap takut dan hormat hanyalah sesaat. Hal inilah yang mendorong Musa dengan setia menyuarakan jeritan hati Tuhan bagi kegagalan umat-Nya: "Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, …" (ayat 29).

Inilah gambaran natur manusia berdosa yang dipanggil dalam komunitas milik Allah. Komitmen yang dibuat dengan sungguh-sungguh dan bersumber dari perasaan takut kepada Tuhan, dapat dengan cepat berubah dan terlupakan. Untuk memelihara kesetiaan tersebut diperlukan adanya abdi Allah yang dengan setia menyerukan jeritan hati Tuhan agar umat kembali berpegang dan berjalan sesuai dengan firman.

Renungkan: Semua kita masih harus berjuang melawan pencobaan dari luar dan kecenderungan dosa di dalam diri kita. Jangan ikuti dorongan hati atau ajakan apa pun bila tidak jelas apakah itu sesuai dengan firman-Nya.

(0.44) (Ul 9:1) (sh: Menerobos kesombongan (Kamis, 8 Mei 2003))
Menerobos kesombongan

Kecenderungan orang selalu berpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu untuk Tuhan, maka Tuhan akan memberikan imbalannya. Di sini jelaslah satu hal: manusia terlalu memiliki harga diri yang tinggi sehingga tidak siap menerima sesuatu tanpa melakukan apa- apa. Dengan kata lain, manusia tidak pernah siap untuk menjadi seperti pengemis di hadapan Allah yang mahakaya. Manusia masih merasa bisa membayar Tuhan -- dan dengan demikian bisa menyombongkan dirinya.

Seruan berikutnya kepada bangsa Israel adalah kembali dengan formulasi syema yang terkenal -- dengarlah Israel. Artinya, dengarlah untuk taat! Mereka perlu mendengarkan dan mengamini bahwa Tuhan akan mengerjakan dengan pasti suatu perkara besar. Bahkan Allah juga memberikan jaminan sebagai satu-satunya Allah yang berkuasa. Ialah yang akan berperang bagi bangsa Israel. Itu semua akan dilakukan Allah karena Allah telah berjanji kepada bapa-bapa leluhur Israel, dan Ia tidak pernah berdusta.

Bahaya lain yang akan dihadapi bangsa Israel, adalah kesombongan. Mereka bisa berpikir bahwa karena kesetiaan dan karena kebaikan merekalah maka mereka mendapatkan semua kebahagiaan itu. Musa menyatakan bahwa bukan demikian kebenarannya. Allah memberikan tanah itu karena janji-Nya yang berdaulat kepada para bapa leluhur, bukan karena kesetiaan mereka -- karena mereka sebenarnya tegar tengkuk. Ini kelihatannya bertentangan dengan apa yang sudah kita baca sebelumnya bahwa ketaatan adalah syarat agar mereka dapat menaklukkan Kanaan (lih. mis., 4:1; 6:18-19). Syarat itu berlaku mulai saat ini (lih. 10:16, BIS). Ketaatan adalah sesuatu yang harus, namun itu bukan alasan mengapa Allah memberikan Kanaan kepada mereka.

Renungkan: Semua yang baik yang kita terima dalam hidup ini adalah karena anugerah Tuhan semata. Berkat Tuhan tidak bisa kita beli dengan kebaikan kita!

(0.44) (Ul 11:16) (sh: Menjejakkan kaki (Senin, 12 Mei 2003))
Menjejakkan kaki

Hidup adalah sebuah pilihan dan segala sesuatu di dalamnya juga merupakan pengambilan keputusan. Sebagaimana kita melangkah dengan kaki kita, setiap detik kita melangkah dengan hidup kita, dengan diri kita seutuhnya. Kita menjejakkan kaki tidak hanya dalam pemahaman ruang dan waktu, tetapi juga di dalam dimensi situasi. Apakah kita akan menguasai situasi itu atau akankah kita kehilangan kekuatan kita untuk memilih?

Musa memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka tidak boleh tergoda mengikuti allah-allah Kanaan ketika mereka nanti berada di sana. Jika mereka jatuh ke dalam penyembahan berhala, maka secara spiritual mereka telah dikalahkan. Mereka menduduki Kanaan secara fisikal, tetapi faktanya budaya dan agama Kanaan menduduki hati dan kepala mereka. Karena itu, Musa menginginkan agar bangsa Israel memperhatikan hukum-hukum Tuhan dengan lekat dan saksama. Ini adalah syarat agar bangsa Israel bisa bertahan di tanah yang dijanjikan Tuhan. Kita melihat bahwa Tuhan menginginkan agar bangsa Israel menjejakkan kaki mereka, baik dalam dimensi ruang, waktu, dan situasi berdasarkan firman Allah. Bangsa Israel harus memenangkan kehidupan ini dengan pemilihan berdasarkan ketaatan kepada Allah.

Allah berjanji akan memberikan kekuatan kepada bangsa Israel, melebihi kapasitas dan kelayakan mereka. Mereka adalah bangsa yang kecil, namun Tuhan akan membuat mereka besar di hadapan bangsa-bangsa. Mereka akan membuat semua orang takut ketika kaki mereka menyentuh bumi (ayat 25). Pilihannya adalah berkat dan kutuk -- untuk apa mereka memilih allah-allah yang kekuatannya belum terbukti (ayat 28)?

Renungkan: Dalam setiap saat dan situasi kehidupan Anda, Anda bisa memilih untuk taat kepada Allah atau menaati nafsu dan kebodohan Anda sendiri.

(0.44) (Ul 30:1) (sh: Jangan sia-siakan kasih setia Allah (Rabu, 14 Juli 2004))
Jangan sia-siakan kasih setia Allah

Berulang kali anak itu mengecewakan ibunya, berulang kali pula ibunya mengampuni. Suatu saat, anak itu bertanya, "Ibu, masih adakah pengampunan bagiku? Apakah aku boleh mencoba lagi taat kepadamu?" Ibunya menjawab dengan berlinang air mata, "Anakku, selama matahari masih terbit, selama itu juga pengampunanku." Puji Tuhan! Kasih setia-Nya jauh melebihi kasih seorang ibu.

Bangsa Israel patut bersyukur memiliki Tuhan yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Walaupun hukuman adalah konsekuensi dosa, namun Tuhan menginginkan bangsa Israel bertobat. Bahkan setelah penghukuman diturunkan, pemulihan disediakan. Allah bukan hanya berjanji memulihkan mereka yang bertobat dan memberkati dengan limpah (ayat 3-5,9), Allah bahkan akan mengubah hati mereka supaya mampu mengasihi-Nya (ayat 6) dan menaati firman-Nya (ayat 8). Puji Tuhan, kesanggupan untuk mengasihi dan taat kepada firman-Nya berasal dari Allah sendiri.

Namun bangsa Israel harus memilih untuk taat. Bangsa Israel tidak bisa berdalih, bahwa perintah Allah terlalu tinggi untuk diraih dan terlalu jauh untuk dijangkau. Sebab firman-Nya dekat kepada bangsa Israel. Yang penting adalah sikap hati yang mau taat kepada-Nya (ayat 11-14). Sekali lagi Allah memperhadapkan Israel dengan pilihan (ayat 15,19-20) janji berkat untuk ketaatan mereka (ayat 15-16), atau ancaman kutuk untuk kekerasan hati mereka (ayat 17-18).

Sama seperti Israel harus memilih, kita pun diminta untuk memilih. Tuhan menginginkan agar kita memilih taat pada firman-Nya. Kita bisa menikmati segala berkat-Nya dalam Yesus Kristus. Namun kita harus memilih untuk mengasihi Dia, taat kepada firman-Nya, dan melakukan perintah-Nya untuk dapat menikmati berkat itu.

Renungkan: Berkat Tuhan dan kasih setia-Nya tersedia bagi setiap anak-Nya yang memilih untuk taat kepada firman-Nya dan melakukan perintah-Nya. Jangan sia-siakan kasih setia Allah.

(0.44) (1Raj 5:1) (sh: Waktunya Allah (Jumat, 30 Juli 2004))
Waktunya Allah

Sebuah proyek yang hendak diwujudkan memerlukan persiapan yang tepat dan perlu memperhitungkan waktu, bahan, tenaga dan dana serta hal-hal lain yang diperlukan secara cermat untuk menyukseskan proyek tersebut.

Ketika Salomo telah diurapi menjadi raja menggantikan ayahnya, dan Allah telah mengaruniakan keamanan kepada negerinya, maka Salomo ingin mendirikan Bait Allah. Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa Salomolah yang akan membangun Bait Allah. Salomo mengirim utusan kepada Hiram, raja Tirus yang bersahabat dengan ayahnya, Daud (ayat 1-4). Dengan hikmat dari Allah, Salomo menjalin komunikasi yang baik dalam menyampaikan keinginannya kepada Hiram, raja Tirus untuk membangun Bait Allah. Sebagai hasilnya, Hiram memberikan dukungan dengan mengirimkan kayu Sanobar untuk proyek mendirikan Bait Allah (ayat 7-10). Bukan hanya kayu yang disediakan oleh Hiram, tetapi ia juga menyediakan batu untuk dipahat bagi pembangunan tersebut.

Apakah yang dapat kita pelajari dari persiapan Salomo dalam mendirikan Bait Allah? Pertama, Salomo dengan hikmat mengatur semua persiapan pembangunan Bait Allah dengan baik. Kedua, Salomo menggunakan bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diupayakannya sendiri. Ketiga, Salomo mengetahui bahwa waktu pembangunan Bait Allah sudah tiba.

Persiapan secara tepat sangat diperlukan untuk pembangunan Bait Allah. Namun di samping persiapan yang dilakukan, diperlukan juga kepekaan untuk mengetahui apakah saat ini merupakan "waktunya Allah" untuk membangun Bait Allah. Salomo memiliki kepekaan untuk mengetahui bahwa keamanan yang dikaruniakan Allah merupakan tanda "waktunya Allah" untuk mempersiapkan pembangunan Bait Suci.

Renungkan: Orang Kristen perlu memiliki kepekaan dalam melihat waktu Tuhan, bukan saja dalam pembangunan rumah Allah (gereja), tetapi dalam segala aspek hidup. Melakukan sesuatu dalam "waktunya Allah" menghasilkan keberhasilan.

(0.44) (Ayb 8:1) (sh: Terlalu luas untuk dipahami (Senin, 22 Juli 2002))
Terlalu luas untuk dipahami

Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan bahkan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman akan diberikan bagi kita yang tidak menaati kehendak-Nya (Mzm. 1). Inilah pemahaman Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan - sebuah pemahaman yang benar, namun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad terus mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana saja, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik. Tuhan tidak mungkin keliru menjatuhkan vonis-Nya dan Ayub memang layak menerima hukuman ini. Ini adalah sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna.

Namun, ada segi-segi lain dalam hukum ini yang perlu kita pertimbangkan. Kemakmuran bukan pertanda bahwa Tuhan memberkati kita dan kesusahan bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum kita. Rencana dan karya-Nya terlalu luas untuk dikotakkan dalam hukum ini. Sebagai Allah, Ia memiliki kebebasan untuk berbuat sekehendak hati-Nya dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita tentang Allah yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan. Kebebasan Allah tidak sama dengan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang kudus. Jadi, segala tindakan-Nya tidak akan tercemari oleh dosa dan tidak akan termuati oleh maksud jahat.

Sewaktu kesusahan menimpa kita, janganlah kita tergesa-gesa memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya karena Ia terlalu luas untuk dicerna oleh otak kita yang terlalu kecil ini.

Renungkan: Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah terkenal, berkata,"Kemurahan Tuhan kerap kali datang ke pintu hati kita mengendarai seekor kuda hitam yang bernama Penderitaan." Kesusahan tidak senantiasa berarti kemarahan Tuhan; ada kalanya kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan.

(0.44) (Mzm 61:1) (sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004))
Memuji Tuhan, mengapa tidak?

Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya.

Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat 2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat 4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya.

Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya.

Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu.

(0.44) (Ams 2:1) (sh: Bersumpah sebelum bersaksi (Selasa, 18 November 2003))
Bersumpah sebelum bersaksi

Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, selain saksi berjanji untuk mengatakan yang benar dan hanya yang benar, ia juga membutuhkan pertolongan Tuhan. Saya menyukai isi sumpah ini karena dalam pernyataannya, kebenaran dan Tuhan dikaitkan bersama. Si saksi mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan Tuhan untuk mengatakan kebenaran. Memang dapat kita simpulkan, orang yang mencari kebenaran adalah orang yang sedang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang sedang mencari kebenaran (ayat 1-9). Hikmat tidak bertumbuh di tanah yang kotor. Hikmat tidak akan muncul dari hidup yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Hikmat adalah buah hidup yang benar. Secara khusus pada bagian Firman Tuhan ini, kita belajar bahwa hikmat adalah penangkal terhadap kejahatan dan perzinahan (ayat 10-19). Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan memanggilnya “kesempatan”.

Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar (ayat 20-21).

Renungkan: Kebenaran pasti melahirkan kebenaran, dan dosa pasti melahirkan dosa.

(0.44) (Yes 30:18) (sh: Tuhan menjanjikan keselamatan (Sabtu, 18 September 2004))
Tuhan menjanjikan keselamatan

Keinsyafan akan dosa dan pertobatan sering terjadi saat seseorang berada di jurang terdalam akibat dosa-dosanya. Itulah yang terjadi dengan Israel. Perubahan itu bukan hukum alam semesta, tetapi karena Allah menunjukkan belas kasih-Nya kepada mereka yang berseru kepada-Nya (ayat 18-19).

Penderitaan yang mereka alami tidak saja menyatakan hukuman dari Allah yang kudus, tetapi juga membongkar kesia-siaan berharap kepada sumber lain selain Allah. Hukuman Allah bertujuan mengajarkan kebenaran, bukan menghancurkan umat Allah. Seumpama guru yang baik, Allah tidak bersukacita karena umat-Nya menderita hukuman, tetapi menanti-nanti munculnya keinsyafan yang membawa mereka kepada pertobatan. Oleh karena itu, Dia tetap mendampingi umat-Nya (ayat 20-21). Dan setelah umat-Nya bertobat, Ia akan segera melepaskan mereka dari hukuman tersebut. Ketika mereka berbalik kepada-Nya, Allah berjanji memulihkan mereka dari penderitaan akibat dosa (ayat 23-26). Tanaman dan ternak mereka akan kembali melimpah, alam akan memancarkan curahan cahaya kasih agung Allah. Sebaliknya, keadaan yang berbeda akan dialami oleh musuh-musuh Israel. Benteng-bentengnya akan dikepung dan orang-orangnya dibunuh. Allah akan menyuruh angin mendahului-Nya bagaikan banjir setinggi leher yang menghanyutkan segalanya. Ia akan membinasakan bangsa-bangsa, dan menggagalkan semua rencana mereka yang jahat (ayat 27-28). Semua hal ini akan terjadi pada waktu Allah membalut dan menyembuhkan luka umat-Nya yang sudah dihukum-Nya (ayat 31-32).

Tuhan sangat mengasihi kita. Kasih-Nya begitu besar bagi kita sehingga mengaruniakan pengampunan yang berlimpah. Kalau Tuhan "memukul" kita, itu berarti Dia masih menyayangi kita, dan tetap mengasihi kita. Hukuman Tuhan itu memiliki tujuan supaya kita tidak semakin jauh dari-Nya.

Renungkan: Kasih Tuhan tidak berkesudahan bagi kita. Belajarlah untuk tidak melupakannya. Belajarlah juga tetap berjuang demi perbaikan bangsa kita.

(0.44) (Yes 38:1) (sh: Kematian. (Minggu, 6 Desember 1998))
Kematian.

Setiap orang, tua maupun muda, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, pada suatu saat harus mengalami kematian. Raja Hizkia gelisah, bahkan amat ketakutan. Apalagi melalui Yesaya, Allah memperingatkan kepadanya, bahwa penyakit yang dideritanya tidak tak akan sembuh, bahkan akan segera membawanya kepada kematian (ayat 1-2). Dengan putus asa, Hizkia berpaling kepada Allah menangis dengan amat sangat. Sekalipun semasa hidup orang-orang telah berusaha berbuat kebajikan dalam hidupnya, tetapi tetap kematian itu dianggap sangat mengerikan karena ternyata kebajikannya tidak dapat menutupi perbuatan dosa di hadapan Allah (ayat 3).

Allah mengubah rencana? Kematian memang sangat menakutkan. Apakah ada janji pengharapan yang melepaskan orang dari kematian? Tidak ada! Namun, pengecualian terjadi pada Hizkia sekalipun kematian itupun tak dapat dihindari. Ketika Allah mendengar jerit tangis dan melihat air mata kesungguhan Hizkia, memohon penundaan kematiannya, Allah berjanji akan memperpanjang umurnya hingga lima belas tahun lagi (ayat 5). Pengharapan sempurna hanya dapat diperoleh bila kita menggantungkan mutlak pengharapan kepada Allah.

Mati adalah keuntungan. Untuk banyak orang, kematian sering menimbulkan dilema. Apa yang Hizkia rasakan, juga dirasakan oleh Paulus. Namun karena Kristus sudah menjadi satu-satunya tujuan dan prinsip hidup Paulus, hidup atau mati sama siap dijalaninya dengan suka. Mati tidak dihadapinya dengan takut, tetapi sebagai perjumpaan dengan Kristus dalam kemuliaan. Dan setiap orang kelak akan menemui ajalnya. Saat sebelum kematian tiba adalah kesempatan bagi orang Kristen untuk menjalani saluran berkat menyaksikan Kristus bagi orang lain. Hidup manusia sangat berharga, karena itu sayang sekali bila seseorang menemui ajal tanpa kesempatan mendengar Injil. Inilah tanggung jawab Kristen yaitu berkomitmen setia kepada Kristus, bersaksi bagi-Nya, melayani-Nya dan sesama manusia.

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih kehidupan kekal yang telah kami miliki. Kami merindukan saat untuk berjumpa dengan Engkau dalam kemuliaan-Mu yang kekal.

(0.44) (Yes 39:1) (sh: Akibat melupakan Allah (Selasa, 28 September 2004))
Akibat melupakan Allah

Seseorang yang pesawatnya hendak jatuh memohon pertolongan Tuhan sambil berjanji jika selamat maka ia akan memberikan persembahan sukarela sebesar gaji satu bulan dan persembahan perpuluhan setiap bulan. Namun, ia lupa setelah Tuhan menolongnya.

Sungguh menyedihkan membaca kisah Hizkia di nas ini. Ia telah mengalami pertolongan Tuhan, tetapi cepat melupakannya karena raja Babel. Merodakh-Baladan (raja Babel) mengirimkan utusannya mengunjungi Hizkia di Israel (ayat 1). Tujuannya adalah turut bergembira karena Hizkia telah sembuh. Hizkia merasa tersanjung dengan kunjungan kenegaraan ini sebab pada saat itu Babel adalah negara yang kuat. Akan tetapi, Babel juga merupakan musuh Israel. Tindakan Hizkia memperlihatkan seluruh kerajaannya merupakan tindakan bodoh (ayat 2). Yesaya diutus Tuhan untuk memberitahukan firman Tuhan tentang Hizkia, yaitu "segala yang disimpan oleh nenek moyangmu akan diangkut ke Babel" (ayat 6); "Keturunan Hizkia akan dibawa ke Babel sebagai tawanan" (ayat 7) (band. Dan. 1:1-7). Dengan demikian, tindakan Hizkia ini sama dengan "menjual" keturunannya dan bangsa Israel kepada Babel. Respons Hizkia terhadap nubuat Nabi Yesaya adalah "lain di mulut lain di hati" (ayat 8). Hal ini menunjukkan bahwa Hizkia melupakan Tuhan dan semua pertolongan-Nya yang pernah ia alami, yakni ketika campur tangan Tuhan meluputkan Yerusalem (Yes. 36-37) dan menyembuhkan sakit kerasnya (Yes. 38).

Apa yang kita pelajari dari kegagalan Hizkia? Ia melupakan Tuhan. Akibat perbuatannya ini dirasakan oleh keturunannya bahkan rakyat Israel. Seorang pemimpin yang bertingkah laku keliru berpengaruh kepada orang-orang yang dipimpinnya. Orang Kristen pada masa kini juga dapat melupakan Tuhan karena banyak hal, seperti sahabat, kekasih, suami/istri, jabatan dan pangkat, uang dan barang berharga, dll. Sepadankah menukarkan kepercayaan pada Yesus dengan hal yang sementara?

Renungkan: Belajarlah dari tindakan Hizkia agar kita tidak melupakan Tuhan! Melupakan Tuhan berakibat fatal bagi masa depan kita dan keluarga.

(0.44) (Yes 44:1) (sh: Allah adalah Raja! (Minggu, 07 Februari 1999))
Allah adalah Raja!

Gambaran yang diberikan mengenai Tuhan Allah Israel tidak lagi sekadar yang menjadikan, membentuk, menolong dan memilih Israel, tetapi Ia adalah juga Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam. Sekalipun demikian agung dan mulianya Tuhan, namun Ia tetap dekat dengan umat-Nya.

Janji Allah dan jaminan-Nya. Secara keseluruhan Yesaya 44 merupakan satu bagian yang di dalamnya Allah mengingatkan kembali status bangsa Israel dan janji pemulihan-Nya. Ia mencurahkan apa yang menjadi kebutuhan jasmani umat-Nya dan mencurahkan Roh dan berkat-berkat-Nya atas keturunan Israel. Akibat pencurahan Roh Allah itu selain tanah akan diberkati (4), akan tumbuh suatu generasi yang bersaksi bahwa mereka adalah milik Allah (5), mereka adalah hamba Allah. Allah bukan sekadar berjanji, tetapi memeteraikan janji-Nya dengan kedaulatan penuh.

Hidup dalam berkat-Nya. Mengalami berkat-berkat yang nyata dari Tuhan dalam kehidupannya membuat Israel menyadari arti pentingnya kedudukan sebagai kepunyaan Tuhan. Semua yang dialami Israel dalam hubungannya dengan Tuhannya itu menjadi dasar bagi Israel untuk menyaksikan kesetiaan dan kuasa Tuhan: "Bahwa Tuhan Allah yang memanggil mereka sebagai umat-Nya dan mau menjadi Tuhan bagi mereka, Dialah satu-satunya Allah yang hidup. Tidak ada Allah lain selain daripada TUHAN, Dia pulalah yang menghidupkan umat dalam berkat-Nya.

Janji Allah untuk Gereja-Nya. Seperti halnya bangsa Israel tak mampu mengubah kondisinya dengan kekuatan sendiri, demikian juga gereja maupun Kristen perorangan. Janji pemulihan Allah itu berlaku kekal, dan berkat Allah itu mencakup segala segi kehidupan. Karena itu marilah kita beri seluruh bakti dan cinta kita kepada-Nya saja.

Doa: Tuhan, buatlah kami percaya akan janji-Mu yang akan memulihkan keadaan kami. Kami memegang janji-Mu, semata karena Engaku sendiri menyatakannya.

(0.44) (Yes 54:1) (sh: Kasih setia Allah (Senin, 22 Agustus 2005))
Kasih setia Allah

Jarang kita temui suami yang bersedia mengampuni dan menerima kembali istrinya yang sudah berselingkuh. Namun, jika hal tersebut terjadi maka hubungan suami istri itu akan dipulihkan. Inilah yang terjadi pada hubungan Allah dan Israel, istri yang tidak setia itu.

Nas ini menegaskan ulang kasih setia Tuhan yang kekal. Dosa dan hukuman tidak membatalkan perjanjian kasih Allah kepada umat-Nya (ayat 7, 8, 10). Penolakan Allah atas umat-Nya hanya sesaat saja. Masa hukuman berupa kehilangan Tanah Perjanjian karena Israel dibuang ke Babel akan berakhir. Allah kembali menebus umat-Nya dan memulihkan mereka pada kedudukannya yang semula sebagai istri (ayat 4-9).

Pemulihan itu berarti umat Israel memperoleh kembali hak dan kewajibannya sebagai umat Allah (ayat 1-3). Mereka akan kembali ke Tanah Perjanjian yang diduduki musuh. Israel akan berkembang kembali menjadi bangsa yang besar dan tidak akan mendapat malu lagi. Mereka akan bangga menyatakan diri sebagai umat Allah sebab Sang Penebus adalah Allah yang berkuasa atas bangsa-bangsa. Kedudukan mereka pun tidak akan goyah sebab Allah yang meneguhkannya.

Kota Yerusalem akan dibangun kembali dengan batu-batu pilihan yang akan menjadikan kota itu indah dan kokoh (ayat 11-12). Kekokohannya itu dibuktikan dengan tidak satu senjata musuh pun yang berhasil menembusnya. Hasil pemulihan Allah bagi Israel adalah mereka mampu berdiri teguh. Hal ini bukan karena tembok-tembok kokoh dan indah itu, tetapi karena Israel dibangun dari kebenaran Allah (ayat 15-17).

Oleh kasih setia Allah kita mendapatkan pengampunan dan pemulihan. Allah berjanji memelihara dan melindungi kita dari ancaman musuh yang mau menghancurkan iman kita. Kebenaran Allah menjadi benteng perlindungan yang kokoh.

Tekadku: Oleh karena kasih setia Allah, aku akan sungguh-sungguh mengikut Dia dan menegakkan kebenaran-Nya dalam hidupku.

(0.44) (Yes 55:1) (sh: Undangan keselamatan (Selasa, 23 Agustus 2005))
Undangan keselamatan

Panggilan Allah kepada Israel untuk bertobat bukan untuk mengurangi kebahagiaannya. Sebaliknya, Allah hendak melimpahi mereka dengan segala berkat yang terbaik agar mereka memiliki hidup yang penuh sukacita, bermakna, dan berpengharapan.

Saat penyelamatan sudah tiba. Undangan keselamatan pun sudah diserukan. Tuhan berjanji siapa saja yang menyambut undangan tersebut akan menikmati hidup yang lebih baik daripada yang selama ini mereka alami (ayat 1-2). Tuhan meneguhkan janji-Nya itu memakai perjanjian abadi yang pernah diadakan-Nya dengan Raja Daud. Sama seperti Raja Daud menjadi agen Allah untuk menggembalakan Israel, umat-Nya (2Sam. 7:8), demikian pula kini umat Allah dipang-gil menjadi agen-agen-Nya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa (ayat 3-5).

Allah menuntut respons segera yang benar dari umat-Nya terhadap undangan tersebut. Umat-Nya harus mencari Allah dan meninggalkan dosa mereka agar pengampunan-Nya berlaku dan pemulihan-Nya dinyatakan (ayat 6-7). Inilah cara Allah menyelamatkan umat-Nya sesuai dengan firman-Nya. Cara Allah ini tidak selalu dimengerti umat-Nya, tetapi pasti efektif karena firman-Nya tidak mungkin gagal (ayat 8-11). Bila umat Allah merespons dengan benar, mereka akan bersukacita serta menikmati kembali berkat-berkat Allah bersama dengan segenap alam dan hidup mereka akan senantiasa memuliakan Allah (ayat 12-13).

Apakah yang akan seseorang peroleh tatkala ia menerima undangan keselamatan dari Allah? Pertama, ia akan menikmati hidup yang penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. Kedua, ia akan menjadi berkat bagi banyak orang dan hidupnya memuliakan Tuhan. Ketiga, hidupnya kembali harmonis serta berdamai dengan sesama manusia dan alam.

Camkan: Menolak undangan keselamatan berarti menutup diri terhadap anugerah Allah.

Siapa Kristen sejati?

(0.44) (Yeh 14:12) (sh: Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan (Senin, 30 Juli 2001))
Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan

Ketika berita bahwa penghukuman atas Yerusalem yang tidak dapat dielakkan diutarakan kepada bangsa Yehuda yang berada dalam pembuangan, mereka yang dalam pembuangan masih mencoba beragumentasi. Argumentasi mereka bukannya tidak berdasar sebab mereka menggunakan kebenaran firman Tuhan yang terdapat dalam Kejadian 18. Allah memperhatikan doa Abraham dan berjanji akan membatalkan penghukuman atas Sodom dan Gomora jika ada 10 orang benar hidup dalam kota Sodom. Terhadap Sodom saja Allah mau menunjukkan kemurahan-Nya apalagi terhadap bangsa-Nya yang sudah dipilih, dipanggil, dan diberikan tanah Perjanjian. Mereka berkeyakinan bahwa Allah pasti akan membatalkan penghukuman-Nya karena masih ada beberapa orang benar di Yerusalem. Apakah demikian?

Firman Allah kepada Yehezkiel menegaskan bahwa Yehuda yang ada di Yerusalem sudah sampai pada tahap dimana pengampunan tidak mungkin diberikan lagi. Pintu kesempatan sudah ditutup. Allah sangat serius dalam pernyataan-Nya sebab Ia menyebutkan tiga tokoh besar dalam sejarah Israel yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub. Mereka adalah orang yang setia dan taat kepada Allah walaupun situasi dan kondisi menekan dan memaksa mereka untuk berlaku tidak setia. Namun kebenaran mereka tidak dapat membatalkan penghukuman Allah atas Yehuda. Kebenaran seseorang tidak dapat menyelamatkan orang lain yang tidak benar. Allah sangat konsisten dengan prinsip ini. Walau penghukuman dijatuhkan, tetap akan ada orang-orang yang terluput dari penghukuman yaitu orang-orang yang benar (ayat 22- 23).

Ketika kita mencoba memahami dan menerima prinsip ini memang tidak mudah. Yehezkiel sendiri pun nampaknya bersedih atas apa yang akan menimpa Yehuda yang ada di Yerusalem. Allah dengan kesetiaan-Nya menjanjikan penghiburan yang akan membuat Yehezkiel memahami prinsip Allah (ayat 22-23).

Renungkan: Kesempatan tidak selalu ada. Keputusan Allah tidak selalu akan dapat kita pahami. Kita tidak perlu merisaukan dan memperdebatkan masalah itu. Prioritas utama kita adalah bagaimana agar kesempatan pertobatan atas bangsa kita tidak ditutup dan keputusan Allah yang kadang sulit untuk kita pahami tidak dijatuhkan.

(0.44) (Yeh 36:1) (sh: Tanah dan ranah (Selasa, 13 November 2001))
Tanah dan ranah

Tanah adalah berkah. Berkah adalah ranah (unsur atau elemen yang dibatasi) -- tiada berkah tanpa perbatasan. Ketika berkah tak lagi dianggap sebagai anugerah, kala tanah tak lagi dipertahankan cerah, di sanalah ranah dilanggar dan sang kafilah harus menanggung amarah.

Bagi bangsa Israel, tanah adalah sesuatu yang amat kudus -- jauh dari urusan broker seperti sekarang (lihat Im. 25). Tanah mengandung unsur rohani yang begitu dalam -- tanah Palestina adalah tanah Allah sendiri. Karena itulah tanah ini kudus: bukan karena pada dirinya sendiri tanah itu kudus, tapi karena Allah yang kudus memberikannya kepada Israel dan hadir di sana.

Mereka yang berada di Babel menangis. Tanah mereka dilalap habis oleh musuh yang bengis. Salah mereka sendiri. Mereka kemudian rindu rumah. Allah memberikan sepercik kebahagiaan lewat kata. Ia berjanji akan melawan musuh-musuh Israel. Edom akan dihancurkan dan tanah terjarah dapat kembali dihuni. Bangsa Israel akan mendapatkan kembali harta mereka yang sangat berharga. Keadaan akan kembali seperti dulu ketika Daud berkuasa, bahkan lebih daripada itu! Penderitaan bukan selama-lamanya. Harapanlah yang tinggal tetap.

Ayat 16-21 menunjukkan suatu keadaan yang sangat menyedihkan. Waktu kekudusan tanah dilanggar, kekudusan Allah dilanggar pula. Kenajisan Israel digambarkan seperti wanita sehabis menstruasi, menyebabkan Allah murka dan menarik berkah-Nya. Tanah itu tiada lagi dapat didiami. Bangsa Israel tersebar ke mana-mana. Hukuman Allah tersebut membawa akibat kedua: kini bangsa-bangsa lain mencemoohkan nama Allah sendiri. Musuh- musuh Israel berkata, "Di mana Yahweh? Bukankah Allah mereka tidak berkuasa?" Nama Allah pun dipermalukan.

Renungkan: Allah yang kudus telah memberikan banyak hal yang baik bagi kita. Kita perlu ingat bahwa setiap berkat memiliki batasnya: jangan menajiskan berkat itu! Berdoalah pada Tuhan agar Anda dapat menghargai anugerah-Nya, sehingga Anda terluput dari hukuman dan tidak mempermalukan Sang Pemberi Rahmat!



TIP #14: Gunakan Boks Temuan untuk melakukan penyelidikan lebih jauh terhadap kata dan ayat yang Anda cari. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA