Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 123 ayat untuk janji-Nya (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Yes 55:1) (sh: Undangan keselamatan (Selasa, 23 Agustus 2005))
Undangan keselamatan

Panggilan Allah kepada Israel untuk bertobat bukan untuk mengurangi kebahagiaannya. Sebaliknya, Allah hendak melimpahi mereka dengan segala berkat yang terbaik agar mereka memiliki hidup yang penuh sukacita, bermakna, dan berpengharapan.

Saat penyelamatan sudah tiba. Undangan keselamatan pun sudah diserukan. Tuhan berjanji siapa saja yang menyambut undangan tersebut akan menikmati hidup yang lebih baik daripada yang selama ini mereka alami (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1-2). Tuhan meneguhkan janji-Nya itu memakai perjanjian abadi yang pernah diadakan-Nya dengan Raja Daud. Sama seperti Raja Daud menjadi agen Allah untuk menggembalakan Israel, umat-Nya (2Sam. 7:8), demikian pula kini umat Allah dipang-gil menjadi agen-agen-Nya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">3-5).

Allah menuntut respons segera yang benar dari umat-Nya terhadap undangan tersebut. Umat-Nya harus mencari Allah dan meninggalkan dosa mereka agar pengampunan-Nya berlaku dan pemulihan-Nya dinyatakan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">6-7). Inilah cara Allah menyelamatkan umat-Nya sesuai dengan firman-Nya. Cara Allah ini tidak selalu dimengerti umat-Nya, tetapi pasti efektif karena firman-Nya tidak mungkin gagal (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">8-11). Bila umat Allah merespons dengan benar, mereka akan bersukacita serta menikmati kembali berkat-berkat Allah bersama dengan segenap alam dan hidup mereka akan senantiasa memuliakan Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">12-13).

Apakah yang akan seseorang peroleh tatkala ia menerima undangan keselamatan dari Allah? Pertama, ia akan menikmati hidup yang penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. Kedua, ia akan menjadi berkat bagi banyak orang dan hidupnya memuliakan Tuhan. Ketiga, hidupnya kembali harmonis serta berdamai dengan sesama manusia dan alam.

Camkan: Menolak undangan keselamatan berarti menutup diri terhadap anugerah Allah.

Siapa Kristen sejati?

(0.29) (Yer 33:14) (sh: Siapakah ‘Satria Piningit’ bagi Indonesia? (Selasa, 1 Mei 2001))
Siapakah ‘Satria Piningit’ bagi Indonesia?

Itulah pertanyaan yang dipergunjingkan oleh masyarakat Indonesia sejak lengsernya pemimpin orde baru. Namun pertanyaan yang lebih tepat sebetulnya adalah apakah satria piningit jawaban bagi pergumulan bangsa kita?

Bangsa Yehuda sedang berada dalam kondisi kritis. Tentara Babel sudah mengepung Yerusalem. Di tengah ketegangan itu, pastilah dalam hati mereka terbersit pertanyaan besar: siapakah yang dapat memulihkan mereka? Babel terlalu kuat bagi mereka sebab kerajaan Asyur yang begitu besar dan kuat pun tidak mampu melawannya. Memang Allah sudah memberikan janji pemulihan kepada mereka (32-janji-Nya&tab=notes" ver="">33:13), namun apalah artinya jika tidak ada tokoh yang akan memimpin mereka. Allah mengetahui segala pergumulan masa depan mereka. Allah juga tahu bahwa sebuah bangsa dapat hidup dengan tentram dan damai jika mereka senantiasa mempunyai raja yang melaksanakan keadilan dan kebenaran serta mempunyai kehidupan beragama yang tidak hanya sebagai aktivitas atau alat politik dari sang penguasa, namun kehidupan beragama yang membawa mereka bertemu dengan Allah. Karena itulah Allah memberikan janji-Nya lebih lanjut (15-17). Dua janji itu merupakan dua pilar utama bagi kelangsungan hidup mereka sebagai sebuah bangsa sekaligus umat Allah (17, 18, 22). Janji Tuhan sepasti datangnya siang dan malam pada waktunya (20-21, 25).

Apakah kedua pilar itu menunjuk kepada Ezra dan Nehemia, kedua tokoh yang membangun kembali Yehuda? Bukankah Ezra keturunan Lewi? Bukankah Nehemia seorang pemimpin pemerintahan? Tidak! Sebab Bait Allah kembali dihancurkan oleh Epiphanes IV. Lagi pula apakah mereka mampu membawa bangsa Yehuda menghadap hadirat Allah? Kedua pilar itu menunjuk kepada Yesus. Dialah tonggak bagi semua kerajaan dan pemerintahan. Dialah yang mempertemukan manusia dengan Allah. Kerajaan-Nya sampai sekarang masih kokoh.

Renungkan: Bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan seorang kepala pemerintahan yang cakap tapi juga keimaman Yesus dan pemerintahan-Nya dalam hati mereka. Misi kristen bukanlah mengkristenkan Indonesia namun memperkenalkan Yesus yang jauh melebihi satria piningit kepada seluruh rakyat Indonesia agar Yesus menjadi raja dan imam dalam hidup mereka.

(0.29) (Yeh 36:22) (sh: Dilarang Ge-eR (Rabu, 14 November 2001))
Dilarang Ge-eR

Merasa layak menerima sesuatu kadang diperlukan. Orang minder tak pernah merasa berhak mendapatkan apa-apa -- ini tidak sehat. Sayangnya, ada pula orang yang terlalu merasa diri layak. Siapa yang suka mengajak makan orang yang selalu merasa dirinya harus ditraktir?

Bagian kedua pasal janji-Nya&tab=notes" ver="">36 ini memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai motivasi Allah untuk kembali memberikan pengharapan kepada bangsa Israel: bukan karena Israel pada dirinya sendiri layak mendapatkan pemulihan, tidak pula karena Israel telah berbuat baik, tetapi semata-mata karena Allah ingin menguduskan nama-Nya kembali.

Ketika bangsa Israel dihukum, maka Allah dianggap tidak menepati perjanjian-Nya dengan Daud. Sikap ingkar janji bertentangan dengan kekudusan Allah karena di dalam kekudusan hanya ada kesempurnaan, kebaikan, dan kesetiaan. Ini menjelaskan mengapa cemoohan bangsa-bangsa kafir merupakan pencemaran nama Allah yang kudus.

Kini Allah ingin menunjukkan bahwa diri-Nya tetap kudus. Ia menghukum bangsa Israel dan seakan-akan mengingkari janji- Nya, justru karena Ia kudus. Namun demikian, Ia tidak mungkin diam ketika bangsa-bangsa lain salah menafsirkan hukuman Allah sebagai tanda ketidaksempurnaan-Nya. Ia kembali menyelamatkan Israel dengan kekuasaan-Nya. Nama Yahweh harus ditinggikan oleh segala bangsa!

Keselamatan yang diberikan kepada bangsa Israel menyeluruh sifatnya: bukan hanya secara fisik dengan pemulihan ekonomi, sosial, politis, budaya, tetapi juga pemulihan hati atau religi (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">25-27). Tanpa pemulihan dari dalam, pemulihan dari luar akan segera sirna kembali. Ini berarti ketaatan dan kemampuan menuruti kehendak Allah pun merupakan suatu anugerah. Bangsa Israel harus merasa malu akan dosa mereka dan bersyukur pada Tuhan yang tidak pernah melalaikan perjanjian-Nya.

Renungkan: Kehidupan orang percaya berasal dari anugerah dan ditopang sepenuhnya oleh anugerah. Ketika kita mulai merasa mampu mengasihi Dia dengan kekuatan kita sendiri, bukalah Roma 11:36!

(0.29) (Mat 28:1) (sh: Kebangkitan menyatakan otoritas-Nya (Minggu, 27 Maret 2005))
Kebangkitan menyatakan otoritas-Nya


Titik pusat iman Kristen ada pada kebangkitan Tuhan Yesus. Itu sebabnya setiap Injil mencatat peristiwa ini sebagai klimaks. Para penulis Injil menjadikan kebangkitan Yesus sebagai acuan bagi pertumbuhan gereja.

Mengapa kebangkitan Tuhan Yesus begitu penting? Karena kebangkitan Tuhan Yesus sekaligus menjadi isi misi Kristen, kuasa yang mendorong misi, dan jaminan janji penyertaan yang pasti (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">18-20). Pertama, kebangkitan Tuhan Yesus adalah isi misi Kristen. Kabar baik yang harus disampaikan para wanita kepada para murid dan nanti yang akan disampaikan para murid kepada dunia ini adalah "Kristus sudah bangkit!" (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">6-7,19). Kabar baik ini akan memerdekakan. Kebangkitan-Nya memberikan kuasa untuk hidup sebagai murid Tuhan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">20a).

Kedua, kebangkitan Tuhan Yesus membuktikan otoritas-Nya sebagai Anak Allah. Para wanita yang bertemu pertama kali dengan Dia yang sudah bangkit dan para murid lainnya yang kemudian berjumpa dengan-Nya di Galilea, tersungkur menyembah Dia (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">9,17). Sikap ini serasi dengan klaim Tuhan Yesus tentang otoritas-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">18). Dia sungguh Anak Allah! Ketiga, kebangkitan Tuhan Yesus menjadi jaminan bagi penggenapan janji-Nya kepada para murid untuk menyertai mereka senantiasa (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">20b).

Kita menjadi orang beriman, Gereja hadir di tengah-tengah dunia karena dan untuk Tuhan Yesus. Orang Kristen dan Gereja ada bukan saja untuk menikmati keselamatan dari Tuhan Yesus, melainkan menjadi saksi-saksi Kristus. Tugas kesaksian itu mengandung tiga sifat. Pertama, bersifat universal mencakup semua orang (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">19). Kedua, bersifat pemuridan membimbing orang masuk ke dalam seluruh pengajaran Yesus. Ketiga, bersifat membentuk keumatan melalui baptisan. Memiliki tiga ciri misi ini adalah tanda kesejatian kehidupan Kristen dan Gereja.

Camkan: Jangan puas bahwa kita telah selamat. Milikilah dorongan kuat untuk bersaksi bagi Kristus.

(0.29) (Kis 23:12) (sh: Kristen dan plot jahat dunia (Selasa, 4 Juli 2000))
Kristen dan plot jahat dunia

Setelah penglihatan yang menguatkan dialami Paulus (11), perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat justru sebaliknya, menjadi sangat genting bagi keselamatan Paulus. Orang-orang Yahudi semakin bernafsu membunuh Paulus, bahkan sekarang di bawah perlindungan pemerintah Romawi.

Mereka rela mengutuk diri sendiri dan bersumpah tidak makan dan minum sebelum membunuh Paulus. Artinya mereka bersedia mati karena dikutuk Allah atau karena kelaparan jika tidak dapat membunuh Paulus. Itu merupakan janji yang wajar bagi seorang Yahudi sejati untuk mempertahankan kekudusan Allah. Mereka pun menghalalkan segala cara untuk membunuh Paulus. Mereka meminta pihak Saduki untuk membujuk pihak Romawi mempertemukan Paulus dengan mereka lagi (15). Namun itu hanyalah siasat licik, agar mereka memperoleh kesempatan lagi untuk mendekati Paulus dan membunuhnya. Rencana mereka sungguh `sempurna', matang, dan dapat dikatakan pasti berhasil. Orang Saduki lebih marah kepada Paulus daripada orang Farisi karena masalah kebangkitan orang mati.

Situasi ini sangat kritis bukan sekadar bagi jiwa Paulus, namun terlebih lagi bagi perkembangan dan penyebaran berita Injil. Apakah Allah sanggup memenuhi janji-Nya untuk membawa Injil-Nya kepada seluruh bangsa, khususnya Roma melalui Paulus? Ternyata Allah tidak hanya sanggup menggagalkan rencana yang matang dan canggih dari komplotan orang-orang Yahudi, namun juga mempermalukan mereka. Betapa tidak, skenario pembunuhan yang terencana rapi dan begitu tertutup bahkan kepala pasukan pun tidak dapat menciumnya dan yang melibatkan orang-orang dari elit politik dan agama, gagal justru karena seorang anak muda yang memberikan kontribusi sangat luar biasa bagi perkembangan Injil. Penyingkapan plot maut yang spektakuler ini merupakan kesaksian providensia Allah yang menjamin karya keselamatan-Nya dapat terealisasi. Meski demikian, keterlibatan manusia pun penting.

Renungkan: Perkembangan dan penyebaran Injil di Indonesia pun tidak bisa dihentikan hanya dengan membakar gereja atau membunuh Kristen. Namun Kristen tetap perlu menyatukan keberanian dengan kecerdikan agar dapat terhindar dari kematian syahid yang belum waktunya.

(0.29) (Gal 3:15) (sh: Kebahagiaan orang Kristen (Jumat, 10 Juni 2005))
Kebahagiaan orang Kristen


Di jemaat Galatia terdapat orang-orang yang mengajarkan bahwa iman di dalam Kristus merupakan langkah awal dan iman itu harus disempurnakan dengan melakukan Taurat. Jadi, mereka mengajarkan iman plus melakukan Taurat sebagai syarat keselamatan

Namun dalam nas ini Paulus memisahkan iman sejati dari keharusan melaksanakan hukum Taurat. Untuk itu ia menjelaskan sejarah keselamatan. Janji kepada Abraham bagaikan sebuah surat wasiat yang memiliki keabsahan yang tak dapat dibatalkan, Paulus menjelaskan bahwa janji Allah kepada Abraham tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">15). Pertama, janji Allah kepada Abraham itu sah secara hukum maka tidak dapat dibatalkan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">17a). Kedua, hukum Taurat baru diberikan empat ratus tiga puluh tahun kemudian sehingga tidak mungkin bisa membatalkan yang telah ada terlebih dahulu (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">17b).

Dengan dua alasan inilah Paulus menghancurkan kesimpulan bahwa janji Allah kepada Abraham harus ditambah dengan hukum Taurat supaya orang-orang Yahudi Kristen di Galatia mengalami janji berkat dari Allah. Konsep Mesias dari Paulus juga sangat jelas, yaitu bahwa keturunan yang Allah janjikan kepada Abraham itu menunjuk kepada Kristus (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">16). Jadi, janji berkat Allah melalui Abraham kepada orang percaya bukan didapatkan dengan menjalankan Taurat, tetapi ada di dalam Kristus sebagai penggenapan dari Taurat. Dengan beriman kepada Kristus saja orang percaya mendapatkan dan menikmati penggenapan janji keselamatan itu.

Kalau kebahagiaan orang Kristen didasarkan pada ketaatan melakukan hukum Taurat atau ajaran-ajaran kebajikan lainnya, maka dapat dipastikan kita akan frustasi. Sebaliknya dengan bersandar kepada janji Allah di dalam Kristus, kita dimungkinkan untuk hidup berkemenangan melawan kedagingan dan hawa nafsu duniawi.

Renungkan: Janji-Nya pasti ditepati. Jangan biarkan ajaran-ajaran lain mengacaukan iman kita kepada-Nya.

(0.29) (2Ptr 3:7) (sh: Waktu Allah bukan waktu manusia (Sabtu, 21 Oktober 2000))
Waktu Allah bukan waktu manusia

Kebodohan orang-orang yang tidak percaya adalah menganggap bahwa kedatangan Tuhan Yesus yang kedua tertunda, dan mengatakan bahwa penundaan itu membuktikan ketidakbenaran firman Tuhan. Haruskah orang beriman memiliki pola pikir yang sama? Orang beriman harus tahu bahwa Allah tidak menunda kedatangan-Nya kedua. Perbedaan pandangan ini didasarkan pada cara Allah menghitung waktu berbeda dengan cara manusia. Bagi Tuhan satu hari sama dengan 1000 tahun dan 1000 tahun seperti satu hari. Berarti, manusia tidak dapat menduga dan mengatur kapan Allah harus bertindak apalagi menentukan penggenapan hari Tuhan. Sebenarnya bila perbedaan ini kita letakkan dalam kacamata Illahi maka kita tidak hanya dapat menerimanya, tetapi juga bergembira. Sebab waktu Allah, berhubungan dengan: "supaya semua orang berbalik dan bertobat". Itu berarti waktu Allah sama sekali tidak berhubungan dengan kelambanan atau kealpaan Allah atas janji-Nya, tetapi berhubungan erat dengan kasih-Nya kepada kita dan sabar menanti kita untuk berbalik dan bertobat. Bila Allah sang empunya waktu dan pemilik kita sabar menanti waktu yang tepat untuk mempersiapkan kedatangan-Nya dan menggenapi janji penghakiman-Nya, apakah kita milik kepunyaan-Nya tidak dapat bersabar?

Tentang hari Tuhan yang dinantikan penggenapannya, Petrus menjelaskan bahwa pada hari itu seluruh alam semesta akan mengalami kebinasaan. Allah akan menggantinya dengan langit dan bumi baru. Semua orang dan bangsa-bangsa dihadapkan pada penghakiman Allah. Namun, ia tidak menguraikan panjang lebar tentang sifat hari Tuhan itu, karena penjelasannya lebih mengarah pada fakta dan kepastian penggenapan hari Tuhan itu. Berbahagialah orang beriman yang tetap setia menanti dan mempertahankan sikap hidup benar di hadapan Allah. Berbahagialah orang yang melihat penundaan penggenapan hari Tuhan ini sebagai perpanjangan waktu yang dikaitkan dengan sifat Allah yang penuh kasih.

Renungkan: Bila kita melihat bahwa penundaan dan perpanjangan waktu penggenapan hari Tuhan sebagai suatu kesempatan dari Allah untuk berbalik, bertobat, dan beroleh selamat, marilah kita responi kesempatan itu.

(0.25) (1Raj 8:14) (sh: Berkat yang menjadi kesaksian dan kesaksian yang menjadi berkat (Rabu, 9 Februari 2000))
Berkat yang menjadi kesaksian dan kesaksian yang menjadi berkat

Berkat dan kesaksian tidak bisa dipisahkan, artinya bila seseorang menyadari akan berkat Allah di dalam kehidupannya, pasti ada dorongan yang kuat di dalam dirinya untuk menyaksikan karya Allah itu kepada orang lain. Namun kita perlu berhati-hati karena fokus dan tekanan dalam kesaksian yang kita berikan seringkali membuat orang tidak memuji Allah, sebaliknya mereka menjadi iri dan dengki terhadap berkat yang kita terima. Penyebab utamanya adalah: fokus utama di dalam kesaksian bukanlah Allah dan karya-Nya, tetapi diri sendiri dan jumlah berkat yang diterimanya.

Berbeda dengan kesaksian Salomo dalam teks kita hari ini, yang memberikan model sebuah kesaksian pribadi yang dapat membawa orang lain memuji dan memuliakan nama Allah. Salomo mempunyai kriteria tertentu tentang berkat yang ia terima. Bagi Salomo, berkat bukanlah sekadar materi, kesuksesan mega proyek yang ia pimpin, atau takhta agung yang berhasil ia duduki. Berkat adalah bahwa Allah sudah bertindak sesuai dengan yang Ia firmankan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">15, 20). Salomo membandingkan apa yang Allah katakan dengan apa yang Ia lakukan.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak semua kelimpahan materi dan keselamatan fisik dapat dikategorikan ke dalam berkat Allah. Batasannya adalah apakah itu merupakan perealisasian dari apa yang Allah firmankan atau bukan. Kemudian berkat yang ia saksikan adalah berkat yang berhubungan erat dengan perjanjian Allah dengan bangsa Israel sejak dulu kala. Artinya berkat itu berada dalam konteks dan berdampak bagi komunitas pilihan Allah, bukan semata-mata bagi pribadi Salomo (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">21). Berkat bagi Salomo adalah ketika ia diperkenankan oleh Allah untuk berperan serta dalam perealisasian rencana-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">20,21). Dan Salomo dalam kesaksiannya secara terus-menerus menegaskan bahwa TUHAN, Allah Israel berperan penuh, bukan dirinya. Bahkan ia menduduki takhta pun karena Allah merealisasikan janji-Nya kepada Daud (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">20).

Renungkan: Kesaksian yang menjadi berkat dan berkat yang menjadi kesaksian adalah jika Allah bekerja di dalam dan melalui orang percaya untuk menggenapi maksud dan rencana-Nya bagi umat pilihanNya. Kesaksian seperti ini akan menjadi berkat bagi orang lain, sehingga mereka pun mengalami berkat dan kuasa Allah dalam hidup mereka.

(0.25) (1Taw 1:1) (sh: Orang yang istimewa (Selasa, 22 Januari 2002))
Orang yang istimewa

Bangsa Israel telah pulang dari pembuangan. Dalam situasi seperti itu, persoalan jati diri adalah masalah besar untuk mereka. Masihkah Allah menganggap mereka umat-Nya dan menghisabkan mereka dalam janji-Nya? Sangat wajar bila mereka putus asa dalam keterpurukan.

Melalui silsilah ini, penulis Tawarikh ingin memberikan keyakinan bahwa mereka tetap adalah umat pilihan Allah yang istimewa. Silsilah ini terdiri dari tiga bagian utama. Pertama, keturunan Adam (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1-3). Dalam kaitan dengan Adam sampai Nuh, Israel ditempatkan sebagai bagian dari umat manusia yang menikmati berkat dan kutuk yang sama (Kej. 1:26-29; 3:15-24). Bersamaan dengan itu nyata pemilihan Allah pada garis keturunan Set dan Nuh. Beda dari orang-orang sezamannya, mereka bergaul akrab dengan Tuhan. Dengan demikian, bangsa Israel adalah manusia biasa, namun istimewa karena merupakan bagian dari leluhur mereka yang terhormat umat yang dipilih Allah.

Kedua, anak-anak Nuh (ayat 4-27). Ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">4 mencatat urutan mulai dari Sem, Ham, dan Yafet. Namun, penjabaran selanjutnya dibalik: Yafet (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">5-7), Ham (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">8-16), dan Sem (ayat 17-27). Penulis Tawarikh biasa membalikkan urutan nama, menempatkan orang yang dikenan Allah pada urutan terakhir. Sem adalah yang dikenan Tuhan (Kej. 9:25-27). Namun, dari semua keturunan Sem, Abram adalah orang yang dipilih Tuhan secara khusus (Kej. 12:1-3).

Ketiga, keturunan Abraham (ayat 28-34a). Urutan keturunan Abraham pun dibalik: Ismael-Ishak, juga keturunan Yakub: Esau-Israel (ayat 34b). Ishak lahir karena janji Allah, suatu mukjizat. "Israel" adalah nama baru yang diberikan karena pertobatan Yakub (Kej. 32:28). Ini mengingatkan bahwa bangsa Israel tidak seperti keturunan-keturunan Abraham lainnya. Baik Ishak maupun Yakub hidup atas dasar janji Allah, bukan karena kelahiran alamiah atau hak berdasarkan urutan kelahiran belaka. Karena itu, ke-12 suku Israel pun harus menghayati keumatan mereka bukan karena keturunan belaka, tetapi karena pilihan Allah yang memungkinkan mereka hidup berbeda.

Renungkan: Bila Anda berada dalam krisis entah karena dosa atau ujian Allah, ingat bahwa Allah ingin Anda menghayati kasih-Nya dan keterpilihan Anda.

(0.25) (1Taw 16:37) (sh: Ibadah berkesinambungan (Senin, 11 Februari 2002))
Ibadah berkesinambungan

Telah kita renungkan beberapa hari ini kesemarakan ibadah. Musik, puji-pujian, tari-tarian, makan bersama, persekutuan, bermazmur mengingat-ingat kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya adalah unsur-unsur penting yang bersama-sama membuat ibadah menjadi semacam pengalaman puncak dalam kehidupan. Tetapi, kita tahu bahwa hidup tidak terus-menerus pesta. Hidup lebih banyak terdiri dari pengalaman-pengalaman datar ketika orang menjalankan kegiatan dan kewajiban sehari-harinya dengan teratur. Ibadah pun demikian. Kesukaan berjumpa Allah tidak selamanya terungkapkan dalam pengalaman pesta rohani. Daud menyadari bahwa yang lebih penting dari pengalaman puncak tersebut adalah mengatur agar penyelenggaraan ibadah berjalan dengan teratur tiap hari.

Daud membuat beberapa ketentuan yang menempatkan petugas-petugas khusus. Di antaranya ia menetapkan para penjaga pintu (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">38), para pelayan kurban bakaran (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">39-40), dan para pelayan yang memimpin dalam puji-pujian bagi Tuhan. Tentunya ibadah waktu itu melibatkan lebih banyak lagi kegiatan dan unsur, namun disebutnya ketiga hal ini menunjukkan bahwa hal-hal tersebut sangat vital bagi kelangsungan ibadah tiap hari waktu itu. Para penjaga gerbang berfungsi ganda, menjaga keamanan dan kemurnian ibadah. Para pelayan kurban memastikan bahwa kegiatan pusat ibadah bukan saja berjalan dengan sinambung, tetapi juga dengan benar. Para pemandu puji-pujian memberi kerangka sehingga umat boleh mengembangkan penyembahan mereka.

Ayat penutup bagian ini penting untuk kita renungkan. Setelah selesai ibadah dan mengatur agar ibadah berlangsung, Daud dan seluruh umat pulang ke rumah mereka masing-masing. Gerak yang terjadi adalah dari rumah ke Rumah Allah kembali ke rumah masing-masing. Itulah hakikat ibadah yang sejati. Ibadah kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kenyataan hidup sehari-hari. Kita hanya dapat menyembah Allah dengan benar bila penyembahan itu datang dari dan bermuara kembali kepada hubungan-hubungan sehari-hari kita.

Renungkan: Kedalaman dan keluasan mutu ibadah kita kepada Allah berhubungan langsung dengan kedalaman dan keluasan hubungan-hubungan kita sehari-hari.

(0.25) (2Taw 6:12) (sh: Doa yang istimewa (Selasa, 14 Mei 2002))
Doa yang istimewa

Setelah Salomo memuji Allah karena berkat-Nya di masa lalu, ia melanjutkan dengan doa bagi masa depan Israel. Pendahuluan doa dimulai dengan menggambarkan situasi yang sebenarnya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">12-13). Ia berdiri di atas mimbar tembaga, yang kira-kira panjang dan lebarnya 2,3 m, dan tingginya 1,3 meter, lalu berlutut dan menadahkan tangannya. Ini semua dilakukannya di depan seluruh jemaah, di tengah halaman luar bait Allah, kemungkinan bagian halaman untuk kaum awam. Dengan gambaran ini, kita mengerti betapa agung dan hikmatnya peristiwa tersebut. Lalu, Salomo menaikkan doanya. Pertama, doa untuk kerajaan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">14-17). Doanya dimulai dengan pengakuan bahwa Yahweh begitu unik dan berkuasa. Penyelesaian bait Allah merupakan salah satu perwujudan superioritas Allah. Allah setia pada perjanjian kasih-Nya kepada orang-orang yang memberikan segenap hati kepada-Nya. Karena itu, komunitas pascape mbuangan harus hidup demikian pula. Kemudian ia meminta agar Allah memenuhi janji-Nya kepada Daud, sebagaimana ketaatan yang ia tunjukkan terhadap hukum Allah.

Kedua, doa untuk bait Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">18-39). Bagian ini dimulai dengan pujian kepada Allah yang besar (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">18), lalu beranjak meminta hal-hal umum di dalam kerendahan hatinya agar bait Allah sungguh menjadi tempat yang efektif untuk berdoa kepada Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">19-21). Bukankah Allah menempatkan nama-Nya di sana? Setelah itu, ia meminta hal-hal yang lebih khusus: mengenai sumpah keadilan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">22-23), mengenai kekalahan, pengakuan dosa Israel, dan pemulihannya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">24-25), mengenai kekeringan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">26-27), mengenai bencana-bencana lainnya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">28-31), mengenai orang asing (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">32-33), mengenai perang (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">34-35), mengenai pembuangan Israel (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">36-39). Dari permohonan-permohonan ini, pertobatan dan ketaatan Israel menjadi kunci pemulihan dari Allah yang hadir di dalam bait-Nya. Ketiga, doa untuk bait Allah dan kerajaan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">40-42). Bagian ini merupakan penutup, yang menekankan perjanjian antara Allah dengan Daud agar kehadiran dan kesetiaan-Nya menjadi dasar kehidupan!

Renungkan: Di dalam doa, pastikan Anda tidak hanya ingin menikmati kehadiran Allah, tetapi ungkapan taat dan setia kepada-Nya.

(0.25) (Mzm 106:1) (sh: Kemurahan kekal Allah (ayat 1) (Selasa, 23 April 2002))
Kemurahan kekal Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1)

Meski mazmur ini sekilas terlihat sama dengan mazmur sebelumnya, namun ada perbedaan mencolok: Mazmur 105 menegaskan tentang kebesaran Allah, mazmur ini memaparkan kegagalan umat Allah untuk mengingat perjanjian Allah. Akibatnya mazmur ini juga menegaskan keajaiban kasih karunia Allah yang dengan sabar mengatasi dosa dan pemberontakan umat-Nya. Hanya sebab kasih Allah yang tanpa batas, kisah Israel tak putus di tengah jalan.

Mazmur ini diawali oleh kebenaran teologis hakiki tentang Allah, manusia, dan prinsip kehidupan iman. Hal utama dalam hidup orang beriman adalah memuji dan memuliakan Allah. Pengakuan iman dan undangan untuk meninggikan Allah mengawali mazmur ini (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1). Allah baik dan kasih-Nya kekal, karena itu Ia patut dipuji selamanya. Tetapi, pemazmur menyadari tidak seorang pun sungguh tahu mengingat dan mengutarakan syukur atas semua kebaikan Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">2). Kegagalan ini menjelaskan mengapa umat kehilangan sukacita dan kebahagiaan. Kebahagiaan hanya terdapat di dalam hidup orang-orang yang tahu meresponi Allah dalam hidup yang adil dan benar (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">3).

Dalam Mazmur ini, permohonan berkat (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">4-5) mendahului pengakuan dosa (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">6-12). Dengan meminta berkat, pemazmur berpegang pada janji-janji Allah yang pernah dilanggarnya, menyatakan kerinduannya untuk kembali berpegang pada janji-janji Allah. Pengakuan dosa yang benar selalu membuat orang keluar dari keakuannya. Pemazmur tidak saja mengakui dosanya sendiri, tetapi menempatkan diri dalam pemberontakan nenek moyangnya sebelumnya. Bertobat berarti mengakui bahwa kita adalah bagian dari rantai sikap tidak tahu bersyukur, tidak mengingat perbuatan-perbuatan besar Allah, dan akibatnya melakukan pemberontakan terhadap Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">6-7). Tetapi, pertobatan juga berarti mengakui dan mensyukuri bahwa Allah tidak berubah. Meski umat-Nya bebal dan memberontak, Dia setia kepada diri-Nya dan pad janji-janji-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">8). Seluruh kisah perjalanan Israel sejak dari Laut Merah seterusnya adalah kisah pemberontakan demi pemberontakan melawan rencana dan hukum Allah, tetapi juga adalah kisah kesetiaan dan kemurahhatian Allah yang tak pernah berubah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">8 dst.).

Renungkan: Berkat terbesar adalah hidup serasi dengan Allah.

(0.25) (Mzm 106:24) (sh: emurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
emurahan kekal Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">2)

Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.

(0.25) (Mzm 108:1) (sh: Bersyukur kepada Allah (Sabtu, 27 April 2002))
Bersyukur kepada Allah

Mazmur-mazmur dalam buku IV (ps. 90-106) dan buku V (ps. 107-150) ditujukan untuk membangun kembali kehidupan umat yang kembali dari pembuangan. Dalam tiga pasal berturut-turut sebelum ini, umat Allah diingatkan tentang perbuatan Allah, ketidaksetiaan umat, kebaikan Allah. Kebaikan Allah telah membuat Israel tidak punah, tetapi beroleh anugerah untuk kembali dari pembuangan. Dalam tiap ulasan itu, selalu umat didorong untuk memuji Allah sebagai respons terhadap kasih kekal Allah yang demikian besar. Pujian adalah lawan dari pemberontakan dan ketidakberimanan. Umat pascapembuangan itu kini perlu diberi petunjuk bagaimana hidup sebagai umat yang tahu bersyukur pada Tuhan mereka.

Pujian syukur itu (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-3) dilandasi atas kesadaran akan kasih setia Allah (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">4). Seiring dan sejajar dengan itu, permohonan agar Allah memberkati mereka dengan kemenangan (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">5) didasari atas kerinduan agar Allah ditinggikan dan dikaitkan dengan firman Allah berisikan janji-janji-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">7-9), kemudian disusul oleh pertanyaan dan pernyataan iman (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-13). Dengan melihat struktur sedemikian, jelas bahwa hal bersyukur dan memuji Allah bersumber pada kasih setia dan perbuatan besar Allah untuk akhirnya kembali bermuara pada perbuatan besar Allah selanjutnya. Pujian bagi Allah berasal dari dan ditujukan untuk kemuliaan Allah sendiri. Karena itu, memuji Allah harus dilakukan dengan sekuat tenaga dan tekad bulat sambil melibatkan berbagai ungkapan fisik, artistik, dan sosial (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">1-3), sambil menyadari bahwa kemampuan untuk memuji Allah itu berasal dari kemuliaan Allah sendiri.

Pujian syukur tidak saja berorientasi pada masa lalu, tetapi juga mengantisipasi kemenangan-kemenangan di masa depan. Orientasi puji-pujian tidak hanya berhubungan dengan sifat-sifat Allah secara abstrak, tetapi pada sifat-sifat Allah yang dinamis menghasilkan perubahan-perubahan konkret dalam sejarah. Hal ini tampak di bagian akhir mazmur ini yang mengklaim agar Allah menganugerahi mereka kemenangan atas Edom (ayat janji-Nya&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-14). Pujian, karena berkeinginan meninggikan Allah, merindukan agar seluruh janji Allah tentang tanah perjanjian dialami secara penuh.

Renungkan: Kehidupan dalam puji-pujian adalah dalam hadirat Allah yang mulia dan memberikan kemenangan berkesinambungan.

(0.25) (Yes 24:1) (sh: Penghakiman final Tuhan (Jumat, 10 September 2004))
Penghakiman final Tuhan

Yesaya 24-27 dikenal sebagai "Yesaya apokaliptik". Apokaliptik berasal dari kata apo dan kalupso dalam bahasa Yunani yang berarti mengungkapkan/menyingkapkan sesuatu yang akan terjadi. Ciri khas jenis tulisan ini menggambarkan penglihatan masa depan. Melalui tulisan apokaliptik ini akan dijelaskan penghakiman Tuhan atas seluruh dunia karena dosa mereka. Pertama-tama penghakiman Tuhan ini akan diarahkan kepada Yehuda (kerajaan selatan) dan Israel (kerajaan utara), kemudian kepada bangsa-bangsa di sekitarnya dan akhirnya seluruh dunia. "Yesaya Apokaliptik" ini digenapi ketika Tuhan menghapuskan kejahatan dari dunia.

Menurut nas ini keadaan dunia pada waktu itu kacau. Hal ini akibat begitu banyak orang berbuat dosa yang menyebabkan bumi akan menjadi tandus (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1-6), tidak ada kenikmatan lagi di dalam dunia (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">7-9,13), kota-kota akan menjadi hancur (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">10-12). Saat itu tidak ada lagi pengharapan bagi Yehuda dan Israel juga bagi seisi dunia. Tidak ada jalan keluar bagi orang berdosa (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">17-23). Akan tetapi, perlindungan-Nya akan diberikan kepada orang-orang percaya, yaitu mereka yang bertahan setelah Tuhan menghukum seisi dunia. Mereka adalah orang-orang yang memuji dan meninggikan nama Tuhan, Allah Israel (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">14-16). Sehingga mereka akan dipelihara oleh-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">23b). Gambaran "Yesaya apokaliptik" ini memberi kita pemahaman bahwa Tuhan tidak menoleransi dosa. Dosa mengakibatkan hukuman. Namun, Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya. Ia memberikan pengharapan bagi kita dalam kehidupan ini. Ketika kita mencari wajah-Nya maka Ia akan hadir dan memberikan pemulihan (ayat 2Taw. 7:14).

Bagi kita janji Tuhan dari nas ini merupakan pengharapan yang membuat kita yakin bahwa Tuhan akan menggenapi janji-Nya berupa hidup kekal bagi siapa pun yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sehingga kita akan memuji dan memuliakan Tuhan selama-lamanya.

Renungkan: Iman kepada Tuhan Yesus Kristus ialah syarat bagi kita untuk menikmati realisasi kehidupan kekal di surga nanti. Apakah kita sudah memilikinya?

(0.25) (Yer 31:10) (sh: Hari depan yang lebih baik (Rabu, 25 April 2001))
Hari depan yang lebih baik

Di dunia ini tidak ada yang dapat menandingi kualitas kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Demikian pula tidak ada yang dapat menandingi duka seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya. Namun dalam nas kita hari ini para ibu bangsa Yehuda diperintahkan oleh Allah supaya berhenti menangis karena kehilangan anak-anak mereka. Mengapa? Sebab masih ada harapan bagi masa depan mereka. Anak-anak mereka akan kembali. Penderitaan yang mereka alami bukanlah babak akhir bagi mereka, karena kebahagiaan dan kedamaian akan segera menggantikannya.

Firman kepada para ibu Yehuda merupakan bagian dari janji pengharapan yang diberikan kepada bangsa Yehuda. Semua janji Allah itu menyatakan bahwa masa depan mereka sangat cerah. Allah tidak hanya akan mempersatukan mereka kembali namun Allah sendiri yang akan memelihara dan menjaga keamanan mereka setelah dipersatukan, sehingga tidak akan ada lagi musuh yang dapat menghancurkanya (10). Jika Allah adalah gembalanya, apa yang harus ditakutkan oleh domba-domba-Nya. Mereka telah dilepaskan dari penguasa kuat yang menindas dan mengeksploitasinya (11). Kemerdekaan sebuah bangsa merupakan pintu gerbang menuju kebahagiaan di masa depan bagi sebuah bangsa. Apa yang akan terjadi pada taman yang diairi dengan baik? Itulah yang akan terjadi pada Yehuda sebab bukit Sion sudah dipulihkan. Ke sanalah Yehuda akan beribadah. Ke sanalah Yehuda akan menemukan sumber air kehidupan. Karena kebajikan Allah hidup mereka semuanya terjamin baik anak-anak, anak muda, hingga orang tua, baik yang dilayani maupun yang melayani.

Janji Allah ini pasti sebab Allah sendiri yang menjanjikan. Bahkan jika Allah tidak mau atau tidak dapat menepati janji-Nya, maka Nama Allah akan dipertaruhkan, sebab bukankah Ia sendiri sudah menyatakan semuanya bukan saja kepada bangsa Yehuda tapi juga kepada bangsa- bangsa lain di seluruh pelosok dunia (10)? Dialah Alaah pengharapan yang pasti bagi masa depan yang lebih baik.

Renungkan: Jika Yehuda yang telah memberontak kepada Allah dijanjikan masa depan yang penuh harapan, lebih-lebih lagi Kristen yang sudah dibebaskan dari perbudakan dosa tidakkah hari depan kita juga penuh harapan?

(0.25) (Yeh 16:1) (sh: Melihat diri sendiri dengan rasa malu (Senin, 27 Agustus 2001))
Melihat diri sendiri dengan rasa malu

Pasal janji-Nya&tab=notes" ver="">16 ini merupakan kisah penuh keharuan tentang anugerah dan perjanjian Tuhan yang sedemikian agung bagi umat-Nya yang menjadi tidak peka terhadap keadaan mereka. Alur kisah ini mengalir dalam beberapa babak: [1] Seorang anak yatim yang karena belas kasihan raja diangkat menjadi seorang ratu (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">1-14); [2] Seorang ratu yang melacurkan diri dengan kecantikan dan nafsunya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">15-34); [3] Seorang ratu yang menjadi orang hukuman (ayat 35-43) dan bahan olok-olokan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">44-52); [4] Seorang hukuman yang sangat memalukan dibanding dengan teman-temannya (ayat 53- 58); dan [5] Seorang hukuman yang karena anugerah dan kesetiaan raja diselamatkan, dibersihkan, diperbaharui, dan diangkat kembali (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">59-63).

Kisah ini merupakan gambaran kegagalan bangsa Israel untuk mempercayai Tuhan dan sebaliknya berupaya dengan kemampuannya sendiri mencari bantuan kepada bangsa-bangsa asing untuk menghadapi krisis politik yang mereka alami. Hal ini merupakan penyelewengan dan ketidaksetiaan di hadapan Tuhan. Di tengah situasi seperti ini firman Tuhan datang kepada Yehezkiel agar ia menyerukan ingatan terhadap masa lalu Israel yang memalukan, sementara mereka tidak lagi menyadari bahwa semua yang dimilikinya tidak lain berasal dari Tuhan (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">4-14, 22). Sebagai respons atas anugerah Tuhan yang sedemikian besar, mereka bukannya hidup dengan setia, namun sebaliknya tanpa rasa malu mengikuti nafsu mereka yang di luar akal sehat (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">15-22). Inilah gambaran dari kondisi nyata umat Tuhan, yang sedemikian mudah melupakan anugerah yang besar dan mengikuti nafsu yang berada di luar akal sehat. Inilah suatu cerminan yang memalukan bagi kita yang seringkali juga berada dalam kondisi yang sama. Alasan dari seruan firman Tuhan yang memperhadapkan mereka dengan rasa malu ini adalah kesetiaan Tuhan dalam memelihara janji-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">8,60), sehingga melalui rasa malu ini mereka dituntun untuk mengingat serta mengenali siapa diri mereka dan bagaimana kondisi mereka di hadapan Tuhan.

Renungkan: Masihkah kita memiliki kesadaran dan kepekaan tentang siapakah diri kita di hadapan kebesaran anugerah Tuhan? Apakah kita secara tidak sadar sedang mengikuti nafsu yang menuntun kita bertindak di luar akal sehat? Bagaimanakah seharusnya kita meresponi seruan Tuhan yang memperhadapkan kita dengan rasa malu?

(0.25) (Luk 23:1) (sh: Sikap Kristen terhadap ketidakadilan. (Rabu, 19 April 2000))
Sikap Kristen terhadap ketidakadilan.

Ketidakadilan dalam pengadilan dunia dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-    rencana-Nya. Pilatus dan Herodes adalah orang-orang yang    mempunyai wewenang mutlak untuk mengadili Yesus. Itulah sebabnya    para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua membawa Yesus kepada    mereka untuk diadili. Tuduhan-tuduhan palsu dan berat ditimpakan    kepada Yesus. Meskipun demikian Pilatus tetap tidak dapat    menemukan kesalahan apa pun dalam diri Yesus. Segala tuduhan    yang dilemparkan kepada Yesus tidak merupakan bukti yang    otentik. Namun demikian, Pilatus tidak membebaskan, malah    mengirim-Nya ke Herodes. Herodes pun tidak menemukan kesalahan.    Sekali lagi, ia tidak membebaskan Yesus malahan mengirim balik    ke Pilatus.

Kedua penguasa ini sangat identik. Sama-sama berkuasa    mengadili, membebaskan, atau menghukum terdakwa. Sama-sama tidak    mendapati kesalahan Yesus. Namun juga sama-sama tidak    membebaskan-Nya. Inilah ketidakadilan itu: Yesus tidak    mendapatkan kebebasan yang menjadi hak-Nya, karena para penguasa    tidak menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak Yesus    dirampas demi kedudukan para penguasa, demi menghindari konflik    atau permasalahan yang timbul jika Yesus dibebaskan.  Dengan    kata lain mereka mengorbankan kebenaran demi kebohongan. Namun    demikian, tanpa mereka sadari ketidakadilan yang mereka jalankan    itu dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana agung-Nya, yakni    menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Di zaman kita sekarang ini, ketidakadilan juga banyak terjadi    di sekitar kita. Hak rakyat kecil dirampas. Kebebasan beragama    hanyalah kata-kata dusta. Tidak ada pengadilan bagi mereka yang    membakar gereja, padahal sudah berapa ratus gereja yang dibakar    di Indonesia. Namun demikian, janganlah kita memandang    ketidakadilan itu sebagai tanda dari ketidakberkuasanya Tuhan    atas negara Indonesia. Ia adalah Allah yang tetap berkuasa untuk    menggenapkan segala rencana dan janji-Nya.

Renungkan: Dalam negara yang penuh ketidakadilan Dia akan    tetap berkarya, karena Ia mampu memakai setiap kesempatan bagi    kebaikan umat-Nya. Marilah kita memandang kepada Dia yang sedang    menggenapkan rencana-Nya  di bumi Indonesia tercinta ini.    Milikilah peran sebagai pelaku dan penegak kebenaran-Nya.

(0.25) (Yoh 14:1) (sh: Jalan ke rumah Bapa (Sabtu, 16 Maret 2002))
Jalan ke rumah Bapa

Kepada orang banyak Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat ikut bersama-Nya ke rumah Bapa-Nya (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">13:33). Kepada Petrus, Ia mengatakan hal yang sama, namun dengan arti dan alasan berbeda. Tuhan menyatakan bahwa keadaan hatinya tidak menjamin bahwa ia dapat setia mengasihi Tuhan. Orang banyak yang tidak menerima Dia tidak dapat bersama Dia. Sekarang Yesus menegaskan bahwa sebenarnya para murid telah mengetahui jalan ke sana, ke rumah Sang Bapa, dan mereka pasti akan bersama Dia sesudah Ia selesai menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi mereka (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">3-4). Meski benar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kondisi hati mereka agar setia dan kelak sampai ke tujuan kekal, namun mereka sudah percaya dan dengan terus mempercayai karya-karya Yesus mereka pasti akan sampai di tujuan. Tuhan memerintahkan mereka untuk percaya. Kenyataan janji-janji Allah tidak tergantung pada perasaan dan kondisi hati kita, tetapi pada Dia yang setia pada janji-janji-Nya. Bertekun dalam iman adalah cara untuk memiliki keteguhan hati (bdk. dengan yang Yesus lakukan, janji-Nya&tab=notes" ver="">12:27).

Kebenaran tentang jaminan kekal tersebut lebih jelas dalam jawaban- Nya kepada Tomas. Ungkapan “Akulah …” menggemakan kembali ungkapan-ungkapan yang sama dalam Injil Yohanes yang menegaskan kesetaraan Yesus dengan Yahwe dalam Perjanjian Lama. Karena itulah Dia dapat mengklaim bahwa diri-Nya sendirilah jalan, kebenaran, dan hidup (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">6). Akibatnya, Dia dan hubungan dengan-Nya menentukan apakah orang yang mengenal Bapa akan sampai ke rumah Bapa kelak atau tidak. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku" (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">7). Sang Bapa telah berkemah di dalam Yesus, sehingga siapa mengenal Dia, mengenal Bapa (bdk. janji-Nya&tab=notes" ver="">1:14, 14:10). Firman Bapa ada di dalam-Nya dan itulah yang disampaikan kepada mereka (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">10-11).

Tidak saja mengenal Bapa dan beroleh jaminan kekal di dalam Yesus, para pengikut-Nya akan pula melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah bahkan yang lebih besar dari yang Yesus telah buat. Pekerjaan- pekerjaan besar itu adalah juga pekerjaan Yesus di dalam mereka, dan dapat terus dilakukan karena mereka mengandalkan Dia di dalam doa (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">12-13).

Renungkan: Perbuatan kita mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan.

(0.25) (Yoh 20:30) (sh: Tujuan penulisan Injil (Kamis, 4 April 2002))
Tujuan penulisan Injil

Alkitab, yang di dalamnya termuat Injil, bukan bacaan favorit. Ia sering menjadi penghuni lemari yang hanya seminggu sekali dibaca. Kewibawaan Alkitab sering dirongrong oleh pendapat bahwa Alkitab hanya tulisan manusia biasa, bukan buku yang datang dari Allah, Atau bahwa ada bagian-bagian Alkitab yang ternyata tidak cocok dengan nalar dan ilmu.

Yohanes menyatakan bahwa Injil (termasuk juga Injil-injil sinoptis) memang bukan laporan lengkap tentang hidup dan karya Yesus, tetapi suatu kesaksian yang bertujuan mengajak orang untuk mempercayai Yesus sebagai Juruselamat. Seperti lukisan, dan bukan seperti potret yang merekam suatu pemandangan secara rinci dan lengkap, Injil memuat nuansa-nuansa pribadi penulisnya yang ingin menanamkan kesan khusus bagi pembacanya. Maksud lukisan Injil menurut Yohanes adalah “supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup yang sejati” (ayat janji-Nya&tab=notes" ver="">31).

Ada dua hal penting tersirat dalam pernyataan penting ini, pertama tentang isi dan arah iman, kedua tentang hasil iman. Isi iman menurut Yohanes adalah mempercayai Yesus sebagai Mesias dan Anak Allah. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah untuk menggenapi janji-janji-Nya. Yesus adalah penggenapan sempurna dan lengkap dari janji mesianis sebab Dia sendiri adalah Anak Allah; di dalam-Nya Allah hadir dan bekerja secara sempurna. Iman yang benar adalah iman yang hidup, yaitu yang tidak hanya berisi kepercayaan pada konsep kebenaran, tetapi yang mempercayai Yesus dalam arti mengikuti Dia, menaati kehendak-Nya, merajakan Dia di dalam arah hati dan seluruh gerak hidup. Sebagai hasil dari iman yang sedemikian, orang beroleh hidup. Hidup ini bukan hasil dari iman sebagai balasan Allah, tetapi sebagai hasil dari orang memiliki hubungan yang benar dengan Allah di dalam Yesus. Hidup tersebut adalah hidup Allah sendiri yang ada di dalam Yesus dan yang, karena kita berada di dalam Dia dan Dia di dalam kita, hadir juga di dalam kita. Karena hidup itu adalah hidup-Nya maka yang memiliki hidup dari-Nya akan memancarkan ciri-ciri hidup-Nya di dalam hidup yang bersangkutan.

Renungkan: Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Dia sungguh kebenaran dan hidup. Karena itu, hiduplah di dalam-Nya.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA