Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 265 ayat untuk masing-masing (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.2506511) (Hak 2:6) (jerusalem) Bagian ini merupakan kata pendahuluan kedua bagi kitab Hakim, yaitu bagi kumpulan riwayat-riwayat hakim masing-masing. Kata pendahuluan ini terdiri atas beberapa unsur. Bagian inti ialah Hak 2:11-19; dalam terbitan kitab yang pertama bagian ini kiranya langsung mendahului Hak 3:7 dst. Hak 2:6-10 kemudian ditambahkan dan langsung menghubungkan kitab Hakim dengan kitab Yosua; memang Hak 2:6-10 mengulangi ayat-ayat penghabisan kitab Yos (24:28-31), sama seperti Ezr 1:1-3 mengulangi 2Ta 36:22-23, Hak 2:20-3:6 ditambah pada Hak 2:11-19 dengan maksud menjelaskan mengapa tetap ada bangsa-bangsa asing di tengah-tengah bangsa Israel.
(0.2506511) (1Taw 24:3) (jerusalem: bani Itamar) Zadok dan Ahimelekh di sini tampil bersama dengan sederajat. Ini berdasarkan kenyataan bahwa pada akhir masa pembuangan kedua kaum imam yang dahulu bersaing itu, sudah sepakat. Sebelum masa pembuangan keturunan Zadok saja yang pertugas dalam bait Allah di Yerusalem, sedangkan keturunan Abyatar (dan Eli) disingkirkan oleh raja Salomo, 1Ra 2:27. Lalu keturunan Zadok dan keturunan Abyatar (Eli) masing-masing diberi seorang anak Harun sebagai moyang bdk 1Ta 24:1: Zadok dihubungkan dengan Eleazar, bdk 1Ta 6:4-8,50-53, dan Abyatar yang memang keturunan Lewi, bdk 1Sa 2:27, dihubungkan dengan Itamar, meskipun silsilahnya tidak sampai disajikan. Begitu semua imam dijadikan keturunan Harun.
(0.2506511) (Ayb 5:1) (jerusalem: orang-orang yang kudus) Ialah malaikat-malaikat, bdk Ayu 15:15 serta Ayu 4:18; Zak 14:5; Dan 4:13,17,23. Juga dalam Ayu 33:23-24, bdk Zak 1:12; Tob 12:12, malaikat-malaikat dikatakan penengah dan perantara. Pertanyaan Elifas bernada ironi; kalau malaikat-malaikat sendiri dihakimi Allah, Ayu 4:18, maka sama sekali tidak ada gunanya meminta pertolongan mereka terhadap Allah. Tetapi pertanyaan kalaupun berupa ironi itu sendiri menyatakan bahwa orang sudah bisa meminta perantaraan malaikat-malaikat. Kebiasaan itu mungkin mula-mula berlatar belakang politeisme: dewa pribadi masing-masing orang dalam sidang para dewa tampil ke depan sebagai pembicara baik guna orang lindungannya.
(0.2506511) (Mzm 1:1) (jerusalem)

KITAB MAZMUR

PENGANTAR

Sama seperti bangsa tetangganya - Mesir, Mesopotamia, Kanaan - demikian juga bangsa Israel sejak awal mula menciptakan sajak-sajak lirik yang bermacam-macam bentuknya. Beberapa sajak semacam itu berhasil masuk ke dalam kitab-kitab sejarah yang tercantum dalam Alkitab, misalnya Nyanyian, Kej 15, Nyanyian Sumur, Bil 21:17-18, Nyanyian Kemenangan Debora, Hak 5, Ratapan Daud atas Saul dan Yonatan, 2Sam 1, dll, dan lagi lagu-lagu pujian bagi Yudas dan Simon Makabe, 1Mak 3:3-9 dan 14:4-15. Dalam Perjanjian Baru masih terdapat Lagu Maria (Magnificat). Lagu Zakharia (Benedictus) dan Lagu Simeon (Nunc dimittis). Banyak bagian kitab para Nabi juga termasuk jenis Sastera itu. Dahulu kala sudah ada kumpulan-kumpulan sajak, yang hanya kita kenal judulnya atau beberapa kepingannya saja, misalnya Kitap Peperangan Tuhan, Bil 21:14, dan Kitab Orang Jujur, Yos 10:13; 2 Sam 1:18. Akan tetapi khazanah lirik keagamaan bangsa Israel ialah kitab Mazmur.

Judul

Kitab Mazmur (dalam bahasa Yunani "Psalterion", kata yang sebenarnya berarti alat musik bertali yang mengiringi nyanyian) adalah sekumpulan mazmur yang berjumlah 150. Mulai dengan Mzm 10 sampai dengan Mzm 148 nomor urutan mazmur dalam Alkitab Ibrani (yang diikuti terjemahan ini) mendahului nomor urutannya dalam Alkitab Yunani (dan Latin) dengan satu satuan. Sebabnya ialah: Alkitab Yunani (dan Latin, Vurgata) menyatukan Mazm 9 dan 10 dan Mzm 114 dan 115, dan membagikan Mzm 116 dan 147 menjadi dua mazmur tersendiri.

Dalam bahasa Ibrani kitab Mazmur disebut "Tehillim", artinya "Puji-pujian". Tetapi sebutan itu hanya sesuai dengan sejumlah mazmur saja. Dalam judul- judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut "Mizmor", yang menjadi asal kata Arab-Indonesia "Mazmur". Sejumlah mazmur dalam judulnya disebut "nyanyian" dan hanya kata ini dibubuhkan pada masing-masing lagu dalam kumpulan "Nyanyian- nyanyian Ziarah", Mzm 120-134. Nama-nama lain agak jarang muncul dan kata Ibrani yang bersangkutan sering sulit dimengerti.

Gaya sastera

Pengelompokan mazmur-mazmur yang paling tepat, diperoleh dengan jalan mempelajari gaya sasteranya. Ditinjau dari segi gaya sasteranya yang berbeda- beda dapat kita bedakan tiga jenis utama, yaitu: Puji-pujian, Doa (permohonan) dan Ucapan syukur. Pengelompokan ini tidak mencakup semua mazmur, sebab terdapat juga jenis-jenis campuran, mazmur-mazmur yang menyimpang dari jenis-jenis tersebut atau yang secara lain berbeda. Selain itu pengelompokan tersebut tidak selalu sesuai dengan suatu pengelompokan berdasarkan isi, tema dan ujud mazmur- mazmur.

1. Puji-pujian. Ke dalam kelompok ini termasuk antara lain Mzm 8, 19, 29, 33, 46-48, 76, 84, 87, 96-100, 103-106, 113, 114, 117, 122, 135, 136, 145-150. Susunan mazmur-mazmur ini agak tetap. Setiap mazmur puji-pujian mulai denganbagian pembukaan yang mengajak untuk memuji Tuhan. Bagian ini mazmur puji- pujian mengungkapkan berbagai alasan mengapa Allah harus dipuji, yaitu karya- karya yang dilakukan Allah dalam alam, khususnya karya penciptaannya, dan karya- karya yang dilakukanNya dalam sejarah, teristimewanya penyelamatan yang dianugerahkan Allah kepada umatNya. Bagian penutup ada kalanya mengulang bagian pembukaan dan kadang-kadang berupa doa.

Menurut temanya kelompok mazmur-mazmur ini dapat dibagikan menjadi dua macam yaitu: Nyanyian-nyanyian Sion, Mzm 46, 48, 76, 87 yang dengan nada eskatologis meluhurkan Kota Suci, yaitu tempat kediaman Yang Mahatinggi dan tujuan para peziarah, bdk Mzm 84 dan 122; mazmur-mazmur Kerajaan Allah, khususnya Mzm 47, 93, 96-98, yang terdapat gaya bahasa yang mengingatkan gaya bahasa para Nabimengagungkan Yahwe sebagai raja dunia semesta. Oleh karena mazmur-mazmur ini memakai kata dan gambaran-gambaran yang lazim dalam melukiskan raja-raja manusiawi yang naik tahta, maka pernah ada usaha menghubungkan mazmur-mazmur tersebut dengan suatu pesta pelantikan Yahwe sebagai raja, yang kanon dirayakan oleh bangsa Israel, serupa dengan pesta pelantikan dewa Marduk di Babel. Akan tetapi adanya perayaan semacam itu di Israel merupakan hipotesa yang tidak terbuka.

2. Doa-doa (permohonan) atau mazmur-mazmur penderitaan atau juga ratapan- ratapan. Latin dari pada Pujian-pujian, mazmur-mazmur permohonan itu tidak memuji kemuliaan Allah tetapi ditujukan kepadaNya. Pada umumnya bagian pembukaan mazmur-mazmur ini berupa seruan yang disusul seruan minta tolong, suatu doa atau ucapan kepercayaan. Dalam bagian inti mazmur maka pendoa berusaha menggerakkan hati Allah dengan melukiskan di hadapanNya keadaan gawat si pendoa. Dalam menggambarkan keadaan itu dipakailah macam-macam kiasan yang sudah lazim, sehingga jarang dapat ditentukan keadaan historis dan konkrit manakah yang di dalamnya doa itu diucapkan. Dikatakan tentang air, jurang, jerat-jerat maut atau jerat-jerat dunia orang mati (syeol), musuh-musuh atau binatang-binatang (anjing, singa, banteng dan sebagainya) yang mengancam atau menerkam; dikatakan pula mengenai tulang-tulang yang menjadi kering dan jantung yang berdebar-debar ketakutan. Ada mazmur di mana si pendoa menegaskan bahwa ia seorang benar, Mzm 7, 17, 26 dan juga yang berupa pengakuan dosa, Mzm 51 dan mazmur-mazmur tobat yang lain. Kepada Allah diingatkan karunia-karunia yang dahulu dianugerahkanNya atau Ia ditegor karena rupa-rupanya Ia lupa dan tidak hadir, misalnya Mzm 9-10, 22, 44. Tetapi pemazmur juga dapat menegaskan bahwa ia tetap percaya dan mengharap, Mzm 3, 5, 42-43, 55-57, 63, 130, dll. Ada kalanya mazmur-mazmur permohonan itu hanya berupa suatu seruan kepercayaan dan pengharapan, Mzm 4, 11, 16, 23, 62, 91, 121, 125, 131. Sering kali permohonan berakhir, ada kalanya tiba-tiba dengan mencetuskan keyakinan bahwa doa sudah dikabulkan dan dengan ucapan syukur, misalnya Mzm 6, 22, 69, 140.

Mazmur-mazmur permohonan tersenut dapat berupa doa bersama atau doa perorangan.

a). Doa bersama misalnya Mzm 12, 44, 60, 74, 79, 83, 85, 106, 123, 129, 137. Doa-doa ini dicetuskan dengan alasan suatu bencana nasional, misalnya dikalahkannya atau dibinasakannya umat dalam perang, atau dengan alasan suatu keperluan bersama. Maka umat memohon keselamatan atau pemulihan bangsa. Setidak- tidaknya Mzm 74 dan 137, yang serupa dengan Ratapan yang dikatakan karangan nabi Yeremia, mencerminkan keadaan yang disebabkan oleh kehancurannya kota Yerusalem pada tahun 587. Mzm 85 mengucapkan rasa hati kaum buangan yang sudah kembali ke tanah airnya. Mzm 106 berupa suatu pengakuan dosa umat.

b) Doa perorangan misalnya Mzm 3, 5-7, 13, 17, 22, 25, 26, 28, 31, 35, 38, 42-43, 51, 54-57, 59, 63, 64, 69-71, 77, 86, 102, 120, 130, 140-143. Jumlah mazmur ini cukup besar dan pokok isinya bermacam-macam, seperti bahaya maut, penganiayaan, pembuangan, usia lanjut, dan khususnya orang mohon dibebaskan dari penyakit, fitnah dan dosa. Sukar memastikan siapa sesungguhnya musuh-musuh, yaitu "mereka yang berbuat jahat", yang menjadi sebab keluhan atau kemarahan si pendoa. Tetapi bagaimanapun juga musuh-musuh itu bukanlah - seperti dikatakan sementara ahli - tukang-tukang sihir guna-gunanya mau ditangkis oleh mazmur- mazmur itu. Demikian pula mazmur-mazmur itu bukanlah doa bersama, seolah-olah "aku" yang angkat bicara di dalamnya sesungguhnya suatu kelompok dan bukan orang perorangan, sebagaimana belakangan ini dikemukakan sementara ahli. Dan "aku" yang angkat bicara dalam mazmur-mazmur itu bukan pula raja yang berbicara atas nama seluruh rakyatnya, sebagaimana juga sudah diketengahkan oleh sementara ahli belum lama berselang. Di satu pihak doa-doa itu bernada terlampau pribadi dan di lain pihak sekali-kali tidak menyinggung diri raja atau keadaan pribadinya, sehingga hipotesa tersebut tidak dapat diterima. Memang benar bahwa sejumlah doa pribadi kemudian disesuaikan dengan keadaan rakyat secara menyeluruh dan dipakai sebagai ratapan umat, misalnya Mzm 22, 28, 59, 69, 71, 102. Benar pula bahwa ada mazmur-mazmur rajawi, sebagaimana akan dijelaskan nanti. Benar juga bahwa semua doa perorangan itu akhirnya dipakai oleh umat bersama (karena itulah mazmur-mazmur itu tercantum dalam kitab Mazmur). Tetapi aselinya mazmur-mazmur itu diciptakan bagi salah seorang secara perorangan atau oleh orang tertentu sesuai dengan salah satu keperluan tertentu dan khusus. Mazmur-mazmur itu berupa seruan hati dan ungkapan kepercayaan pribadi. Memanglah mazmur-mazmur itu tidak pernah berupa ratapan melulu, melainkan seruan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan gawat.

3. Ucapan syukur. Sudah dikatakan di atas bahwa doa permohonan dapat berakhir dengan suatu ucapan syukur kepada Allah yang telah mengabulkan doa. Adapun ucapan syukur itu dapat menjadi pokok inti lagu, seperti halnya dengan mazmur-mazmur yang berupa ucapan syukur. Jumlah mazmur-mazmur itu cukup besar juga, misalnya Mzm 18, 21, 30, 33, 34, 40, 65-68, 92, 116, 118, 124, 129, 138, 144. Jaranglah mazmur-mazmur ini mendapat sifat kolektip. Kalau demikian, maka umat mengucap syukur atas pembebasan dar bahaya, atas panenan yang melimpah, atas karunia-karunia yang dilimpahkan kepada raja. Lebih sering mazmur-mazmur itu bersifat perorangan. Setelah si pendoa melukiskan kemalangan yang dideritanya dan bagaimana doanya dikabulkan, maka ia merumuskan rasa terima kasihnya dan mengajak kaum beriman, supaya turut memuji Allah. Bagian terkhir ini kerap kali memberi kesempatan untuk menyisipkan unsur-unsur yang mau membina akhlak para penyerta. Ditinjau dari segi sastera susunan ucapan syukur itu berdekatan dengan susunan mazmur-mazmur puji-pujian.

4. Jenis mazmur yang menyimpang dan jenis campuran

Perbedaan antara jenis-jenis mazmur yang disebut di atas sesungguhnya kurang tegas. Karenanya terjadi bahwa umpamanya ratapan melanjutkan suatu ucapan kepercayaan, Mzm 27, 31 dan ratapan yang disusul nyanyian syukur, Mzm 28, 57. Mzm 89 mula-mula berupa suatu lagu puji-pujian, tetapi kemudian mazmur itu menjadi suatu firman Allah dan berakhir dengan ratapan. Mzm 119 yang panjang tentu saja memuji-muji hukum Taurat, tetapi sekaligus berupa ratapan perorangan dan membentangkan ajaran mengenai hikmat. Memang beberapa unsur yang pada dirinya tidak sesuai dengan jenis sastera lirik berhasil menyusup ke dalam kitab Mazmur. Nanti akan dikatakan barang sedikit mengenai hal-hal yang berdekatan dengan sastera kebijaksanaan dan di atas sudah dikatakan bahwa unsur semacam itu ditemukan dalam mazmur-mazmur yang berupa ucapan syukur. Unsur-unsur yang berdekatan dengan sastera kebijaksanaan dapat menjadi begitu menyolok, sehingga orang dengan kurang tepat sampai berkata tentang Mazmur-mazmur didaktik. Memang Mzm 1, 112 dan 127 merupakan karya murni dari kalangan para bijaksana. Tetapi ada lain mazmur serupa yang tetap memiliki ciri-ciri dari jenis lirik: Mzm 25 berdekatan dengan ratapan, Mzm 32, 37, 73 berdekatan dengan ucapan syukur, dan lain-lainnya.

Dalam mazmur-mazmur lain diketemukan firman-firman Allah dan bahkan ada yang berupa firman Allah yang diuraikan lebih lanjut, misalnya Mzm 2, 50, 75, 81, 82, 85, 95, 110. Belakangan ini ada sementara ahli yang berpendapat bahwa mazmur-mazmur semacam itu sungguh-sungguh firman Allah yang dibawakan para imam selama berlangsungnya upacara-upacara dalam Bait Allah. Ahli lain berpendapat bahwa mazmur-mazmur itu hanya memanfaatkan gaya bahasa para nabi, tetapi sebenarnya tidak bersangkutan dengan ibadat. Masalahnya tetap dipersoalkan. Tetapi di satu pihak orang harus mengaku bahwa kitab Mazmur berdekatan dengan sastera kenabian, tidak hanya sehubungan dengan firman-firman Tuhan, tetapi juga sehubungan dengan bermacam-macam pokok lain, misalnya penampakan Allah, kiaan "cawan" yang melambangkan murka Allah, kiasan "api", "kui", dan sebagainya. Di lain pihak juga perlu diakui bahwa ada hubungan erat antara kitab Mazmur dan ibadat dalam Bait Allah, sebagaimana nanti akan diuraikan.

Mazmur-mazmur rajawi

Terserak-serak dalam kitab Mazmur dan termasuk bermacam-macam jenis ada sejumlah mazmur yang bersangkutan dengan raja. Ada firman-firman Allah mengenai raja, Mzm 2 dan 110, ada doa untuk raja, Mzm 20, 61, 72, ada sebuah doa syukur untuk raja, Mzm 21, ada doa yang diucapkan raja, Mzm 18, 28, 63, 101, sebuah nyanyian yang ngiringi perarakan raja, Mzm 132, sebuah lagu puji-pujian yang dibawakan raja, Mzm 144, dan bahkan ada sebuah nyanyian yang diciptakan untuk memerintahkan pernikahan di istana raja, Mzm 45. Ini semua agaknya mazmur-mazmur yang tua, yang berasal dari zaman para raja dan yang gaya bahasanya sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dipakai dalam upacara di istana. Mazmur-mazmur itu mengenai raja yang sezaman; Mzm 2, 72 serta Mzm 110 barangkali mazmur-mazmur pelantikan raja. Raja dikatakan anak angkat Allah, kerajaannya tidak berkesudahan dan kekuasaannya meluas sampai ke ujung-ujung bumi. Raja akan memenangkan keadilan dan kedangkalan dan menjadi penyelamat rakyatnya. Ungkapan-ungkapan semacam itu nampaknya berlebih-lebih, tetapi sebenarnya ungkapan-ungkapan itu sesuai dengan apa yang oleh bangsa-bangsa tetangga dikatakan tentang raja mereka dan yang oleh bangsa Israel diharapkan sehubungan dengan raja mereka juga.

Akan tetapi raja Israel menjadi orang urapan Tuhan yang menjadi dia wazirnya di bumi. Raja di Israel adalah orang yang diurapi Yahwe (Ibraninya: Mesyiah). Hubungan keagamaan antara Allah dan raja itulah yang menentukan pengertian bangsa Israel terhadap rajanya dan membedakan pengertian itu dengan pengertian di negeri Mesir dan Mesopotamia walaupun cara bicara tentang raja di Israel serupa dengan cara bicara di Mesir dan Mesopotamia. Pengharapan akan "Mesias- Raja" yang muncul dengan nubuat Natan, 2 Sam 7, menjadi terungkap dalam tafsiran atas nubuat itu sebagaimana diberikan dalam Mzm 89 dan 132, dan khususnya dalam Mzm 2, 72 dan 110. Mazmur-mazmur itu memupuk pada rakyat pengharapan berdasarkan janji-janji yang diberikan Allah kepada wangsa Daud. Apabila pengharapan akan Mesias diartikan sebagai penantian akan seorang raja di masa mendatang, akan raja terakhir yang akan membawa keselamatan definitif dan menegakkan kerajaan Allah di bumi, maka tidak ada satupun dari mazmur-mazmur tersebut yang sungguh-sungguh "mesion". Akan tetapi beberapa dari nyanyian rajawi yang tua itu terus dipakai, kendati lenyapnya kerajaan di Israel. Nyanyian-nyanyian itu dimasukkan ke dalam kumpulan mazmur resmu, walaupun barangkali disesuaikan dan disadur. Dengan jalan itu mazmur-mazmur itu tetap memupuk pengharapan akan seorang Mesias, keturunan Daud. Menjelang tarikh masehi pengharapan itu hangat sekali pada rakyat Israel dan orang-orang Kristen berpendapat bahwa semua digemari dalam diri Yesus Kristus (Kristus berarti: orang urapan, Mesias). Khususnya Mzm 110 paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru. Nyanyian pernikahan, Mzm 45, dipakai untuk mengungkapkan persatuan Mesias dengan Israel baru, sejalan kiasan perkawinan yang digemari para nabi. Mzm 45 dalam Ibr 1:8 langsung diterapkan pada Kristus. Dengan meneruskan pandangan semacam itu Perjanjian Baru dan tradisi Kristen selanjutnya masih menterapkan pada Kristus mazmur-mazmur lain yang sebenarnya bukan mazmur- mazmur rajawi, tetapi yang terlebih mengungkapkan perasaan hati Mesias, Orang Benar yang unggul, Misalnya Mzm 16 dan 22 dan bagian-bagian banyak mazmur lain, khususnya Mzm 8, 35, 40, 41, 68, 69, 97, 102, 118, 119, diterapkan pada Kristus. Begitu pula mazmur-mazmur yang mengenai Yahwe sebagai Raja diterapkan pada Kristus sebagai raja. Pengeterapan semacam itu kiranya bukan lagi arti dan makna mazmur-mazmur sendiri. Namun pengeterapan itu boleh dibenarkan juga, sebab segenpa pengharapan yang menjiwai kitab Mazmur akhirnya tidak sepenuh-penuhnya terwujud, kecuali melalui kedatangan Anak Allah di bumi.

Hubungan mazmur-mazmur dengan ibadat

Kitab Mazmur tidak kecuali kumpulan nyanyian-nyanyian keagamaan Israel. Kita tahu juga di antara petugas Bait Allah ada juga para penyanyi. Tentu baru sehabis masa pembuagan penyanyi secara langsung disebut. Namun pasti juga bahwa mereka sejak awal mula termasuk kalangan para petugas Bait Allah. Orang merayakan perayaan Yahwe dengan tarian dan nyanyian, Hak 21:19-21; 2 Sam 6:5, 16. Menurut Am 5, 23. Menurut Tawarikh raja Sanherib maka di masa raja Hizkia Bait Allah yang dibangun Salomo memang memunyai penyanyi-penyanyinya, sama seperti semua tempat suci di dunia Timur memiliki penyanyi-penyanyinya. Ada sejumlah mazmur yang dipertalikan dengan Asaf, Bani Korah, Herman dan Etan (atau Yedutan). Menurut kita Tawarikh semua tokoh itu termasuk kalangan para penyanyi Bait Allah di masa sebelum pembuangan. Ada sebuah tradisi yang menyatakan bahwa banyak mazmur adalah karya Daud. Dan tradisi yang sama menyatakan juga bahwa Daudlah yang mengorganisasikan ibadat Bait Allah, termasuk para penyanyi, 1Taw 25. Tradisi itu agak sejalan dengan keterangan-keterangan yang tua sekali mengenai Daud yang menari dan menyanyi di hadapan Yahwe, 2Sam 6:5, 16.

Pada sejumlah besar mazmur dibubuhkan keterangan-keterangan mengenai musiknya dan pemakaian liturginya. Ada keterangan mengenai upacara yang dibarengi dengan mazmur yang bersangkutan. Mzm 20, 26, 27, 66, 81, 107, 116, 134, 135 Mazmur- mazmur tersebut dan lain mazmur, Mzm 48, 65, 95, 96, 118, dinyanyikan dipelataran Bait Allah. "Nyanyian-nyanyian ziarah" (begitu kira-kira dapat diterjemahkan istilah Ibrani yang tidak jelas artinya), yaitu Mzm 120-134, dan juga Mzm 84 tidak lain kecuali lagu-lagu yang dipakai waktu orang berziarah ke Yerusalem. Contoh-contoh yang paling jelas itu secukupnya membuktikan bahwa banyak mazmur, termasuk yang bersifat perorangan, diciptakan untuk ibadat dalam Bait Allah. Mazmur-mazmur lain barangkali aselinya tidak dikarang untuk keperluan itu, tetapi kemuliaan juga disesuaikan, misalnya dengan menambahkan permohonan berlat, Mzm 125, 128, 129.

Maka hubungan banyak mazmur dengan ibadat dan corak liturgis kitab Mazmur secara menyeluruh tidak dapat disangkal. Tetapi pada umumnya tidak ada petunjuk- petunjuk konkrit untuk dapat menentukan dalam upacara atau pada hari raya manakah mazmur-mazmur tertentu dipakai. Judul Ibrani pada Mzm 92 menetapkan pemakaiannya pada hari Sabat. Judul-judul Yunani pada Mzm 24, 48, 93, 94, menentukan bahwa lagu-lagu itu dipakai pada hari-hari pekan yang lain. Mzm 30 dipakai pada hari raya Pentahbisan Bait Allah-begitu dikatkan naskah Ibrani, sedangkan menurut naskah Yunani Mzm 29 dinyanyikan pada perayaan Pondok-Daun. Petunjuk-petunjuk itu kiranya tidaklah aseli. Tetapi sama seperti penetapan- penetapan terperinci yang dibuat di zaman Yahudi, petunjuk-petunjuk tersebut menjadi bukti bahwa Kitab Mazmur berperan sebagai kitab nyanyian guna Bait Allah dan Rumah-rumah ibadat Yahudi sebelum menjadi kitab nyanyian bagi Gereja Kristen.

Pengarang-pengarang dan masa dikarangnya mazmur-mazmur

Judul-judul yang dibubuhkan pada banyak mazmur mempertalikan 73 buah dengan Daud, 12 buah dengan Asaf, 11 buah dengan Bani Korah, dan satu buah dengan Heman, Etan (atau Yedutun), Musa dan Salomo. 35 mazmur tidak dipertalikan dengan tokoh tertentu. Judul-judul dalam terjemahan Yunani tidak selalu sama dengan yang terdapat dalam naskah Ibrani. Menurut terjamahan Yunani, maka 82 mazmur adalah karya raja Daud. Terjemahan Siria masih lebih berbeda.

Aselinya judul-judul tersebut barangkali tidak bermaksud menyatakan siapa pengarang mazmur yang bersangkutan. Ungkapan Ibrani yang dipakai hanya mengatakan bahwa ada salah satu hubungan antara mazmur itu dengan tokoh yang disebut namanya, entahlah karena isi mazmur sesuai dengan tokoh itu, entah karena mazmur itu termasuk sebuah kumpulan mazmur yang diedarkan memakai nama tokoh itu. "Mazmur-mazmur Bani Korah" ialah mazmur-mazmur yang termasuk kumpulan mazmur yang lazim dipakai oleh kelompok-kelompok penyanyi itu. Sejumlah besar mazmur diberi catata: "Untuk pemimpin biduan", Mzm 4,5,6,8, dan lain-lainnya. Mazmur-muzmur ini termasuk kumpulan yang dinyanyikan oleh paduan suara Bait Allah yang dipimpin oleh seorang pemimbing. Ada juga sekumpulan "mazmur Asaf" dan sekumpulan "Mazmur Daud". Di kemudian hari judul-judul yang aselinya hanya menyatakan termasuk kumpulan manakah mazmur tertentu, dimengerti seolah-olah menyatakan siapa pengaruhnya. Maka beberapa "mazmur Daud" diberi catatan pendahuluan yang menentukan dalam keadaan hidup manakah mazmur itu diciptakan oleh raja Daud. Mzm 3, 7, 18, 34, 51, 52, 54, dan lain-lainnya. Akhirnya tradisi tidak hanya mengaggap Daud sebagai pencipta mazmur-mazmur yang dibubuhi dengan namanya, tetapi sebagai pencipta seluruh kitab Mazmur.

Tafsiran yang kurang tepat tersebut janganlah membuat kita meremehkan suatu kesaksian tua dan berharga yang diberikan oleh judul-judul mazmur itu. Mungkin sekali mazmur-mazmur Asaf dan Bani Korak benar-benar diciptakan oleh para penyanyi Bait Allah. Sejalan dengan itu juga kumpulan mazmur-mazmur Daud benar- benar bersangkutan dengan raja itu, entah bagaimana. Mungingat keterangan- keterangan yang tercantum dalam kitab-kitab sejarah mengenai bakat-musik raja Daud, 1Sam 16:16-18, bdk Am 6:5, mengenai bakat puetisnya, 2Sam 1:19-27; 3:33-34, dan tentang citarasanya di bidang peribadatan, maka perlu diterima bahwa dalam kitab Mazmur benar-benar tercantum nyanyian-nyanyian yang diciptakan oleh raya Daud. Memang Mzm 18 tidak lain dari suatu saduran sebuah nyanyian yang menurut 2Sam 22 dikarang oleh Daud. Sudah barang tentu tidak semua mazmur yang barasal dari kumpulan Daud juga diciptakan oleh raja itu. Tetapi kumpulan itu kiranya tidak mungkin disusun, kalau aselinya tidak ada suatu kumpulan yang memuat mazmur-mazmur ciptaan Daud sendiri. Hanya tak mungkin lagi menentukan mazmur-mazmur manakah termasuk ke dalam kumpulan aseli itu. Sudah dikatakan di atas, bahwa judul-judul yang terdapat dalam naskah-naskah Ibrani tidak menentukan bagi kita. Jika pengarang-pengarang Perjanjian Baru mengutip salah satu mazmur sebagai mazmur Daud, maka mereka hanya menyesuaikan diri dengan pendapat umum di zamannya. Tetapi keterangan-keterang semacam itu jangan begitu saja disingkirkan. Raja Daud sebagai "pemazmuran yang disenangi di Israel", 2Sam 23:1, selalu perlu dianggap sebagai seorang tokoh yang berperan besar dalam asal-usul lirik keagamaan umat terpilih.

Dorongan yang dilancarkan raja Daud kemudian diteruskan. Kitab Mazmur sesungguhnya menampung hasil karya puetis yang berlangsung beberapa abad. Setelah sementara ahli mengemukakan pendapat bahwa kebanyakan mazmur dikarang di zaman belakangan, di masa sesudah pembuangan dan kemudian dari itu, maka sekarang ahli-ahli itu lama-kelamaan mengambil sikap yang lebih bijaksana. Cukup banyak mazmur berasal dari zaman para raja, teristimewanya "mazmur-mazmur rajawi". Hanya isi mazmur-mazmur ini sangat umum dan tak terperinci, sehingga tidak dapat ditanggalkan lebih jauh dan tanggal yang kadang-kadang diusulkan sebenarnya beberapa hipotesa melulu. Sebaliknya, "mazmur-mazmur kerajaan Yahwe" yang berbelas unsur-unsur dari mazmur-mazmur lain dan bagian kedua kitab Yesaya, nyanyiannya dikarang selama masa pembuangan. Demikianpun halnya dengan mazmur- mazmur misalnya Mzm 137, yang berkata tentang kemusnahan kota Yerusalem dan pembuangan. Kembalinya kaum buangan ke tanah airnya dikidungkan oleh Mzm 126. Zaman yang menyusul masa pembuangan nampaknya subur sekali dalam menciptakan mazmur. Memang di zaman itu ibadat sangat berkembang di Bait Allah yang dibangun kembali. Di masa itu kedudukan para penyanyi Bait Allah meningkat, sehingga disamakan dengan kaum Lewi. Para bijaksana juga memanfaatkan jenis sastera "mazmur" untuk menyebarluaskan ajarannya, misalnya Bin Sirakh. Perlukah orang juga menerima bahwa di zaman para Makabe masih diciptakan mazmur-mazmur yang dicantumkan dalam kitab Mazmur? Masalah ini khususnya menyangkut Mzm 44, 74, 83. Hanya bukti-bukti yang diajukan tidak cukup meyakinkan untuk menanggalkan mazmur-mazmur tersebut di zaman para Makabe.

Terbentuknya kitab Mazmur

Kitab Mazmur seperti yang kita miliki sekarang merupakan hasil suatu usaha yang berlangsung lama. Mula-mula ada beberapa kumpulan kecil. Mzm 72 (yang dikatakan karangan Salomo) ditutup dengan catatan ini: "Sekianlah doa-doa Daud bin Isai". Namun demikian dalam kitab Mazmur sebelumnya sudah tercantum sejumlah mazmur yang tidak dipertalikan dengan Daud, dan kemudian masih juga tercantum beberapa mazmur yang dihubungkan dengan Daud. Sebenarnya ada dua kelompok "mazmur-mazmur Daud", Mzm 3-41 dan 51-52; masing-masing mazmur dalam kedua kelompok itu dipertalikan dengan Daud, kecuali yang paling akhir (Salomo) dan tiga mazmur yang tidak dihubungkan dengan nama orang tertentu. Masih ada kumpulan-kumpulan mazmur yang serupa: kumpulan mazmur Asaf, Mzm 50 dan 73-83, kumpulan mazmur Bani Korah, Mzm 42-49 dan 84, 85, 87, 88, kumpulan nyanyian ziarah Mzm 120-134, kumpulan mazmur yang dibubuhi dengan kata "Haleluya" (karena itu disebut "Hallel")(Mzm 105-107, 111-118, 135, 136, 146-150). Kumpulan-kumpulan kecil tersebut mula-mula beredar tersendiri, sebagaimana dibuktikan kenyataan bahwa beberapa mazmur (dengan perbedaan kecil-kecil) sampai dua kali tercantum dalam kitab Mazmur, misalnya Mzm 14 dan Mzm 53; Mzm 40:14-18 dan Mzm 70; Mzm 57:8-12 bersama Mzm 60:7-14 dan Mzm 108.

Pekerjaan pengumpul-pengumpul mazmur-mazmur terasa juga dalam penggunaan nama-nama ALlah. Mzm 1-41 hanya menggunakan nama "Yahwe" (ialah kumpulan mazmur-mazmur Daud yang pertama). Mzm 42-89 (yang merangkum kumpulan mazmur- mazmur Daud yang kedua, sebagian dari mazmur-mazmur Bani Korah dan kumpulan mazmur-mazmur Asaf) hanya memakai nama "Elohim", sedangkan Mzm 90-15 kembali memakai nama "Yahwe", kecuali Mzm 108 yang menggabungkan dua Mazmur yang menggunakan nama "Elohim", yakni Mzm 57 dan 60. Kumpulan mazmur-mazmur kedua yang memakai nama "Yaher" itu kiranya kumpulan yang paling muda dalam kitab Mazmur, hal mana tidak mengatakan apa-apa mengenai masing-masing mazmur. Kebanyakan mazmur itu tidak bernama dan di dalamnya terdapat banyak pengulangan dan pinjaman dari mazmur-mazmur lain.

Dalam tahap perkembangan yang terakhir kitab Mazmur dibagi menjadi "lima buku". Ini agaknya untuk meniru "Lima Buku Musa" (Pentateukh). Kelima "buku"itu dipisahkan satu sama lain dengan disisipkan suatu doksologi yang menutup masing- masing buku: Mzm 41, 14; 72:18-20; 89:52; 106:48. Mzm 150 berperan sebagai doksologi penutup kitab, sedangkan Mazmur 1 nampaknya sebagai kata pembukaan kitab Mazmur.

Bentuk kitab Mazmur resmi yang merangkum 150 Mazmur baru di zaman belakangan menjadi lazim dan belum juga umum diterima. Memang kitab Mazmur dalam terjemahan Yunani memuat 151 buah mazmur dan terjemahan Siria bahkan 155 buah. Dalam naskah-naskah jemaat di Qumran ditemukan Mzm 151 tergabung dengan mazmur lain dalam bahasa Ibrani, sehingga Mzm 151 dalam terjemahan Yunani ternyata aslinya sebuah mazmur Ibrani. Naskah-naskah jemaat di Qumran juga menampilkan dalam bahasa Ibrani dua buah mazmur-mazmur tambahan dalam terjemahan Siria. Selebihnya maskah-naskah jemaat di Qumran memuat dua kumpulan mazmur yang serba baru. Kumpulan-kumpulan itu disisipkan ke dalam kitab Mazmur sebagaimana yang dipakai jemaat itu. Urutan mazmur-mazmur dalam kitab Mazmur jemaat di Qumran juga berbeda dengan urutannya dalam kitab Mazmur yang tercantum dalam Alkitan. Maka jelaslah bahwa kitab Mazmur yang tercantum dalam Alkitab. Maka jelaslah bahwa kitab Mazmur hingga zaman masehi terus terbuka untuk menampung mazmur-mazmur lain lagi, setidak-tidaknya di beberapa kalangan orang Yahudi.

Nilai rohani kitab Mazmur

Oleh karena kekayaan rohani kitab Mazmur kentara, maka tak perlu dikatakan banyak tentangnya. Mazmur-mazmur menjadi doa di masa perjanjian lama. Allah sendiri mencetuskan perasaan hati yang seharusnya dimiliki anak-anakNya terhadap Bapa mereka. ia sendiripun menginspirasikan kata-kata yang seharusnya mereka pakai dalam menghadap Allah. Mazmur-mazmur itu diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri, oleh Perawan Maria, para rasul dan para martir. Dengan tidak merubah apa-apa Gereja Kristen telah menjadikan mazmur-mazmur itu sembahyang resminya. Memang seruan-seruan berupa pujian, permohonan atau ucapan syukur itu dicetuskan para pemazmur dalam keadaan tertentu di zamannya dan berdasarkan pengalamannya pribadinya itu. Tetapi tanpa dirubah sedikitpun seruan-seruan itu mempunyai makna umum. Sebab mazmur-mazmur itu mengungkapkan sikap hati yang seharusnya ada pada tiap-tiap manusia yang menghadap Allah. Memang kata-kata tidak dirubah, tetapi makna mazmur-mazmur itu sangat diperkaya. Di masa perjanjian baru orang beriman bersyukur dan memuji Allah, yang sudah menyatakan rahasia hidupNya sendiri, yang melalui darah AnakNya menebus manusia dan mencurahkan Roh KudusNya. Dalam pemakaian liturgis tiap-tiap mazmur diakhiri dengan doa pujian yang tertuju kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Doa-doa permohonan yang tua itu menjadi lebih hangat semenjak Perjamuan Malam. Salib dan Kebangkitan mengajar manusia mengenai kasih Allah yang tak berhingga kepada manusia, mengenai beratnya dosa yang membelenggu semua orang, mengenai kemuliaan yang dijanjikan kepada orang benar. Memang pengharapan yang tercetus dalam nyanyian-nyanyian para pemazmur, sekarang terwujud. Sebab Mesias sudah datang dan meraja. Semua bangsa diajak untuk memuji Dia.

(0.2506511) (Mzm 5:8) (jerusalem: dalam keadilanMu) Diminta supaya Allah memperhatikan keadilanNya dengan "menuntun" pendoa, artinya mengatur hidupnya begitu rupa sehingga keadilan Tuhan menjadi nyata dalam dilindunginya orang benar terhadap orang fasik yang melawan pendoa. Itulah jalan yang "diratakan" Allah.
(0.2506511) (Mzm 35:1) (jerusalem: Doa minta tolong terhadap musuh) Dalam ratapan ini seseorang yang bersahaja, takwa dan suka damai memanjatkan keluhannya kepada Tuhan. Dengan mendesak ia mohon supaya Tuhan sudi bertindak keras terhadap musuh-musuh yang curang, yang dahulu menikmati kebaikan hati pendoa. Dengan pasti pertolongan itu diharapkan dan itu menjadi dasar untuk bersyukur (mempersembahkan korban syukuran?). Mazmur ini dapat dibagi menjadi dua, Maz 35:1-10 dan Maz 35:11-28, atau tiga, Maz 35:1-10 dan Maz 35:11-18 dan Maz 35:19-28. Masing-masing bagian mengulang pikiran yang sama. Ratapan ini berdekatan dengan Maz 22:1-31; 55:1-23; 59:1-17; 69:1-36; 109:1-31.
(0.2506511) (Yes 6:2) (jerusalem: Serafim) Kata Ibrani ini berarti: yang menyala-nyala. hanya nama makhluk-makhluk ini sama dengan ular (tedung: harafiah: menyala-nyala) yang disebut dalam Bil 21:6; bdk Yes 8; Ula 8:15, atau "ular naga terbang", Yes 14:29; 30:6. Serafim itu ialah makhluk-makhluk berupa manusia, tetapi bersayap enam. Mereka serupa dengan makhluk-makhluk gaib yang menyangga kereta Allah dalam Yeh 1; dalam Yeh 10 mereka disebut "kerub", sama seperti gambar (patung-patung) serupa yang terpasang pada tabut perjanjian, Kej 25:18+. Dalam tradisi selanjutnya dua macam malaikat disebut masing-masing Serafim dan Kerubim
(0.2506511) (Dan 9:24) (jerusalem: Tujuh puluh kali tujuh masa) Angka tujuh itu melambangkan kesempurnaan dan keutuhan. Titik tolak perhitungan tujuh puluh pekan (masing-masing tujuh "masa", ialah tahun) ialah tanggal nubuat nabi Yeremia disampaikan, Dan 9:24. Akhir masa itu ialah pemulihan Yerusalem dan kembalinya kaum buangan. Menurut 2Ta 36:22-23(=Ezr 1:1-3) akhir itu sampai ketika raja Koresy mengeluarkan penetapan bahwa orang-orang Yahudi bebas, yaitu pada th 538 seb Mas
(0.2506511) (Kis 17:26) (jerusalem: satu orang saja) Harafiah: satu saja. Var: satu darah, atau satu bangsa, satu rumpun bangsa
(0.2506511) (Rm 1:24) (jerusalem: Allah menyerahkan mereka) Ungkapan alkitabiah "Allah menyerahkan mereka" sampai tiga kali menekankan bahwa kesesatan disengaja di bidang keagamaan mengakibatkan kekacauan akhlak dan masyarakat. Dosa di dalam dirinya sendiri sudah mengandung buah serta hukumannya: bdk Yeh 23:28-29; Yes 64:6; Wis 11:15-16; 12:23-27. Paulus hanya menghakimi dan mengutuk dunia kekafiran dan tidak berkata tentang maksud batiniah masing-masing orang. Ini hanya dapat dihakimi oleh Allah, Rom 2:16; 1Ko 4:5; 5:12-13; Rom 2 sesungguhnya mengandaikan bahwa sementara orang kafir mengamalkan hukum kodrat yang tertera dalam hati mereka, Rom 2:14-15. Tetapi manusia harus mengaku diri sebagai orang berdosa.
(0.2506511) (Ef 1:13) (jerusalem: kamu juga) Berkat yang keenam ialah panggilan orang-orang bukan Yahudi untuk mendapat keselamatan yang dahulu dikhususkan bagi Israel. Mereka telah mendapat jaminannya waktu menerima Roh yang dijanjikan
(0.2481319) (Kej 21:22) (sh: Menjadi berkat bagi orang lain (Selasa, 11 Mei 2004))
Menjadi berkat bagi orang lain

Menjadi berkat bagi orang lain. Perjumpaan orang lain dengan kita, seharusnya menjadi perjumpaannya dengan Yesus yang kita sembah, dan akhirnya ia diberkati! Namun yang sering terjadi, perjumpaan orang lain dengan kita justru menjadi batu sandungan baginya untuk berjumpa dengan Yesus!

Perjumpaan Abimelekh dengan Abraham (betapapun Abraham tidak bijaksana pada waktu itu) pada perikop terdahulu, menyebabkan Abimelekh bertemu dengan Allah. Kini perjumpaan itu dilanjutkan dengan ikatan perjanjian di antara mereka. Hal itu diadakan untuk memastikan masing-masing pihak saling peduli dan saling mengindahkan satu sama lainnya.

Di satu sisi perjanjian itu meredam kemungkinan pertikaian, perebutan tempat, dll. Hal itu ditegaskan misalnya dengan masing-masing memberikan tanda ikatan. Abimelekh telah memberikan tanahnya untuk ditinggali Abraham sebagai orang asing, sebagai gantinya Abraham memberikan domba dan lembunya kepada Abimelekh (ayat 27). Perdebatan mengenai sumur juga diselesaikan dengan persembahan tujuh anak domba betina langsung kepada ta-ngan Abimelekh dari tangan Abraham (ayat 28-30).

Di sisi lain, persahabatan yang diikat melalui perjanjian itu akan berdampak positif bagi Abimelekh, karena ia dapat belajar banyak dari kehidupan dan ibadah Abraham. Pertanyaannya, apakah kehidupan dan ibadah Abraham bisa diteladani Abimelekh dan membuatnya semakin mengenal Allah? Hanya oleh anugerah Abraham bisa menjadi berkat. Demikian pun, anugerah-Nya saja menentukan apakah Abimelekh akhirnya mengenal Allah.

Pertanyaan sekarang ditujukan kepada Anda! Dapatkah orang lain yang dekat dengan Anda melihat buah-buah iman sejati sehingga mereka menjadi orang yang diberkati Allah melalui diri Anda?

Doa: Tuhan, mohon tunjukkan hal-hal dalam diriku yang harus kutinggalkan, atau yang harus kuubah supaya aku tidak menjadi batu sandungan buat orang lain.

(0.2481319) (1Raj 4:1) (sh: Pemimpin yang berhikmat (Kamis, 29 Juli 2004))
Pemimpin yang berhikmat

Pemimpin yang berhikmat. Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud. Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinan Daud?

Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut. Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana. Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo, membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan hidupnya (ayat 7-20).

Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Amsal 1:7) yang menolong Salomo dalam memimpin bangsa Israel.

Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat Tuhan akan dicurahkan kepadamu.

Renungkan: Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan.

(0.2481319) (1Raj 17:7) (sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000))
Perhatian Allah di waktu perang

Perhatian Allah di waktu perang. Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis.

Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal masing-masing&tab=notes" ver="">17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut.

Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu.

Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut.

(0.2481319) (Mzm 104:19) (sh: Tuhan pemberi hidup (Rabu, 19 Oktober 2005))
Tuhan pemberi hidup

Tuhan pemberi hidup Tidak satu pun benda ciptaan Tuhan yang tidak memiliki fungsi. Baik benda mati maupun makhluk hidup masing-masing ada gunanya. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Tuhan Sang Pencipta (ayat 24). Seharusnya semua ini membuat manusia ciptaan Allah dengan sukacita penuh, memuji dan memuliakan Allah pemberi hidup itu.

Tuhan berdaulat atas segala makhluk ciptaan-Nya. Dia menciptakan benda-benda penentu waktu (ayat 19) untuk mengatur siklus alami yang membuat berbagai makhluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing untuk mencari makanan pada siang atau malam hari karena kegelapan pun berada dalam kuasa Sang Pencipta (ayat 20-23). Betapa mengagumkan karya ciptaan tangan-Nya, termasuk luasnya lautan dengan segala makhluk yang diam di dalamnya. Lautan yang dalam kepercayaan kuno kafir adalah kuasa pengacau (dengan lewiatan sebagai monster lautnya) ternyata tunduk di bawah kedaulatan-Nya. Tidak ada aspek kehidupan di luar kendali Tuhan (ayat 27-30). Baik kebutuhan hidup hari lepas hari, maupun kehidupan itu sendiri sangat bergantung penuh kepada anugerah-Nya. Tuhan berdaulat atas hidup dan mati semua ciptaan-Nya. Dia bahkan terus berkarya dalam menciptakan dan membarui ciptaan-Nya seturut hikmat-Nya. Tidak ada yang patut mendapat hormat dan kemuliaan selain Dia, Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Sungguh fatal-lah nasib semua orang yang menolak Dia (ayat 35).

Mazmur ini mengajak kita merespons kedaulatan Tuhan dengan dua hal. Pertama, terus-menerus memuji, memuliakan Tuhan dalam hidup ini. Wujudkanlah hal itu dengan hidup kudus dan mulia. Kedua, karena Tuhan begitu dahsyat dan berkuasa atas semua yang ada di bawah kolong langit ini, apalagi yang harus dicemaskan anak-anak-Nya? Tidak ada satu hal pun dapat mengganggu apalagi menghancurkan hidup orang Kristen dan gereja.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.2481319) (Ams 21:1) (sh: Kejernihan hati (Senin, 23 Oktober 2000))
Kejernihan hati

Kejernihan hati. Siapa dapat menduga hati seseorang? Orang yang terdekat dengannya atau dirinya sendiri? Harus diakui betapa misteriusnya hati seseorang, diri sendiri pun kadang-kadang tidak mengerti hatinya. Oleh karena itu perlu ada yang mengontrol hati manusia, yang benar-benar dapat menguji hati manusia, tiada lain adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu, Dialah yang menguji hati manusia.

Penulis Amsal mengatakan bahwa hati raja seperti batang air di dalam tangan Tuhan yang gerakan mengalirnya air senantiasa dikontrol oleh Tuhan (1). Raja yang berkuasa memiliki kesempatan melakukan apa saja yang dianggapnya baik dan benar. Tetapi raja yang hatinya condong kepada Tuhan tidak seperti hati orang fasik yang sombong (4) dan mengingini kejahatan (10), tidak akan melakukan tindakan dan mengambil keputusan yang merugikan rakyat dan kerajaannya. Bila Tuhan yang mengontrol hatinya maka ia hanya melakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Bila Tuhan memegang pusat hidup seorang pemimpin, maka pikirannya, perilakunya, perasaannya, keputusannya, tindakannya tertuju kepada-Nya. Betapa sejahteranya kehidupan rakyatnya yang hati pemimpinnya ada di dalam tangan Tuhan.

Melakukan kebenaran dan keadilan berkenan kepada Tuhan dan merupakan kesukaan bagi orang benar (15). Persembahan sebesar apa pun tak berarti bila tidak didasari kehidupan yang penuh dengan kebenaran dan keadilan (3). Orang fasik akan mengalami penganiayaannya sendiri karena mereka tidak mau melakukan keadilan (7). Mereka tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya karena hatinya tertutup terhadap jeritan orang lain (10). Apakah melakukan kebenaran dan keadilan sama dengan memeratakan penghasilan atau membagikan kepada semua orang jumlah yang sama? Tentu saja bukan demikian pengertiannya. Melakukan kebenaran dan keadilan adalah menyatakan benar kepada orang benar dan salah kepada yang bersalah, membagikan sesuai kebutuhan masing-masing, dan tidak menindas hak orang lain.

Renungkan: Suara kebenaran dan keadilan semakin lemah di tengah merebaknya realita ketidakbenaran dan ketidakadilan. Bagaimana Anda memegang peran sebagai pelaku kebenaran dan keadilan dalam profesi Anda masing-masing? Adakah hal-hal konkrit yang dapat Anda lakukan, agar keduanya bukan sekadar slogan semu?

(0.2481319) (Mat 25:31) (sh: Bukan iman teori tetapi iman kenyataan (Senin, 14 Maret 2005))
Bukan iman teori tetapi iman kenyataan

Bukan iman teori tetapi iman kenyataan
Bagian ini mengakhiri rangkaian nubuat dan ajaran Tuhan Yesus tentang kedatangan-Nya dan penghakiman akhir kelak. Beberapa hal penting Ia bentangkan. Pertama, seperti halnya Injil harus diberitakan ke sekalian bangsa, hari penghakiman kelak pun meliputi semua bangsa (ayat 32). Kedua, seperti halnya Injil harus direspons oleh masing-masing demikian pun penghakiman itu akan berlaku untuk masing-masing orang (ayat 33). Ketiga, bila dalam warta Injil Yesus datang sebagai Juruselamat dalam kerendahan-Nya, kelak Ia akan datang sebagai Raja dengan segenap kemuliaan-Nya dan semua malaikat-Nya (ayat 31). Ketika itu, keputusan akhir nasib kekal tiap orang akan diambil (ayat masing-masing&tab=notes" ver="">34,41).

Atas dasar apakah keputusan kekal itu Tuhan jatuhkan? Bagian ini mengejutkan sekali. Tradisi Protestan mengajarkan bahwa kita selamat bukan karena perbuatan, tetapi karena iman kepada anugerah Allah. Hanya apabila orang menyambut Yesus dan karya penyelamatan-Nya, orang bersangkutan akan selamat. Namun, bagian ini kini seolah mengajarkan hal berbeda. Semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatan baik mereka. Mereka yang memiliki perbuatan kasih nyata kepada sesama, masuk ke dalam kebahagiaan kekal (ayat 35-40). Sebaliknya mereka yang tak berbuat kasih dibuang ke dalam siksaan kekal (ayat 41-46).

Karena itu jangan sekali-kali mengabaikan perbuatan nyata demi menekankan prinsip sola gratia. Namun, jangan juga cepat menyimpulkan bahwa keselamatan adalah hasil amal. Yang Tuhan nilai layak bersama Dia ialah mereka yang melakukan perbuatan berjaga-jaga, mengembangkan talenta, dalam keadaan melayani, dst. Semua perbuatan itu menurut komentar Tuhan sendiri adalah perbuatan "untuk Kristus." Hasil dari menerima penyelamatan dari Kristus adalah memiliki kasih Kristus dan memiliki kepekaan Kristus.

Renungkan: Hasil dari diselamatkan adalah Kristus hidup dan berkarya dalam hidup orang. Bila karya nyata itu tidak ada, maka batallah pengakuan imannya tentang Kristus.

(0.2481319) (Mrk 10:1) (sh: Cita-cita Allah (Selasa, 25 Maret 2003))
Cita-cita Allah

Cita-cita Allah. Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini?

Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu.

Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi "satu daging" dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun!

Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah.

(0.2481319) (Luk 2:1) (sh: Tiga alasan untuk meremehkan Natal (Rabu, 25 Desember 2002))
Tiga alasan untuk meremehkan Natal

Tiga alasan untuk meremehkan Natal.
Pertama, Tempat Kejadian Perkara (TKP) Natal adalah daerah pinggiran. Jauh dari tempat Kaisar Agustus memerintah; jauh dari tempat kediaman sang wali negeri di Siria, bahkan bukan juga Ibukota Yudea, Yerusalem. Jauh dari pentas utama sejarah dunia, regional, maupun nasional. Hanya kota kecil yang bernama Betlehem—kebetulan kampung halaman raja Daud (ayat 4). Kedua, para tokoh utamanya punya latar belakang yang (demi sopan santun) "mencurigakan". Yusuf dan Maria baru bertunangan, tetapi Maria sudah mengandung (ayat 5). Lagipula, orang yang cukup terhormat rasanya masih akan mendapatkan tempat menginap yang cukup layak, apapun situasinya (ayat masing-masing&tab=notes" ver="">7b). Ketiga, cara terjadinya Natal. Peristiwa Natal itu mengambil setting, dari berbagai tempat lain yang mungkin, dalam sebuah kandang. Belum lagi melihat tindakan Maria kepada Sang Bayi Natal yang, jujur saja, tidak mungkin dijadikan tindakan pascapersalinan teladan (ayat 7). Inilah kesimpulan yang seharusnya timbul setelah kita membaca nas ini—jika kita melepaskan sejenak gambaran Natal yang kita punyai selama ini, melalui hasil bentukan berbagai lukisan, renungan, drama, film, dll., tentang Natal yang romantis, menggugah, sekaligus agung megah. Mungkin kesan ini pula yang timbul pada saat Teofilus—yang kemungkinan punya kedudukan cukup terhormat—membaca bagian ini. Namun, melalui pembacaan seperti, justru kita (dan para Teofilus di antara kita) lebih mudah untuk menangkap berita Natal dalam cara yang dimaksudkan oleh Lukas. Melalui keremeh-temehan seperti ini, rencana keselamatan Allah yang dahyat, yang telah dijanjikan dengan dahsyat dalam PL, telah diwujudkan. Melaluinya, nyata bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diremehkan, dan berhak menerima pujian dan syukur kita yang terdalam.

Renungkan:
Sama seperti Yesus Kristus yang datang dalam kerendahan—juga dalam kehinaan—demikian juga kita dipanggil untuk bersukacita dalam perendahan diri di hadapan Tuhan. Jagalah agar jangan sukacita Natal Anda justru menjadi pertunjukkan keangkuhan di hadapan orang lain!

(0.2481319) (Luk 15:1) (sh: Di hadapan Allah, manusia sangat berharga (Jumat, 31 Maret 2000))
Di hadapan Allah, manusia sangat berharga

Di hadapan Allah, manusia sangat berharga. Dalam memberikan penghargaan kepada sesamanya, manusia cenderung menghargai sesamanya bukan berdasarkan hakikatnya sebagai manusia yang mempunyai harkat. Tetapi penghargaan itu seringkali berdasarkan apa yang ia punyai, prestasi yang dicapai, dan kontribusi yang ia berikan. Oleh karena itu, manusia pun terjebak dalam kompetisi untuk berkarya setinggi-tingginya sampai menjadi seorang manusia yang mempunyai kekayaan, kedudukan, dan sekaligus menjadi dermawan.

Yesus tidak demikian. Ia tidak sekadar bercakap-cakap dengan orang berdosa, bahkan ia makan bersama-sama dengan mereka, yang dalam tradisi Yahudi makan bersama menunjukkan suatu hubungan yang akrab atau saling menghargai satu dengan yang lain. Para Farisi dan ahli Taurat mengecam-Nya sebagai Seorang yang terlalu berkompromi dalam soal moralitas, karena bagi mereka akrab atau berdekatan dengan orang berdosa adalah najis. Yesus menjelaskan dasar tindakan-Nya dengan tiga buah perumpamaan sekaligus yang mempunyai tema sama. Dengan menceritakan perumpamaan yang sedemikian, Yesus paling tidak mem-punyai dua maksud. Pertama, Ia mengekspresikan kesungguhan dan keseriusan atas penjelasan tentang sikap-Nya terhadap orang berdosa. Kedua, Ia rindu agar orang Farisi, ahli Taurat, dan semua pengikut-Nya meneladani- Nya.

Ketiga perumpamaan itu mengungkapkan bahwa baik dirham (1 hari gaji buruh), domba, dan anak bungsu, masing-masing mempunyai nilai yang tak terhingga bagi pemiliknya. Nilai itu timbul bukan dari apa yang dapat mereka lakukan atau jumlah mereka karena hanya satu yang hilang, namun timbul dari hakekat mereka masing- masing. Karena itulah ketika kembali ditemukan, meluaplah sukacita pemiliknya, sampai mengajak orang-orang lain pun bersukacita. Nilai manusia terletak pada hakekatnya sebagai makhluk yang telah diciptakan serupa dan segambar dengan Sang Pencipta Yang Agung.

Renungkan: Kristen harus memakai perspektif Yesus ketika bersikap kepada koleganya, karyawannya, pembantu rumah tangganya, pengemis, dan anak jalanan, bahkan para eks narapidana sekalipun. Siapa pun mereka, mereka adalah makhluk yang menjadi objek Kasih Allah juga.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA