| (0.10379851632653) | (Mzm 42:1) |
(sh: Pengharapan jiwa yang tertekan (Jumat, 6 Februari 2004)) Pengharapan jiwa yang tertekanPengharapan jiwa yang tertekan. Bagaimana perasaan Anda bila Anda tinggal di lingkungan yang tidak seiman, tidak ada saudara dan teman seiman untuk berdoa dan bersekutu. Ditambah lagi, lingkungan itu tidak menyukai Anda karena Anda orang Kristen. Mereka menekan Anda dengan sikap tidak bersahabat, dan bahkan mengejek Tuhan Yesus yang bagi mereka bukan Tuhan. Ada penafsir yang berpendapat bahwa Mazmur 42 ditulis oleh seorang Israel yang sedang mengalami pembuangan di Babel. Ia harus hidup di negeri asing yang menyembah berhala. Sementara itu, ia sendiri tidak dapat beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang biasa, mungkin sekali situasi bertambah berat karena orang-orang Babel memperlakukan orang Israel seakan-akan Allah orang Israel tidak mampu menolong mereka. Namun demikian, pemazmur tidak tinggal bahkan tenggelam dalam keadaan tertekan itu. Ia bangkit dari situasi itu. Ia menasihati jiwanya sendiri untuk keluar dari depresi. Apa yang dapat menolong pemazmur keluar dari perasaan-perasaan yang menekannya? Pertama, pemazmur mengingat-ingat antuasiasme ibadahnya pada masa lampau, bagaimana dulu ia begitu bersemangat dalam menyembah Allah (ayat 5). Hubungannya dengan Allah begitu dekat dan intim. Maka hal itu mendorong si pemazmur untuk berpengharapan akan mengalami lagi saat-saat indah bersekutu dengan Allah. Kedua, pemazmur mengingat-ingat kebesaran Allah dalam alam (ayat 8) dan kasih setia Tuhan yang telah dinyatakan dalam kehidupannya sehingga ia bisa menaikkan nyanyian dan doa syukur kepada-Nya. Pemazmur meyakini Allah tetap setia dan tetap satu-satunya perlindungannya. Oleh karena itu ia sekali lagi menguatkan jiwanya dan kembali menaruh pengharapan kepada-Nya. Renungkan: Anak-anak Tuhan hanya dapat keluar dari depresi yang dahsyat jika menaruh pikiran kepada Allah yang terbukti setia pada masa lampau. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 47:1) |
(sh: Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi (Jumat, 17 Agustus 2001)) Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi
Kemerdekaan suatu bangsa adalah berkat Ilahi.
Ada 2 hal yang sangat menarik untuk diperhatikan dalam mazmur
kita hari ini. Pertama, mengapa pemazmur mengajak segala bangsa
untuk meresponi Allah yang dahsyat hanya dengan pujian (ayat Tindakan pemazmur berlandaskan pemahaman kebenaran eskatologis yaitu pada akhir zaman segala bangsa akan berkumpul untuk memuji Allah yang dahsyat (Why. 4:9). Dalam bertindak, pemazmur berorientasi jauh ke masa depan. Hal ini memanifestasikan keyakinannya bahwa sebagai umat Allah tindakannya harus sejalan dengan karya keselamatan Allah dalam sejarah manusia yang sudah dimulai sejak zaman purbakala dan terus berjalan hingga seluruh rencana-Nya digenapi. Tindakan pemazmur juga dilandasi pemahaman kebenaran yang mendalam tentang berkat. Tuhan memberikan berkat dengan tujuan agar umat manusia kembali kepada tatanan dunia yang sudah ditetapkan oleh Allah yaitu menyembah Allah yang adalah Raja dan Penguasa seluruh bumi. Ini berarti bangsa-bangsa lain yang ditaklukkan oleh Israel bukanlah korban. Karena itulah tidak mengherankan jika akhirnya mereka menjadi umat Allah (ayat 10). Segala tindakan dan alasan yang melandasi tindakan pemazmur mempunyai satu tujuan yaitu Allah sangat dimuliakan (ayat 10). Kemenangan Israel bukan untuk Israel saja. Kekalahan bangsa-bangsa lain bukan untuk menghancurkan mereka. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah manusia memang diarahkan pada satu tujuan yaitu kembalinya tatanan Ilahi dimana Allah sangat dimuliakan dan menjadi pusat dari seluruh gerak dan aktivitas manusia. Renungkan: Kemerdekaan Indonesia merupakan berkat Tuhan yang dicurahkan untuk membawa bangsa Indonesia kembali masuk ke dalam tatanan Ilahi. Karena itu kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai upaya yang sejalan dengan karya keselamatan Allah atas bangsa kita sehingga bangsa kita dapat kembali kepada tatanan Ilahi dan menyembah Allah yang benar. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 47:1) |
(sh: Allah adalah Raja! (Rabu, 11 Februari 2004)) Allah adalah Raja!Allah adalah Raja! Raja adalah gelar politis, sama seperti presiden, kaisar dan yang sejenisnya. Oleh karena itu, menyebut Allah sebagai raja membawa kepada implikasi politis. Penyebutan Allah Israel sebagai raja bukan dimulai oleh Israel sendiri, melainkan oleh Allah sendiri. Allah berkenan memakai gelar politis itu untuk menyatakan kehadiran dan kedaulatan-Nya atas Israel di tengah-tengah percaturan politik dunia pada masa Perjanjian Lama. Pemazmur di sini mengajak semua bangsa di dunia ini mengakui kerajaan Allah atas Israel, tetapi juga melalui Israel atas bangsa-bangsa lain. Pada saat Israel diinaugurasikan sebagai sebuah bangsa, TUHAN, raja Israel sendiri telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah Israel (ayat 4). Israel sendiri mendapatkan tanah pusaka sebagai milik yang patut dibanggakan (ayat 5). Pada saat itulah Allah memproklamasikan diri sebagai Raja mereka. Mazmur ini tidak berhenti hanya pada pujian bagi Raja Israel, tetapi meneruskannya dengan memanggil semua bangsa lainnya untuk me-Raja-kan Dia, karena sesungguhnya Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi (ayat 3, 8, 9). Sekarang ini, pengakuan itu belum datang dari mulut bangsa-bangsa di luar Israel. Akan tetapi, sesuai dengan janji Allah kepada Abraham, semua bangsa akan diberkati melalui Israel. Berkat itu yang paling terutama adalah Allah sebagai Raja mereka. Implikasi politis bagi pengakuan bahwa Allah sebagai Raja adalah pertama, semua bangsa harus membuang ibadah kepada dewa-dewi mereka karena hanya Dia saja Allah mereka. Kedua, semua bangsa harus tunduk kepada Allah sebagai Raja mereka. Ketiga, semua raja bangsa-bangsa harus tunduk kepada Raja diraja mereka (ayat 10). Renungkan: Beritakan kepada semua orang bahwa Tuhan Yesus adalah Raja atas hidup mereka. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 48:1) |
(sh: Keyakinan tidaklah cukup (Sabtu, 18 Agustus 2001)) Keyakinan tidaklah cukupKeyakinan tidaklah cukup. Hubungan antar manusia memang berlandaskan keyakinan satu dengan yang lain namun hubungan antara Kristen dengan Allah selain berlandaskan keyakinan juga confidentiality, dimana di dalamnya terkandung unsur ketergantungan dan keberanian untuk terbuka sekalipun rahasia pribadi yang mungkin sangat memalukan. Inilah yang dimaksudkan pemazmur ketika ia mengatakan bahwa ‘inilah Allah, Allah kitalah Dia... (ayat 15). Allah yang berdaulat atas seluruh alam semesta (ayat 7); Allah yang penuh kasih setia namun juga menegakkan keadilan (ayat 10-11). Allah yang kepada-Nya dan di hadapan-Nya manusia bergantung dan membuka hidupnya. Hubungan ini tidak dibatasi oleh waktu. Sebab Allah mampu dan tetap akan mampu. Tidak seperti orang-tua kita yang meskipun tetap sebagai orang-tua namun karena sudah terlalu tua atau mungkin sudah meninggal, tidak mampu melaksanakan kewajibannya sebagai orang-tua lagi. Namun masyarakat modern telah menawarkan dengan gencar konsep hubungan yang baru yaitu hubungan yang ‘impersonal’ dan berorientasi pada keuntungan semata. Ini juga merasuki kehidupan rohani sehingga Allah sering dipandang sebagai mesin ATM. Pemazmur telah mengantisipasi konsep demikian dan menegaskan bahwa hubungan manusia dengan Allah bukan berorientasi pada keuntungan manusia namun berorientasi pada penundukan diri kepada pimpinan Allah (ayat 15b). Bagaimana mempertahankan orientasi ini? Pertama, akuilah kebesaran Tuhan dalam setiap keberhasilan dan pujilah Dia Raja atas alam semesta (ayat 1-9). Kedua, milikilah kehidupan beribadah yang senantiasa mengingat kasih setia dan keadilan Tuhan lalu bersukacitalah karenanya (ayat 10). Ketiga, sediakan waktu secara berkala untuk berhenti dari segala aktivitas agar dapat melihat segala sesuatu yang telah Allah perbuat (ayat 13-14). Ketiga tindakan di atas akan memimpin kita kepada kehidupan yang berpusat pada kedaulatan Allah. Renungkan: Konsep confidentiality harus dipertahankan hingga generasi selanjutnya (ayat 14b) sebab masyarakat modern semakin memandang bahwa hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan bisnis. Manusia memberi persembahan, Allah memberikan berkat. Tidakkah ini yang kita lihat saat ini? Karena itu mulailah ketiga tahap di atas dalam hidup Anda dan tentunya bersama keluarga Anda. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 50:1) |
(sh: Spiritualitas Kristen (Senin, 20 Agustus 2001)) Spiritualitas KristenSpiritualitas Kristen. Ragam spiritualitas yang dikenal oleh masyarakat secara umum pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3. Pembagian berdasarkan pada apa yang ditekankannya. Ragam pertama menekankan pentingnya melakukan ritual keagamaan seperti mengadakan penyembahan dan persembahan sesaji. Ragam kedua lebih menekankan pentingnya perbuatan amal. Ragam ketiga menekankan keduanya. Termasuk yang manakah kekristenan? Bukan ketiganya. Pemazmur nampaknya mengakhiri puisinya dengan memaparkan ragam spiritualitas yang ketiga yaitu memberikan tempat yang sama baik kepada ritual keagamaan dan moralitas tinggi (ayat 16-22, 23). Namun sebenarnya tidak. Pemazmur menekankan persembahan syukur bukan bakaran. Mengapa? Allah sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala macam korban persembahan sebab Ia adalah pemilik seluruh alam semesta (ayat 7-14). Apa yang akan manusia persembahkan sesungguhnya adalah milik Allah. Karena itu persembahan syukur merupakan bentuk ritual keagamaan yang paling tepat untuk dipersembahkan kepada Allah. Sebab melaluinya pengakuan bahwa apa pun yang dimiliki manusia adalah anugerah Allah sebab Ia pemilik dari semua yang ada (ayat 14-15). Namun bersyukur dengan tulus sebenarnya tidak mudah dilakukan. Penyebabnya adalah tingginya tingkat kemandirian manusia yang disebabkan karena kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk mengurangi tingginya tingkat kemandirian itu dan meninggikan persembahan syukur kepada Allah, manusia harus mempunyai pengenalan yang benar akan Allah yaitu bahwa Allah adalah Penguasa seluruh alam semesta (ayat 1), Ia adalah Allah yang tak terhampiri dalam kemuliaan-Nya (ayat 2) namun juga Allah yang terlibat dalam sejarah manusia (ayat 3), Allah adalah hakim yang adil yang akan mengadili siapa pun termasuk umat-Nya (ayat 4). Renungkan: Jadi apakah spiritualitas kristen? Spiritualitas kristen adalah spiritualitas yang harus dimulai dengan pengenalan akan Allah yang benar, lalu diikuti dengan kehidupan yang penuh syukur dan bermoralitas tinggi. Sudahkah spiritualitas ini menjadi bagian dari hidup Anda? Manakah yang masih harus ditingkatkan dalam kehidupan spiritualitas Anda: pengenalan akan Allah, kehidupan yang penuh syukur, atau moralitas tinggi? Apa yang akan Anda lakukan? |
| (0.10379851632653) | (Mzm 57:1) |
(sh: Nyanyian dari dalam gua (Jumat, 11 Juni 2004)) Nyanyian dari dalam guaNyanyian dari dalam gua. Ketika kita berada dalam kesulitan dan pergumulan yang berat, reaksi spontan kita adalah mengeluh dan putus asa bahkan sering pula kita menjadi marah kepada Tuhan. Tetapi hal ini tidak kita temukan dalam diri Daud. Mazmur ini ditulis ketika Daud sedang lari dari Saul dan harus bersembunyi di dalam gua (ayat 1). Saul iri melihat kesuksesan Daud dan ia ingin membunuh Daud (ayat 1Sam. 22:1; 24:3). Dalam keadaan yang terjepit, Daud berseru kepada Allah. Dia tidak larut dalam kesedihan dan ketakutan, melainkan berusaha tetap memfokuskan dirinya pada Allah. Ada beberapa hal yang bisa kita teladani dari Daud: Pertama, ia berseru kepada Allah dan mempercayakan hidupnya di dalam tangan Allah (ayat 2-4). Daud mengumpamakan dirinya seperti seekor anak burung elang yang tidak berdaya yang berlindung di bawah naungan sayap induknya. Dalam situasi demikian ia beroleh kekuatan baru. Kedua, ia memfokuskan perhatiannya pada kemuliaan Allah (ayat 6, 12). Daud mengakui keadaannya yang lemah dan tidak berdaya di tengah-tengah serangan musuh-musuhnya (ayat 5, 7). Tetapi ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh keadaannya. Perhatian Daud yang terutama, bahkan ketika ia memohon pertolongan dari Tuhan, adalah agar nama Tuhan ditinggikan dan dimuliakan, bukan semata-mata keselamatan pribadinya. Ketiga, ia bersukacita menantikan pertolongan Tuhan (ayat 8-11). DR. Martin Lloyd-Jones menyatakan bahwa kita harus membedakan antara bersukacita dan merasa bahagia. Jelaslah bahwa Daud tidak merasa bahagia dengan keadaannya, tetapi ia tidak pernah kehilangan sukacitanya sementara ia menantikan pertolongan Tuhan, karena sukacitanya itu didasarkan pada kasih setia Tuhan dan kebenaran-Nya (ayat 11). Renungkan: Penderitaan kita adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa orang beriman tetap bersukacita dan memuji Allah. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 60:1) |
(sh: Dua pelajaran (Senin, 14 Juni 2004)) Dua pelajaranDua pelajaran. Sering terdengar lagu "We are the champion" dalam merayakan kemenangan, tetapi kita tidak pernah mendengar perayaan kekalahan apalagi diiringi oleh sebuah lagu. Kekalahan tidak pernah disukai orang. Namun kenyataannya hidup ini tidak selalu berkemenangan. Jadi, apakah makna di balik kekalahan dan kemenangan yang dirasakan oleh seseorang? Mazmur ini mengajak kita untuk melihat kekalahan dan kemenangan dari sudut pandang Daud sebagai raja Israel. Pertama, teriakan Daud supaya Allah memulihkan mereka, karena pertahanan mereka tertembus (ayat 1-7) memberikan pengertian kepada kita bahwa Daud pernah merasakan apa yang disebut kekalahan. Daud melihat kekalahan sebagai penghukuman dari Tuhan. Namun Daud tidak mengeluh kepada Tuhan, apalagi menyalahkan Tuhan karena kekalahan yang dialaminya. Ia melihat bahwa ada pengajaran Allah yang harus dipelajari oleh Israel dan dirinya dalam kekalahan tersebut. Kedua, berdasarkan janji Allah akan kemenangan (ayat 8-10) Daud merasakan kemenangan yang berasal dari Tuhan. Ia sadar bahwa kemenangannya bukan atas dasar kekuatan dan taktik berperangnya, tapi semata-mata karena bersama Allah ia melakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa terhadap musuhnya (ayat 13-14) dan inilah sumber kemenangan Daud. Dua pelajaran yang Daud ungkapkan bahwa kemenangan dan kekalahan semuanya datang dari Tuhan. Daud memberi teladan bagaimana sikapnya menerima kekalahan dan kemenangan dalam peperangan. Kalau Allah mengijinkan kita menderita kekalahan, itu artinya ada hal yang harus kita pelajari. Kalau Allah memberi kita kemenangan, biarlah segala syukur kita kembalikan kepada Dia. Seperti Daud, kalah atau menang, biarlah Allah tetap dimuliakan. Renungkan: Kita semua akan mengalami kekalahan dan kemenangan. Jadikan Daud teladan dalam menyikapi hal tersebut. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 61:1) |
(sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004)) Memuji Tuhan, mengapa tidak?Memuji Tuhan, mengapa tidak? Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya. Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat 2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat 4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya. Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya. Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 63:1) |
(sh: Kehausan yang dipuaskan (Kamis, 17 Juni 2004)) Kehausan yang dipuaskanKehausan yang dipuaskan. Bayangkan Anda di padang gurun tersesat. Kehausan membuat Anda mencari-cari dengan insting untuk hidup. Sayangnya, banyak orang di padang gurun terjebak dengan fatamorgana, sepertinya menemukan sumber air, ternyata hanya bayang-bayang yang membawa kepada kematian. Pemazmur mengalami kehausan dan kerinduan akan Allahnya seperti orang yang terjebak dalam kegersangan hidup (ayat 2). Namun ia tidak terjebak ke dalam fatamorgana, karena Allah hidup dan nyata selalu dapat dihampiri oleh karena kasih-Nya. Maka dengan "insting" iman, ia bisa melihat Allah yang penuh kasih setia dan hidup seperti di bait suci ketika ia beribadah kepada-Nya (ayat 3). Oleh karena itu tekadnya adalah ia akan menaikkan syukur dan menyatakan komitmen untuk hidup bagi Dia (ayat 3-5). Pada bagian kedua mazmur ini (ayat 6-9), seruan kerinduan itu dibalaskan dengan pengalaman menikmati keselamatan dari Allah. Kerinduan dan kehausan sejati (ayat 2) akan dipuaskan oleh kenikmatan meja perjamuan ilahi (ayat 6). Bila pada bagian pertama ia bertekad (akan) memegahkan Tuhan (ayat 4), maka sekarang ia bertindak (sedang) bersorak-sorak dan memuji-muji-Nya (ayat 6, 8). Bagaikan gayung bersambut, iman kepada Tuhan tidak sia-sia! Itu sebabnya di bagian ketiga (ayat 10-12) dengan berani si pemazmur melihat kepada orang-orang yang mengikhtiarkan celakanya. Ia tahu sebagaimana kasih setia Tuhan dinyatakan dalam hidupnya, mereka yang melawan Tuhan akan menerima hukumannya (ayat 10-11). Setiap orang percaya pasti pernah mengalami kegersangan hidup. Pada saat sedemikian, ingatlah bahwa Allah tetap nyata dan kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Tanamkanlah kesadaran mendalam bahwa Allah bukan hanya pelepas dahaga jiwa kita, Ia juga mendengar seruan kita. Tekadku: Aku hendak memuji Tuhan lagi, karena dahagaku, Engkaulah yang sudah memuaskannya. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 68:1) |
(sh: Nyanyian kemenangan (Rabu, 27 Oktober 2004)) Nyanyian kemenanganNyanyian kemenangan. Mazmur 68 adalah salah satu mazmur tersulit untuk ditafsirkan. Mazmur ini merupakan gubahan dari nyanyian-nyanyian kemenangan pada masa Israel purba, sebelum masa kerajaan berlaku. Secara ringkas Mazmur 68 menggambarkan Allah yang menjadi pemimpin umat Israel saat berperang menuju kemenangan (ayat 1-19). Kepemimpinan Allah ini sekaligus menyatakan kehadiran Allah di tengah umat-Nya (ayat 20-36). Nyanyian dalam mazmur ini mengingatkan kita kepada pernyataan Musa dalam bentuk nyanyian yang merayakan kehadiran Allah (Kel. 15). Nyanyian Musa ini menceritakan bagaimana Allah menolong umat Israel menyeberangi Laut Teberau (Kel. 15:1-12), saat Allah membinasakan Mesir yang mengejar mereka, lalu ketika Ia menghantar Israel masuk ke Tanah Perjanjian sehingga mereka dapat beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat 13-18). Tuhan digambarkan dalam Mazmur 68 ini sebagai Allah yang menghantar Israel melalui "padang belantara kehidupan". Pertama, Allah yang adil sebagai pelindung anak yatim dan pemelihara hidup janda, pengasuh mereka yang sebatang kara dan pembebas tawanan (ayat 6-7). Kedua, Allah yang memberikan kesuburan kepada tanah yang tandus bahkan binatang-binatang yang kehausan disegarkan (ayat 10-11). Ketiga, Allah yang mencurahkan hasil jarahan dari para raja yang kalah perang kepada Israel (ayat 13-14). Keempat, Allah yang memberi keamanan sehingga Israel tiba di gunung Allah tempat mereka akan beristirahat dan menikmati hadirat-Nya (ayat 16-19). Israel tidak pernah ditinggalkan sendirian sebab Tuhan selalu menyertai dan berperang bagi umat-Nya. Merupakan suatu pengalaman indah jika kita bersedia berjalan, berjuang, dan berperang bersama Tuhan. Kesulitan hidup, "musuh-musuh yang siap menerkam dan membinasakan", atau masalah apa pun tidaklah menjadi rintangan besar tatkala kita menyadari bahwa Tuhan selalu hadir menyertai langkah kita. Ditapaki Allah, padang gurun segersang apa pun berubah menjadi kebun permai. Renungkan: Bersama Tuhan kita akan menghadapi setiap masalah, dan keluar sebagai pemenang! |
| (0.10379851632653) | (Mzm 76:1) |
(sh: Genapi nazar Anda (Sabtu, 23 April 2005)) Genapi nazar AndaGenapi nazar Anda
Selangkah lebih maju lagi dari pasal 75, Mazmur ini kini melukiskan pengalaman umat Allah. Penyelamatan bukan lagi janji melainkan fakta. Fakta itu sudah menjadi gunjingan sehari-hari seisi kota Allah, bahkan kehadiran-Nya merupakan pengalaman nyata. Wilayah umat yang sempat diduduki kekuatan kebatilan congkak yang mengacungkan kepalnya ke surga, kini telah direbut dan diduduki Allah. Allah telah menjadikan wilayah umat-Nya menjadi pondok-Nya (ayat 2-3; Ibr.: gua singa). Gambaran ini menegaskan salah satu penyataan diri Allah bahwa Ia adalah Singa dari Yehuda, kini kembali bertakhta sebagai Raja di antara umat-Nya (ayat 5). Salem atau Sion sungguh adalah rumah tempat Allah bertakhta dan memerintah! Dari sanalah pancaran kemuliaan Allah keluar. Ketika kedahsyatan Allah memancar meujudkan keadilan, penghakiman, dan pemerintahan-Nya, tak ada kekuatan sehebat apa pun dapat bertahan (ayat 6-10), tak ada kondisi terlalu pelik dari umat- Nya yang tak terubahkan (ayat 11). Nazar atau ucapan syukur seperti apakah yang patut umat Tuhan sepanjang masa panjatkan? Respons tepat bagaimanakah patut kita tunjukkan kepada Dia yang telah menebus kita dari dosa dan yang setia menopang kita dalam segala macam kegelapan hidup? Pertama, pernyataan kesetiaan tunggal kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kedua, kesetiaan melayani yang diujudkan dengan hidup yang memuliakan Tuhan, meninggalkan dosa, serta rajin menyaksikan penyelamatan-Nya seiring dengan perbuatan baik kita kepada banyak orang. Tekadku: Hatiku, tubuhku, potensiku, segenap waktu kehidupanku adalah untuk-Mu, Tuhan, sebab Engkau telah menebusku dengan hidup Yesus Kristus yang tak ternilai harganya. |
| (0.10379851632653) | (Mzm 80:1) |
(sh: Tuhan sumber pertolongan (Kamis, 28 April 2005)) Tuhan sumber pertolonganTuhan sumber pertolongan
Mazmur ini bisa dibagi tiga bagian, masing-masing ditutup dengan permohonan yang sama, "pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat" (ayat 4,8,20). Pada bagian pertama, peMazmur menyatakan permohonannya karena Allah adalah Gembala sekaligus Raja yang bertakhta di atas Kerubim. Ia berdaulat penuh atas hidup mereka. Tidak ada sumber pertolongan selain Allah. Pada bagian kedua, peMazmur meyakini bahwa oleh murka Tuhanlah mereka mengalami semua penderitaan ini (ayat 5-7). Oleh karena itu hanya pengampunan Tuhanlah yang dapat melepaskan mereka dari kesusahan ini. Pada bagian ketiga, peMazmur menggunakan ilustrasi pohon anggur untuk menggambarkan bagaimana Tuhan telah melepaskan Israel dari perbudakan Mesir dan membawa serta menanamkan mereka di tanah perjanjian supaya mereka subur berkembang (ayat 9-12). Akan tetapi, Tuhan jualah yang melanda mereka dan menyerahkan mereka ke tangan musuh sehingga kebun anggur Tuhan dilanda, dirusak, dan dibakar (ayat 13-17). Oleh karena itu, peMazmur meminta supaya Tuhan mengindahkan milik-Nya sendiri (ayat 15-16), supaya mereka dapat menyatakan kesetiaan lagi kepada-Nya (ayat 18-19). Gereja Tuhan tidak sekalipun boleh meragukan kesetiaan dan kasih Tuhan. Walaupun nampaknya saat ini Tuhan berdiam diri dan mengizinkan penderitaan menimpa kita, Dia tetap gembala umat-Nya masa kini. Dia tetap Raja yang bertakhta di atas kemuliaan dan Dia tetap pengusaha kebun anggur yang peduli akan milik-Nya. Renungkan: Gembala yang baik telah menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Tak mungkin kini Ia membiarkan kita binasa. Berharap dan nantikan pertolongan-Nya! |
| (0.10379851632653) | (Mzm 82:1) |
(sh: Allah Esa (Sabtu, 30 April 2005)) Allah EsaAllah Esa
Siapakah para ilah yang dihakimi Allah itu? Ada beberapa kemungkinan menafsir bagian ini. Pertama, para ilah ini adalah para pemimpin umat seperti para hakim yang bertanggung jawab menegakkan hukum dan keteraturan dalam masyarakat Israel. Kedua, para ilah ini adalah para raja bangsa-bangsa. Pada zaman itu para raja sering dianggap wakil dewa atau bahkan putra dewa (ayat 6). Ketiga, para ilah ini adalah dewa dewi yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir. Israel yang seharusnya menyembah TUHAN, Allah yang Esa, sering terkecoh dengan menyamakan Dia dengan dewa-dewi itu. Akibatnya mereka hidup mengikuti ajaran moral agama-agama kafir tersebut. Mazmur ini menegaskan bahwa semua ilah lain tidak dapat bertahan dalam penghakiman satu-satunya Allah. Semua ilah lain hanya membawa penyembah-penyembah mereka mempraktikkan hidup yang tidak adil dan menindas satu sama lain (ayat 2,5). Akan tetapi, umat Tuhan pasti menegakkan keadilan bagi sesamanya dan penuh belas kasih kepada mereka yang tertindas oleh karena TUHAN yang disembah adalah adil dan kasih (ayat 3-4). Kalau kita mengaku umat dari Allah yang Esa, Hakim yang adil dan penuh belas kasih, maka tentunya yang diharapkan dari kita adalah sikap dan sifat yang sesuai dengan pengakuan itu. Adakah orang di sekitar kita dapat melihat keadilan dan kasih Allah melalui hidup kita? Ingat bahwa penghakiman bagi dunia ini akan dimulai pertama-tama di dalam rumah tangga Allah (baca Gereja; 1Pet. 4:17). Camkan: Siapa yang Anda sembah, Allah yang Esa atau ilah-ilah palsu, akan nyata dari sikap hidup Anda! |
| (0.10379851632653) | (Mzm 88:1) |
(sh: Menanti dalam kegelapan (Rabu, 7 November 2001)) Menanti dalam kegelapanMenanti dalam kegelapan. Mazmur kita hari ini merupakan model untuk memahami kenyataan hidup rohani secara lebih utuh. Pemazmur sedang berada di dalam kesesakan yang begitu dahsyat. Seperti biasanya, ia berdoa, menangis, berteriak pada Allah untuk mendapatkan pertolongan (ayat 2-3, 10b, 14). Namun, apa yang terjadi? Kali ini tidak ada jawaban. Allah membisu seribu bahasa. Apakah kemudian pemazmur berhenti berteriak? Tidak! Kita justru melihat, kemarahannya ditumpahkan kepada Allah (ayat 4-10a). Ia menganggap bahwa hubungan dirinya dengan Allah terputus, sebagaimana ungkapan "liang kubur" dan "dunia orang mati" dipakai. Lebih dahsyat lagi, ia menganggap bahwa Allah bertanggung jawab atas keadaan dirinya (ayat 7-10a). Namun, Allah tetap diam. Pemazmur melanjutkan usahanya dengan menyajikan pertanyaan- pertanyaan retoris (ayat 11-13). Ada enam hal buruk yang disebutkan di sana: orang mati, arwah, kubur, kebinasaan, kegelapan, negeri segala lupa. Kontrasnya, ada enam hal yang merupakan milik Allah: keajaiban, kebangkitan, kasih, kesetiaan, keajaiban, keadilan. Pertanyaan-pertanyaan retoris ini semuanya dijawab dengan satu kata: TIDAK. Mengapa Allah membiarkan pemazmur tetap terpuruk seperti itu? Tidak ada jawaban. Karena itulah pemazmur untuk terakhir kalinya marah pada Allah (ayat 14-19). Puncaknya ada di ayat 17. Bagi pemazmur, Allah patut disalahkan atas semua yang dialaminya. Ada dua hal yang dapat kita pelajari di sini. Pertama, hidup tidak selalu menyenangkan. Ada saat-saat ketika kita berada di dalam masa-masa yang sulit. Kedua, di dalam ketidakmengertian pemazmur, ia tetap berdoa pada Allah dan menantikan pertolongan-Nya. Ia tidak menjadi bisu, meskipun kata-kata yang keluar adalah kemarahan dan pertanyaan- pertanyaan. Kadangkala Allah terasa begitu jauh dan tidak mempedulikan kita, meskipun kita telah berteriak pada Dia. Namun kita tidak punya pilihan lain, selain tetap setia pada- Nya. Renungkan: Kadangkala jiwa kita harus dipersiapkan untuk menempuh malam yang gelap dan begitu panjang. Satu hal yang harus selalu kita lakukan ialah setia dalam menanti pertolongan-Nya! |
| (0.10379851632653) | (Mzm 91:1) |
(sh: Siapa tempat perlindungan Anda? (Rabu, 5 Oktober 2005)) Siapa tempat perlindungan Anda?Siapa tempat perlindungan Anda? Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda membaca kata-kata berlindung dan bernaung? Mungkin Anda membayangkan sebuah tempat yang menjanjikan kedamaian dan keamanan. Pemazmur mengatakan bahwa hal itu hanya ditemukan di dalam satu Pribadi, yaitu Tuhan Allah! Pemazmur menghubungkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan dengan pribadi Allah sendiri, satu-satunya jaminan bagi umat-Nya untuk menghadapi segala kesulitan dan keadaan yang mengerikan (ayat 3-4)! Tuhan berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan umat-Nya terjerat dalam kesulitan tanpa jalan keluar dan binasa dalam penyakit. Sekalipun tubuh kita dapat dikalahkan oleh penyakit, tetapi jiwa kita aman dalam lindungan-Nya. Ia melindungi umat-Nya dari kuasa si jahat, dan membebaskan mereka dari ketakutan terhadap bahaya (ayat 5-8). Umat-Nya tidak perlu takut karena kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi mereka bagaikan perisai dan pagar tembok yang kokoh (ayat 4,9). Tuhan tidak menjanjikan kekebalan terhadap kesulitan dan kesesakan. Ia berjanji, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan" (ayat 15). Bagi siapakah janji itu diberikan? Pertama, bagi orang yang mengenal nama Tuhan dan yang menjadikan-Nya sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanannya (ayat 2). Kedua, bagi orang yang senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang senantiasa berseru kepada-Nya, dan yang menjaga komunikasinya dengan Tuhan pada setiap saat. Banyak kekuatiran dan ketakutan muncul ketika kita ber-sikeras untuk memperjuangkan keinginan dan rencana kita. Hanya ketika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah supaya Ia menggenapi rencana-Nya dalam setiap aspek dan waktu hidup kita maka kita menemukan kedamaian dan keamanan sejati. Renungkan: Ketika badai kehidupan menerpa hidup dan diri Anda, siapakah pelindung Anda? |
| (0.10379851632653) | (Mzm 95:1) |
(sh: Beri penghormatan bagi-Nya (Minggu, 9 Oktober 2005)) Beri penghormatan bagi-NyaBeri penghormatan bagi-Nya Hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Salah satunya adalah memilih untuk menyembah dan mengabdi kepada Tuhan, atau memilih untuk hidup bagi diri sendiri dan menolak Dia berdaulat atas hidup ini. Seolah pendidik yang piawai, pemazmur membimbing umat Tuhan untuk memuji membesarkan Allah (ayat 1-2) lewat dua pendekatan. Pertama, melalui pendekatan positif. Mazmur ini menegaskan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta dan segala isinya (ayat 3-5). Maka semua makhluk harus tunduk kepada-Nya. Pemazmur kemudian menegaskan bahwa Raja penguasa seluruh isi dunia ini telah bertindak secara khusus menggembalakan umat Israel (ayat 7). Umat telah merasakan dan mengalami tuntunan dan pemeliharaan-Nya. Seharusnya pengabdian umat dilakukan sebagai ucapan syukur atas kebaikan-Nya. Oleh karena Tuhan adalah Raja dan Gembala, maka memberikan penyembahan yang semarak dan tulus kepada-Nya adalah respons wajar umat Tuhan (ayat 7). Kedua, melalui pendekatan negatif. Mazmur ini memberi peringatan keras terhadap bahaya pengerasan hati seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Israel di Meriba dan Masa (ayat 8-11; band. Ibr. 3:7-12). Akibat sikap hati yang tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan yang berdaulat dalam hidup mereka, Allah harus menghukum keras mereka dengan tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Meninggikan Tuhan dalam disiplin rohani kita setiap waktu adalah prinsip yang paling tepat untuk menghindarkan diri dari bahaya pengerasan hati. Disiplin rohani menyembah, memuji, mengucap syukur, berdoa, dan membaca firman Tuhan adalah sikap dan tindakan yang serasi dengan kedaulatan dan kebaikan Allah. Apabila kita mengizinkan Roh-Nya menumbuhkan sikap dan tindakan tersebut dalam hidup kita, kita akan mengalami suasana perhentian dalam hati kita. Responsku: ---------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------- |
| (0.10379851632653) | (Mzm 99:1) |
(sh: Kuduslah Tuhan (Minggu, 14 April 2002)) Kuduslah TuhanKuduslah Tuhan. Mazmur ini merangkumkan dan mendefinisikan ulang tema kedaulatan Allah. Mengingat situasi dunia yang jauh dari benar, adil dan damai, mazmur ini juga mengarahkan pengharapan umat Tuhan pada kedatangan penghakiman akhir Allah kelak, dan mendorong umat untuk hidup di bawah kendali Allah. Kebesaran, kedahsyatan, kedaulatan, dan semua sifat Allah yang disoroti sebelumnya dan juga di sini, kini disarikan dengan tegas: “Kuduslah Ia!” (ayat 3,5,9). Penegasan tentang kekudusan Allah ini menyimpulkan tiga bagian yang mengulas tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja yang besar, agung, dan misteri-Nya ada di luar jangkauan manusia (ayat 1-3). Kedua, Allah adalah Raja yang kuat, mencintai hukum, melakukan keadilan, menegakkan kebenaran (ayat 6-9). Ketiga, Allah adalah Raja yang menjawab umat-Nya dengan anugerah dan tuntutan ketaatan (ayat 6-9). Meskipun kedaulatan Allah bersifat universal, namun kedaulatan itu mulai dari pusatnya, yaitu di tengah umat Allah (ayat 1-3). Ini dinyatakan dengan menyebut “Sion’ dan “kerub-kerub” (menunjuk pada tabut perjanjian yang di atasnya dibuat patung kerub). Kekudusan Allah dinyatakan di dalam dan dipancarkan ke seisi dunia mulai dari umat-Nya sendiri. Kekudusan Allah itu menjelaskan kebesaran Allah sebagai hal mencintai hukum dan menegakkan keadilan (ayat 4-5). Dengan demikian, kekudusan yang dalam arti harfiahnya adalah terpisah, kini mendapatkan definisi baru. Allah juga terlibat di dunia dan mewujudkan kebenaran agar manusia berelasi dengan-Nya. Bagi Allah yang demikian, kegentaran bersanding dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya. Dari sini lahir kehidupan yang selalu ingin memuliakan Allah (ayat 8-9). Renungkan: Kristus datang tidak saja untuk mengampuni dosa, tetapi untuk mewujudkan kebenaran dan kekudusan Allah di dalam dan melalui kita di dunia. Bacaan untuk Minggu Paskah 3 Lagu: Kidung Jemaat 405 PA 6 Mazmur 96 Pemahaman mengenai konteks sebuah mazmur perlu, agar kita pembaca masa kini dapat menempatkan diri secara tepat dengan pergumulan pemazmur waktu itu. Demikian pula ketika kita membaca Mazmur 96 ini. Versi Alkitab Perjanjian Lama berbahasa Yunani (Septuaginta atau LXX) memberikan judul “Ketika rumah itu telah selesai dibangun setelah pembuangan. Nyanyian Daud.” Jika ini benar, maka Mazmur 96 dinyanyikan setelah Bait Allah dibangun kembali, setelah bangsa Israel kembali dari pembuangan di Babel. Tema utama dari mazmur ini adalah Yahweh itu Raja (ayat 10) yang memelihara umat-Nya sekaligus hakim yang akan datang menuntut pertanggungjawaban setiap orang. Kepada-Nyalah pujian harus dilantunkan dan perayaan diadakan. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: Perintah-perintah apa yang disampaikan pemazmur (ayat 1-3)? Apa yang dirayakan oleh pemazmur dan bangsa Israel waktu itu? Mengapa “segala suku bangsa” harus mendengar kabar baik ini (ayat 4-6)? Apakah “pesan” yang terkandung dalam tindakan yang dianjurkan kepada umat? Dalam hal-hal apakah Allah Israel berbeda dengan allah-allah lain? Hal apa saja merupakan ciri sifat dan perbuatan Allah Israel (ayat 4-6)? Adakah pengalaman Anda yang melaluinya Anda lebih mengenal sifat dan perbuatan Allah? Bagikan! Apakah tujuan dari ibadah? (perhatikan kata yang diulang-ulang dalam ayat 7-8). “Persembahan” dalam bahasa aslinya berarti pemberian kepada Allah apa yang sebenarnya berasal dari Dia. Jika Allah memang mulia dan sumber segala berkat, mengapa kita masih harus memuliakan Dia dan memberi persembahan kepada-Nya? Apakah ibadah gerejawi Anda didasarkan atas motivasi seperti ini? Bagaimana agar ibadah gerejawi kita lebih dekat lagi kepada prinsip ini? Puncak pujian ada di dalam pengakuan bahwa Tuhan itu Raja yang datang menyertai sekaligus menjadi hakim (ayat 10-13). Bagaimana Anda mengaitkan harta rohani kita di dalam Yesus Kristus dengan tanggung jawab kita untuk memberitakan penghakiman Allah dan penyelamatan Allah untuk sesama kita? |


