Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1221 - 1240 dari 1264 ayat untuk dirinya [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.094458650980392) (Mat 23:1) (sh: Pemimpin yang berintegritas (Minggu, 14 Maret 2010))
Pemimpin yang berintegritas

Judul: Pemimpin yang berintegritas
Yesus menunjukkan sikap yang positif terhadap Taurat. Yesus juga mengakui Musa adalah tokoh penting dalam kaitannya dengan Taurat (ayat 2). Karenanya Yesus juga memberikan pembenaran terhadap isi Taurat (ayat 3).

Yesus tidak menentang posisi ahli Taurat dan orang Farisi yang menduduki kursi Musa. Yang Yesus tentang adalah sikap dan perbuatan mereka pada masa itu (ayat 2-3). Ada dua hal yang ditentang oleh Yesus. Sikap yang pertama dalam bahasa modern adalah NATO (No Action, Talk Only). Ahli Taurat dan orang Farisi sangat lihai mengajar Taurat, namun mereka tidak melakukan dan menghidupinya (ayat 3-4). Ajaran mereka palsu; hidup mereka sangat jauh dari apa yang mereka ajarkan. Mereka tidak berintegritas.

Sikap yang kedua juga dikenal di dalam bahasa gaul modern sebagai carmuk alias `cari muka' (ayat 5). Apa yang para ahli Taurat dan orang Farisi lakukan dimotivasi untuk mendapatkan pujian dari orang lain (ay. 5-7). Mereka berlomba-lomba menjadi rabi, bapa, dan pemimpin `nomor satu' (ayat 8-10). Bahkan perbuatan yang baik, tidak mereka lakukan dengan ketulusan, melainkan dengan ambisi kesombongan terselubung untuk menjadi yang terkemuka. Itu sebabnya pada ayat 11-12, Yesus menggambarkan dua karakter utama kepemimpinan kristiani, yaitu yang sungguh melayani dan yang rendah hati.

Di tengah zaman yang sangat bergejolak ini, orang Kristen dipanggil menjadi pemimpin yang berintegritas. Pertama, pemimpin yang melakukan dan menghidupi apa yang dia ajarkan. Kedua, pemimpin yang sungguh melayani dan rendah hati, yang melakukan segala sesuatu dengan motivasi yang tulus, bukan untuk dipuji orang dan mencari kedudukan. Semakin tinggi posisi kepemimpinan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, baik itu di dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan bagian kehidupan lainnya, marilah kita melakukan introspeksi diri: Apakah aku seorang pemimpin kristiani yang berintegritas?

(0.094458650980392) (Mat 26:1) (sh: Jalan derita mulai ditempuh oleh Yesus (Kamis, 5 April 2001))
Jalan derita mulai ditempuh oleh Yesus

Jalan derita mulai ditempuh oleh Yesus. Pada 2 pasal sebelumnya, Tuhan Yesus mengajarkan melalui perumpamaan dan penjelasan tentang apa yang terjadi kelak bila Ia datang kembali dalam kemuliaan- Nya. Ia akan memutuskan dengan adil dan memberikan hidup kekal kepada yang setia. Agar hidup kekal dapat dikaruniakan kepada murid-murid-Nya, Ia harus menjalani penderitaan. Mulai pasal ini Matius memaparkan penderitaan-penderitaan yang dialami oleh Yesus dan berakhir dengan kemenangan-Nya. Pasal 26 diawali dengan oposisi yang harus dihadapi oleh Yesus dari para imam kepala dan tua-tua bangsa-Nya sendiri. Oposisi mereka ini akan menggiring Yesus untuk disalibkan. Gerakan di bawah tanah ini didukung oleh Yudas Iskariot, salah seorang murid Yesus. Ia akan mencari strategi teraman untuk menyerahkan Yesus kepada musuh- Nya dengan imbalan 30 uang perak.

Di antara 2 bagian yang menceritakan tentang derita Yesus, Matius menuliskan peristiwa yang sangat bertolak belakang, yaitu hadirnya seorang perempuan di rumah Simon si kusta tempat Yesus berada. Ia datang untuk mencurahkan minyak yang sangat mahal ke atas kepala Yesus. Respons tidak setuju dengan alasan pemborosan segera bermunculan dari para murid. Namun Tuhan Yesus memakai kesempatan itu untuk menggambarkan apa yang bakal terjadi pada Dia sebentar lagi, yakni kematian- Nya. Ia memuji sikap perempuan yang menghormati, menghargai, dan tahu siapa diri-Nya yang layak menerima hormat dan pujaan. Apa yang dilakukan perempuan itu adalah yang terbaik dan termahal bagi yang Termulia dalam hidupnya. Dari apa yang diperbuatnya memperlihatkan bahwa Anak Manusia yang sebentar lagi akan mengalami penderitaan dan mati dikuburkan memang layak menerima penghormatan yang diwakili oleh perempuan tersebut.

Matius menunjukkan bahwa Yesus, Anak Manusia yang mulia harus menderita demi manusia yang menolak dan membenci Dia. Ia tahu secara pasti apa yang bakal terjadi dalam perjalanan hidup-Nya 2 hari lagi saat Paskah akan dirayakan oleh bangsa Yahudi. Meskipun sebagai Anak Manusia Ia harus menderita, Ia adalah anak Allah yang mulia.

Renungkan: Penderitaan Anak Manusia adalah jalan menuju kemenangan yang agung dan mulia dan kematian-Nya adalah cara untuk memberikan kehidupan kekal bagi kita yang percaya.

(0.094458650980392) (Mat 26:30) (sh: Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang (Sabtu, 7 April 2001))
Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang

Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang. Perjamuan malam diakhiri dengan pujian, Yesus segera menuju ke bukit Zaitun. Perbincangan Yesus dengan 11 murid seputar misi-Nya sebagai Juruselamat belum dipahami dengan benar oleh mereka. Sebentar lagi peristiwa yang begitu dahsyat akan memporakporandakan tim Yesus. Yesus sebagai pemimpin yang digambarkan sebagai Gembala akan dibunuh dan kawanan domba akan terceraiberai. Apa yang pernah dinubuatkan oleh nabi Zakharia beberapa saat lagi akan tergenapi. Sang pemimpin harus dibunuh. Bukan semata karena ulah Yudas dan para musuh-Nya sehingga Gembala itu dibunuh, bukan pula kemenangan telak mereka atas Gembala yang lemah dan tak berdaya. Tetapi Allah memang menetapkan bahwa Gembala yang akan menjadi Penyelamat kawanan domba itu harus mati dibunuh. Pembunuhan keji itu menunjukkan betapa dahsyatnya dosa yang menguasai manusia, betapa hebatnya murka Allah atas dosa dan betapa beratnya hukuman Allah atas dosa yang harus ditanggung oleh Sang Gembala, demi hidup kawanan domba-Nya dan seluruh umat manusia.

Murid-murid yang tidak memahami sedahsyat apa peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka masih sempat menyanggah pernyataan Yesus. Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal. Situasi sulit dan kondisi yang sangat berat akan dialami. Untuk sementara waktu mereka pasti dikalahkan, dihancurkan, dan digoncangkan karena Sang Pemimpin dibunuh. Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Ia mempersiapkan diri-Nya dan murid- murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Namun tetap dengan pengharapan, Ia akan dibunuh tetapi Ia akan bangkit. Musuh-Nya hanya dapat membunuh tubuh manusiawi-Nya. Ia berjanji bahwa Ia pasti bangkit dan pergi ke Galilea ke tengah-tengah mereka.

Renungkan: Situasi dan kondisi sulit yang kita hadapi begitu mudah menggoncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus. Kita harus hidup dalam pengharapan. Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit. Yesus yang dikalahkan adalah Pemenang. Dengan Dia kita hadapi hidup ini dalam iman dan pengharapan yang pasti.

(0.094458650980392) (Luk 2:21) (sh: Makin mengenal-Nya dalam ketaatan (Jumat, 27 Desember 2002))
Makin mengenal-Nya dalam ketaatan

Makin mengenal-Nya dalam ketaatan.
Ayat 33 seharusnya membuat para pembaca terkejut. Setelah segala peristiwa dan pemberitaan sebelumnya, masih ada lagi hal tentang Yesus yang mampu membuat Yusuf dan Maria "amat heran"! Ini menandakan bahwa keduanya masih terus dalam proses mengenali siapa Yesus Kristus dan misi-Nya, salah satunya seperti yang disampaikan Simeon. Yesus adalah Sang Mesias (ayat 26), yang menjadi kelepasan bagi Israel (ayat 25,38), dan memenuhi nubuat PL (ayat 32, bdk. Yes. 42:6, 49:6; 34, bdk. Yes. 8:14). Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengenalan yang lebih mendalam tersebut berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.Ketaatan itu tampak dari tokoh Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang benar dan saleh (ayat 25), dan taat kepada Roh Kudus (ayat 25b-27). Demikian juga Hana, yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ayat 37). Kedua orang ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus, tidak hanya di hadapan Yusuf dan Maria, tetapi, seperti yang dilakukan oleh Hana, juga di hadapan banyak orang yang masih setia berharap kepada Allah (ayat 38). Ketaatan itu juga tampak dari apa yang dilakukan Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah malaikat (ayat 21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (ayat 22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (ayat 22-23) untuk mempersembahkan kurban (ayat 24), serta menyelesaikan semuanya sesuai dengan hukum Taurat (ayat 39).

Peristiwa yang dicatat Lukas dalam bentuk khiastik (gaya penulisan dimana bagian-bagian subnas yang bertema mirip disusun berurut menjadi seperti ini: a-b-c-d-c’-b’-a’) ini memberikan teladan kepada kita, tentang betapa indahnya karya Allah yang dinyatakan melalui orang-orang yang taat beribadah kepada-Nya dan saleh kehidupannya.

Renungkan:
Kesalehan dan kekudusan hidup dikerjakan Kristen jelas bukan supaya bisa masuk surga, tetapi karena itu adalah respons syukur yang tepat atas keselamatan dari-Nya, sehingga Ia dapat memakai Kristen sesuai dengan kehendak-Nya.

(0.094458650980392) (Luk 2:41) (sh: Sisi lain dari Inkarnasi Kristus (Sabtu, 28 Desember 2002))
Sisi lain dari Inkarnasi Kristus

Sisi lain dari Inkarnasi Kristus.
Sekali lagi, Yusuf dan Maria masih harus menjalani "proses pembelajaran" mengenai siapa diri Yesus. Setelah seharian mereka mencari Yesus akhirnya mereka menemukan Yesus (tiga hari dalam ayat 46 termasuk hari pertama perjalanan ke luar Yerusalem, hari kedua kembali ke Yerusalem, hari ketiga mereka sadar bahwa Yesus tidak ikut pulang). Ia ada di Bait Allah, sedang belajar bersama para ahli keagamaan (ayat 47-48). Cara belajar-mengajar keagamaan Yahudi waktu itu memang lebih banyak melalui saling bertanya dan menjawab. Dari jawaban-jawaban Yesus meskipun secara tersirat, dapat ditarik kesan bahwa seharusnya Yusuf dan Maria tahu kalau Yesus akan ada di rumah Bapa-Nya (ayat 49). Kata-kata-Nya ini menandakan: pertama, bahwa Yesus telah memiliki kesadaran tentang pentingnya ibadah, bahkan pada usia semuda ini (walaupun pada usia 12 tahunlah seorang anak Yahudi memang bersiap-siap menjalani ujian Taurat sebelum diterima sebagai anggota komunitas keagamaan Yahudi). Hal kedua yang juga terpenting, kata "Bapa-Ku" menunjukkan kesadaran adanya hubungan yang khusus antara diri-Nya dengan Sang Bapa. Rata-rata orang Yahudi yang saleh menggunakan istilah yang lebih hati-hati, "Bapa kami", walaupun dalam doa pribadi.

Sekali lagi, Maria menyimpan semua ini dalam hatinya dan merenungkannya (ayat 51, bdk. 2:19, juga 1:66). Dari sisi narasi Injil, ini jugalah yang diinginkan Lukas agar dilakukan oleh para pembaca Injil. Merenungkan kembali sejauh mana jati diri Kristus telah ditampilkan, ditunjukkan. Di sini kita melihat pertama kali dari sisi diri Kristus sendiri, kedekatan-Nya dengan Sang Bapa sebagai Sang Anak. Namun, Yesus tetap taat kepada Yusuf dan Maria, dan ikut pulang ke Nazaret. Rupanya Yesus juga menunjukkan bahwa tidak mungkin taat kepada Allah tanpa ketaatan kepada orang tua.

Renungkan:
Syukuri fakta bahwa Kristus sungguh-sungguh menjadi manusia. Kesediaan Kristus untuk menjalani semua implikasi dari kemanusiaan-Nya, termasuk keremajaan, merupakan bukti betapa besar kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16).

(0.094458650980392) (Luk 5:12) (sh: Misi kepada pribadi dan komunitas (Rabu, 5 Januari 2000))
Misi kepada pribadi dan komunitas

Misi kepada pribadi dan komunitas. Banyak penderita kusta kita temui, tidak hanya di zaman Tuhan Yesus, di zaman PL pun sudah ada. Pada umumnya kita merasa ngeri dan berusaha menghindari si penderita kusta, karena takut tertular. Penyakit ini sangat mengerikan karena si penderita lambat laun akan kehilangan bagian-bagian tubuhnya, terutama jari kaki dan tangannya. Itulah sebabnya mereka hidup terisolasi, tidak boleh berada di tengah masyarakat.

Dalam perikop yang kita baca, kita melihat bagaimana sikap Yesus terhadap orang yang berpenyakit kusta ini. Ketika orang ini datang dengan satu tujuan ingin disembuhkan, ia memberanikan diri masuk kota untuk bertemu dengan Yesus. Tampak sekali bagaimana sikap dan permohonannya kepada Yesus yang amat sangat menaruh pengharapan. Tetapi sama sekali tidak memaksa. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendakYesus. Yesus mengulurkan tangannya dan menyentuhnya, artinya Ia menyatakan perhatian dan wujud misi pembebasan-Nya, sehinggga si penderita kembali dipulihkan, baik fisik, sosial, psikis, dan rohaninya. Ia harus memperlihatkan kepada imam, sebagai pengesahan kesembuhannya. Lengkaplah sudah pemulihan yang Yesus kerjakan dalam dirinya.

Dalam kejadian selanjutnya, Yesus juga menyentuh dan memenuhi kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Yesus mengetahui iman keempat orang teman yang mengusung si lumpuh, yang tampak dari kegigihan mereka membawa si lumpuh ke hadapan Yesus. Misi-Nya kepada pribadi menjawab kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Si lumpuh dapat berjalan kembali dan teman-temannya pun mendapatkan sukacita besar karena berpengharapan akan kesembuhan temannya terkabulkan.

Bagaimana dengan orang Farisi dan ahli Taurat serta orang banyak? Sesungguhnya Yesus juga menyatakan misi pelayanan-Nya bagi mereka, tetapi orang Farisi dan ahli Taurat tetap mengeraskan hati. Kebenaran dan penyataan diri sudah didemonstrasikan-Nya, baik melalui pengajaran akan kebenaran-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang mau terbuka dan percaya kepada kebenaran-Nya, mereka memuliakan Allah.

Renungkan: Misi Yesus kepada pribadi dan komunitas. Bagi yang percaya akan menerima berkat dan kuasa-Nya, tetapi bagi yang mengeraskan hati, tidak akan menerima apa pun dari-Nya.

(0.094458650980392) (Luk 6:21) (sh: Tindakan selaras dengan kehidupan rohani (Senin, 10 Januari 2000))
Tindakan selaras dengan kehidupan rohani

Tindakan selaras dengan kehidupan rohani. Tolstoy adalah seorang yang sangat terkenal karena ceramah-ceramahnya yang menyentuh kehidupan masyarakat di bidang etika. Salah satu topik ceramahnya yang sangat terkenal adalah "Bagaimana kita mencintai dan diocintai?" Namun suatu saat masyarakat dikejutkan oleh pernyataan istrinya dalam suatu jumpa pers: "Tolstoy adalah seorang suami yang tidak tahu bagaimana mencintai istrinya. Ia tidak mampu mempraktekkan isi ceramahnya kepada istrinya sendiri!" Betapa ironisnya kejadian ini. Lebih mudah mengajar dan menasihati orang lain daripada pengajaran yang diajarkan tersebut mengajar dirinya sendiri. Ini adalah salah satu kejadian dari sekian banyak kejadian yang terjadi di sekitar kita.

Ada satu pengecualian, yakni Yesus yang selalu menjadi teladan dari apa yang dikatakan dan diajarkan-Nya. Secara rinci, Yesus mengajarkan bagaimana sikap Kristen terhadap musuh atau orang yang membenci kita. Membalas kejahatan dengan kebaikan, mengasihi orang yang tidak mengasihi, mendoakan orang yang mencaci, menyatakan perbuatan baik tanpa mengharapkan balas jasa, dan murah hati seperti Bapa di sorga. Semuanya ini bukan hanya sekadar pelajaran moral biasa yang mampu dilakukan siapa saja. Karakter ini hanya mungkin dimunculkan dalam diri seorang yang memiliki kehidupan rohani yang baik. Apa yang ada di dalam mempengaruhi tindakan yang tampak.

Guru Agung Yesus Kristus memiliki hidup yang selaras antara kehidupan di dalam dan di luar. Kasih-Nya sungguh nyata melalui sikap dan tindakan-Nya. Kepada siapa pun Ia menyatakan perhatian, pertolongan, pengajaran, dan kasih-Nya. Demikianlah hendaknya murid-murid-Nya memiliki kehidupan yang dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dalam mengemban misi-Nya, murid-murid-Nya pun akan mengalami penolakan dan sikap yang menyakitkan seperti yang dialami-Nya. Maka mereka harus terlebih dahulu memiliki kehidupan rohani yang baik.

Renungkan: Kecenderungan kita adalah melakukan yang baik kepada yang yang melakukan kebaikan dan menuntut orang melakukan kebaikan terlebih dahulu kepada kita. Kristen harus bersikap sebaliknya, berinisiatif berbuat baik dan tetap melakukannya sekalipun kepada yang melakukan kejahatan. Sikap ini hanya bisa dimiliki seorang yang telah mengalami kasih Kristus dan tahu bagaimana mengasihi sesamanya.

(0.094458650980392) (Luk 8:26) (sh: Menang atas setan dan tanggung jawab Injil (Rabu, 19 Januari 2000))
Menang atas setan dan tanggung jawab Injil

Menang atas setan dan tanggung jawab Injil. Tatkala kita melihat orang yang terganggu jiwanya atau kerasukan setan, kerap kita berkata: "kasihan" tetapi kita tak melakukan apa-apa. Bahkan kita memilih menghindar daripada berurusan dengannya. Padahal orang tersebut telah hancur harkat dan kehormatannya, bahkan yang ada dalam dirinya hanyalah aib, dan keterasingan dari kesempatan hidup wajar. Dalam kasus ini dikisahkan seorang yang terganggu jiwanya karena pengaruh kuasa setan. Tak ada seorang pun yang dapat menikmati kebahagiaan bila berada di bawah pengaruh kuasa setan. Tak ada seorang pun yang menunjukkan itikad baik untuk berusaha menolongnya terlepas dari belenggu setan.

Keadaan menjadi berbalik ketika Yesus tiba di Gerasa. Yesus datang dan membebaskan orang tersebut dari kuasa setan. Sungguh suatu perubahan total terjadi dalam diri orang tersebut. Dari telanjang, berpakaian, dari kerasukan menjadi waras, dari tidak mengenal siapa Yesus, menjadi pengikut dan menyaksikan berita tentang Yesus. Keselamatan dari Krisus tidak hanya mengubahnya secara total, tetapi juga memotivasinya untuk mempertanggung-jawabkan perubahan tersebut: Berarti: (1) Ia berkuasa atas segala kuasa yang ada di bumi, termasuk kuasa setan, karena setan pun tunduk -- "taat" dan memohon belas kasihan Yesus. (2) Manusia begitu bernilai di hadapan Allah. Karenanya Yesus membebaskannya dari belenggu kuasa setan, memulihkan secara total. Dan menjadikan hidupnya berarti.

Peristiwa di Gerasa adalah salah satu bentuk perbuatan setan yang menghancurkan harkat, martabat, dan nilai manusia. Berbagai bentuk sepak terjang setan masih bergulir hingga hari ini dan sampai akhir. Ia selalu jeli melihat kelemahan manusia dan tidak sedetik pun melepaskan kesempatan menjerumuskan manusia ke dalam perangkapnya.

Renungkan: Seorang yang telah masuk perangkap Iblis, tidak akan dilepaskan begitu saja. Ia pasti minta balasan. Hanya Yesus yang dapat melepaskan dia dari perangkap Iblis. Bila kita menyerahkan kehidupan kita sepenuhnya kepada Dia, hidup yang telah diluluhlantakkan Iblis dapat dipulihkan oleh-Nya. Kuasa-Nya lebih besar daripada kuasa Iblis. Yesus akan memperbaharui secara total. Dan seorang yang sudah mengalami pembaharuan total, akan memiliki tanggung jawab Injil terhadap sesamanya.

(0.094458650980392) (Luk 11:14) (sh: Mereka yang berpihak kepada Yesus (Kamis, 23 Maret 2000))
Mereka yang berpihak kepada Yesus

Mereka yang berpihak kepada Yesus. Mukjizat dalam perikop ini sesungguhnya untuk mendemonstrasikan eksistensi Allah dan Kerajaan-Nya. Juga untuk memberitakan bahwa Allah sudah datang untuk membebaskan manusia dari ikatan belenggu kuasa Setan. Terompet peperangan sudah ditiup dan peperangan rohani sudah dimulai.

Sikap netral sangat mustahil dalam peperangan ini. Seperti mereka yang sudah menyaksikan penyataan kuasa Roh Kudus yang langsung dan nyata, kemudian mereka dituntut untuk menentukan sikap terhadap Kerajaan-Nya (ayat 23). Demikian juga setiap pengikut- Nya. Untuk itu apa yang harus dialami oleh mereka yang berada di pihak-Nya? Mereka harus mengalami pembaharuan total di mana Roh Kudus tinggal dalam hidupnya. Tidak seperti keadaan orang yang didatangi kembali roh-roh lain yang lebih jahat karena hidupnya dibiarkan kosong (ayat 24-26). Di samping itu mereka harus juga mempunyai hubungan rohani secara pribadi dengan Kristus bukan hubungan secara fisik karena menjadi ibu dari Yesus (ayat 27). Dan hubungan ini harus dipelihara dengan jalan senantiasa mendengarkan dan memelihara firman-Nya (ayat 28).

Selain itu ada hal-hal yang harus dihindari oleh pengikut-Nya, di dalam menjalani kehidupan beribadahnya selama di dunia. Mereka tidak boleh menekankan simbol-simbol dan ritual agama, sehingga mengabaikan realita dan kewajiban moral yang dinyatakan oleh simbol-simbol keagamaan (ayat 38). Mereka juga tidak boleh menggantikan moralitas kehidupan dengan ketaatan terhadap tata ibadah lahiriah. Hal ini seperti orang farisi yang yakin kekudusan hidupnya karena mencuci cawan dan pinggannya (ayat 39). Dalam menaati perintah-perintah-Nya haruslah seimbang. Janganlah melakukan satu hal yang kecil dengan ekstrimnya, namun justru mengabaikan perintah-perintah yang lebih hakiki (ayat 42). Orang percaya tidak boleh menjalankan kehidupan agamanya hanya untuk mendapatkan kemuliaan dirinya, kecuali untuk kemuliaan-Nya (ayat 43).

Renungkan: Karena itu dalam peperangan rohani zaman ini, mereka yang berpihak kepada-Nya adalah orang-orang yang hidup dipimpin oleh Roh Kudus, yang hidup mengagungkan dan menjalankan firman-Nya. Dan semua itu dimanifestasikan dalam kehidupan moral yang sesuai dengan standar Allah, bukan standar pribadi ataupun standar masyarakat.

(0.094458650980392) (Luk 18:18) (sh: Apakah yang terutama dalam hidup ini? (Kamis, 6 April 2000))
Apakah yang terutama dalam hidup ini?

Apakah yang terutama dalam hidup ini? Ini tampaknya merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat 20). Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.

Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup. Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat. Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan, bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.

Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut Tuhan merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah itu terungkaplah bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh- sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang akan mereka terima (ayat 30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa Allah.

Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan yang dapat dipikirkan manusia.

(0.094458650980392) (Luk 19:1) (sh: Ada berapa Zakheus di Indonesia? (Sabtu, 8 April 2000))
Ada berapa Zakheus di Indonesia?

Ada berapa Zakheus di Indonesia? Zakheus adalah seorang laki-laki yang secara fisik tidak sempurna karena pendek, namun ia seorang yang kaya karena ia seorang pemungut cukai. Walaupun kaya, tak seorang pun mau menerima dia, tidak juga Sinagoge. Lebih tragisnya lagi uang banyak yang ia miliki tidak dapat memberikan kompensasi atas penolakan yang ia alami. Dia telah jauh tersesat. Karena itu bagaimana mungkin seorang yang sudah jauh tersesat dapat menemukan jalan menuju Kerajaan Allah? Tentu saja ia tidak dapat, namun dia dapat ditemukan dan dibawa masuk ke dalam Kerajaan Allah oleh Yesus (ayat 9-10). Dengan kata lain oleh karena kasih karunia-Nya, Zakheus telah diterima oleh Allah masuk ke dalam Kerajaan-Nya.

Penerimaan Allah ini memberikan dampak yang luar biasa dalam diri Zakheus. Ia mampu melihat bahwa harta berlimpah-limpah yang telah ia cari dan dapatkan dengan susah payah, bahkan dengan pengorbanan hidup bermasyarakatnya selama ini ternyata sia-sia. Zakheus telah menemukan identitas dirinya yang benar yaitu anak Abraham (ayat 9) yang merupakan nenek moyangnya, yang dibenarkan oleh iman kemudian hidup sesuai dengan iman. Zakheus sudah membuktikan bahwa ia hidup sesuai dengan identitasnya. Keselamatan yang ia terima sudah membawa perubahan sikap yang total terhadap kewajiban sosialnya. Dan ini sangat penting karena jika ia nantinya akan memerintah bersama Kristus maka ia harus belajar dan melatih sikap Kristen terhadap harta dalam dunia sekarang ini.

Bagaimana seorang percaya harus bersikap dan bertindak terhadap harta yang dimilikinya, dipertegas oleh Kristus dalam perumpamaan tentang uang mina (ayat 11-27). Setiap orang percaya haruslah bertanggungjawab untuk menggunakan dan mengembangkan dengan setia setiap kekayaan, waktu, dan talenta yang sudah dipercayakan Tuhan kepadanya, karena Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya. Itulah kewajiban yang sesuai dengan identitasnya.

Renungkan: Anugerah yang besar itu juga telah memberikan identitas yang sama kepada Anda identitas yang juga diberikan kepada Zakheus. Berarti ada banyak Zakheus di bumi Indonesia. Berarti pula akan ada banyak orang yang berhasil dientaskan dari kemiskinan di bumi Indonesia tercinta.

(0.094458650980392) (Luk 22:39) (sh: Semuanya bermula di sini (Senin, 17 April 2000))
Semuanya bermula di sini

Semuanya bermula di sini. Setelah perjamuan malam selesai, Yesus menuju Bukit Zaitun, tempat yang biasa Ia kunjungi (21:37- 38). Yudas, sang pengkhianat mengenal benar tempat itu. Terlihat di sini bahwa Yesus tidak berniat melarikan diri. Jika Kerajaan Allah segera didirikan, maka peperangan dengan penguasa kegelapan harus dilakukan. Tiba di sana Yesus memerintahkan para murid untuk berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan; karena Iblis telah menyusun seluruh kekuatannya dan bergabung dengan manusia berdosa untuk menentang terwujudnya kehendak Allah. Pencobaan itu ingin menghindari peperangan, ingin menyerah, ingin melarikan diri, dan tidak mau melakukan kehendak-Nya.

Setelah itu Yesus menjauhkan diri dari murid-murid-Nya. Apa yang dilakukan Yesus menunjukkan dengan gamblang, pusat peperangan ketika masa depan seluruh ciptaan dipertaruhkan. Ini suasana yang sangat genting. Hasil dari peperangan itu tergantung penuh pada diri-Nya. Jika Ia gagal maka seluruh ciptaan akan terhilang selamanya; jika Ia berhasil, kemenangan mutlak akan dipetik. Kemudian Dia berlutut. Inilah pemandangan yang indah dan kemenangan besar. Ia berlutut di Bukit Zaitun. Beberapa hari yang lalu Dia datang ke bukit yang sama, dan Ia dielu-elukan sebagai Raja (lih. 19:35-38) Sesampainya di Yerusalaem Ia mendapati bahwa Yerusalem sudah berada di tangan para pemberontak Allah, Bait Allah sudah dipenuhi dengan perampok. Bagaimana mereka dapat diselamatkan dari murka Allah dan dipulihkan kembali kepada ketaatan dan penyembahan kepada Allah yang benar?

Upacara keagamaan tidak mampu mengubah seorang pemberontak menjadi kudus. Jika Yerusalem dan seluruh dunia dibawa kembali kepada Allah, semuanya bermula di Bukit Zaitun. Sang Mesias harus menegakkan kehendak Allah di bumi dengan jalan mentaatinya terlebih dahulu. Kristus mentaati kehendak Allah meminum cawan itu meskipun pahit. Ketika ditangkap, Yesus menghadapinya tanpa pedang. Ia paham, yang dihadapi bukanlah kekuatan fisik.

Renungkan: Masalah kejahatan di dunia tidak dapat diatasi dengan taktik politik dan konflik senjata, namun hanya dengan ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Semuanya bermula di Getsemani dan harus menyebar ke seluruh pelosok dunia. Di mana Kristen berada di situ kehendak Allah harus ditegakkan dan diwujudnyatakan.

(0.094458650980392) (Luk 22:54) (sh: Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap (Selasa, 18 April 2000))
Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap

Sikap manusia terhadap kebenaran. Setelah Yesus ditangkap dan dibawa pergi, hampir semua murid-Nya meninggalkan-Nya. Petrus masih mengikuti Dia, namun kemudian secara tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah. Dia tidak bermaksud demikian, namun ia tidak memahami dengan benar sifat dari peperangan itu dan senjata apa yang diperlukan untuk memenangkannya. Peperangan itu antara Kebenaran dan dusta dan Kebenaran itu secara mutlak ada di dalam seorang Pribadi Tunggal Yesus Kristus. Kebenaran tidak ditegakkan dengan kekuatan fisik, tetapi dengan kekuatan rohani.

Di halaman rumah Imam Besar itu, Petrus menyangkal Yesus. Ketika seorang hamba berkata dengan penuh keyakinan 'Sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Dia' (ayat 59), hamba itu menyatakan bahwa apa yang ia ketahui adalah benar. Ini merupakan kesempatan terakhir bagi Petrus untuk memenangkan peperangan dan tetap berdiri dalam Kebenaran. Namun ia telah menyangkal kebenaran dan bersembunyi di balik kepura-puraan atau kepalsuan. Itulah sikap Petrus terhadap Kebenaran. Ia mengenal Kebenaran, tetapi ia melarikan diri daripadanya, menghindarinya, bahkan menyangkalinya demi kepentingan pribadi. Ia telah kalah dalam pencobaan.

Para tua-tua, ahli Taurat, dan imam sepertinya menunjukkan sikap ingin mengenal Kebenaran ketika mereka mengajukan pertanyaan kepada Yesus (ayat 66-67). Tetapi sesungguhnya mereka tidak berminat mendapatkan Kebenaran. Mereka tidak siap percaya atau pun mendiskusikan kebenaran itu bersama-Nya. Mereka hanya ingin mendapatkan alasan untuk menghukum-Nya. Karena itu Yesus tidak memberikan jawaban detail atau mempertahankan argumentasi- Nya. Respons Yesus terhadap dua jenis sikap manusia itu berbeda. Terhadap Petrus, Ia berjanji akan berdoa untuknya, agar imannya tidak jatuh sehingga ia bisa menguatkan saudaranya yang lain. Walaupun saat ini kalah, dikemudian hari ia bisa menang. Janji ini berlaku juga bagi semua orang percaya di dalam mempertahankan Kebenaran di dalam hidup.

Renungkan: Inilah respons Kristus yang penuh kasih. Sedangkan terhadap sikap yang tidak acuh terhadap Kebenaran, Yesus pun tidak akan mengacuhkan mereka untuk menyatakan Kebenaran. Mereka dibiarkan dalam keadaan tersesat.

(0.094458650980392) (Luk 24:28) (sh: Kebenaran yang disingkapkan (Selasa, 25 April 2000))
Kebenaran yang disingkapkan

Kebenaran yang disingkapkan. Apa yang ditegaskan oleh "Yesus yang tidak mereka kenali" kepada kedua orang murid itu adalah mengenai Mesias dan berita tentang kebangkitan-Nya. Namun pertanyaan kedua murid itu adalah jika Yesus benar-benar bangkit bagaimana mereka dapat mengenali dan yakin bahwa itu adalah Yesus, jika mereka tidak melihat? Atau dengan pertanyaan lain bagaimana Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia adalah Yesus? Yesus tidak menyatakan "Akulah Yesus" dengan kata-kata, namun dengan gerakan yang begitu khusus dan identik dengan diri-Nya.

Ketika Ia duduk makan, mengambil roti, mengucapkan berkat, memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada mereka, maka terbukalah mata kedua murid itu (ayat 30-31). Mereka mengenali Yesus bukan dengan melihat tanda paku di pergelangan tangan, namun dengan melihat cara Ia memecahkan roti. Apa yang Yesus lakukan di hadapan mereka berdua serupa dengan dua peristiwa besar yang pernah Ia lakukan dahulu. Pertama ketika Ia memberi makan 5000 orang (lih. 9:16). Kedua ketika perjamuan malam berlangsung (22:14-23). Kemungkinan besar Kleopas dan temannya bukan saksi mata atas dua peristiwa itu. Namun mereka pasti sudah mendengar peristiwa itu dan percakapan Yesus setelahnya. Khususnya tentang pemberitaan bahwa Kristus mempersembahkan tubuh dan darah-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang.

Semua berita itu nampaknya tidak masuk akal bagi mereka, bahkan setelah kematian Yesus sekalipun. Baru ketika Yesus mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama kaya akan nubuat, upacara keagamaan, dan lambang-lambang yang sebenarnya menunjuk kepada pengorbanan Mesias sebagai persembahan yang hidup, maka gerakan yang dilakukan Yesus membuat mata mereka terbuka dan mereka mengenali-Nya. Mereka segera kembali ke Yerusalem, bukan untuk berharap agar Yesus membuktikan bahwa Dialah Raja dan akan menyelamatkan Israel. Sekarang mereka ke Yerusalem karena mereka sudah tahu bahwa Yesus adalah Raja dan penebusan yang Ia kerjakan jauh melebihi kemerdekaan bangsa Israel yang mereka dulu idam-idamkan.

Renungkan: Iman dan pengharapan mereka sudah tertancap pada fondasi yang kuat yakni pengenalan akan Kristus yang bangkit. Bagaimana Anda meyakini bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia?

(0.094458650980392) (Yoh 1:14) (sh: Berita Natal (Selasa, 25 Desember 2001))
Berita Natal

Berita Natal. Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah. Dalam ayat 14, ia menegaskan bahwa Yesus adalah manusia. Peristiwa Natal merupakan suatu rahasia besar tentang mengapa dan bagaimana Allah di dalam Kristus menjadi manusia sejati. Tidak dapat dikatakan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja sebagai manusia. Juga, tidak dapat dinyatakan bahwa Yesus merupakan campuran Allah dan manusia. Yesus adalah sungguh- sungguh manusia 100%. Yesus, seperti ditegaskan 1:1, 18, juga adalah Allah sejati. Peristiwa Natal membuktikan bahwa Allah dan manusia dapat bersekutu. Peristiwa Natal menyatakan bahwa Allah ingin berdamai dengan manusia. Berita perdamaian ini harus disampaikan kepada semua umat manusia. Allah mengutus utusan-utusan-Nya, yakni Yohanes dan Anak-Nya yang tunggal.

Yohanes kembali dilukiskan sebagai saksi (ayat 15). Ia bukan seorang reformator atau pemimpin agama. Ia juga tidak mencetuskan gagasan keagamaan atau spiritualitas. Yohanes hanya menyaksikan Yesus. Tidak ada agenda atau berita lain. Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih utama (ayat 15). Yohanes menyaksikan bahwa Yesus juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (ayat 15). Jelas bahwa hidup Yohanes berpusat pada Yesus.

Yesus, sama seperti Yohanes, juga diutus sebagai saksi. Kata kerja 'menyatakan' pada ayat 18 penting sekali. Dalam bahasa Yunani, kata kerja ini tidak memiliki objek. Oleh karenanya, biasanya terjemahan Alkitab harus menambahkan objeknya. Di dalam terjemahan LAI-TB, kita membaca 'Dialah yang menyatakan-Nya'. Jelas ini merupakan terjemahan penafsiran. Jika tidak ada objeknya, akan muncul pertanyaan, "Apa atau siapakah yang dinyatakan Yesus?" Ayat 18 menjawab bahwa yang dinyatakan adalah Allah yang tidak pernah dilihat manusia, yaitu Allah Bapa. Karena dalam ayat 1 dinyatakan bahwa Yesus adalah Allah, maka sebenarnya ayat 18 memiliki objek ganda. Yesus menyatakan Bapa dan diri-Nya sendiri. Inilah kesaksian Yesus.

Renungkan: Perbuatan dan perkataan Yesus menyatakan keallahannya pada manusia. Jika ingin mengenal dan melihat Allah, maka manusia harus melihat Yesus. Tidak ada yang dapat datang ke Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6). Sampaikanlah berita Natal ini kepada orang-orang yang merasa mengenal Allah, tetapi menolak Kristus!

(0.094458650980392) (Yoh 6:22) (sh: Iman, sebab dan akibatnya (Kamis, 10 Januari 2002))
Iman, sebab dan akibatnya

Iman, sebab dan akibatnya. Orang banyak mencari Yesus bukan karena mereka ingin mengenal-Nya lebih dalam lagi. Mereka mencari Yesus karena ingin mengenyangkan perut mereka (ayat 26). Berkat yang diberikan Yesus lebih penting daripada diri Yesus sendiri. Tetapi, Tuhan Yesus membimbing mereka. Ia memberikan arah yang lebih jelas agar pengertian dan pengenalan mereka berjalan pada jalur yang benar. Tuhan Yesus mengarahkan perhatian mereka bukan ke berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (ayat 27,29,33,35). Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia berasal dari surga (ayat 29,33,38). Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus mendorong mereka untuk percaya kepada-Nya (ayat 29,35,40). Percaya kepada Yesus adalah kehendak Allah (ayat 40). Jika orang ingin melakukan kehendak Allah, maka ia harus percaya kepada Yesus. Orang-orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal (ayat 27,33,39-40). Orang-orang percaya juga akan dibangkitkan pada akhir zaman (ayat 39-40). Dalam ayat-ayat ini, kata percaya muncul berulang kali (ayat 29,30,35-36,40). Ini mengindikasikan bahwa Yesus sangat menekankan hal ini dalam kesaksian-Nya.

Secara khusus kita melihat bahwa percaya kepada Yesus merupakan pekerjaan Allah dan juga pekerjaan manusia. Kedua hal ini bukanlah dua hal yang bertolak belakang atau bertentangan. Keduanya harus tetap dipegang secara seimbang. Tidak perlu menekankan salah satu dan mengabaikan yang lain. Percaya adalah pekerjaan Allah (ayat 29). Hidup kekal sebagai akibat percaya kepada Yesus adalah pemberian Anak Manusia (ayat 27). Roti yang sejati yang turun dari surga adalah pemberian Allah (ayat 32-33). Semua yang percaya kepada Yesus adalah pemberian Allah (ayat 37,39). Di samping ini, percaya kepada Yesus juga merupakan tindakan manusia. Orang harus datang kepada Yesus (ayat 35,37). Tanpa tindakan manusia yang bersangkutan datang kepada Yesus, maka tidak mungkin percaya kepada Yesus timbul.

Renungkan: Tidak perlu ragu untuk datang kepada Yesus betapa pun banyak dan besar dosa-dosa kita. Yesus tidak akan menolak bahkan membuang orang yang datang dan percaya kepada-Nya. Tidak perlu menunggu agar kita lebih baik dan lebih saleh dahulu baru kemudian percaya kepada-Nya. Seperti apa adanya kita, Yesus akan menerima kita.

(0.094458650980392) (Yoh 8:21) (sh: Hanya Yesus yang dapat mengatasi masalah dosa (Jumat, 18 Januari 2002))
Hanya Yesus yang dapat mengatasi masalah dosa

Hanya Yesus yang dapat mengatasi masalah dosa. Kepada orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya, dan bahkan bermaksud membunuh-Nya, Tuhan Yesus berulang kali menyatakan ke-Allahan-Nya melalui frasa `ego eimi' yang muncul di Yohanes 8:12,18,24,28. Dalam bagian ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah. Dalam ayat 21 dikatakan bahwa Ia berasal dari surga. Orang berdosa, yakni orang yang tidak percaya kepada-Nya, tidak dapat bersama dengan Allah. Orang yang tidak percaya kepada-Nya akan mati, artinya tidak dapat bersekutu dengan Allah dan Yesus. Persekutuan dengan Allah hanya dapat terjadi melalui persekutuan dengan Yesus.

Ayat 23 menegaskan bahwa Yesus datang dari Bapa. Orang yang tidak percaya dikatakan berasal dari dunia ini. Dunia menolak Allah dan karenanya dikatakan dunia yang berdosa. Ada jalinan hubungan erat antara dosa, tidak percaya kepada Yesus, dan mati karena tidak memiliki persekutuan dengan Allah dan Yesus. Dosa, apa pun bentuknya, mengakibatkan kematian. Mati berarti tidak memiliki persekutuan dengan Tuhan Yesus. Bagaimana persekutuan ini tercipta? Persekutuan hanya dapat lahir melalui iman kepada Yesus, bukan karena perbuatan baik, atau amal ibadah, atau moral yang tinggi, atau kesalehan spiritual yang keras. Tanpa Yesus ia akan mati. Tanpa percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, manusia tetap berada di dalam dosa.

Bagaimanakah ke-Allahan-Nya terungkap? Melalui perkataan dan perbuatan-Nya. Yesus berkali-kali mengatakan bahwa Ia berasal dari Bapa, diutus oleh Bapa (ayat 23,26,29). Terlebih lagi Tuhan Yesus mengajarkan bahwa ke-Allahan-Nya akan terungkap dengan jelas melalui salib (ayat 28,29). Melalui perbuatan Yesus di kayu salib akan terungkap jelas bahwa Ia adalah Mesias, Anak Allah. Perbuatan Yesus di kayu salib merupakan puncak pengungkapan diri-Nya. Di luar salib, manusia tidak dapat mengenal kedalaman ke-Allahan Yesus. Di luar salib, manusia tak dapat beroleh harapan kasih Allah yang menyelesaikan masalah dosa. Ketika Yesus menyaksikan hal ini, banyak yang percaya kepada-Nya (ayat 30).

Renungkan: Tanpa iman kepada Yesus manusia tetap berada di dalam dosa. Berada di dalam dosa berarti mati, yakni tanpa persekutuan dengan Allah.

(0.094458650980392) (Yoh 13:21) (sh: Menepis kasih (Rabu, 13 Maret 2002))
Menepis kasih

Menepis kasih. Untuk ketiga kalinya dalam pasal ini Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya …” (ayat 16,20,21). Juga Yesus kembali mengejutkan para murid ketika Ia mengatakan bahwa ada di antara mereka yang akan mengkhianati diri-Nya. Meskipun Yesus dikhianati dan diserahkan (ayat 21), Ia tidak menjadi korban yang pasif. Pada akhirnya bukan musuh-musuh-Nya yang membunuh Yesus, tetapi Yesus sendiri “menyerahkan nyawa-Nya” (ayat 19:30). Terhadap kematian Lazarus, Ia menunjukkan kemarahan, terhadap pengkhianatan yang akan membuat-Nya mati, Ia menunjukkan kesedihan yang dalam. Keduanya menunjukkan kasih-Nya yang dalam, pertama kepada manusia (Lazarus), kedua kepada Allah. Di dalam kasih kepada Allah itu tercakup kasih-Nya yang tanpa syarat kepada para murid-Nya, termasuk kepada Yudas. Kasih itu menjadi kesedihan yang dalam karena ditolak dan dikhianati.

Para murid bertanya-tanya, siapa yang akan melakukan hal sekeji itu. Maka, seorang murid yang dikasihi Yesus bertanya kepada-Nya. Yesus menjawab dengan simbol bahwa yang akan mengkhianati-Nya adalah orang yang dicintai-Nya. Yesus menunjukkan hal tersebut dengan memberikan roti kepada Yudas Iskariot sesudah mencelupkan ke dalam mangkuk yang mungkin berisi anggur. Sesudah peristiwa itu, dikatakan bahwa setan “memasuki” Yudas Iskariot. Tindakan Yesus bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, tindakan Yesus sungguh mencurahkan seluruh kasih-Nya kepada Yudas dan berusaha menarik Yudas kepada-Nya. Di sisi lain, tindakan itu merupakan suatu kesempatan bagi Yudas untuk memutuskan apa yang harus dipilihnya. Bila ia tidak memilih Yesus, tindakan cinta menjadi permulaan penghakiman dan penghukuman baginya. Sayang sekali, setanlah yang akhirnya dituruti oleh Yudas. Yudas Iskariot, yang dicintai Yesus, menerima roti itu, tetapi menepis cinta-Nya.

Perintah Yesus agar Yudas segera melakukan apa yang akan dia kerjakan memperlihatkan bahwa semakin kejahatan menggalang kekuatan melawan-Nya, semakin penggenapan terang rencana Allah di salib mendekati kenyataan. Yudas segera menuju kehidupan gelap tanpa cinta. Ia makin menjauh dari sang sumber terang dan hidup.

Renungkan: Jadikan kasih Ilahi pertimbangan utama dari tiap pilihan Anda.

(0.094458650980392) (Yoh 14:1) (sh: Jalan ke rumah Bapa (Sabtu, 16 Maret 2002))
Jalan ke rumah Bapa

Jalan ke rumah Bapa. Kepada orang banyak Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat ikut bersama-Nya ke rumah Bapa-Nya (ayat 13:33). Kepada Petrus, Ia mengatakan hal yang sama, namun dengan arti dan alasan berbeda. Tuhan menyatakan bahwa keadaan hatinya tidak menjamin bahwa ia dapat setia mengasihi Tuhan. Orang banyak yang tidak menerima Dia tidak dapat bersama Dia. Sekarang Yesus menegaskan bahwa sebenarnya para murid telah mengetahui jalan ke sana, ke rumah Sang Bapa, dan mereka pasti akan bersama Dia sesudah Ia selesai menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi mereka (ayat 3-4). Meski benar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kondisi hati mereka agar setia dan kelak sampai ke tujuan kekal, namun mereka sudah percaya dan dengan terus mempercayai karya-karya Yesus mereka pasti akan sampai di tujuan. Tuhan memerintahkan mereka untuk percaya. Kenyataan janji-janji Allah tidak tergantung pada perasaan dan kondisi hati kita, tetapi pada Dia yang setia pada janji-janji-Nya. Bertekun dalam iman adalah cara untuk memiliki keteguhan hati (bdk. dengan yang Yesus lakukan, 12:27).

Kebenaran tentang jaminan kekal tersebut lebih jelas dalam jawaban- Nya kepada Tomas. Ungkapan “Akulah …” menggemakan kembali ungkapan-ungkapan yang sama dalam Injil Yohanes yang menegaskan kesetaraan Yesus dengan Yahwe dalam Perjanjian Lama. Karena itulah Dia dapat mengklaim bahwa diri-Nya sendirilah jalan, kebenaran, dan hidup (ayat 6). Akibatnya, Dia dan hubungan dengan-Nya menentukan apakah orang yang mengenal Bapa akan sampai ke rumah Bapa kelak atau tidak. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku" (ayat 7). Sang Bapa telah berkemah di dalam Yesus, sehingga siapa mengenal Dia, mengenal Bapa (bdk. 1:14, 14:10). Firman Bapa ada di dalam-Nya dan itulah yang disampaikan kepada mereka (ayat 10-11).

Tidak saja mengenal Bapa dan beroleh jaminan kekal di dalam Yesus, para pengikut-Nya akan pula melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah bahkan yang lebih besar dari yang Yesus telah buat. Pekerjaan- pekerjaan besar itu adalah juga pekerjaan Yesus di dalam mereka, dan dapat terus dilakukan karena mereka mengandalkan Dia di dalam doa (ayat 12-13).

Renungkan: Perbuatan kita mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan.

(0.094458650980392) (Yoh 20:11) (sh: Arti kebangkitan Yesus (Senin, 1 April 2002))
Arti kebangkitan Yesus

Arti kebangkitan Yesus. Maria Magdalena menangis karena kasihnya kepada Yesus. Saat itu malaikat di depannya dan Yesus sendiri di belakangnya. Baik ucapan malaikat maupun sabda Tuhan Yesus menekankan belas kasih terhadap Maria. Jawaban Maria menunjukkan imannya kepada Yesus meski dalam keterbatasannya ia berpikir Yesus sudah mati. Tetapi, Yesus yang sama tetap adalah “Tuhan” baginya (ayat 13). Semula Yesus dianggapnya salah seorang tukang kebun Yusuf Arimatea (ayat 14-15). Tetapi, begitu Yesus menyebut namanya, segera ia mengenali Yesus dan memanggil-Nya sebagai Guru (ayat 16). Kesedihan betapa pun dalamnya tidak akan selamanya membutakan sebab Maria sungguh adalah domba Yesus yang mengenali suara Gembalanya (Yoh. 10:3-4).

Semula Maria berpikir bahwa sifat hubungannya dengan Yesus akan sama seperti ketika Yesus belum mati. Tetapi, penjelasan Tuhan menandaskan terjadinya perubahan radikal dalam hubungan tersebut yang juga berakibat dalam hubungan mereka dengan Bapa. Pertama, isyarat itu Yesus berikan dalam respons-Nya terhadap sentuhan Maria. Mungkin saat itu Maria memegang lengan Yesus atau bertelut memegang kaki Yesus. Tetapi, Yesus melarangnya untuk terus memegangi-Nya demikian. Yesus mengisyaratkan bahwa Dia harus kembali kepada Bapa ke dalam status kekal-Nya. Maka, Maria tidak bisa menahan-Nya agar tetap di dunia seperti sebelum Ia bangkit. Kini Maria dijadikan utusan (rasul) yang mewartakan kebangkitan Yesus kepada para rasul. Betapa terhormat posisi Maria, menjadi pengantara berita kebangkitan kepada para rasul yang belum tahu atau belum percaya tentang hal itu. Kedua, Yesus menegaskan untuk pertama kalinya ungkapan penting yang bersifat kristologis, yang berakibat secara soteriologis. “Aku akan kembali kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu” (ayat 17). Keunikan hubungan diri-Nya dengan Bapa dan kebangkitan-Nya membuat para pengikut- Nya memiliki hubungan anak-bapa dengan Bapa di surga dan menjadi para saudara Kristus (ayat 17). Ketiga, kenaikan Yesus ke surga juga merupakan sumber sukacita bagi para murid-Nya sebab menyatakan bahwa Ia berhasil memenuhi rencana Bapa dan kemenangan itu dapat mereka cicip dengan hadirnya Roh Kudus (ayat 16:7).

Renungkan: Pengenalan akan Dia yang bangkit berdampak luas atas hidup kita.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA