Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1281 - 1300 dari 1322 ayat untuk sekali (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.09) (Mat 23:1) (sh: Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1) (Rabu, 7 Maret 2001))
Doktrin tanpa aplikasi adalah pengetahuan yang gersang (1)

Lebih banyak orang pintar daripada orang baik. Demikian pula di kalangan para pemimpin rohani, terlebih mudah kita mencari hamba Tuhan yang pandai di mimbar daripada yang kaya teladan hidup rohani. Seringkali kita mendengar semakin dekat seorang bergaul dengan hamba Tuhan, semakin ia kecewa dengan kemunafikannya, karena apa yang diperbuat tidak sesuai dengan apa yang dikatakan.

Yesus mengenal dengan baik bagaimana kehidupan para pemimpin agama Yahudi: penindas (4), haus pujian (5), gila hormat (6-7), munafik dan batu sandungan (13-15), dan membuat peraturan rohani yang tidak benar (16-22). Mereka yang seharusnya menjadi panutan ternyata memakai topeng kesucian rohani untuk menyelubungi kebobrokan dan kemunafikan. Maka Yesus memperingatkan para murid- Nya untuk tidak mencontoh mereka (3) dan mengajarkan bagaimana seharusnya dedikasi murid-murid-Nya (8-10). Prinsip kebenaran bagi murid-murid-Nya bertolak belakang dengan prinsip dunia yang mengajarkan bahwa semakin tinggi kedudukan semakin dihormati dan ditinggikan (11- 12). Prinsip inilah yang seharusnya mendasari kehidupan para pemimpin rohani, bukan jabatan dunia yang penting tetapi jabatan di mata Allah yang diraih melalui kerendahan hati dan kesediaan direndahkan. Semakin seorang murid belajar bagaimana menyangkal keakuan dan kehormatan diri, maka dia akan semakin meninggikan Yesus, Gurunya. Seorang pelayan menyediakan dirinya melakukan segala pekerjaan demi menyenangkan tuannya, demikianlah seorang pelayan Tuhan yang berdedikasi kerendahan hati.

Tepat sekali bila Yesus berkali-kali menggunakan kata 'celakalah' untuk mengecam para pemimpin agama Yahudi. Sepertinya memang tidak ada lagi kata lain yang lebih tepat. Akibat perbuatan mereka yang paling fatal adalah menghalangi orang-orang masuk Kerajaan Sorga (13), karena mereka bukan membawa orang percaya kepada Yesus tetapi kepada diri mereka sendiri (15). Allah sendiri yang akan menghukum mereka karena penyesatan yang telah mereka lakukan.

Renungkan: Kesombongan rohani karena memiliki pengetahuan doktrin yang mendalam tanpa aplikasi hidup sesuai firman Tuhan, akan membawa jemaat dan diri sendiri tersesat dari jalan kehidupan kekal.

(0.09) (Mat 26:47) (sh: Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia (Senin, 9 April 2001))
Ganjaran yang mendatangkan selamat ditimpakan kepada Dia

Imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan Imam Besar menganggap Yesus musuh besar dan berbahaya, sehingga perlu melibatkan Yudas untuk membuka jalan, perlu senjata lengkap dan perlu serombongan besar orang. Yesus sama sekali tidak mengadakan perlawanan meski sebenarnya Ia memiliki kuasa. Bahkan Ia melarang murid-murid-Nya untuk melawan dengan pedang. Ia mengatakan kepada para penangkap itu bahwa apa yang terjadi adalah untuk menggenapi nubuat kitab para nabi. Oleh sebab itu Yesus rela digiring mereka ke Mahkamah Agama.

Kemudian mereka menggelar sidang 'pengadilan' atas diri Yesus dengan mendatangkan orang-orang untuk memberikan kesaksian palsu agar Yesus dapat dijatuhi hukuman mati. Berbagai tuduhan ternyata tidak dapat menyatakan kesalahan Yesus. Sampai pada puncak pertanyaan yaitu tentang kemesiasan Tuhan Yesus. Suatu tantangan yang sulit. Kalau Yesus menjawab bahwa Ia Mesias, pasti Ia akan menerima hukuman. Bagi orang Yahudi kedatangan Mesias, Sang Penyelamat, bukan seperti yang dilakukan oleh Yesus. Kalau Ia menjawab 'bukan' Ia akan terlepas dari ancaman hukuman mati, tetapi berarti Ia menyangkali keberadaan diri-Nya yang sebenarnya. Dengan jelas Yesus menyatakan 'ya' bahkan Ia bukan saja sebagai Manusia Yesus tetapi Ia adalah Anak Manusia. Yesus membukakan siapa diri-Nya yang saat ini menjadi pesakitan di hadapan pengadilan Mahkamah Agama. Ia adalah 'Anak Manusia' yang mempunyai kedudukan tinggi yakni di sebelah kanan Yang Maha Kuasa. Sebutan Anak Manusia bagi orang Yahudi adalah sebutan yang menunjuk pada seseorang yang dianugerahi kuasa dan kemuliaan kekal, Dialah Sang Penyelamat, Mesias. (Dan.7:13-14). Pernyataan ini menunjukkan keilahian dan kemesiasan Yesus. Tetapi Mesias datang bukan sebagai 'raja dunia', sebab Ia Raja atas segala raja. Ia datang ke dunia untuk menyatakan diri Allah, kehendak Allah, dan rencana Allah dalam tubuh Manusia Yesus yang tanpa dosa namun diganjar sedemikian hina demi pengampunan dosa.

Renungkan: Jalan derita ditempuh Yesus agar Anda dan saya lepas dari penderitaan kekal. Biarlah Yesus yang saat ini duduk di sebelah kanan yang Maha Kuasa menerima puji dan sembah kita

(0.09) (Luk 8:40) (sh: Pribadi yang berkuasa menyelamatkan (Kamis, 20 Januari 2000))
Pribadi yang berkuasa menyelamatkan

Berita tentang Yesus dan apa yang dilakukan-Nya mendorong banyak orang dengan berbagai kepentingan, datang kepada-Nya. Yairus, pemimpin rumah ibadat adalah salah seorang yang menghampiri dan memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan anak perempuan tunggalnya yang sakit keras. Namun, perjalanan menuju rumah Yairus tertunda oleh peristiwa yang melibatkan seorang wanita penderita penyakit pendarahan selama 12 tahun. Wanita yang tersisih dan dianggap najis oleh masyarakat karena penyakit yang dideritanya itu, secara sembunyi-sembunyi menyentuh jumbai jubah Yesus dengan harapan memperoleh kesembuhan. Timbul kesan bahwa wanita itu percaya pada hal-hal magis. Tapi Yesus sama sekali tidak menangkap kesan itu, sebab kuasa yang menyembuhkan itu tidak bergantung pada atribut yang dipakai-Nya. Kuasa-Nya sepenuhnya berada di bawah kontrol-Nya. Selanjutnya Yesus menyuruh wanita itu menyatakan diri agar Dia dapat menuntaskan proses kesembuhan dengan memulihkan harga diri, harkat dan martabatnya.

Bagaimana dengan tujuan Yesus mengunjungi anak perempuan Yairus yang sedang kritis? Penundaan kedatangan Yesus, ternyata meluluhlantakkan harapan Yairus agar anaknya memperoleh kesembuhan. Tapi keterlambatan ini tidak menunda maksud kedatangan Yesus, bahkan sebaliknya, ia dapat menyatakan kuasa kebangkitan-Nya kepada anak Yairus.

Kedua kisah ini mengungkapkan kepada kita beberapa hal: (1) Kuasa Yesus tidak terdapat dalam atribut-atribut yang dipakai-Nya atau benda-benda yang berhubungan dengan-Nya. Kuasa yang mampu menyembuhkan itu adalah mutlak bersumber dari diri-Nya. (2) Waktu dan maut bertekuk lutut kepada-Nya. Manusia menganggap bahwa untuk menyembuhkan penyakit pendarahan menahun saja sulit, apalagi untuk menghidupkan kembali anak perempuan Yairus yang telah meninggal dunia. Akan tetapi bagi Yesus sesuatu yang dianggap terlambat atau mustahil dapat di pulihkan-Nya kembali.

Renungkan: Kuasa Yesus bukan terletak pada benda atau atribut yang pernah dipakai-Nya. Kuasa-Nya terletak pada diri-Nya. Bila kita ingin mengalami kuasa-Nya, kita harus datang kepada Dia, bukan melalui segala benda yang dianggap memiliki kuasa-Nya secara magis.

(0.09) (Luk 11:1) (sh: Yang terutama dalam hidup Kristen. (Rabu, 22 Maret 2000))
Yang terutama dalam hidup Kristen.

Hal yang utama dan yang pertama dalam kehidupan Kristen adalah memberikan Allah    kesempatan untuk berbicara kepada kita. Hal yang utama dan yang    kedua adalah Kristen harus berbicara kepada-Nya. Kita harus    berdoa, karena tujuan terpenting dalam hidup kita tidak dapat    dicapai tanpa doa. Apa saja yang terpenting dan yang paling    perlu dalam hidup kita? Seperti sebuah perjalanan panjang, kita    senantiasa berjalan ke depan. Apakah tujuan hidup kita? Apa yang    seharusnya menjadi ambisi utama kita?

Dalam Doa Bapa Kami kita menemukan jawabannya, yaitu bahwa    kepentingan Allah harus diutamakan (ayat 2). Kita berdoa agar nama-    Nya dikuduskan, yaitu dikhususkan sebagai  yang paling suci,    paling bernilai, dan paling mulia. Nilai kehidupan manusia tidak    akan dihargai secara pantas kecuali jika manusia memandang Nama-    Nya sebagai yang paling berharga dan merupakan sumber dari    seluruh nilai yang benar. Kepentingan pribadi merupakan hal    utama yang kedua yang dipintakan dalam doa yaitu dengan urutan    kebutuhan fisik, moralitas dan rohani (ayat 3-4). Yesus tidak    menyangkal bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar    manusia. Setelah kebutuhan fisik, kita perlu pengampunan untuk    masa lalu kita dan terlepas dari pencobaan di masa yang akan    datang. Kita perlu pengampunan dan bimbingan-Nya setiap hari    seperti kita perlu berkat jasmani-Nya tiap hari juga.

Inilah prioritas yang benar dalam doa kita. Namun Yesus tidak    berhenti sampai di sini, Ia menambahkan permintaan lain dalam    doa yang akan menyatakan secara lebih nyata lagi apa prioritas    utama kita dan perhitungan kita tentang apa yang paling penting    dalam hidup ini, yaitu Roh Kudus. Yesus memahami bahwa murid-    murid-Nya selama hidup di dunia ini akan mengalami segala macam    pencobaan, masalah, dan marabahaya, yang selain membahayakan    hidupnya juga dapat menggoyahkan imannya. Itulah sebabnya Ia    mengajarkan bahwa Allah Bapa sudah siap memberikan yang terbaik    bagi anak-anak-Nya yaitu Roh Kudus jika mereka memintanya dengan    sungguh. Meminta karunia Roh Kudus bukanlah suatu peristiwa yang    terjadi sekali dalam hidup.

Renungkan: Dalam kehidupan di negara kita sekarang ini yang    segala sesuatunya sangat tidak pasti, di mana Kekristenan terus-    menerus di bawah ancaman, hal apakah yang senantiasa Anda minta    kepada Allah?

(0.09) (Luk 13:22) (sh: Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya. (Selasa, 28 Maret 2000))
Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya.

Ada seorang Kristen yang merasa senang sekali karena akan berjumpa dengan    Bapak X yang sekarang sudah menduduki posisi nomer satu dalam    sebuah sekolah teologia. Ia ingin segera bertemu dan berbincang-    bincang dengan Bapak tersebut. Beberapa tahun lalu Bapak X ini    pernah menginap di rumahnya ketika masih berstatus sebagai    seorang mahasiswa. Namun, apakah yang terjadi ketika berjumpa?    Bapak X menyambutnya dengan dingin, seakan-akan tidak pernah    mengenal orang tersebut. Ketika diingatkan bahwa ia pernah tidur    di rumahnya, Bapak X hanya berkata bahwa ia lupa. Betapa malunya    orang  tersebut.

Walaupun tidak persis sama, kisah nyata di atas dapat    memberikan gambaran lebih lanjut betapa pentingnya pengenalan    dan hubungan pribadi di antara dua pihak, seperti yang    diutarakan oleh Yesus dalam perumpamaan-Nya (ayat 22-30).  Merasa    kenal dan merasa dekat, tidaklah cukup untuk menyatakan bahwa    dua pribadi itu saling mengenal  (ayat 26). Hal ini dialami oleh    orang yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesta perjamuan.    Perumpamaan ini menggambarkan bahwa "gede rasa" rohani sangat    berbahaya. Kita seringkali mengira bahwa dengan melakukan banyak    pelayanan Gerejawi, atau mendengarkan khotbah tiap hari Minggu,    atau mengikuti PA di gereja, sudah membawa kita pada hubungan    pribadi dengan Yesus. Itu adalah 'gede rasa' rohani dan tidak    cukup membawa kita kepada keselamatan kekal. Kita perlu menerima    Yesus secara pribadi dan menjalin hubungan pribadi dengan-Nya    agar kita semakin mengenal kehendak-Nya.

Pengenalan pribadi penting, karena pengenalan yang salah akan    membuat seseorang memiliki persepsi yang salah tentang pihak    yang merasa dikenal. Herodes memiliki pengenalan yang salah    tentang Yesus, sehingga membuatnya memiliki persepsi yang salah.    Ia berpikir bahwa Yesus ada untuk membangun kekuatan politik dan    akan merongrong kekuasaannya atau pun untuk membuat kekacauan di    daerah kekuasaan-nya. Itulah sebabnya ia ingin membunuh-Nya.

Renungkan:  Mengenal Kristus secara pribadi dan benar bukanlah    perkara mudah, karena kriteria pengenalan itu ditentukan oleh    Dia sendiri. Kadar pengenalan kita terhadap Dia akan menentukan    tindakan dan sikap kita terhadap-Nya.

(0.09) (Luk 18:31) (sh: ang buta melihat, yang celik tidak melihat. (Jumat, 7 April 2000))
ang buta melihat, yang celik tidak melihat.

Inilah gambaran perbedaan antara para murid-murid Yesus dan pengemis    buta. Para murid meskipun celik matanya, mereka tidak dapat    melihat dengan pemahaman yang benar siapakah Yesus. Lukas sangat    menekankan fakta ini dengan mengekspresikannya melalui 3    ungkapan sekaligus yang bermakna sama yaitu mereka tidak    mengerti sama sekali, artinya tersembunyi, dan mereka tidak tahu    maksudnya (ayat 34).

Para murid lebih banyak menekankan nubuatan tentang kemuliaan    Kristus, sehingga masalah penderitaan-Nya terabaikan. Karena    itulah mereka mempunyai pemahaman yang salah sebab mereka    membaca Alkitab setengah-setengah. Keadaan dari pengemis buta    ini berbeda dengan para murid. Meskipun tidak ada informasi    kapan ia menerima wahyu Allah tentang Yesus Kristus, namun jauh    sebelum dia menerima penglihatan-Nya, pemahamannya mengenai    Yesus sudah jauh melebihi orang-orang lain. Orang lain hanya    melihat-Nya sebagai seseorang dari Nazaret (ayat 37). Namun    pemahamannya tentang Yesus mampu menembus identitas Yesus yang    hanya berhubungan dengan geografis menuju kepada pemahaman    identitas-Nya yang berhubungan dengan sesuatu hal yang di luar    area manusia, yaitu karya keselamatan Allah yang sudah berabad-    abad dijanjikan dan yang akan dinyatakan melalui keturunan Daud.

Mengapa ia mempunyai pemahaman yang demikian padahal matanya    buta? Ia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (ayat 36) dan ini    merupakan suatu kerinduan yang baik. Karena ia buta maka ia    mempergunakan mata orang lain sehingga ia dapat mengetahui bahwa    Yesus lewat. Inilah sikap dan tindakan yang belum dipunyai oleh    para murid-murid yang celik. Dan mungkin juga merupakan sikap    kita selama ini. Artinya tidak ada rasa kerinduan kita untuk    terus mengenal Dia semakin dalam dengan banyak membaca firman-    Nya dan buku-buku rohani bermutu. Atau mungkin kita pun rindu    namun karena mata kita buta terhadap Alkitab maka kita menemui    kesulitan untuk memahaminya sehingga kita putus asa dan berhenti    belajar.

Renungkan: Kita harus meneladani sang pengemis buta yaitu    menggunakan mata orang lain dalam arti kita belajar dari para    hamba Tuhan yang kita kenal, kita ikuti pembinaan iman yang    diadakan oleh gereja kita ataupun lembaga pelayanan yang lain.

(0.09) (Luk 20:20) (sh: Yesus dan kekuasaan-Nya. (Selasa, 11 April 2000))
Yesus dan kekuasaan-Nya.

Dalam renungan hari ini Yesus memperlihatkan betapa besar kekuasaan yang Ia miliki dan    bagaimana Ia menggunakan kekuasaan-Nya. Yesus bukan hanya    keturunan Daud (ayat 41-44). Dia pun tunas dan sekaligus keturunan    Daud (Why.  22:16). Dia sudah ada sebelum Abraham (Yoh. 8:58).    Dia adalah Allah sendiri. Allah yang sudah ada sejak kekekalan    hingga kekekalan. Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah    Yakub, dan Allah semua yang hidup (ayat 37-38). Betapa besar    kekuasaan dan wewenang-Nya atas seluruh alam semesta dan isinya.    Di tangan-Nya terletak kekuasaan yang mutlak. Di tangan-Nya    seluruh kekuasaan yang ada berasal.

Ketika Penguasa yang mutlak itu datang ke dalam dunia, Ia tidak    merebut kekuasaan Kaisar atas Israel (ayat 20-26). Sebaliknya ia    menegaskan bahwa Kaisar sudah bertindak sesuai dengan legitimasi    yang dimiliki. Karena itu ia berhak menarik pajak atas seluruh    masyarakat Israel. Pajak adalah milik Kaisar. Karena Allah jauh    lebih berkuasa dari Kaisar, maka Ia berhak atas sesuatu yang    jauh lebih bernilai daripada sekadar pajak yaitu kasih,    penyembahan, dan hidup manusia yang untuknya Kristus telah mati.    Kristus telah memberikan teladan bahwa kekuasaan itu tidak    serakah, tidak merebut apa yang menjadi hak orang lain,    kekuasaan tidak korupsi dan kekuasan itu menyatakan dirinya    berdasarkan kebenaran bukan berdasarkan kepentingan kekuasaan    itu sendiri.

Selanjutnya Yesus memberikan contoh sekali lagi tentang    kekuasaan yang dipakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi dirinya    sendiri, mencari gengsi di mata masyarakat, dan mengeksploitasi    rakyat kecil demi keuntungan pribadi (ayat 45-47). Tidak demikian    halnya dengan penggunaan kekuasaan Yesus. Ia tidak mencari    gengsi dan kemuliaan pribadi apalagi keuntungan diri sendiri.    Sebaliknya kekuasaan yang Yesus miliki adalah kekuasaan yang    menghormati hak orang lain walaupun lebih rendah dari-Nya.    Kekuasaan-Nya dipakai demi kesejahteraan orang lain. Kekuasaan-    Nya dipakai untuk memuliakan Allah dan bukan diri-Nya sendiri.    Kekuasaan yang tidak berpusat pada diri sendiri. Inilah konsep    penggunaan kekuasaan yang benar.

Renungkan: Bila setiap orang memahami konsep penggunaan    kekuasaan yang benar dan bertekad untuk menerapkannya, maka    tidak banyak orang yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan.

(0.09) (Luk 21:1) (sh: Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.(Rabu, 12 April 2000))
Bahaya terbesar bagi Gereja Tuhan.

Berdasarkan penelitian, jauh lebih banyak manusia mati karena bakteri yang tidak kasat    mata karena terlalu kecil, daripada karena diterkam harimau yang    jauh lebih besar, lebih kuat, dan lebih seram penampakannya.    Fakta ini menunjukkan bahwa bahaya yang tidak nampak sulit    dihindari, karena dampak yang ditimbulkan tidak langsung maka    sulit terdeteksi. Demikian pula bagi Gereja Tuhan. Bahaya yang    tidak nampak akan membawa kehancuran yang fatal bagi misi dan    keberadaannya di dunia.

Dalam masyarakat yang sudah sedemikian korup, baik sistem    sosial maupun agamanya, ternyata masih ada individu-individu    yang mempunyai dedikasi penyembahan kepada Allah yang luar    biasa, seperti yang ditunjukkan oleh janda miskin dengan    persembahannya (ayat 1-4). Ia memberikan dengan seluruh tekad    kerelaan untuk mempersembahkan seluruhnya kepada Allah. Bukan    seperti pada orang kaya yang tindakan dan sikap kehidupan    beragamanya sama sekali tidak mencerminkan dedikasinya kepada    Allah. Orang kaya di sini bisa dikatakan mewakili korupsi besar-    besaran yang terjadi di dalam kehidupan beragama orang Israel.    Korupsi yang demikian, yang tidak mau bertobat, nantinya akan    membawa kehancuran Bait Allah seperti yang dinubuatkan oleh    Yesus (ayat 5-6). Sejarah memang membuktikan bahwa Bait Allah    akhirnya dihancurkan oleh Kaisar Roma. Betapa dahsyatnya dampak    yang ditimbulkan dari korupsi dalam tubuh umat Tuhan. Ia mampu    menghancurkan seluruh keberadaan dan misi umat Tuhan di dunia.    Hal ini adalah bahaya terbesar bagi umat Tuhan sepanjang zaman.

Yesus juga menjabarkan bahaya-bahaya lain yang akan mengancam    kehidupan umat Tuhan seperti penyesat-penyesat, bencana alam,    peperangan, bahkan bahaya penderitaan fisik dan mental yang akan    dialami oleh murid-murid-Nya (ayat 12-19). Namun itu semua tidak    dikatakan Tuhan akan memberikan dampak yang menghancurkan bagi    kehidupan umat Tuhan. Sebaliknya penderitaan fisik dapat menjadi    kesempatan bagi umat Tuhan untuk bersaksi. Bahkan Yesus sendiri    akan memberikan kekuatan untuk tetap menang dalam penderitaan.

Renungkan: Karena itulah gereja Tuhan zaman kini harus    memberikan porsi waktu, pikiran, dan dana yang besar bagi    pembangunan rohani umat-Nya. Jangan biarkan korupsi rohani    menggerogoti gereja kita.

(0.09) (Luk 23:1) (sh: Sikap Kristen terhadap ketidakadilan. (Rabu, 19 April 2000))
Sikap Kristen terhadap ketidakadilan.

Ketidakadilan dalam pengadilan dunia dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-    rencana-Nya. Pilatus dan Herodes adalah orang-orang yang    mempunyai wewenang mutlak untuk mengadili Yesus. Itulah sebabnya    para imam kepala, ahli Taurat, dan tua-tua membawa Yesus kepada    mereka untuk diadili. Tuduhan-tuduhan palsu dan berat ditimpakan    kepada Yesus. Meskipun demikian Pilatus tetap tidak dapat    menemukan kesalahan apa pun dalam diri Yesus. Segala tuduhan    yang dilemparkan kepada Yesus tidak merupakan bukti yang    otentik. Namun demikian, Pilatus tidak membebaskan, malah    mengirim-Nya ke Herodes. Herodes pun tidak menemukan kesalahan.    Sekali lagi, ia tidak membebaskan Yesus malahan mengirim balik    ke Pilatus.

Kedua penguasa ini sangat identik. Sama-sama berkuasa    mengadili, membebaskan, atau menghukum terdakwa. Sama-sama tidak    mendapati kesalahan Yesus. Namun juga sama-sama tidak    membebaskan-Nya. Inilah ketidakadilan itu: Yesus tidak    mendapatkan kebebasan yang menjadi hak-Nya, karena para penguasa    tidak menjalankan apa yang menjadi kewajibannya. Hak Yesus    dirampas demi kedudukan para penguasa, demi menghindari konflik    atau permasalahan yang timbul jika Yesus dibebaskan.  Dengan    kata lain mereka mengorbankan kebenaran demi kebohongan. Namun    demikian, tanpa mereka sadari ketidakadilan yang mereka jalankan    itu dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana agung-Nya, yakni    menyelamatkan umat manusia dari dosa.

Di zaman kita sekarang ini, ketidakadilan juga banyak terjadi    di sekitar kita. Hak rakyat kecil dirampas. Kebebasan beragama    hanyalah kata-kata dusta. Tidak ada pengadilan bagi mereka yang    membakar gereja, padahal sudah berapa ratus gereja yang dibakar    di Indonesia. Namun demikian, janganlah kita memandang    ketidakadilan itu sebagai tanda dari ketidakberkuasanya Tuhan    atas negara Indonesia. Ia adalah Allah yang tetap berkuasa untuk    menggenapkan segala rencana dan janji-Nya.

Renungkan: Dalam negara yang penuh ketidakadilan Dia akan    tetap berkarya, karena Ia mampu memakai setiap kesempatan bagi    kebaikan umat-Nya. Marilah kita memandang kepada Dia yang sedang    menggenapkan rencana-Nya  di bumi Indonesia tercinta ini.    Milikilah peran sebagai pelaku dan penegak kebenaran-Nya.

(0.09) (Luk 24:36) (sh: Kebangkitan dan misi Kristen. (Rabu, 26 April 2000))
Kebangkitan dan misi Kristen.

Yesus menampakkan diri kembali kepada murid-murid-Nya. Tujuan penampakan-Nya ini adalah    untuk meyakinkan mereka sekali lagi bahwa Yesus yang sudah    bangkit itu adalah Yesus yang memiliki tubuh, daging, dan tulang    sama seperti dulu, walaupun sekarang sudah dalam bentuk yang    mulia. Karena itu Ia mampu hadir di tengah-tengah murid-murid-    Nya secara tiba-tiba. Yesus yang sekarang adalah Yesus yang sama    ketika masih bersama-sama dengan mereka.

Untuk mencapai tujuan-Nya Yesus pertama-tama menyatakan    identitas-Nya secara lisan yaitu "Akulah Dia" (ayat 39). Identitas    ini bukan hanya menunjuk pada roh Yesus, namun juga fisik dan    tubuh Yesus. Karena itu Yesus mengundang murid-murid agar    menggunakan indra peraba mereka untuk meyakini bahwa setelah    kebangkitan-Nya, Yesus masih mempunyai daging dan tulang. Ia pun    meminta sesuatu untuk dimakan. Tindakan ini untuk memperlihatkan    lebih jauh lagi bahwa dalam satu segi Ia sudah tidak bersama-    sama mereka, walaupun sekarang Ia berdiri di tengah-tengah    mereka (ayat 44). Ia sudah berada di dalam "dunia" yang lain, karena    itu tidak terpengaruh lagi dengan hukum alam yang ada di dunia    ini, maka Ia bisa muncul secara tiba-tiba.

Peneguhan kebangkitan-Nya bukan untuk kepentingan mereka    pribadi saja namun untuk kepentingan misi para murid dunia.    Injil  Kristus bukan berdasarkan logika filsafat namun    berdasarkan peristiwa sejarah yang dinubuatkan di dalam    Perjanjian Lama dan yang digenapi oleh Yesus di dalam sejarah    manusia melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Ini    adalah inti Injil. Injil ini harus diberitakan kepada semua    orang, supaya mereka yang bertobat mendapatkan pengampunan    secara khusus di dalam nama Yesus yang sudah mati dan bangkit    kembali (ayat 47), bukan di dalam nama kemurahan dan kasih Allah    secara umum. Walaupun berdasarkan atas fakta sejarah, namun    Injil yang diberitakan harus dibarengi dengan kuasa Roh Kudus.    Setelah semua itu dikatakan maka selesailah karya Yesus di bumi    sebagai Manusia, dan Ia naik ke surga. Murid-murid menyembah dan    memuliakan Dia (ayat 52-53).

Renungkan: Kebangkitan Kristus bukan saja merupakan berkat    terbesar bagi hidup Kristen,  namun  juga  memberikan dasar,    arah dan kekuatan kehidupan bagi Kristen dan pelayanannya di    dunia.

(0.09) (Yoh 1:14) (sh: Berita Natal (Selasa, 25 Desember 2001))
Berita Natal

Rasul Yohanes telah menegaskan bahwa Yesus adalah Allah. Dalam ayat 14, ia menegaskan bahwa Yesus adalah manusia. Peristiwa Natal merupakan suatu rahasia besar tentang mengapa dan bagaimana Allah di dalam Kristus menjadi manusia sejati. Tidak dapat dikatakan bahwa Yesus hanya kelihatannya saja sebagai manusia. Juga, tidak dapat dinyatakan bahwa Yesus merupakan campuran Allah dan manusia. Yesus adalah sungguh- sungguh manusia 100%. Yesus, seperti ditegaskan 1:1, 18, juga adalah Allah sejati. Peristiwa Natal membuktikan bahwa Allah dan manusia dapat bersekutu. Peristiwa Natal menyatakan bahwa Allah ingin berdamai dengan manusia. Berita perdamaian ini harus disampaikan kepada semua umat manusia. Allah mengutus utusan-utusan-Nya, yakni Yohanes dan Anak-Nya yang tunggal.

Yohanes kembali dilukiskan sebagai saksi (ayat 15). Ia bukan seorang reformator atau pemimpin agama. Ia juga tidak mencetuskan gagasan keagamaan atau spiritualitas. Yohanes hanya menyaksikan Yesus. Tidak ada agenda atau berita lain. Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih utama (ayat 15). Yohanes menyaksikan bahwa Yesus juga telah ada sebelum segala sesuatu ada (ayat 15). Jelas bahwa hidup Yohanes berpusat pada Yesus.

Yesus, sama seperti Yohanes, juga diutus sebagai saksi. Kata kerja 'menyatakan' pada ayat 18 penting sekali. Dalam bahasa Yunani, kata kerja ini tidak memiliki objek. Oleh karenanya, biasanya terjemahan Alkitab harus menambahkan objeknya. Di dalam terjemahan LAI-TB, kita membaca 'Dialah yang menyatakan-Nya'. Jelas ini merupakan terjemahan penafsiran. Jika tidak ada objeknya, akan muncul pertanyaan, "Apa atau siapakah yang dinyatakan Yesus?" Ayat 18 menjawab bahwa yang dinyatakan adalah Allah yang tidak pernah dilihat manusia, yaitu Allah Bapa. Karena dalam ayat 1 dinyatakan bahwa Yesus adalah Allah, maka sebenarnya ayat 18 memiliki objek ganda. Yesus menyatakan Bapa dan diri-Nya sendiri. Inilah kesaksian Yesus.

Renungkan: Perbuatan dan perkataan Yesus menyatakan keallahannya pada manusia. Jika ingin mengenal dan melihat Allah, maka manusia harus melihat Yesus. Tidak ada yang dapat datang ke Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6). Sampaikanlah berita Natal ini kepada orang-orang yang merasa mengenal Allah, tetapi menolak Kristus!

(0.09) (Yoh 4:27) (sh: Menyaksikan Yesus (Kamis, 3 Januari 2002))
Menyaksikan Yesus

Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti di dalam masyarakat. Ia tidak malu dan takut lagi berjumpa orang banyak. Ia tidak merasa lagi perlu menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya. Perempuan itu sekarang telah menjadi manusia seutuhnya. Ia merasa bahwa ia harus menyampaikan kepada masyarakat tempat ia berada bahwa ia telah mengenal Mesias. Imannya kepada Yesus mendorongnya untuk bersaksi tentang Yesus (ayat 29).

Kesaksian perempuan Samaria ini efektif sekali, sehingga banyak warga kota tertarik oleh perkataannya. Bahkan sesudah mendengar kesaksian tersebut mereka ingin melihat dan bertemu dengan Tuhan Yesus (ayat 30). Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyakarga Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus untuk tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka (ayat 40). Banyak lagi orang yang menjadi percaya dan diperdalam imannya (ayat 41). Ucapan yang luar biasa muncul dari mulut warga Samaria sebagai akibat pengenalan mereka yang semakin dalam terhadap Tuhan Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia (ayat 42).

Yesus adalah Juruselamat, bukannya guru selamat. Ia bukan mengajarkan bagaimana supaya selamat. Ia sendirilah keselamatan itu. Warga Samaria tahu bahwa keselamatan tidak hanya berlaku bagi warga Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia. Pernyataan ini benar-benar merupakan pengakuan iman yang mengandung makna teologis yang luar biasa. Mengapa? Karena murid-murid pun belum sampai pada pengenalan sedalam itu. Mereka belum mengenal bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Dalam ayat 32-38, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa merupakan kehendak Allah agar keselamatan disampaikan di luar Israel. Lalu Tuhan Yesus mengajar dan mendorong mereka untuk terlibat dalam misi kepada seluruh suku bangsa (ayat 35-38).

Renungkan: Perjumpaan sejati dengan Yesus tidak bisa tidak segera menampakkan diri dalam bentuk kesaksian hidup bagi-Nya.

(0.09) (Yoh 5:1) (sh: Di mana ungkapan syukur itu? (Sabtu, 5 Januari 2002))
Di mana ungkapan syukur itu?

Di Yerusalem Tuhan Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh. Meski namanya tidak diberi tahu, namun keadaannya secara rinci diungkapkan. Ia telah lumpuh selama 38 tahun (ayat 5). Tidak jelas ia lumpuh sejak lahir atau sesudahnya. Jadi, kita tidak tahu apakah saat itu ia berusia 38 tahun atau sudah lebih tua. Lamanya ia menderita lebih penting ketimbang usianya.

Menderita 38 tahun bukanlah singkat. Ia sudah putus asa. Ia tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara sosial. Ia hidup sendiri. Ia tidak memiliki teman yang memperhatikannya atau menolongnya (ayat 7). Suatu penderitaan yang luar biasa! Ketika Tuhan Yesus menyapanya dan menawarkan kesembuhan, segera terungkap keputusasaannya dan kesendiriannya. Ia tidak mengharapkan Yesus mampu menyembuhkannya. Tetapi, Tuhan Yesus menyembuhkannya (ayat 8). Sekarang ia bisa berjalan. Tidak lumpuh lagi (ayat 9). Namun, kita kecewa kepadanya. Ia lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus. Mungkinkah ia terlalu gembira sehingga lupa berterima kasih? Tetapi, ketika para pemimpin agama menuduhnya melanggar perbuatan yang dilarang pada hari Sabat karena mengangkat tilam, ia membela diri (ayat 10). Ia balik menuduh Tuhan Yesus sebagai sumber pelanggaran ini (ayat 11). Ia tidak hanya lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus, tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kambing hitam.

Ia tidak peduli pada Tuhan Yesus yang menyembuhkannya (ayat 13). Tetapi, Tuhan Yesus tidak membuangnya. Ia mencarinya. Mengapa? Karena Tuhan Yesus mengasihinya. Kala Tuhan Yesus memperingatkannya agar jangan berbuat dosa lagi, sebenarnya Ia sedang mengundangnya untuk percaya kepada-Nya (ayat 14). Tidak percaya kepada Yesus adalah dosa. Jika tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus, maka hukuman akan datang. Hukuman ini lebih dahsyat daripada kelumpuhan yang dialami oleh orang itu selama 38 tahun. Orang yang tidak percaya kepada Yesus adalah orang yang terasing. Ia terasing dari hadirat Allah. Ini adalah penderitaan yang dahsyat sekali. Bagaimana respons orang lumpuh yang disembuhkan ini? Ia tidak peduli dengan tawaran dan undangan Tuhan Yesus (ayat 15). Ia tetap tidak mau percaya kepada-Nya.

Renungkan: Mengalami mukjizat penyembuhan dari Tuhan Yesus tidak secara otomatis melahirkan iman pada Yesus.

(0.09) (Yoh 6:1) (sh: Yesus dan kebutuhan fisik (Selasa, 8 Januari 2002))
Yesus dan kebutuhan fisik

Dalam narasi sebelumnya, kita sudah melihat pengaruh kesaksian Yesus. Istilah orang banyak yang muncul dalam ayat 2,5,22,24 menunjukkan tingkat popularitas Tuhan Yesus dan sekaligus juga akibat kesaksian-Nya selama ini. Sudah banyak kesaksian yang diberikan-Nya (ayat 2) sehingga tidak heran jika banyak orang berbondong-bondong mengikuti-Nya (ayat 5), bahkan lebih dari 5000 orang jika perempuan dan anak-anak diikutsertakan (ayat 10). Meski mereka hanya mengikut-Nya, Tuhan Yesus tidak menolak mereka.

Didorong oleh kasih kepada mereka Ia kembali bersaksi, kali ini tidak melalui perkataan, melainkan perbuatan. Ia memberi mereka makan. Dari 2 ekor ikan dan 5 roti jelai Tuhan Yesus membuat mereka semua dapat makan sampai kenyang. Pada masa itu makanan ikan dan roti jelai bukanlah merupakan makanan yang mewah. Tetapi, makanan ini diberkati oleh Tuhan Yesus sehingga berlipatganda dan cukup membuat mereka semua kenyang (ayat 11). Jika ada sisanya bukan karena mereka tidak suka makanan ini, melainkan karena mereka semua telah kenyang. Perbuatan Tuhan Yesus memberi makan lebih dari 5000 orang merupakan suatu mukjizat. Perkataan Filipus menegaskan hal ini (ayat 7).

Setelah orang banyak ini kenyang bagaimana reaksi mereka? Apakah mereka menyadari bahwa Yesus adalah Mesias dan kemudian percaya kepada-Nya? Kelihatannya tidak. Mereka hanya menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 14). Tetapi, nabi dalam pengertian mereka sangat berbeda sekali. Mereka ingin menjadikan Yesus sebagai nabi yang dapat dinobatkan sebagai raja, bukan penyampai dan pemberita kehendak Allah (ayat 15). Konsep nabi dan raja bercampuraduk dalam pengertian orang banyak. Orang banyak lebih tertarik pada pemberian ketimbang pemberi. Mereka lebih memperhatikan roti daripada Yesus yang memberi roti tersebut. Mereka hendak menjadikan Yesus sebagai raja agar setiap hari mereka dikenyangkan dengan roti. Mereka tidak ingin dikenyangkan oleh Tuhan Yesus sendiri. Terhadap pemahaman yang demikian Tuhan Yesus tidak marah. Ia hanya menghindar dan pergi ke gunung (ayat 15).

Renungkan: Jangan terpesona oleh pemberian dan berkat dari Tuhan Yesus sehingga melupakan pemberinya. Janganlah berkat menjadi yang terutama dalam hidup sehingga Tuhan Yesus diabaikan.

(0.09) (Yoh 6:60) (sh: Kebenaran menyaring iman (Sabtu, 12 Januari 2002))
Kebenaran menyaring iman

Murid-murid-Nya juga sulit menerima bahwa Yesus adalah Allah dan kematian-Nya berdampak bagi keselamatan dunia. Istilah murid-murid dalam ayat 60 jelas tidak hanya terbatas pada 12 orang murid. Kedua kenyataan ini merupakan ganjalan bagi beberapa murid untuk percaya kepada Yesus (ayat 60). Tetapi, Yesus menegaskan bahwa Ia datang dari surga (ayat 62). Beberapa murid pergi meninggalkan-Nya (ayat 66). Namun demikian, ada murid-murid yang tetap percaya kepada-Nya. Malah iman mereka diperdalam melalui peristiwa ini. Murid-murid yang diwakili oleh Petrus menyatakan iman-Nya kepada Yesus.

Dalam masa yang sangat kritis ketika sebagian dari murid-murid meninggalkan Yesus, Petrus dengan tegas dan terbuka menegaskan iman-Nya. Petrus menyatakan iman-Nya dalam kaitan dengan akibatnya, yakni memiliki hidup kekal. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus memperoleh hidup kekal. Dengan demikian, pernyataan Petrus mengindikasikan bahwa ia telah percaya kepada Yesus. Maka, pernyataan Petrus dalam peristiwa ini bukanlah momen lahirnya iman, melainkan merupakan momen pendalaman iman (ayat 69). Petrus semakin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Pernyataan Petrus yang mengungkapkan bahwa imannya semakin dalam terlihat dari istilah Yang Kudus dari Allah yang ditujukan Petrus kepada Yesus. Mengapa? Dalam kesaksian-Nya di sinagoge di Kapernaum, Tuhan Yesus mengutip kitab nabi Yesaya 54:13. Dalam Yesaya 54:5, istilah Yang Kudus dari Israel muncul. Mungkin inilah yang menjadi dasar yang dipakai Petrus. Istilah Yang Kudus dari Israel merupakan tema dominan dalam kitab Yesaya (misalnya terdapat pada 1:4; 5:19,24; 10:20; 12:6; 17:7; 55:5). Istilah ini dalam kitab Yesaya jelas sekali dipakai untuk menunjuk kepada Allah. Jika Petrus mengenakan istilah ini kepada Yesus, maka dapat dikatakan karena Petrus menyadari Yesus adalah Allah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa berbagai kesaksian Yesus melalui perkataan dan perbuatan telah membawa Petrus sampai ke satu titik puncak iman bahwa Yesus adalah Allah.

Renungkan: Ketika Yesus dinyatakan sebagai manusia akan banyak manusia yang setuju. Tetapi, ketika Yesus menuntut bahwa Ia adalah Allah maka akan sedikit manusia yang setuju.

(0.09) (Yoh 7:10) (sh: Yesus menyebabkan manusia terbagi dua kelompok (Senin, 14 Januari 2002))
Yesus menyebabkan manusia terbagi dua kelompok

Kesaksian Yesus membagi manusia menjadi dua kelompok. Sebagian percaya kepada-Nya. Sebagian lagi menolak-Nya. Dalam renungan hari ini, penulis Injil Yohanes melukiskan kedua kelompok ini.

Yang pertama, kelompok yang tidak percaya kepada-Nya. Kelompok yang tidak percaya terdiri dari: orang banyak (ayat 12,20), pemimpin-pemimpin agama (ayat 15-24) dan sebagian masyarakat Yerusalem (ayat 25-27). Orang banyak tidak sampai percaya kepada Yesus. Sebagian mereka hanya berpendapat bahwa Yesus adalah orang baik (ayat 12), sementara pemimpin-pemimpin memberikan penolakan yang lebih keras. Sebagian warga Yerusalem menolak-Nya. Bahkan mereka siap untuk berbeda pendapat dengan pemimpin-pemimpin agama seandainya mereka menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (ayat 26). Dalam pandangan mereka Yesus tidak mungkin seorang Mesias karena mereka tahu dari mana asal-Nya (ayat 27). Dalam kesaksian Yesus kepada orang-orang di di Bait Allah (ayat 14), ada satu hal yang sangat penting sekali. Yesus mengatakan bahwa mereka membunuh-Nya (ayat 19). Kata yang dipakai bukan dalam bentuk kata kerja masa depan, melainkan bentuk kata kerja sekarang.

Apa maksudnya? Dalam kalimat sebelumnya Yesus mengatakan bahwa mereka tidak menjalankan hukum Musa (ayat 19). Pembacaan Yohanes (ayat 5:39,46-47) telah mengajarkan bahwa Kitab Suci dan tulisan-tulisan Musa bersaksi tentang Yesus. Kitab Suci menyatakan potret Yesus. Jika mereka tidak melakukan hukum Musa, ini sebenarnya sama dengan membunuh Yesus. Penolakan terhadap Yesus yang tergambar dalam Kitab Suci dan tulisan Musa sama dengan membunuh-Nya. Dengan perkataan lain, ketidakpercayaan kepada Yesus berarti membunuh Yesus.

Yang kedua, kelompok yang percaya kepada-Nya yang terdiri dari orang banyak (ayat 31). Orang banyak ini percaya karena melihat banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias dan Anak Allah yang diutus Bapa ke dalam dunia (ayat 28-29).

Renungkan: Kesaksian tentang Yesus tidak hanya membawa penolakan, namun juga penderitaan. Maukah kita menderita bagi nama-Nya? Tidak semua orang diberi kehormatan menjadi seorang martir. Jika kesempatan untuk menjadi martir terbuka, terimalah dengan sukacita!

(0.09) (Yoh 8:12) (sh: Status Yesus dan Bapa (Kamis, 17 Januari 2002))
Status Yesus dan Bapa

Tuhan Yesus melanjutkan kesaksian-Nya dengan menyatakan bahwa Ia adalah terang dunia (ayat 12). Ia tidak hanya terang Israel. Artinya Yesus datang bukan hanya untuk bangsa Yahudi, melainkan untuk seluruh suku bangsa yang ada di dunia ini. Tanpa Yesus manusia hidup dalam kegelapan, tanpa terang. Namun, orang-orang Farisi menolak kesaksian Yesus. Mereka memprotes bahwa kesaksian Yesus tidak benar karena Ia hanya bersaksi tentang diri-Nya sendiri (ayat 13). Terlihat bahwa yang dipersoalkan oleh orang Farisi bukanlah arti terang itu, melainkan diri Yesus. Bagaimana Tuhan Yesus menanggapi keberatan orang-orang Farisi? Dalam Yohanes 7:29, Tuhan Yesus telah menyatakan kehadiran Bapa dalam diri-Nya. Kemudian dalam bagian ini Tuhan Yesus menjelaskan kesatuan-Nya dan juga keterpisahan-Nya dengan Bapa. Sulit sekali bagi kita untuk memahami bagaimana kesatuan dan keterpisahan serentak terjadi. Ia dan Bapa adalah satu, namun Ia bukanlah Bapa itu. Begitulah kesaksian Yesus tentang status diri-Nya.

Kita mulai dengan gagasan keterpisahan. Yesus mengatakan bahwa Ia diutus oleh Bapa. Pengutusan oleh Bapa ditegaskan berulang kali (ayat 7:16,18,28,33; 8:16,18,26,29). Hubungan Yesus yang unik dengan Bapa terungkap melalui tema pengutusan. Keterutusan Yesus berbeda dari yang diemban para nabi Perjanjian Lama. Ada kesatuan sempurna dalam kehendak dan tindakan Bapa dan Yesus yang tidak terdapat dalam para utusan Allah yang lain.

Kesatuan Tuhan Yesus dengan Bapa juga dijelaskan dalam hal penghakiman. Ia dan Bapa bersama-sama menghakimi (ayat 16). Orang Farisi menghakimi menurut ukuran manusia (ayat 15), namun tidak demikian dengan Yesus. Kesatuan-Nya dengan Bapa menjadi dasar bahwa penghakiman-Nya tidak menurut ukuran manusia. Juga Tuhan Yesus menjelaskan bahwa Bapa pun bersaksi tentang-Nya (ayat 18). Jika orang Farisi mengenal Yesus, maka mereka akan melihat kesaksian Bapa. Semua penjelasan ini berpuncak pada pernyataan yang tertuang dalam ayat 19. Dalam ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa orang yang melihat dan mengenal-Nya berarti juga melihat dan mengenal Allah. Ia dan Bapa adalah satu.

Renungkan: Melihat dan mengenal Yesus berarti melihat dan mengenal Allah.

(0.09) (Yoh 11:1) (sh: Mukjizat terakhir (Sabtu, 2 Maret 2002))
Mukjizat terakhir

Kisah pembangkitan Lazarus dari kematian ini berkaitan erat dengan maksud Yohanes untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus sungguh adalah Tuhan dan Juruselamat, dan di dalam Dia orang beroleh hidup. Sayangnya kebanyakan pendengar-Nya bukan menjadi percaya, malah makin menolak Dia. Ironis sekali bahwa justru di puncak penyataan bahwa Yesus adalah sang Kebangkitan dan Hidup, dan bahwa Dia datang untuk memberi hidup, orang-orang berespons dengan niat untuk mematikan Dia. Sesudah peristiwa ini, tidak lagi ada kesaksian dan perbuatan dari pihak Yesus tentang diri- Nya untuk orang banyak. Sebaliknya, sesudah ini, kesaksian tentang ke-Allah-an Yesus datang dari pihak yang beriman dan mengasihi Dia. Dari Maria yang mengurapi kaki Yesus (ayat 12:1- 8), sambutan publik atas Yesus sebagai raja (ayat 12:12-15), kesaksian Yesus beralih ke soal kematian-Nya (ayat 12:20-26) dan kesaksian yang datang dari Bapa untuk Yesus (ayat 12:27-28).

Pertama, kita belajar di sini tentang sikap benar orang percaya dalam menaikkan permohonan. Seperti permintaan Maria ibu Yesus dalam peristiwa mukjizat pertama (ps. 2), di sini pun Maria dan Marta saudara Lazarus tidak memaksa atau mendikte Yesus. Orang beriman sejati tahu menempatkan Allah sebagai yang berwibawa untuk mengatur segala kebutuhan mereka. Kedua, seperti dalam peristiwa pencelikan orang buta, dalam kisah ini pun kematian Lazarus adalah jalan agar kemuliaan Allah dinyatakan. Diperlukan kematian agar kuasa kemenangan kehidupan nyata kekuatannya mengalahkan kematian. Pada puncaknya kelak, bahkan Yesus sendiri perlu mengalami kematian agar kuasa kemuliaan-Nya yang menghidupkan dapat menjadi nyata, tidak saja di dalam kebangkitan-Nya, tetapi juga di dalam kebangkitan rohani dan kebangkitan jasmani orang percaya kelak. Ketiga, Yesus sungguh adalah Gembala baik yang datang untuk memberi hidup bagi para domba-Nya, meski dengan cara yang membahayakan hidup-Nya sendiri. Meski Tomas menyuarakan hal ini dari pertimbangannya yang menunjukkan kesetiaan, tetapi benar bahwa untuk menghidupkan Lazarus, Yesus tidak segan merisikokan hidup-Nya sendiri.

Renungkan: Apabila Yesus bersedia mengorbankan apa saja dalam diri-Nya demi membagi hidup-Nya untuk Anda, adakah masalah Anda yang tidak ingin ditolong-Nya?

(0.09) (Yoh 13:21) (sh: Menepis kasih (Rabu, 13 Maret 2002))
Menepis kasih

Untuk ketiga kalinya dalam pasal ini Yesus menggunakan frasa “Sesungguh-sungguhnya …” (ayat 16,20,21). Juga Yesus kembali mengejutkan para murid ketika Ia mengatakan bahwa ada di antara mereka yang akan mengkhianati diri-Nya. Meskipun Yesus dikhianati dan diserahkan (ayat 21), Ia tidak menjadi korban yang pasif. Pada akhirnya bukan musuh-musuh-Nya yang membunuh Yesus, tetapi Yesus sendiri “menyerahkan nyawa-Nya” (ayat 19:30). Terhadap kematian Lazarus, Ia menunjukkan kemarahan, terhadap pengkhianatan yang akan membuat-Nya mati, Ia menunjukkan kesedihan yang dalam. Keduanya menunjukkan kasih-Nya yang dalam, pertama kepada manusia (Lazarus), kedua kepada Allah. Di dalam kasih kepada Allah itu tercakup kasih-Nya yang tanpa syarat kepada para murid-Nya, termasuk kepada Yudas. Kasih itu menjadi kesedihan yang dalam karena ditolak dan dikhianati.

Para murid bertanya-tanya, siapa yang akan melakukan hal sekeji itu. Maka, seorang murid yang dikasihi Yesus bertanya kepada-Nya. Yesus menjawab dengan simbol bahwa yang akan mengkhianati-Nya adalah orang yang dicintai-Nya. Yesus menunjukkan hal tersebut dengan memberikan roti kepada Yudas Iskariot sesudah mencelupkan ke dalam mangkuk yang mungkin berisi anggur. Sesudah peristiwa itu, dikatakan bahwa setan “memasuki” Yudas Iskariot. Tindakan Yesus bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, tindakan Yesus sungguh mencurahkan seluruh kasih-Nya kepada Yudas dan berusaha menarik Yudas kepada-Nya. Di sisi lain, tindakan itu merupakan suatu kesempatan bagi Yudas untuk memutuskan apa yang harus dipilihnya. Bila ia tidak memilih Yesus, tindakan cinta menjadi permulaan penghakiman dan penghukuman baginya. Sayang sekali, setanlah yang akhirnya dituruti oleh Yudas. Yudas Iskariot, yang dicintai Yesus, menerima roti itu, tetapi menepis cinta-Nya.

Perintah Yesus agar Yudas segera melakukan apa yang akan dia kerjakan memperlihatkan bahwa semakin kejahatan menggalang kekuatan melawan-Nya, semakin penggenapan terang rencana Allah di salib mendekati kenyataan. Yudas segera menuju kehidupan gelap tanpa cinta. Ia makin menjauh dari sang sumber terang dan hidup.

Renungkan: Jadikan kasih Ilahi pertimbangan utama dari tiap pilihan Anda.

(0.09) (Yoh 15:1) (sh: Yesus dan kita (Senin, 18 Maret 2002))
Yesus dan kita

Dalam perumpamaan ini, ada dua hal penting yang berkaitan dengan sudut pandang Perjanjian Lama yang perlu kita ketahui. Pertama, sekali lagi Tuhan menyebut diri-Nya dengan “Akulah”, suatu ungkapan yang menegaskan ke-Allah-an-Nya sebab itulah kata-kata Yahwe sendiri tentang diri-Nya. Kedua, Yesus menyebut diri-Nya sebagai Pokok Anggur yang benar. Dalam Perjanjian Lama, Israel disebut sebagai kebun anggur Allah dan juga pokok anggur milik Allah (bdk. Yes. 5:1-7,10). Tetapi, Israel gagal menjadi pohon anggur yang mengeluarkan buah yang baik sehingga Allah membuangnya (Yer. 2:21). Ketika di pasal 8 Yesus meninggalkan bait Allah, di pasal-pasal berikutnya Yesus jelas mencurahkan perhatian untuk membentuk sekelompok umat yang sungguh mengenal Allah. Kini Dia menyebut diri-Nyalah Pokok Anggur yang benar. Semua yang seharusnya ada pada Israel, namun gagal, kini digenapi sempurna di dalam kehidupan taat, kudus, dan hubungan akrab Yesus dengan Allah. Jadi, semua pengikut-Nya di dalam dia dan bersama Dia adalah Israel baru.

Umat yang baru telah Tuhan ciptakan, dan kini adalah panggilan Allah untuk mereka agar berbuah lebat. Inilah yang Yesus kehendaki: para murid tinggal di dalam Yesus (ayat 4,5,6,7) sebagaimana Ia di dalam para murid (ayat 4); firman-Nya tinggal di dalam para murid (ayat 7); para murid tinggal di dalam kasih-Nya (ayat 9,10), sebagaimana Ia tinggal di dalam kasih Bapa (ayat 10); dan, sukacita-Nya tinggal di dalam para murid (ayat 11). Dengan demikian, para murid — termasuk kita — dapat berbuah banyak dan menunjukkan bahwa kita adalah benar murid-murid Yesus (ayat 8). Selain janji tersebut, bagian ini juga mengandung peringatan keras. Seperti halnya Bapa yang menanamkan carang pada pokok anggur itu dan yang membersihkannya agar berbuah lebat, Bapa juga yang akan mengerat dan membuang carang yang tidak berbuah. Buah di sini bisa diartikan sebagai buah moral, kasih dan pelayanan yang melaluinya terungkap adanya kesatuan dengan Yesus. Karena itu, janji "mintalah apa yang kamu kehendaki" (ayat 14:13-14; 15:7,16) harus dimengerti dalam pengertian bahwa janji itu ditawarkan kepada para murid yang tinggal di dalam Sang Pokok Anggur demi menghasilkan buah.

Renungkan: Semakin kita diam dalam Kristus semakin orientasi hidup kita adalah bagi Allah dan sesama, bukan untuk diri sendiri.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA