Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1321 - 1340 dari 2214 ayat untuk merupakan [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.13155486666667) (Mzm 54:1) (sh: Ujian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kita (Sabtu, 25 Agustus 2001))
Ujian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kita

Ujian yang membuktikan keyakinan dan kesetiaan kita. Salah satu alasan mengapa Allah mengizinkan anak-anak-Nya mengalami kesulitan dan tekanan adalah untuk menguji sampai dimanakah kesetiaan dan keyakinan mereka terhadap diri-Nya. Daud adalah salah seorang anak-anak Allah yang mengalami ujian itu sebelum ia menaiki takhta menjadi raja atas Israel.

Daud dikhianati hingga 2 kali (ayat 1-2) oleh orang-orang Zilfi yang telah ia selamatkan dari tangan Filistin. Betapa sakit hati Daud sekaligus jiwanya terancam. Namun Daud hanya menuliskan sebuah mazmur pendek. Isinya terkesan sangat sederhana yaitu permohonan agar Allah bertindak beserta alasannya (ayat 3-5), keyakinan Daud (ayat 6-7), dan diakhiri dengan janji Daud terhadap Allah (ayat 8-9). Namun isi mazmur singkat ini dari awal hingga akhir, berorientasi hanya kepada Allah.

Permohonan Daud (ayat 3) memperlihatkan bahwa Daud hanya bergantung kepada seluruh karakter dan keberadaan Allah. Sedangkan alasan ia minta tolong kepada Allah bukan karena serangan yang ia alami semata tapi karena penyerangnya adalah orang-orang yang mengabaikan Allah. Permohonannya merupakan tindakan konkrit dari sebuah keyakinan terhadap siapakah Allah bagi dirinya dan siapakah dirinya di hadapan Allah (ayat 6). Bahkan permohonannya agar Allah bertindak didasarkan pada apa yang pernah para musuhnya lakukan dan kesetiaan-Nya (ayat 7). Masih ada unsur kasih terhadap musuhnya dalam permohonan Daud. Akhirnya mazmur Daud diakhiri dengan janji Daud kepada Allah (ayat 8-9). Janji ini merupakan pengakuan sebelum Allah bertindak bahwa Allah pasti akan menyelamatkannya. Keyakinannya tidak dibatasi oleh dimensi waktu.

Renungkan: Mazmur yang Daud tulis membuktikan bahwa ia sudah lulus dari ujian yang Allah berikan. Ia tetap berpusatkan pada Allah dan kedaulatan-Nya. Ia tidak membiarkan sakit hati dan ancaman yang ia terima membuat pandangannya terhadap Allah menjadi kabur sehingga ia mencari pertolongan dari sumber yang lain. Inilah teladan Daud yang sangat indah. Ancaman apa pun dapat Anda alami seperti ancaman intelektual, teologi, emosi, sosial, atau ekonomi. Jika ini yang terjadi hendaklah kita tetap seperti Daud yang tetap berorientasi kepada Allah dan kedaulatan-Nya sebab hanya Dialah penolong kita.

(0.13155486666667) (Mzm 63:1) (sh: Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran (Selasa, 9 Oktober 2001))
Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran

Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran. Pernahkah Anda merasakan kerinduan yang sedemikian dalam dan tak tertahankan lagi, sehingga dapat digambarkan seperti tanah tandus tiada berair (ayat 2)? Daud merasakan hal seperti ini, ketika ia berada dalam bahaya yang mengancam jiwanya. Ia melihat kasih setia Allah yang melampaui hidupnya, justru pada saat ia merasa tidak aman (ayat 10-11). Hatinya terikat kepada Tuhan dan kerinduannya memuncak seperti seorang bayi yang merindukan kehadiran ibunya yang memberikan rasa aman dan kelegaan baginya.

Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kehadiran berbagai kesulitan, ancaman, dan problematika kehidupan, yang seringkali menjadi media yang getir bagi kebanyakan orang, ternyata dapat memainkan peranan yang penting bagi pertumbuhan rohani orang percaya. Media yang getir seperti ini merupakan media yang subur bagi pertumbuhan rasa rindu yang semakin mendalam kepada Allah (ayat 2). Melalui media yang getir seperti ini, kita dilatih untuk semakin menghayati kebesaran kasih setia Allah bagi kita yang tidak berdaya (ayat 4-8).

Penghayatan terhadap kasih setia Allah dan kerinduan yang dalam kepada Allah pada situasi yang penuh kegetiran bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi dengan mudah. Diperlukan adanya faktor esensial yang memungkinkan terjadinya proses ini. Faktor esensial itu terletak pada kesadaran Daud bahwa kebutuhannya yang terdalam hanyalah ditemukan di dalam Tuhan, yang adalah sumber pertolongan yang menopang hidupnya (ayat 8-9). Kesadaran tentang hal inilah yang membuatnya merasa haus dan rindu untuk mencari Allah (ayat 2) yang kepada-Nya jiwa Daud melekat (ayat 9). Iman yang bertumbuh kuat melalui media yang getir ini memiliki daya tahan yang kokoh, karena inilah keyakinan yang didasarkan atas pertolongan dan pembelaan Allah (ayat 10-12).

Renungkan: Apakah Anda memiliki kerinduan dan kedekatan kepada Allah yang sedemikian dalam seperti Daud? Jika hal ini tidak menjadi bagian dari pengalaman rohani Anda, maka kadangkala kesulitan dapat menjadi sarana yang tepat untuk membawa Anda kepada-Nya. Lihatlah keadaan getir yang terjadi di sekitar Anda sebagai media pertumbuhan yang menjadikan Anda kuat, semakin merindukan Allah, dan menikmati kasih setia-Nya.

(0.13155486666667) (Mzm 67:1) (sh: Diberkati untuk menjadi berkat (Sabtu, 13 Oktober 2001))
Diberkati untuk menjadi berkat

Diberkati untuk menjadi berkat. Berkat-berkat Tuhan yang melimpah tanpa disertai pemahaman iman yang tepat tentang misi Allah bagi dunia, dapat menjadi jerat yang membahayakan kehidupan rohani kita. Efek kelumpuhan dari jerat itu akan lebih dirasakan jikalau di dalamnya telah dibubuhi racun keegoisan yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan bukanlah merupakan hal yang salah, namun seringkali tanpa kita sadari hal ini dapat menjadi jerat, sehingga kita tidak lagi memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap dunia di luar kita. Efek samping dari berkat-berkat inilah yang coba dihindarkan dari bangsa Israel melalui Mazmur 67 ini.

Mazmur ini merupakan nyanyian syukur atas segala berkat Allah yang diberikan kepada bangsa Israel pada perayaan panen raya. Pada perayaan ini, mereka berkumpul dari seluruh wilayah untuk bersyukur dan berdoa memohon agar berkat yang mereka terima dapat menghasilkan dampak yang lebih besar kepada bangsa-bangsa lain, melampaui lokalitas waktu dan tempat pada saat itu. Inilah suatu nyanyian syukur yang mewarisi panggilan Abraham -- diberkati untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka bumi (Kej. 12:3).

Pesan dari mazmur ini disampaikan dari generasi ke generasi dengan formula pujian sebagai berikut: Dimulai dengan permohonan akan kasih, berkat, dan penyertaan Tuhan (ayat 2). Dilanjutkan dengan penegasan bahwa tujuan dari berkat tersebut adalah agar keselamatan dan jalan Tuhan diperkenalkan kepada segala bangsa di muka bumi (ayat 3), sehingga bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah (ayat 4, 6). Diikuti dengan permohonan agar berkat-berkat itu menghasilkan sukacita karena keadilan Tuhan ditegakkan atas segala bangsa (ayat 5). Dan diakhiri dengan kesimpulan yang menegaskan bahwa berkat Allah atas tanah mereka akan membawa segala ujung bumi menghormati Tuhan dengan takut kepada-Nya (ayat 7-8). Melalui mazmur ini, bangsa Israel senantiasa diingatkan akan panggilannya untuk menjadi berkat melalui berkat yang Allah berikan kepada mereka.

Renungkan: Pemahaman iman yang egois seringkali membuat kita tidak lagi menyadari misi Allah yang dipercayakan kepada kita untuk menyelamatkan mereka yang terhilang dan menegakkan kembali keadilan-Nya. Adakah Anda menyadari panggilan Allah bagi Anda di balik berkat-berkat yang telah Ia berikan?

(0.13155486666667) (Mzm 86:1) (sh: Kekuatan ingatan (Senin, 5 November 2001))
Kekuatan ingatan

Kekuatan ingatan. Paling tidak ada 2 hal yang dapat membuat seseorang melupakan Allah: (a) Jika keadaan terlalu menyenangkan, atau sebaliknya (b) jika keadaan terlalu menyedihkan.

Mazmur ini merupakan doa yang dapat menjadi model bagi kita di dalam situasi yang sulit. Bukannya tenggelam dalam ketakutan karena nyawanya diancam (ayat 14), pemazmur melakukan hal-hal yang luar biasa. Pertama, ia mengakui keberadaan dirinya yang begitu malang (ayat 1b). Ini adalah tanda bahwa hubungan pemazmur dengan Allah sangat bersentuhan dengan pengalaman hidup kita secara nyata. Kedua, ia berdoa kepada Allah (ayat 2-7) agar dilepaskan dari jerat maut. Ia bukan hanya percaya bahwa Allah bisa menolong, tetapi kini meminta agar Allah bergegas mengulurkan tangan-Nya. Permohonan ini merupakan ciri orang yang percaya pada perjanjian kasih setia Allah. Terjemahan dalam ayat 2a seharusnya berbunyi "...sebab aku orang yang memiliki kasih setia." Sering munculnya penggunaan kata ganti orang kedua "Mu" dan "Engkau", yang menunjuk pada Tuhan, menimbulkan kesan bahwa pemazmur ingin Allah juga terlibat dalam setiap masalah yang dihadapinya. Ketiga, pemazmur mengakui bahwa Allah berkuasa serta unik (ayat 10). Di tengah kondisinya, ia tidak melupakan kepercayaan komunitasnya, bahwa kasih setia Allah besar bagi setiap orang yang percaya pada-Nya (ayat 5, 13, 15). Keempat, kita melihat bahwa pemazmur tidak sekadar berdoa supaya masalahnya selesai. Ia lebih maju selangkah lagi dengan meminta agar Tuhan mengubah hatinya semakin mengasihi Dia (ayat 11). Ini adalah tanda bahwa pemazmur tidak memanipulasi Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia tidak mengasihi Allah karena Allah menolong dia. Sebaliknya, karena ia mengasihi Allah, maka ia yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dia jatuh ke tangan musuh. Kelima, pemazmur memuji-muji Allah karena Ia selalu baik (ayat 12-13).

Renungkan: Kadangkala kita dapat begitu tenggelam di dalam masalah kita, sehingga Allah terlupakan. Tetapkan hati Anda hari ini untuk senantiasa menengadah kepada-Nya dan mengingat kasih setia- Nya. Kita dapat berdoa seperti pemazmur agar Allah membulatkan hati kita untuk senantiasa takut akan Dia dalam setiap situasi hidup kita.

(0.13155486666667) (Mzm 97:1) (sh: Pemerintahan Allah, sukacita umat (Jumat, 12 April 2002))
Pemerintahan Allah, sukacita umat

Pemerintahan Allah, sukacita umat. Bersukacita dalam kenyataan dunia yang penuh dengan berbagai jenis kejahatan ini agaknya merupakan hal yang sulit. Lebih-lebih untuk orang beriman yang menderita demi kebenaran atau yang sangat menginginkan agar kebenaran Allah dinyatakan. Namun, mazmur ini dengan tegas mengumandangkan bahwa segenap bumi patut bersukacita karena Allah adalah Raja yang bertakhta di atas kebenaran dan keadilan.

Apa yang merupakan kenyataan surgawi pasti akan mempengaruhi keadaan duniawi kita. Mazmur ini memaparkan gerak arus dari surga turun mempengaruhi dan mengubah dunia ini (lihat ayat 1-4 ke ayat 5, ayat 6a ke ayat 6b-7). Karena Allah benar dan adil, Allah pasti akan menjalankan penghukuman atas dunia ini, suatu sumber sukacita bagi dunia ini (ayat 1), bagi umat Allah (ayat 8), bagi semua orang benar (ayat 11-12). Sifat-sifat Allah dapat dipercayai dan diandalkan sepenuhnya, dan dari sifat-sifat Allah ini, orang beriman boleh menumbuhkan sifat-sifat dan perilaku yang berkenan kepada Allah. Karena Allah sungguh memerintah maka terbuka kemungkinan untuk orang hidup benar dan mengalami sukacita.

Pemerintahan Allah tidak hanya sebatas lingkup rumah ibadah, juga tidak hanya sebatas kehidupan umat-Nya. Bahwa seruan untuk bersukacita ditujukan sampai ke pulau-pulau menunjukkan bahwa pemerintahan Allah merangkul seluas semesta (ayat 1,5). Penampakan Allah yang dipaparkan dalam bentuk awan gelap (ayat 2), halilintar (ayat 3-4a), gempa (ayat 4b-5) menekankan kedahsyatan Allah dilihat dari berbagai gejala alam yang ada dalam kendali-Nya. Penampakan kekuasaan Allah itu bertujuan ganda. Pertama, menegakkan kebenaran dengan akibat melahirkan sukacita dalam hidup orang beriman. Kedua, di pihak lain, pelaksanaan hukuman Allah akan membuat malu mereka yang tidak tunduk kepada-Nya, tetapi pada kekuatan lain di luar Allah. Kekuatan lain yang di sini disebut sebagai para dewa itu, akan Allah taklukkan (ayat 7-9). Sekali lagi, Allah yang memerintah dan sesungguhnya Raja, bukan kejahatan. Meski yang kita lihat dan alami kini seolah tidak demikian, tetapi dengan iman kita menanti dan melihat ke perwujudan pemerintahan Allah atas dunia ini.

Renungkan: Kekudusan Allah adalah sumber kekuatan dan kesukaan bagi orang yang hidup taat kepada-Nya.

(0.13155486666667) (Mzm 101:1) (sh: Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002))
Menjadi pemimpin berintegritas

Menjadi pemimpin berintegritas. Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.

Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat 1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.

Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.

(0.13155486666667) (Yer 3:14) (sh: Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus (Rabu, 30 Agustus 2000))
Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus

Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus. Ada sebuah anekdot yang beredar di masyarakat kita yang menyatakan demikian: mengapa orang-orang bisa melakukan KKN di Indonesia secara menyolok mata dan berkali-kali? Sebab 'syaraf malu' orang-orang itu sudah putus. Atau bahasa indahnya: mereka tidak mempunyai budaya malu.

Orang-orang yang hidup sezaman dengan Yeremia tetap tidak mau berpaling kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Namun Yeremia melihat jauh ke depan bahwa nantinya umat Allah itu akan berbalik kepada-Nya.Identitas mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan yaitu sebagai umat yang bersaksi bagi dunia dan yang hidup menurut jalan-Nya (17-18). Allah menerima mereka kembali dan memulihkan keadaannya (22).

Hal-hal apa saja yang ada di dalam pertobatan yang sejati? Pertama, keputusan tegas yang datang dari dirinya untuk berbalik kepada-Nya (22b). Bukan kepura-puraan, bukan karena paksaan atau tekanan dari orang lain, bukan pula karena terhimpit oleh keadaan tertentu. Keputusan yang tegas ini merupakan tindakan awal yang mutlak penting. Jika masih ada keraguan atau ketidaksungguhan, maka tindakan selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Namun harus diingat bahwa keputusan ini juga bukan tindakan yang dapat dicapai secara otomatis. Harus ada proses yang mengawalinya yaitu hal kedua dan ketiga berikut ini. Kedua, pemahaman dan kesadaran yang sungguh bahwa segala jalan dan tindakan yang sudah dijalani itu adalah salah dan sia-sia (23-24). Ini nampaknya merupakan alasan utama mengapa orang sulit bertobat. Sebagai contoh: orang yang korupsi akan kesulitan meyakini bahwa tindakannya itu sia-sia sebab siapa bilang bahwa uang tidak berguna? Ketiga, harus ada rasa malu. Bukan sekadar rasa malu melainkan rasa malu yang dalam ketika mengenang dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Renungkan: Tanpa keputusan yang tegas, tanpa pemahaman dan kesadaran, dan tanpa rasa malu yang dalam, pertobatan sejati tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Buktinya adalah bangsa Yehuda. Dalam pengalaman hidup kekristenan Anda, ketika suatu saat Anda jatuh dalam dosa dan kemudian Anda bertobat, apakah ketiga hal di atas terjadi di dalam hidup Anda? Jika tidak, Anda perlu mengevaluasi kembali apakah Anda sungguh sudah bertobat?

(0.13155486666667) (Yer 8:18) (sh: Andakah Yeremia zaman ini? (Senin, 11 September 2000))
Andakah Yeremia zaman ini?

Andakah Yeremia zaman ini? Masih segar dalam ingatan kita ketika banyak warga negara Indonesia yang memutuskan untuk meninggalkan negara ini setelah kerusuhan Mei 1998. Gelombang emigrasi ke negara-negara tetangga masih terus berlangsung hingga saat ini walau dalam skala yang lebih kecil. Alasan mereka untuk meninggalkan negara ini adalah tidak ada lagi jaminan keamanan dan kepastian hukum. Matahari tidak akan bersinar lagi di bumi Indonesia dalam waktu dekat.

Yeremia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bangsanya secara terus terang mendepak Allah dari kehidupan mereka dan menggantikan Dia dengan berhala yang sia-sia (19). Kejujuran dan keterbukaan merupakan barang yang sangat langka di dalam masyarakat Yehuda (9:3, 5). Relasi antar manusia dan kekeluargaan yang merupakan nilai yang terpenting dalam masyarakat timur sudah diubah menjadi sarana memperkaya diri sendiri dan menghancurkan yang lain (9:4). Penindasan terhadap orang yang lemah dan miskin serta praktik manipulasi sudah menjadi peristiwa sehari-hari (9:6). Namun ketika ia diperintahkan Allah untuk mewartakan penghukuman Allah yang dahsyat atas bangsanya (9:7-11), tak urung hatinya hancur karena sedih membayangkan apa yang akan diderita oleh bangsanya (18, 19a, 21-9:1).

Hati Yeremia tercabik menjadi dua. Pikirannya ditarik-tarik dari 2 pihak. Di satu pihak rasa belas kasihannya terhadap bangsa ini begitu besar. Ia tidak tega melihat bangsanya akan terpuruk secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya (20, 9:10-11). Di pihak lain, ia begitu jengkel, kesal, dan habis kesabaran melihat tingkah laku bangsanya yang tidak pernah mau bertobat. Yeremia berangan-angan untuk pergi meninggalkan dan menyingkir dari bangsanya (9:2). Tapi itu tidak dilakukannya karena Yeremia sangat mencintai dan mempedulikan bangsanya. Yeremia adalah seorang nabi Tuhan yang tidak sekadar mewartakan berita kebenaran-Nya tetapi sungguh-sungguh menyatukan dirinya dengan bangsanya.

Renungkan: Kristen Indonesia tidak mungkin terbebas dari konflik batin seperti Yeremia, jika ia berusaha untuk terus hidup dalam kekudusan-Nya dan mencintai serta mempedulikan bangsanya. Namun hendaklah Kristen seperti Yeremia yang tetap tinggal bersama bangsanya. Ia harus terus menerus menyerukan kebenaran dalam kasih tanpa mengkompromikan kasih demi kebenaran atau kebenaran demi kasih.

(0.13155486666667) (Yer 17:19) (sh: Terbaik di antara yang baik (Selasa, 26 September 2000))
Terbaik di antara yang baik

Terbaik di antara yang baik. Bila dibandingkan dengan dosa-dosa lain yang dilakukan oleh Yehuda, mengapa Allah memerintahkan Yeremia memfokuskan khotbahnya pada masalah pengudusan hari Sabat? Sudah pasti penyembahan berhala yang dilakukan oleh bangsa Yehuda jauh lebih buruk dibandingkan dengan membawa barang-barang pada hari Sabat. Juga sudah pasti bahwa masalah kebobrokan moral bangsa Yehuda jauh lebih serius dibandingkan dengan melakukan suatu pekerjaan di hari Sabat. Namun khotbah Yeremia tentang pengudusan hari Sabat dan janji berkat yang akan Allah berikan kepada bangsa Yehuda jika mereka taat kepada Allah (24-26), merupakan sebuah ujian. Jika bangsa Yehuda memprioritaskan Allah pada hari Sabat, mereka juga akan memprioritaskan Allah di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kegagalan mereka untuk memuliakan dan menghormati Allah pada hari yang sudah ditetapkan, merupakan bukti bahwa seluruh nilai-nilai yang mereka pegang adalah nilai-nilai yang tidak berdasarkan pada kebenaran Allah.

Kristen masa kini pun harus memberikan prioritas pertama untuk beribadah ke gereja pada hari Minggu serta menguduskannya dan untuk mempunyai waktu bersekutu dengan-Nya secara pribadi melalui doa dan perenungan firman-Nya. Ketika kita memberikan prioritas pertama bagi Allah, maka bidang-bidang lain akan mengikutinya.

Namun mengkhususkan dan menguduskan hari Minggu bukanlah keputusan yang mudah dan sepele bagi Kristen yang hidup di kota besar, terlebih bagi mereka yang sudah menikah dan berkeluarga. Hari Senin hingga Jumat mereka disibukkan urusan pekerjaan dan kantor hingga larut malam. Hari Sabtu biasanya digunakan untuk ke bengkel, atau memperbaiki peralatan atau perabotan rumah yang rusak. Satu-satunya hari yang tersisa bagi keluarga untuk berkumpul dan bercengkerama hanyalah hari Minggu. Kristen di kota besar sering diperhadapkan pada pilihan yang sulit yaitu memilih yang terbaik dari yang baik.

Renungkan: Berkumpul bersama keluarga maupun menguduskan hari Minggu adalah kewajiban dan pelayanan yang harus ditunaikan dengan sungguh. Karena itu tidak ada pilihan lain selain mengurangi aktivitas di hari biasa untuk berkumpul bersama keluarga sehingga dapat memprioritaskan Allah di hari Sabat-Nya.

(0.13155486666667) (Yer 19:1) (sh: Terlambat sudah (Jumat, 29 September 2000))
Terlambat sudah

Terlambat sudah. Berita anugerah bahwa Allah tidak akan menghukum jika bangsa Yehuda mau bertobat dan diperbaharui hidupnya (18:8) diresponi negatif oleh mereka, dengan mengatakan 'tidak ada gunanya' dan menolak untuk bertobat (18:12).

Kebenaran dalam peristiwa pemecahan buli-buli ini adalah segala sesuatunya sudah terlambat. Kejahatan bangsa Yehuda sudah bertimbun sampai ke langit dan tidak ada sedikit pun niat mereka untuk bertobat. Bagai kacang lupa kulitnya, mereka melupakan Allah yang telah menuntun keluar dari Mesir, memberi tanah perjanjian, dan memelihara hidup mereka. Mereka berpaling kepada berhala yang sama sekali tidak dan belum pernah mempunyai andil dalam kehidupan mereka (4). Kondisi rohani yang demikian pasti akan diikuti dengan kondisi sosial dan politik yang bobrok. Penindasan orang lemah merajalela. Ibadah dan pembantaian manusia yang lemah dan tak berdaya tidak dapat dibedakan lagi (5). Karena itulah penghukuman Allah yang dahsyat akan datang dan digambarkan dengan pemecahan buli-buli yang dibeli oleh Yeremia.

Buli-buli (bhs. Ibrani: baqbuq) yang dipakai sebagai tempat air minum itu berharga mahal. Bentuknya unik dengan leher menyempit dan tinggi mencapai 25 cm. Baqbuq yang mahal tapi dihancurkan menandakan bahwa walaupun bangsa Yehuda merupakan umat pilihan yang berharga dimata-Nya akan tetap menerima hukuman dahsyat, jika mereka tidak taat. Seperti Yeremia berkuasa atas baqbuq, demikian pula Allah berdaulat atas kehidupan bangsa Yehuda. Dilihat dari bentuknya, jika baqbuq ini pecah maka tidak dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. Demikian pula bangsa Yehuda yang sudah memberontak kepada Allah, akan dibuang jauh dari tanah perjanjian, menjadi bangsa yang tidak berguna, dan tidak dapat kembali ke negaranya dengan usaha sendiri.

Renungkan: Kebenaran di atas merupakan peringatan keras bagi Kristen masa kini. Kita tidak dapat berlindung di balik dogma yang mengatakan bahwa kita adalah umat yang sangat berharga karena ditebus dengan harga yang mahal yaitu darah Kristus, lalu seenaknya menjalani kehidupan ini tanpa menghiraukan firman Tuhan. Allah tidak segan-segan menghukum umat-Nya sendiri dan menjadikan kita sekumpulan umat beragama yang tidak berguna bagi siapa pun.

(0.13155486666667) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Status rohani bukan jaminan keselamatan. Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.

(0.13155486666667) (Yer 24:1) (sh: Di balik penghukuman Allah kepada umat-Nya (Senin, 9 Oktober 2000))
Di balik penghukuman Allah kepada umat-Nya

Di balik penghukuman Allah kepada umat-Nya. Yeremia mendapatkan penglihatan tentang 2 keranjang yang berisi buah ara sebagai persembahan kepada Tuhan (1-3). Keranjang yang satu berisi buah ara yang sangat baik dan ini melambangkan orang Yahudi yang diangkut ke dalam pembuangan di negeri Babel oleh Nebukadnezar (4-7). Keranjang yang satu lagi berisi buah ara yang sangat jelek sehingga tidak bisa dimakan. Ini melambangkan orang-orang Yahudi yang tidak ikut ke dalam pembuangan yang akan mengalami kehancuran (8-10).

Ada masa depan bagi mereka yang mengalami pembuangan namun kehancuran bagi mereka yang tetap tinggal di Yehuda. Mengapa demikian? Baik mereka yang ikut dalam pembuangan maupun yang tinggal di Yehuda secara spiritual dan moral sama-sama bobrok. Mereka sama-sama menolak firman yang disampaikan Yeremia. Namun mereka yang ikut dalam pembuangan akan diterima Allah. Ia akan memberkati mereka. Karena pembuangan tersebut merupakan hukuman Allah terhadap dosa umat-Nya. Namun karena Allah adalah Allah yang penuh anugerah dan belas kasihan, penderitaan yang akan dialami oleh mereka yang ikut dalam pembuangan merupakan ganjaran dari Bapa yang penuh kasih. Ada maksud dan tujuan yang mulia dalam pembuangan itu. Mereka harus 'dicabut dan dirobohkan' karena Allah akan 'membangun dan menanam' yang baru (6). Dengan kata lain, melalui penderitaan dan kehinaan mereka akan menyesali dosa-dosa mereka lalu bertobat dan menerima hati yang sudah dibaharui sehingga dapat mengenal Allah (7).

Ada 2 kebenaran yang indah yang bisa kita dapatkan melalui penglihatan Yeremia ini. Pertama, di balik penderitaan akibat dosa-dosa kita tersembunyi kasih sayang Allah yang besar. Hendaklah kita kuat, sabar, dan dengan sikap pertobatan yang sungguh menanggung itu semua karena melalui penderitaan itu kita akan dibawa kepada pengenalan Allah yang semakin indah. Kedua, Allah menjanjikan berkat bagi mereka yang menjalani hukuman pembuangan: kelimpahan, kembali ke tanah air, negaranya akan dibangun kembali, dan pembaharuan rohani (4-7).

Renungkan: Indah sekali janji itu. Allah sudah menyediakan berkat-berkat-Nya sebelum mereka bertobat. Inilah bukti bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh dengan anugerah dan belas kasihan. Apa lagi yang kita perlukan?

(0.13155486666667) (Yer 26:1) (sh: Tidak selalu ada perlindungan (Jumat, 13 Oktober 2000))
Tidak selalu ada perlindungan

Tidak selalu ada perlindungan. Pasal ini sebenarnya mengisahkan reaksi bangsa Yehuda ketika mendengarkan khotbah Yeremia tentang bait Allah (lihat Yeremia 7), pada permulaan pelayanan Yeremia di zaman pemerintahan raja Yoyakim. Reaksi awal dari para pemimpin rohani dan rakyat Yehuda sangat menggetarkan hati. Mereka menangkap Yeremia untuk dihukum mati sebab ia dinilai telah berkhianat terhadap bangsa dan negaranya (7-12).

Menerima reaksi yang demikian di awal pelayanannya tentu membuat Yeremia gentar dan takut. Tapi keadaan ini tidak membuat Yeremia berdiam diri, sebaliknya ia mengajukan pembelaannya (12-15). Pembelaan diri ini tidak dimaksudkan untuk mendapatkan pengampunan, karena dia memahami benar bahwa secara manusia musuh-musuhnya mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk membunuhnya. Tapi ia pun yakin bahwa hidupnya ada di tangan Tuhan. Pembelaan diri Yeremia ternyata agak memberi kelegaan, sehingga para pemuka dan seluruh rakyat memutuskan untuk membatalkan hukuman mati bagi Yeremia, karena mereka mengetahui bahwa berbicara atas nama Allah bukan merupakan pelanggaran hukum yang berat (16-18). Mereka juga takut ditimpa malapetaka karena membunuh seorang nabi Allah (19).

Namun apakah pembebasan Yeremia ini merupakan suatu tanda bahwa bangsa Yehuda terbuka hatinya terhadap firman-Nya? Tidak sama sekali. Peristiwa ini hanya memperlihatkan bahwa Allah tidak mengizinkan Yeremia dibunuh, sehingga tidak ada seorang pun yang berkuasa menyentuh nyawanya. Perlindungan dan jaminan Allah atas hidup hamba-Nya memang tidak selalu berupa keselamatan dari tangan musuh-musuh-Nya. Contohnya seorang nabi yang lain, Uria, yang mewartakan berita yang sama dan dihukum mati oleh raja Yoyakim.

Renungkan: Ketika kita memberitakan firman-Nya, berbagai reaksi akan timbul. Ada yang menganggapnya sebagai angin lalu, ada pula yang menentang dan menolaknya dengan sengit, namun ada juga yang menerimanya. Ada pemberita firman-Nya yang dilindungi oleh Allah. Namun ada pula yang diizinkan Allah untuk dibunuh oleh musuh-musuh Injil. Satu-satunya jaminan bagi Kristen yang mau menjadi seorang Yeremia adalah bahwa Allah berkuasa mutlak atas hidup mati hamba-Nya dan firman-Nya harus diperdengarkan. Siapkah kita?

(0.13155486666667) (Yer 31:1) (sh: Apa yang membatasi Allah? (Selasa, 24 April 2001))
Apa yang membatasi Allah?

Apa yang membatasi Allah? Pertanyaan itu seakan-akan mengecilkan keberadaan Allah. Bukankah Ia maha segala-galanya? Apakah ada yang dapat membatasi tindakan-Nya? Tidak kecuali kasih- Nya yang kekal yang membatasi Allah. Dalam hal apa?

Aspek kehidupan masyarakat yang dipulihkan oleh Allah untuk pertama kali adalah kehidupan rohani. Pemulihan rohani ini dimulai dari struktur masyarakat yang terkecil (1). Ini berarti pemulihan itu tidak dibatasi oleh usia maupun gender, tingkatan sosial maupun pendidikan, miskin maupun kaya. Pemulihan rohani akan memberikan pengaruh kepada seluruh bidang kehidupan manusia seperti pekerjaan, rumah tangga, pergaulan, karier, maupun politik. Betapa indahnya masyarakat yang sudah dipulihkan kerohaniannya. Setelah pemulihan rohani dikerjakan, maka pemulihan di sektor lainnya juga dikerjakan oleh Allah. Karya Allah ini memulihkan 7 aspek penghukuman yang diderita oleh Yehuda. Sebagai orang buangan yang tidak mempunyai tempat tinggal, Allah akan membangunkan buat mereka (4). Ladang dan kebun yang merupakan sumber pangan mereka akan dikembalikan (5). Penjaga menara yang dulunya meneriakkan kedatangan musuh penghancur kini meneriakkan seruan untuk beribadah (6). Bangsa yang sudah tercerai-berai akan disatukan kembali (8). Seluruh bangsa akan menerima bimbingan dan tuntutan dari Allah. Ratapan dan tangisan digantikan dengan perayaan yang penuh sukacita dan sorak sorai (7). Bait Allah yang sudah dihancurkan akan dibangun kembali (6). Allah ingin memulai kembali membina hubungan-Nya dengan Yehuda (9). Mengapa? Kasih Allah yang kekal itulah jawabannya. Kasih yang kekal itulah yang membuat Allah terus melanjutkan kasih setia-Nya kepada Yehuda. Kasih- Nya yang kekal itulah yang membatasi penghukuman-Nya atas mereka. Kasih-Nya yang membuat Allah sudi menampakkan diri kepada bangsa yang sudah menjauh dari- Nya.

Renungkan: Puncak kasih Allah kepada manusia dinyatakan oleh-Nya melalui kematian Kristus yang juga merupakan penyataan Allah bahwa Ia ingin memulai kembali membina hubungan dengan seluruh umat manusia dan Allah sudi memberikan berkat-Nya untuk memulihkan kehidupan manusia. Yeremia memberitakan kepada Yehuda. Kita harus memberitakannya kepada bangsa Indonesia. Bagaimana caranya?

(0.13155486666667) (Yer 31:10) (sh: Hari depan yang lebih baik (Rabu, 25 April 2001))
Hari depan yang lebih baik

Hari depan yang lebih baik. Di dunia ini tidak ada yang dapat menandingi kualitas kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Demikian pula tidak ada yang dapat menandingi duka seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya. Namun dalam nas kita hari ini para ibu bangsa Yehuda diperintahkan oleh Allah supaya berhenti menangis karena kehilangan anak-anak mereka. Mengapa? Sebab masih ada harapan bagi masa depan mereka. Anak-anak mereka akan kembali. Penderitaan yang mereka alami bukanlah babak akhir bagi mereka, karena kebahagiaan dan kedamaian akan segera menggantikannya.

Firman kepada para ibu Yehuda merupakan bagian dari janji pengharapan yang diberikan kepada bangsa Yehuda. Semua janji Allah itu menyatakan bahwa masa depan mereka sangat cerah. Allah tidak hanya akan mempersatukan mereka kembali namun Allah sendiri yang akan memelihara dan menjaga keamanan mereka setelah dipersatukan, sehingga tidak akan ada lagi musuh yang dapat menghancurkanya (10). Jika Allah adalah gembalanya, apa yang harus ditakutkan oleh domba-domba-Nya. Mereka telah dilepaskan dari penguasa kuat yang menindas dan mengeksploitasinya (11). Kemerdekaan sebuah bangsa merupakan pintu gerbang menuju kebahagiaan di masa depan bagi sebuah bangsa. Apa yang akan terjadi pada taman yang diairi dengan baik? Itulah yang akan terjadi pada Yehuda sebab bukit Sion sudah dipulihkan. Ke sanalah Yehuda akan beribadah. Ke sanalah Yehuda akan menemukan sumber air kehidupan. Karena kebajikan Allah hidup mereka semuanya terjamin baik anak-anak, anak muda, hingga orang tua, baik yang dilayani maupun yang melayani.

Janji Allah ini pasti sebab Allah sendiri yang menjanjikan. Bahkan jika Allah tidak mau atau tidak dapat menepati janji-Nya, maka Nama Allah akan dipertaruhkan, sebab bukankah Ia sendiri sudah menyatakan semuanya bukan saja kepada bangsa Yehuda tapi juga kepada bangsa- bangsa lain di seluruh pelosok dunia (10)? Dialah Alaah pengharapan yang pasti bagi masa depan yang lebih baik.

Renungkan: Jika Yehuda yang telah memberontak kepada Allah dijanjikan masa depan yang penuh harapan, lebih-lebih lagi Kristen yang sudah dibebaskan dari perbudakan dosa tidakkah hari depan kita juga penuh harapan?

(0.13155486666667) (Yer 31:18) (sh: Penggenapan sempurna di dalam Yesus (Kamis, 26 April 2001))
Penggenapan sempurna di dalam Yesus

Penggenapan sempurna di dalam Yesus. Masa depan Yehuda sangat cerah baik secara rohani maupun materi. Mereka bukan lagi sebagai bangsa yang hina di hadapan bangsa-bangsa lain sebab Tuhan yang Benar dan Adil kembali bersemayam di tengah-tengah mereka (23-24). Kehadiran-Nya adalah sumber kekuatan dan kepuasan bagi masyarakat Yehuda yang membutuhkan (25). Populasi Yehuda yang habis karena perang akan ditumbuhkan demikian pula ternak sebagai sumber makanan (27). Allah tidak lagi mencanangkan malapetaka atas mereka namun merencanakan pembangunan bagi Yehuda (28). Mereka yang lahir di tanah pembuangan mengenal Allah sebagai Allah yang adil sebab mereka tidak lagi menanggung dosa nenek moyangnya dengan hidup sebagai tawanan di negara asing. Mengapa Allah melakukan semua itu?

Pertama, Allah mengasihi mereka dengan kasih-Nya yang kekal (20). Kedua, Yehuda sendiri sudah bertobat. Mereka mengakui dan menerima penderitaan mereka sebagai hajaran Allah karena pemberontakan mereka terhadap Allah (18). Mereka menyadari betapa menjijikkannya diri mereka (19) sehingga mereka sadar kecuali jika Allah membawa mereka balik maka mereka tidak mungkin berbalik kepada-Nya. Pertobatan yang demikian terjadi karena Allah yang memanggil umat-Nya dan memberikan penyataan- Nya. Dengan kata lain pertobatan ini merupakan anugerah- Nya. Anugerah Allah tidak hanya membawa mereka kepada pertobatan namun juga memampukan mereka untuk hidup menjadi umat Allah sebab Allah akan menaruh firman-Nya dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hatinya (31- 34). Itulah perjanjian yang baru. Allah melakukan transformasi hati manusia yang merupakan pusat kehendaknya. Karena itu mereka dapat mengenal Allah secara pribadi, dosanya diampuni dan dapat meresponi Allah dengan hati yang murni.

Renungkan: Yehuda memang sudah kembali dari pembuangan. Bait Allah yang kedua memang kembali dibangun dan ditahbiskan. Namun pertobatan yang memimpin kepada transormasi hati manusia hanya digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Kini siapa yang percaya kepada Yesus, Allah akan memulihkan hidupnya dan memulai karya transformasi dalam hati orang percaya. Anugerah ini memungkinkan setiap manusia untuk menikmati hidup dalam persekutuan dengan Allah.

(0.13155486666667) (Yer 34:8) (sh: Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan (Kamis, 3 Mei 2001))
Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan

Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan. Orang-orang Yehuda dari golongan menengah ke atas mengingkari perjanjian dengan Allah (15, 18). Mereka berhasil memperbudak kembali budak-budak yang sudah dibebaskan. Mereka lebih berjaya dan mampu dibandingkan dengan Firaun yang gagal membawa kembali Israel ke tanah Mesir. Namun seperti Firaun, mereka pun akan menerima hukuman dari Allah karena mengingkari janjinya (17-22).

Para orang kaya Yehuda dan Firaun mempunyai jenis ketaatan yang sama yaitu ketaatan karena ketakutan terhadap ancaman yang tidak mampu mereka atasi. Tentara Babel hanya menyisakan Lakhis dan Seka sebagai kota benteng Yehuda. Kemampuan dan kekuatan mereka sendiri tidak dapat menghalau Babel. Karena itu mereka akan mencoba usaha-usaha lain walaupun harus menderita kerugian materi. Pertama, mereka mengambil hati para budak dengan cara membebaskan mereka agar mereka mau turut serta mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga. Kedua, mereka mengantisipasi masa depan mereka yang akan sama-sama menjadi budak Nebukadnezar. Para budak dapat membalas dendam kepada mereka. Ketiga, mereka mencoba merayu Allah dengan melakukan firman-Nya (Kel. 21:1-4; Ul. 25:12) agar Allah sudi menolong mereka. Karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan mereka bukanlah bentuk ketaatan kepada Allah tetapi merupakan bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan, kenyamanan, dan kesenangan diri. Ini merupakan ketaatan kepada diri sendiri. Setelah Babel mundur dari Yerusalem karena tentara Mesir datang menolongnya, maka mereka segera menjalankan perbudakan lagi (21 bdk. 37:6-9). Mereka memang mempunyai kemampuan untuk itu yaitu kemampuan ekonomi (11). Dalam situasi perang, para budak yang dibebaskan tidak mampu mencari nafkah dengan mengolah tanah mereka atau berternak, kecuali rela dipaksa menjadi budak kembali untuk mempertahankan hidup.

Renungkan: Apa yang dapat dilihat di sini? Ketidaktaatan tidak selalu dipicu oleh godaan dari luar diri kita tapi dapat juga dipicu oleh kelebihan yang kita miliki, seperti kekayaan materi, kekuasaan yang didapat karena kedudukan, kemampuan kita untuk mengantisipasi situasi yang akan datang, dan kejelian melihat peluang. Karena itu berhati-hatilah dengan segala kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki.

(0.13155486666667) (Yer 35:1) (sh: Ketaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidup (Jumat, 4 Mei 2001))
Ketaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidup

Ketaatan atau ketidaktaatan adalah sebuah pola hidup. Ucapan penghakiman Allah atas Yehuda dinyatakan semakin tegas dengan membandingkan ketidaktaatan bangsa Yehuda dengan ketaatan orang-orang Rekhab. Perbandingan itu merupakan kecaman yang pedas terhadap bangsa Yehuda sebab siapakah orang-orang Rekhab dan siapakah tokoh- tokoh yang terlibat dalam kehidupan mereka, dibandingkan dengan Yehuda dan Tokoh yang terlibat dalam kehidupan mereka. Identitas dan posisi Rekhab dalam kebudayaan Israel tidak begitu jelas sebab mereka hanyalah sekelompok kecil orang yang hidup secara nomaden. Dengan kata lain mereka bukanlah siapa-siapa.

Kecaman yang pedas tepat sekali bagi Yehuda sebab ketidaktaatan mereka bukanlah sekadar kekhilafan namun sudah menjadi karakteristik mereka sebagai sebuah bangsa. Ketidaktaatan adalah pola hidup mereka. Hal itu ditegaskan dengan penggunaan kata ‘terus-menerus’ sebanyak 2 kali untuk mengungkapkan frekuensi Allah berbicara secara langsung kepada mereka maupun mengutus nabi-nabi-Nya agar mereka bertobat (14-15). Bagaimana respons mereka? Sangat kontras dengan orang-orang Rekhab. Ketaatan kepada Yonadab bapak leluhur mereka adalah pola hidup seluruh anggota kelompok Rekhab mulai dari anak-anak hingga dewasa, laki-laki maupun perempuan (8-9). Ketaatan sebagai pola hidup sudah teruji ketika mereka menolak tawaran Yeremia untuk minum anggur (5-6), sekalipun dapat mendatangkan bencana ataupun risiko atas mereka sebab mereka hanyalah pengungsi di Yerusalem. Identitas mereka terletak pada ketaatan untuk melakukan perintah Yonadab, bapak leluhurnya. Inilah pola hidup dan karakteristik orang-orang Rekhab.

Renungkan: Ini merupakan cambukan keras bagi kita. Jika kepada seorang Yonadab yang hanyalah manusia biasa, mereka menjadikan ketaatan mereka kepada ajarannya sebagai pola hidup, maka seharusnya ketaatan kita kepada ajaran Yesus paling tidak harus menjadi pola hidup kita. Bukankah Yesus bukan sekadar manusia sejati namun Ia juga adalah Allah Pencipta dan Penebus kita? Namun kenyataannya seringkali ketaatan kita belum menjadi pola hidup, melainkan sebagai rayuan atau umpan kepada Allah supaya Ia sudi mencurahkan berkat-Nya. Jika itu gambaran ketaatan kita, bertobatlah agar kita tidak menjadi Yehuda yang mempunyai pola hidup ketidaktaatan.

(0.13155486666667) (Yer 39:1) (sh: Perbedaan orang yang setia dan tidak setia (Kamis, 10 Mei 2001))
Perbedaan orang yang setia dan tidak setia

Perbedaan orang yang setia dan tidak setia. Akhirnya, apa yang dinubuatkan oleh Yeremia selama bertahun-tahun menjadi realita bagi Yehuda. Yeremia sudah memperingatkan agar Yehuda tidak bergantung kepada Mesir ataupun kekuatan lainnya kecuali Allah. Tak henti-hentinya Yeremia mendorong dan membujuk Zedekia untuk tunduk kepada Babel agar Yehuda tidak dihancurleburkan oleh Nebukadnezar. Usaha-usaha Yeremia gagal total. Namun ada 2 orang yang tidak ikut mengalami kehancuran yaitu Yeremia dan Ebed-Melekh.

Berlatarbelakang serangan Babel yang membumihanguskan Yerusalem, perbandingan yang kontras tentang kondisi akhir antara orang yang tidak setia dan yang setia kepada Allah digambarkan dengan jelas. Ketika diperhadapkan pada Nebukadnezar, Zedekia pasti teringat nubuat Yeremia tentang dirinya (34:3) dan ia pasti sangat menyesal mengapa ia tidak mau menaati Allah. Tidak sedikit pun kemegahan Yerusalem yang tersisa: istana, rumah, dan tembok kota. Sekarang Yerusalem hanya dihuni oleh rakyat miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Apa yang dipertahankan oleh Zedekia - kedudukan, kemegahan, kekayaan - dengan berbagai cara hingga memilih untuk tidak taat kepada firman-Nya, habis tak bersisa. Tidak hanya itu, harta yang paling berharga yang ia miliki yaitu anak-anak, dibunuh di depan matanya sebelum kedua matanya dicungkil oleh Nebukadnezar. Mengapa hidup Zedekia begitu tragis? Jawabannya terletak pada bentuk ketidaksetiaan Zedekia. Ia tidak menolak atau menentang Allah, namun ia tidak mampu menaati kehendak-Nya ketika tekanan menderanya. Dibandingkan Zedekia, apa yang menimpa Yeremia sangat bertolakbelakang. Nebukadnezar begitu memperhatikan dan melindunginya sehingga tidak hanya diri dan tubuhnya, rumahnya pun masih utuh. Hal serupa dialami juga oleh Ebed-Melekh meskipun tidak dipaparkan secara rinci. Yeremia dan Ebed-Melekh tetap setia kepada Allah walaupun harus mengorbankan kesenangan, kenikmatan, bahkan keselamatan diri, hasilnya mereka tidak kehilangan apa pun.

Renungkan: Kisah hidup mereka merupakan peringatan keras buat kita. Kesetiaan dan ketidaksetiaan merupakan hal yang sangat serius di mata Allah dan sangat menentukan bagi kehidupan umat-Nya di masa mendatang. Minta kepada Allah untuk terus menegur sebab ketidaksetiaan Kristen seringkali karena tekanan ekonomi dan karier.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA