Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1341 - 1360 dari 8028 ayat untuk dari [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28608671428571) (Mzm 30:1) (ende)

Seorang jang sembuh dari penjakitnja jang keras mengutjap sjukur dengan lagu ini. Dua kali dikatakan bagaimana ia sakit, lalu bermohon dan disembuhkan (Maz 30:1-5,6-12). Barangkali lagu inipun adalah pengiringan kurban sjukur, jang dipersembahkan orang jang sembuh dari sakit (Maz 30:4,12). Menurut kepalanja dipergunakan dalam ibadat untuk ulang tahun pentahbisan Bait-Allah.

(0.28608671428571) (Pkh 8:1) (ende)

Adjaran umum jang berlaku: kebidjaksanaan dapat menerangkan semuanja. Kemalangan berasal dari ketidak-setiaan manusia (Pengk 8:1-13) berasal dari ketidak-setiaan manusia (Pengk 8:1-13). Tetapi adjaran ini ditolak si Pengchotbah (Pengk 8:10,14).

(0.28608671428571) (Yes 1:1) (ende)

PENGANTAR KITAB PARA NABI

PENDAHULUAN

Kitab para nabi, jang terdjemahan Indonesianja kami sadjikan bersama ini, memuat sedjumlah tulisan kenabian, jakni tudjuhbelas (Lagu ratap termasuk djenis sastera lain), jang merangkum djangka waktu antara l.k. 750 dan 200 seb. Mas. Tulisan2 itu mewakili suatu aliran kuat dalam agama Israil, jang sebelumnja sudah ber-abad2 lamanja berlangsung. Kitab2 nabi itu merupakan puntjak dan buah masak2 dari kurnia kenabian jang mengalami sedjarah dan perkembangannja sendiri sebelum menghasilkan buah2 jang terpelihara dalam kitab para nabi. Kurnia kenabian itu boleh dianggap sebagai kechasan agama Israil jang mentjapai kepenuhannja dalam diri Jesus Kristus.

Namun demikian kurnia tsb. boleh ditempatkan dilatarbelakang jang lebih luas dan melewati perbatasan bangsa Israil dan Perdjandjian Lama. Sebab beberapa gedjala jang diketemukan dalam keterangan2 Kitab Sutji tentang aliran kenabian terdapat pula pada bangsa2 tetangga Israil, jang serumpun dengannja; dengan perkataan lain: pada bangsa2 Semit pada umumnja (bangsa2 Semit ialah bangsa2 keturunan Sem menurut Kitab Sutji). Tidak disangkal, bahwa gedjala2 kenabianpun terdapat pada bangsa2 lain, akan tetapi kalau demikian, agak djarang2 saja ada. Tokoh2 besar dari agama lain, seperti Budha dan para Reshi Hindu tidak boleh dibandingkan dengan nabi2 Israil apalagi filsuf seperti Kon Fu Se atau Lao Tse. Sebaliknja pada bangsa2 jang mendiami negeri Kena'an sebelum Israil memasukinja dan pada bangsa2 disekitar Israil diketemukanlah gedjala2 jang mirip gedjala2 kenabian di Israil. Kitab Sutji sendiri mentjeritakan mengenai "nabi2 Baal dan nabi2 'Asjera", jang menjertai permaisuri Izebel jang berasal dari Fenesia (1Ra 18:19; bdk. 2Ra 10:19). Diluar Kitab Sutjipun ada berita tentang "nabi2" di Mesopotamia dan Palestina. Tjontoh jang paling djelas ialah Muhammad, orang jang berbangsa Arab, djadi berbangsa Semit, dan tokoh2 kenabian lain jang mendahuluinja di Arabia. Penjerupaan Muhammad dengan nabi2 Israil tentu sadja tidak terpungkiri.

Bukan maksud kami untuk begitu sadja menjamaratakan kurnia kenabian di Israil dengan gedjala2 jang serupa pada bangsa2 Semit jang lain. Namun demikian kiranja boleh diterima, bahwa kurnia ilahi jang chas itu mendapat tanah jang subur dalam watak bawaan bangsa2 Semit. Watak alamiah digunakan oleh Allah untuk maksud- tudjuanNja sendiri; bawaan itu diangkat serta dihaluskan oleh anugerah ilahi, jang dapat bertumpu pada sifat alamiah tanpa merusakkannja. Bangsa Israil seakan2 ditjiptakan oleh penjelenggaraan Allah sedemikian rupa sehinggga pada waktunja dapat dianugerahi kurnia kenabian jang chas. Itulah sebabnja maka orang tidak usah heran atau kaget, pabila diluar Israil pun terdapat gedjala2 jang segera mengingatkan kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Kemiripan jang kelihatan tidak usah mengurangi sedikitpun keaselian kurnia kenabian di Israil. Dan untuk mempertahankan keistimewaan umat Allah tidak perlu orang menjangkal kesamaan jang njata. Kesamaan itu kan dibarengi dengan perbedaan asasi, meskipun perbedaan itu tak kelihatan sekalipun. Demikian misalnja orang boleh menerima, bahwa Muhammad melandjutkan, bahkan menjelesaikan serta menutup aliran kenabian bangsa2 Semit, tanpa menerima bahwa tokoh itu adalah landjutan dan penjelesaian kurnia kenabian Perdjandjian Lama. Bagi kita ini Jesus dari Nasaret adalah nabi terachir dari para utusan Allah kepada umatnja jang terpilih, jakni Israil. Nabi2 jang diketemukan dalam Perdjandjian Baru sama sekali lain tjorak dan tugasnja. Tapi tanpa keberatan sedikitpun Muhammad boleh dipandang sebagai penutup aliran kenabianalamiah jang terdapat pada bangsa2 Semit pada umumnja. Jang pertama terletak dibidang adikodrati jang bertumpu pada susunan alamiah, pada hal jang kedua adalah alamian belaka. Perbedaan njata antara kurnia kenabian sedjati di Israil dengan gedjala2 kenabian pada bangsa2 kafir disekelilingnja kiranja boleh diringkaskan sbb.: Kurnia kenabian bersifat etis, kesusilaan, oleh karena berasal dari Allah jang etis tjoraknja. Kurnia itupun menentang atau sekurang2nja mengatasi keinginan dan harapan nasional. Tetapi nabi kafir tidak mempunjai tjorak etis dan selalu berbatas kepentingan dan keinginan bangsanja sendiri. Muhammad tentu ada tjorak etis padanja djuga dan ia melampaui batas duku dan bangsanja. Tetapi tjorak itu pada Muhammad djauh kurang njata dari pada para nabi Israil.

Selandjutnja disini dibahas hanja kurnia kenabian jang merupakan kechasan dan keistimewaan umat Allah dari Perdjandjian Lama.

Tetapi perlu segera ditambahkan, bahwa kurnia kenabian itu merupakan suatu gedjala jang amat madjemuk dengan sedjarah dan perkembangannja sampai kepuntjak. Keterangan2 jang disadjikan Kitab Sutji sendiri djauh dari terang dari segala sudut dan seginja. Istilah "nabi" dan "bernubuat" ada pelbagai maknanja. Perkataan "nabi" sendiri (demikianpun bunjinja dalam bahasa Hibrani) tidak memberi banjak pendjelasan. Arti perkataan itu ialah: berseru, berbitjara, memaklumkan. Tetapi istilah itu tidak mengatakan sedikitpun tentang siapa jang berbitjara atau apa jang dikatakan. Memang Kitab Sutji sendiri memberikan suatu keterangan, jakni dalam kisah panggilan Musa (Kel 4:15-16; 17:1) Musa diutus Allah kepada Fare'o. Tetapi Musa menolak oleh karena tidak fasih lidah. Ia lalu diberi pembantu, jakni adiknja Harun, jang akan mendjadi djurubitjaranja. Ia adalah "mulut" Musa dan Musa mendjadi "Allah" Harun. Di depan Fare'o Musa mendjadi Allah dan Harun nabinja. Djadi "nabi" disini "djurubitjara Allah". Sudah barang tentu arti kata itu dengan tegas lagi ringkas menundjukkan tugas nabi2 besar jang tampil kedepan dalam kitab para nabi. Tetapi dalam Kitab Sutji sendiri istilah jang sama dipergunakan sehubungan dengan tokoh2 lain serta kegiatan mereka.

Kelompok2 orang ekstatisi jang memainkan peranannja dalam ibadah kadang2 disebut "nabi" dan mereka "bernubuat dalam ekstasenja. Disekitas Sjemuel, jang melajani tempat sutji di Sjilo (1Sa 2:18) terdapatlah "nabi2" jang bersangkutan dengan tempat sutji (1Sa 10:5). Setjara buatan, jakni dengan alat2 musik, mereka menimbulkan ekstase lalu "bernubuat" (mengigau). Keadaan itu disertai pelbagai gedjala jang aneh (1Sa 10:11-13; 19:20-24) Orang2 itu nampaknja madjenun (bdk. 2Ra 9:11), kerasukan roh Allah (1Sa 19:20,23). Kemudian dalam sedjarah diketemukan pula kelompok2 "nabi" sehubungan dengan Elija (1Ra 18:4). Elisja'pun mempunjai hubungan dengan "tjanterik2 nabi" (2Ra 2:3-18). Ungkapan "tjanterik nabi" dalam bahasa Hibrani berbunji "putera2 (anak) nabi" dan artinja ialah orang jang mendjadi anggota kumpulan atau kelompok tertentu, djadi anggota kumpulan nabi2. Sudah barang tentu kelompok2 nabi2 itu melandjutkan nabi2 jang ada disekeliling Sjemuel. Mereka tinggal ber-kelompok2, kadang2 ratusan orang (1Ra 18:4; 2Ra 2:3,5,7) dan diam terpentjil dari pergaulan masjarakat (2Ra 6:1-2), di sekitar tempat sutji, seperti Gilgal (2Ra 4:38), dan Betel (2Ra 2:2-3). Kelompok2 nabi itu boleh dibandingkan dengan pelbagai tarekat sufi jang kemudian terdapat dalam agama Islam, terutama dengan tarekat2 derwisj. Rupa2nja merekapun mengenakan pakaian chusus, atau se- tidak2nja memakai tanda tertentu, sehingga segera dapat dikenal (1Ra 20:41; 2Ra 9:11; bdk. 2Ra 2:13). Sesudah djaman Elija dan Elisja' tjanterik2 nabi" hilang dari Kitab Sutji dan hanja sekali lagi disindir oleh Amos. (Amo 7:4).

Sudah barang tentu nabi2 ekstatisi tsb. Mempunjai tjorak keigamaan jang njata dan bersangkutan dengan ibadah. Tetapi keterangan2 Kitab Sutji tidak mengidjinkan untuk menetapkan perasaan mana mereka pegang dalam ibadah. Adakah mereka dalam ekstasenja membawakan firman Allah dalam ibadah sebagai djawaban atas permohonan para pemudja atau peranan lain dipegangnja? Ada ahli jang berpendapat, bahwa salam ibadah Israil, dahulu dan kemudian, nabi2 memegang peranan tertentu, suatu djawatan tetap, disamping para imam. Orang2 itu menundjukkan beberapa mazmur (misalnja Maz 2:6; 110:2:4) tempat suatu firman Jahwe dibawakan. Katanja kalimat2 sedemikian itu diutjapkan oleh seorang nabi dalam ibadah. Selandjutnja dikatakan, bahwa beberapa nubuat jang terkumpul dalam kitab para nabi (misalnja Joel) berasal dari ibadah, sehingga nabi jang bersangkutan merupakan nabi ibadah pula. Akan tetapi pendapat itu tidak dapat dibuktikan dan keterangan2 jang dapat dikumpulkan dari Perdjandjian Lama tidak tjukup untuk meneguhkan hipotese tsb. Maka dari itu harus dikatakan, bahwa kitapun tidak tahu peranan manakah dimainkan kelompok2 nabi dalam ibadah. Halnja tetap kabur sadja.

Disamping dan bersama dengan nabi2 tsb. kita menemukan dalam Kitab sutji pelbagai tokoh lain jang diberi djulukan "nabi", namun amat berlainan dari para ekstatisi tsb. dan djuga dari nabi2 besar jang tampil dalam kitab para nabi. Di djamanpara Hakim ada nabiah Debora, jang menghakimi Israil (Hak 4:4). Dalam Kitab itupun muntjul seorang nabi jang tak bernama (Hak 6:8). Mungkin sekali nabi itu hanja akal kesusateraan sadja dengan mana pengarang kitab mengemukakan pikirannja sendiri. Pada achir djaman para Hakim tampilah ke depan tokoh besar nabi Sjemuel (1Sa 3:20; 9:9; 2Ta 35:18), jang berhubungan dengan dan malah memimpin para ekstatisi (1Sa 19:20). Tetapi terang sekali Sjemuel tidak termasuk kedalam kalangan orang2 itu. Kemudian dari itu ber-kali2 nabi jang serupa diketemukan dalam Kitab Sutji, seperti Ahia (1Ra 1:29-30; 14:2-3) Jehu (1Ra 16:7), Jona (2Ra 14:24), nabiah Hulda (2Ra 22:14-15), Urijahu (Yer 26:20), Sjemaia (2Ta 12:5-6), Ido (2Ta 12:15) Azarjahu (2Ta 15:1-2), Obed (2Ta 28:9-10) dan beberapa nabi jang tidak disebut namanja (1Ra 9:13; 20:28). Sebagai pegawai tetap dalam istana radja Dawud kita djumpai nabi Gad (1Sa 22:5; 2Sa 24:11) dan nabi Natan (2Sa 7:2-3; 12:1-2; 1Ra 1:1-2). Memang tidak selalu terang matjam apa nabi2 itu, tetapi pada umumnja boleh dikatakan merekapun menduduki suatu djabatan tetap. Mereka bukan ekstatisi, melainkan lebih2 nabi profesionil. Dalam kesulitan hidup se-hari2 dan jang pribadi sadja orang boleh menghadap nabi2 itu "untuk menanjai Jahwe" dan djanganlah orang lupa membawa hadiah baginja. Ketika Saul mentjari beberapa ekor keledai ajahnja jang hilang ia lalu meminta petundjuk2 pada nabi Sjemuel, jang terkenal namanja sebagai nabi jang dapat menolong dalam perkara sedemikian itu (1Sa 9:3- 13). Radja Jerobe'am menjuruh istrinja menanjai nabi Ahia perihal anaknja jang sakit keras (1Ra 14:2-3). Radja Josjafat mentjari seorang nabi untuk menanjai Jahwe tentang tindakaan militer jang harus diambil (1Ra 22:7- 8). Seorang wanita dari Sjunem menghadap nabi Elisja' berhubungan dengan anaknja jang meninggal dan suaminja heran, bahwa ia mau pergi kesitu meskipun bukan hari raya atau hari Sabat (rupa2nja hari2 itu hari biasa untuk menghadap nabi2) (2Ra 4:22-23). Naaman, panglima radja Aram, mentjari penjembuhan kustanja pada nabi Elisja', jang namanja sebagai penjembuh penjakit tersebar sampai diluar negeri (2Ra 5:1-14). Nabi Gad memberikan petundjuk kepada Dawud jang melarikan diri untuk radja Sjul (1Sa 22:5). Radja itu tidak berani membangunkan Bait Allah, sebelum rentjananja disetudjui oleh nabinja, Natan (II Sjem. 7,2), dan dalam soal pembaharuan agama radja Josjijahu minta nasihat nabiah Hulda (2Ra 22:11-20).

Sudah barang tentu nabi2 jang sedemikian itu merupakan suatu djabatan dan lembaga tetap di Israil. Achirnja undangpun mengaturnja. Sebab dalam kitab Ulang tutur (Ula 18:15-22) sesungguhnja terdapatlah suatu undang mengenai nabi2. Undang itu kiranja mengatur keadaan jang sudah lama berlangsung dan sedikit banjak merosot, sehingga perlu diberi petundjuk untuk membedakan nabi2 sedjati dan nabi2 gadungan. Undang itupun menjatakan, bahwa lembaga kenabian itu di Israil memegang peranan, jang pada bangsa2 lain dimainkan oleh tukang sihir dan tukang tenung, jang di Israil dilarang (bdk. (Ima 19:26,31); 1Sa 28:7). Apabila rakjat memerlukan petundjuk2 ilahi dalam hidup se- hari2 mereka dapat menghadap nabi2 itu. Sebagaimana radja Babel, Ninive atau Mesir mempunjai tukang2 tenung jang tetap untuk diminta nasehat2nja dalam urusan negara, dalam perkara perang dan damai, demikianpun dalam istana radja Israil ada nabi2 Jahwe.

Pengarang 1Sa 9:9 mengatakan, bahwa orang jang dimasanja disebut "nabi, dahulu, misalnja ada masa Sjemuel, dinamakan "pelihat". Makna keterangan itu tidak amat djelas, tetapi jang berikut ini boleh diterima. Dahulu istilah "nabi" adalah sebutan kelompok2 nabi ekstatis dalam ibadah, sebagaimana jang dipaparkan diatas. Disamping nabi2 itu ada "pelihat2", perseorangan dan pribadi untuk keperluan hidup se-hari2 (sebutan lain ialah: orang ilahi atau "pesuruh Allah", (bdk. 1Ra 13:1) Kemudian orang2 inipun disebut "nabi". Dan kiranja perkaranja bukan hanja perpindahan sebutan, tetapi djuga tjampuran fungsi. Mula2 "nabi" dan "pelihat" berbeda satu sama lain, tetapi kemudian nabi2 itupun bertindak sebagai "pelihat". "Pelihat Sjemuel sudah berhubungan erat2 dengan para nabi dan Elisja'pun bergaul dengan "tjanterik2 nabi" pula. Demikianpun terdjadilah kedua tugas jang mula2 berlainan itu lama kelamaan melebur mendjadi satu sadja, sehingga istilah "nabi" melingkupi ke-dua2nja. Menurut 2Ra 21:10 didjaman radja Menasje ada "nabi2" (djamak) ditempat lain nabi2 disebut disamping para imam (Yer 8:1; 23:11; 26:7- 8; Zak 7:3). Jeremia (Yer 35:4) memberitahukan, bahwa dalam Bait Allah di Jerusjalem seseorang jang bernama Bin Johanan mempunjai bilik. Orang itu disebut "pesuruh Allah", djadi rupa2nja seorang nabi jang disitu menunaikan tugasnja sebagai nabi tetap. Nabi Amos (Amo 7:4) membedakan diri baik dari nabi2 maupun dari "tjanterik2 nabi". Rupa2nja kedua djenis itu sama sadja. Kadang2 agak sukar untuk memastikan siapa jang dimaksudkan Kitab Sutji dengan istilah undi sutji, Urim dan Tumim, atau "efod", jang didjalani para imam (bdk. 1Sa 28:6; 23:1-6).

Dapat dimengerti pula, bahwa kedua fungsi tsb. melebur mendjadi satu. Sebab antara nabi2 ekstatisi dan nabi2 profesionil ada kesamaan djuga kendati perbedaan. Kedua2nja mempunjai hubungan chusus dan langsung dengan Allah. Ekstatisi dianggap kerasukan roh ilahi jang menampakkan diri dalam ekstase mereka. Pelihat2 itu berkat hubungannja dengan Allah mengenal hal2 tersembunji atau kedjadian dimasa depan. Dan pengetahuan adjaib itupun menjatakan pengaruh ilahi jang chusus. Maka dari itu masuk akal, bahwa semua orang dalam siapa pengaruh Allah menjatakan diri, entah dengan ekstase entah dengan pengetahuan adjaib, kemudian disebut "nabi" sadja.

Tetapi lembaga kenabian ekstatis-profesionil mengalami kemerosotan pula. Dalam hal ini kiranja pengaruh agama2 kafir memegang peranannja. Nabi2 Jahwe jang menjertai radja Israil (1Ra 22:5-28) pasti bukan nabi2 sedjati, melainkan pendjilat radja sadja, terutama pemimpin mereka Sidkia. Sudah dikatakan, bahwa nabi2 profesionil harus diberi upah untuk pernjataannja (bdk. 1Sa 9:7-10; 1Ra 14:3; 2Ra 5:15). Mudah sadja adat itu mendjadi alasan kemerosotan lembaga kenabian (bdk. 2Ra 5:20-24), oleh karena itu nabi2 itu terlalu mentjari keuntungan sendiri, atau sebagai pegawai radja terlalu tjondong untuk menjenangkan madjikannja sadja. Karenanja salam kitab para nabi atjap kali diketemukanlah "nabi palsi", jang merupakan lawan jang gigih utusan2 Jahwe jang sedjati. Jeremia harus menentang sekelompok nabi jang disebut namanja dan bekerdja diantara kaum buangan di Babel (Yer 29:21-23) dan dalam Bait Allah ia bergulat dengan seorang nabi jang bernama Hananja bin 'Azur (Yer 28:1-17). Dimasa radja Jojakim ia ditangkap oleh para imam dan nabi (Yer 26:7-15). Mereka itu disebut "pembohong" (Yer 6:13; 8:10), jang bernubuat hanja untuk makanannja melulu (Mik 3:11). Mereka pemabuk (Yes 28:7) dan pendjinah (Yer 29:23). Mereka sesungguhnja tidak diutus Jahwe (Yeh 13:6) dan meramalkan apa jang diinginkannja sendiri, rakjat serta radjanja (Yer 5:31; 6:14; 13; Yes 30:10). Dengan demikian mereka tidak mengusahakan pertobatan rakjat, melainkan membuat mereka tinggal di dalam kedurdjanaannja (Yer 23:14; Yeh 23:23). Nabi2 palsu itu sungguh suatu bentjana di Israil, sebab mereka menjesatkan rakjat dan merupakan antjaman untuk bangsa maupun agama Israil. Mungkin sekali bahwa tidak semua nabi itu mula2 buruk maksudnja dan barangkali mula2 mereka sungguh nabi Jahwe sedjati. Tetapi demi untuk keuntungan materiil dan hendak menjenangkan rakjat dan radja mereka kadang2 menjalahgunakan kurnianja atau tertipu oleh angan2nja sendiri dengan tidak membedakan apa jang datang dari Jahwe dan apa jang tjotjok dengan keinginan hatinja sendiri (bdk. Zak 13:2-6).

Kendati kemerosotan jang kadang2 menurunkan para nabi ekstatis-profesional itu, mereka toh tjukup besar pengaruhnja akan jang baik dalam hidup keigamaan Israil. Tidak ada banjak tjerita tentang pengaruh para ekstatisi. Tetapi setidak2nja pada permulaan mereka nampak sebagai pembela agama Jahwe jang murni. Permaisuri kafir Izebel mengejar serta membunuh mereka (bdk. 1Ra 18:4; 19:10,14). Tetapi terutama nabi profesionil adalah djagoan agama Jahwe dan tatasusila. Nabi Natan menegur radja Dawud karena berdjinah dan membunuh orang jang tak berdosa (2Sa 12:1-5) dan mendukung radja itu untuk mendirikan pusat agama jang baru (2Sa 7:1-17). Waktu Jerobe'am mulai dengan ibadah tersendiri, maka seorang nabi menentang (1Ra 11:29-39), tetapi iapun menegur radja itu oleh karena terlalu tjondong kepada kekafiran (1Ra 14:1-8). Nabi Jehu djuga memperjuangkan kemurnian agama (1Ra 16:1-4:7) dan radja Ahab jang tidak menuruti perintah Jahwe dikutuk oleh seorang nabi jang tak bernama (1Ra 20:35-43). Nabiah Huldapun melandjutkan garis kegiatan kenabian jang sama (2Ra 22:14- 20). Pentingnja nabi elia dan Elisja' dalam perdjuangan sengit lawan sinkretisme jang bersimaharadjalela tak perlu dipaparkan dengan pandjang lebar.

Djustru nabi2 profesionil, terutama jang disebut diatas, merupakan pendahuluan sedjati dari nabi2 besar jang nubuat2nja terpelihara dalam Kitab Sutji. Chususnja Elija amat mirip mereka. Namun demikian nabi2 besar itu ada tjoraknja tersendiri, sehingga tidak boleh digolongkan kedalam lembaga kenabian tsb. Perbedaanja bukan hanja, bahwa nabi2 jang dahulu tidak terpelihara nubuat2nja dalam tulisan tersendiri, sedangkan para nabi2 jang terachir kurnia kenabian dibarengi dengan kurnia untuk menulis, entah pada mereka sendiri entah pada orang lain, sehingga utjapan2nja tersimpan dalam Kitab Sutji. Adakalanja orang membedakan "nabi2 penulis" dan "nabi2 bukan penulis", perbedaan mana hanja lahiriah belaka. Kelainan, sesungguhnja djauh lebih mendalam. Jang pertama diantara nabi2 "penulis",jakni amos (Amo 7:14) membedakan diri dengan "nabi2" (profesionil) dan "tjanterik2 nabi" (ekstatisi). Dan jang sama kiranja boleh diterapkan pada semua nabi jang tampil dalam kitab para nabi. Mereka itu bukan ekstatisi dan bukan pedjabat kenabian, melainkan charismatisi, jang menerima panggilan chas dari pihak Allah dengan tugas tersendiri. Beberapa diantaranja seperti Jesaja (Yes 6), Jeremia (Yer 1) Jeheskiel (Yeh 2:1-10) Amos (Amo 7:14-15) mentjeritakan panggilannja. apa jang dahulu kadang2 terdjadi dengan nabi2 profesionil, jang diberi tugas chusus oleh Allah (bdk. 1Sa 3:1-14; 2Sa 7:4-6; 1Ra 13:1-5; 20:35-43 dll) masuk ke dalam tjiri hakiki nabi charismatis. Umumnja mereka tidak bernubuat atas permintaan orang (tapi bdk. Yer 42; 38:14; Yeh 8:1; 14:1; 33:31) atau mengenai kesusahan dan persoalan hidup se-hari2 dan se- akan2 pribadi sadja. Mereka menerima tugas resmi guna kepentingan seluruh umat (bdk. Amo 7:15; Yes 6:9; Yeh 2:3), bahkan Jeremia diutus kepada semua bangsa (Yer 1:10). Tugasnja itu sungguh merangkum bangsa2 lain pula, sebagaimana dinjatakan kumpulan2 nubuat lawan bangsa2 kafir (Yes 13:1- 23:18; Yer 46:1-51:23; Yeh 25:1-32:32; Amo 1:3-2:3; Obadja; Namum). Atas perintah Allah dan berkat dorongan rohNja mereka berbitjara didepan umum dan demi untuk kepentingan umum. Adakalanja mereka chususnja bernubuat tentang radja, tetapi radja selaku kepala umat bukan sebagai orang perseorangan sadja. Mereka sendiri sadar akan kedudukannja jang chas itu dan rupa2nja disengaja menghindarkan sebutan "nabi" bagi dirinja, sehingga mereka membedakan diri dengan "nabi2' menurut artikata jang umum didjaman itu. Tugas nabi2 itu tidak ada sangkutpautnja dengan kepentingan2 keduniaan, melainkan dengan kepentingan keigamaan umat Allah seluruhnja melulu. Dasar kurnianja memang sama dengan dasar kurnia kenabian dahulu, jaitu hubungan chusus dan langsung dengan Allah, tetapi dalam pelaksanaan kurnia itu ada kelainan jang tjukup besar tanpa dilupakanlah, bahwa nabi2 Elija dan Sjemuel sudah amat mendekati nabi2 charismatis.

Tugas nabi charismatis pada umumnja ialah: Mendjadi djurubitjara Allah, suara Allah, pada umatnja untuk memperingatakan kepadanja tuntutan2 keigamaan dan tatasusila. Allah Israil kan pentjipta dan pendukung tatasusial dan Dialah Allah jang mahaesa, satu2nja Allah dan tidak menanggung persaingan dewata kafir. Para nabi diutus untuk memperingatkan kepada Israil akibat dan kesimpulan dari pilihannja dari pihak Allah, jang telah mengikat perdjandjian dengan bangsa ketjil ini.

Tetapi perdjandjiaan itu adalah suatu peristiwa dalam sedjarah dan terlaksana oleh sedjarah umat, jang diselenggarakan oleh Allah perdjandjian itu. Karenanja para nabi nampaknja terutama terutama sebagai penafsir sedjarah, sedjarah nasional Israil dan sedjarah internasional, sedjauh bersangkutan dengan sedjarah umat Allah. Sedjarah itu dihadapi para nabi dari segi keigamaan dan kesusilaan. Mereka betul2 sadar dan isxaf, bahwa dibelakang peristiwa2 kenegaraan tangan Allah sedang bekerja serta memimpin. Apa jang kelihatan oleh mata insani ada dasar dan latarbelakang ilahinja jang tak nampak. Para nabi menembusi permukaan untuk membuka dasar ilahinja itu. Sedjarah Israil jang insani adalah sedjarah keselamatan jang dikerdjakan Allah didalamnja. Allah sendirilah jang bertindak dan berbuat didalam peristiwa jang rupanja insani belaka, akan keselamatan umatNja, bahkan akan keselamatan umat manusia seluruhnja. Djustru segi itulah disingkapkan oleh sabda kenabian, sehingga para nabi menghubungkan satu sama lain pernjataan perbuatan dan pernjataan-sabda. Kedua itu lalu melebur mendjadi satu, sehingga peristiwa mendukung sabda kenabian dan sabda itu pada gilirannja membuka rahasia kedjadian. Peristiwa2 politik bagi para nabi mendjadi hukuman atau -atjap kali sekaligus - berkah ilahi; hukuman atas dosa umat atau dosa lawan umat, dan berkah perdjandjian jang mendapat wujud jang njata.

Karenanja para nabi bertumpu pada dan berakar dalam tradisi iman Israil. Sudah barang tentu mereka mendjulang tinggi diatas tingkatan jang umum dan merupakan puntjak didataran. Tetapi mereka tidak terpisah dari umat Allah dan tidak melangkah tersendiri2 sadja. Sebenarnja mereka termasuk kedalam tradisi iman Israil jang djuga dikembangkannja. Iman Israil mempunjai tjorak historis, artinja mengenai peristiwa dan kedjadian jang njata. Memang Israil pertjaja akan Tuhan, tetapi Allah Israil bukan gagasan niskala dan mudjarad, melainkan pribadi jang berbuat sesuatu dan menjatakan diri dengan perbuatan dalam sedjarah. Iman jang terpelihara dalam tradisi itulah jang diambil alih oleh para nabi. Dengan amat tepatnja mereka pernah disebut "suara kalbu Israil", suara rasa keigamaan dan kesusilaan. Lebih dari pada siapapun djua para nabi sadar dan insjaf akan seluruh isi dan segala akibat praktis dari iman Israil itu. Apa jang mereka terima dari leluhur diselami dan diresapkannja sedalam2nja. Dengan tadjam mereka melihat apa jang pernah dibuat dan terus dikerdjakan Allah dan djuga siapa Allah jang berbuat dan bertindak itu. Djustru berkat kehalusan kesadarannja itulah para nabi bukan hanja penjalur iman dan tradisi jang tidak berubah sedikitpun. Ditolong oleh terang Ilahi jang chas para nabi djuga mengembangkan dan memadjukan iman dan tradisi jang hidup. Tanpa meninggalkan apa sadja jang sedjati dari dahulukala, mereka sekaligus menambahkan sesuatu jang baru, landjutan tulen dari jang sudah2. Dengan demikian para nabi bukan hanja pembawa tradisi dan pemelihara iman jang bertumpu pada wahju ilahi, tetapi mereka djuga alat wahju jang baru betul. Tetapi jang baru langsung berkembang dari jang lama, jang dibawah penerangan ilahi dipikirkan dan lalu dipahami se-penuh2nja oleh para nabi.

Didalam arus besar tradisi iman Israil para nabi merupakan suatu aliran ketjil jang mendjadi tulang punggung tradisi umum itu. Sebab sesungguhnja para nabi bukanlah orang jang tersendiri2 sadja. Mereka melandjutkan satu sama lain serta mengembangkan satu sama lain. Jang kemudian bertumpu pada pendahulunja, bahkan ada kalanja dalam tjaranja kabar dibawakan mereka. Tidak demikian halnja, bahwa tiap2 nabi se-akan2 mulai kembali, melainkan kabar nabi jang dahulu diambil alih dan diteruskan oleh nabi jang baru. Dengan demikian para nabi mendjadi satu sungai jang terus mengalir didalam sedjarah Israil, sampai kurnia kenabian lenjap dari umat Allah.

Sebagai penafsir sedjarah adakalanja nabi Israil membitjarakan mengenai masa depan djuga. Memang seringkali nabi dianggap terutama sebagai peramal akan tetapi hanja dalam gabungan seluruh tugasnja hal sedemikian itu kadang2 terdjadi. Dajdi fungsi itu hanja segi tertentu dan bukanlah jang paling penting dari kurnia kenabian. Sebagai djurubitjara Allah nabi per-tama2 menembusi sedjarah aktuil jang sedang berlangsung dimasanja sendiri untuk menjingkapkan segi ilahinja. Tetapi sedjarah itu adalah sedjarah keselamatan dan nabi insaf bahwa keselamatan jang dikerdjakan Allah dalam sedjarah sekarang belum terlaksana, belum sampai djuga. Sebaliknja, keselamatan jang direntjanakan Allah dibahajakan oleh ketidaksetiaan umat. Namun demikian Allah tetap setia pada djandjinja dan karenanja selandjutnja Ia akan bertindak lagi untuk mengembalikan umat kedjalan jang lurus dengan hukuman jang menghasilkan pertobatan, supaja achirnja keselamatan ilahi itu terlaksana. Karenanja para nabi kerap kali berbitjara tentang bentjana2 jang akan ditimpakan Allah kepada umatnja. Bahkan orang mungkin mendapat kesan, bahwa nabi2 umumnja tjukup pessimis, chususnja jang terdahulu. Akan tetapi sebenarnja para nabi optimis, meskipun realis djuga. Mereka tidak menutup mata bagi keadaan jang njata, tetapi mereka mempunjai iman jang tak tergontjangkan akan Allah serta kesetiaanNja. Memang hukuman2 berat didjatuhkan atas Israil, teapi dengan maksud supaja bertobat dan allah lalu dapat melaksanakan rentjanaNja. Harapan itu tak pernah lenjap dari para nabi. Mereka jakin, bahwa setidak2nja sisa Israil akan bertobat lalu diselamatkan. Berdasarkan imannja nabi kadang2 mendapat intuisi tentang masa depan, masa keselamatan. Intuisi jang asasi itu kadang2 digambarkan nabi dengan menggunakan gagasan dan gambaran jang tidak diambil dari intuisi itu, melainkan dari apa jang diketahui nabi setjara lain dan jang sesuai dengan gagasan jang laku dilingkungannja.

Dalam hubungan itulah muntjul nubuat2 masehi. Para nabi adalah pembawa ulung dari harapan Israil jang kuno. Oleh karena sedjarah jang njata belum djuga memenuhi harapan itu atau hanja memenuhinja sebagian sadja, maka pandangan Israil terutama pandangan para nabinja melajang kemasa jang akan datang. Dengan kejakinan mutlak diharapkan turun tangan Allah jang terachir dalam sedjarah umatnja dan bagsa manusia seluruhnja. Entah Allah sendiri, entah seorang utusan Allah achirnja toh akan memenuhi seluruh harapan. Dalam intuisinja itu nabi sesungguhnja membawa suatu kabar bagi jang melampaui masanja sendiri dan karenanja tetap kabur bagi nabi sendiri pula. Ia tahu, bahwa sesuatu jang maha hebat akan terdjadi, tapi tidak tahu bagaimana dan apa jang terdjadi. Maka itu ia menggambarkan intuisinja dengan bahan jang diambil dari lingkungannja jang amat terbatas sambil bertumpu pada keadaan, kedjadian2 dan tokoh2 jang sedjamannja. Dari sebab itu dalam nubuat2 itu amat perlu dibedakan baik2 dua unsur, jakni intuisi asasi dan gambaran pembungkusnja. Kenjataan jang dinubuatkan dapat agak berlainan dari lukisan jang disadjikan nabi, meskipun tjotjok dan serasi dengan intuisi tsb. Nabi pasti tahu akan keselamatan jang terachir, jaitu keselamtan masehi, tetapi ia tidak tahu akan wudjud jang njata. Namun demikian wudjud itupun digambarkannja. Maka dari itu sama seklai tidak tjotjok dengan tjorak nubuat, djika kenjataan masehi melebihi gambaran kenabian. Intuisi asasi dipenuhi seluruhnja tapi gambaran diatasi, oleh sebab lukisan itu terikat pada masa dan lingkungan nabi dalam sedjarah. Itulah sebabnja maka gambaran jang disadjikan masing2 nabi dapat agak berlainan, sedemikian rupa sehingga tidak dapat disesuaikan satu sama lain. Tetapi kelainan itu tidak mengurangi sedikit djuapun kebenaran asasi jang adalah milik bersama para nabi. Perlulah orang ingat akan tjorak nubuat tsb. apabila Perdjandjian Baru menundjukkan kepada nubuat2 jang lama itu se-akan2 terpenuhi dalam diri Jesus dan karjaNja sungguh2 memenuhi intuisi asasi nabi setjara pari-purna, tetapi sekaligus menembusi dan djauh melampaui gambaran dalam mana intuisi itu dibungkus oleh mereka. Karena itulah nubuat2 Pendjandjian Lama sering kali tidak dapat dimengerti, kalau tidak bertolak dari kenjataan Perdjandjian Baru.

Apa jang dikatakan diatas menjatakan se-terang2nja, bahwa para nabi adalah tokoh keigamaan dan kesusilaan. Sebagai pendukung dan penjaga agama jang murni dan tatasusila jang sehat mereka diutus Allah kepada umatNja dan liwat umatNja kepada bangsa manusia seluruhnja. Dengan gigihnja mereka berdjuang, atjap kali hampir2 sendirian sadja, untuk membersihkan agama perdjandjian dari kemerosotan insani. Kerap kali agama Israil sungguh dirusakkan oleh pengaruh kekafiran. Sebenarnja nabi2 tidak djarang turun tangan dalam urusan kenegaraan, tapi maksud-tudjuannja selalu bersifat agamiah belaka. Politikkan seirng2 mengantjam kemurnian agama Jahwe dan hubungan2 diplomatik dengan negeri2 kafir tidak djarang menghantar dewa2 kafir masuk wilajah Jahwe, Allah Israil. Apabila nabi2 menjerang bangsa2 kafir serta mengantjam kepada keruntuhannja, maka bukanlah nasionalisme jang me-luap2 mendorong mereka, melainkan rasa keigamaannja. Bangsa2 itu entah menindas umat Allah entah membahajakan kemurnian agamanja. Dan tidak sedikit nabi toh membuka pintu keselamatan untuk kaum kafir djuga. Pelbagai nabi pun menentang kemerosotan sosial di Israil sendiri, penindasan dan pengisapan dari pihak golongan jang satu terhadap golongan jang lain. Tetapi dasar terachir dari ketjaman itu ialah agama para nabi. Semua orang Israil adalah umat Jahwe, anak Allah jang melindungi jang lemah. Semua sama sadja kedudukan dan haknja. Penindasan sosial achirnja merusakkan agama, hubungan Allah dengan seluruh umatNja. Para nabi tentu sadja tidak bermaksud merobohkan susunan masjarakat, sebagaimana jang dikehendaki Allah. Tetapi djandji2 jang termuat dalam perdjandjian jang diikat Jahwe dengan Israil, teruntukkan bagi semua. Dan tiada seorangpun boleh menghalangi djandji2 itu terlaksana untuk semua. Para nabi pun mempertahankan seluruh Taurat, oleh sebab merupakan pernjataan kehendak ilahi jang harus dilaksanakan manusia. Dahulu beberapa ahli pernah mempertentangkan Taurat Musa serta para imam jang adalah pendukung Taurat, dengan para nabi, se-akan2 mereka tidak peduli akan Taurat. Tetapi pandangan itu keliru sama sekali. Apabila nabi2 sampai mengetjam ibadah mendjadi formalisme belaka atau malahan tachajul sadja. Dalam agama Israil ibadah tanpa tatasusila tidak masuk akal, oleh karena agama itu etis karena Allahnjapun etis adanja. Adakalanja nabi2 berbentrokan dengan para iman, tetapi sebabnja ialah: imam2 itu melalalaikan tugasnja sebagai pendukung tatasusila. Pada dirinja djabatan keimanan dan kurnia kenabian tidak bertentangan satu sama lain, melainkan saling mendukung untuk mempertahankan kemurnian agama dan tatasusila jang bersangkutan. Nabi2 menentang iman2 gadungan seperti mereka melawan nabi2 palsu. Djasa jang terbesar para nabi di Israil ialah menginsafkan kepada bangsa itu, bahwa agama-ibadah dan tata-susila tak terpisahkan.

Sebagai djurubitjara Allah para nabi menjampaikan kabarnja sebagai sabda Allah sendiri. Mereka sendiri insaf, bahwa pesannja berasal dari Allah. Kesadaran itu nampak dalam rumus2 jang lazim dipakai, misalnja: Demikianlah Jahwe bersabda; sabda Jahwe disampaikan kepadaku; itulah firman Jahwe dll. Sabda Tuhan itu kadang2 se-olah2 dipaksakan kepada mereka (Amo 3:8), sehingga tidak dapat ditolak. Dengan sia2 sadja Jeremia berusaha melarikan diri (Yer 20:7-9); bdk. kisah nabi Jona'). Tetapi bagaimanapun djua para nabi sendiri jakin se- kuat2nja, bahwa mereka utusan Allah (bdk. Yes 6:8). Diri nabi sendiri seluruhnja mendjadi suatu "tanda", nubuat jang hidup (bdk. Hos 1-3; Yes 20:3; 8:18; Yer 16; Yeh 4:3; 12:6,11; 24; 24).

Dengan beberapa djalan sabda Jahwe dan kabar jang harus dibawakan dapat sampai kepada nabi. Adakalanja mereka mendapat penglihatan (Yes 6; Yeh 1:2,8; Zak 1-6; Amo 7:8: kemudian dalam apokaliptik djalan itu mendjadi djalan biasa sadja; bdk. Kitab Daniel), atau mimpi dimalam hari (Ula 13:6; Zak 1:8-9), ataupun mereka mendengar suatu suara (Yeh 1:28; 3:13; 10:5; Amo 9:1). Kadang2 mereka disergap oleh ilham ilahi (Yeh 8:1) dengan melihat barang sesuatu dari hidup se-hari2 jang mendapat makna luar biasa bagi nabi (bdk. Amo 8:1-3; Yer 1:11-12; 32:1-44; 18:1-4). Tetapi djalan jang lebih lazim ialah suatu ilham batin, dorongan untuk berbitjara. Atas dorongan dan penerangan ilahi mereka memikirkan imannja serta kedjadian2 jang njata, lalu mereka melihat kebenaran dan kesimpulan daripadanja. Allah mendorong mereka untuk merumuskan dan mengeluarkan buah pikirannja itu, jang menurut kejakinan nabi sendiri sungguh berasal dari Tuhan. Setiap nabi sedjati sadar dan insaf, bahwa ia hanja alat ditangan Allah, meski bukan alat mati sekalipun, sehingga apa jang dikatakan nabi sungguh dikatakan Allah sendiri.

Dalam hal membawakan kabarnja nabi dapat menempuh pelbagai djalan. Adakalanja mereka menggunakan perbuatan lambang (Yes 20:3-4; Yer 27:19; 13), jang merupakan kesukaan Jeheskiel jang chas (Yeh 4:1-6; 12; 4:12-14; 24:15-7). Tetapi djalan jang lebih umum dan biasa ialah setjara lisan. Mungkin bahwa nabi Baruch hanja setjara tulisan sadja menjiarkan kabarnja, mungkin pulalah bahwa beberapa bagian kitab2 nabi lainnja hanja setjara tulisan sadja menjiarkan kabarnja, mungkin pulalah bahwa beberapa bagian kitab2 nabi lainpun hanja setjara tertulis sadja diumumkan, akan tetapi djalan itu sungguh suatu keketjualian. Disana-sini (misalnja Yer 36:4,32) ditjatat, bahwa nabi sendiri menuliskan atau menjuruh tulis nubuat2nja. Tetapi nubuat2 itupun lebih dahulu dibawakan setjara lisan. Demikianpun kiranja terdjadi dengan kebanjakan nubuat semua nabi. Mereka per-tama2 pengchotbah dan bukan penulis atau pengarang. Sudah barang tentu ada beberapa nabi jang sesudah beberapa lamanja mengumpulkan sendiri nubuat2 jang dahulu diutjapkannja dan lebih sering lagi orang lain (murid2 nabi); bdk. Yes 8:16) mengumpulkan dan menjusun nubuat2 nabi, entah selama dia itu masih hidup entah setelah wafat. Beberapa lamanja bahan itu hanja setjara lisan terpelihara berkat ingatan jang kuat. Perlulah orang ingat bahwa para nabi adalah pengchotbah. Mereka berbitjara dalam keadaan tertentu dan kepada orang tertentu. Seringkali tidak ada keterangan tentang suasana dan lingkungan itu, sehingga atjap kali nubuat tjukup kabur dan sukar dimengerti. Kerap kali nabi menjindir keadaan, peristiwa atau orang tertentu, jang bagi kita sama sekali tidak terang. Tetapi djika kesemuanja itu mendjadi djelas, nistjaja nubuatpun tambah djelas.

Djadi nubuat2 jang dibawakan nabi setjara lisan kemudian terkumpul dan tersusun dalam kitabnja, atjap kali oleh orang lain. Dalam menjusun bahannja para penghimpun menuruti asas2 jang seringkali bukan asas seorang pengarang moderen. Kadang2 mereka menghimpun bahan jang mengenai hal jang sama (misalnja nubuat tentang bangsa2 kafir; Yes 13:1-23:18; Yer 46:1-51:64; Yeh 25:1- 32:32), atau menjusun bahannja sedemikian rupa, sehingga ada keseimbangan antara nubuat tentang bentjana dan nubuat mengenai keselamatan (Kitab Micha), tetapi djarang disusun menurut urutan nubuat2 dalam waktu. Adakalanja sudah ada kumpulan2 ketjil jang achirnja masuk kedalam kitab terachir (bdk. Yer 3:9; 30:4; 46:1; Yes 1:1). Terdjadi pula, bahwa nubuat2 salah seorang nabi digandingkan dengan nubuat2 nabi2 lain (Tjontoh jang djitu ialah kitab Jesaja), atau diselipkan kemudian dalam kitab jang sudah selesai disusun. Adakalanja kemudian lagi bagian2 ditambahkan oleh orang lain. Sebab nubuat2 nabi bukanlah barang mati, melainkan direnungkan, dipikirkan dan kadang2 disesuaikan dengan keadaan baru dan dengan demikian dirobah sedikit atau diberi keterangan.

Kesemuanja itu mengakibatkan, bahwa kitab2 nabi tidaklah gampang dibatja. Tetapi mahapentinglah orang ingat akan tjaranja kitab itu terdjadi. Tiap bagian adalah sebuah "chotbah", lebih kurang pandjang (kadang2 beberapa ajat sadja) jang harus dimengerti sebagai suatu kesatuan tersendiri. Umumnja orang dapat membedakan empat unsur dalam kitab2 para nabi. Memang tidak semua unsur terdapat dalam semua kitab, tetapi dalam banjak kitab terutama jang lebih besar, diketemukan kembali. Unsur jang merupakan kechasan nabi ialah "firman Jahwe". Atjap kali nabi hanja mengutip sadja apa jang dikatakan Jahwe. Itu selalu ditundjuk dengan rumus: Demikianlah Jahwe bersabda... dan ditutup dengan rumus: Itulah sabda Jahwe. Karenanja bagian2 itu umumnja mudah dikenali. Firman Jahwe itu kadang2 pendek dan padat, kadang2 lebih pandjang. Disamping itu ada bagian dimana nabi sendiri berbitjara sebagai penchotbah untuk membentangkan pikirannja sebagaimana atas ilham Ilahi muntjul dan bergelora dalam hatinja. Isi chotbah itu bermatjam- ragam, antjaman, nasehat, petundjuk, adjaran dll. Dan ada djuga bagian dalam mana nabi sendiri menteritakan halihwal kehidupannja, baik batin maupun lahuir (Yes 6; Yer 1:4-6; 20:7-18; Hos 3). Adakalanja orang lain (penghimpun kitab?) mengisahkan hal-ihwal nabi (Amo 7:10-17); Hos 1:2-8; Yes 20:1-6; Yer 19:1-20:8; 26:1-24 dll.) Dalam bagian2 ini kerap kali dikutiplah firman Jahwe atau chotbah nabi. Achirnja ada bagian2 lain lagi dalam kitab para nabi, jang berupa lagu jang bermatjam-ragam. Ada lagu ratap, lagu edjekan, lagu pudji; ada doa dll. Adakalanja pelbagai djenis kesusteraan bertjampur-baur dan tidak gampang digolongkan.

Banjak bagian dan nubuat kitab para nabi berupa sandjak. Orang dapat melihat, bahwa pada umumnja persandjakkan itu lama-kelamaan berkurang. Nabi2 jang lebih dahulu menggunakan hanja gaja sastera itu, tetapi jang kemudian mulai memakai prosa djuga prosa se-mata2. Persandjakan Hibrani ada undang2 dan patokan2nja sendiri, jang belum diketahui seluruhnja. Namun demikian tidak dapat disangsikan para nabi umumnja suka akan djenis kesusasteraan itu, meskipun tidka selalu pasti apakah salah satu abgian berupa sandjak atau itu, meskipun tidak selalu pasti apakah salah satu bagian berupa sandjak atau prosa sadja. Penterdjemah kadang2 memilaih sajda entah jang satu entah jang lain. Daja puetis memang tidak sama pada semua nabi. Ada jang berbakat luhur dan ada jang berbakat rendah. Persandjakan itupun mengakibatkan, bahwa nubuat2 tidak selalu gampang dibatja. Tetapi umumnja boleh dikatakan, bahwa puesi agak sukar, sehingga para nabi Israil bukan suatu keektjualian. Maka itu perlu nubuat2 dibatja dan dipelajari dengan perhatian jang sewadjarnja. Lalu orang kiranja sampai menikmati puesi Hibrani djuga, kalaupun dalam terdjemahan memang banjak dari kekuatan aselinja hilang.

Kitab para nabi memang kitab dari Perdjandjian Lama, sehingga mungkin orang bertanja apakah gerangan gunanja bagi kita jang hidup didjaman perdjandjian baru. Sudah barang tentu kitab itupun mentjerminkan tahapan wahju ilahi tertentu sadja. Karenanja kitab para nabi, seperti Perdjandjian Lama seluruhnja, menundjuk kepada diri Jesus Kristus dan perdjandjian baru. Namun demikian perbuatan2 nubuat2 itu tidak hanja berguna sebagai persiapan sadja dan sebagai saksi penjelenggaraan ilahi adjaib jang memimpin sedjarah menudju kedjaman terakhir. Banjak adjaran para nabi terus berlaku dan dengan rupa jang sama tidak terdapat dalam Perdjandjian Baru jang selalu mengandaikan Perdjandjian Lama. Demikian misalnja tekanan atas Allah jang mahaesa, jang mahakuasa, mahaadil, jang memimpin seluruh sedjarajh umat manusia. Dalam kitab itu kitapun masih terus dapat menimba pengetahuan tentang Tuhan itu; nabi2 terus mengadjar bahwa iman tanpa amal sesungguhnja iman jang mati dan tak berguna. Iman para nabi adalah dasar iman kita. Para nabi merupakan pendorong suatu tradisi jang bergerak madju, dan tradisi itu kita butuhkan djuga. Tanpa mengetahui kitab para nabi orang tidak mengetahui Perdjandjian Lama dan tidak mengetahui imannja sendiri. Maka dari itu nubuat2 jang lama itu dapat terus hangat bagi kita, mungkin lebih hangat dari pada bagi umat Allah perdjandjian lama, oleh sebab kita dapat mengerti intisari kitab para nabi ialah nabi terachir lagi terbesar, jaitu Jesus Kristus jang dengan kabur dinubuatkan para nabi.

Baiklah kiranja kami sadjikan disini daftar para nabi bersama dengan djaman mereka tampil. \= AMOS l.k. 760-750 Hosea l.k 759-725 Micha 745-697 Jesaja 740-700 Sefanja 630-622 Jeremija 626-585 Habakuk 625-586 Nahum 614 Jeheskiel 597-580 Obadja 520 Hagai 520 Zakarja 520 Maleachi 520-480 (450-430) Joel 500? Baruch 200? Daniel 160 \+ Untuk hal2 terperintji lihatlah kata pendahuluan masing2 Alkitab.

(0.28608671428571) (Yes 2:3) (ende: Dari Sion keluarlah adjaran...dst.)

jakni adjaran keigamaan dan susila jang benar dan jang akan diterima bangsa2 kafir. Walaupun tidak dikatakan bagaimana adjaran itu akan keluar dari Jerusjalem, namun kiranja si nabi berpendapat oleh orang tertentu, seorang nabi jang sebagai utusan Jahwe membawakan adjaran itu. Tidak sulit lalu untuk mengerdjakan, bahwa harapan itu terpenuhi se-penuh2nja oleh Jesus.

(0.28608671428571) (Yes 16:4) (ende: si penindas)

ialah kiranja radja Asjur jang menindas Juda. Ia akan lenjap dari situ, sehingga Juda dipulihkan serta diperintahkan oleh seorang radja jang adil dari wangsa Dawud, jang dipelihara kerelaan Jahwe.

(0.28608671428571) (Yeh 20:35) (ende: gurun kaum2)

istilah sedjadjar dengan "gurun negeri Mesir"(aj.36)(Yeh 20:36). Gurun itu ialah gurun di Syriah. Dengan demikian pengungsian bangsa Israil dari Mesir disedjadjarkan dengan keluarganja dari pembuangan Bebal. Jang djahatpun dihantar keluar tapi akan dihukum, seperti dahulu bangsa Israil jang bersungut2 dihukum dipadang gurun.

(0.28608671428571) (Yeh 39:21) (ende)

Penutup ini bukan penutup nubuat tentang Gog (Ps. Yeh 38:1-39:20) melainkan penutup kumpulan nubuat2 lain perihal keruntuhan dan keselamatan Israil, jakni pulangnja dari pembuangan.

(0.28608671428571) (Dan 1:1) (ende)

DANIEL

PENDAHULUAN

Kitab Daniel memperkenalkan kita dengan tokoh jang bernama demikian. Kitab itu sedikitpun tidak menjatakan telah ditulis oleh Daniel sendiri. Betul beberapa petilan disusun dalam bentuk orang kesatu, sehingga merupakan sebangsa kutipan dari apa jang dikisahkan Daniel, tetapi toh dibingkaikan dengan pengantar- pengantar singkat dalam bentuk orang ketiga (7,1-2;10,1), sehingga oleh karenanja orang lain djugalah, jang menuliskan petilan-petilan tsb. Tokoh Daniel dikemukakan sebagai seorang buangan Juda, jang dalam umur muda belia diangkut radja Nebukadnezar ke Babel. Disana ia dididik bersama-sama dengan beberapa pemuda lainnja untuk pelajanan diistana. Daniel dan kawan-kawannja ternjata setia kepada Taurat Jahudi, dan penuh kepertjajaan pada Allah mereka. Untuk itu chususnja Daniel dianugerahi kurnia kebidjaksanaan jang luar biasa (pasal 1). Daniel ternjata mengatasi semua tjerdik-pandai Babel dalam hal kebidjaksanaan, dengan tidak hanja dapat mentakbirkan mimpi radja, tetapi djuga mengetahuinja tanpa pemberitahuan sedikitpun dari pihak radja. Terpesona karena itu, Nebukadnezar lalu mengaku Allahnja Daniel dan memberi kan djabatan-djabatan jang tinggi kepada Daniel dan kawan-kawannja (pasal 2). Didalam djabatan itu Azarja, 'Anania dan Misael mendapat udjian jang berat. Nebukadnezar mendirikan sebuah patung raksana dan pada pentahbisannja semua pendjawat tinggi harus turut-serta dalam upatjara itu. Karena kejakinan batin maka ketiga pendjabat Jahudi itu menolak untuk turut-serta dalam pemudjaan berhala. Mereka didakwa dan ditjemplungkan kedalam tungku api. Tetapi mereka tertolong setjara adjaib. Hal itu mendorong Nebukadnezar untuk mengakui lagi Allah Israil (pasal 3,1-(97)). Lagi-lagi Daniel tampil sebagai pentakbir mimpi dihadapan Nebukadnezar, dan dengan berpegangan itu ia lalu menubuatkan penjakit djiwa jang akan diderita radja, tetapi radja akan sembuh daripadanja. Seperti dinubuatkan, demikianpun terdjadi. Didalam surat kepada rakjatnja radja sendiri memberi laporan tentang seluruh peristiwa itu dan mengakui lagi Allahnja Daniel (3,31-4,34). Didalam pemerintahan putera dan pengganti Nebukadnezar, jaitu Baltasar, Daniel tampil lagi diistana. Ditengah djamuan besar tamoaklah huruf-huruf jang adjaib didinding. Hanja Daniellah jang sanggup membatja dan menerangkan tulisan itu. Keterangannja memuat sebuah nubuat tentang runtuhnja keradjaan Babel, jang dilaksanakan pada malam itu djua (pasal 5). Dalam pemerintahan radja jang pertama dari wangsa baru, jakni Darios dari Media, Daniel masih bertugas diistana. Karena irihati rekan-rekannja ia dituduh melanggar titah radja, jaitu bahwa sebulan lamanja orang tidak boleh mendjembah ilah manapun djua selain radja, titah mana tidak dapat dipenuhi oleh orang Jahudi jang mursjid karena kejakinan batin. Sesungguhnja tidak menurut kehendak radjalah, Daniel dilemparkan kedalam lubang-kurungan singa, supaja dimakan binatang-binatang itu. Ia tertolong setjara adjaib, dan lawan-lawannja mengalami nasib jang direntjanakan mereka sendiri terhadapnja. Orang kafir lalu mengakui Allahnja Daniel (pasal 6). Daniel tetap dalam djabatannja diistana radja djuga dalam pemerintahan pengganti Darios, jakni Cyrus, orang Parsi. Sampai fengan tahun ketiga pemerintahan Cyrus itu Daniel masih tampil (10,1). Selama seluruh masa djabatannja diistana Daniel mendapat pelbagai penglihatan djuga, jang memenuhi bagian kedua kitab itu. Tentang achir hidupnja tidak diberitahukan sedikit djuapun

Diluar keterangan-keterangan dari kitab itu sendiri tidak ketahuan sedikit djuapun tentang Daniel. Dalam kitab Jeheskiel betul disebutkan seorang orang jang bernama Daniel (sebenarnja: Danel) (14,14-20;28,3), agaknja seorang bidjaksana jang tersohor dari djaman kuno; tetapi orang tsb. sedikit atau sama sekali tidak ada sangkut-pautnja dengan tokoh kitab Daniel. Danielnja (Danel) Jeheskiel rupa-rupanja ada hubungannja dengan tokoh mythologi jang senama, jang diketahui dari dokumen2 kena'an (Ras-Sjamra, Ugarit), tokoh setengah dewa. Tetapi usaha untuk meng-hubung2kan tokoh tersebut dengan tokoh kitab Daniel, tetaplah tidak beralasan. Dengan menggunakan dokumen2 lainnja, entah Kitab Sutji entah keterangan2 diluarnja, tidak dapat disoroti lebih landjut tokoh Daniel itu.

Tempat kitab Daniel didalam keseluruhan Kitab Sutji berlainan didalam naskah2 Hibrani dan didalam naskah2 terdjemahan Junani. Didalam Kitab Sutji Hibrani kitab itu tidak termasuk dalam koleksi nabi2, melainkan mendapat tempat dibagian terachir kanon diantara naskah2 lain jang amat berlainan tjoraknja. Tempatnja dibelakang Pengchotbah dan Lagu2 Ratap dan didepan Esra-Nehemia. Tetapi tidak djelaslah, apakah itu tempatnja jang aseli, karena ada saksi2 jang mengenal urutan lain. Dalam terdjemahan Junani (Septuaginta) dan dalam terdjemahan Latin Vulgata, Daniel tergolong dalam nabi2 dan adalah jang terachir dari keempat nabi besar. Apa sebab-musababnja perbedaan tempat itu, tidaklah djelas. Mungkin itu bergandingan dengan terdjadinja daftar resmi kitab2 sutjij, jang sedjarahnja tetap sangat kabur. Tetapi dari perbedaan itu tidak boleh ditarik terlalu banjak konklusi, mengenai terdjadinja kitab itu atau tjoraknja.

Perbedaan lain antara teks Hibrani dan teks Junani ialah bagwa teks Junani bebeda besar dari teks Hibrani. Ini berlaku bagi seluruh Kitab, sehingga teks Junani (Septuaginta) rupa2nja bukan terdjemahan teks Hibrani, jang kita miliki sekarang, tetapi bersandarkan teks aseli jang amat berlainan. Bagaimana perbedaan itu harus diterangkan, tidaklah begitu mudah. Lagipula teks Junani itu djauh lebih pandjang. Didalamnja terdapatlah dalam pasal 3 sesudah ajat 24 tambahan jang pandjang, jakni dua lagu (3,24-45.52-90), jang diselingi dengan berita singkat dalam bentuk prosa (3,46-51). Mengenai berita tersebut djelaslah, bahwa dalam teks Hibrani jang aseli mestilah terdapat hal serupa, karena kisah dalam bentuknja sekarang ini betul tidak muat, tapi toh mengandaikan peristiwa sematjam itu. Djuga lagu2 itu tidak dapat tidak aselinjapun ditulis dalam bahasa Hibrani, tapi teks itu tidak sampai kepada kita. Rupa2nja kita berhadapan dengan tambahan2 belakangan dalam kitab aseli Daniel. Kitab aseli tiu kiranja mengenal dua terbitan, jaitu jang satu pendek, seperti terdapat dalam naskah2 Hibrani sekarang; dan jang lain pandjang, janag terpaelihara dalam terdjemahan Junani. Lagipula terdjemahan Junani itu mengenal tiga kisah pada achir kitab, jakni "Daniel dan Susana", "Daniel dan Bel" dan "Daniel dan naga". Dalam terdjemahan Junani Theodotian kisah pertama, jang mengenai masa muda Daniel, ada pada awal kitab, sedangkan dalam Septuaginta dan terdjemahan Latin ketiga2nja ditempatkan pada achir kitab sebagai sebangsa lampiran. Itupun terpisah dengan djelasnja dari kitab dengan anakdjudul2 tersendiri. Walaupun hanja terpelihara dalam bahasa Junani, namun2 kisah2 tersebut aselinja ditulis dalam bahasa Hibrani (atau Aram). Pastilah pula tambahan2 itu adalah tambahan pada kitab Daniel jang aseli. Asal tambahan2 tersebut, jang mengenai sifat dan tjiraknja sesuai dengan bagian pertama kitab itu, adalah kabur. Oleh orang Jahudi dan Geredja2 Kristen bukan-Katolik semua tambahan tersebut tidak digolongkan dalam Kitab Sutji. Namun demikian, petilan2 itupun oleh orang2 Jahudi (paling tidak diluar Palestina) diterima sebagai Kitab Sutji, sebagaimana ternjata dari terdjemahan2 Junani. Djuga oleh pengarang2 Kristen kuno diakui sebagai Kitab Sutji, karena petilan2 itu dikutip dan digunakan mereka sedjak abad2 pernmulaan sebagai sabda Allah.

Dua bahasa jang digunakan dalam kitab Daniel merupakan persoalan, jang masih belum mendapat pemetjahan jang memuaskan. Soalnja bukannja mengenai teks Hibrani dan petilan-petilan jang hanja terpelihara dalam terdjemahan-terdjemahan Junani, melainkan mengenai teks dalam naskah-naskah Hibrani itu sendiri. Sebab teks itu sendiri atas bagian jang ditulis dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a; 8-12) dan bagian lain jang ditulis dalam bahasa Aram (2,4b-7,28). Dan soalnja disini bukanlah, seperti halnja dalam kitab Esra, tentang dokumen-dokumen, jang ditulis dalam bahasa Aram dan sebagian daripadanja disalin dalam bahasa Hibrani; ataupun kitab itu sudah sedjak permulaan disusun dalam kedua bahasa itu. Kemungkinan- kemungkinan itu mempunjai penganut-penganutnja diantara para ahli. Mereka jang berpendapat, bahwa jang aseli itu adalah Hibrani, harus menerangkan mengapa sebagian diterdjemahlan. Mereka lalu mengirakan, bahwa itu dilakukan d\supaja kitab itu dimasukkan dalam daftar kitab-kitab sutji. Tetapi tidak ada bukti satupun, bahwa bahasa Aram pernah dianggap tidak tjukup sutji untuk Kitab Sutji. Dan lagi: mengapa gerangan hanja sebagian sadja diterdjemahkan? Dari teks Aram itu sendiri tidak dapat dibuktikan, bahwa itu adalah suatu terdjemahan. Bahwasannja kedua bahasa itu aseli, djuga tidak dapat diterima tanpa keberatan, tapi toh merupakan dugaan jang paling memuaskan. Kesukarannja ialah: mengapa si pengarang ditengah-tengah tjeritanja (2,4a) beralih kebahasa lain dan chususnja mengapa ia berganti bahasa sesudah pasal 7, jang toh erat gandingannja dengan pasal 8, jang disusun dalam bahasa Hibrani. Bahwasannja si pengarang mengira, bahwa orang-orang Babel kuno berbahasa Aram dan oleh karenanja ia menulis djawaban orang-orang Chaldai dalam 2,4b dan berikutnja dalam bahasa tsb., mudahlah diandaikan tetapi tidak begitu mudah dibuktikan supaja dapat diterima. Dengan itupun samasekali tidak diterangkan, mengapa ia sampai pasal 7 memakai bahasa tsb. untuk kemudian segera beralih lagi kebahasa Hibrani dan bagian pertama dari karya tersendiri dari pengarang jang satu dan sama djua. Satu dalam bahasa Aram (1-7 atau mungkin 2-6) dan satu lagi dalam bahasa Hibrani (7-12). Kemudian kedua kitab itu didjadikan satu, dan dalam pada itu prakatanja (1,1- 2,4a) diterdjemahkan dalam bahasa Hibrani dan bagian pertama dari karya Hibrani (7) disalin dalam bahasa Aram. Atau djuga, menurut ahli-ahli lain lagi: si pengarang mulai menerbitkan karyanja dalam bahasa Aram (2-7) dan kemudian beralih kebahasa Hibrani untuk melandjutkan kegiatan sasteranja dalam bahasa tsb. (8-12). Peralihan dapat diterangkan dari hidupnja kembali nasionalisme dan djiga karena hal-hal seperti jang diperbintjangkan dalam pasal 2 dan 7 itu agaknj kurang lajak ditulis dalam bahasa, jang diketahui umum. Ketika achirnja seluruh karya itu disatukan, si pengarang menulis prakata dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a) akan ganti prakata jang semula dalam bahasa Aram atas peristiwa jang ditjeritakan dalam pasal 2. Ini sudah barang tentu suatu pengandaian jang tjerdik, tetapi tidak lebih dari itu pula. Dengan tjara jang agak berlainan hipotese jang sama itu dikemukakan begini. Pasal 7-12 adalah karya jang sudah ada dari djaman jang lebih dahulu. Seorang pengarang lain mulai menulis tjerita- tjerita tentang Daniel dalam bahasa jang umum pada waktu itu, jaitu bahasa Aram, dan lalu mendjilidkannja. Karya itu hendak dilengkapinja dengan kitab Hibrani tersebut diatas. Kitab tsb. hendak diterdjemahkannja dalam bahasa Aram seluruhnja dan memang ia sudah menjalin bagian pertama dalam bahasa Aram (7). Tetapi kemudian dianggapnja terdjemahan itu, entah karena alasan apa, tidak mungkin atau tidak pada tempatnja lagi. Karena itu sisa teks itu diambilnja begitu sadja. Pada penerbitan seluruh karya itu, entah karena alasan apa, tidak mungkin arau tidak pada tempatnja lagi. Karena itu sisa teks tiu diambilnja begitu sadja. Pada penerbitan seluruh karya itu ditulisnja (atau diterdjemahkannja) prakata dalam bahasa Hibrani (1,1-2,4a). Kemungkinan jang ketiga, jaitu teks, jang aselinja Hibrani dengan terdjemahan untuk sebagian dalam bahasa Aram, oleh banjak ahli dianggap mungkin dan dapat diterima. Tapi alasan-alasa jang menjakinkan tidaklah dapat dikemukakan, mengapa sebafian sadja diterdjemahkan dan karena alasa apa dibuat peralihan ditempat hal itu menurut kenjataannja terdjadi. Achiru'l kata haruslah dikatakan, bahwa tiap-tiap pemetjahan tetap mangandung banjak ketidak-tentuan dan kesulitan.

Kitab itu sendiri terdiri atas dua bagian, jang dari satu sudut kuat gandingan, baik itu sendiri-sendiri maupunsatu sama lain, tapi dari lain sudut toh mengandung inkonsekwensi jang tidak sedikit dan malahan pertentangan- pertentangan. Bagian pertama (1-6) muat enam buah tjerita tentang tokoh utama kitab itu serta kawan-kawannja. Tjerita itu hampir sama dudunannja. Daniel (atau ketiga kawannja) diudji karena kejakuna keigamaan mereka. Tiap-tiap kali mereka tertolong dari kesukaran dengan tjara jang sedikit banjak adjaib. Hal itu mendorong radja (orang-orang kafirO untuk mengakui Allahnja Daniel (2,19;2,48;5,27;6,29) dan kawan-kawannja (3,30) ditinggikan. Selalu ditundjukkan, bahwa kebidjaksanaan Daniel, suatu kurnia dari Allah, djauh mengatasi kesanggupan djuru-djuru hobatan dan ahlunnudjum. Bagian kedua (7,12) terdiri atas empat buah penglihatan, jang didapat Daniel dalam hidupnja - tanggalnja tiap-tiap kali disebutkan. Seperti tjerita-tjerita itu, penglihatan- penglihatanpun amat sedjadjar. Ada sematjam susunan pilihan didalamnja. Sesudah dalam pasal 2 seakan-akan diberikan suatu pendahuluan singkat tentang empat keradjaan sedjagat, maka thema tsb. dikemukakan lagi dalam pasal 7 didalam bentuk lain dan djuga diperluas dalam pasal 8. Pasal 9 lalu lebih menundjukan perhatiannja jang chusus kepada jang keempat dari keempat keradjaan sedjagat itu, dengan lebih terperintji. Masa sedjarah itu lalu dalam pasal 10 mendjadi pokok perhatian jang satu-satunja. Dalam pasal 11-12 hal itu dilukiskan sampai peristiwa-peristiwa jang ketjil-ketjil. Diantar bagian pertama, tjerita-tjerita itu, dan bagian jang kedua, penglihatan-penglihatan, disamping susunan jang serupa itu, masih ada gandingan jang djauh lebih erat. Sebab thema jang umum menundjukkan kesaman jang mentjolok, kendati dalam bentuk jang samasekali berlainan. Dalam bagian pertama Daniel (dan kawan-kawannja). Tiap-tiap kali pahlawan-pahlawan itu diselamatkan oleh tjampurtangan Allah setjara adjaib, jang kekuasaannnja dan kekedjamannja bertimbal-balik, dan jang ganti-menggantikan setjara berturut-turut. Adapun jang terachir daripadanja melantjarkan pengedjaran terhadap orang-orang sutji Allah dan terhadap kekuasaanNja. Dengan tjampurtangan surga jang tiba-tiba dari pihak Allah musuh itu dipunahkan, orang- orang sutji diselamatkan dan keradjaan Allah ditetapkan. Djuga dalam bagian pertama musuh-musuh para pahlawan tidak djarang dihukum. Musuh-musuh itu ditelan njala api dari tungku (3,47) atau dilemparkan didepan singa (6,25) dan Baltasar sipenghodjat malahan dibunuh. Pasal 2 dengan mimpinj tentang lambang keempat keradjaan itu berdjalan sedjadjar dengan penglihatan Daniel kadang-kadang malahan sampai terperintji. Dan demikianlah kedua bagian itu digandingkan dengan amat eratnja. Bahwasannja tjerita-tjerit tersendiri dari bagian pertama itu toh ada sangkut-pautnja, terbukti lebih dari tjukup dengan gaja bahasa dan tjara pengolahan jang sama. Apa jang dikatakan dalam 4,5 tentang Daniel, jang sudah dikenal oleh radja, mengandaikan pasal 2. Kedudukan Daniel selalu sama (2,48;4,6;5,11). Tanpa pasal 1-4 maka 5,11-12 tidak dapat dimengerti; djuga 5,18-20 mengandaikan pasal 4. Pasal 3 mentjeritakan suatu kedjadian berkenaan dengan Anania, 'Azarja dan Misael, jang diperkenalkan kepada para pembatja dalam 2,6-8; dalam 2,17-18 mereka sudah diikut-sertakan dalam tjerita itu. Nama Babelnja Daniel selalu tetap sama (2,26;4,6;5,12) dan ungkapan jang aneh itu "roh sutji dewata" kembali berulang-ulang (5,5-6.11.14). Tetapi sebaliknja dapat ditundjuk pula pelbagai hal jang tak konsekwen. Pertobatan berulang-ulang dari Nebukadnezar (2,47;3,15.28-29.23-27) gandjil rasanja, karena radja, kendati itu, toh tetap sama djua. Daniel, jang diangkut oleh Nebukadnezar dari Palestina, harus mendapat didikan tiga tahun lamanja sebelum ia bertugas dihadapan radja. Namun demikian, dalam tahun kedua pemerintahan radja tsb. ia sudah melakukan tugas itu (1,18-19;2,1). Sesudah ia berada diistana dalam pemerintahan Nebukadnezar, namun Daniel tidak dikenalnja dalam 2,25-27. Menurut 2,17 Daniel sudah berada didekat radja dengan perantaraan Arjok, tetapi, kendati itu, dalam 2,24-25 ia harus dipersuakan oleh Arjok itu djuga berkenaan dengan perkara jang sama. Djika Danuel mendjadi tokoh utama dalam pasal, maka dalam pasal 3 ia tidak memainkan peranan samasekali. Kata "Chaldai" dalam 1 lain artinja dengan kata tsb. dalam pasal 2. Untuk "malaekat" dalam pasal 4 dipakai istilah "pendjaga sutji", istilah mana asing pada pasal-pasal lainnja. Hanja pasal 9 mengenal nama Jahwe, jang tidak terdapat lagi dalam seluruh kitab itu. Pasal 4 disusun dalam bentuk surat, jang dikatakan berasal dari Nebukadnezar; dan pasal 7 terdiri atas beberapa petilan jang simulai dengan rumus jang sama (7,9.14) dan disusun dalam bentuk laporan. Djika dalam pasal 6 kisah sudah mandju, menurut urutan waktu jang tepat, sampai radja Darios, maka dalam pasal 7 kisahnja kembali kekeruntuhan Babel lagi.

Kenjataan-kenjataan jang aneh ini menimbulkan pertanjaan: Bagaimana kitab itu terdjadi? Karena besarnja kesatuan seluruh kitab itu, agaknja haruslah diterima, bahwa kitab itu berasal dari pengarang jang satu dan sama djua dan disusun sebagai suatu kesatuan. Tetapi karena perbedaan dan hal-hal jang tak konsekwen itu, agaknja hal itu tidak mungkin. Untuk menerangkan semuanja itu, rupa-rupanja irang mesti menerima, bahwa tjerita-tjerita pasal 1-6 (atau mungkin 2-6) itu aselinja berdiri sendiri-sendiri, walaupun dari tangan pengarang jang sama. Baru kemudian dikumpulkan dan mungkin pula diolah kembali mendjadi suatu keseluruhan, boleh djadi dengan tambahan pasal 1. Si pengarang mula-mula menjiarkannja sebagai sebangsa "tjerita pendek" dan kemudian mendjilidkannja sendiri. Penglihatan-penglihatan itupun mula-mula berdiri sendiri-sendiri, tapi tidak djelaslah apa itu sedjak permulaan diterbitkan dalam suatu pengolahan sastera jang disengadja, jang tiap-tiap kali mendjadjikan lagi kepada pembatja dalam bentuk jang lain thema jang sama itu dengan tiap-tiap kali tambahan dan perluasan jang ketjil-ketjil. Dengan demikian si pembatja dibawa dari kesan umum jang pertama, jang merangsang keinginan-tahunja, kepengertian jang lebih terperintji dari thema itu. Djadi, penglihatan-penglihatan itu tiap-tiap kali mengenai perkara jang sama. Oleh karena parelelisme antara mimpi Nebukadnezar dengan penglihatan-penglihatan itu, haruslah peleburan penglihatan-penglihatan dengan tjerita-tjerita itu djuga datang dari tangan pengarang jang sama, jang mungkun pula ketika itu baru menambahkan pasal 2. Djadi, dalam kitab Daniel kita berhadapan tidak begitu sadja dengan kumpulan jang berlainan unsur-unsurnja, tapi dengan kitab sesungguhnja, jang tidak hanja disusun tapi djuga ditjiptakan sebagai suatu kesatuan, kendati dengan menggunakan unsur-unsur jang masing- masing berdiri tersendiri.

Dengan sendirinja timbullah pertanjaan, siapa gerangan pengarangnja dan didjaman mana ia telah menjusun karyanja. Pendapat klasik ialah bahwa tokoh utama kitab itu, jaitu Daniel, adalah djuga pengarangnja dan bahwa oleh karenanja kitab itu ditulis dalam pembuangan, antara tahun 587 dan 538. Tetapi pendapat itu tidak banjak pendukungnja lagi. Seperti telah dikatakan diatas, kitab itu sendiri tidak menjatakan ditulis oleh Daniel. Lagipula kitab itu menggunakan agak banjak kata asing, baik dalam bagian Hibrani maupun mbagian Aram, jaitu baik kata-kata Parsi maupun Junani. Nah, pengaruh Parsi baru kelihatan sesudah tahun 538, sesudah Babel direbut oleh Cyrus. Pengaruh Junani baru mulai terasa didjaman Parsi belakangan. Tetapi ada pul kata-kata (nama alat-alat musik dalam pasal 3), jang beberapa dari antaranja baru terdapat dalam bahasa Junani Arestoteles dan Plato. Karena itu haruslah kitab tsb. ditulis paling tidak didjaman Junani, jaitu sesudah tahun 300. Tetapi bilamana didjaman Junani itu? Ada ahli jang mengukuhi tanggal sekitar tahun 300. Tetapi kebanjakan ahli berpendapat, bahwa mereka dapat membuktikan, jang kitab itu baru ditulis dalam pemerintahan Antiochus I Epifanes (175-164 163). Djalan pikiran mereka begini. Didalam seluruh kitab, chususnja dalam pasal 2 dan didalam penglihatan-penglihatan, jang memperbintjangkan keempat keradjaan sedjagat itu, perhatian jang terbesar ditudjukan kepada keradjaan jang keempat, jaitu keradjaan Junani. Didalamnja tampillah radja tertentu kedepan. Dalam Dan. 11 sedjarah, kendati tanpa menjebutkan nama-nama, dilukiskan begitu terperintji, sehingga pastilah bahwa radja jang fasik itu memang adalah Antiochos epifanes. Sekalipun nubuat-nubuat jang sesunggunhnja mungkin, agaknja setidak-tidaknja mungkinlah, djika bukan pasti, bahwa si pengarang menjaksikan dengan matakepala sendiri kedjadian- kedjadian itu, dan oleh karenanja ia hidup dan menulis dalam pemerintahan Antiochos. Tetpi tentang keruntuhan Antiochos dalam 11,40-45 si pengarang bertutur begitu rupa, sehingga djelaslah hal itu masih terletak dikemudian hari dan adalah nubuat jang sebenarnja. Sebab didalamnja terletak dikemudian hari dan adalah nubuat jang sebenarnja. Sebab didalamnja ia tetap samar-samar dan menggunakan gambaran-gambaran, jang pada para nabi hampir-hampir mendjadi rumus tetap. Djadi dapatlah disimpulkan, bahwa kitab itu terdjadi dalam tahun 164. Karena si pengarang ternjata tidak menjaksikan pula, bahwa para Makabe merebut kembali baitullah dan mentahbiskannja lagi, maka kiranja kitab itu terdjadi sebelum Desember tahun 164, jaitu tanggal pentahbisan baitullah. Tetapi ada ahli-ahli chususnja ahli-ahli Katolik, jang berpendapat, bahwa kitab ini bertanggal lebihtua dan dalam keseluruhannja muat nubuat-bubuat jang sesungguhnja. Nubuat-nubuat itu kata mereka diolah kembali didjaman Antiochos menurut kenjataan-kenjataan, djuga disesuaikan dengannja. Tentu sadja hal itu mungkin, meskipun tidak begitu mudah membuktikannja, karena tidak dapat dibedakan antara jang aseli dan jang diolah. Dan karena perubahan-perubahan itu agak besar djuga, maka tetap benarlah, bahwa kitab itu mendapat bentuknja jang sekarang dan definitif (dalam naskah Hibrani) baru didjaman Makabe. Dapat pula, seperti dilakukan banjak ahli, penglihatan-penglihatan itu dikatakan berasal dari Daniel sendiri dan oleh karenanja ditanggalkan didjaman pembuangan. Mimpi Nebukadnezar dalam pasal 2 harus digolongkan kedalamnja pula. Penlihatan- penglihatan itu kemudian, jaitu didjaman Parsi, diolah lebih landjut. Kejadian- kedjadian jang dikisahkan dalam pasal 1-6 berlangsung didjaman pembuangan, tetapi baru kemudian mendapat bentuk sasteranja berdasarkan bahan jang kuno itu. Pada permulaah masa Junani kiranja segala bahan itu dikerdjakan mendjadi suatu keseluruhan dan dilengkapi serta diolah pengarang-redaktor jang satu dan sama djua. Seluruhnja itu katanja diselesaikan segera sesudah kemenangan-kemenangan Iskandar (sesudah tahun 323). Tetapi hipotese ini agaknja kurang mungkin karena alasan-alasan tersebut diatas dan djuga karena agak berbelit-belit tanpa dapat diberikan bukti-buktinja. Dugaan bahwa kitab itu terdjadi dalam pemerintahan Antiochos dalam tahun 164 agaknja adalah jang paling memuaskan. Motifnja sekali- kali bukanlah bahwasanja nubuat-nubuat itu tidak mungkin, tetapi terutama ialah tjorak chas kitab itu dan chususnja djelasnja tjara si pengarang membitjarakan Antiochos, sedangkan untuk waktu sesudahnja ia sangat samar-samar dan menggunakan rumus-rumus umum sadja. Mengenai sedjarah sebelum djaman itu ternjat pula ia kurang baik pengetahuannja, sehingga ia kadang-kadang meleset dan pada umumnja djuga djauh kurang terperintji pemberitannja. Tetapi haruslah diterima, bahwa untuk bagian tjeritanja si pengarang bersumber pada bahan kuni, jang tidak dapat dupungkiri segala sifat historisnja. Suatu penguatan walaupun bukan bukti, bahwa kitab Daniel, setidak-tidaknja dalam bentuknja jang definitif, muntjul didjaman belakangan, dapatlah dilihat dalam kenjataan, bahwasannja Sir. 44-49., jang toh menjebutkan segala tokoh besar dari masa lampau, rupa-rupanja tidak mengenal Daniel, orang bidjaksana jang trulung itu. Adapun kitab Sirah tsb. ditulis sekitar tahun 200-150.

Tjorak chas kitab itu memang dapat menoling untuk ikut menentukan waktu terdjadinja.

Bagian kedua kitab itu (7-12 dan djuga 2) digolongkan dalam apa jang disebut apokaliptik. Sedjak abad kedua sebelum Masehi sampai keabad ketiga sesudah Masehi ada sedjenis kesusasteraan jang chas, jang amat disukai orang-orang Jahudi (dan orang-orang Kristen). Kesusasteraan tsb., jang berakar dan mempunjai pendahulu-pendahulunja didaman jang sudah djauh lampu, disebut "Apokalips", jaitu "penjingkapan", atau "wahju", karan hal itu memperkenalkan diri sebagai pemakluman rahasia-rahasia Ilahi jang sidampaikan setjara chas kepada orang tertentu oleh Allah. Kesusasteraan itu dari sudut adalah sebangsa kelandjutan dari nabi-nabi lama, tetapi sekaligus menjimpang djauh pula darupadanja. Nabi- nabi lama bukan hanja dan bukan pertama-tama adalah penelah hari depan. Mereka adalah terutama djiribitjara Allah pada umatNja, jang diadjak mereka untuk bertobat. Dalam djabatan itu mereka kadang-kadang djuga menubuatkan perihal hari depan, pula hari depan jang djauh, dalam mana keselamatan akan terwudjudkan. Keselamatan itu pada umumnja mendjadi kenjataan didunia untuk menduga latarbelakang sedjarah jang semasa dengan mereka dan menjingkapkan makna ilahinja. Boleh djadi tugas itu djauh lebih penting daripada menubuatkan perihal hari depan. Dalam menafsirkan sedjarah djaranglah para nabi sampai lebih djauh dari djaman mereka sendiri serta kedjaduan-kedjadian jang konkrit. Pada umumnja bahasa m ereka djelas dan kuasan-kiasan merekapun sudah pasti tidak disengadja kabur, tetapi dapat dimengerti oleh kaum semasanja. Sebaliknja apokaliptik rupa- rupanja melulu mengenai hari depan. Kesusasteraan itu menubuatkan perihal maa depan bukan hanja dari bangsa Jahudi, tetapi menempatkan itu djuga dalam keseluruhan sedjarah dunia. Apokaliptik melingkupi seluruh sedjarah manusia, jang achirnja akan berkesudahan dengan bentjana jang umum. Bentjana itu membawa keruntuhan musush-musuh umat Allah, kadang-kadang djuga keruntuhan bagi para pendosa dari antara umat itu sendiri, dan keselamatan bagi orang-orang pilihan. Pada penghabisannja terdjadilah penembusan jang tiba-tiba dari keselamatan, jaitu keradjaan Allah, jang pada umumnja terwudjudkan didalam suatu dunia lain jang dibaharui dan jang dikerdjakan dari luar setjara langsung oleh Allah sendiri. Nubuat-nubuat tsb. dituang dalam bahasa jang amat kabur, jang menjukai lambang2 rahasia, jang sering tidak dapat ditangkap maknanja, dan angka2 musjkil untuk lamanja malapetaka dan kedatangan keradjaan Allah. Apokaliptik tidak dimaksudkan akan bertobatnja umat, melainkan bagi djaman achir dan keselamatan oleh Allah. Pemakluman itu djuga tidak diberitahukan setjara langsung oleh Allah, tetapi diterima dalam penglihatan2 dan mimpi2 jang begitu kabur sehingga harus diterangkan oleh malaekat. Penjingkapan2 tsb. dikatakan datang dari orang2 jang tersohor dari djaman kuni seperti Adam, Henok, Noah dsb. Tetapi ini adalah chajalan belaka dan jang disengadja. Pengarang jang sesungguhnja dalam penglihatan2 itu memberikan ichtisar sedjarah, pendek atau pandjang, sampai dengan kedjadian2 semasanja. Kemudian sesudah masa kesesakan bagi para mursjid, datanglah pembalasan Ilahi pada achir sedjarah. Sering dikatakan djuga, bahwa mereka jang katanja mendapat penglihatan2, diberi perintah unuk menjembunjikannja sampai waktunja jaitu waktu sipengarang jang sesungguhnja. Apokalips itupun hanja tersedua bagi sekelompik ketjil orang pilihan.

Apabila bagian kedua kitab Daniel dibandingkan dengan djenis kesusasteraan tsb., maka segera menjoloklah kemiripan jang aneh itu, walaupun dibandingkan dengan apokalips2 lainnja kitab Daniel masih sangat sederahana dan bersahadja, dan tidak muat gagasan2 dan pendapat2 jang kadang2 gandjil, sebagaimana tidak djarang muntjul dalam djenis kesusasteraan tsb. Pernah orang menamakan kitab Daniel - dan ini bukan samasekali tidak tepat - apokalips jang per-tama2 dan paling murni, jang belum digerogoti kemerosotan jang lekas membuat djenis kesusasteraan tsb. mendjadi umpannja. Bahkan dibandingkan dengan apikalips lain jang termasuk Kitab Sutji, jaitu Wahju Johanes dalam Perdjandjian Baru, maka kitab Daniel dalam hal bentuknja masih sederhana kelihatannja. Djika Dan 7-12 sungguh termasuk djenis kesusasteraan tsb., maka tidak begitu mengherankan lagi, kalau si pengarang dalam bentuk nubuat2 sesungguhnja menjadjikan sedjarah dan meletakkan tulisannja alam mulut orang lain, jakni Daniel, jang sebenarnja tiada sangkut-pautnja samasekali dengan itu. Lagipula adalah nirmal, bahwa kitab itu ditulis didjaman jang terutama mendapat perhatian si pengarang, jaitu djamannja sendiri. Tetapi itu tidak berarti bahwa kitab itu sekaligus djuga tidak merupakan nubuat. Djuga tulisan tsb., tidak berbeda dengan nabi2 lama, memberikan suatu tafsir sedjarah, bukan hanja dari djamannja sendiri, tetapi djuga dari masa jang sudah lampau dan masa jang akan darang. Memang didalamnja ada djuga nubuat2 janag sebenarnja, sedjauh si pengarang sungguh melihat sebelumnja masa terachir itu, walaupun ia dalam hal itu dengan sendirinja tidak dapat mendjadjkikan begitu terperintji. Djenis kesusasteraan tsb. dapat disesuaolan pula dengan adjarang tentang inspirasi Kitab Sutji. Sebab inspirasi dapat menggunakan tiap2 djenis kesusasteraan insani untuk memberitahukan perihal wahju Allah. APa jang dilakukan manusia dengan kemampuannja sendiri, se-akan2 didjamin didalam Kitab Sutji dan oleh karenanja, bebas dari sesatan dalam bidang keigamaan dan kesusilaan jang seirng mempengaruhi pemikiran2 apokalips itu, mendjadi alat dalam tangan Allah untuk memberitahukan kabarNja kepada manusia.

Bagian pertama (1-6) dalam arti tertentu mempunjai tjorak jang tidak lain samasekali. Pasal 2 dapat digolongkan begitu sadja kedalam apokaliptik dan pasal2 lainnja sampai taraf tertentu djuga. APa jang dalam bagian kedua terdjadi dalam rangka sedjagat itu, dalam bagian pertama dikonkretisir dalam diri beberapa oknum. Seperti dalam bagian kedua ada empat keradjaan jang memainkan peranan musuh, demikianlah dalam bagian pertama ada empat radja (Nebukadnezar, Baltasar, Sarios, Cyrus). Daniel dan kawan2nja sampai batas tertentu adalah perorangan dari umat Allah, maka dalam bagian pertamapun pahlawan2 itu ditolong oleh Allah setjara adjaib. Tetapi ada perbedaan besari ini antara bagian pertama dan bagian kedua, jaitu bahwa dalam bagian kedua semuanja dipindahkan kemasa depan, sedangkan bagian pertama memprijektir semuanja kemasa lampau. Dalam bagian kedua arahnja ialah dari masa lampau kemasa sekarang dan kemasa depan; sedangkan dalam bagian pertama arahnja terutama dari masa sekarang kemasa lampau. Kalau bagian kedua menggunakan penglihatan2, maka sebaliknja bagian pertama menggunakan kisah2 historis. Tetapi kisah2 itupun per-tama2 bermaksud menjampaikan adjaran. Dapatlah itu dinamakan "kisah kebidjaksanaan". Hal itu sudah ternjata dari tokoh Daniel, jang merupakan tjontohnja "sang Bidjaksana" dan malah karena daja adikodrati. Bahwasannja kedjadian2 itu berlangsung diistana radja, adalah sangat biasa pada kisah2 sematjam itu. Djuga logat bagian pertama kitab Daniel sangat mirip logat kesusasteraan kebidjaksanaan; djuga usaha untuk melukiskan dengan tadjam dan djelas jang baik dan jang djahat serta gandjaran dan hukuman jang sepadan dengannja, adalah sama2 bagi kedua2nja. Apabila dikatakan bahwa Dan. 1-6 itu adalah "kisah kebidjaksanaan", maka itu tidak berarti, bahwa seluruhnja adalah chajalan belaka. Si pengarang ternjata sedikit banjak unsusr historis dalam kitabnja. Sebaliknja ia tidak keradjangan sedjarah dan pengetahuan sedjarahnja digunakannja untuk tudjuannja sendiri. Dapatlah dikatakan, bahwa itu adalah kisah2 jang digubah, dalam mana dikerdjakan unsur2 sedjarah dan unsur2 tidak historis mendjadi satu keseluruhan. Kisah2 itu adalah kisah2 gubahan, jang diolah untuk kegunaan suatu adjara tertentu.

Djika demikianlah tjorak kitab Daniel, maka hal2 jang tidak tepat menurut sedjarah itu, dengan sendirinja tidak merupakan keberatan apappun djua. Pernah dikemukakan, bahwa dalam sedjarah Babel tidak ada tempat bagi seorang radja jang bernama Baltasar, tetapi dia adalah putera Nabonid, radja Babel jang terachir, dan tidak pernah naik tachta. Nabonid digantikan oleh jang merebut Babel, jakni Cyrus, dan bukan oleh seorang jang bernama Darios orang Media" (6,1). Tentang Darios itu bukan hanja tidak ketahuan sedikit djuapun, tetapi baginjapun tidak ada tempat sebagai pengganti Baltasar (Nabonid). Tentang penjakit Nabukadnezar, jang membuat dia beberapa lamanja tidak mampu untuk memerintah, djua tidak ketahuan sedikit djuapun. Dan lagi dalam pemerintahannja tidak ada sesuatu masa, dalam mana hal itu dapat terdjadi. Tidak mungkin pula Darios atau Cyrus telah mengeluarkan dekrit2 jang memerintahkan untuk menjembah dewa tertentu atau malah radja itu sendiri (6,8). Kesulitan2 tadi dan lain sebagainja memang bukan kesulitan2 jang riil lagi dalam kesusasteraan sematjam itu. Karena itu tidak ada gunanja pula memusingkan kepala tentang hal itu. Nilai jang riil dari kitab itu tidak ditentukan olehnja dan djuga tidak bergantung daripadanja.

Melihat tjorak kitab itu, maka dapaaat djuga diberikan djawaban atas pertanjaan mengenai tjorak historis tokoh Daniel. Kiranja ber-lebih2an untuk menjatakan dia seluruhnja sebagai suatu chajalan belaka. Sebab apokalips2 itu bermaksud meletakan nubat2nja dalam mulut tokoh2 jang tersohor dari djaman kuno, jang historis atau jang se-tidak2nja diterima umum sebagai historis. Demikianlah si pengarang kitab Daniel mengambil tokoh tertentu jan gterkenal, jaitu orang jang pernah hidup dalam pembuangan. Betul kita tidak tahu sedikitpun tentang tokoh sedemikian itu, ketjuali apa jang dibertahukan kitab itu sendiri, tetapi itu belum berarti, bahwa orang itu bagi orang2 jang semasa dengan pengarang adalah tokoh jang tidak dikenal pula. Sekiranja tidak dikenal umum, maka mustahillah si pengarang mengambilnja sebagai tokoh utama kitabnja. Bahwasanja demikian itu, tidaklah menjesatkan para pembatja didjamannja. Sebab mereka tahu, djenis kesusutasteraan apa kitab itu. Djika seorang pengarang moderen meletakkan romannja dalam mulut orang lain, mungkin seorang oknum dalam sedjarah, maka tidak ada pembatja moderen satupun teperdaja karenanja. Sebab ia tahu waktu membatja, bahwa ia berhadapan dengan sebuah roman, djadi dengan chajalan. Nah, kesusasteraan apikaliptis memilih nama tersohor sebagai pandji bagi kitabnja untuk menarik para pembatja, setiap orang tahu setelah membatjanja, apa sangkut- paut sebenarnja kitab itu dengan olnum tsb. Kalau kemudian orang berpendapat lain, maka hal itu disebabkan karena orang tidak tahu lagi tentang djenis sastera, jang digunakan dalam kitab tsb.

Nilai jang terutama dan arti jang tetap - pula bagi umat Kristen - dari kitab Danuiel terletak dalam kabar Ilahi jang disampaikannja. Si pengarang bermaksud menetapkan hati kaum sebangsanja, jang mendapat pertjobaan, dan mengukuhkan iman mereka. Dibawah pengedjaran jang hebat oleh Antiochos dapatlah dimengerti bahwa banjak mulai gojah dan menjangsikan djandji2 Allah, dan bahwa mereka mulai melepaskan harapan mereka akan hari depan. Itulah jang ditentang si pengarang. Ia memperlihatkan Allah sebagai jang menguasai dan memimpin sedjarah. Sedjarah hanjalah pelaksanaan rentjana Ilahi, jang tertudju kepada fase terachir. Allah mempunjai kuasa, dan kendati segala kekuasaan musuh, rentjanaNja akan terlaksana djua. Seluruh sedjarah menudju keachir itu dan bukanlah urutan fakta2 tersendiri tanpa banjak arti. Achir jang diarah oleh semuanja, ialah keradjaan Allah, dalam mana Allah pada achir djaman akan menetapkan pemerintahanNja untuk se-lama2nja dan dengan teguh. Dan pemerintahan Allah itu adalah djuga pemerintahan para mursjid dan pilihan. Djadi terhadap djalannja sedjarah, betapapun berat dan sulitnja, tidak usahlah orang mursjid merasa takut, dan kepertjajaan serta pengharapannja djangan sampai digojangkan karenanja. Sebab keradjaan Allah itu bukanlah buatan manusia, melainkan diberikan oleh Allah kepada orang2 pilihan sebagai anugerah, jaitu anugerah jang bertjorak keigamaan dan kesusilaan. Sebab keradjaan itu adalah suatu keradjaan tanpa dosa tapi dengan kesutjian (9,24) dan bukannja suatu keduniawi (12,3). Dalam kedatangan keradjaan itu para martir jang di-kedjar2 memainkan peranan jang chas (11,35;12,3), sehingga derita mereka se- kali2 tidak tanpa arti adanja. Sebaliknja kekerasan sendjata dan perang tidak ambil bagian dalam perwudjudan keradjaan Allah itu. Adjaran tentang penjelenggaraan Ilahi, jang tidak dapat tidak membimbing sedjarah kekedjajaan keradjaan Allah, sesungguhnja adalah jang terpenting dalam seluruh kitab itu. Dan bagaimana hal itu menurut maksud Allah menudju ke Perdjandjian Baru, sudah didjelaskan oleh Jesusu sendiri dengan menjamakan diriNja sendiri dengan Putera manusia dari Kitab Daniel (Mk.14,26; Mt.13,26;25,31 dan memandang diriNja sebagai penguntji sedjarah. Si pengarang kitab Danuel belum meluhatnja sampai terperintji dan perwudjudannja, tetapi dalam hakikatnja sebagai anugerah jang terachir dan definitif dari Allah. Adjaran Daniel tentang kebangkitan, se- tidak2nja dari sebagian orang2 mati (12,3) - dengan mana ia mendjadi jang pertama2 jang mengatakan hal itu dengan djelasnja mendapaat tempatnja pula dalam adjarannja tentang keradjaan Allah. Keradjaan itu, walaupun masih akan datang, toh meluas sampai kemasa jang lampau dan achirnja akan melingkupi semua orang mursjid dan pilihan. Makanja bukan tanpa maknalah, bahwasanja menurut indjil Mateus (21,52-53) orang2 mursjid jang mati itu bangkit, ketika Kristus sudah menjelesaikan tugasNja, untuk dengan demikian mendapat bagian dalam keradjaan Allah jang telah dibawaNja.

Karena kitab Daniel dalam nubuat2nja lebih berkenaan dengan masa lampau daripada dengan hari depan, maka orang menjalahgunakan kitab tsb. dan memperkosa artinja, apabila hendak menerapkan penglihatan2 itu kepada kedjadian2 sedjarah dan kepada sedjarah djamannja sendiri. Bahasa itu bukan chajalan belaka. Dalam sedjarah Geredja muntjul ber-ulang2 sampai dewasa ini. Tetapi ia harus selalu diberantas dengan tegas, karena merupakan perkosaan terhadap sabda Allah. Temasuk penjalahgunaan Kitab Sutji itu ialah, kalau orang mentjoba perkirakan achir dunia dengan pertolongan kitab Daniel. Achir dunia tidak dikenal oleh Daniel dan Putera-manusia sekalipun tidak mengetahui hari dan saatnja (Mt.24,36).! Djadi adalah suatu ketololan belaka, apabila orang toh menjalahgunakan sabda Allah sebagai dasar bagi chajalan dan impiannja sendiri. Keradjaan Allah, jang diwartakan Daniel itu, bukan bahan keinginan-tahu manusia, melainkan bahan iman akan Allah dan Jesus Kristus, jang membawa keradjaan itu kepada kita sebagai suatu anugerah.

PENDAHULUAN

BARUKH

Dalam terdjemahan Latin Vulgata terdapatlah sesudah lagu-lagu Ratap Jeremia sebuah kitab ketjil jang terdiri atas enam fasal, jang dikatakan berasal atas dua tulisan tersendiri, jakni kitab Baruch (1-5) dan surat atas nama Jeremia (6).

Didalam terdjemahan Junani kedua-duanja dibedakan dengandjelasnja dan malahan terpisah. Sebab didalam naskah-naskah umumnja Baruch tertera segera sesudah Jeremia, dan diikuti Lagu-lagu ratap dan achirnja Jeremia dengan djudul tersendiri.

Kedua tulisan itupun hanja terdapat dalam naskah-naskah Junani (dan Latin) dan sekali-kali tidak ada dalam naskah-naskah Hibrani. Maka itu oleh orang-orang Jahudi djuga tidak dimasukkan dalam Kitab Sutji dan dengan mengikuti orang-orang Jahudi maka Geredja-geredja Kristen bukan-Katolik djuga tidak menerima itu sebagai kitab termasuk dalam Kitab Sutji. Tetapi sebaliknja baik kitab Baruch maupun surat Jeremia oleh Geredja Kristen dari abad-abad permulaan dipandang dan digunakan sebagai Kitab Sutji. Sedjak pengarang-pengarang Kristen dari abad kedua dikutiplah teks-teks dari kitab-kitab tsb, sebagai Kitab Sutji, walaupun umumnja dibawah nama Jeremia. Sebab Baruch dipandang sebagai suatu lampiran kitab nabi Jeremia, sedang surat itu dengan tegasnja disebutkan dengan namanja. Dari antara pengarang-penarang kristen sesungguhnja hanja S.Hieronimus jang rupa-rupanja tidak menggolongkannja kedalam kitab-kitab sutji, karena tidak didapatkanja didalam Kitab Sutji Hibrani, jang dikukuhi mati-matian oleh bapak Geredja tsb. Tetapi ada beberapa keterangan dari djaman kuno, darimana dapat disimpulkan bahwa orang-orang Jahudi membatjakan kitab Baruch itu didalam synagoga-synagoga mereka dan bahwa pada merekapun pernah kitan tsb.mendapat tempatnja didalam Kitab Sutji. Pada mazhab Qumran rupa2rupanja surat Jeremia (dalam bahasa Junani) itu dipergunakan, karena beberapa fragmen tulisan tsb.terdapat pada dokumen-dokumen jang ditinggalkan oleh mazhab itu.

Namun soal jang samasekali lain ialah, apakah kitab Baruch dan surat Jeremia aselinja ditulis dalam bahasa Hibrani atau mungkin dalam bahasa Aram. Jang sudah terang ialah bahwa kedua tulisan itu sampai kepada kita hanja dalam bahasa Junani sadja. Walaupun masih ada beberapa ahli jang berpendapat bahwa surat Jeremia itu aselinja ditulis dalam bahasa Junani oleh karena murninja bahawa Junani jang digunakan, namun sekarang hampir semua ahli sependapat, bahwa itu adalah terdjemahan (jang baik) dari naskha jang aselinja Semitis; djadi dengan itu kembali kepada pendapat lama. Anggapan tsb. tidak hanja bersandarkan keterangan beberapa bapak Geredja, tetapi djuga kenjataan, bahwa teks Junani kadang-kadang hanja dapat dimengerti dari dalam naskah jang aselinja Hibrani, jang diterdjemahkan setjara salah. Persoalan tsb. lebih sulit berkenan dengan kitab Baruch. Maka itupun ada banjak pendapat. Banjak ahli beranggapan, bahwa kitab itu seluruhnja ditulis dalam bahasa Hibrani dan kemudian diterdjemahkan kedalam bahasa Junani oleh pelbagai penterdjemah; hal mana dapat menerangkan perbedaan bahasa, jang terdapat didalamnja. Sebaliknja ahli-ahli lain berpendapat, bahwa sebagian dari kitab itu aselinja Hibrani dan sebagian lagi aselinja Junani. Bagian mana termasuk jang satu atau jang lain, masih diperdebatkan lebih landjut. Tidak sedikit ahli mengira dapat mengatakan dengan pasti, bahwa seluruh bagian pertama (1,1-3,14) aselinja dalam bahasa Hibrani, sedangkan ahli - ahli lain membaginja lagi mendjadi dua, jang satu Junani (1,1- 14) dan jang lain Hibrani (1,15-3,8). Pendapat terachir ini kiranja lebih mungkin.Dianggap lebih mungkin pula, bahwa 3,9-4,4 pun aselinja Hibrani, walaupun hal tsb, ditentang oleh pelbagai ahli. Untuk 4,5-5,9 oleh kebanjakan ahli diterima teks Junani aseli. Terangkanlah persoalan ini tidak mudah dipetjahkan.

Isi dan pembagian KITAB BARUCH amat djelas rangkanja

Setelah prakara historis (1,1-14) tentang terdjadinja kitab tsb, jang dibatjakan Baruch didepan sekelompok orang buangan di Babel dan dengan disertai surat kemudian dikirim bersama dengan uang derma ke Jerudjalem untuk dibatjakan pula disana, berikutlah dia tobat (1,15-3,8), jang terdiri atas pengakuan salah (1,15-2,35 dan permohonan untuk mendapat ampun dan kembalinja dari pembangunan (3,1-8). Bagian kedua memuat lagu pudjian kepada kebidjaksanaan ilahi (3,9-4,4), jang disamakan dengan Taurat Musa. Kebidjaksanaan tadi tidak dapat diperoleh manusia (3,15.31), karena malulu milik Allah adanja (3,32-36). Tetapi Ia telah menganugerahkannja kepada umatNja (3,37-4,4). Kesemuanja itu merupakan suatu andjruan untuk kembali kepada kebidjaksanaan itu, jaitu untuk menepati Taurat (3,9-14). Bagian ketiga (4,5-5,9) terdiri atas dua andjuran. Jerusjalem, jang diperorangkan, berseru dalam bentuk lagu ratap kepada rakjat, chususnja kepada kaum buangan, untuk menaruh kepertjajaan dan pengharapan; serupa itu disertai dengan antjaman lawan para penindas (4,30-5,9) dan mendjandjikan kepadanja kembalinja kaum buangan dan semarak jang baru.

didalam keseluruhannja tampaklah djalan pikiran umum jang djelas. Pendahuluan itu melukiskan situasi Israil, jaitu pembuangan. Dengan menjatakan bahwa pembuangan itu adalah hukuman atas dosa (1,13) dipersembahkan bagian pertama itu. Didalam bagian pertama itu Israil mengakui kesalahannja, ketidaksetiaannja kepada Taurat, hal mana membenarkan sepenuhnja hukuman itu. Tetapi Israil mhon kerelaan Allah, supaja dosa-dosanja diampuninja dan supaja bangsa dipulihkan. Pertobatan, jang dilakukan setjara demikian itu, adalah pertobatan kepada hukum Allah, kepada kebidjaksanaanNja, jang lalu dimuliakan dan dipudji dalam bagian kedua. Ketidak-setiaan kepada kebidjaksanaan itu mendatangkan hukuman, sedangkan pertobatan mendjamin kebahagiaan. Kebahagiaan lalu dilukiskan dalam bagian terachir sebagai kembalinja dari pembuangan, punahnja musuh dan kedjajaan Jerusjalem.

Kendati kesatuan jang tak dapat dipungkiri itu, masih dapat djuga dikemukakan pertanjaan, bagaimana kitab itu terdjadi. Apakah kitab itu suatu keseluruhan jang aseli, jang ditjiptakan dan ditulis sebagai suatu kesatuan oleh pengarang jang satu dan sama djua, ataukah kitab itu merupakan suatu kumpulan dari tulisan-tulisan jang sudah ada, jang berlainan tjoraknja serta asalnja? Selama orang berpendapat, bahwa kitab itu ditulis entah oleh Jeremia entah oleh paniteranja, jaitu Baruch dengan sendirinja orang mengukuhi kesatuan seluruh kitab itu. Sekarangpun masih ada ahli, jang jakin akan hal itu, meskipun orang mau mengetjualikan 3,9-4,4, jang katanja suatu tambahan belakangan kepada kitab Baruch. Tetapi ada lebih banjak ahli, jang menjangsikan kesatuan kitab itu dan malahan jang menjangkalnja sama sekali. Kitab itu kiranja tersusun atas sedjumlah tulisan tersendiri dari pelbagai pengarang dari djaman jang berlainan. Pertama-tama tersendiri, bahwa mungkin sekali tidak semua bagian aselinja ditulis dalam bahasa jang sama; kenjataan tsb, merupakan petundjuk jang kuat bagi adanja bebrapa pengarang. Tambahan pula ada perbedaan pemakaian bahasa, hal mana djuga menundjukkan adanja beberapa pengarang. Pula bahwa sebagian disusun dalam bentuk prosa dan sebagian lagi dalam bentuk puisi, dapatlah diterima sebagai penguatan kesan tsb, walaupun bukan bukti jang djitu. Lagipula: walaupun sebangsa kesatuan tidak dapat dipungkiri, namun bagian-bagian tersendiri dari kitab itu tidaklah amat kuat gandingannja satu sama lain. Pengakuan salah (1,15- 3,8) adalah sekumpulan rumus-rumus tetap, jang diambil dari Kitab Sutji dan dari doa-doa pertapaan jang serupa dari Perdjandjian Lama. Teranglah itu bergantung dan adalah suatu saduran dari doa Daniel (9,4-20). Rumus-rumus doa itu tjoraknja dan dapat diterapkan kepada banjak situasi jang berlainan. Orang tidak dapat mengelakkan kesan, bahwa si penjusun kitab itu menerapkan teks-teks jang sudah ada kepada konkrit didjamannja. Berlainan samasekali dari pengakuan dosa dalam bentuk prosa itu ialah lagu pudjian dalam bentuk puisi kepada kebidjaksanaan (3,9-4,4). Dalam seluruh petilan itu sekali-kali tidak disinggung kembalinja pembuangan. Israil sudah lama tinggal dinegeri asing (3,10) karena telah meninggalkan kebidjaksanaan.Namun demikian, tidak diletakkan tekanan jang kuat diatas kenjataan tsb.sebagai hukuman atas dosa-dosa. lagu tsb. djika tidak bergantung, toh amat mirip bagian-bagian tertentu dari kitab-kitab kebidjaksanaan (Ijob 28,12-28;Ams.8,22-31; Sir.24), sedangkan pengakuan salah itu menampakkan suasana jang berlainan samasekali. Antara 4,5-5-9 dan 1,1-3,8 ada suatu kesamaan, sedjauh kedua-duanja itu mungkinlah latar-belakangnja pembuangan. Tetapi djuga hanja sampai itu sadja kesamaannja. Kalau bagian pertama itu prosa belaka, maka bagian terachir adalah puisi. Bagian pertama mengenal sebangsa kerelaan hati terhadap musuh, jang telah mengangkut Israil kepembuangan (1,11;2,24) sebagai alat penghukum dalam tangan Allah. Sedangkan bagian terachir lebih disemangati dengan rasa bentji jang hebat kepada para penindas dan dengan keinginan untuk membalas dendam (4,31-33). Dalam bagian pertama orang memperkirakan masa pembuangan jang lama, jang baru sadja dimulai (1,1-2.12),sedangkan dalam bagian terachir pengangkutan kepembuangan itu sudah djauh lampau. Saat kembali dari pembuangan rupa-rupanja sudah dekat-sekali (5,5- 9).

Mengikat alasan-alasan tsb. dan alasan lainnja lagi, rasanja mustahil bagi banjak ahli, untuk memegang teguh kesatuan pengarang serta waktu asalnja. Tetapi bagaimana sebenarnja terdjadi, tidaklah begitu musah menentukannja. hampir tak terbilanglah pendapat, jang dikemukakan para ahli. Sudahpasti harus ditolaklah anggapan, jang hendak menanggalkan seluruh kitab itu atau sebagian daripadanja sesudah runtuhnja Jerusjalem dalam tahun 70 sesudah masehi. Katanja, Nebukadnezar (1,11) itu ialah kaisar Domitianus dan Baltasar itu Titus, jang merebut Jerusjalem. Ahli-ahli lain mau mempertalikan kitab itu dengan perebutan Jerusjalem oleh Pompeius dalam tahun 63 sebelum Masehi. Pada hemat kami inipun tidak mungkin dan sekali-kali tidak terbukti. Kendati masih hanjak hal jang tidak pasti, namun pada hemat kami mungkinlah dugaan jang berikut ini.Karena bar. 1,15-3,8 djelaskan bergantung dari Daniel 9,4-20, maka bagian itu haruslah dari waktu belakangan. Kalaupun doa tobat Daniel itu tambahan belakangan dalam kitabnja, namun dapatlah dikatakan bahwa kitab Daniel sudah memuat petilan itu sekitar tahun 165 sebelum Masehi. Maka Bar. 1,15-3,8 dapat ditanggalkan pada djaman itu pula. Karena Bar.3,9-4,4 sangat mirip Sir 24 dan Sirah dapat ditanggalkan antara tahun 200-150, maka bagian kita Baruch ini dapatlah berasal dari djaman dan lingkungan jang sama djuga. Dapatlah dikatakan dari djaman sebelum pemberontakan Makabe dalam tahun 167. Bagian ketiga (4,5-5,9) menundjukkan persesuaian jang amat kuat malahan menurut hufur-huruf dengan mazmur-mazmur apokrit Sulaiman, jang ditulis sekitar tahun 63 sebelum Masehi. Untuk menarik kesimpulannja bahwa itu berasal dari waktu jangsama, adalah mungkin tapi sukar dibuktikan. Karena Bar.4,5-5,9menundjukkan kesamaan dengan Sir. 36, maka bagian tsb.lebih baiklah ditangalkan dimasa jang sama seperti 3,9- 4,4, djadi antara tahun 200 dan 150. Prakata historis rupa-rupa lebih baik ditempatkan didjaman para Makabe, kira-kira didjaman kitab Daniel, karena seperti dalam kitab tsb.(5,2.22)Baltasar disebut putera Nebukadnezar (Bar 1,11). Bilamana dan tempatnja bagian-bagian itu dikumpulkan mendjadi kesatuan seperti sekarang ini adanja, sukarlah dikatakan. Kiranja orang mendekati kebenaran, kalau ia mengirakan antara tahun 150 dan 100. Bagaimanapun djua pada hemat kami orang tidak dapat mengemukakan alasan-alasan jang kuat untuk menanggalkan kitab itu sampai sesudah tahun 100 sebelum Masehi.

Djika kitab itu terdjadi dengan tjara tersebut diatas atau jang serupa, maka djelaslah, bahwa keseluruhan atau sebagian kitab itu tidak datang dari tangan panitera jang setiawan dari nabi Jeremia, jaitu Baruch (Lih.Jr 32,12-14:36,4- 15.18.32;45,1-5;43,2-7). Djudul kitab dan penanggalan jang disebutkan didalamnja haruslah dipandang sebagai suatu chajalan sastera, sebagaimana lazimnja pada orang-orang Jahudi sesudah pembuangan dan oleh karenanja djuga tidak menjebabkan banjak kesulitan berkenan dengan adjaran Katolik tentang inspirasi. Kitab itu kiranja dikatakan dari Baruch, karena erat hubungannja dengan nabi Jeremia, jang tidak hanja menubuatkan tapi djuga mendjaksikan dengan mata-kepala sendiri pembuangan itu sebagai hukuman atas bangsa itu. Tentu sadja samasekali tidak mungkinlah, menjebutkan nama-nama tertentu untuk pengarang-pengarang bagian- bagian tersendiri dan untuk penjusun keseluruhnja; mereka semua tetap anonim.

Adjaran jang termasuk dalam kitab Baruch adalah sedjalah dengan pendapat- pendapat umum dari Perdjadjian Lama, chususnja dari para nabi dan kitab-kitab Kebidjaksanaan. Anehnja si pengarang ternjata belum mengetahui sedikitpun tentang pembalasan sesudah mati atau tentang kebangkitan badan. Karena hal itu dikonstatir djuga dalam kitab Sirah, maka agaknja si penjusun termasuk dalam aliran jang sama di Israil. 'Walaupun doa pertapaan doa pertapaan Baruch itu mirip dengan doa tobat Daniel (9), namun di penjusun tidak mengenal kitab Daniel seluruhnja, karena Daniel dengan djelasnja mengadjarkan kebangkitan orang-orang mati.

Kechasan kitab Baruch ialah kesadaran jang kuat telah berbuat dosa; dosa-dosa itu dihukum dengan seadil-adilnja oleh Allah. Tetapi kesemuanja itu tidak memadamkan harapan, karena kepertjajaan manusia disandarkan bukan atas peruatannja sendiri atas belaskasihan Allah. Harapan tadi pada achir kitab itu tertudju kehari depan. 'Walaupun sedikit djua tidak mengenai al-Masih jang berpribadi, namun kitab Baruch melandjutkan dengan tjaranja sendiri harapan Israil akan masa depan.

Harapan akan masa depan jang penuh kemuliaan itu malahan akan melebihi kurnja jang terbesar kepada Israil, jaitu Kebidjaksanaan ilahi jang terdjelma dalam Taurat Musa. berhubungan dengan Taurat tsb. kitab Baruch mempunjai pendapat jang amat tinggi. Sebab Taurat itu tidak dilihat pertama-tama sebagai sekumpulan peraturan-peraturan, melainkan sebagai pemakluman jang penuh rahmat dari kebidjaksanaan Allah, dari hakekatnja ilahiNja sendiri jang hendak mendjadi pedoman bagi tingah-laku manusia dan dengan itu menuntunnja kearah kebahagiaan. Dengan mengarahkan pandangan pula kehari depan, maka kitab Baruch djua merupakan persiapan akan pemakluman diri jang terachir dan total dari Allah didalam Perdjandjian Baru dalam diri kebidjaksanaan berpribadi, dari Allah jaitu dalam Sabda jang mendjelma mendjadi manusia, jang tidak menghapus melainkan menggenapi dan menjelesaikan Taurat atau pemakluman diri jang lama.

SURAT JEREMIA adalah tulisan jang agak murah dan kasar lawan pemudjaan patung- patung berhala, djadi sebangsa surat pengedjek. Namun surat itu tidak ditumdjukkan kepada kaum kafir, melainkan lebih-lebih kepada orang-orang Jahudi didalam pembuangan, guna melindungi mereka terhadap bahaja ibadah Babel dengan upatjara-upatjara jang meriah. tulisan itu sedjalan dengan kedua tjeritera terachir dari kitab Daniel (Junani, fasal 14) dan dengan Js.40,19- 20;41,7.23;44,9-20;45.16.20;46,6-7 dan dengan edjekan jang dimuat lagi dalam kitab Kebidjaksanaan (13,10-19:14,8-21;15.15-17). Surat Jeremia hanjalah perkembangan lebih landjut dari Jr. 10.13-16 dan pastilah bergantung padanja. Djadi sedikit sadja jang aseli dalam surat jang tersusun atas sepuluh petilan paralel, jang tiaptiap kali dikuntji dengan rumus jang serupa (14.22.28.39.44.51.56.64.68.71).

Si pengarang membuat patung-patung berhala dan djuga tidak berdajanja berhala- berhala kafir itu mendjadi tertawaan, untuk lalu dibandingkan dengan kekuasaan Allan jang benar dari Israil. Pemudjaan patung-patung, jang dimaksudkan si pengarang, memang adalah pemudjaan patung-patung di Babel didjaman belakangan. Pendapat jang lebih umum dari kaum kafir ialah bahwasanja patung itu sungguh ilah itu sendiri, bukan hanja manifestasi atau lambang sadja dari ilah itu. Patung dan ilah itu, walaupun setjara adjaib,adalah satu dan sama djua. Memang ada beberapa orang tjerdik-pandai, jang tahu membedakan patung dan ilah dengan djelas, tapi pedapat jang lebih umum dan tidak hanja populer sadja tidak membedakan hal itu. Djadi si pengarang dapat dengan beralasan menandaskan, bahwa dewata kafir itu buatan tangan manusia dan lebih tak berdaja daripada para pembuatnja sendiri. Tak berdajanja dewata itu membuktikan dengan amat djelasnja, bahwa dewa-dewa itu memang bukan ilah. Hanja Allah Israil patut akan nama itu, karena Ia sungguh-sungguh kuasa. Betul hal itu tidak dinjatakan dengan tegas, tetapi hal itu sudah sewadjarnja bagi orang Jahudi jang beriman, jang mempunjai pengertian tentang Allah, dengan mana dipengarang mengadakan perbandingan.

Walaupun orang lama mengukuhi, bahwa surat ini sungguh surat aseli dari Jeremia, namun sekarang ini umumnja orang jakin, bahwa itu adalah suatu pseudonim, nama samaran sadja. Apa jang dikatakan sipengarang tentang lamanja pembuangan, jaitu tudjuh angatan (2) tidak dapat disesuaikan dengan tudjuh puluh tahun dari Jeremia (25,11;29,10), tetapi adalah lebih suatu usaha untuk menjesuaikan tudjuh puluh tahun itu dengan kenjataan, bahwa pembuangan itu sesudah ketudjuhpuluh tahun itu masih djuga belum berachir seluruhnja. Djuga sangat tepergantungannja surat itu dari Jr. 10,13-16, petilan mana umumnja tidak dianggap aseli, tidak membenarkan Jeremia sebagai pengarang surat itu. Seluruh djalan pikiran surat itupun berbeda dari djalan pikiran Jeremia. Apa jang dikatakan tentang tak berdajanja berhala-berhala itu (49.55) bagi orang-orang jang menjaksikan runtuhnja Jerusjalem, dapat djuga dipakai lawan Jahwe. Bahwasanja surat itu tidak dimasukkan dalam daftar kitab-kitab sutji Jahudi agaknja djuga melawan keaseliannja; mana boleh surat Jeremia jang aseli tidak diakui? Dari kenjataan itu dapat disimpulkan, bahwa surat itu baru ditulis sesudah pembuangan, karena beberapa kitab dari djaman sesudah pembuangan (I.II.Mak.,Sir.,Kebidjak.) djuga tidak terdapat dalam kanon Jahudi. Sekalipun sudah diterima bahwa Jeremea bukan pengarangnja, namun nama lainnja tidak dapat disebut, sehingga pengarangnja tetap anonim sadja.

Bahwasanja tulisan itu disiarkan dibawah nama Jeremia, dapatlah dimengerti. Sebab Jeremia sungguh-sungguh telah menulis surat kepada kaum buangan (Jr.29;Lih.III Mak 2,2). Tambahan pula sipengarang mengambil suatu petikan dari kitab Jeremia (10,13-16) mendjadi dasar bagi tulisannja. Karena itu dapatlah dimengerti, mengapa ia menaruh tulisannja dibawah kewibawaan Jeremia, nabi jang besar itu, atau mengapa orang lain berbuat demikian setelah tersiarnja surat itu.

Waktu terdjadinja surat Jeremia itu dapat ditentukan dengan ketelitian dan kepastian jang agak besar. Ketudjuhpuluh tahun pembuangan jang dinubuatkan Jeremia itu, sudah lewat. Sebab si pengarang memberikan tafsiran lain kepada tahun-tahun itu(2). Sebaliknja ketudjuh angkatan, jang dinjatakan sebagai djangka waktu itu, njata belum berlalu. Pembuangan itu dimulai dalam tahun 587 dan kalau itu dikurangkan dengan tudjuh angkatan (tudjuh kali 40 tahun),maka orang sampai ketahun 307 sebelum Masehi. Karena djangka waktu tsb. belum lewat, maka surat itu harus ditanggalkan tanggal itu.

Artaxerxes II (409-338) memadjukan pemudjaan patung-patung berhala didalam keradjaannja dan didjaman itu dapatlah dimengerti, bahwa pemudjaan berhala- berhala Babelpun mengalami kesuburan jang besar. Djadi dapatlah surat itu ditanggalkan didjalam itu. Djika II Mak.2,2 sungguh membuat sindiran atas surat itu, maka surat tsb, dikenal didjaman itu; dikenal didjaman itu; kalau begitu, maka surat Jeremia bagaimana djua harus ditanggalkan diwaktu sebelum tahun 164 sebelum Masehi, tanggal surat jang tertera dalam kitab Makabe, jang memuat sindiran tsb.

(0.28608671428571) (Dan 11:14) (ende)

Banjak bangsa merontak lawan Ptolomaios V, a.l. Filipos dari Makedonia. Orang2 Jahudi (penjamun bangsamu) berpihak pada Antiochos Agung dan mendurhaka pula dan dengan demikian menimpakan suatu bentjana (penglihatan jang diterima Daniel) atas bangsanja, chususnja pengedjaran dari pihak Antiochos IV Epifanes.

(0.28608671428571) (Hos 6:2) (ende)

Tidak sedikit pudjangga geredja dahulu mengartikan ajat ini sebagai nubuat tentang djaman al-Masih serta kebangkitanNja. Tetapi maksud jang sebenarnja ialah: Rakjat dengan sembrono mengharapkan pertolongan Jahwe jang segera harus datang djuga (dua hari, hari ketiga = lekas). Lalu ia akan "bangkit" dan akan "dihidupkan" dari keruntuhan nasional dan akan lepas dari segenap bahaja.

(0.28608671428571) (Yl 3:18) (ende)

Djandji untuk masa depan diulang sekali lagi. Gambaran djasmani untuk keadaan kelak agak biasa pada para nabi dan termasuk bentuk sastera. Sukar untuk mengatakan apa maknanja jang tepat.

Tetapi keadaan bahagia itu mempunjai suatu tjorak keigamaan, oleh karena kemakmuran itu datang dari air jang mengalir dari rumah Jahwe.

(0.28608671428571) (Za 4:10) (ende)

Ketudjuh pelita itu mengibaratkan penjelanggaraan chusus dari pihak Jahwe untuk Bait-Allah.

(0.28608671428571) (Mat 3:11) (ende: Dalam Roh Kudus dan api)

Bahasa kiasan ini berarti, bahwa oleh permandian jang akan dimaklumkan Kristus, si manusia akan seolah-olah ditenggelamkan dalam Roh Allah sampai semata-mata diresapi olehnja dibersihkan dari segala dosa dan mendjadi orang rohani.

(0.28608671428571) (Mat 10:14) (ende: Mengebaskan debu dari kaki)

Demikianlah adat orang Jahudi bila mereka keluar dari "tanah kafir", melangkahi perbatasan masuk kedalam tanah sutji kembali. Ungkapan ini disini, berarti bahwa mereka harus memandang rumah atau kota itu sebagai nadjis atau terkutuk, dan sebab itu memutuskan segala hubungan dengan penghuninja.

(0.28608671428571) (Mat 14:1) (ende: Herodes)

ini ialah Putera Herodes Agung. Ingatlah Mat 1:2. Ia hanja mendapat sebagian dari keradjaan ajahnja. Gelarannja jang resmi ialah "tetrarka", jang lebih rendah dari pada gelaran "radja".

Ia baru-baru mentjeraikan isterinja jang sah, lalu kawin dengan isteri saudaranja Pilipus, sedangkan Pilipus masih hidup.

(0.28608671428571) (Mat 16:19) (ende: Kuntji)

Menjerahkan kuntji-kuntji melambangkan menjerahkan kekuasaan penuh kepada seorang wakil.

(0.28608671428571) (Mrk 4:12) (ende)

Kutipan ini diambil dari Yes 6:9-11.

Ungkapan "agar supaja" ini dapat ditafsirkan sebagai pendekan dari kalimat: supaja terlaksana apa jang disebut dalam Kitab Kudus, jakni.... Memang Jesus bukan menghendaki supaja orang tidak mengerti, melainkan hanja hendak menjatakan bahwa pokok nasib mereka ketegaran hatinja sendiri. Mereka tidak mau membuka hatinja untuk menerima kebenaran.

(0.28608671428571) (Yoh 1:15) (ende)

Ajat ini landjutan dari Yoh 1:6-8.

(0.28608671428571) (Yoh 7:2) (ende: Hari raja pondok daun-daun)

Ini satu ketiga hari-raja besar. Dirajakan dalam bulan September atau Oktober guna mengutjap sjukur atas panen jang diperoleh tahun itu, lagi atas penjelenggaraan Allah jang adjaib dalam membebaskan mereka dari Mesir dan mengantar mereka ketanah terdjandji. Pesta itu dirajakan 8 hari lamanja dan waktu itu orang tinggal dalam pondok-pondok dari "daun-daun".

(0.28608671428571) (Kis 17:28) (ende: Pudjangga kamu)

Kutipan ini terdapat dalam karja Epimanides dari Ngasos, jang hidup dalam abad keenam seb. Kr. Pudjangga ini djuga dimaksudkan Paulus dalam Tit 1:12.

Utjapan "kita adalah sebangsa dengan Dia" berasal dari seorang pudjangga bernama Aratus jang hidup dalam abad ketiga seb.Kr.



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA