(0.076965529411765) | (Mat 7:13) |
(sh: Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005)) Hanya dua kemungkinanHanya dua kemungkinan. Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. 3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu. Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat 13), menjalani jalan (ayat 14), mengeluarkan buah (ayat 17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat 13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa. Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita. Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa. |
(0.076965529411765) | (Mat 9:14) |
(sh: Yang baru meniadakan yang lama (Jumat, 21 Januari 2005)) Yang baru meniadakan yang lamaYang baru meniadakan yang lama. Pada malam hari orang menyalakan lampu atau lilin supaya tidak kegelapan. Bila matahari sudah terbit semua alat penerang itu tidak lagi diperlukan. Demikian juga dengan semua upacara agama yang biasa dipraktikkan orang-orang Farisi, para ahli Taurat, termasuk murid-murid Yohanes pembaptis. Pada dasarnya peraturan-peraturan itu, misalnya berpuasa (ayat 14), dibuat untuk menolong orang mengharapkan kedatangan Mesias. Akan tetapi, Yesus Sang Mesias sudah hadir di tengah-tengah mereka. Mereka seharusnya berhenti menanti, dan mulai menikmati sukacita kehadiran-Nya (ayat 15). Tuhan Yesus ingin menyatakan bahwa Ia datang bukan untuk sekadar menambalkan atau menambahkan sesuatu yang baru kepada ajaran agama yang lama. Kata "lama" (Yun.: palaios) berarti aus atau usang karena pemakaian. Ajaran Yahudi telah menjadi begitu tidak fleksibel karena akumulasi dari tradisi-tradisi nonalkitabiah selama berabad-abad. Ajaran Yahudi tersebut sudah berubah menjadi upacara semata-mata yang malah menjauhkan mereka dari Allah. Tuhan Yesus bukan sedang menambahkan ajaran baru ke dalam wadah yang lama itu. Ia sedang menyatakan bahwa masa yang baru (neos) dan kerajaan yang baru (kainos) sudah tiba dengan kehadiran-Nya. Dengan demikian, mereka yang ingin berbagian dalam kerajaan yang baru itu harus meninggalkan semua pemahaman agama dan sikap hidup yang lama lalu menerima Kristus dan hidup dalam kebenaran-Nya. Apakah pesan Yesus ini dapat diartikan sebagai menolak tradisi rohani orang Kristen masa kini? Ya dan tidak. Kita tetap perlu bergereja, berdoa, membaca Firman, dsb. Namun, semua kebiasaan rohani tersebut menjadi sia-sia kalau kita tidak intim dengan Tuhan Yesus. Renungkan: Jika Tuhan Yesus hadir dalam hidup dan ibadah kita, pasti suasananya adalah kesukaan dan bukan kedukaan. |
(0.076965529411765) | (Mat 10:34) |
(sh: Paradoks mengikut Yesus (Jumat, 25 Januari 2013)) Paradoks mengikut YesusJudul: Paradoks mengikut Yesus Ketajaman berita Injil bagaikan pedang, mengoyak-ngoyak keluarga oleh karena tuntutannya. Tuntutan Injil adalah percaya Yesus dan menjadikan-Nya utama. Berarti ikatan keluarga, suami-istri, orangtua-anak, kakak-adik, dst. tidak boleh menghalangi ikatan keluarga kerajaan surga. Pemisahan, perpecahan dan permusuhan akan terjadi di tengah keluarga karena iman kepada Tuhan Yesus (34-36). Yesus dan bukan keluarga harus menjadi yang utama bagi para pengikut-Nya (37). Perikop ini juga berbicara mengenai kesungguhan seseorang mengikut Yesus. Seorang pengikut Yesus juga harus siap memikul salib (38). Memikul salib artinya siap menyerahkan nyawa agar berita Injil digemakan di seluruh dunia. Kesiapan menyerahkan nyawa merupakan bukti bahwa nyawanya sudah menjadi milik Tuhan, bukan milik sendiri (39). Pedang Injil tidak selalu mengoyak dan memisahkan keluarga. Banyak orang bahkan keluarga yang merespons Injil dengan keterbukaan (bnd. Kis. 16:31-33). Duta Injil adalah utusan Yesus. Menerimanya sama dengan menerima Yesus. Memberikan dukungan sekecil apa pun (42) sama dengan mempersembahkannya kepada Yesus. Seorang duta Injil adalah orang kepercayaan Tuhan. Hidupnya milik Yesus. Maka tuntutan Tuhan agar duta Injil memikul salib tidak berlebihan. Memprioritaskan Yesus dari semua ikatan lain di dunia ini memang tidak mudah. Namun, ingatlah bahwa kasih Kristus melampaui kekerasan kepala dan hati orang berdosa. Kalau Anda sedang bergumul dengan anggota keluarga yang belum mau percaya, berdoalah kepada Tuhan Yesus. Minta belas kasih-Nya agar seisi keluarga Anda diselamatkan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.076965529411765) | (Mat 13:24) |
(sh: Lalang atau gandum? (Senin, 4 Februari 2013)) Lalang atau gandum?Judul: Lalang atau gandum? Si pemilik ladang -dalam perumpamaan yang Yesus sampaikan- tidak bermaksud mengadakan tumpang sari di ladangnya saat ia menyuruh hamba-hambanya membiarkan lalang tumbuh bersama gandum yang dia tanam. Karena jelas lalang tidak meningkatkan produktivitas lahan. Si pemilik ladang hanya tidak mau kalau gandum yang telah ditanam ikut tercabut bila hamba-hambanya mau mencabuti lalang itu (29). Bagi dia, lebih baik jika lalang dibiarkan tumbuh bersama gandum hingga saat menuai tiba. Karena pada waktu itulah akhir hidup keduanya akan ditentukan, lalang akan dibakar dan gandum akan dimasukkan ke lumbung (30). Perumpamaan tersebut merupakan gambaran mengenai keberadaan umat pilihan dan orang tak beriman di dunia ini. Keberadaan sebagai orang kudus tebusan Kristus, tidak menghindarkan umat dari kebersamaan dengan orang-orang yang tidak beriman di dunia ini. Meski berstatus sebagai orang kudus, umat pilihan tidak serta merta diisolasi dan tinggal bersama dalam suatu area secara eksklusif. Di dalam penjelasan-Nya, Yesus menyampaikan bahwa Tuhan membiarkan orang-orang jahat berada di tengah-tengah umat untuk kepentingan umat sendiri. Namun buah yang dihasilkan dari kehidupan mereka akan memperlihatkan, yang manakah orang jahat dan yang manakah umat. Sehingga pada akhir zaman, Tuhan datang untuk memisahkan umat pilihan dari orang-orang yang melakukan kejahatan dan orang-orang yang menyebabkan orang lain berbuat dosa (41). Hendaknya kita tidak lantas menebak-nebak apakah orang-orang tertentu termasuk lalang atau bukan ketika kita berada dalam kumpulan umat. Sebab Tuhan saja menentukan hal itu di akhir zaman nanti. Lagi pula masih ada kesempatan bertobat bagi setiap orang. Yang perlu dipastikan, apakah kita tidak termasuk orang yang melakukan kejahatan atau menyebabkan orang lain berbuat dosa. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.076965529411765) | (Mat 13:31) |
(sh: Minoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkan (Rabu, 7 Februari 2001)) Minoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkanMinoritas di Tangan yang berkuasa memaksimalkan. Minoritas seringkali dianggap remeh dan tidak masuk hitungan. Namun perlu ditilik terlebih dahulu siapakah di balik yang minoritas. Yang terkecil belum pasti kalah, seperti: Daud yang ternyata sanggup mengalahkan Goliat, si raksasa, karena ada Tangan Tuhan di balik kelemahan Daud; Gideon dengan hanya 300 pasukan Israel berhasil mengalahkan tentara Midian dan Amalek yang jumlahnya sangat besar bagaikan pasir di tepi laut, karena Tangan Tuhan yang berperang bagi mereka; dan masih banyak lagi contoh lain. Jadi dapat dikatakan bahwa perannya bukan pada yang minoritas, tetapi Siapa di balik yang minoritas, sehingga yang minoritas berhasil dimaksimalkan- Nya. Yesus kembali mengatakan perumpamaan kepada orang banyak tentang Kerajaan Sorga dalam aspek yang lain, melalui ilustrasi biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang terkecil di antara biji lainnya. Namun setelah tumbuh, ukuran daunnya lebih besar dari jenis sayuran lainnya dan bertumbuh menjadi sebuah pohon, sehingga cabang-cabangnya menjadi tempat bersarang burung-burung. Kita mengakui bahwa di balik proses pertumbuhan dari benih menjadi tumbuhan, ada Tangan Illahi yang mengerjakannya. Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Gereja Tuhan yang minoritas dalam dunia, namun ada Tangan Tuhan yang sanggup memaksimalkan fungsi dan perannya, sehingga seperti pohon sesawi yang menjadi tempat bersarangnya burung-burung, demikian pula Gereja Tuhan harus menjadi berkat bagi lingkungannya. Hal ini lebih ditegaskan lagi dengan perumpamaan seorang perempuan yang memasukkan ragi ke dalam adonan tepung terigu 3 sukat (ayat 36 liter). Ragi yang sedikit mampu mengkhamirkan seluruh adonan. Yang minoritas dapat berfungsi dan berperan maksimal mempengaruhi sekitarnya bila mau mengidentifikasikan diri bersama sekitarnya, tanpa mengubah jati diri menjadi sama dengan lingkungan. Kehadiran Gereja yang minoritas di Indonesia tidak akan tenggelam ditelan tantangan arus zaman, bila tetap berada dalam Tangan yang berkuasa memaksimalkan. Walaupun kondisi dan tantangan semakin menghimpit, namun gema kebenaran harus terus disuarakan, agar semakin banyak orang datang mencari damai sejati. Renungkan: Gereja-Nya memang minoritas, namun dapat `mengkhamirkan' dunia. |
(0.076965529411765) | (Mat 14:1) |
(sh: Dihantui rasa bersalah (Sabtu, 5 Februari 2005)) Dihantui rasa bersalahDihantui rasa bersalah. Yesus semakin terkenal, pelayanan-Nya semakin meluas. Berita tentang Yesus sampai ke telinga Herodes Antipas, raja wilayah propinsi Galilea dan Perea. Mendengar laporan tentang Yesus, Herodes segera teringat perbuatan jahatnya yang sudah lampau. Berita tersebut menimbulkan perasaan dan reaksi aneh dalam diri Herodes. Yesus dianggapnya Yohanes pembaptis yang bangkit kembali (ayat 2). Perbuatan-perbuatan dosanya menceraikan istrinya, menikahi ipar sendiri (ayat 3), sampai mem-bunuh Yohanes pembaptis yang menegur dosa-dosanya tersebut, satu per satu bermunculan kembali. Pada awalnya Herodes seolah memiliki hati nurani yang masih bekerja baik. Buktinya ia tidak langsung melenyapkan Yohanes pembaptis ketika dosanya ditegur, yang dilakukannya hanya memenjarakan dia. Akan tetapi, hati nurani yang baik itu tidak sungguh didengarnya. Malah karena plot Herodias melalui Salome, Herodes terpojok di hadapan para bangsawan untuk akhirnya memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes pembaptis (ayat 9-10). Kini berita tentang Yesus membuat kesalahan itu terhakimi kembali dalam hati Herodes. Dosa tidak selesai begitu saja dengan berlalunya waktu. Cepat atau lambat kehadiran Yesus akan membongkar dan menghakimi semua dosa tanpa pengecualian. Termasuk semua dosa yang disembunyikan dan dilupakan. Peristiwa ini sekaligus menunjuk kepada fungsi Yesus kelak sebagai Hakim, juga menunjuk kepada fungsi Yesus sebagai Gembala bagi para murid Yohanes yang hidup melayani kebenaran. Selama orang belum mengakui dosa-dosanya di hadapan Yesus dan menerima pembaruan hidup dari-Nya, orang akan tetap hidup dalam bayang-bayang hukuman Allah. Hati nurani yang belum mengalami pengudusan akan terus berfungsi sebagai alat penghakiman Allah yang menunjuk kepada Hari penghakiman akhir kelak. Kulakukan: Akui dosa kepada Yesus. Ia akan menghapuskan kesalahan Anda dan rasa bersalah yang masih menghantui. |
(0.076965529411765) | (Mat 15:1) |
(sh: Setia kepada firman (Selasa, 8 Februari 2005)) Setia kepada firmanSetia kepada firman. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ayat 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak." Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya tradisi menjanjikan persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah, mungkin dimaksudkan supaya umat setia beribadah kepada Allah. Praktiknya tradisi ini bahkan mengizinkan seseorang untuk mengabaikan perintah Tuhan yang lebih prinsip yaitu menghormati orang tua. Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ayat 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan. Betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia saleh dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah saleh padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang. Camkan: Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan. |
(0.076965529411765) | (Mat 16:13) |
(sh: Arti sebuah pengakuan (Kamis, 15 Februari 2001)) Arti sebuah pengakuanArti sebuah pengakuan. Seorang ayah bertanya kepada anaknya yang masih berusia tujuh tahun: "Kata orang, siapakah ayah?" Setelah berpikir sejenak, anak ini menjawab: "Ada yang mengatakan polisi, ada yang mengatakan Pak RT, ada juga yang memanggil Pak Broto!" Kemudian ayahnya bertanya lagi: "Menurut kamu, siapakah ayah?" Dengan wajah ceria, anak ini menjawab: "Ayahku!" Anak ini mengenal ayahnya dengan pengenalan yang bersifat pribadi dan lebih dalam dibandingkan orang lain. Suatu kali ketika Yesus sedang berada di Kaisarea Filipi, tiba-tiba ia memunculkan pertanyaan yang tidak pernah diduga oleh murid-murid-Nya. Ia menanyakan bagaimana pendapat orang tentang siapakah Anak Manusia. Yesus bertanya terlebih dahulu tentang pendapat orang lain dan bukan pendapat mereka. Maka dengan spontan mereka menjawab bahwa orang mengenal-Nya sebagai Yohanes Pembaptis, seperti pendapat raja Herodes; ada yang mengatakan Elia karena Elia pernah dikatakan akan menampakkan diri lagi (Mal. 4:5); ada pula yang mengatakan Yeremia atau salah seorang dari para nabi. Tokoh-tokoh yang disetarakan dengan Yesus adalah tokoh besar, baik di PL maupun PB; namun mereka hanya memiliki jabatan kemanusiaan. Jadi di antara orang banyak, belum ada yang mengenal Yesus dalam jabatan Keillahian-Nya. Kemudian Yesus mengajukan pertanyaan yang sama kepada murid-murid- Nya. Simon Petrus, murid yang paling cepat berespons mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Inilah jabatan Keillahian Yesus. Yesus menegaskan bahwa Allah Bapa yang memungkinkan Petrus dapat mengenal Yesus sebagai Mesias. Pengenalan kita akan Yesus adalah pengenalan yang bersifat pribadi, bukan sekadar kata orang atau menyaksikan perbuatan-Nya bagi orang lain, tetapi karena kita mengalami sendiri hidup bersama-Nya. Ia menginginkan pengakuan yang bukan hanya berdasarkan pengetahuan, tetapi pengakuan yang lahir karena hubungan pribadi dengan Dia. Kita mudah mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan yang Maha Kuasa, tetapi sungguhkah kita menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya yang Maha Kuasa atau kita sendiri yang masih mengendalikan hidup kita? Renungkan: Pikirkan arti sebuah pengakuan Anda, siapakah Yesus bagi Anda? |
(0.076965529411765) | (Mat 17:1) |
(sh: Pengalaman supranatural adalah anugerah (Sabtu, 17 Februari 2001)) Pengalaman supranatural adalah anugerahPengalaman supranatural adalah anugerah. Tidak semua orang mengalami pengalaman supranatural, karena pengalaman supranatural adalah anugerah. Pengalaman ini dialami oleh beberapa orang tertentu bukan berdasarkan siapakah mereka di hadapan Tuhan, namun semata-mata berdasarkan anugerah-Nya. Tuhan memiliki tujuan khusus bagi orang-orang yang mengalaminya. Ada yang mengalaminya sehingga ia percaya kepada Kristus, ada yang mengalaminya sehingga kehidupannya berubah, ada pula yang mengalaminya sehinga ia mendapatkan visi yang jelas dari Allah, ada pula yang mengalaminya sehingga mendapatkan kekuatan dalam pergumulan yang berat. Namun pengalaman supranatural bukan satu-satunya cara Allah untuk menyatakan diri kepada manusia. Ketiga murid Yesus: Petrus, Yakobus, dan Yohanes mengalami pengalaman supranatural bukan karena mereka lebih baik dari yang lain, semata-mata karena ketiganya diperkenankan Yesus untuk menyaksikan kemuliaan-Nya. Ia mengajak mereka naik ke gunung yang tinggi, supaya pengalaman itu hanya dialami oleh mereka berempat. Di sana mereka menyaksikan kemuliaan wajah dan pakaian Yesus bagai matahari dan terang, menandakan betapa berkilaunya sehingga mereka tak sanggup menatap secara kasat mata. Di sana pun hadir Elia yang mewakili nabi dan Musa yang mewakili Taurat. Pengalaman ini membuat mereka begitu bahagia, sehingga mereka tidak mau kembali kepada realita yang penuh penderitaan (ayat 16:24), maka Petrus menawarkan 3 kemah untuk Yesus, Elia, dan Musa. Tiba-tiba awan yang terang menaungi mereka dan terdengar pernyataan Illahi tentang Yesus, Anak Allah. Puncak penyataan Illahi ini membuat ketiga murid tersungkur dan sangat ketakutan, sehingga mereka tidak sanggup lagi menyaksikan peristiwa selanjutnya. Pengalaman supranatural bersifat sesaat dan setiap orang yang mengalaminya harus kembali kepada realita, karena pengalaman supranatural tidak bertujuan meninabobokan seseorang, tetapi memberikan dasar kebenaran bagi seseorang untuk hidup dalam realita. Pengalaman supranatutal ini pun bukan untuk dipublikasikan (ayat 9), sehingga orang yang mengalaminya tidak menjadi sombong rohani. Renungkan: Betapa indahnya kesaksian seorang yang mengalami pengalaman supranatural, yang tidak berfokus kepada kesombongan rohaninya, tetapi kepada kemuliaan Yesus Sang Mesias. |
(0.076965529411765) | (Mat 18:1) |
(sh: Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001)) Standar dunia tidak berlakuStandar dunia tidak berlaku. Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia. Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar. Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat 8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan. Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal. |
(0.076965529411765) | (Mat 18:1) |
(sh: Seperti anak kecil (Rabu, 20 Februari 2013)) Seperti anak kecilJudul: Seperti anak kecil Berdasarkan konteks ini, mestinya kita heran dengan kata-kata Tuhan Yesus: "... sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (3-4). Apa maksudnya? Bacaan hari ini mengaitkan arti kemuridan dengan sosok anak kecil. Para murid mesti menjadi seperti anak kecil dalam arti "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini" (4). Yang digarisbawahi di sini bukanlah sifat manja ataupun cengeng khas anak kecil, tetapi posisinya yang rendah dan lemah. Tidak seperti raja-raja dunia yang berkuasa memungut pajak dan bea dari orang-orang di bawah kekuasaannya (Mat. 17:25), para murid dipanggil untuk bertindak seperti anak kecil yang tidak memiliki kuasa, sehingga hidup sebagai orang yang berserah dan hanya mengandalkan Allah. Para murid juga diperingatkan agar tidak menyesatkan ataupun menganggap rendah anak-anak kecil (5-11), baik secara harfiah maupun secara khusus sebagai simbol bagi sesama murid. Nasihat di ayat 8-9 memang mengulangi pengajaran Yesus sebelumnya (Mat. 5:29-30), tetapi di sini nasihat tersebut ditempatkan di dalam konteks berbeda: agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita, kita mesti siap mengurbankan apa pun yang membuat diri kita tersesat. Maka nas ini bertanya kepada kita: adakah kekuasaan atau apa pun selain Allah yang menjadi andalan hidup? Jangan sampai hal itu membuat kita tidak taat kepada Allah, bahkan membuat orang lain di sekitar kita tersesat. Jika itu terjadi, kita harus membuangnya. Mari kita minta kekuatan dari Allah supaya bisa menjadi anak kecil, seperti yang Dia inginkan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.076965529411765) | (Mat 19:13) |
(sh: Bagaimana masuk sorga? (Minggu, 22 Maret 1998)) Bagaimana masuk sorga?Bagaimana masuk sorga? Melepas segala sesuatu. Di dalam dunia ini banyak hal dapat diatur atau diperoleh dengan uang. Bahkan kebenaran dan keadilan pun dapat diputarbalikkan hanya karena uang. Kenyataan seperti itu bisa menggoda orang berpikir bahwa keselamatan dan Kerajaan Sorga pun dapat diperoleh dengan uang, atau Tuhan dapat disogok dengan uang. Ketika Tuhan menuntut orang muda yang kaya itu untuk memberikan semua hartanya kepada orang miskin, tidak berarti bahwa sorga dapat dibeli dengan perbuatan baik. Tidak juga berarti bahwa sorga hanya untuk orang miskin. Perintah itu bertujuan menyadarkan dan melepaskan orang itu dati keterikatannya akan harta. Bukan memperoleh isi dunia. Tiga kali para murid Yesus dikejutkan, dicengangkan Yesus. Masuk sorga adalah mustahil bagi manusia, tetapi tidak bagi karunia Allah. Jika untuk mengikut Yesus dan masuk sorga orang harus kehilangan segala sesuatu, bukankah itu berarti rugi besar? Tidak! Sebaliknya, orang yang menerima karunia hidup kekal dari Tuhan Yesus akan mengalami berkat-berkat dunia ini dalam perspektif dan nilai yang kekal. Renungkan: Tuntutan Injil sedemikian berat karena Tuhan ingin memberi kita harta dan kebahagiaan sejati di dalam Dia saja. Doa: Aku ingin beserah penuh padaMu, Tuhan. Ajarku rela melepas segala hal demi Kau menjadi segalanya bagiku. |
(0.076965529411765) | (Mat 20:17) |
(sh: Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan? (Minggu, 20 Februari 2005)) Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan?Siapa di "sebelah kiri dan kanan" Tuhan? Wajarlah jika Yohanes dan Yakobus berharap bisa mendampingi Tuhan Yesus dalam kerajaan-Nya. Mereka adalah murid terdekat-Nya dan telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengiring Dia. Persoalannya adalah mereka tidak peka akan perasaan Tuhan Yesus. Permintaan ini disampaikan pada saat Tuhan Yesus sedang menggumuli penderitaan yang akan dialami-Nya di atas salib (ayat 17-19). Mereka tidak memahami makna di balik penderitaan-Nya. Bagi mereka, Tuhan Yesus akan menjadi raja yang perkasa yang mengenyahkan penjajah Romawi dan mendirikan kerajaan-Nya di bumi ini. Maka kelak mereka pun akan memerintah bersama-Nya. Seandainya mereka mengerti bahwa Tuhan Yesus bukanlah Raja Yahudi seperti yang mereka harapkan, pasti mereka tidak akan menyanggupi meminum cawan penderitaan Tuhan Yesus itu (ayat 22). Kemarahan sepuluh murid lainnya terhadap Yohanes dan Yakobus menunjukkan bahwa sebenarnya mereka pun berpikiran yang sama (ayat 24; band. Mat. 18:1-5). Tuhan Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Surga berbeda dengan pemerintahan dunia. Menurut hukum dunia, siapa yang berkuasa, dialah yang dilayani (ayat 25). Akan tetapi, dalam Kerajaan Surga, siapa yang mau melayani orang lain justru dialah yang terbesar. Tuhan Yesus sendiri menyatakan keteladanan-Nya dengan melepaskan hak untuk dilayani supaya bisa melayani manusia. Bahkan Ia rela mati sebagai tebusan demi keselamatan setiap orang (ayat 26-28). Pada umumnya, manusia ingin berkuasa karena kekuasaan identik dengan dilayani, hidup enak, kaya, terkenal, dsb. Kalau perlu hal itu diperoleh dengan cara menjegal sesama atau menindas kebenaran demi mendapatkan posisi tertinggi. Kalau hal demikian dilakukan juga dalam gereja dan pelayanan, berarti kita telah menyalahartikan dan menyalahgunakan kekuasaan dalam Tuhan. Ingatlah: Berkuasa berarti kesempatan melayani Tuhan dan sesama. |
(0.076965529411765) | (Mat 22:34) |
(sh: Belajar Bertanya dengan Tulus (Selasa, 21 Maret 2017)) Belajar Bertanya dengan TulusCara lazim yang dipakai untuk mengajar oleh para guru pada zaman Yesus adalah dengan mengajukan pertanyaan dan kemudian menerangkan jawabannya. Pertanyaan yang tulus untuk tujuan belajar sangatlah berbeda dengan pertanyaan yang memiliki motif menjebak atau menjatuhkan. Yesus mampu menjawab setiap pertanyaan dari orang-orang Farisi, Herodian, dan golongan Saduki. Bahkan pertanyaan seorang ahli Taurat mengenai hukum yang terbesar dijawab oleh Yesus dengan kuasa dan hikmat Allah, yaitu mengasihi Allah dan sesama. Jawaban yang Yesus berikan tidak terbantahkan karena hukum terbesar itu telah menyarikan semua yang dituliskan dalam Taurat Musa dan kitab para Nabi. Beralih dari pihak yang ditanya, Yesus balik bertanya mengapa Daud menyebut Mesias sebagai "tuan", bila Mesias adalah anak keturunan Daud (Mzm.110:1). Pertanyaan Yesus membuat orang-orang yang berupaya mencobai dan menjebak-Nya bungkam seribu bahasa. Keengganan mereka tidak menjawab pertanyaan Yesus karena motif terselubung mereka bukan dilandaskan pada kasih, melainkan pada kejahatan. Jika pertanyaan seseorang dilandasi oleh kasih dan ketulusan, maka kasih tersebut akan mempertemukan orang dengan sesamanya dalam tanya-jawab yang imbang dan sehat. Selain itu, kebungkaman mereka bukan tanda kerendahan hati, melainkan ekspresi kekerasan dan kedegilan hati untuk menyangkal kebenaran Allah. Sebaliknya, bertanya dengan tulus akan membawa seseorang kepada pencerahan. Karena yang mencari mendapat, yang meminta akan diberi, dan bagi yang mengetok pintu akan dibukakan. Tetapi, sikap congkak justru mengurungkan maksud baik pihak lain untuk menolongnya. Kecongkakan, ego diri, dan sikap intoleransi akan menutup peluang untuk masing-masing pihak saling belajar dan bertemu dengan yang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Karena itu, mengasihi Allah tidak dapat berjalan seiring dengan merendahkan sesama. Marilah kita bertanya dengan tulus! [YTP] |
(0.076965529411765) | (Mat 24:1) |
(sh: Mengamati tanda zaman (Rabu, 28 Maret 2001)) Mengamati tanda zamanMengamati tanda zaman. Banyak orang bermunculan menafsirkan beberapa kejadian yang muncul akhir-akhir ini sebagai tanda berakhirnya zaman ini. Namun kenyataannya tafsiran mereka tidak berujung realita, karena sampai kini telah gugur pendapat-pandapat tentang kepastian hari kiamat yang memang hanya sekadar perhitungan manusia belaka, yang tidak berpijak pada kebenaran firman Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini jelas dikatakan Yesus bahwa tanda- tanda zaman memang dapat diamati tetapi tidak bermaksud membuka kesempatan bagi manusia untuk menentukan hari- Nya. Lalu mengapa hal ini dinyatakan Yesus? Saat itu para murid sedang terkagum-kagum menyaksikan kemegahan dan keagungan bangunan Bait Allah. Namun Yesus membuat mereka tersentak dengan pernyataan yang menyedihkan (2). Mendengar ini mereka menjadi bertanya-tanya lebih lanjut tentang kesudahan zaman (3). Yesus tidak secara langsung menjawab pertanyaan mereka, tetapi memberikan nasihat bagi mereka untuk mengamati tanda zaman, yaitu: [1] menjamurnya ajaran sesat yang berusaha menyelewengkan perhatian orang dari Yesus (4-5, 11), [2] berbagai malapetaka perang dan bencana alam (6-7), [3] penyiksaan dan pembunuhan orang beriman, [4] permusuhan antar orang beriman karena ketidakjelasan dasar iman (10), dan [5] kasih persaudaraan menjadi suam (12). Dengan jelas dan tegas Yesus mengatakan bahwa semuanya ini akan terjadi sebagai permulaan penderitaan yang menimpa semua orang termasuk orang beriman. Kristen tidak seharusnya menjadi gelisah, kuatir, dan takut mengamati dan mengalami segala kejadian di atas, sebaliknya harus tetap teguh dan setia dalam kehidupan imannya. Di tengah kejadian-kejadian yang berakibat kemunduran, kerusakan, kehancuran, keruntuhan, dan kebinasaan, ternyata ada yang menghibur, karena berita Injil akan tetap tersiar dan berkembang ke setiap penjuru dunia sebelum zaman ini berakhir dan orang yang bertahan sampai akhir akan mendapatkan hidup kekal (13-14). Inilah misi Kristen yang tidak pernah ditelan kekacauan dan kehancuran zaman, karena firman Tuhan tidak pernah gagal. Renungkan: Kesudahan segala sesuatu pasti, tetapi jangan goyah karena kemenangan orang yang setia sampai akhir pun pasti! |
(0.076965529411765) | (Mat 24:29) |
(sh: Semesta gonjang-ganjing (Rabu, 9 Maret 2005)) Semesta gonjang-ganjingSemesta gonjang-ganjing
Yesus Kristus akan datang kembali pada hari terakhir, bukan lagi sebagai bayi mungil yang serba terbatas, melainkan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan. Dia tidak lagi datang untuk mengampuni manusia berdosa melainkan datang untuk menghakimi. Semua bangsa di bumi akan meratap (ayat 30). Hari penghakiman sudah datang! Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat! Namun, mereka yang percaya dalam nama-Nya, yaitu orang-orang pilihan-Nya akan dikumpulkan dari segala tempat untuk masuk ke dalam sukacita kekal bersama Dia (ayat 31). Tuhan Yesus mengajarkan agar kita peka untuk membaca tanda zaman. Kita bukan hanya harus membaca Kitab Suci, melainkan perlu juga membaca situasi zaman yang sedang terjadi di sekeliling kita berdasarkan terang firman Tuhan. Waktu yang singkat menyadarkan kita untuk hidup bijaksana. Perkataan Tuhan Yesus adalah lebih pasti daripada eksistensi alam semesta. Justru karena tak seorang pun tahu saat kedatangan-Nya (ayat 36), maka kita patut semakin waspada dan semakin mendalami kebenaran Alkitab. Renungkan: Bila Anda ingin siap menyambut kedatangan-Nya, berhentilah menjadi praktisi penyembah segala manifestasi berhala! |
(0.076965529411765) | (Mat 25:1) |
(sh: Pola hidup siaga (Sabtu, 12 Maret 2005)) Pola hidup siagaPola hidup siaga
Perumpamaan ini berbicara tentang Kerajaan Surga (ayat 1), dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia kelak (ayat 13). Keadaan manusia dalam evaluasi Tuhan kelak terbagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang seperti gadis yang cerdas (ayat 4,7) dan kelompok yang mirip gadis yang bodoh (ayat 3,8). Yang cerdas diizinkan ambil bagian dalam pesta sang pengantin sebab meski ada penundaan mereka telah menyiapkan agar pelita mereka tetap menyala. Karena mereka tanggap terhadap Yesus dan berjaga-jaga merindukan kedatangan-Nya, mereka akan disambut oleh Yesus ketika Ia datang kembali untuk menggenapkan Kerajaan Surga. Sebaliknya, mereka yang tidak tanggap dan tidak siaga akan ditolak (ayat 11,12). Kerajaan Surga datang di dalam dan melalui hidup, ajaran, dan perbuatan Yesus (lihat Mat. 4:17). Kelak pada kedatangan-Nya kedua kali Yesus akan merampungkan pewujudan Kerajaan Surga dan menentukan siapa yang layak berbagian di dalamnya. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya pasti akan memiliki sikap rindu berjumpa dengan-Nya. Pengharapan tersebut seharusnya meujud di dalam sikap hidup sehari-hari. Sikap siaga menantikan kedatangan Tuhan yang digambarkan sebagai membawa minyak cukup, dituntut Tuhan dari orang Kristen. Justru karena masa kini orang makin tidak peduli terhadap kebenaran dan makin mengabaikan soal kedatangan Tuhan, perumpamaan ini patut mengembalikan kita ke siaga penuh. Doaku: Tuhan, firman-Mu ini menyentak daku dari keterlenaan. Kiranya kasih karunia-Mu memberiku hati yang rindu berjumpa Engkau. |
(0.076965529411765) | (Mat 27:11) |
(sh: Kriminalisasi Yesus (Rabu, 31 Maret 2010)) Kriminalisasi YesusJudul: Kriminalisasi Yesus Apa kesalahan Yesus sehingga harus dihukum mati? Jawabannya: tidak ada! Tuduhan para pemuka agama terhadap Yesus, tidak satu pun yang dapat mereka buktikan wa-laupun mereka telah memakai banyak saksi palsu (ayat 26:59-61). Hanya satu tuduhan mereka yang sepertinya "diakui" Yesus, yaitu Dia sebagai Mesias, Anak Allah, yang menyebabkan Ia disebut sebagai penghujat Allah (ayat 26:63-65). Namun hal itu tidak bisa dijatuhi hukuman mati. Pilatus tahu akan hal tersebut (ayat 27:11). Pilatus tahu pula bahwa tuduhan-tuduhan itu disebabkan oleh kedengkian mereka (ayat 18). Pilatus tahu bahwa Yesus seharusnya dibebaskan. Mengapa Pilatus akhirnya memerintahkan penyaliban Yesus (ayat 26)? Pilatus tidak berani menghadapi rakyat yang sudah dihasut oleh para pemuka agama. Apabila mereka berdemonstrasi besar-besaran, hal itu akan merugikan popularitasnya di mata orang Yahudi, maupun reputasinya di mata pemerintah Romawi yang mengangkatnya. Pilatus yang takut dirinya terseret masalah memilih untuk menyenangkan hati orang banyak dengan mengabaikan hati nurani sendiri (ayat 24). Apa sikap terbaik menghadapi kriminalisasi seperti itu? Yesus memilih diam seperti seekor domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53:7). Dia tidak membela diri karena kematian-Nya merupakan kehendak Allah. Kebangkitan-Nya kelak membuktikan kebenaran-Nya. Saat kita difitnah bahkan dituduhkan yang jahat oleh karena iman kita, biarlah sikap Yesus yang berfokus pada salib dan kehendak Bapa menjadi sikap kita pula. Tidak perlu membela diri karena Allah pembela kita. |
(0.076965529411765) | (Mat 28:1) |
(sh: Bukan lagi saat untuk berduka! (Minggu, 12 April 1998)) Bukan lagi saat untuk berduka!Bukan lagi saat untuk berduka! Saksikan kebangkitan Yesus. Tugas utama malaikat itu bukanlah membuat gentar para prajurit tersebut. Juga bukan untuk menolong Yesus bangkit dari kematian. Yesus dengan kepenuhan kuasa kemuliaan Allah yang hadir di dalam diri-Nya telah bangkit. Kekuatan maut tidak dapat lagi menahan-Nya. Apa yang telah berulangkali diceritakan-Nya lebih dulu, kini benar-benar terwujud. Para malaikat itu ditugaskan untuk memberitahukan kenyataan itu kepada kedua wanita itu. Supaya mereka tahu bahwa Yesus sudah bangkit. Supaya mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan yang menang. Supaya mereka boleh mengalami perubahan dan dengan sukacita menyaksikan berita ajaib itu kepada para murid lainnya. Tetapi oleh para imam kabar tersebut direkayasa menjadi dusta. Bukan saja sampai Injil Matius ini dituliskan kabar dusta itu telah dipercaya orang Yahudi, sampai kini pun cukup banyak orang lebih suka mempercayai dongeng dusta itu daripada mempertaruhkan hidup kepada Yesus yang bangkit dan hidup. Renungkan: Kubur kosong itu adalah penunjuk penting kepada Dia yang sampai kekal kelak menjadi panutan iman orang Kristen segala abad. Doa: Penuhi kami dengan kuasa kebangkitanMu untuk gigih memberitakan kabar kebenaran melawan kabar palsu |
(0.076965529411765) | (Mat 28:1) |
(sh: Hentikan ratapan, bersukacitalah! (Minggu, 15 April 2001)) Hentikan ratapan, bersukacitalah!Hentikan ratapan, bersukacitalah! Sekitar 36 jam setelah kematian Yesus, para wanita datang ke tempat Yesus dikuburkan. Tujuannya ingin merempah-rempahi tubuh Yesus. Tentu saja suasana sedih dan duka masih menyelimuti hati mereka karena kehilangan orang yang mereka kasihi. Namun mereka dikejutkan dengan peristiwa gempa bumi yang hebat. Malaikat Tuhan nampak menggulingkan batu penutup lubang kubur lalu duduk di atasnya. Peristiwa dahsyat itu ternyata tidak hanya mengejutkan mereka tetapi juga para penjaga kubur Yesus. Keterkejutan itu membuat mereka seperti orang-orang mati. Malaikat memberitakan bahwa Kristus sudah bangkit! Ia pun memerintahkan kepada para wanita untuk segera menyampaikan berita tersebut kepada para murid. Allah membangkitkan Yesus dari kematian. Kebangkitan Kristus menjawab banyak hal. Pertama, kebangkitan Kristus merupakan perwujudan dan penggenapan rencana agung Allah. Kedua, pembuktian kebenaran cerita yang telah disampaikan-Nya bahwa Dia akan bangkit pada hari ketiga. Ketiga, menjawab kekuatiran dan membungkam kesombongan para imam. Keempat, kebangkitan Yesus merupakan kemenangan terdahsyat dimana Ia keluar sebagai Pemenang melawan maut. Kemenangan yang mengubah hubungan manusia dengan Allah yang sempat terputus karena dosa manusia. Hari ini Kristen merayakan kemenangan akbar sepanjang sejarah dunia. Peristiwa kebangkitan yang telah menyejarah dan menjadi dasar iman gereja Tuhan. Renungkan: Jangan takut menyaksikan iman kita. Karena yang kita miliki adalah iman yang hidup. Bukan iman isapan jempol atau dongeng seribu satu malam. Bersukacitalah karena kebangkitan-Nya membuat maut tidak mampu menahan kebesaran dan kemahakuasaan Allah mewujudkan rencana agung-Nya bagi seluruh umat manusia. Bacaan untuk Hari Paskah 1 Lagu: Kidung Jemaat 341 |