Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 143 ayat untuk (68-25) Orang AND book:12 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.86) (2Raj 3:1) (sh: Kehidupan rohani akar kehidupan manusia (Rabu, 17 Mei 2000))
Kehidupan rohani akar kehidupan manusia

Kehidupan rohani seseorang merupakan akar dan titik awal bagi tercapainya kehidupan manusia yang seutuhnya, yakni kehidupan yang selaras dengan panggilan hidupnya, kehidupan yang bermakna dan berharga bagi masyarakatnya. Dengan kata lain, walaupun seseorang sukses dalam kariernya, namun kehidupan rohaninya kacau, maka dapat dipastikan bahwa kesuksesan dalam karier itu tidak akan bermakna bagi pribadinya, keluarganya, dan masyarakat. Kehidupan Yoram merupakan contoh yang tepat untuk hal ini.

Sebagai raja Israel, panggilan hidupnya adalah memimpin dan membimbing rakyatnya untuk berjalan dalam jalan Tuhan. Namun kenyataannya, ia justru memimpin bangsanya kepada kesesatan dan kemurtadan. Ini berawal dari kehidupan rohaninya yang kacau. Ia mematikan satu penyembahan berhala namun justru menghidupkan kembali penyembahan berhala yang pernah disembah oleh Yerobeam kurang lebih 100 tahun yang lampau. Kehidupan rohani yang kacau ini juga hampir mengacaukan pelaksanaan tugasnya sebagai raja. Rencana menyerang Moab sebenarnya merupakan tindakan yang terpuji. Namun ia nampaknya tidak seperti Yosafat yang sangat berhikmat untuk menentukan siasat penyerangannya. Itu disebabkan karena Yosafat mempunyai kehidupan rohani yang benar di hadapan Allah (Maz. 119:98-100).

Ketika menghadapi kesulitan air di padang gurun Edom, Yoram bersungut-sungut sama seperti nenek moyangnya ketika berada di padang pasir menuju tanah Kanaan. Dalam situasi yang genting ini ia telah kehilangan arah dan pegangan. Ia pun menyalahkan TUHAN sebagai penyebab mereka bertiga diserahkan kepada Moab. Padahal kapankah Yoram minta petunjuk dari TUHAN tentang penyerangan ini? Seandainya Yoram sendiri yang menyerang tanpa bantuan Yosafat dapat dipastikan bangsa Israel akan dipukul habis oleh orang Moab di padang gurun. Dengan demikian selain menjerumuskan bangsanya kepada kesesatan, ia juga membawa bangsanya kepada kemusnahan.

Renungkan: Apakah panggilan hidupnya sebagai raja terpenuhi? Di sisi manakah Anda berada sekarang? Di sisi Yoram atau Yosafat? Kehidupan rohani yang sehat kunci pembenahan kehidupan Kristen.

(0.86) (2Raj 3:1) (sh: Siapa yang Anda andalkan? (Rabu, 4 Mei 2005))
Siapa yang Anda andalkan?


Siapa atau apa pusat hidup seseorang akan nyata melalui tindakan-tindakan yang ia ambil. Kalau Tuhan yang menjadi pusat hidupnya, maka ia pasti menaati pimpinan-Nya dan hidup dalam kebenaran dan kesalehan.

Yoram memang tidak meniru dosa ayah dan ibunya menyembah Baal dan Asyera (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">2), tetapi ia juga tidak berpaling kepada Tuhan, Allah Israel. Ia mengikuti dosa Yerobeam bin Nebat, yaitu menyembah lembu emas di Betel dan Dan (lihat 1Raj. 12:25-33). Itu sebabnya ketika Raja Mesa memberontak, Yoram memilih bergantung pada sekutunya daripada meminta petunjuk Allah Israel (ayat 2Raj. 3:4-8). Sikap Yoram untuk mengatasi pemberontakan Moab menunjukkan kepada siapa ia berharap. Seharusnya Yoram lebih dulu meminta petunjuk Tuhan sebelum mencari bantuan raja Yehuda dan raja Edom, bukan mencari Tuhan setelah ia menemui kesulitan di padang gurun Edom dan hilang semangatnya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">10).

Sebaliknya, Yosafat mencari Tuhan melalui perantaraan Nabi Elisa, walaupun ia ikut-ikutan melawan Moab. Sikap Nabi Elisa yang mencari petunjuk Tuhan dalam perkara Yoram patut kita teladani. Ia tidak menjadikan pengakuan pegawai raja bahwa dirinya pengganti Nabi Elia sebagai jalan untuk memegahkan diri sendiri (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">11-12,15). Ia juga tidak menolak membantu Yoram walaupun ia tidak suka terhadap sikap Yoram (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13-14). Yoram yang telah berjalan menurut rencananya sendiri kini menghadapi fakta bahwa Tuhan, Allah Israel berkuasa memberikan kemenangan baginya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">16-25). Kemenangan Yoram juga membuktikan bahwa Tuhan, Allah Israel lebih berkuasa daripada para allah sesembahan Moab (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">26-27).

Seperti siapakah Anda? Yoram, yang hidup dalam dosa dan mengandalkan kekuatan sendiri? Yosafat, yang walaupun anak Tuhan, masih bersekutu dengan orang tidak seiman? Atau Elisa, yang setia mengandalkan Tuhan yang ia layani?

Renungkan: Bila andalan hidup Anda adalah Tuhan maka bersama-Nya Anda akan menang terhadap segala masalah.

(0.86) (2Raj 6:1) (sh: Pemimpin masa depan (Selasa, 23 Mei 2000))
Pemimpin masa depan

Menjelang millenium ada banyak seminar yang diselenggarakan oleh gereja maupun lembaga manajemen yang bertemakan "Kepemimpinan Abad 21". Kebanyakan topik pembahasan mengarah kepada bagaimana menjadi pemimpin yang efektif dalam rangka menghadapi tantangan dan ancaman di millenium baru. Elisa hidup hampir 3000 tahun lalu, namun model kepemimpinannya sebagai nabi masih sangat relevan untuk diteladani Kristen masa kini. Sebagai seorang pemimpin, Elisa mau menyediakan waktu untuk bersama orang yang dipimpinnya dalam rangka menyelesai-kan masalahnya. Ia tidak hanya peduli namun juga mau mengidentifi-kasikan dirinya dengan para murid. Kehadirannya akan memompa semangat murid-muridnya untuk menyelesaikan masalahnya dan menyediakan akses langsung kepada penyelesaian lain jika masalah yang lebih besar datang. Seperti halnya ketika mata kapak salah seorang muridnya jatuh ke dalam air, ia langsung berseru kepada Elisa dan mengutarakan langsung permasalahannya. Pada zaman itu mata kapak adalah barang langka dan mahal, apalagi barang pinjaman, maka berarti timbul masalah yang cukup besar bagi muridnya. Kehadiran Elisa mampu berfungsi sebagai 'prevensi' yang sangat efektif atas masalah yang lebih besar.

Model kepemimpinan Elisa yang lain tergambar jelas ketika negeri Aram menyerang Israel. Sebagai pemimpin ia mampu menguasai dan menggunakan data-informasi yang ia dapatkan untuk menyelamatkan bangsa Israel. Dalam menghadapi risiko ia tidak gentar, karena ia mempunyai keyakinan yang lebih besar dari yang lain, karena ia mampu melihat kuasa Allah yang bekerja walaupun tidak kasat mata (16-17). Elisa juga mampu mengimplementasikan strategi yang cerdik dan taktis untuk membebaskan Israel dari ancaman Aram tanpa kekerasan yang akan merugikan kedua belah pihak. Di atas semua itu sebagai pemimpin ia merupakan pemimpin yang berdoa dan dilengkapi dengan kuasa yang dari Allah sendiri. Ini rahasia utamanya sebagai seorang pemimpin.

Renungkan: Model kepemimpinan yang diterapkan Elisa terbukti efektif untuk mengatasi kesulitan maupun tantangan yang ada. Walaupun paradigma masa sekarang berbeda dengan zaman Elisa, namun model ini masih sangat relevan.

(0.86) (2Raj 7:3) (sh: Kedaulatan Allah mutlak (Kamis, 25 Mei 2000))
Kedaulatan Allah mutlak

Seorang ekonom Indonesia pernah mengatakan bahwa ia mempunyai resep untuk mengangkat nilai rupiah dari 17.000 menjadi 1.000 untuk tiap dollar dalam waktu singkat. Itu dikatakan ketika Indonesia tengah mengalami krisis moneter yang dahsyat. Walaupun resepnya tidak pernah diujicobakan karena pemerintah tidak menanggapi tawarannya, namun sudah dapat dipastikan bahwa ditinjau dari sudut ilmu ekonomi, resepnya tidak masuk akal dan tidak mungkin diimplementasikan. Ketidakmungkinan ini disebabkan karena ada banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi rupiah, yang berada di luar kontrol pemerintah Indonesia.

Tidak demikian dengan Allah, Ia mampu membuat harga sembako yang terbaik turun drastis dalam waktu 1 hari, sehingga krisis ekonomi berakhir (bdk. Ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">3 dan 18). Kemampuan ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah mengontrol atau berdaulat atas semua faktor termasuk manusia yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat kota Samaria. Ia menyingkirkan pasukan Siria yang menghalangi kota Samaria untuk menerima pasokan bahan pangan dari luar dalam waktu singkat dan dengan cara menakjubkan (6-7). Dengan demikian secara otomatis Allah pun mengadakan bahan pangan dalam jumlah besar yang segera dapat dikonsumsi oleh rakyat Samaria (7-9).

Kedaulatan Allah juga dinyatakan melalui matinya ajudan raja Israel. Ia berdaulat atas kehidupan seseorang, atas mampu atau tidaknya seseorang menikmati bahan pangan. Dalam kelaparan hebat, Allah mampu mengadakan makanan berlimpah-limpah bagi seluruh kota, namun ia pun mampu membuat seorang manusia tidak dapat makan, justru ketika makanan tersedia berlimpah-limpah. Kedaulatan Allah di dalam memberikan anugerah-Nya juga dapat terbaca dengan jelas. Ia sengaja memakai penderita kusta - orang yang dianggap sampah dan pendosa - untuk menikmati kelimpahan berkat yang pertama dan mewartakannya kepada seluruh penduduk kota. Ia ingin menegaskan bahwa bangsa Israel sebetulnya tidak layak untuk menerima keselamatan, namun semua itu hanyalah anugerah Allah di dalam kedaulatan-Nya.

Renungkan: Bagaimana Anda melihat kedaulatan Allah dalam kehidupan Anda dan masyarakat sehari-hari? Masihkah Anda merasakan kedaulatan-Nya yang tidak terbendung namun juga tertib dan bertujuan?

(0.86) (2Raj 10:1) (sh: Dosa harus dibersihkan sampai tuntas (Rabu, 22 Juni 2005))
Dosa harus dibersihkan sampai tuntas


Pernahkah Anda menonton film yang menceritakan suatu geng yang sangat ditakuti? Mereka terkenal melakukan berbagai perbuatan jahat dan kejam yang terkadang tak berperikemanusiaan. Namun, pada akhirnya muncul seorang pahlawan pembasmi kejahatan yang menumpas mereka.

Keluarga Ahab terkenal di Israel karena kejahatan mereka. Kehadiran Yehu bagaikan seorang jagoan yang menghabisi musuh yang kejam dan yang meresahkan masyarakat itu. Itu sebabnya, pembunuhan Yoram dan Ahazia pun tersebar di kalangan pembantu keluarga Ahab (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">4). Kegentaran terhadap Yehu pun kini menguasai bangsa Israel sebab mereka mengetahui bahwa Allahlah yang menyuruhnya. Yehu pun memanfaatkan ini dengan menantang sisa keturunan Ahab berperang melawannya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">1-3). Bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, anak-anak Ahab yang tersisa kini sendirian sebab tidak seorang pun yang berani berdiri memihak mereka dalam menghadapi Yehu (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">5-8).

Sungguh mengherankan tak ada aral sedikit pun dalam usaha Yehu memunahkan seluruh keluarga Ahab! Ketakutan akan penghukuman Allah pada keluarga Ahab sangat dirasakan oleh bangsa Israel. Itu sebabnya, Yehu leluasa melakukan tugasnya bahkan ia juga melenyapkan semua orang yang "dekat" dengan keluarga Ahab, yakni mereka yang pernah bersekutu dengan Ahab dan yang pernah turut menikmati kekuasaan Ahab (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">9-11,17). Ironisnya, pembantaian dahsyat ini tak didengar oleh keluarga Ahazia yang datang seperti mengantarkan nyawa mereka sendiri (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">12-14).

Dosa bagaikan penyakit kanker yang mematikan dan berdampak fatal pada tubuh. Dosa dapat mengerdilkan iman dan menghancurkan kehidupan rohani kita. Untuk membabatnya maka kita harus bertindak drastis, yaitu menghancurkan dosa sampai ke akar-akarnya!

Camkan: Waspadailah gerakan dosa! Cepatlah bertobat dan berpaling kepada-Nya sebelum hukuman-Nya jatuh pada Anda!

(0.86) (2Raj 10:18) (sh: Jangan pernah berpikir Allah bisa diperalat (Rabu, 31 Mei 2000))
Jangan pernah berpikir Allah bisa diperalat

Penyembahan Baal sudah sejak lama diberlakukan dan dipromosikan oleh dinasti Ahab, maka sangatlah lumrah dan logis bila Yehu menghancurkan penyembahan agar kenang-kenangan terhadap regim lama hilang dari rakyat Israel.

Tetapi mengapa panggilan Yehu kepada seluruh nabi Baal untuk menghadiri upacara penyembahan Baal secara besar-besaran dapat dikatakan efektif? Mengapa penyembah Baal yang setia tidak curiga akan motivasi Yehu? Nampaknya sebagai ajudan Ahab, Yehu juga menjadi penyembah Baal bersama-sama keluarga kerajaan. Sebagai seorang manusia yang dapat secara sigap memperalat agama untuk mencapai tujuannya, dulu mungkin memperlihatkan sebagai seorang penyembah Baal yang setia. Namun pelenyapan para nabi dan penyembah Baal serta penghancuran penyembahan dan kuil Baal sebetulnya bukan merupakan bukti bahwa Yehu mempunyai komitmen pribadi kepada Allah. Ini terbukti ketika tujuan pribadinya sudah tercapai, semangat yang menggebu-gebu untuk Allah pudar. Reformasi agama yang sudah ia mulai dengan penghancuran kuil Baal tidak terus berlanjut. Malah ia sendiri kini mempromosikan penyembahan dewa asing yang pernah dimulai Yerobeam sebagai agama negara dan hanya berkonsentrasi kepada pemerintahannya saja.

Yehu sudah memperalat Allah untuk mendapatkan dan memperkokoh takhtanya. Padahal ia menjadi raja karena Allah memilih dia. Dan sekarang setelah semuanya didapat, dia mengesampingkan dan 'memperistirahatkan' Allah. Seharusnya ia menyadari bahwa tidak pernah dapat memperkokoh takhtanya tanpa keterlibatan Allah. Allah membuktikan bahwa Dia tidak dapat diperalat Yehu dengan memberikan batas waktu keturunan Yehu memerintah di Israel. Dia juga sudah mulai mengurangi wilayah kekuasaan Israel dan mengizinkan bangsa Aram mengalahkan mereka.

Renungkan: Hubungan pribadi orang percaya dengan Allah yang berdasarkan komitmen dan penyerahan diri secara penuh merupakan faktor penentu di dalam kehidupannya. Sebab tidak pernah seorang percaya tidak mengalami sesuatu di dalam hidupnya, ketika persekutuan dan hubungan pribadinya dengan Allah berubah.

(0.86) (2Raj 10:18) (sh: Ketaatan total (Kamis, 23 Juni 2005))
Ketaatan total


Tidak mudah membasmi dosa korupsi yang telah membudaya. Sama seperti sulitnya menghancurkan kebiasaan korupsi, dosa penyembahan berhala pun tidak dapat dihapuskan dengan memusnahkan para perintisnya saja. Harus ada tindakan "pembersihan" total, yaitu memusnahkan para pelaku penyembah berhala.

Tinggal satu langkah terakhir yang harus dilakukan Yehu, yakni menghabisi semua orang Israel yang pernah menyembah Baal mulai dari para pelayannya sampai dengan para simpatisannya. Cara Yehu memusnahkan para penyembah Baal itu sungguh taktis. Yehu berpura-pura ingin menyembah Baal yang juga diagungkan Ahab. Akibatnya sungguh dahsyat, tidak seorang pun penyembah Baal yang tidak hadir (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">18-22). Setelah mereka datang, Yehu menjebak mereka di rumah Baal saat mereka sedang menyembah Baal, dan memusnahkan mereka semua (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">23,25-28).

Tepat sebagaimana nubuat Elisa terhadapnya, demikianlah Yehu melenyapkan semua hal tentang Ahab (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">24). Ketaatan Yehu mendatangkan berkat Tuhan baginya dan bagi keturunannya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">30). Sayangnya, hati Yehu tidak sepenuhnya berpaut pada Allah, ia masih melakukan dosa-dosa seperti yang dilakukan Yerobeam bin Nebat (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">29,31; Lihat 1Raj. 12:28-30). Oleh karena itu, pemerintahan Yehu akan berakhir pada keturunannya yang keempat. Dan daerah kekuasaannya pun berkurang (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">30,32-33).

Allah menghendaki ketaatan total dari umat-Nya ketika kita memutuskan untuk mengikut Dia. Salah satu bentuknya adalah tidak boleh ada hal apa pun yang lebih penting dari pada Tuhan. Sikap Tuhan Yesus yang taat kepada Bapa sampai akhirlah yang menjadi teladan nyata bagi kita. Mari kita memeriksa kehidupan kita, supaya jangan ada berhala-berhala yang menjauhkan kita dari ibadah sejati kepada-Nya dan yang akhirnya membuat kita menuai murka-Nya.

Doaku: Tuhan ajarku setia pada-Mu dan jadikan aku umat-Mu yang taat sepanjang hidupku.

(0.86) (2Raj 11:1) (sh: Rencanamu bukan rencana-Ku (Jumat, 24 Juni 2005))
Rencanamu bukan rencana-Ku


Arah penulisan nas ini bergeser yakni dari kisah keluarga Ahab menjadi cerita keluarga Ahazia. Berbeda dengan keluarga Ahab yang mengalami penghukuman Allah maka dalam keluarga Ahazia rencana Tuhan justru dinyatakan.

Kisah pada nas ini masih berkaitan dengan pembunuhan Raja Ahab dan Raja Ahazia oleh Yehu (ayat 2Raj. 9:27). Kematian Raja Ahazia menyebabkan Atalya (cucu Omri, anak Ahab; seorang penyembah Baal), ingin memerintah kerajaan Yehuda (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">11:1). Demi ambisinya ini, ia pun tak segan-segan menghabisi semua keturunan Raja Ahazia. Pembunuhan mereka dilakukan sebagai upayanya untuk berkuasa penuh.

Manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Inilah yang terjadi pada Atalya. Rencana jahatnya memang berhasil dilakukan, namun Allah memegang kendali. Rencana-Nya bagi hidup Yoas tidak dapat dibendung oleh Atalya. Yoas pun terhindar dari pembunuhan (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">2). Selama enam tahun pemerintahan Atalya kerajaan Yehuda menyembah berhala. Akan tetapi, selama itu Allah melindungi dan memelihara hidup Yoas (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">2b-3). Bahkan Allah juga menjadikannya raja melalui imam Yoyada (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">4-12). Tindakan Yoyada ini bukan saja mengadakan pembaruan dalam bidang politik (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13-16), tetapi juga membawa perubahan bidang rohani kerajaan Yehuda. Yakni dari pemujaan Baal beralih pada penyembahan Allah Israel (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">12,17-20).

Banyak orang Kristen yang mempertanyakan pertolongan Tuhan ketika kesulitan datang. Pada saat seperti itu, kita mudah lupa bahwa rencana Tuhan bukan rencana kita. Yoas menunggu enam tahun sebelum dinobatkan menjadi raja dan membawa umat Yehuda berbalik kepada Tuhan. Bagaimana dengan kita? Akankah kita tetap percaya bahwa rencana Tuhan terbaik dan terindah meski harus menunggu waktu-Nya?

Renungkan: Rencana Tuhan tidak pernah terlambat bagiku. Kehendak-Nya untuk hidupku tidak terhalangi oleh sikap manusia.

(0.86) (2Raj 11:21) (sh: Teman rohani (Jumat, 2 Juni 2000))
Teman rohani

Seorang perempuan kristen baru-baru ini menceritakan bahwa ia baru saja melewati masa krisis kejiwaan. Namun ia mengalami frustasi karena tidak seorang kristen pun yang kepadanya ia dapat berpaling. Dia berasal dari keluarga yang baik namun mereka tidak siap untuk menolongnya. Dia pun rajin mengikuti ibadah Minggu walaupun khotbah-khotbah Minggu tidak cukup membantu dia di dalam persoalan pribadinya. Dia sudah mencoba untuk menemui pendeta dan hamba Tuhan yang lain, namun nampaknya mereka tidak mempunyai cukup waktu untuknya. Kemana ia harus pergi? Dia butuh teman rohani agar ia dapat melewati krisis dengan tetap mempertahankan imannya.

Itulah juga yang dialami oleh Yoas. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan seumur hidupnya selama imam Yoyada mengajar dia. Apa yang dilakukan oleh Yoas sangat bertentangan dengan Ahazia orang tuanya. Walaupun tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, Yoas tidak menyembah Baal. Karena pengaruh Yoyada, Yoas berinisiatif untuk memperbaiki Bait Allah. Bahkan ketika para imam belum memperbaikinya, Yoas sendirilah melalui panitera raja yang memimpin pengumpulan dana dan membayarkan kepada para pekerja. Namun apa yang terjadi setelah Yoyada meninggal? Di dalam 2Taw. 24:15-21 diungkapkan bahwa setelah kematian Yoyada, Yoas mendapatkan pengaruh dari para pemimpin Yehuda dan meninggalkan Allah untuk berpaling kepada berhala. Bahkan ketika anak Yoyada berusaha mengingatkan Yoas, ia malah dibunuhnya.

Karena dosa-dosa itulah maka Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah. Salah satunya adalah majunya Hazael raja Aram menyerang dan merebut Gat. Serangan ini berlanjut hingga mengarah ke Yerusalem. Dalam keadaan demikian, Yoas mengalami krisis baik kejiwaan maupun rohani. Ia tidak lagi mempunyai teman rohani seperti Yoyada selain para pemimpin Yehuda yang justru menyesatkan. Ia menggunakan persembahan yang dikhususkan buat Allah sebagai persembahan kepada Hazael. Seharusnya ia berpaling kepada Allah dan bukannya merampok Allah untuk meminta pertolongan manusia.

Renungkan: Kita pun membutuhkan sahabat-sahabat rohani, agar kita dapat mempertahankan komitmen kita kepada-Nya.

(0.86) (2Raj 14:1) (sh: Dua hal terpenting dalam kehidupan (Senin, 5 Juni 2000))
Dua hal terpenting dalam kehidupan

Sebagai raja, Amazia mengalami kehidupan yang tragis. Selama 29 tahun pemerintahannya dapat dikatakan baik sebab ia berjalan di dalam kehendak Allah walaupun tidak seperti Daud namun seperti ayahnya Yoas (4). Tragisnya, hidupnya berakhir dengan kematian di tangan rakyat sendiri. Mengapa demikian?

Satu tindakan Amazia yang patut dipuji adalah ketika ia menghukum para pemberontak (5-6). Ia sangat taat dan menegakkan supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum Allah. Tidak heran jika Allah memberkatinya dengan kemenangan besar atas Edom dan berhasil merebut kota Sela (7). Namun keberhasilannya itu berakibat buruk bagi kepribadiannya, karena ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri dengan benar dan bagi pemahaman imannya. Ia merasa bahwa dirinya hebat dan berkembang menjadi sebuah keyakinan bahwa dirinya memang hebat. Hingga timbulah ambisi untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain, dan yang menjadi targetnya adalah Israel. Amazia telah meninggikan supremasi dirinya sendiri dan menjadikan dirinya standar bagi orang lain, bukan lagi Allah dan hukum-Nya.

Peringatan Yoas bagai pengungkapan ketakutannya di telinga Amazia. Ia tetap menyerang dan kalah. Ia yang meninggikan diri sekarang direndahkan dengan menjadi tawanan perang (13). Bukan hanya dirinya, negara dan bangsanya pun direndahkan karena tembok kota sepanjang 400 hasta dihancurkan. Bahkan Allah pun 'direndahkan' oleh raja yang jahat dengan dirampoknya perkakas Bait Allah. Kesalahan yang dilakukan begitu fatal di hadapan rakyat. Sehingga, setelah dibebaskan oleh Yerobeam, ia dibunuh oleh rakyatnya sendiri dan kemudian mengangkat anaknya menjadi penggantinya. Itulah harga yang harus dibayar, tidak hanya oleh Amazia, tetapi juga seluruh rakyat Yehuda, karena pengenalan diri dan pemahaman iman yang salah.

Renungkan: Jangan sampai status kita yang sudah dibenarkan di hadapan Alah oleh darah Kristus dan pemeliharaan-Nya atas kita hingga kini, membuat kita angkuh dan membuat program-program pelayanan yang memprovokasi pihak lain, sehingga mengakibatkan komunitas Kristen dan nama Allah sendiri direndahkan oleh mereka. Jadilah bijak dan peka selalu!

(0.86) (2Raj 15:1) (sh: Nilai identitas dan panggilan hidup manusia (Rabu, 7 Juni 2000))
Nilai identitas dan panggilan hidup manusia

Pernahkah Anda membayangkan jika tiba-tiba hidup Anda menjadi tidak berguna bagi siapa pun, sebab Anda tidak mempunyai ruang gerak, akses, dan kontak dengan dunia luar. Anda hanya hidup untuk dan dengan diri Anda sendiri. Padahal Anda mempunyai kemampuan, kekayaan, dan kedudukan. Bila hanya untuk beberapa hari mungkin kita akan menikmatinya. Namun jika berlangsung untuk waktu yang lama hingga kematian menjemput, betapa tragisnya hidup Anda.

Kehidupan demikianlah yang dijalani Azarya. Ia memerintah di Yehuda selama 52 tahun. Namun nampaknya di tengah perjalanan pemerintahannya, ia harus masuk ke tempat pengasingan karena tulah kusta dari Allah. Sehingga anaknya Yoram ditunjuk sebagai kepala istana dan menjalankan pemerintah atas Yehuda. Suatu keadaan yang sangat tragis. Azarya yang masih mempunyai identitas diri dan panggilan hidup sebagai raja Yehuda, tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dan menunaikan panggilan hidupnya. Secara kejiwaan Azarya pasti mengalami tekanan dan kontradiksi sebab ketidakmampuannya untuk berkiprah di dalam pemerintahan bukan disebabkan karena ia tidak mempunyai kemampuan atau kepiawaian. Namun norma dan tatanan masyarakat yang membatasi, yang membelenggu, bahkan yang mengamputasi seluruh hak untuk mengaktualisasi diri, untuk berkarya, dan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat umat pilihan Allah.

Apa dosa Azarya sehingga ia harus kena tulah dan menanggung konsekuensi yang sedemikian berat? Dalam 2Taw. 26:16-23 dikisahkan bahwa ia kena tulah kusta karena ia berdosa dalam hal merampas hak para imam. Dengan bertindak demikian ia telah mengintervensi dan membatalkan ketetapan Allah. Ia membuat para imam menjadi tidak berguna dan kehilangan identitas serta panggilan hidupnya.

Renungkan: Dalam dunia moralitas yang ditetapkan Allah, siapa yang bersalah pasti dihukum. Tidak peduli apakah dia raja, nabi, rakyat biasa, maupun pejabat. Hukuman yang diberikan pun bukan berdasarkan amarah atau kebencian, tetapi bersifat mendidik. Selama dalam pengasingan, Azarya pasti menyadari dan menyesali dosa-dosanya. Sebab ia sendiri merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak berguna karena hak, identitas, dan panggilan hidupnya dirampas.

(0.86) (2Raj 15:1) (sh: Jangan terapkan cara dunia dalam gereja (Kamis, 30 Juni 2005))
Jangan terapkan cara dunia dalam gereja


Dalam bacaan ini kita melihat empat kali pergantian raja Israel dalam kurun waktu 20 tahun 7 bulan, yaitu:

1) Zakharia memerintah selama 6 bulan (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">8-12);

2) Salum memerintah selama satu bulan (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13-16);

3) Menahem memerintah selama 10 tahun (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">17-21);

4) Pekahya memerintah selama sepuluh tahun (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">23-26).

Di antara keempatnya, Salum adalah raja yang memerintah paling singkat (dalam jajaran para raja Israel, ia menduduki peringkat kedua setelah Raja Zimri yang hanya memerintah selama satu minggu). Proses peralihan kepemimpinan ini diwarnai dengan persepakatan keji dan pertumpahan darah, yaitu: Zakharia dibunuh Salum (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">10), Salum dibunuh Menahem (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">14b), dan Pekahya dibunuh Pekah (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">25). Alkitab juga mencatat bahwa mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan tidak menjauh dari dosa-dosa Yerobeam. Pada waktu itu, penderitaan Israel bukan hanya dalam masalah politik dan keamanan, tetapi juga karena keterpurukan ekonomi. Pada masa Menahem, ia membebankan hutang negara sebesar 1000 talenta perak kepada rakyat. Uang rakyat ini dipakai Menahem untuk menyogok raja Asyur (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">20).

Sementara itu di kerajaan Yehuda, Raja Amazia digantikan oleh anaknya, Azarya. Alkitab mencatatnya sebagai raja yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">3). Selama pemerintahannya, Azarya berhasil merebut dan membangun kembali kota Elat (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">14:22). Meski demikian, Azarya juga tidak menyingkirkan bukit-bukit pengorbanan sehingga bangsa itu tetap beribadah di sana. Akibatnya, Tuhan menimpakan tulah penyakit kusta atasnya sehingga ia harus diasingkan sampai hari kematiannya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">15:5).

Berebut kekuasaan dengan cara saling menjatuhkan dan melakukan berbagai trik kejahatan sudah biasa dalam kancah politik dunia. Orang Kristen dan Gereja dipanggil untuk berlaku sebaliknya, menyatakan kasih dan keadilan Allah.

Renungkan: Pemimpin dunia berebut takhta karena ambisi, pemimpin gereja melayani karena anugerah-Nya.

(0.86) (2Raj 16:1) (sh: Mempertuhankan diri (Sabtu, 10 Juni 2000))
Mempertuhankan diri

Mengamati kehidupan rohani raja Ahas, tidaklah heran bila ia merupakan salah satu raja terjahat di dalam sejarah kerajaan Yehuda. Sebab dirinya sendirilah yang menjadi Tuhan atas hidupnya. Allah, dewa, atau agama hanyalah merupakan masalah pribadi dan selera, sehingga tidak ikut memberi warna dalam kehidupannya. Akibatnya di dalam kehidupan rohaninya terjadi hal-hal seperti: pemisahan antara komitmen ibadah dengan iman, sinkretisme demi selera, keuntungan pribadi menjadi kunci penentu bagi keputusan di segala bidang termasuk bidang rohani.

Beberapa peristiwa membuktikan kebenaran penjabaran di atas. Tindakan Ahas mempersembahkan seorang anak kandung sendiri, merupakan komitmen paling tinggi dalam ibadah dewa Baal. Namun komitmen yang tinggi itu tidak dibarengi dengan kepercayaannya secara penuh terhadap kemampuan dan kekuatan dewa yang ia sembah, sehingga hidupnya bergantung kepadanya. Sebab ketika Yehuda diserang oleh raja Aram dan raja Israel, ia justru memohon pertolongan kepada Tiglat Pileser, raja Asyur. Ini berarti komitmen tanpa iman. Dapat dikatakan bahwa komitmennya adalah untuk memuaskan kepentingan pribadi karena ia ingin mendapat citra sebagai orang taat beragama. Lebih aneh lagi, persembahan untuk Tiglat Pileser tidak diambil dari kuil Baal, namun justru mengorbankan harta Bait Allah dan pribadinya sendiri.

Kemudian ketika ia ke Damsyik untuk melakukan kunjungan kenegaraan kepada Tiglat Pileser, ia melihat ada model mezbah dewa asing yang indah. Lalu ia memerintahkan imam Uria untuk membuat mezbah sesuai dengan apa yang ia lihat. Anehnya, mezbah itu bukan untuk penyembahan kepada Baal namun penyembahan kepada Allah di Bait-Nya. Ia nampaknya memberikan yang terindah untuk Allah, namun sesungguhnya tidak! Hukum Allah tidak hanya menetapkan bahwa umat-Nya harus memberikan persembahan namun juga dimana dan dengan mezbah yang bagaimana persembahan itu harus diberikan. Tidak hanya perubahan mezbah yang Ahas lakukan, ia bahkan merombak bagian tertentu rumah Allah demi Tiglat Pileser.

Renungkan: Komitmen kepada Allah adalah mempersembahkan seluruh totalitas kehidupan kepada Allah, dan itu berarti tak sedikit pun kita mengambil keputusan bagi kehendak dan keuntungan diri sendiri.

(0.86) (2Raj 18:1) (sh: Hizkia kudus dalam lingkungan berdosa (Rabu, 6 Juli 2005))
Hizkia kudus dalam lingkungan berdosa

Betapa sulit menjaga hidup kudus di lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Apalagi bila keluarga juga tidak seiman. Namun, itulah risiko hidup di dunia modern.

Ternyata keadaan tersebut bukan hanya terjadi di dunia modern. Sejak zaman dulu anak-anak Tuhan sudah mengalami hal yang sama, yaitu tantangan dan godaan untuk kom-promi dengan dosa. Hizkia menjadi raja di tengah-tengah lingkungan yang jahat baik lingkungan di negaranya sendiri maupun di kerajaan Israel. Ahas, ayah Hizkia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Pada masa pemerintahannya, Yehuda menyembah berhala. Sedangkan di bagian utara, kerajaan Israel dipimpin oleh Raja Hosea yang berlaku jahat sebagai penguasa terakhir. Tentu Hizkia menyaksikan kejatuhan Israel di tangan Asyur. Pada saat itu, ia belajar bahwa dosa harus dihukum. Israel berdosa besar terhadap Allah maka mereka harus menerima hukuman-Nya yang dahsyat.

Hizkia menyadari dosa tersebut maka ia tidak mau mengulang dosa yang dilakukan ayahnya dan bangsanya. Hizkia memutuskan untuk hidup kudus dan setia beribadah kepada Allah Israel (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">3-6). Penulis 2Raja memberikan komentar yang sangat positif terhadap Hizkia, "di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia" (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">5). Kesetiaannya dihargai oleh Allah dengan memberikan kepadanya kemenangan terhadap para musuh Yehuda. Pada masanya tidak ada musuh yang bertahan melawannya.

Sikap yang benar di tengah-tengah kedurjanaan adalah tetap percaya kepada Yesus, satu-satunya Allah yang layak disembah, dan setia mempertahankan hidup kudus. Biarpun orang lain menjalani hidup yang najis dan mengolok-olok cara hidup kudus kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menyerah apalagi kompromi. Tuhan akan menyertai kita seperti Ia menyertai Hizkia.

Camkan: Kita bisa melawan arus kejahatan dunia jika kita hidup dalam hadirat-Nya.

(0.86) (2Raj 20:1) (sh: Panjang umur adalah berkat? (Minggu, 10 Juli 2005))
Panjang umur adalah berkat?

Bolehkah kita berdoa meminta panjang umur pada Tuhan? Jawabannya tentu tergantung motivasi di balik permintaan tersebut. Ada orang yang ingin panjang umur karena sebenarnya takut mati. Apa gunanya panjang umur, namun dibayang-bayangi takut mati? Ada yang ingin hidup lebih lama karena merasa belum memberi kontribusi apa pun bagi keluarga, gereja, masyarakat, dan dunia ini. Motivasi seperti ini tentu sangat mulia. Namun, pada akhirnya kedaulatan Tuhanlah yang menentukan pendek atau panjang umur seseorang.

Nas hari ini tidak terlalu jelas memaparkan motivasi Hizkia memohon panjang umur kepada Tuhan. Dalam doanya, Hizkia hanya mengingatkan Tuhan bahwa ia telah berlaku setia kepada-Nya, percaya, bersandar, serta taat pada firman-Nya (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">3). Tuhan pun mengabulkan doa permohonan Hizkia bukan semata-mata karena hal-hal baik yang telah ia lakukan melainkan karena kasih setia-Nya kepada keluarga Daud (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">6). Hizkia mendapatkan peneguhan akan jawaban Tuhan melalui suatu tanda yang spektakuler, yaitu waktu yang dimundurkan sepuluh tapak (sekitar 15 menit) (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">11).

Keputusan Tuhan yang mengabulkan atau menolak permohonan panjang umur Hizkia adalah hak penuh Tuhan. Namun, respons Hizkia dan tindakannya setelah doanya dikabulkan adalah tanggung jawab Hizkia sendiri. Lima belas tahun bukan waktu yang singkat. Bagaimana Hizkia mengisi hari-hari depannya akan membuktikan apakah permintaannya itu bijaksana atau tidak.

Bagi anak-anak Tuhan yang telah dianugerahi kepastian keselamatan, pendek atau panjang umur bukanlah hal yang utama. Hal yang utama adalah bagaimana kita mengisi kehidupan ini dengan hal-hal yang baik, berguna, dan berkenan kepada-Nya. Seharusnya doa kita sama seperti doa Musa dalam Mazmur 90:12.

Doaku: Ajarlah aku menghitung hari-hariku sehingga aku beroleh hati yang bijaksana.

(0.86) (2Raj 20:12) (sh: Masa depan yang bukan untuk diketahui -- adalah anugerah (Jumat, 14 Juli 2000))
Masa depan yang bukan untuk diketahui -- adalah anugerah

Manusia cenderung ingin mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa mendatang. Allah melarang bahkan tidak memampukan manusia untuk mengetahui masa depan, mengapa? Reaksi Hizkia setelah mendengar firman Allah yang dibawa oleh Yesaya memberi jawaban kepada kita.

Allah melalui Yesaya menegur Hizkia dengan keras ketika menerima utusan raja Babel (14-18). Mengapa? Pada zaman itu, Asyur adalah kerajaan yang paling kuat dan berpengaruh. Negara-negara di sekitarnya merasa terancam dan kuatir jika Asyur terus mengadakan perluasan kekuasaan. Karena itulah raja Babel, Merodakh-Baladan, mendekati Mesir dan Yehuda agar bergabung melawan Asyur (peristiwa ini terjadi sebelum Asyur mengepung Yerusalem di pasal 18). Dengan memperlihatkan seluruh kekayaannya menandakan bahwa Hizkia menyetujui rencana penggabungan kekuatan untuk memberontak terhadap Asyur (Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">18:14). Allah menentang tindakan Hizkia yang dilakukan tanpa persetujuan dari Allah (Yes. 30-31). Bahkan Allah akan menghukum Yehuda dengan keras karena kesalahan ini (16-18).

Bagaimanakah reaksi Hizkia terhadap nubuat hukuman bagi keturunannya (19)? Ia malah bersyukur kepada Allah karena seumur hidupnya, kerajaan Yehuda akan diwarnai dengan damai dan keamanan. Reaksi yang sangat egois! Banyak orang mengritik Hizkia. Namun demikian ada makna yang dapat dipelajari. Pertama, reaksi Hizkia pada dasarnya mengungkapkan bahwa kita tidak akan dapat melakukan sesuatu pun untuk mempengaruhi apa yang akan terjadi setelah zaman kita. Kita seharusnya menikmati berkat yang menjadi milik kita sekarang ini. Kedua, Perkataan Hizkia tidak diinspirasikan oleh Allah, sehingga ungkapan dia tidak sepenuhnya benar. Babel memang tidak menyerang Yehuda pada zamannya, namun negara Asyur memberikan ancaman semasa pemerintahannya (18:13-37).

Renungkan: Dari makna yang kedua ini kita bisa menemukan pelajaran yang indah. Betapa besar anugerah Allah sehingga Ia tidak memampukan kita untuk mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Dan betapa besar anugerah-Nya ketika kita mengetahui bahwa Allah beserta dengan kita selalu dan kita ada dalam tangan-Nya.

(0.86) (2Raj 20:12) (sh: Ketika harta menjadi yang utama (Senin, 11 Juli 2005))
Ketika harta menjadi yang utama

Orang yang bijaksana menaruh pengharapannya pada hal-hal yang bernilai kekekalan. Baginya, hal-hal yang sementara seperti: kekayaan, kesehatan, kepandaian, dan kekuasaan walaupun penting, bukan hal yang utama. Ia tidak akan menjadikan hal-hal tersebut sebagai alat pengukur kebahagiaan. Sebab kebahagiaan adalah anugerah Tuhan yang membuat seseorang beroleh persekutuan dengan-Nya dan dapat menikmati kebaikan-Nya.

Sebagai seorang raja, Hizkia tentu tidak kekurangan apa-apa bahkan berlimpah dalam segala sesuatu. Kekayaannya pasti signifikan sehingga ia dengan bangga memperlihatkannya kepada para utusan raja Babel (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13). Sebenarnya untuk apa Hizkia pamer kekayaan? Sangat mungkin untuk menimbulkan kesan pada raja Babel bahwa Yehuda berjaya dan rajanya perkasa. Atau untuk menunjukkan bahwa Hizkia dapat membayar (upeti) kepada Babel demi keamanan bangsanya, Yehuda. Tanpa disadari, Hizkia sudah terjebak oleh ukuran dunia tentang jaminan hidup, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan hikmat. Padahal peringatan Allah kepada raja Israel akan godaan kekayaan sudah disampaikan di dalam kitab Ulangan (Ul. 17:17b). Itu sebabnya, Nabi Yesaya mengingatkan Raja Hizkia bahwa semua kekayaan itu kelak akan diangkut ke Babel termasuk keturunan Hizkia juga akan ditawan di tanah pembuangan (2Raj. 20:17-18). Respons Hizkia menunjukkan ketidakpekaannya bahwa sikap menggantungkan diri pada kekayaan adalah dosa. Bagi Hizkia kekayaannya sekarang menjamin hidup damai dan keamanan (ayat Orang+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">19b).

Ajaran Tuhan Yesus mengenai hidup ini adalah "carilah dahulu kerajaan Allah, maka semua (kebutuhan hidup) akan ditambahkan kepadamu." Waktu kita belajar mengutamakan Tuhan, bukan harta dan takhta, Dia akan melimpahkan hal-hal itu sesuai dengan kehendak-Nya.

Renungkan: Hanya dengan sepenuhnya mendudukkan Tuhan Yesus di singgasana hati Anda, semua harta dunia ini beroleh posisinya yang tepat.

(0.86) (2Raj 23:1) (sh: Gereja penggerak utama pembaharuan (Senin, 17 Juli 2000))
Gereja penggerak utama pembaharuan

Di dalam salah satu episode `Membangun Indonesia Baru', seorang sosiolog menyatakan bahwa untuk menegakkan supremasi hukum di Indonesia sangat sulit, sebab sudah melibatkan banyak institusi. Jadi apakah mungkin pembaharuan di segala bidang dapat dilaksanakan di Indonesia?

Demikian pula situasi yang dihadapi Yosia. Rentetan aksi-aksi Yosia yang berjumlah lebih dari 17 mengungkapkan betapa bobroknya masyarakat Yehuda. Namun Yosia bertekad bulat dan tidak gentar menentang arus. Hal ini terungkap ketika ia berani mengadakan pembersihan berbagai berhala, bukit pengorbanan, hingga membunuh imam-imam bukit pengorbanan justru pada saat seluruh rakyat Yehuda sudah terjerumus ke dalam penyembahan berhala (20). Ia tidak hanya memberikan instruksi namun terlibat langsung dengan melakukan sendiri tindakan yang benar. Ia sendiri sebagai contoh hidup hasil pembaharuan bagi rakyatnya. Ia mengumpulkan, membacakan, memberhentikan, merobohkan, menajiskan, memecahkan, menebang, hingga menyembelih. Pembaharuan juga harus melanda seluruh lapisan masyarakat mulai dari pemimpin agama, pemimpin masyarakat, hingga rakyat jelata; mulai dari orang dewasa hingga anak-anak (2). Ini berarti pembaharuan tidak hanya dalam urusan kenegaraan, namun juga dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Dan yang paling penting adalah bahwa pembaharuan harus dilandaskan firman Allah yang hidup.

Renungkan: Pembaharuan dapat dilaksanakan di bumi Indonesia asalkan gereja mau dan berani berperan secara langsung. Walaupun gereja, karena kedudukannya sebagai minoritas, bukanlah lembaga penggerak utama reformasi bangsa kita, namun gereja mempunyai firman hidup yang akan memampukannya untuk menjadi contoh-hidup masyarakat yang sudah diperbaharui. Karena itu gereja harus menyerukan kepada seluruh jemaatnya mulai dari anak-anak Sekolah Minggu, remaja, pemuda, dewasa, hingga manula untuk menjadi contoh-hidup bagi tingkah laku yang sudah diperbaharui. Mulailah dari yang paling sederhana yaitu membayar pajak sesuai undang-undang, mentaati peraturan berlalu-lintas, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan segala sumber alam seperti listrik, air, bensin, dan gas secara bijak. Kapan kita akan mulai, jika tidak sekarang?

(0.85) (2Raj 4:38) (sh: Belajar dari keyakinan Elisa (Sabtu, 20 Mei 2000))
Belajar dari keyakinan Elisa

Bila Kristen masa kini ditanya: "Mengapa kamu yakin bahwa Allah akan memelihara kamu melalui segala kesulitan?" Jawabannya dapat bermacam-macam. Namun bila pertanyaan ini kita tujukan kepada Elisa, maka jawabannya adalah "Sejarah sudah membuktikan bahwa Allah senantiasa memelihara hamba-Nya, dan tentunya juga akan memelihara aku."

Jawaban Elisa ini merupakan dasar bagi sikap dan tindakan dia ketika menghadapi kelaparan yang melanda Gilgal, sementara itu serombongan nabi datang menemuinya. Dia tidak bingung, panik, atau cemas menghadapi situasi demikian. Sebaliknya, ia malah menyuruh bujangnya untuk menaruh kuali yang paling besar dan memasak sesuatu dalam jumlah besar. Dalam situasi normal, permintaan Elisa bukanlah perkara yang besar, namun dalam keadaan kelaparan melanda seluruh negeri maka permintaan Elisa bukanlah perkara kecil. Lalu ketika bujangnya mengumpulkan sulur-suluran dan labu liar - tanaman yang tidak mereka kenal, Elisa pun tidak menolak. Bahkan ketika para nabi berteriak-teriak karena tanaman itu beracun, Elisa dengan tenangnya meminta tepung dan melemparkannya ke dalam kuali sehingga makanan yang beracun itu menjadi tawar dan enak!

Sikap dan tindakan Elisa ini pasti berdasarkan pemeliharaan Allah terhadap Elia melalui burung gagak, seekor binatang yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia. Tanaman liar dan beracun yang nampaknya tidak mungkin berguna bagi manusia tentunya dapat dipergunakan Allah untuk memelihara hamba-Nya. Demikian juga peristiwa memberi makan 100 orang adalah mirip dengan peristiwa dimana Elia dipelihara melalui janda Sarfat. Elisa yakin bahwa Allah berbuat seperti yang pernah diperbuat-Nya kepada hamba-Nya Elia. Elisa melihat sejarah sebagai bukti bahwa Allah peduli dan sanggup memelihara umat-Nya, dan berdasarkan sejarah itu pula maka Elisa mempunyai keyakinan yang teguh untuk melandasi sikap dan tindakannya.

Renungkan: Alkitab penuh dengan fakta sejarah. Allah telah membuktikan bahwa Ia peduli dan sanggup memelihara umat-Nya sepanjang zaman. Seharusnya kita pun mempunyai keyakinan seperti Elisa di dalam menghadapi segala ancaman dan kesulitan yang mengelilingi kita, karena keyakinan inilah yang akan melandasi sikap dan tindakan kita.

(0.85) (2Raj 9:16) (sh: Kehendak Allah di dalam kehendak manusia (Senin, 29 Mei 2000))
Kehendak Allah di dalam kehendak manusia

Pilihan Allah atas Yehu untuk melaksanakan penghukuman-Nya atas keturunan Ahab memang tepat. Ia memiliki kuasa dan kedekatan dengan para pembesar lain. Ia pun mempunyai karakter dan kemampuan yang sangat mendukung. Yehu sangat berantusias dan sangat jeli melihat setiap kesempatan yang ada. Ketika Yoram sedang sakit di Yizreel, ia tidak membuang-buang kesempatan ini. Ia benar-benaar manusia tanpa toleransi dan kompromi. Maka dengan tekad baja ia memacu kudanya menuju Yizreel. Ia juga orang yang sangat fokus kepada tujuan dan sangat efisien dalam mencapainya. Fokusnya tidak bisa dibelokkan dengan kedatangan dua utusan Yoram. Untuk membunuh Izebel ia cukup mencari pendukungnya dan memerintahkan untuk menjatuhkan Izebel. Ia juga tidak mengenal lelah. Setelah menempuh perjalanan jauh, ia langsung berperang melawan Yoram bahkan membunuhnya dengan sekali panah menembus jantungnya. Kemudian segera menyerbu istana Izebel. Baru setelah itu ia istirahat untuk makan dan minum (34). Nubuat yang pernah diucapkan oleh nabi Elia sudah tergenapi.

Sepintas Yehu terlihat sangat bersemangat dalam melaksanakan kehendak-Nya. Namun sesungguhnya tidak demikian. Yehu bersemangat karena secara bersamaan ia juga melaksanakan kehendaknya sendiri. Dia menggunakan agama untuk menggapai ambisi pribadinya. Bahwa dia menunjuk kepada nubuat Elia tentang Ahab bukan merupakan bukti bahwa ia mempunyai iman, namun justru sebagai bukti bahwa ia menggunakan Allah untuk membenarkan pembunuhan yang ia lakukan (25-26). Dia berantusias melaksanakan kehendak-Nya hanya karena kehendak-Nya selaras dengan kehendaknya. Ia pun berani membunuh raja Ahazia walaupun tidak menggunakan tangannya sendiri (27). Dialah yang menjadi tuan atas seluruh tindakannya bukan kehendak-Nya. Motivasinya yang salah telah menjadikan kehendak Allah sebagai alat untuk mencapai ambisinya. Allah mengecamnya melalui nabi Hosea (Hos. 1:4).

Renungkan: Kehendak Allah memang harus dilaksanakan. Namun motivasi dari mereka yang melaksanakannya sangat penting. Salah satu ujian atas komitmen kita kepada kehendak Allah adalah penyerahan diri kepada kehendak-Nya, ketika ketaatan itu bertentangan dengan kepentingan dan kesenangan pribadi.

Minggu Paskah 6



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA