Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 175 ayat untuk baginya [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.21667767391304) (Yes 46:8) (sh: Ingatlah dan jadilah malu! (Minggu, 14 Februari 1999))
Ingatlah dan jadilah malu!

Ingatlah dan jadilah malu! Perkataan Allah ini tegas dan lugas. Apakah yang harus diingat dan mengapa menjadi malu? Yang harus diingat adalah masa lalu, di mana Allah bertindak memimpin dan menyertai umat-Nya sejak keluar dari perbudakan di Mesir, sampai perjalanan di padang gurun. Namun Israel tak tahu malu! Berulang kali memberontak terhadap Allah, mengingkari ikatan perjanjian umat pilihan dengan Allah, bahkan membuat patung sembahan. Israel seharusnya Israel menjadi malu, karena mengingkari fakta bahwa karya Allah yang telah nyata dalam sejarah perjalanan hidup mereka.

"Tidak ada yang seperti Aku!" Tidak ada yang dapat disamakan atau disejajarkan dengan Allah, yang Maha segala-galanya. Adakah yang lain yang sama seperti Allah? Dengarlah hai segenap pemberontak, orang congkak, bahwa hanya Allah yang sanggup melepaskan dan menyelamatkan manusia, tidak ada jaminan keamanan, kenyamanan dan keselamatan di luar Allah. Yang ada di luar Allah hanyalah keselamatan semu yang menggiurkan namun berakhir dalam kesia-siaan!

Allah penjamin keselamatan. Banyak orang yang terjerat dalam dosa, tidak kembali kepada Tuhan karena malu. "Malu" sebenarnya selain lahir dari rasa bersalah dan sayang pada diri sendiri juga menunjukkan bahwa hati nurani masih berfungsi baik. "Malu" adalah juga langkah awal seseorang mengasihi dirinya dan sadar akan kesalahannya di hadapan Allah. Pintu pertobatan dan pengampunan baginya telah Allah bukakan. Allah menjamin keselamatan setiap orang yang malu terhadap Allah karena perbuatan dosanya. Jaminan Allah ini pasti sepasti diri-Nya yang tak pernah berubah. Sekokoh diri-Nya yang setia pada perkataan-Nya. Ia selalu ingat akan janji-Nya dari dulu hingga sekarang. Sebaliknya orang yang malu mengaku dosanya di hadapan Allah sesungguhnya adalah orang yang tidak tahu malu.

Renungkan: Kepada siapakah Anda menggantungkan segala-galanya kini? Jawabannya akan Anda temukan di saat Anda kehilangan pegangan hidup.

(0.21667767391304) (Yes 59:1) (sh: Penyerahan diri pada dosa berarti terpisah dari Allah (Minggu, 21 Maret 1999))
Penyerahan diri pada dosa berarti terpisah dari Allah

Penyerahan diri pada dosa berarti terpisah dari Allah. Kecenderungan manusia berdosa adalah melakukan kejahatan. Dimulai dari keinginan buruk dalam pikiran, lahir dalam ucapan dan menjadi nyata dalam tindakan. Hingga akhirnya kejahatan itu beranak-pinak melahirkan kejahatan baru yang semakin besar. Orang-orang yang berbuat demikian tidak mengenal jalan damai dan jalan keadilan. Seperti sarang laba-laba yang menjerat mangsa, demikianlah orang-orang lalim menjerat kaum miskin dan lemah. Dosa telah membutakan mata hati manusia, sehingga tidak mengenal jalan yang benar. Hati manusia terkunci rapat dalam kegelapan, sehingga tidak melihat terang keselamatan dari Allah. Berkat-berkat dari sorga yang Allah curahkan kepada manusia terhambat karena kejahatan manusia. Namun karena semua perbuatan itu manusia akhirnya harus menderita, bahkan harus kehilangan kemuliaan Allah. Pemberontakan manusia terhadap Allah tidak hanya telah menghancurkan manusia, tetapi juga telah memisahkan hubungan manusia dengan Allah Penyerahan diri pada Allah berarti selamat. Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengarkan permohonan manusia. Namun Allah ingin agar tembok pemisah yang menghambat berkat keselamatan itu dihancurkan terlebih dahulu sehingga manusia membuka hati bagi-Nya. Melalui pengorbanan Yesus Kristus, tembok pemisah itu telah diluluh-lantakkan.

Dosa telah ditaklukkan-Nya. Manusia telah terbebas dari belenggu dan kuasa dosa. Sebagai orang percaya yang telah dibebaskan, seharusnyalah kita menyerahkan diri kepada Allah, menyalibkan manusia lama. Tindakan ini merupakan bentuk kesediaan diri diproses menjadi manusia baru.

Renungkan: Tindakan penyelamatan Yesus Kristus di kayu salib tidak hanya memberikan kita kekudusan dan kekuatan rohani, tetapi juga telah menempatkan hidup kita kini dalam anugerah keselamatan Allah.

Doa: Ya Tuhan, jangan biarkan dosa terus menerus menguasai hidup kami, biarlah Roh-Mu saja yang bertakhta dalam diri kami selama-lamanya.

(0.21667767391304) (Yer 12:1) (sh: Mengeluh namun tidak menyalahkan (Minggu, 17 September 2000))
Mengeluh namun tidak menyalahkan

Mengeluh namun tidak menyalahkan. Yeremia mengakui siapa dirinya di hadapan Allah, maka dengan penuh kerendahan hati ia datang kepada Allah yang benar. Ia tahu kepada siapa mengadukan keluhannya tentang keadilan Tuhan, dan ia pun menyadari siapa dirinya yang tidak layak sedikit pun untuk mempertanyakan keadilan Tuhan (1). Namun keluhan Yeremia ini tidak bermaksud menyalahkan Tuhan tetapi karena ia membutuhkan jawaban dan penjelasan dari Tuhan, sumber keadilan.

Yeremia membandingkan hidupnya dengan orang fasik yang hidupnya jauh lebih baik dari dirinya. Mereka berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah (2), lalu apa bedanya dengan orang benar? Pertanyaan Yeremia ini mungkin juga mewakili pertanyaan Kristen lainnya, yang menyaksikan betapa makmurnya hidup orang fasik di tengah penderitaan orang benar. Kemudian Yeremia meminta Tuhan memberlakukan keadilan-Nya dengan menarik mereka ke luar dari bilangan orang benar, sebagai domba sembelihan yang akan dikorbankan (3), karena Yeremia tak tahan melihat negeri yang hampa dan segala ciptaan Tuhan musnah karena kejahatan mereka (4). Bagaimana Tuhan menanggapinya?

Tuhan mengatakan bahwa Yeremia seperti seorang pelari yang sedang bertanding dengan seorang pejalan kaki (5a). Dengan demikian ia seharusnya menjadi pemenang. Bila dengan seorang pejalan kaki saja ia sudah menyerah kalah, bagaimana dengan pertandingan selanjutnya yakni melawan kuda (5b)? Tuhan tidak bermaksud meremehkan Yeremia, tetapi Ia menyadarkannya bahwa apa yang dialaminya belum seberapa, karena kekuatan Tuhan tersedia baginya, bahkan dalam pergumulan yang lebih berat sekalipun.

Renungkan: Tuhan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan kemurnian hati, tetapi pertimbangkanlah sebelum mengeluh: 'Apakah ada maksud menyalahkan Tuhan?' Bila ya, tidak selayaknya kita melakukannya.

(0.21667767391304) (Yer 37:1) (sh: Perilaku ironis dibenci Allah (Minggu, 6 Mei 2001))
Perilaku ironis dibenci Allah

Perilaku ironis dibenci Allah. Kehidupan raja Zedekia penuh dengan ironi. Zedekia sama sekali menolak untuk mendengarkan firman-Nya namun ia masih memohon Yeremia untuk berdoa baginya. Ironis sekali bukan! Tindakan Zedekia yang ironis ini bersumber dari beberapa sikap terhadap dan pengenalannya akan Allah yang sebenarnya saling bertolak-belakang yaitu ia tidak mempercayai Allah, ia meremehkan Allah, namun sekaligus membutuhkan-Nya ketika kekuatan dan kemampuannya sudah tidak dapat diharapkan lagi.

Apa yang menyebabkan Zedekia berperilaku ironis? Seluruh hati dan pikirannya yang hanya berpusat kepada pemenuhan ambisi pribadi semata yang membuatnya berperilaku ironis. Sebagai raja, walaupun diangkat oleh Nebukadnezar untuk menggantikan keponakannya Konya yang dibuang ke Babel pada tahun 598 s.M., Zedekia seharusnya menjalankan tanggung jawab dan fungsinya sebagai raja Yehuda dengan baik yaitu memimpin rakyatnya agar kembali menaati Allah. Namun ia justru segera berusaha memperkuat posisinya begitu ia melihat tentara Babel telah angkat kaki dari Yerusalem karena datangnya tentara Mesir. Ia tidak mau menjadi raja boneka Babel. Ia mau menjadi raja Yehuda yang berdaulat karena itu ia membutuhkan pertolongan pihak lain. Kepada Allah yang tidak ia percayai dan yang ia remehkan, ia mengharapkan pertolongan. Itu bukan merupakan manifestasi dari kepercayaannya kepada Allah namun manifestasi dari berbagai upaya yang akan ia lakukan untuk memenuhi ambisinya.

Renungkan: Allah bersikap tegas. Ia tidak hanya menolak permohonan Zedekia namun juga memastikan penghukuman yang akan segera menimpa Yehuda. Episode pendek dari kehidupan Zedekia ini merupakan peringatan keras bagi Kristen untuk tidak berperilaku ironis seperti Zedekia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 4

Kisah Para Rasul 4:8-12

I Yohanes 3:1-3

Yohanes 10:11-18

Mazmur 23

Lagu: Kidung Jemaat 24a

(0.21667767391304) (Yer 41:1) (sh: Tragedi klasik sebuah bangsa (Sabtu, 12 Mei 2001))
Tragedi klasik sebuah bangsa

Tragedi klasik sebuah bangsa. Pembunuhan atas diri Gedalya yang dilakukan oleh Ismael beserta 10 orang temannya adalah tindakan yang benar- benar brutal dan sadis. Hanya orang-orang yang haus darah saja yang dapat membantai orang yang begitu ramah dan tulus kepadanya. Itulah karakter Ismael. Apa motif pembantaian Gedalya? Apakah Ismael menginginkan kedudukan Gedalya? Nampaknya tidak, sebab bukankah setelah melaksanakan misinya, ia kembali ke daerah bani Amon. Motif Ismael adalah dendam dan sakit hati karena apa yang telah dilakukan oleh Babel atas Yerusalem. Ismael tidak mampu melawan Babel maka ia melampiaskan kemarahannya kepada Gedalya yang dianggap sebagai kaki tangan Babel. Haus darah Ismael belum terpuaskan maka ia juga membantai rombongan peziarah yang akan bersilaturahmi kepada Gedalya. Bahkan mayat mereka dibuang begitu saja ke perigi. Bagi Ismael manusia yang dipandang berpihak kepada Gedalya tidak bernilai kecuali mereka mempunyai barang-barang yang ia butuhkan (8). Baginya manusia tidak lebih berharga daripada materi.

Walau Yehuda sudah dibumihanguskan oleh Babel, sebenarnya Yehuda tetap mempunyai kesempatan untuk membangun kembali kehidupannya. Namun ketakutan akan hukuman dari Babel, menyebabkan mereka harus lari ke Mesir. Mereka bukannya sibuk menyelesaikan masalah besar yang sudah ada, malah sekarang sibuk mengatasi masalah yang baru yang juga tidak kecil. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan yang baik selalu ditutup oleh keputusan-keputusan yang salah dan orang-orang yang tidak benar. Seandainya Gedalya mau mengindahkan peringatan Yohanan dan mengambil keputusan yang tepat, Yehuda tidak perlu dihadapkan kepada masalah yang baru. Seandainya Ismael tidak dibutakan oleh nafsu dendam dan mau memandang segala sesuatunya dari perspektif yang benar dan memprioritaskan kepentingan rakyat, maka Yehuda dapat terus membangun di bawah pimpinan Gedalya.

Renungkan: Bukankah tragedi klasik Yehuda juga terjadi di negara kita? Banyak keputusan diambil berdasarkan kepentingan dan nafsu pribadi maupun kelompok. Banyak tokoh dengan karakter yang tidak benar masih memegang kekuasaan. Akibatnya masalah bertambah kompleks.

(0.21667767391304) (Yeh 16:23) (sh: Kedegilan hati dan nafsu yang tak terpuaskan (Selasa, 28 Agustus 2001))
Kedegilan hati dan nafsu yang tak terpuaskan

Kedegilan hati dan nafsu yang tak terpuaskan. Jikalau nafsu yang tak terpuaskan hadir bersama-sama dengan kebebalan dan masuk ke dalam hati seseorang, apakah masih ada harapan baginya? Inilah pertanyaan yang perlu kita perhatikan sementara mempelajari bagian ini.

Bagian ini secara nyata menggambarkan kedegilan bangsa Israel yang tidak mempercayai kekuasaan perlindungan Tuhan. Mereka digambarkan sebagai seorang ratu yang melacurkan dirinya dan siap bersundal dengan siapa saja yang ditemuinya di jalan (ayat 25). Ia menyukai Mesir yang menggairahkan hatinya (ayat 26), terus menambah persundalannya namun nafsunya tak kunjung terpuaskan (ayat 25, 26, 28-30). Ia bukannya menerima imbalan atas persundalannya, namun sebaliknya membayar mereka yang bersedia bersundal dengan dia (ayat 31-34). Ini merupakan gambaran keadaan Israel yang meninggalkan Tuhan dan bernafsu menyembah berhala apa saja yang mereka temui. Mereka mengabaikan perlindungan Tuhan dan mencari pertolongan dari Mesir, Asyur, dan Kasdim. Hatinya telah menjadi degil, terikat dengan keinginannya, dan bertekad untuk tetap melakukan kehendaknya. Mereka menyakiti hati Tuhan (ayat 26) dan tidak memiliki satu pun catatan reputasi yang baik di hadapan-Nya. Namun Tuhan tidak berdiam diri, Dia memperhatikan dan mengendalikan keliaran nafsu umat-Nya dengan mendatangkan hukuman atas mereka. Ia mengurangi daerah kekuasaan mereka dan memberikannya kepada Filistin (ayat 27).

Melalui hal ini kita dapat mempelajari bahwa kegagalan untuk menghayati anugerah Tuhan mengakibatkan hadirnya kedegilan hati. Namun Tuhan tidak berdiam diri dan membiarkan umat-Nya terus menerus menjadi tidak peka dengan keadaan mereka yang memalukan. Ia peduli dan berinisiatif mengendalikan keadaan umat-Nya dengan mendatangkan hukuman. Ini semua dilakukan demi kebaikan umat-Nya.

Renungkan: Akar dari kedegilan hati umat Tuhan beserta nafsu liarnya terletak pada ketidakpekaan terhadap anugerah-Nya. Tuhan peduli dengan keadaan umat-Nya. Penghukuman yang mengendalikan itulah jawaban atasnya. Kita perlu mewaspadai kedegilan hati dan keliaran nafsu kita, serta bersyukur atas penghukuman Tuhan jikalau kita menerimanya. Lihatlah ke dalam hati dan mintalah Tuhan meneranginya!

(0.21667767391304) (Yeh 39:1) (sh: Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan (Minggu, 18 November 2001))
Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan

Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan. Di tengah dunia yang serba canggih ini, tanpa kita sadari, seringkali kita tidak lagi menganggap serius reputasi, kekudusan, kuasa, dan otoritas Tuhan di dalam tindakan dan percakapan sehari-hari kita.

Melalui nubuat Yehezkiel ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan yang ada di Yerusalem mempertahankan dan memperkenalkan Nama-Nya yang kudus sebab Nama-Nya tidak boleh dinajiskan (ayat 7). Nama Tuhan yang kudus ini bukanlah semata-mata suatu sebutan bagi-Nya. Nama ini mewakili kuasa, otoritas, sifat, dan reputasi-Nya sebagai Tuhan yang kudus.

Tuhan menegaskan kepastian penghukuman bagi mereka yang menajiskan nama-Nya (ayat 5, 8). Ia mengaumkan firman-Nya melawan mereka yang meremehkan otoritas-Nya (ayat 1); melumpuhkan tangan-tangan yang mencemarkan reputasi-Nya (ayat 2-3); merebahkan mereka yang tidak mempedulikan kekudusan-Nya (ayat 4); menghanguskan dan membiarkan rebah, di padang- padang, mereka yang tetap tinggal tenang walaupun telah menajiskan nama-Nya (ayat 6). Semuanya ini dilakukan Tuhan, agar bangsa-bangsa mengetahui bahwa Nama Tuhan adalah kudus dan tidak boleh dinajiskan (ayat 7). Nubuat Yehezkiel ini menegaskan bahwa Ia dengan pasti akan menegakkan kembali reputasi nama-Nya yang kudus. Ia akan mengadakan pembalasan dengan cara yang sedemikian dahsyatnya dan bangsa-bangsa yang tidak menghormati-Nya pasti akan dikalahkan (ayat 9-10).

Renungkan: Adakah tindakan dan perkataan Anda yang telah menganggap enteng kekudusan, reputasi, kuasa, dan otoritas Tuhan? Biarlah kesadaran akan kekudusan nama Tuhan membakar segala kecemaran hati kita.

PA 2: Yehezkiel 37:1-14

Israel sedang berada di titik nol keberadaannya. Mereka putus asa karena pemberontakan Zedekia terhadap Nebukadnezar gagal dan Yerusalem ditaklukkan (ayat 33:21-22). Bangsa Israel tidak hanya menyadari ketidakberdayaan mereka di dalam situasi waktu itu, tetapi juga mengakui bahwa mereka telah begitu bersalah pada Tuhan. Mereka hancur karena kecerobohan mereka. Inilah 2 kondisi umum manusia: berdosa dan tidak berdaya. Bagian pertama pasal 37 merupakan semacam pengantar klimaks dari pasal 33-37, sebelum keadaan ideal akan mereka rasakan lagi (ayat 37:15-28). Bagaimanakah mereka dapat bangkit dari kebangkrutan?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Tulang-tulang yang ditunjukkan kepada Yehezkiel sangat kering (ayat 2). Bila ini adalah gambaran tentang tulang-tulang para tentara yang gugur di medan perang (ayat 10b), keadaan seperti apa yang ingin dinyatakan Allah kepada Yehezkiel melalui penglihatan semacam ini?

2. Apakah respons Yehezkiel terhadap pertanyaan Tuhan dalam ayat 3 sudah tepat? Mengapa? Apakah respons Anda sendiri jika pertanyaan yang sama diajukan kepada Anda? Mengingat ayat 1- 2, apakah kira-kira reaksi Yehezkiel ketika Allah memerintahkan dia untuk bernubuat (ayat 4)? Bagaimana reaksi Anda sendiri?

3. Apa yang akan dilakukan Tuhan terhadap tulang-tulang tersebut (ayat 5-6)? Mengapa Ia melakukan hal tersebut (ayat 6)? Apa yang dimaksud dengan kata "mengetahui" di ayat 6 bagian akhir (bdk. Yoh 17:3)? Mengapa Allah ingin diketahui sebagai TUHAN (Yahweh)?

4. Berapa tahap proses penghidupan tulang terjadi (ayat 7-10)? Istilah "nafas" dalam ayat 7-10 lebih baik diterjemahkan dengan kata "roh". Apa yang dimaksud dengan istilah "roh" (kaitkan dengan kondisi kematian)?

5. Ayat 11-14 merupakan penjelasan dari penglihatan dalam ayat 1- 10. Apa yang bangsa Israel ketahui tentang keadaan mereka (ayat 11)? Apa yang dapat mereka pelajari tentang Allah di sini?

6. Pikirkan sebuah kata yang mewakili ide kunci dalam perikop ini! Jelaskan maksud Anda! Kaitkan ini dengan hidup kerohanian Anda?

7. Bagaimana Anda menerapkan kebenaran firman Tuhan ini ke dalam situasi Indonesia yang sedang terpuruk?

(0.21667767391304) (Am 9:1) (sh: Allah, Penguasa alam semesta (Jumat, 25 Juli 2003))
Allah, Penguasa alam semesta

Allah, Penguasa alam semesta. Bangsa Israel tidak dapat menghindar dari penghukuman Allah (ayat 1). Ingin lari? Kemanapun mereka pergi bahkan pergi jauh ke dunia orang mati, Tuhan akan menemukan dan mengambil mereka (ayat 2). Dalam pemahaman PL dunia orang mati berada di belahan bumi paling bawah, sebuah tempat yang paling jauh dari tempat Allah di langit di atas langit. Ingin bersembunyi di Gunung Karmel (ayat 3) - tempat yang dianggap cukup aman untuk bersembunyi, tetapi justru di sana Allah siap menghakimi? Di dasar laut (ayat 3)? Tuhan akan memerintahkan ular untuk menggigit mereka di sana. Orang zaman itu menganggap dasar laut sebagai tempat yang tidak akan terjangkau oleh Allah. Ingat peristiwa Nabi Yunus? Tuhan tetap dapat menemukannya. Tidak ada tempat yang rahasia bagi Allah (ayat 5,6).

Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang dikhususkan Allah. Namun, kekhususan itu membuat bangsa Israel menjadi sombong, dan beranggapan Allah yang telah memilih mereka, karena itu mustahil Allah menghukum mereka. Kesalahan persepsi ini mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penindasan dan pengeksploitasian sesama. Israel semakin tidak terkendali. Allah yang mengubah status sebagai bangsa pilihan, Allah pula yang memutuskan untuk tidak lagi mengkhususkan bangsa Israel bagi-Nya. Israel menjadi sama dengan bangsa-bangsa lain seperti Etiopia, orang Filistin, dan orang Aram. Namun, penghukuman Allah bukanlah tujuan akhir. Allah tetap menyelamatkan sisa-sisa Israel (ayat 8). Penghukuman ini adalah kendaraan Allah untuk menciptakan sisa-sisa yang diselamatkan, yang luput dari penghukuman. Inilah kasih setia Allah.

Renungkan: Allah tidak pernah kompromi dengan dosa. Tetapi dosa tidak dapat membatalkan kasih setia-Nya. Itulah pengharapan yang memotivasi kita mengerjakan kehendak Allah dengan setia dan sukacita.

(0.21667767391304) (Mat 13:10) (sh: Percaya dan mengerti (Selasa, 1 Februari 2005))
Percaya dan mengerti

Percaya dan mengerti. Proses beriman mirip proses belajar. Di sekolah kita belajar banyak hal yang belum kita mengerti. Ketika kita tidak mengerti suatu pelajaran, seharusnya respons kita adalah bertanya. Jadi, orang yang tumbuh dalam pengertiannya adalah orang yang memelihara sikap haus belajar dan berani bertanya.

Para murid tidak mengerti mengapa Yesus mengajar dengan perumpamaan (ayat 10). Yesus memakai perumpamaan untuk beberapa fungsi. Pertama, untuk menegaskan sifat rahasia Kerajaan Surga. Untuk masuk Kerajaan Surga, perlu pembukaan yang datang dari pihak Allah yang harus ditanggapi dengan iman (ayat 11). Jadi, inisiatif Allah mutlak diperlukan, baik untuk menyatakan rahasia Kerajaan Allah maupun untuk membimbing orang agar merespons pewartaan Kerajaan Allah itu dengan iman. Kedua, perumpamaan berakibat ganda. Kepada orang yang dikaruniai hati responsif akan terjadi proses bertanya, mencari, beroleh tuntunan, dan aktif mengimani. Orang itu akan mengalami pertumbuhan rohani. Untuk orang yang bebal, perumpamaan akan membuat Kerajaan Surga semakin tertutup baginya bahkan membuat orang itu mengalami proses pembutaan rohani lebih lanjut (ayat 14-15).

Dampak perumpamaan yang memisahkan pendengar ke dalam dua kelompok itu kini terjadi. Para murid langsung menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus. Ini adalah langkah iman. Akibatnya, Yesus memberikan penjelasan dan menerangi hati mereka. Orang banyak tidak demikian. Mereka bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka. Karena mereka tidak percaya, maka arti dan makna Kerajaan Allah tertutup bagi mereka. Bahkan, itu menjadi pesan penghukuman bagi mereka. Akan tetapi, bagi yang percaya perumpamaan menyingkapkan arti dan makna Kerajaan Allah.

Ingat: Peliharalah sikap terbuka untuk belajar dan diajar Tuhan, sebab itulah tanda iman yang bertumbuh.

(0.21667767391304) (Mat 16:13) (sh: Antara pendapat dan sikap. (Minggu, 15 Maret 1998))
Antara pendapat dan sikap.

Antara pendapat dan sikap.
Selama perjalanan pelayanan yang Yesus lakukan, pasti muncul dan berkembang berbagai pendapat dan sikap tentang diri dan ajaran-Nya. Bagi-Nya itu wajar. Karena itu untuk lebih jelasnya, Yesus terlebih dahulu menanyakan pendapat dan sikap masyarakat tentang diri-Nya. Tujuan Yesus sebenarnya adalah ingin mengetahui pasti pendapat para murid tentang diri-Nya. Pendapat yang muncul bukan karena pengaruh luar, melainkan pendapat yang keluar karena pengenalan yang benar akan Dia. =F4Menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Mungkinkah Anda Kristen karena mewarisi sikap iman orang tua, kekasih, suami atau isteri. Kini sudah saatnya Anda mengenal Dia secara lebih dekat dan pribadi.

Siapakah Anak Manusia itu? Petrus mengakui dengan sejujurnya bahwa Tuhan Yesus, Mesias, Anak Allah yang hidup=F6! Petrus telah memanfaatkan waktu-waktu bersama Yesus untuk untuk mengenal Tuhan. Tidak semua orang dapat tiba pada kesimpulan yang Petrus ucapkan. Petrus yang keras, punya banyak pengalaman oleh karena usianya, adalah Petrus yang mata hatinya dibukakan oleh Roh Kudus. Roh Kudus melembutkan hati dan mengokohkan pengalaman rohani dan materinya pada satu kesimpulan bahwa Mesias itu sudah datang dan berada bersama-sama manusia (bdk. Yoh. 1:14). Roh Kudus adalah harapan banyak Kristen agar setiap manusia di bumi ini dibukakan hatinya untuk melihat terang di dalam Kristus.

Mengikuti teladan Tuhan. Yesus datang kedunia ini untuk menebus kita dengan jalan kematian-Nya di kayu salib. Ketika itu diberitakan-Nya, Petrus menentang. Tidak dapat diterima oleh akal Petrus bahwa Mesias, Anak Allah yang hidup, akan mati. Petrus tidak menangkap bahwa kematian untuk Tuhan bukan berarti kekalahan atau kegagalan. Kematian-Nya justru menalahkan maut dan dosa.

Renungkan: ikut serta dalam kematian-Nya berarti pula ikut ambil bagian dalam kehidupan-Nya.

(0.21667767391304) (Mat 26:36) (sh: Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis (Minggu, 8 April 2001))
Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis

Kehendak Bapa, Yesus harus minum cawan itu sampai habis. Di saat-saat terakhir menjelang kematian-Nya, Yesus begitu sedih, gentar, dan takut menghadapi murka dan hukuman Allah atas dosa yang akan ditimpakan kepada- Nya. Tiga kali Ia berdoa agar cawan yang melambangkan penderitaan dan kesengsaraan itu disingkirkan. Dalam doa pertama (39) walau tetap dalam penundukkan diri dan ketaatan penuh kepada kehendak Bapa, Yesus masih memohon agar cawan ini tidak diminum-Nya. Pada doa kedua dan ketiga (42, 44) Yesus menyadari bahwa tidak mungkin lagi Ia menghindar dari cawan yang memang harus diminum sampai tetes terakhir. Maka pada doa yang kedua dan ketiga Ia lebih siap melaksanakan kehendak Bapa- Nya. Ia rela minum cawan itu sebab Ia tahu dengan pasti bahwa itulah kehendak Bapa bagi-Nya. Di saat yang begitu menegangkan, Yesus meminta ketiga murid-Nya untuk berdoa bagi diri mereka. Sekalipun tubuh lemah, murid-murid harus berdoa menghadapi pencobaan yang berat. Sayang 3 murid yang diharapkan untuk menjadi teman doa di saat yang paling berat ini justru tidur. Yesus bergumul seorang diri. Akhirnya, Ia menang, Ia siap, Ia taat melaksanakan kehendak Bapa.

Pergumulan berat dilalui Yesus dengan berdoa dan hati yang siap dan rela melaksanakan kehendak Bapa sekalipun sangat bertentangan dengan kemauan dan kehendak diri- Nya. Persekutuan dengan Bapa membuat Yesus sanggup menghadapi sengsara dan derita yang harus ditanggung- Nya. Begitu waktu-Nya tiba, Ia bersiap menyongsong para musuh yang sudah mendekat.

Renungkan: Kesedihan, kepedihan, dan kegentaran untuk meminum itu diabaikan oleh Tuhan Yesus sebab Ia tahu bahwa untuk itu Ia datang ke dalam dunia, yakni menanggung murka dan hukuman Allah atas dosa manusia, dosa saya dan Anda.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Ulangan 16:1-8

Wahyu 1:4-8

Matius 26:17-30

Mazmur 116:12-19

Lagu: Kidung Jemaat 157

(0.21667767391304) (Mrk 1:40) (sh: Menentang tradisi (Sabtu, 18 Januari 2003))
Menentang tradisi

Menentang tradisi. Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular - - menurut hukum Musa -- orang kusta itu najis dan dikutuk Allah (bdk. Im. 13:45-46). Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Dapat kita bayangkan kegemparan yang terjadi karena reaksi orang-orang yang melihat perbuatan ini. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Karena belas kasihan (ayat 41). Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya.

Ketika orang kusta sembuh Yesus memberikan dua bentuk perintah padanya. Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam agar imam dapat menyatakannya sebagai orang sehat. Tanpa pernyataan resmi ini sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti yang diatur hukum Musa (Im. 14:1-32). Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakan kesembuhannya kepada orang lain. Sebenarnya orang yang mengenalnya, tanpa diberitahu pun menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu melakukan ritus seperti yang dituntut hukum Musa, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka bahwa ia telah sembuh dan tahir. Jadi, mengapa harus dilarang? Karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Namun, orang kusta ini tidak taat. Akibatnya pekerjaan dan pelayanan Yesus menjadi terhalang. Ketidaktaatan selalu menghambat pelayanan Yesus. (ayat 45).

Renungkan: Belas kasihan Yesus membawa orang-orang pinggiran ke tengah- tengah peradaban manusia. Tanpa memiliki belas kasihan Yesus kita tidak akan pernah menyentuh orang-orang yang terbuang dan terasing oleh masyarakat.

(0.21667767391304) (Mrk 10:46) (sh: Bartimeus (Sabtu, 29 Maret 2003))
Bartimeus

Bartimeus. Buta, miskin, sendiri, hidup dari belas kasihan orang lain. Begitulah gambaran tentang Bartimeus yang dipaparkan oleh Markus. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Ada apa dengan Bartimeus? Ternyata Bartimeus bukanlah tipe orang yang malas, yang tidak mau bangkit dari keadaan seperti anggapan orang saat itu. Justru Bartimeus adalah tipe orang yang berkemauan keras dan berkeyakinan bahwa suatu saat ia akan terbebas dari penderitaan. Apakah keyakinan Bartimeus berlebihan? Secara kasat mata mustahil bagi Bartimeus untuk terpenuhi harapannya. Tetapi, semua keraguan kebanyakan orang saat itu pupus ketika Yesus melintasi kota Yerikho, dalam perjalanan menuju Yerusalem.

Berita bahwa Yesus akan lewat, membuat hati Bartimeus tergerak untuk meminta perhatian Yesus. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang bagi Bartimeus untuk terus berseru kepada Yesus. Bartimeus yakin bahwa inilah saat yang tepat baginya untuk bangkit dari ketidakberdayaan, untuk hidup normal seperti kebanyakan orang. Usaha kerasnya tidak sia-sia. Sapaan "Anak Daud, kasihanilah aku" menunjukkan bahwa siapa Yesus telah sampai ke telinga Bartimeus, dan itu menggerakkan hati Yesus. Yesus mendengar seruannya dan memenuhi kebutuhannya.

Dari Bartimeus kita belajar tentang iman yang benar, yaitu iman yang diarahkan kepada Anak Daud, Mesias yang dijanjikan Allah. Keyakinan yang didasari iman yang hidup itu tidak hanya membuatnya mampu bertahan tetapi lebih lagi membuatnya mengalami perkara besar dalam hidupnya. Masing-masing kita pun dapat terhisab dalam perkara besar Allah sejauh dasarnya adalah iman yang benar dan hidup.

Renungkan: Kenalilah benar permohonan yang Anda sampaikan kepada Tuhan Yesus. Apakah itu benar-benar kebutuhan hakiki yang didasari oleh iman yang hidup atau sekadar keinginan belaka?

(0.21667767391304) (Mrk 14:1) (sh: Tanda cinta kasih (Jumat, 11 April 2003))
Tanda cinta kasih

Tanda cinta kasih. Dalam masyarakat kita mengenal ada banyak cara untuk menyatakan kasih kepada orang yang kita kasihi. Bacaan hari ini memberikan gambaran mengenai cara yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada Yesus. Perempuan itu mewujudkan kasihnya dengan membawa sebuah buli-buli berisi minyak Narwastu murni yang mahal harganya dan mencurahkannya di atas kepala Yesus. Baginya minyak Narwastu itu adalah miliknya yang berharga, yang ia persembahkan kepada Yesus sebelum kematian-Nya.

Namun, perbuatan kasih itu bukan tanpa halangan dan kritik. Yudas, yang tamak itu mengkritik tindakan perempuan itu dengan dalih memberi kepada orang miskin. Namun, jauh di dalam hatinya ada maksud hendak mengambil uang itu bagi dirinya (Yoh. 12:6). Yesus menolak saran Yudas itu, karena saran itu membungkus ketamakan Yudas. Yesus menolak upaya memanipulasi atau memperalat kemiskinan sesama demi kepentingan sendiri.

Di sini ada dua hal penting, pertama, memberikan yang terbaik. Baik kepada Tuhan maupun sesama sebagai wujud kasih kita. Kedua, upaya manipulasi kemiskinan demi kepentingan diri. Kedua tindakan ini bisa kita lihat dalam masyarakat kita. Terutama dalam menghadapi krisis multidimensi ini, ada bantuan yang diberikan sebagai wujud cinta kasih terhadap sesama, tetapi di pihak lain ada orang tertentu yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan dalih melayani orang miskin. Tindakan yang disebut terakhir ini sudah tentu Tuhan tolak. Tuhan menghendaki pelayanan yang tulus. Pertanyaan bagi kita apakah kita mau melayani sesama kita dengan tulus ikhlas seperti yang dilakukan oleh perempuan ini?

Renungkan: Melayani sesama dengan jujur dan tulus iklas merupakan wujud dari cinta kasih kita sesuai dengan perintah Tuhan. "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri".

(0.21667767391304) (Mrk 14:32) (sh: Berdoa dalam pergumulan (Senin, 14 April 2003))
Berdoa dalam pergumulan

Berdoa dalam pergumulan. Misi Yesus untuk menggenapi rencana Allah, semakin mendekati masa penggenapan. Menghadapi saat-saat ini, Yesus juga merasakan takut dan gentar. Ia bergumul dengan ketakutan dan kegentaran- Nya. Namun, Ia juga mengetahui bahwa Allah itu adalah Bapa yang maha kuasa. Begitu besar kuasa-Nya sehingga tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Sesungguhnya permohonan Yesus ini menggambarkan bahwa sebagai manusia Ia merasa takut dan gentar, karena merasakan beratnya penderitaan yang Ia akan alami. Walau demikian, Ia menyatakan ketaatan-Nya yang mutlak kepada rencana Allah. Yesus mengetahui bahwa jika Allah sudah berkehendak, tidak ada kuasa apa pun yang dapat menggagalkan. Meski harus menanggung penderitaan Yesus harus menggenapi rencana Allah. Para murid yang seharusnya berjaga-jaga dan berdoa agar memahami pergumulan Yesus, mengecewakan-Nya. Mereka tidak mampu bergumul bersama Yesus dalam menghadapi penderitaan itu.

Pesan untuk tetap berjaga-jaga dan berdoa, juga ditujukan kepada kita, murid-murid Yesus masa kini. Namun dalam pelaksanaannya kita sering tergoda untuk mengutamakan keinginan hawa nafsu kita dari pada mengikuti kehendak Allah. Lebih mengedepankan kepentingan diri sendiri dari pada taat kepada kehendak Allah. Jika kita menyikapi pesan Yesus dengan cara seperti ini dapat dipastikan bahwa kita tidak akan mampu berjaga dan berdoa bersama Yesus, apalagi merasakan penderitaan-Nya dalam pergumulan untuk keselamatan kita. Coba kita renungkan dan hayati, pesan Yesus untuk "Berjaga-jaga dan berdoa supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan." Artinya, Yesus memperingatkan kita bahwa pencobaan merupakan usaha terakhir dari kuasa Iblis melawan Yesus, dan para pengikut-Nya.

Renungkan: Sikap berjaga dan berdoa, adalah sikap yang benar dari seorang murid dalam menyongsong masa depan.

(0.21667767391304) (Luk 18:9) (sh: Syarat menjadi orang yang dibenarkan (Senin, 15 Maret 2004))
Syarat menjadi orang yang dibenarkan

Syarat menjadi orang yang dibenarkan. Orang bebal adalah orang yang selalu merasa diri paling benar. Amsal memberikan nasihat kepada kita agar menghindarkan diri dari orang seperti itu karena biarpun kesalahannya sudah di depan mata, mereka akan tetap ngotot bahwa mereka benar. Namun, betapa pun mereka menganggap diri paling benar, di hadapan Allah sumber Kebenaran mereka tetaplah orang berdosa.

Hanya ada dua cara untuk menjadi orang yang disebut benar menurut Firman Tuhan yang kita baca hari ini. Pertama, dibenarkan oleh Allah sendiri. Hal inilah yang terjadi pada si pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus di 9-14. Pemungut cukai itu datang dengan penuh kerendahan diri dan penyesalan akan keberdosaannya. Ia menyadari diri tidak layak untuk diampuni, oleh karenanya ia hanya memohon belas kasihan. Tetapi, justru kesadaran diri berdosa dan tidak layaklah yang membuatnya dilayakkan menerima anugerah pembenaran.

Hal yang sebaliknya terjadi pada si orang Farisi. Ia datang dengan keyakinan yang tinggi akan hidupnya yang benar. Ia datang tidak untuk meminta belas kasih Tuhan. Ia malah dengan bangga memaparkan hal-hal yang baginya adalah bukti kebenarannya. Yesus berkata, orang Farisi tetap tinggal sebagai orang berdosa, sedangkan si pemungut cukai mendapatkan pembenaran dari Tuhan.

Kedua, untuk mendapatkan pembenaran dari Allah, kita harus menjadi seperti anak kecil (ayat 17). Anak kecil dicirikan dengan ketulusan dan kepolosan, tanpa pretensi. Sikap inilah yang diperlukan untuk dapat menyambut uluran tangan kasih Allah. Sikap jujur bahwa dirinya membutuhkan jamahan Allah adalah syarat untuk seseorang dijamah Allah.

Renungkan: Dengan mengakui bahwa kita adalah orang-orang berdosa, kebenaran Allah akan diberlakukan atas kita.

(0.21667767391304) (Yoh 12:9) (sh: Sang raja masuk kota Yerusalem (Rabu, 6 Maret 2002))
Sang raja masuk kota Yerusalem

Sang raja masuk kota Yerusalem. Situasi makin panas karena pemimpin Yahudi merencanakan pembunuhan bukan terhadap Yesus saja, tetapi juga terhadap Lazarus (ayat 10). Orang yang beriman dan mengasihi Tuhan tidak saja menerima berkat dalam bentuk yang disukainya, tetapi juga dalam bentuk berbagai risiko yang tidak enak. Tuhan Yesus tahu rencana pembunuhan tersebut, tetapi kini Ia menampakkan diri tidak lagi di kalangan terbatas, namun di kalangan publik di Yerusalem. Itu dilakukannya pada hari raya Paskah, salah satu hari raya penting ketika orang Yahudi melimpah ruah berdatangan ke Yerusalem. Suasana makin ramai karena banyak orang dari berbagai kota datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.

Orang banyak segera menyambut Yesus dengan meriah. Seruan mereka mengandung makna pengharapan. “Hosana” secara harfiah berarti selamatkanlah atau “tolong”. Mereka melambai-lambaikan daun palem, menandakan bahwa mereka sedang menyambut raja yang datang dalam kemenangan. Mungkin seruan Hosana dan lambaian daun palem tidak begitu jelas, namun seruan mereka selanjutnya jelas menunjukkan bahwa mereka menyambut Yesus sebagai raja Israel (ayat 13). Seruan orang banyak itu mengacu pada firman Tuhan dalam PL, Mazmur 118:26, yang menunjuk pada kehadiran Mesias yang dijanjikan oleh Allah, yaitu Juruselamat yang diurapi, Raja bagi bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Namun demikian, konsep mereka politis sifatnya dan itu berbeda dari maksud Tuhan sesungguhnya.

Ini terlihat dari sikap Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menaiki seekor keledai muda. Apabila Yesus datang ke Yerusalem dengan maksud menunjukkan bahwa Ia menginginkan kuasa politis, tentu Ia akan mengendarai kuda. Tidak sulit bagi-Nya mendapatkan seekor kuda untuk maksud itu. Tetapi, kini Yesus sengaja mencari seekor keledai muda. Saat menulis Injil ini, Yohanes menjadi paham bahwa kejadian itu menggenapi Zakharia 9:9. Sungguh Yesus adalah Raja dan datang sebagai penggenap nubuat mesianis. Namun, Ia datang dan menggenapi dengan cara lain, dalam cara yang di mata manusia rendah dan lemah.

Renungkan: Yesus yang bagaimanakah yang kita sambut dan akui sebagai Tuhan kita?

(0.21667767391304) (Yoh 17:20) (sh: Mereka yang akan percaya (Minggu, 24 Maret 2002))
Mereka yang akan percaya

Mereka yang akan percaya. Ketika Yesus mendoakan para murid-Nya, Ia menyatakan bahwa misi Bapa bagi-Nya akan dipercayakan-Nya kepada para murid-Nya (ayat 18). Sebagai akibat penerusan misi oleh para murid-Nya itu akan terbentuk Gereja Tuhan dari zaman ke zaman sampai sekarang ini. Dalam bagian ini, doa Yesus tertuju kepada para pengikut-Nya. Dengan demikian, isi doa syafaat Yesus ini mencakup seluruh rencana kekal Allah sampai terwujud dalam karya Yesus di sepanjang sejarah Gereja-Nya. Jadi, seluruh perjalanan misi dan kehidupan orang beriman diletakkan Yesus di dalam kerangka hubungan dan rencana kekal Bapa (rencana keselamatan), Putra (penggenapan rencana keselamatan), dan Roh Kudus (pengudusan Gereja).

Ada dua hal penting dalam doa ini yang perlu kita perhatikan. Pertama, peluasan misi akan terjadi karena pewartaan Firman (ayat 20). Inilah prinsip misi dan pertumbuhan Gereja yang harus setia kita pegang. Misi akan berkembang dan Gereja hanya akan bertumbuh bila kita setia mewartakan kabar keselamatan dalam Kristus. Kedua, Yesus tidak saja menginginkan agar makin banyak orang diselamatkan karena percaya kepada-Nya. Ia juga menginginkan agar mereka menjadi satu (ayat 22). Kesatuan yang diinginkan-Nya dari Gereja-Nya bukan sekadar kesatuan yang lahiriah. Yang diinginkan- Nya adalah kesatuan mesra seperti yang terdapat di dalam hubungan Yesus dan Bapa. Kesatuan adalah kekuatan. Ke dalam, kesatuan merupakan kekuatan yang memelihara orang beriman dari ancaman dunia ini. Ke luar, kesatuan karena kasih adalah kekuatan yang membuat kesaksian Gereja meyakinkan dunia tentang kebenaran Injil.

Renungkan: Kesaksian dan kasih kita tidak hanya menyukakan hati Allah, tetapi juga membuat dunia mengakui kebenaran Injil Kristus.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Bilangan 9:1-3,11-12

I Korintus 5:6-8

Markus 14:12-26

Mazmur 116:12-19

Lagu:

Kidung Jemaat 341

PA 3 Yohanes 16:4b-15

Perginya sosok yang mengasihi dan menjadi panutan bisa membuat orang yang dilindungi menjadi patah semangat. Pasal 13 s/d 17 merupakan pesan-pesan terakhir Yesus sebelum Ia disalib. Dalam catatan Yohanes, Yesus secara khusus menyiapkan para murid agar tidak saja mampu melalui saat-saat sulit ketika Yesus mati disalibkan, tetapi juga agar mereka dapat seterusnya menghayati semua arti kata-kata dan perbuatan Yesus serta kehadiran-Nya. Pesan-pesan ini juga bertujuan menyiapkan para murid untuk menjadi landasan bagi bertumbuhnya generasi murid berikutnya, yaitu gereja Tuhan. Bagian ini khususnya penting sebab Yesus memaparkan faktor X yang menentukan mengapa kepergian Yesus justru membuat para murid mampu bertahan dan bertumbuh.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Hal apa yang tidak dikatakan Yesus sejak semula (bdk. 1-4a)? Apa alasannya (dilihat dari sisi para murid dan dari sisi Yesus) hal tersebut tidak dikatakan Yesus kepada para murid sejak semula (bdk. 4b)?

Sebelum ini beberapa kali para murid bertanya ke mana Yesus akan pergi (lih. 13:36, 14:5). Kini mereka tidak lagi menanyakan hal tersebut secara mendalam. Mengapa sampai sekarang pun orang sulit mengimani bahwa kematian Yesus penting bagi iman Kristen?

Mengapa lebih berguna bagi para murid bahwa Dia pergi (ayat 7)? Mengapa kepergian Yesus (kematian dan kenaikan-Nya) menjadi sebab Roh Kudus dapat datang kepada para murid? Apa hubungan kedatangan Roh dengan kesiapan para murid untuk memahami ajaran dan karya Yesus? Apa yang akan dikerjakan Roh Kudus dalam hati para murid sehingga mereka mampu menerima dan memahami hal-hal yang terjadi dalam diri Yesus dan yang Yesus lakukan?

Ada perbedaan karya Roh dalam hidup para murid (ayat 12-15) dari karya Roh terhadap dunia ini (ayat 8-11)? Apa saja karya Roh dalam diri para murid? Pikirkan kaitannya dengan tujuan kehadiran dan karya Yesus. Rinci dan pikirkan maksud konkret dari masing- masing dampak tersebut dalam kehidupan orang beriman! Rinci dan pikirkan maksud konkret dari dampak Roh terhadap dunia! Bagaimana kaitan hal tersebut dengan kehadiran Roh dalam diri orang beriman?

(0.21667767391304) (Kis 13:13) (sh: Karya penyelamatan sempurna (Minggu, 20 Juni 1999))
Karya penyelamatan sempurna

Karya penyelamatan sempurna Rupanya ada cukup banyak orang-orang bukan Yahudi yang berasal dari lingkungan kafir mulai menaruh perhatian pada agama Yahudi. Mereka mengikuti ibadah-ibadah di dalam rumah sembahyang. Kehadiran dan ketertarikan mereka pada agama Yahudi dimanfaatkan Paulus untuk menjelaskan kedudukan istimewa bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Paulus mengajak para pendengar ajaran Injil itu melihat perbuatan-perbuatan Allah yang besar. Bahwa bukan dengan kekuatan senjata, Israel berhasil keluar dari Mesir tetapi karena kuasa Allah. Allah pun berpanjang sabar mendidik, membangun, dan mengampuni dosa umat-Nya. Tetapi Allah juga kasih, Dia menerima pertobatan umat-Nya dan mengampuninya. Pada intinya pengajaran Paulus ini ingin memperlihatkan bahwa meskipun pilihan Israel itu adalah karya penyelamatan, namun kuasa penyelamatan Allah baru mewujud sempurna di dalam diri Yesus.

Kesempatan penginjilan. Tugas "penginjilan" seringkali tidak kita laksanakan karena merasa tidak ada kesempatan yang terbuka. Sebenarnya bila kita pandai membawa diri dan tahu memanfaatkan keadaan, akan ada cukup kesempatan terbuka. Kemauan dan keyakinan akan Injil akan menciptakan kreativitas menemukan kesempatan penginjian.

Tiap hari kita berjumpa dengan banyak orang dalam situasi yang berbeda-beda. Pernahkah Anda merenungkan bahwa keselamatan yang kita miliki sekarang ini sedemikian penting dan tak ternilai harganya? Bila kita pernah merasakan bahwa makanan yang pernah kita makan di suatu tempat sangat enak, tempatnya nyaman, pelayanannya memuaskan, dan harganya terjangkau, maka ketika kita bertemu dengan saudara atau teman, dengan rasa puas kita ingin menceritakannya kepada mereka agar mereka pun mencobanya. Kita telah menerima anugerah keselamatan yang hanya dinyatakan melalui Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita. Hidup yang telah diselamatkan selayaknya menjadi persembahan bagi-Nya. Bagikanlah anugerah keselamatan itu! Apakah Anda rindu membagikan kesukacitaan setelah menerima anugerah keselatan?

(0.21667767391304) (1Kor 7:17) (sh: Fokus pada panggilan Tuhan (Rabu, 1 Mei 2013))
Fokus pada panggilan Tuhan

Judul: Fokus pada panggilan Tuhan
Pesan di bagian ini harus dipahami dengan menyadari tiga kalimat kunci. "Tinggal dalam keadaan sebagaimana ia dipanggil" (20, lih. 17, 24); "Yang penting ialah menaati hukum-hukum Allah" (19) bdk. 32, 34, dan 35); dan, "mengingat waktu darurat sekarang" (26, bdk. 29).

Apa artinya "tinggal dalam keadaan sebagaimana ia dipanggil"? Pertama, jangan mengupayakan perubahan apa-apa yang menyangkut penampilan luarmu ketika kamu menjadi orang percaya. Yang penting adalah panggilanmu dan perubahan di dalam kamu dengan menaati hukum-hukum Allah! Atau kedua, "tinggal tetap sebagai orang percaya dalam situasi apa pun yang Tuhan aturkan buat kamu, sebagaimana Tuhan telah memanggilmu" (terjemahan Today's NIV). Dengan kata lain, setialah!

Mengapa kita jangan memusingkan status sosial atau tanda rohani? Tanda rohani yang terlihat seperti sunat dan status sosial sebagai orang merdeka, tidak serta merta membuat anak Tuhan bertambah rohani. Yang utama adalah bagaimana menyenangkan Tuhan dengan fokus melayani Dia. Termasuk di dalamnya masalah sosial pernikahan. Inti dari uraian Paulus di ayat 25-34 bukan tidak menikah lebih baik daripada menikah, walaupun itu preferensi Paulus pribadi. Melainkan, setiap anak Tuhan harus peka akan pimpinan Tuhan tentang apa yang tepat bagi dirinya, gadisnya, atau anak gadisnya agar dapat fokus melayani Tuhan mengingat godaan dosa amoralitas yang sangat kuat.

Nasihat Paulus ini harus dipahami bukan sebagai prinsip umum pernikahan. Paulus tidak sedang mengajar teologi pernikahan. Paulus menyadari situasi darurat saat itu. Masa itu begitu sulit dan sewaktu-waktu Kristus dapat datang kembali. Paulus mengharapkan umat Tuhan bisa fokus pada hal yang utama yaitu melayani Tuhan sebaik-baiknya.

Relevankah nasihat Paulus ini dengan konteks orang Kristen abad ke-21? Relevan. Sekarang ini orang lebih memandang penampilan luar dan mengabaikan karakter di dalam. Orang lebih sibuk dengan perkara 'dunia' daripada fokus pada Tuhan dan pelayanan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/05/01/



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA