(0.24969162068966) | (Mzm 84:1) |
(ende) Mazmur ini merupakan lagu djiarah. Kaum berdjiarah mengutjapkan kerinduannja untuk pergi ke Bait-Allah (Maz 84:2-4), agar supaja boleh tinggal disana seperti burung2 boleh bersarang di Rumah Jahwe (Maz 84:4). Dipudji bahagialah orang2 jang boleh diam di Rumah Allah dan jang boleh berdjiarah kesana (Maz 84:5-6). Kerinduannja meringankan perdjalanan kaum berdjiarah, hingga daerah kering mendjadi se-akan2 penuh dengan air dan disirami hudjan lembut (Maz 84:7-8). Setibanja di Bait-Allah kaum mentjurahkan doanja, pun bagi imam agung dan mereka bergembira oleh karena berada dekat Jahwe, tempat orang memang dilimpahi dengan berkah dan anugerahNja (Maz 84:8-12). |
(0.24969162068966) | (Yeh 1:4) |
(ende) Penampakan itu menjatakan kepada nabi dan kaum buangan, bahwa Allah hadir bukan sadja di Bait Allah di Jerusjalem, tetapi djuga di Babel. Allah nampak duduk diatas sebuah tachta jang dipasang diatas sebuah kereta jang dapat berdjalan (Allah tidak terikat pada tempat tertentu) Kereta adjaib itu terdiri atas empat machluk gaib, Kerub namanja. Kerub2 jang sedemikian itu berupa patung dan di Babel terdapat sebagai pendjaga kuil2 dewa dan istana radja. Di Babel kerub2 itu adalah machluk jang setelah dewa dengan mempunjai badan binatang (siapa atau anak sapi) dan muka insani dengan sajap2. Kadang2 berdiri tegak sebagai manusia. Agaknja Jeheskiel memindjam gambarannja dari patung2 Babel itu dengan membuatnja lebih adjaib lagi. Gambarannja kadang2 sukar untuk dipahami dan dibajangkan. |
(0.19975329310345) | (Est 4:17) |
(ende) [17e-g] Ajat2 ini menafsirkan kelakuan Mordekai setjara lain daripada Est 3:2. [17o] Pikiran jang merupakan latar belakang teks ini ialah: musuh2 Israil ditugaskan oleh Allah untuk menghukum umatNja. Tetapi mereka meliwati batas dan tidak sadar akan kedudukannja sebagai alat Allah se-mata2. Karena itu mereka sendiri dihukum. |
(0.19975329310345) | (Mzm 109:1) |
(ende) Dengan sangat hebat seorang (mungkin sakit Maz 109:22-24), jang dianiaja musuh2 jang tjedera (Maz 109:2-5), mengutuk mereka, meminta Jahwe, agar Ia menghukumnja (Maz 109:6-20). Hukuman ini dilukiskan dengan bahasa penghebat dan berdasarkan hukum pembalasan Perdjandjian Lama. Si pemohon tahu,bahwasanja se-mata2 Allah sanggup melaksanakannja (Maz 109:21,26-29) dan bila demikian djadinja, maka ia akan bersjukur dan memudji Jahwe (Maz 109:30-31). Lagu ini merupakan "mazmur pengutuk" jang paling hebat, paling kedjam dan jang paling pandjang dalam seluruh Kitab Mazmur (lih. Maz 95; 38:7-11; 69:23-29). Memang sikap sedemikian tiadalah sesuai dengan hukum tjinta Perdjandjian Baru. Tetapi pada masa sebelum Kristus mengadjar, kutuk2 sematjam ini dapat dimengerti. Dan lagu inipun menjatakan kepertjajaan orang kepada Allah dan keadilanNja, hingga toh penuh dengan rasa keigamaan jang sedjati. patut diperhatikan lagi, bahwa kutuk2 ini merupakan suatu kesusasteraan tertentu, jang pakai bahasa penghebat dan rumus2 jang kurang biasa. |
(0.17478413793103) | (Kel 13:7) |
(full: SESUATUPUN YANG BERAGI TIDAK BOLEH DILIHAT.
) Nas : Kel 13:7 Selama minggu Paskah, ragi (Ibr. _se'or_, yaitu semua zat yang dapat mengakibatkan fermentasi dalam adonan atau cairan) dan semua bahan yang kena ragi (Ibr. _hamets_; yaitu segala sesuatu yang telah mengalami fermentasi atau beragi) harus dibuang dari rumah orang Israel (bd. Kel 12:15,19). Dalam Kel 13:7 _hamets_ diterjemahkan "sesuatu pun yang beragi"; tetapi arti harfiah adalah "sesuatu yang difermentasi." Semua makanan untuk Paskah harus disesuaikan dengan perintah ilahi ini (lihat art. PASKAH).
|
(0.17478413793103) | (Mzm 85:1) |
(sh: Kemarin, kini, kelak (Rabu, 28 September 2005)) Kemarin, kini, kelakKemarin, kini, kelak Doa dalam mazmur ini mungkin dipanjatkan dalam era pasca pembuangan. Era itu masa kesulitan. Mereka harus membangun di atas puing-puing kehancuran, akibat dari ketidaksetiaan mereka terhadap Tuhan. Memang mereka sudah kembali dari pembuangan, namun Bait Allah seolah hampa hadirat-Nya. Tanah masih belum memberi hasil, juga kedamaian seolah masih jauh dari pengalaman nyata mereka. Realitas mereka waktu itu menyatakan bahwa sesudah pemulihan awal itu mereka masih memerlukan pemulihan lanjutan dari Allah. Pada situasi demikian umat mengingat kembali bahwa Allah adalah pemulih, pengampun yang di masa lalu telah reda dari murka-Nya (ayat 2-4). Pemazmur juga mengacu kepada sabda pelihat yang menatap ke depan (ayat 9), yang menyatakan bahwa syalom akan terwujud dalam pengalaman nyata mereka (ayat 10-14). Dalam kepedihan pertobatan, timbul ingatan akan kasih setia Tuhan, juga kecermatan menatap penuh hasrat ke saat ketika syalom diwujudkan Allah di bumi ini. Dalam kaitan dengan dua keyakinan itulah pemazmur menaikkan permohonannya agar Allah memulihkan mereka dan meniadakan murka-Nya atas mereka (ayat 5-8). Kegagalan dengan segala akibat pahitnya, juga kebutuh-an akan pemulihan Allah yang berkesinambungan bukan saja pengalaman umat Perjanjian Lama, tetapi juga kita kini. Tokoh-tokoh Kristen seperti Thomas a Kempis, Oliver Cromwell menarik pelajaran penting dari mazmur ini. Se-perti mereka, kita patut secara serius menghayati pertobatan dan kerinduan akan terwujudnya kesetiaan dan pemerintahan Allah yang dulu pernah Ia nyatakan dan yang kelak akan Ia genapkan, menjadi pengalaman nyata kita kini. Renungkan: Kemarin, kini, dan kelak Allah tidak berubah dalam kesetiaan-Nya dan pasti merampungkan rencana-rencana kekal-Nya. Sepanjang masa kehidupan kita bisa menjadi bermakna dan bertujuan bila kita menghayati kebenaran ini. |