Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 318 ayat untuk pengampunan (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.18) (Mat 12:31) (full: HUJAT TERHADAP ROH KUDUS. )

Nas : Mat 12:31

Hujat terhadap Roh Kudus adalah penolakan terus-menerus dan dengan sengaja terhadap kesaksian Roh Kudus mengenai Kristus, Firman-Nya dan karya-Nya yang menginsafkan orang akan dosa (bd. Yoh 16:7-11). Orang yang menolak dan melawan suara Roh Kudus ini menjauhkan diri sendiri dari satu-satunya kekuatan yang dapat membawanya kepada pengampunan dosa. Proses yang membawa kepada hujat terhadap Roh Kudus adalah sebagai berikut:

  1. 1) Mendukakan Roh (Ef 4:30), apabila diteruskan akan membuat orang menentang Roh Kudus (Kis 7:51);
  2. 2) Menentang Roh Kudus akan membawa kepada memadamkan api Roh (1Tes 5:19);
  3. 3) Memadamkan api Roh membuat seseorang mengeraskan hatinya (Ibr 3:8-13);
  4. 4) Mengeraskan hati menghasilkan pikiran yang rusak sehingga yang benar dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar (Yes 5:20; Rom 1:28). Pada saat pengerasan hati ini telah mencapai tingkatan tertentu, yang ditetapkan oleh Allah saja, maka Roh Kudus tidak lagi akan berusaha untuk menuntun orang itu kepada pertobatan (bd. Kej 6:3;

    lihat cat. --> Ul 29:18-21;

    lihat cat. --> 1Sam 2:25;

    lihat cat. --> Ams 29:1).

    [atau ref. Ul 29:18-21; 1Sam 2:25; Ams 29:1]

    Bagi orang yang khawatir mengenai kemungkinan telah melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ini, kenyataan bahwa ia ingin memperoleh pengampunan dosa dan kesediaan untuk bertobat dari dosa adalah bukti bahwa ia tidak melakukan dosa yang tak terampuni ini

    (lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).

(0.18) (2Kor 2:6) (full: SUDAHLAH CUKUP TEGORAN. )

Nas : 2Kor 2:6

Dari bagian ini kita memperoleh pengertian mengenai pola disiplin PB bagi seorang anggota jemaat yang melakukan suatu kesalahan yang serius (mis. kebejatan, perzinahan, dsb.; lih. pasal 1Kor 5:1-13).

  1. 1) Demi mempertahankan integritas jemaat Kristus (bd. 1Kor 5:1-2), maka gereja harus menegor pelanggar dengan tegoran yang cukup keras sehingga membuahkan pembaharuan rohani, namun tidak terlalu keras sehingga meniadakan pengharapan akan rahmat ilahi dan penerimaannya kembali ke dalam persekutuan (ayat 2Kor 2:7). Perhatikanlah bahwa pengampunan dan kasih tidak dikaruniakan tanpa syarat kepada si pelanggar.
  2. 2) Setelah diberikan hukuman yang cukup, apabila orang yang berdosa itu bertobat dan hancur hati, maka dia harus diampuni dan dihibur dalam suatu roh kasih (ayat 2Kor 2:7-8).
  3. 3) Hukuman dan pemulihan terhadap orang berdosa itu harus dilakukan dalam roh yang lemah lembut (Gal 6:1), sedih, tulus, kejengkelan, dan takut akan Allah dan Firman-Nya, semangat untuk nama baik Allah, dan kesiagaan untuk melihat keadilan ditegakkan dengan jalan meminta pertanggungjawaban kepada orang yang bersalah (lih. 2Kor 7:11; bd. 1Kor 5:5,13). Banyak gereja masa kini telah meninggalkan disiplin gereja PB. Mereka menyokong toleransi terhadap dosa, meminta pengampunan yang tak bersyarat, menawarkan kasih karunia yang tak bernilai dan menolak untuk mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat (lih. pasal Wahy 2:1-3:22). Sebagai akibatnya, dosa dianggap remeh dan ketakutan akan Allah tidak ada lagi dalam jemaat mereka

    (lihat cat. --> Mat 18:15

    [atau ref. Mat 18:15]

    tentang disiplin gereja).
(0.18) (Im 16:1) (sh: “Kambing hitam kesalahan manusia.” (Selasa, 17 September 2002))
“Kambing hitam kesalahan manusia.”

Hari Raya pendamaian sebagaimana dijabarkan pada pasal ini merupakan hari yang paling suci dalam kalender Israel. Pada hari ini Imam besar harus melakukan kegiatan ritual dalam perayaan tersebut, antara lain: membasu tubuh dengan air, mempersembahkan lembu jantan sebagai korban penghapus dosa bagi diri dan keluarganya, memercikan darah domba jantan pada tutup tabut pendamaian, membuang undi bagi dua ekor kambing jantan, yang seekor menjadi korban penghapus dosa Israel, dan seekor lainnya dijadikan “kambing hitam kesalahan Israel” (ayat 4,6,11,12-14,15,18,21-22).

Hal yang paling menaik dari semua ritual ini adalah ritual pelepasan “kambing hitam kesalahan Israel.” Ritual ini tidaklah dilakukan pada ibadah sehari-hari Israel. Kristen melihat ritual ini sebagai perlambang Kristus yang menanggung dosa dan kesalahan umat manusia (Ibr. 9:6-28; 13;11-13). Kristus yang diserahkan ketangan bangsa yang bukan Yahudi untuk disalibkan diluar gerbang Yerusalem mengindikasikan bagaimana Ia dilepaskan keluar dari perkemahan seperti “kambing hitam kesalahan Israel” ini. Perlambangan Imamat 16 ini menegaskan kepada kita, bahwa dihadapan Allah yang kudus, dosa dan kesalahan tidaklah dapat dilupakan begitu saja. Pengampunan tidak diberikan dengan cara yang murah. BagiNya dosa tidak dapat dinisbikan begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Kita telah gagal dan tidak mampu mempertanggungjawabkan kesucian hidup yang

Dipercayakan-Nya kepada kita. Dosa dan kesalahan telah menjadi suatu hutang yang tidak terbayarkan, namun Kristus telah melunaskan hutang tersebut.

Renungkan: Jikalau saat ini Anda telah menikmati pengampunan dosa melalui Kristus, dan hidup dimasa anugerah, ingatlah bahwa hal itu telah dibayar dengan kerelaan Anak Allah Yang kudus untuk menjadi “kambing hitam kesalahan manusia yang berdosa.” Hanya hidup Yang komit penuh dan taat lengkap kepada Allah yang menunjukan penghormatan terhadap kurban Kristus.

(0.18) (Ul 27:11) (sh: Dua belas kutuk (Jumat, 9 Juli 2004))
Dua belas kutuk

Tekad untuk menjunjung hukum-hukum Allah dapat diungkapkan dari sisi negatif yaitu kesehatian menolak dan mengutuk tindakan yang melawan hukum-hukum Allah. Dalam bagian ini, kebulatan tekad mengutuki dosa umat dipimpin oleh orang Lewi. Seluruh umat bersehati menyatakan penolakan mereka atas dosa.

Dua belas ucapan kutuk yang diucapkan oleh sebagian suku Israel di gunung Ebal dan Gerizim merupakan suatu pernyataan bahwa ikatan perjanjian antara TUHAN dan Israel kudus dan serius. Dua belas ucapan kutuk ini bukan suatu uraian lengkap menyeluruh mengenai larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Israel, tetapi merupakan beberapa sikap dasar yang harus dipelihara sebagai bagian kesetiaan mereka terhadap perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai menyatakan Allah dan Israel terikat dalam suatu perjanjian.

Pengelompokkan kedua belas ucapan kutuk tersebut sbb.: Pertama, ucapan kutuk terhadap pelanggaran hukum pertama dan kedua dari sepuluh hukum Allah (ayat 15). Diletakkan paling atas karena merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sendiri. Kedua, ucapan kutuk terhadap pelanggaran dari hukum yang mengatur kehidupan dengan sesama (ayat 16-25). Sikap yang dikutuk adalah sikap melecehkan orang tua, sesama saudara, harta milik sesama, kekudusan pernikahan, dan nyawa sesama manusia. Ketiga, ucapan kutuk terhadap pelanggaran pasif hukum Taurat (ayat 26). Hukum Taurat tidak saja untuk tidak dilanggar melainkan untuk diterapkan dalam perilaku setiap hari.

Kita bersyukur, di dalam Tuhan Yesus tidak ada lagi kutukan yang menimpa kita, karena pengampunan-Nya bersifat tuntas. Pengampunan-Nya memampukan kita untuk belajar apa yang Allah harapkan untuk kita lakukan dan tidak lakukan sebagai anak Tuhan.

Renungkan: Ketika umat Allah berkumpul berbakti bersama, penting sekali menyatukan hati dan tekad untuk melakukan kebenaran dan untuk menolak segala bentuk kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum Allah.

(0.18) (1Raj 8:22) (sh: Rumah doa (Rabu, 4 Agustus 2004))
Rumah doa

Doa Salomo yang panjang ini berkisar pada pengakuan bahwa Allah tidak bisa dikurung di sebuah rumah buatan manusia, dan permohonan agar rumah itu boleh menjadi rumah kemurahan Allah dinyatakan dan doa-doa umat dijawab Allah. Dengan kata lain, Salomo menyadari bahwa hanya jika Allah berkenan menjadikan rumah itu tempat perjumpaan umat dengan-Nya, barulah Bait Allah dapat berfungsi demikian.

Perhatikan bagaimana Salomo menyapa Allah: "Tuhan Allah Israel" (Yahweh Allah Israel). Dengan berulangkali menyebut Allah demikian, Salomo menegaskan bahwa keberadaan Israel bersumber dan tergantung pada perjanjian Allah. Salomo juga mengacu pada janji Allah kepada Daud untuk mengarahkan perhatian-Nya kepada rumah itu dan kepada doa-doa umat di dalamnya (ayat 29-30). Semua ungkapan ini menegaskan kesadaran bahwa pusat ibadah umat terletak bukan pada adanya Bait Allah tetapi pada perjanjian Allah dan pada bagaimana umat memelihara sikap dan hubungan yang benar dengan Allah. Prinsip ini lebih kuat lagi berlaku dalam Perjanjian Baru. Anugerah Allah dalam Yesus Kristus membangkitkan, bukan meniadakan tanggung jawab kita untuk memelihara persekutuan yang hidup dan nyata dengan Allah.

Doa-doa apa saja yang boleh dipanjatkan umat Tuhan? Doa permohonan agar keadilan dan pengampunan Allah dinyatakan bagi mereka yang mengakui dosa mereka (ayat 31-34); permohonan akan berkat Allah atas kesuburan tanah dan iklim yang baik (ayat 35-40); permohonan akan berkat untuk orang asing yang mencari Allah (ayat 41-43); permohonan akan perlindungan Allah dalam menghadapi musuh di medan peperangan (ayat 44-45); permohonan akan pengampunan dosa dan pemulihan setelah menerima penghukuman Allah (ayat 45-51). Segala macam kebutuhan dan persoalan hidup boleh dipanjatkan kepada Allah, sebab Allah di surga mendengarkan doa-doa umat.

Renungkan: Gereja seharusnya menjadi rumah doa umat Allah, agar setiap umat Allah boleh menyerahkan hidupnya dalam persandaran penuh kepada Dia.

(0.18) (Mzm 25:1) (sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003))
Petunjuk hidup baru

Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah.

Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat 4-5, bdk. 1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat.

Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda!

(0.18) (Mzm 99:1) (sh: Keadilan Tuhan (Kamis, 13 Oktober 2005))
Keadilan Tuhan

Hukum di Indonesia dapat dibeli dengan uang. Perbuatan yang salah bisa menjadi benar dan yang benar bisa menjadi salah. Adakah pemerintahan yang adil di dunia ini? Tentunya tidak ada. Akan tetapi, kita bisa berbesar hati karena Mazmur 99 mengajarkan kita tentang keadilan Tuhan.

Mazmur 99 sangat gamblang berbicara mengenai hukum dan kebenaran Tuhan. Secara garis besar mazmur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ay. 1-5 dan ay. 6-9. Pada setiap akhir bagian terdapat kalimat yang sama, yaitu meninggikan dan menyembah Tuhan sebab Dia kudus (ayat 5,9). Apa yang menjadi isi dari kedua bagian tersebut?

Bagian pertama adalah ajakan untuk menyatakan bahwa Tuhan adalah Raja sehingga Ia layak untuk disembah. Pemerintahan Tuhan dengan dunia sangat berbeda. Takhta Tuhan membuat seluruh bumi goyang (ayat 1) karena Dia mengatasi semua bangsa. Inti sari bagian pertama ini adalah Tuhan mencintai hukum dan menegakkan kebenaran (ayat 4). Kekuatan dan kekuasaan Tuhan dipakai untuk menyatakan hukum dan kebenaran, bukan untuk menindas. Umat Israel telah mengalaminya sepanjang sejarah mereka.

Dalam bagian kedua, pemazmur mengingat para pemimpin Israel yang telah merespons Tuhan dengan benar. Musa, Harun, dan Samuel adalah orang-orang Israel yang dikenal karena doa mereka. Mereka mendengar suara Tuhan dan menaati setiap perintah Tuhan (ayat 7). Penyebutan ketiga tokoh ini juga mengingatkan pengalaman bangsa Israel di padang gurun. Dalam pengalaman tersebut, hukuman dan pengampunan selalu menyertai sejarah bangsa Israel (ayat 8).

Sama seperti Israel, kita diingatkan kembali bahwa Raja yang sesungguhnya adalah Tuhan. Pengampunan dan penghukuman-Nya secara adil akan selalu menyertai umat Tuhan maka kita perlu belajar merespons Dia seperti para hamba Tuhan masa lampau.

Doaku: Kiranya kerajaan-Mu datang dan ditegakkan di muka bumi.

(0.18) (Mzm 106:13) (sh: Kasih setia Allah dalam sejarah (Minggu, 23 Oktober 2005))
Kasih setia Allah dalam sejarah

Apa manfaat sejarah sebuah bangsa ditulis? Tentu saja bukan sekadar pengetahuan masa lampau sebuah bangsa. Sejarah ditulis agar generasi kemudian bangsa itu mengenali pengalaman nenek moyangnya, baik keberhasilan mau-pun kegagalan mereka. Melalui pengalaman nenek moyangnya, generasi berikutnya belajar agar mereka tidak mengulang kesalahan nenek moyang mereka.

Ada tiga fakta yang muncul dari sejarah bangsa Israel yang ditulis pemazmur. Pertama, Israel terus-menerus berdosa kepada Allah, yaitu tidak percaya rencana Tuhan yang memimpin mereka menuju Tanah Perjanjian (ayat 13-15,24-25); penyembahan berhala (ayat 19-22,28); menolak kepemimpinan Musa dan Harun (ayat 16). Kedua, Allah menghukum setiap dosa dengan ganjaran yang setimpal (ayat 15,17-18,23,26-27,29). Fakta berulangnya hukuman Tuhan ini bermakna paradoks. Meski seharusnya hukuman perbuatan dosa adalah maut, namun Ia menghukum supaya umat-Nya bertobat. Hukuman Tuhan bersifat mendidik bukan menghajar. Ketiga, Israel memiliki pemimpin yang setia kepada-Nya dan mengasihi bangsanya (ayat 23,30-31). Pemimpin yang memiliki hati penuh kasih seperti ini yang akan menjadi alat untuk menyalurkan pengampunan dan pemulihan Tuhan bagi umat-Nya.

Kegagalan dan keberhasilan pengalaman nenek moyang Israel mengingatkan kita bahwa gereja dan orang Kristen bisa gagal dalam perjalanan iman. Akan tetapi, gereja dan orang Kristen harus belajar dari kegagalan itu untuk berhasil dalam langkah selanjutnya. Tuhan tidak pernah membatal-kan kasih setia-Nya bagi umat-Nya meskipun umat-Nya tidak layak menerima pengampunan-Nya dan pemulihan-Nya. Hanya anugerah-Nya yang membuat kita tetap menjadi umat yang dikasihi-Nya.

Doaku: Aku akan meletakkan kayu salib-Mu di hadapanku, ya Tuhan, agar setiap godaan yang muncul untuk menyangkal-Mu atau menyakiti hati-Mu dapat aku tolak dengan tegas. Buatlah aku setia melayani-Mu.

(0.18) (Mi 7:8) (sh: Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan (Jumat, 22 Desember 2000))
Nyanyian kemenangan orang yang mengandalkan Tuhan

Ada 2 macam orang berdosa. Pertama, orang yang berdosa namun tidak mau menyadari keberdosaannya dan tidak mau berbalik kepada Allah. Kedua, orang berdosa yang menyadari keberdosaannya dan mau berbalik kepada Allah. Bangsa Israel adalah orang berdosa jenis pertama, sedangkan Mikha adalah orang berdosa jenis yang kedua. Mikha sadar bahwa ia patut menerima kemarahan Tuhan (9). Orang saleh juga akan menderita ketika masyarakat yang bobrok dimana ia tinggal menjadi porak poranda. Walaupun ia tidak ikut serta dalam kejahatan masyarakat, ia tetap harus memikul tanggung jawab tertentu atas apa yang telah terjadi di dalam masyarakat.

Mikha menerima semua yang menimpanya sebagai suatu keadilan. Ia tidak putus harapan pada saat orang di sekitarnya mencemooh dia karena amarah Tuhan yang sedang menimpanya. Ia tidak takut sekalipun ia jatuh dan duduk dalam kegelapan. Ia hidup di dalam zaman dimana bangsanya di ambang kehancuran. Masyarakat Israel yang korup akan segera dihancurkan dan mereka yang masih hidup akan diangkut sebagai tawanan ke negara Asyur. Segala sesuatu di sekitar Mikha tampaknya hancur berantakan. Sangat sulit bagi Mikha untuk percaya bahwa suatu hari kelak pagar tembok kotanya akan dibangun kembali dan wilayah negaranya akan menjadi lebih luas (11). Namun ia tetap yakin bahwa Allah sang Hakim Agung akan menjadi pengacara dia dan membela perkaranya dan bangsanya. Pada akhirnya ia akan menang bersama Tuhan. Kemurahan Allah dan kesadaran Mikha sebagai orang berdosa yang membutuhkan anugerah pengampunan-Nya akan menjadikan ia orang yang menang karena Tuhan. Ia tidak hanya akan menerima pengampunan dari Allah namun para musuhnya pun nantinya akan mengakui kebenarannya (12).

Renungkan: Tetaplah setia dan yakin kepada Allah ketika kegelapan menimpa kita. Ketika Ia tampil semua kerajaan di dunia akan menjadi kerajaan Allah dan Kristus menjadi Rajanya. Pengharapan kita adalah walaupun sekarang kegelapan meliputi kita, ada kepastian bahwa kerajaan Allah akan segera hadir. Biarlah kita seperti Mikha yang berkata dalam pengharapannya `akan datang suatu hari bahwa pagar tembokmu akan dibangun kembali'.

(0.18) (Mat 27:1) (sh: Menyesal tetapi tidak berbalik (Rabu, 11 April 2001))
Menyesal tetapi tidak berbalik

Penyesalan dalam diri seseorang biasanya timbul setelah ia menyadari bahwa apa yang telah diperbuatnya adalah salah. Itulah yang terjadi dalam diri Yudas Iskariot. Dia sama sekali tidak mengira bahwa Yesus yang dijualnya dengan 30 keping perak harus dihukum mati. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa tindakannya menjual Yesus semata-mata karena uang. Yudas adalah seorang yang cinta uang, dan hal ini didukung oleh tindakan-tindakannya terdahulu, khususnya bila dihubungkan dengan pekerjaannya, sebagai seorang bendahara. Lalu bagaimana berespons terhadap tindakan Maria, adik Lazarus, ketika menuangkan minyak

Narwastu yang mahal harganya. Penyesalan selalu datang terlambat. Tindakannya mengembalikan uang hasil menjual Yesus, tidaklah dapat mengubah keadaan. Keputusan para imam dan tua-tua Yahudi untuk membunuh Yesus tidak dapat diubah karena didasari oleh kebencian yang mendalam. Hal ini nampak dari sikap mereka menanggapi penyesalan Yudas yang mengakui bahwa dia telah menyerahkan darah orang tidak berdosa, dengan mengatakan bahwa tindakan Yudas itu adalah urusannya sendiri. Padahal keinginan untuk membunuh Yesus telah mereka rencanakan jauh-jauh hari. Sedangkan tindakan Yudas mereka peralat untuk mewujudkan rencana keji tersebut. Karena merasa telah berdosa, Yudas akhirnya memutuskan untuk memilih jalan pintas yaitu mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Bunuh diri bukanlah jalan keluar untuk memperbaiki suatu kesalahan. Bila kita menyadari bahwa kita telah berdosa kepada Allah datanglah kepada-Nya, akui dosa kita, dan mohonlah pengampunan dari-Nya. Rasakan cinta kasih Tuhan yang selalu terbuka dan mengalir untuk kita. Lihatlah juga pengampunan tersebut sebagai suatu kesempatan besar yang Allah berikan agar kita dapat memperbaiki kembali hubungan yang terputus oleh dosa itu.

Renungkan: [1]. kekayaan memiliki dan dimiliki oleh Yesus Kristus tidak dapat dibandingkan dengan kekayaan materi, kedudukan, dan jabatan. Karena itu janganlah menjual Kristus hanya karena ingin hidup berkelimpahan harta materi. [2]. Janganlah menjalankan tugas keimaman hanya berdasarkan pengetahuan tanpa pengenalan yang dalam dan kesetiaan yang sungguh kepada Kristus.

(0.18) (Mrk 11:20) (sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003))
Memindahkan gunung

Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung.

Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah.

Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah.

Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman?

(0.18) (Luk 1:67) (sh: Allah melawat umat-Nya (Sabtu, 27 Desember 2003))
Allah melawat umat-Nya

Pernahkah kita berpikir secara serius bahwa Allah yang Mahatinggi, Mahakudus, Mahamulia itu melawat umat-Nya? Jika kita melihat keberadaan kita di hadapan Allah, rasanya mustahil mengharapkan Allah melawat kita. Tetapi, dalam nyanyian Zakharia ini kita melihat paling sedikit dua hal penting tentang alasan mengapa Allah melawat umat-Nya.

Pertama, lawatan Allah menyelamatkan umat-Nya memang merupakan rencana Allah sejak awal oleh karena kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham, nenek moyang Israel (ayat 68-75). Kedua, sekarang lawatan itu berkembang luas, tidak lagi menjadi milik satu bangsa, tetapi sudah melampaui batasan bangsa dan berkat-berkat jasmaniah, karena yang dijanjikan-Nya adalah pengampunan dosa, kelepasan dari naungan maut dan anugerah untuk menikmati damai sejahtera-Nya (ayat 77-79).

Supaya lawatan yang sekarang itu tercapai, Yohanes dibangkitkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan datang melawat (ayat 76). Yohanes akan disebut sebagai nabi Allah yang Mahatinggi karena pemberitaan-pemberitaan pertobatannya yang menyadarkan umat akan dosa-dosa mereka dan mengarahkan kepada kebutuhan pengampunan dosa, supaya mereka dilepaskan dari ikatan kegelapan dan dituntun kepada kehidupan yang berdamai dengan Allah. Jadi lawatan Allah akan disambut dengan pertobatan sejati, yang akhirnya dilanjutkan dengan ibadah sejati.

Betapa indahnya, jika kita menjadi seperti yang Yohanes maksudkan dalam pemberitaan-pemberitannya. Kita tidak hanya akan menjadi pendahulu dan penyiap jalan bagi Tuhan untuk melawat umat manusia, tetapi kita menjadi alat Allah untuk mewartakan Injil.

Renungkan: Hidup yang berguna adalah bila kita boleh dipakai Allah sebagai tim pendahulunya sebelum lawatan Allah itu tiba. Allah memakai orang-orang yang menyiapkan sesamanya agar siap menyambut lawatan Allah.

(0.18) (Luk 17:1) (sh: Karakter murid yang beriman (Kamis, 11 Maret 2004))
Karakter murid yang beriman

Beberapa nasihat dalam perikop ini saling berkaitan satu sama lain karena merupakan aspek-aspek dari karakter murid. Setiap aspek hanya mungkin dikembangkan bila aspek lain diikutsertakan dan juga ikut dikembangkan. Orang yang mengabaikan salah satu aspek, atau hanya menekankan aspek tertentu saja tidak mungkin menjadi murid yang berkenan kepada Tuhan.

Aspek pertama yang dibahas adalah menegor dan mengampuni dosa (ayat 3-4). Kristen yang tidak menegor ada dalam bahaya membiarkan penyesatan terjadi atau bahkan turut serta dalam penyesatan (ayat 1-2). Orang yang bersalah sering tidak menyadari kesalahannya sehingga perlu kehadiran orang lain untuk menegornya. Kristen yang tidak menegor berarti bersikap tidak peduli terhadap keselamatan orang lain. Sebaliknya menegor dosa harus diimbangi pula dengan mengampuni dosa. Orang yang bertobat atas kesalahannya harus diberi kesempatan untuk memperbarui dirinya.

Aspek kedua adalah mengenai iman (ayat 5-6). Bagi para murid, menjadi Kristen yang peka terhadap dosa dan siap memberi pengampunan membutuhkan iman yang besar. Namun, Yesus mengajar bahwa yang penting bukan besar-kecilnya iman melainkan bagaimana iman itu dikerjakan. Maka rintangan sebesar apapun akan teratasi. Kerjakanlah penegoran atas dosa, dan pengampunan sebagaimana Allah sudah mengampunimu. Itulah buah imanmu.

Aspek ketiga adalah mengenai ketaatan sebagai hamba (ayat 7-10). Murid yang beriman mendapatkan kekuatannya justru dari ketaatannya sebagai hamba. Sumber kekuatan untuk menegor dan mengampuni dosa adalah ketaatan sepenuhnya kepada Allah. Jadi semua aspek kemuridan ini berkait satu sama lainnya.

Renungkan: Iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata akan menghasilkan karakter Kristen yang menjadi berkat bagi sesama.

(0.18) (Luk 24:36) (sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004))
Tugas pengikut Yesus

Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat 36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat 39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat 43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci.

Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat 47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat 48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan.

Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat 49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52).

Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain.

(0.18) (2Kor 7:2) (sh: Allah menyebabkan dukacita? (Minggu, 13 September 1998))
Allah menyebabkan dukacita?

Dukacita, dari Allah atau dari dunia? Mungkin kita bertanya bukankah Allah itu sumber keselamatan? Bukankah keselamatan itu berarti sukacita dan damai sejahtera? Bagaimana mungkin Allah menyebabkan dukacita? Hari ini Alkitab mengajak kita memahamai tempat dukacita dalam kehidupan umat yang ditegur keras oleh hamba Allah. Kalau Paulus menegur mereka dengan keras dalam suratnya pertama tentang berbagai hal yang tidak beres, bukan berarti Paulus mengecilkan mereka. Sebaliknya Paulus tetap bangga akan jemaat satu ini yang jelas adalah hasil pelayanannya juga (ayat 2-4). Sebagai hamba Tuhan sejati, Paulus tak pernah akan melupakan berbagai dukungan yang telah diperlihatkan jemaat ini dalam keterlibatan mereka mendukung pelayanan Paulus (ayat 5-7). Justru karena kasih dan merasa diri akrab itulah Paulus rela menimbulkan kepedihan dan dukacita dalam jemaat itu.

Suka mendukakan orang? Paulus tidak sadis, ketika ia bersuka bahwa jemaat Korintus itu mengalami dukacita yang dalam. Paulus bisa diumpamakan seorang ayah yang bersuka melihat teguran atau hajarannya atas kenakalan anaknya menghasilkan penyesalan yang tulus. Anugerah Tuhan tidak boleh diperlakukan secara obralan. Pengampunan Tuhan bagaikan kesembuhan yang hanya terjadi bila orang melalui proses pengobatan yang pedih, sakit, pahit.

Dalam pelayanan kita ingin segera melihat orang menyambut janji-janji Allah dengan sukacita. Itu tidak benar. Sukacita sejati karena mengalami pengampunan dan pemulihan dari Allah hanya diterima oleh mereka yang mengalami berbagai aspek pertobatan seperti: kesungguhan yang besar, keinginan berubah, kemarahan terhadap dosa, takut akan Allah, semangat yang benar, mengakui dosa sebagaimana adanya (ayat 11).

Renungkan: Kasih sejati tidak lembek, membiarkan orang dalam dosa melainkan tegas menegur, menasihati, menyatakan kesalahan, membimbing dengan kuasa ilahi.

(0.18) (Ef 5:1) (sh: Hidup sebagai anak terang (Rabu, 16 Oktober 2002))
Hidup sebagai anak terang

Sebagai anak-anak terang, umat Allah hidup dengan meneladani Allah (ayat 1). Sama seperti Yesus yang meneladani Allah demikian juga umat-Nya. Paulus juga mendorong orang percaya untuk meneladani Kristus (ayat 2). Hidup dalam kasih merupakan bukti nyata meneladani Kristus. Secara khusus, anak-anak terang harus menjauhi perbuatan seksual. Seks adalah pemberian Tuhan dan hanya boleh dinikmati dalam konteks pernikahan. Sehingga setiap perbuatan seks di luar pernikahan harus dihindari.

Tidak hanya perbuatan seks yang dibuang, juga perkataan vulgar dan kotor (ayat 4). Mengapa? Ada 4 alasan.

1. Orang yang amoral dan vulgar akan dihukum. Segera bertobat untuk menerima pengampunan.

2. Berkaitan dengan hakikat sebagai anak-anak terang (ayat 8-14). Anak-anak terang tidak pantas berlaku amoral dan vulgar (ayat 11). Menjauhi perbuatan jahat tidak berarti membuang orang yang melakukannya. Jika orang percaya menjauhi orang jahat, bagaimana ia bisa percaya pada Yesus dan diperbarui? Jika tidak ada yang mengasihi orang yang amoral dan vulgar, siapa yang akan menelanjangi perbuatan tersebut? Perbuatan dan orang yang berbuat adalah dua hal yang berbeda. Perbuatannya harus ditelanjangi agar orangnya bertobat dan datang pada Yesus untuk menerima pengampunan.

3. Anak-anak terang memiliki hikmat untuk hidup sebagai anak-anak terang (ayat 15-17). Menjadi orang berhikmat berarti mengutamakan kehendak Allah di dalam seluruh hidup (ayat 17). Perbuatan amoral dan vulgar bukan kehendak Allah.

4. Berhubungan dengan Roh Kudus (ayat 18-21). Anak-anak terang telah dipenuhi Roh. Ini berakibat lahirnya suatu persekutuan dimana pujian dominan. Dipenuhi Roh berarti dipenuhi ucapan syukur.

Renungkan: Hakikat menentukan fungsi. Artinya, tentara hidup sebagai tentara, atlit hidup sebagai atlit, dan dokter hidup sebagai dokter. Terlihat aneh jika artis hidup sebagai tentara. Adalah tidak benar bila anak-anak terang hidup sebagai anak-anak gelap.

(0.18) (Kol 1:9) (sh: Doa bagi umat Tuhan (Kamis, 15 April 2004))
Doa bagi umat Tuhan

Mengacu pada bacaan kemarin, jemaat di Kolose beriman kepada Yesus Kristus, mengasihi orang kudus dan mengenal kasih karunia yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka berdoa dengan tiada henti. Jemaat Kolose mendapat tempat istimewa di hati mereka. Ini bukti nyata bahwa di dalam diri Paulus ada kasih Kristus. Doa-doa Paulus dalam perikop ini terkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat rohani.

Pertama, doa untuk pemahaman rohani (ayat 9). Tujuan Paulus memohon hikmat Allah bagi jemaat Kolose adalah untuk menge-tahui kehendak Allah dengan sempurna. Artinya, mereka harus secara matang dan mendalam mengetahui rahasia Injil, mengetahui bagaimana seharusnya hidup sebagai orang beriman pada Yesus Kristus dan mengetahui panggilan Tuhan bagi masing-masing untuk hidup bagi Dia.

Kedua, doa untuk ketaatan praktis (ayat 10-12). Dengan mengenal kehendak Tuhan dan melaksanakannya mereka baru dapat hidup berkenan di hati Tuhan. Berkenan di hati Tuhan artinya "menyenangkan Tuhan". Orang yang menyenangkan Tuhan akan menghasilkan buah pekerjaan yang baik, bertumbuh dalam pengenalan Allah dan dikuatkan dengan kuasa Allah.

Kuasa Allah telah mematahkan belenggu dosa yang mengikat dan menempatkan kita di dalam terang-Nya. Kita pun ditebus dan menerima pengampunan dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menebus bukan dengan uang tetapi dengan darah-Nya. Bila kita telah ditebus oleh darah Kristus, bersamaan dengan itu kita diampuni atas dosa-dosa kita serta dibebaskan dari hukuman dosa. Kita menerima penebusan dan pengampunan itu bukan karena kita layak tetapi karena dilayakkan untuk menerima kasih karunia Allah.

Bagianku: Mendoakan umat Allah agar dapat mempertahankan iman dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah yang sebenarnya.

(0.18) (Ibr 9:11) (sh: Kuasa Darah-Nya mengubah arah hidup kita. (Minggu, 30 April 2000))
Kuasa Darah-Nya mengubah arah hidup kita.

Di dalam seluruh Alkitab, darah mempunyai makna yang unik. Darah dicurahkan untuk    menyediakan kulit binatang yang menutupi ketelanjangan Adam dan    Hawa. Darah dicurahkan untuk korban persembahan seperti yang    ditetapkan Hukum Taurat. Darah sangat bermakna, sehingga bangsa    Israel dilarang untuk makan atau pun minum darah (lih. Im.    17:11). Darah tidak hanya sebagai lambang kehidupan, namun    dicurahkan dalam persembahan korban.

Darah di dalam persembahan korban Perjanjian Lama merupakan    lambang persembahan korban utama yang akan datang kelak. Darah    yang memungkinkan bangsa Israel menghampiri hadirat Allah,    merupakan lambang yang jelas dari darah yang dicurahkan di bukit    Kalvari. Darah Kristus merupakan sumber dan janji atas penebusan    kekal yang diberikan oleh Yesus Kristus kepada kita. Selain itu    darah Kristus juga menyucikan hati nurani kita (ayat 14). Semua    kesalahan, rasa malu dan semua cela yang disebabkan karena dosa    terhapus sudah oleh karena pengampunan-Nya yang dicurahkan    bersama tercurahnya darah Anak Domba Allah. Di dalam darah-Nya    kita akan mendengar: "Aku akan menaruh belas kasihan terhadap    kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka"    (8:12).

Ketika kita mendapatkan pengampunan karena iman, hati nurani    juga dibersihkan dan disucikan. Dengan demikian kita dapat hidup    beribadah kepada Dia, Allah yang hidup. Tanpa penyucian dari    darah domba Allah, manusia adalah seperti sebuah mainan mobil    dengan baterei yang kemudinya sudah dipatok, agar jalannya terus    berputar-putar. Demikian jugalah kita sebelum darah-Nya    menyucikan kita. Dosa sudah mematok arah hidup kita sehingga    kita mau tidak mau mengikuti kemana dosa membawa kita.

Renungkan: Darah Kristus pun memampukan kita untuk mengubah    arah hidup kita, sehingga kita mulai berjalan menuju kepada    kebenaran-Nya.

   Bacaan untuk Minggu Paskah 2:    Kisah Para Rasul 2:42-47    I Petrus 1:3-9    Yohanes 20:19-31    Mazmur 105:1-7

   Lagu: Kidung Jemaat 208

(0.15) (2Sam 11:2) (full: TAMPAK KEPADANYA ... SEORANG PEREMPUAN. )

Nas : 2Sam 11:2

Pasal 2Sam 11:1-24:25 mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.

  1. 1) Kisah dosa-dosa dan aneka tragedi yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang percaya PB, bukan hanya untuk bangsa Israel. Mengenai aneka peristiwa yang mirip pada masa keluaran, Roh Kudus melalui Paulus menekankan, "Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1Kor 10:11); oleh karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak menginginkan hal-hal jahat, bertindak mesum, dan mencobai Tuhan (bd. 1Kor 10:6-9).
  2. 2) Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan Roh Kudus. Ketika Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang berkenan di hati Allah (1Sam 13:14; Kis 13:22); akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil istrinya, Daud telah menghina Allah dan firman-Nya (2Sam 12:9-10; bd. 1Kor 10:12).
  3. 3) Sekalipun Daud bertobat dari dosa-dosanya dan menerima pengampunan Allah, Allah tidak meniadakan akibat dosanya. Demikian pula, seorang percaya mungkin melakukan dosa-dosa yang hebat, dan kemudian melalui dukacita menurut kehendak Allah dan pertobatan yang sungguh-sungguh menerima kasih karunia dan pengampunan Allah. Sekalipun demikian, pulihnya hubungan seorang dengan Allah tidaklah berarti bahwa orang itu akan lolos dari hukuman jasmani atau dibebaskan dari dampak-dampak dosa tertentu (ayat 2Sam 11:10-11,14).
  4. 4) Allah tidak memaafkan dan mengampuni dosa-dosa Daud dengan alasan bahwa Daud itu manusia biasa, bahwa dosa-dosanya hanyalah sekedar kelemahan atau kegagalan manusiawi, atau bahwa dapatlah dimaklumi sebagai raja ia bisa mengambil jalan kejahatan dan kekejaman. Peristiwa-peristiwa yang tercatat menunjukkan bahwa Daud tidak perlu melakukan semuanya itu. Bahkan dengan penebusan perjanjian yang lama yang belum sempurna, orang seperti nabi Samuel menunjukkan suatu kesetiaan dan iman yang tekun kepada Allah dengan kasih karunia yang tersedia bagi mereka (bd. 1Sam 12:1-5,23;

    lihat cat. --> 1Sam 25:1).

    [atau ref. 1Sam 25:1]

    Penulis kitab ini dengan jelas menyalahkan dan bukan memaafkan semua pelanggaran besar Daud.
  5. 5) Reaksi yang benar terhadap dosa ialah bertobat dengan sungguh-sungguh, menghampiri Allah untuk menerima pengampunan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya (Mazm 51:1-21; Ibr 4:16; 7:25), serta bersedia menerima hukuman Allah tanpa dendam atau pemberontakan. Daud menyadari dan mengakui dosa-dosanya yang hebat, mengarahkan kembali hatinya kepada Allah dan menerima teguran Allah dengan kerendahan hati (2Sam 12:9-13,20; 16:5-12; 24:10-25; Mazm 51:1-21).
(0.15) (1Raj 8:22) (sh: Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan (Kamis, 10 Februari 2000))
Doa adalah mempertahankan hubungan dan pemujaan

Berkat Allah kepada Israel pada masa Salomo secara sepintas merupakan inti doa Salomo. Bukankah Salomo meminta agar janji Allah diteguhkan (ayat 26)? Bukankah Salomo meminta agar Allah mengabulkan setiap doa pengampunan dan pemulihan yang dinaikkan dari rumah Allah (ayat 30, 34, 36, 39)?

Bila mencermati lebih jauh, doa mengandung makna kebenaran rohani yang sangat dalam. Dalam doa permohonannya, secara jelas Salomo menempatkan umat Israel di bawah pemerintahan Allah yang benar dan adil (ayat 25), yang melimpahkan kebaikan dan pengampunan. Namun tidak berarti bahwa yang bersalah akan bebas dari hukuman, Allahlah sumber penghakiman bagi orang yang berdosa. Dengan kata lain, melalui doa Salomo pun menempatkan Allah pada puncak supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum. Bagi Salomo doa merupakan suatu ungkapan kerinduan agar seluruh kerajaan Israel tetap mempertahankan hubungan yang indah dengan Allah. Melalui doa yang demikian suatu paradoks terjadi, yakni ketika umat Israel berusaha memelihara hubungan, Allahlah yang lebih aktif memelihara hubungan itu.

Selain itu doa juga merupakan suatu respons terhadap karunia Allah yang memberikan dan menyatakan diri-Nya, sebagai suatu pemujaan terhadap Allah karena Allah berkenan memenuhi rumah Allah itu dengan kemuliaan yang luar biasa. Pemujaan itu terlihat dari kerinduan Salomo agar rumah Allah itu menjadi takhta Allah di bumi -- tempat Ia menyatakan diri-Nya dan kuasa-Nya. Dengan kata lain pemerintahan Allah diberikan tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel. Inilah pemujaan terhadap Dia seperti yang diungkapkan dalam Doa Bapa Kami -- datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga. Dalam pengertian yang demikian doa bukanlah satu "daftar belanja" yang ingin diajukan kepada Bapa kita di surga. Juga bukan syafaat atau meminta perhatian Allah. Sebaliknya kebenaran yang lebih dalam dari konsep doa adalah sarana kasih karunia yang melaluinya karya Allah direalisasikan bagi umat manusia.

Renungkan: Betapa mulianya orang yang berdoa dengan benar, karena apa yang ia lakukan merupakan sarana kasih karunia Allah. Melalui doa, ia memiliki hubungan yang indah dengan Allah yang dipujanya.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA