| (0.14135292405063) | (Luk 4:1) |
(sh: Manusiawi Yesus Kristus (Jumat, 31 Desember 1999)) Manusiawi Yesus KristusManusiawi Yesus Kristus. Setelah menekankan kemanusiaan Yesus, Lukas memaparkan kemanusiaan yang sesungguhnya dikehendaki Allah yaitu manusia yang mampu untuk tidak berdosa, mampu menolak godaan yang seringkali membuat manusia jatuh yaitu keangkuhan (ingat Hawa!), kekuasaan, dan kekayaan. Yesus sebagai manusia mampu melakukan itu. Memang itulah seharusnya manusia itu. Kristen tidak boleh mempunyai konsep bahwa orang yang jatuh dalam godaan adalah manusiawi. Itu justru bukan manusiawi. Manusiawi yang sesungguhnya adalah seperti yang didemontrasikan oleh Yesus. Firman tertulis yang berkuasa. Sebagai manusia, Yesus mampu menolak godaan dan cobaan karena Ia menggunakan firman Tuhan sebagai perisai dan pedang untuk menghancurkan segala serangan. Dari ucapan yang Yesus katakan "sebab ada tertulis ..." menyatakan bahwa tulisan-tulisan itu mempunyai sifat yang sakral (kudus), artinya mempunyai suatu otoritas yang berasal dari Allah. Kegagalan kita melakukan godaan adalah karena kita tidak menggunakan firman Tuhan sebagai perisai. Renungkan: Firman Allah yang tertulis mempunyai kuasa bagi kita dalam peperangan rohani. Kristen harus mampu hidup seperti Yesus yang berhasil menangkis segala godaan iblis, sehingga tidak berdosa. |
| (0.14135292405063) | (Yoh 12:12) |
(sh: Yesus Raja Israel (Kamis, 25 Februari 1999)) Yesus Raja IsraelYesus Raja Israel. Kebiasaan orang Yahudi bila kedatangan seorang raja adalah menyambutnya dengan elu-eluan daun-daun palem. Apa yang mendorong mereka memperlakukan Yesus sebagai Raja Israel? Mereka telah melihat betapa kuasa Yesus telah membangkitkan Lazarus dan melakukan mujizat lain. Mereka mengira bahwa Yesus yang penuh kuasa ini adalah raja yang telah lama dinantikan dan yang akan tampil sebagai pemimpin bangsa Yahudi. Yesus, Raja seluruh dunia. Motivasi penyambutan orang-orang itu berbeda dengan motivasi kedatangan Yesus. Yesus tidak datang dengan tujuan untuk menjadi raja Israel yang penuh dngan kekuasaan dan kemenangan di medan peperangan. Kedatangan-Nya ke Yerusalem justru untuk mengawali kesengsaraan, yang akan mencapai puncak pada kematian-Nya di kayu salib. Kesengsaraan yang akan membawa keselamatan bukan hanya bagi orang Israel, tetapi bagi seluruh dunia. Renungkan: Kadangkala motivasi kita menyambut Kristus sering tidak sejalan dengan motivasi kedatangan-Nya untuk dunia ini. Periksalah ulang motivasi Anda menyambut Kristus, karena ungkapan syukurkah? Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Raja kami yang sejati, yang memberikan kebebasan kekal yang kami perlukan dalam kehidupan kami. |
| (0.14135292405063) | (Kis 12:24) |
(sh: Disuruh dan diutus (Sabtu, 19 Juni 1999)) Disuruh dan diutusDisuruh dan diutus. Amanat Kristus untuk memberitakan Injil adalah amanat bagi pengikut Kristus. Harus diakui, tidak mudah melaksanakan amanat tersebut. Banyak tantangan dan rintangan yang menghadang, karena itu Roh Kudus memberi semangat, kuasa, keberanian dan petunjuk sehingga para murid mampu melaksanakannya. Pengutusan Barnabas dan Saulus merupakan awal gerakan akbar pekabaran Injil "sampai ke ujung bumi". Menjadi utusan berarti bekerja sendiri tetapi bukan untuk diri sendiri; diperlengkapi dengan visi dan motivasi dan ditempatkan dalam jaringan kerja oleh Dia yang mengutus. Injil dan Iblis. Di mana Injil Tuhan diberitakan, di sanalah terjadi peperangan dengan kuasa kegelapan. Si Iblis selalu berusaha menggagalkan pekerjaan Roh Kudus, agar manusia tidak memperoleh keselamatan. Elimas si tukang sihir, jelas adalah antek Iblis. Dengan berbagai usaha dia berusaha menghalangi perjalanan Injil. Sampai kini berbagai bentuk kerja Iblis masih beroperasi, menggelapkan hidup orang dan melawan Injil. Praktek mistik, takhyul dan kontak dengan dunia gaib, banyak dilakukan. Betapa pun hebatnya strategi iblis tetapi kuasa Roh Kudus tetap lebih besar, kita harus tetap waspada. Doa: Ya Tuhan Yesus, Injil-Mu adalah kekuatan bagi orang yang sungguh-sungguh beriman dan setia mengemban amanat-Mu. Amin. |
| (0.14135292405063) | (Rm 10:16) |
(sh: Iman timbul dari pendengaran. (Senin, 8 Juni 1998)) Iman timbul dari pendengaran.Iman timbul dari pendengaran. Tanggapan yang menyelamatkan. Sulit sekali bagi orang Israel untuk menanggapi berita keselamatan dalam karya Kristus. Benih-benih penolakan bertumbuh subur dan kemudian membuahkan sikap yang terus menerus menentang dan membantah. Tanggapan ditentukan oleh pikiran, dan pikiran merupakan arena peperangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Hanya pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus yang peka, untuk kemudian tanggap akan setiap firman Kristus yang menyelamatkan Renungkan: Dalam perang rohani kita perlu senjata rohani. Doa: Karuniakan keberanian untuk memperdengarkaan firman Kristua kepada yang Tuhan tempatkan dalam lingkungan hidup kami. |
| (0.12493951898734) | (Kis 2:17) |
(full: HARI-HARI TERAKHIR.
) Nas : Kis 2:17 Teks :
|
| (0.12368381012658) | (Mrk 8:34) |
(full: MEMIKUL SALIBNYA.
) Nas : Mr 8:34 Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1Pet 2:21; 4:13), kematian (Kis 10:39), kehinaan (Ibr 12:2), cemoohan (Mat 27:39), penolakan (1Pet 2:4) serta penyangkalan diri (Mat 16:24). Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri (Luk 14:26-27) dan mengabdikan diri kepada empat macam pergumulan dan penderitaan:
|
| (0.12368381012658) | (Rm 8:13) |
(full: MEMATIKAN PERBUATAN-PERBUATAN TUBUHMU.
) Nas : Rom 8:13 Paulus menekankan perlunya peperangan terus-menerus terhadap segala yang akan membatasi karya Allah di dalam hidup kita (bd. Rom 6:11-19), karena dosa senantiasa berusaha untuk berkuasa atas kita.
|
| (0.12368381012658) | (2Kor 10:4) |
(full: SENJATA KAMI DALAM PERJUANGAN.
) Nas : 2Kor 10:4 Peperangan kita ialah melawan kuasa rohani yang jahat (Ef 6:12). Oleh sebab itu, senjata duniawi seperti kecerdikan, bakat, kekayaan, ketrampilan berorganisasi, kefasihan bicara, propaganda, kharisma, dan kepribadian manusiawi tidaklah memadai untuk meruntuhkan benteng Iblis. Senjata satu-satunya yang memadai untuk membinasakan kubu-kubu Iblis, ketidakbenaran dan pengajaran yang palsu itu ialah senjata yang dikaruniakan Allah.
|
| (0.12368381012658) | (Why 16:16) |
(full: HARMAGEDON.
) Nas : Wahy 16:16 Harmagedon (Yun. _Harmagedon_), letaknya di daerah tengah utara Palestina, berarti "pegunungan Megido"; itu akan menjadi pusat "peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa" (ayat Wahy 16:14). Perang itu akan terjadi pada akhir masa kesengsaraan dan berakhir apabila Kristus datang kembali untuk membinasakan orang fasik (lihat cat. --> Wahy 14:19), [atau ref. Wahy 14:19] untuk melepaskan umat-Nya dan untuk meresmikan kerajaan Mesias-Nya. Perhatikanlah yang berikut tentang peristiwa ini.
|
| (0.12368381012658) | (Mzm 68:1) | (jerusalem: Perarakan kemenangan Allah) Ini mazmur yang berupa puji-pujian dan nyanyian syukur, ada di antara mazmur yang paling sulit dalam seluruh kitab Mazmur. Seringkali maksud sama sekali tidak terang dan teksnya nampaknya agak rusak dan dicampuradukkan. Kidung ini menyinggung banyak peristiwa dalam sejarah Israel yang digambarkan sebagai perarakan kemenangan Tuhan. Tetapi caranya kejadian-kejadian itu disinggung adalah begitu halus, sehingga kerapkali tidak dapat dipastikan peristiwa manakah yang dimaksud. Karena kesemuanya itu maka terjemahan mazmur ini berupa kiraan saja. Pembagian mazmur berupa percobaan boleh diusulkan sbb: Maz 68:2-5 berupa pendahuluan yang menggambarkan Allah yang maju untuk menghancurkan musuh dan memberkati orang benar, ialah umatNya, yang diajak memuji dan meluhurkan Allahnya. Maz 68:6-19 meringankan sejarah Israel sampai dengan didirikannya kediaman bagi Allah di Yerusalem. Disinggunglah keluaran dari Mesir sampai dengan penampakan Allah di gunung Sinai, Maz 68:6-9; perjalanan umat di gurun di bawah perlindungan Tuhan, Maz 68:10-11, dan direbutnya negeri Kanaan, Maz 68:12-13, lalu disinggunglah peperangan di zaman para Hakim, khususnya Debora dan Gideon, Maz 68:14-15; direbutnya Yerusalem di zaman Daud dan menetapkan Allah di situ, Maz 68:16-19. Maz 68:20-24 mulai kembali dengan mengajak umat supaya memuji Allah, Maz 68:20, dengan mengenangkan sejarah murtadnya umat Israel dan pembaharuan yang dilancarkan nabi Elia dan Elisa dan yang berakhir dengan dilenyapkan keluarga raja Ahab, Maz 68:21-24. Maz 68:25-30 rupanya menyinggung pembaharuan nasional dan keagamaan yang diadakan raja Hizkia. Maz 68:30-35 melayangkan pandangan ke masa depan. Allah mengalahkan musuh semua dan bangsa-bangsa lain, bahkan semesta dunia, akan mengakui Allah. Mereka diajak untuk meluhurkan Tuhan dan bersembah sujud di hadapanNya. |
| (0.12368381012658) | (Kej 1:1) |
(sh: Bukan cuma adegan pembuka (Senin, 27 Januari 2003)) Bukan cuma adegan pembukaBukan cuma adegan pembuka. Seorang teman pernah berkata demikian: beberapa menit pertama dari sebuah film (termasuk penampilan judul film) adalah salah satu kunci penting untuk mengerti sebuah film. Tanpanya, kita yang menonton bisa salah menangkap makna yang ingin disampaikan film itu. Kedua ayat pendek ini pun bukan sekadar tambahan pelengkap, tetapi menyampaikan berita yang sangat dalam. Allah menciptakan segala sesuatu. Bahkan kekacauan bumi dan samudera juga diciptakan oleh Allah (ayat 1-2). Hal ini kontras dengan mitos penciptaan Mesir, yang menceritakan bahwa bumi, langit, para dewa-dewi termasuk Atum-Ra sang pencipta muncul dari sebuah samudera kekacauan yang dinamakan Nu. Atau kepercayaan Babel yang menyakini langit dan bumi diciptakan Marduk dari mayat dewi-monster ular Tiamat. Keunikan Allah diperkuat dengan pernyataan bahwa Roh-Nya "melayang-layang" di atas kekacauan pratatanan semesta (ayat 2b). Ini menunjukkan kuasa Allah yang menghidupkan, yang berkuasa penuh atas kekacauan tersebut. Pernyataan ini penting karena umat Israel menghadapi klaim-klaim bangsa-bangsa tetangganya tentang penguasaan dewa/i mereka di dalam seluruh ataupun beberapa bidang kehidupan tertentu, misalnya peperangan, pertanian, dll. Berita Alkitab bahwa Allah mengasihi dan hendak menyelamatkan makhluk-Nya juga didasarkan pada pengajaran bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Pemahaman yang benar akan penciptaan berimplikasi bahwa umat tidak akan berpaling ke kuasa lain selain Allah di dalam hal-hal penting dalam hidup mereka. Renungkan: Kecenderungan dunia sehari-hari kita adalah meniadakan relevansi Allah di dalam kelangsungannya dan tindakan-tindakan yang kita ambil di dalamnya. Pikirkan bagaimana ikrar "aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi" dapat Anda wujudkan dalam keseharian kehidupan Anda! |
| (0.12368381012658) | (Kej 14:1) |
(sh: Akibat keliru memilih (Kamis, 29 April 2004)) Akibat keliru memilihAkibat keliru memilih. Pilihan yang keliru bisa berakibat fatal. Salah memilih pendidikan atau karier bisa menyebabkan kerugian jangka panjang. Salah pilih isteri atau suami, bisa menderita seumur hidup. Demikian juga salah pilih tujuan hidup, seumur hidup berada di jalan yang salah yang berakhir di tempat yang salah pula. Mungkin itu yang dialami Lot. Dari pembacaan kemarin kita mendapatkan bahwa Lot memilih memisahkan diri dari Abram dan menuju ke lembah Yordan yang terlihat jauh lebih subur dibandingkan dengan tanah Kanaan (ayat 13:10). Lot memilih tinggal di daerah dekat Sodom. Penulis Kejadian memberikan komentar yang serius, orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN (ayat 13). Akibat tinggal di daerah Sodom, ketika terjadi peperangan dahsyat antara Kedorlaomer dan rekan-rekannya melawan raja Sodom dan rekan-rekannya, Lot dan keluarganya tertawan bahkan diangkut ke utara. Sekali lagi penulis Kejadian memberikan komentar "sebab Lot itu diam di Sodom" (ayat 12). Apa yang ditabur Lot sedang dituainya sendiri. Namun, Allah melalui Abram menyelamatkan Lot dan keluarganya. Abram memimpin dan mengirim pasukannya untuk menyelamatkan Lot dari genggaman Kedorlaomer dan kawan-kawannya. Tindakan yang luar biasa, mengingat secara jumlah pasukan Abram yang 318 orang itu (ayat 14) sangat sedikit dibandingkan dengan pasukan gabungan lima raja utara. Kalau bukan TUHAN yang berperang bagi Abram, demi Lot, tidak mungkin Lot diselamatkan! Sekali lagi kita diajar untuk tidak salah pilih dalam kehidupan ini, karena akibatnya bisa fatal. Lot masih mendapatkan kesempatan kedua, tetapi siapakah yang tahu kesempatan seperti itu masih bisa kita peroleh? Periksalah: Apakah pilihan-pilihan kita sudah tepat? Kalau ternyata Anda tidak yakin, segeralah mencari pimpinan Tuhan dan perbaiki pilihanmu sebelum akibat fatal menimpa. |
| (0.12368381012658) | (Kel 13:17) |
(sh: Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang? (Senin, 18 April 2005)) Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang?Dulu tiang awan dan tiap api, sekarang?
Tuhan memimpin bangsa Israel melalui padang gurun bukan semata-mata untuk menghindari peperangan di awal perjalanan yang dapat menyebabkan Israel menyesal ke luar dari Mesir lalu berniat untuk kembali ke sana (ayat 17b). Tuhan berkehendak melatih iman mereka untuk menerima kepemimpinan-Nya. Iman itu sudah ditunjukkan dengan kesediaan mereka keluar dari Mesir sambil membawa serta tulang-tulang Yusuf, nenek moyang mereka, agar dikuburkan di tanah perjanjian (ayat 19; Kej. 50:24-25). Jadi, mereka sudah memercayai janji Allah. Sekarang mereka belajar memercayai cara Allah memimpin mereka. Apakah cara Allah itu? Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, Tuhan dengan jelas menyatakan pimpinan-Nya dengan berjalan di depan bangsa Israel. Pada siang hari Tuhan memimpin dalam tiang awan dan dalam tiang api untuk menerangi mereka pada malam hari (ayat 21-22). Pimpinan Tuhan ini tidak hanya dinyatakan pada awal perjalanan mereka, tetapi secara konsisten Tuhan memimpin langkah-langkah mereka menuju ke Tanah Kanaan. Hari ini Tuhan memimpin Gereja dalam perjalanan mengarungi padang gurun dunia ini. Tuhan memimpin orang Kristen bukan melalui tiang awan atau tiang api, namun melalui firman Tuhan. Alkitab adalah firman Tuhan. PeMazmur menulis "Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105). Oleh karena itu untuk mengetahui pimpinan Tuhan dalam hidup Anda, baca dan pelajari Alkitab. Renungkan: Pimpinan Tuhan jelas dan tegas, nyata dalam firman-Nya. Itu sebabnya anak-anak Tuhan harus membaca dan merenungkannya. |
| (0.12368381012658) | (Kel 20:13) |
(sh: Siapa pemilik kehidupan? (Senin, 19 September 2005)) Siapa pemilik kehidupan?Siapa pemilik kehidupan? Hukuman mati yang dikaitkan dengan hak azasi manusia adalah isu kontroversial. Para tokoh Kristen pun terbagi dua, antara yang pro dan yang kontra. Masalahnya ialah siapa yang memiliki hak atas hidup mati manusia? Inti perintah keenam ini adalah hak untuk menentukan hidup dan mati seseorang ada di tangan Allah. Ia yang men-ciptakan dan memberikan kehidupan bagi manusia maka Dia pula yang berhak untuk mengambil kembali kehidupan itu (Mzm. 104:29-30). Oleh karena itu, manusia tidak memiliki hak untuk menentukan hidup atau mati baik bagi dirinya sendiri maupun bagi sesamanya. Namun, Alkitab melalui Hukum Taurat mengajarkan bahwa Tuhan dapat memakai manusia sebagai alat untuk menghukum ciptaan-Nya, termasuk menghukum mati sesamanya. Hukum Taurat mengatur hukuman mati bagi para pezina, penghujat orang tua, penyembah berhala, pembunuh sesamanya, dan pembunuh dalam peperangan. Semua peraturan ini jelas sehingga tidak bisa ditafsirkan macam-macam. Membunuh berbeda dari menghukum mati. Izin untuk menghukum diberikan kepada para pemimpin umat berdasarkan keterangan para saksi yang dapat dipercaya. Hal ini didukung oleh Perjanjian Baru yang menegaskan kuasa pedang dari pemerintah yang dipilih oleh Allah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan atas bangsa yang dipimpinnya (Rm. 13:4). Gereja harus berani menghadapi dan menjawab pertanyaan kontroversial seperti eutanasia dan aborsi. Hak hidup atau mati manusia tetap di tangan Allah. Namun, Tuhan juga mengatur kehidupan melalui sistem-sistem yang dikembangkan oleh manusia. Oleh karena itu, kita harus selalu bertanya apakah setiap keputusan yang diambil pemerintah maupun lembaga yang berwenang sedang mewujudkan kehendak Allah atau sedang bermain sebagai "allah"? Renungkan: Jiwa manusia berharga di mata-Nya, karena itu kita harus menjaga dan menghormatinya. |
| (0.12368381012658) | (Bil 31:1) |
(sh: Memimpin Perang Kudus (Minggu, 21 November 1999)) Memimpin Perang KudusMemimpin Perang Kudus Allah memberitahukan kepada Musa bahwa sebelum masa hidupnya berakhir dan dikumpulkan bersama para leluhurnya, ia harus memimpin bangsa Israel melawan orang Midian. Dalam usia yang renta, tentunya sulit bagi Musa melaksanakan tugas itu. Tetapi Musa tetap menunjukkan sikap seorang pemimpin yang taat dan bergantung penuh kepada Allah. Menjaga kekudusan. Pembalasan Allah kepada bangsa Midian didasarkan atas dua hal, pertama, Midian yang menjalankan rencana jahat Bileam untuk menggoda Israel dengan perempuan dan menyeret Israel ke dalam dosa penyembahan berhala. Akibatnya, Israel terjebak melakukan perzinahan jasmani dan rohani. Kedua, Midian sendiri juga bangsa kafir, yang berzinah secara rohani. Pembalasan Allah ini lebih menunjukkan pada kekudusan Allah di tengah-tengah Israel dan bangsa lain. Perikop ini menekankan bahwa Allah ingin menyatakan kekudusan-Nya di tengah-tengah Israel. Kekudusan-Nya tidak pernah berubah dan harus dijaga. Demikianlah sifat Allah. Kekudusan Allah itu nyata dalam firman-Nya. Musa dan imam Eleazar bersukacita karena kemenangan dari Allah yang seperti itu. Tetapi mengenai barang jarahan, Musa tetap berpegang teguh pada firman Allah bahwa semua barang jarahan tetap harus dikuduskan; perempuan yang berdosa harus dibinasakan, bahkan para prajurit Israel yang telah membunuh dalam peperangan tersebut harus menyucikan diri supaya menjadi tahir. Keteguhan hati Musa ini mengekspresikan diri yang sungguh-sungguh taat pada firman Allah. Musa mengenal bahwa Allah kudus sepanjang masa. Allah yang berfirman kepadanya adalah Allah yang menuntut Israel untuk menaati firman-Nya. Allah yang kudus tetap menuntut Kristen juga kudus. Standar Allah tidak pernah berubah, tetapi manusia yang seringkali menurunkan standar. Penghayatan akan kekudusan Allah menolong dan menjaga kita untuk hidup kudus sesuai standar Allah. Renungkan: Kesungguhan menaati firman dan pengalaman-pengalaman hidup bersama Allah akan menambahkan pemahaman dan pengenalan kita tentang sifat-sifat Allah. |
| (0.12368381012658) | (Ul 7:12) |
(sh: Kasih setia dan kesucian (Selasa, 6 Mei 2003)) Kasih setia dan kesucianKasih setia dan kesucian. Masa kini gereja sebagai umat Allah sedang berada dalam tantangan yang berat. Sungguhkah Allah setia dan beserta kita? Bagaimanakah kita harus bersikap ketika menghadapi berbagai masalah berat? Ulangan 7:12-16 berisi janji-janji Tuhan terhadap Israel dengan syarat mereka mendengarkan dan setia terhadap peraturan-peraturan Tuhan. Dua aspek dari janji tersebut adalah: [1] Tuhan akan memegang perjanjian-Nya kepada Israel (ayat 12); dan [2] Tuhan akan mendatangkan kutuk bagi bangsa-bangsa yang membenci Israel (ayat 15b-16). Wujud nyata kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya dinyatakan melalui sikap-Nya yang mengasihi, memberkati dan melipatgandakan Israel (ayat 13) melebihi bangsa- bangsa lain (ayat 14-15a). Berkat-berkat ini meliputi: [1] kesuburan (ayat 13); [2] kesehatan (ayat 14-15); dan [3] kemenangan (ayat 16). Ulangan 7:17-26 mengulas tentang perlunya iman dalam bahaya perang yang akan segera mereka hadapi. Musa meyakinkan Israel untuk tidak mengulangi kesalahan generasi sebelumnya yang takut memasuki peperangan (ayat 1:27-28). Superioritas bangsa-bangsa Kanaan tidaklah perlu menjadikan mereka panik. Jumlah Israel yang kecil bukanlah penghalang bagi Tuhan untuk memberikan kemenangan. Yang lebih berbahaya dari kekuatan musuh adalah ketakutan mereka yang lebih besar dari keyakinan akan kuasa Tuhan. Obat terbaik untuk menawarkan racun ketakutan ini adalah mengingat kembali perbuatan Tuhan memimpin Israel keluar dari Mesir (ayat 18-19). Musa mengingatkan bahwa peristiwa keluaran ini bukan hanya merupakan sejarah di masa lampau, tetapi paradigma bagi Israel, yaitu suatu cara Israel melihat realitas kesulitan. Prinsip keluaran adalah juga paradigma Allah bagi kita semua. Ia setia dan suci dan ingin agar itu menjadi pengalaman pribadi dari tiap-tiap anggota komunitas umat Allah dari generasi ke generasi. Renungkan: Kesetiaan Allah telah mendahului kesetiaan kita kepada-Nya. |
| (0.12368381012658) | (1Sam 4:1) |
(sh: Karena A, maka pasti B? (Sabtu, 2 Agustus 2003)) Karena A, maka pasti B?Karena A, maka pasti B? Karena Anda cantik/ganteng, maka anak Anda hidup bahagia. Benarkah pernyataan ini? Tentu saja tidak. Orang Romawi bilang: 'non sequitur'; "tidak mengikuti". Pernyataan kegantengan atau kecantikan fisik orang tua tidak dapat dijadikan sebab, lalu 'diikuti' oleh pernyataan bahwa anak orang tersebut bahagia sebagai akibatnya. Tidak ada hubungannya, dan tidak bisa dihubung-hubungkan.
Sayang, istilah Latin itu tidak dikenal orang Israel. Karena kira-
kira justru demikianlah cara mereka waktu itu berpikir. Mereka
berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang,
pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat 3). Siapa tahu, seperti
yang ditakutkan Filistin (ayat 7-8), karenanya Allah bertindak
seperti pada saat Israel keluar dari Mesir. Non sequitur. Dari
perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam
peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah
sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan.
Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan
Allah (ayat 10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan
mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat
11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan
berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang "klaim" akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya "tidak digenapi." Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa. Renungkan: Keyakinan tentang kedaulatan, kasih, keadilan Allah akan mengajarkan kita berserah bukan memaksa Allah. |
| (0.12368381012658) | (1Sam 5:1) |
(sh: Tangan Allah (Minggu, 3 Agustus 2003)) Tangan AllahTangan Allah. Tulisan-tulisan PL sering menggambarkan Allah secara antropomorfis, "seperti manusia", untuk mempermudah penceritaan tindakan dan sifat Allah yang sulit untuk dijelaskan dengan kata- kata. Pada nas ini, Allah dinyatakan sebagai bertangan, dan tangan-Nya itu sangat ditakuti, termasuk oleh orang Filistin. Sebelumnya mereka telah mengakui riwayat kedahsyatan tangan Tuhan di Mesir (ayat 4:8). Kini mereka akan mendapatkan penegasan tentang kedahsyatan "tangan" Allah kepada mereka (ayat 6,9). Tulah Mesir yang mereka takutkan itu, kini mereka alami. Seorang penafsir menyatakan bahwa motivasi orang Filistin menaruh tabut Allah di kuil Dagon adalah untuk menghormati "dewanya Israel", yang walaupun kalah dari kekuatan dewa-dewa mereka, tetap saja ilahi. Ternyata, Tamu Khusus dari Israel ini justru berlaku "tidak hormat", sampai dua kali (ayat 3-4)! Pemenggalan kepala (dan tangan, ay. 4) adalah sesuatu yang wajar dalam peperangan (bdk. Daud vs. Goliat, 17:51). Ini (ayat 4) bermakna bahwa dalam pertempuran boleh saja Filistin mengalahkan Israel, tetapi Allahlah yang berjaya atas Dagon yang tersungkur, tanpa pertempuran! Tidak hanya itu, kesia-siaan dewa-dewi Filistin dipertegas dengan tulah kepada kota-kota yang disinggahi tabut Allah itu (ayat 6-12). Tidak ada dewa yang menolong. Bahkan, mereka akan mengembalikan tabut itu ke Israel (ayat 11). Allah tetap berkuasa dengan dahsyat, walau umat-Nya terpuruk dalam dosa dan kekalahan. Renungkan: Bersyukurlah bahwa tangan yang dahsyat itu adalah juga tangan yang terulur dalam kasih melalui Yesus Kristus, Tuhan kita.
II Samuel7:18-22; Roma 8:18-25; Matius 13:24-35; Mazmur 86:11-17 Lagu KJ 8 |
| (0.12368381012658) | (1Raj 4:1) |
(sh: Pemimpin yang berhikmat (Kamis, 29 Juli 2004)) Pemimpin yang berhikmatPemimpin yang berhikmat. Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud. Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinan Daud? Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut. Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana. Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo, membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan hidupnya (ayat 7-20).
Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena
kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia
terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan
Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat Tuhan akan dicurahkan kepadamu. Renungkan: Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan. |
| (0.12368381012658) | (1Raj 8:22) |
(sh: Mahahadir yang Intim (Selasa, 7 Juli 2015)) Mahahadir yang IntimJudul: Mahahadir yang Intim Tuhan sangat memerhatikan dan peduli kepada umat-Nya. Sekalipun Dia adalah Allah yang Mahabesar (27) dan seolah-olah nun jauh di sana, tetapi Dia mau berelasi intim dengan umat-Nya. Dia bersedia membuka mata dan telinga-Nya pada permohonan yang dinaikkan oleh umat Israel di dalam Bait Suci (28-30). Kadangkala jarak yang jauh bisa menjadi penghalang untuk membangun relasi yang intim. Namun Tuhan yang seolah-olah jauh di sana, dalam konteks doa ternyata tidak menciptakan jarak. Dia mendekat dan ingin berelasi intim dengan umat-Nya. Sebuah tindakan yang seharusnya menggelitik sikap kita kepada Tuhan. Mengapa kita tidak selalu rindu untuk berelasi intim dengan Tuhan? Bukankah sebuah relasi yang baik dan intim seharusnya dibangun dari dua arah atau dari kedua belah pihak? Tidak bisa searah. Seringkali kali kita mendengar bahwa doa adalah sebuah komunikasi dari kita kepada Tuhan. Namun pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan berkomunikasi kepada kita? Jawabannya tidak lain adalah Tuhan berkomunikasi kepada kita melalui Alkitab (lihat Ul. 29:29, bdk. 2 Tim. 3:16). Namun apakah kita punya kerinduan untuk berjumpa dengan Tuhan (Mzm. 63:2) melalui membaca, memahami, dan kemudian melakukan firman Tuhan ke dalam kehidupan dan pergumulan kita sehari-hari? Jika belum, bukankah itu pertanda bahwa relasi kita dengan Tuhan sebenarnya tidak intim atau tidak sehat? Kitalah yang seringkali menciptakan jarak dengan Tuhan. Penyebab utamanya adalah dosa dan kejahatan kita (Yes. 59:2). Kenyamanan dan kenikmatan dunia juga bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jadi apa yang menyebabkan kita tidak rindu untuk berelasi dengan Tuhan? |



untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [