(0.29172445333333) | (Mat 6:19) |
(sh: Menyikapi kebutuhan materiil (Rabu, 12 Januari 2005)) Menyikapi kebutuhan materiilMenyikapi kebutuhan materiil. Para murid Yesus harus mengambil keputusan yang benar tentang bagaimana bersikap terhadap kebutuhan materiil. Jika tidak, beberapa ancaman terhadap kesetiaan kita kepada Tuhan akan terjadi. Pertama, orang Kristen harus tahu membuat prioritas yang benar. Yang harus diprioritaskan adalah harta surgawi, bukan harta duniawi (ayat 19-20). Kita harus mengutamakan yang kekal dan menomorduakan yang sementara. Kedua, Yesus realistis sekali. Jika harta duniawi prioritas kita, hati kita pun akan tertambat kepada dunia ini (ayat 21). Harta harus ditempatkan sebagai hamba dan alat. Jika tidak, ia akan "melonjak" menjadi tuan, dan kita di "kudeta"nya ke kedudukan budak (ayat 24). Ketiga, salah prioritas dalam soal harta akan membuat kita kehilangan kesukaan dalam hidup ini. Hidup akan terbungkuk memikul beban kekuatiran tentang kebutuhan sehari-hari (ayat 25-31). Kehidupan Kristen seperti itu akan serendah kehidupan orang yang tidak mengenal Tuhan (ayat 32). Yesus mengajak kita mengubah cara pandang kita tentang kebutuhan materi. Ia mengingatkan kita bahwa kebutuhan dalam hidup tidak sama dengan kehidupan itu sendiri. Makanan, pakaian, tempat tinggal, dan harta adalah penunjang kehidupan. Yang lebih penting untuk kita perhatikan dan yang menjadi kepentingan utama perhatian Tuhan adalah kehidupan kita. Kita diajak Yesus untuk menghargai hidup berdasarkan kasih dan perhatian-Nya, bukan berdasarkan apa yang kita makan, pakai, dan miliki. Firman Tuhan ini menuntut kita membuat komitmen mutlak hanya kepada Tuhan saja. Dengan menempatkan Allah sungguh sebagai Tuhan, kita perlu belajar dari hari ke hari menundukkan perhatian kita kepada harta, makanan, dan pakaian ke bawah pemeliharaan dan pemerintahan Allah. Inti prinsip inilah maksud Tuhan: mendahulukan Kerajaan Allah dan memercayai bahwa Dia yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi kita (ayat 33). Renungkan: Tuhan hartaku, atau Harta tuhanku? |
(0.29172445333333) | (Mat 7:1) |
(sh: Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu! (Kamis, 13 Januari 2005)) Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu!Jadilah saudara, bukan hakim sesamamu! Tuhan Yesus tidak saja mengajar para pengikut-Nya tentang relasi dengan Allah dan sikap terhadap harta. Ia ingin para murid-Nya memiliki relasi yang benar dengan sesamanya. Tuhan Yesus melarang kita menghakimi (ayat 1). Maksud Tuhan bukan berarti kita tidak usah memedulikan kesalahan orang lain dan membiarkan ia hidup dalam kesalahan. Ia juga tidak bermaksud bahwa Allah melarang adanya lembaga peradilan. Maksud Tuhan, kita tidak boleh menghakimi dengan menggunakan ukuran yang keras dan tidak bertujuan untuk memulihkan. Ia juga melarang kita menghakimi dengan standar ganda: ukuran yang lunak dan rendah untuk diri sendiri, ukuran yang keras dan terlalu tinggi untuk orang lain (ayat 3-4). Ayat 5 jelas menunjukkan bahwa kita perlu menggunakan kapasitas penilaian kita dengan baik, asal tidak munafik. Tuhan Yesus juga realistis tentang keinginan baik kita dalam membangun relasi dengan sesama. Bila tadi Ia menentang orang yang terlalu membesarkan masalah orang akibat mengenakan standar terlalu berat, kini Ia menentang orang yang terlalu menganggap enteng masalah sebab menggunakan ukuran yang terlalu rendah. Tuhan keras sekali menyebut bahwa ada orang yang bagaikan anjing atau babi (ayat 6) keduanya menekankan kondisi najis dan bebal yang tidak responsif kepada-Nya. Penggunaan standar ganda sering kita jumpai masa kini, baik dalam masyarakat luas maupun dalam kalangan gereja. Entah kita cenderung meringankan kesalahan diri sendiri dan memberatkan kesalahan orang lain, atau kita menilai orang dengan memandang kedudukannya. Keduanya tidak Tuhan perkenan atau izinkan. Tuhan Yesus ingin agar kita bertindak sebagai saudara terhadap sesama kita, bukan menjadi hakim apalagi algojo. Responsku: Aku harus menjadikan sifat dan sikap Allah mengujud penuh dalam sikapku terhadap sesamaku. |
(0.29172445333333) | (Mat 9:9) |
(sh: Sukacita karena anugerah (Minggu, 24 Januari 2010)) Sukacita karena anugerahJudul: Sukacita karena anugerah Orang Farisi tidak dapat menerima Yesus makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa lain. Bagi mereka dan masyarakat Yahudi pada umumnya, pemungut cukai punya dosa tiga rangkap. Dianggap pengkhianat bangsa karena mau menjadi antek-antek penjajah dengan memungut pajak dari bangsanya untuk kepentingan bangsa penjajah. Dalam pandangan Taurat, ia seorang yang najis (Im. 20:5). Ia se-orang yang bergaul dengan orang-orang berdosa (ayat 10) sehingga patut dikucilkan oleh orang-orang Yahudi yang mengaku saleh. Ketika Yesus masuk ke rumah Matius dan makan bersama-sama dengan kelompok orang berdosa, Ia dianggap sudah mencederai kehormatan pemimpin Yahudi. Tujuan Yesus jelas, Ia datang untuk memanggil orang berdosa pulang. Maka ketika orang-orang seperti Matius merespons panggilan Yesus, sesungguhnya Kerajaan Surga sedang ditegakkan! Terhadap kritik murid-murid Yohanes, jawaban Yesus justru konsisten dengan misi-Nya. Yesus datang membawa pembaruan bagi orang berdosa, maka kedatangan-Nya paling tepat direspons dengan bersukacita, bukan berpuasa. Orang yang tidak bisa bersukacita ketika melihat orang lain bertobat adalah orang yang belum pernah mengalami anugerah Tuhan. Dia adalah orang yang masih terjebak pada pemahaman lama yang salah, ibarat kantung anggur tua yang jebol karena tidak sanggup menerima anggur baru. Seperti Matius kita juga tidak layak di hadapan Allah. Tuhan Yesus menerima kita apa adanya, bahkan sudah mati bagi kita agar kita hidup. Tugas kita sekarang adalah mewartakan kabar baik kepada semua orang yang sama tidak layaknya dengan kita. |
(0.29172445333333) | (Mat 9:18) |
(sh: Sang Mesias (Sabtu, 22 Januari 2005)) Sang MesiasSang Mesias. Mesias yang diharapkan orang Yahudi adalah seorang yang akan membebaskan mereka dari penindasan pemerintahan Romawi. Namun, bukan seperti itu gambaran yang dipaparkan Matius. Bagi Matius, Mesias mempunyai kuasa atas hidup dan matinya manusia. Kuasa itu tampak pada Tuhan Yesus ketika Ia menyembuhkan wanita yang sudah dua belas tahun mengalami pendarahan dan membangkitkan anak kepala rumah ibadat (ayat 18-25). Mereka sama-sama datang kepada Tuhan Yesus dan mendapat pertolongan. Tuhan Yesus berkuasa atas kematian dan penyakit yang 12 tahun tidak tersembuhkan. Ini membuktikan bahwa Dia adalah Mesias yang mereka tunggu. Ironis sekali karena yang merespons dan mengakui Tuhan Yesus sebagai Anak Daud (gelar untuk Mesias) adalah dua orang buta yang tidak bisa melihat perbuatan mukjizat-Nya itu (ayat 27-31). Ketika Tuhan Yesus mengusir setan dari seorang bisu, orang banyak menjadi heran. Sebaliknya, orang Farisi justru beranggapan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan (ayat 32-34). Orang Yahudi percaya setan yang merasuk dalam diri seseorang harus diusir oleh setan yang lebih berkuasa. Oleh karena itu, mereka sama sekali tidak mengakui Yesus sebagai Sang Mesias yang mereka tunggu-tunggu. Lewat iman kepala rumah ibadat, perempuan yang sakit pendarahan, orang buta, serta sahabat-sahabat si bisu, kita dapat melihat tindakan iman yang menyebabkan mereka menikmati anugerah Tuhan Yesus. Mereka percaya akan kemahakuasaan Tuhan Yesus untuk memulihkan penderitaan yang mereka alami. Dia adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa, yang membuat iman kita kepada-Nya tidak sia-sia. Beriman dan berharap penuh kepada-Nya adalah kunci kemenangan kita. Responsku: Aku akan menanggalkan ketidakpercayaanku serta memusatkan hidupku hanya kepada Dia. |
(0.29172445333333) | (Mat 15:1) |
(sh: Setia kepada firman (Selasa, 8 Februari 2005)) Setia kepada firmanSetia kepada firman. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ayat 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak." Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya tradisi menjanjikan persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah, mungkin dimaksudkan supaya umat setia beribadah kepada Allah. Praktiknya tradisi ini bahkan mengizinkan seseorang untuk mengabaikan perintah Tuhan yang lebih prinsip yaitu menghormati orang tua. Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ayat 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan. Betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia saleh dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah saleh padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang. Camkan: Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan. |
(0.29172445333333) | (Mat 18:1) |
(sh: Seperti anak kecil (Rabu, 20 Februari 2013)) Seperti anak kecilJudul: Seperti anak kecil Berdasarkan konteks ini, mestinya kita heran dengan kata-kata Tuhan Yesus: "... sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (3-4). Apa maksudnya? Bacaan hari ini mengaitkan arti kemuridan dengan sosok anak kecil. Para murid mesti menjadi seperti anak kecil dalam arti "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini" (4). Yang digarisbawahi di sini bukanlah sifat manja ataupun cengeng khas anak kecil, tetapi posisinya yang rendah dan lemah. Tidak seperti raja-raja dunia yang berkuasa memungut pajak dan bea dari orang-orang di bawah kekuasaannya (Mat. 17:25), para murid dipanggil untuk bertindak seperti anak kecil yang tidak memiliki kuasa, sehingga hidup sebagai orang yang berserah dan hanya mengandalkan Allah. Para murid juga diperingatkan agar tidak menyesatkan ataupun menganggap rendah anak-anak kecil (5-11), baik secara harfiah maupun secara khusus sebagai simbol bagi sesama murid. Nasihat di ayat 8-9 memang mengulangi pengajaran Yesus sebelumnya (Mat. 5:29-30), tetapi di sini nasihat tersebut ditempatkan di dalam konteks berbeda: agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi saudara kita, kita mesti siap mengurbankan apa pun yang membuat diri kita tersesat. Maka nas ini bertanya kepada kita: adakah kekuasaan atau apa pun selain Allah yang menjadi andalan hidup? Jangan sampai hal itu membuat kita tidak taat kepada Allah, bahkan membuat orang lain di sekitar kita tersesat. Jika itu terjadi, kita harus membuangnya. Mari kita minta kekuatan dari Allah supaya bisa menjadi anak kecil, seperti yang Dia inginkan. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.29172445333333) | (Mat 19:1) |
(sh: Perceraian bukan kehendak Tuhan (Selasa, 23 Februari 2010)) Perceraian bukan kehendak TuhanJudul: Perceraian bukan kehendak Tuhan Dengan maksud untuk mencobai Yesus, orang Farisi menanyakan masalah perceraian kepada Yesus. Mereka ingin melibatkan Yesus dalam pertentangan pendapat di antara dua aliran Farisi yaitu Shammai dan Hillel. Shammai ketat mengajarkan bahwa seorang laki-laki hanya boleh menceraikan istrinya bila kedapatan berzina. Hillel lebih kendur mengajarkan bahwa seorang laki-laki boleh menceraikan istrinya dengan alasan apa pun. Yesus tidak masuk ke dalam pertentangan mereka, melainkan Ia membawa mereka kembali kepada tujuan semula Allah mendirikan institusi pernikahan. Yaitu agar laki-laki dan perempuan menjadi satu kesatuan dari dua pribadi yang berbeda latar belakang, kebiasaan, budaya, sifat, konsep berpikir, dan perilaku. Mereka harus meninggalkan dan menyingkirkan segala hal dan ikatan yang dapat menghambat keharmonisan dan kesatuan mereka. Apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia (ayat 6). Musa mengizinkan perceraian (Ul. 24:1) karena ketegaran dan kedegilan hati orang Israel yang suka melawan aturan dan kehendak Tuhan. Padahal sejak awal Tuhan tidak menghendakinya (Mal. 2:16). Perceraian juga akan menimbulkan luka mendalam bagi masing-masing pasangan maupun anak-anak mereka. Lagipula siapa yang bercerai, kecuali karena pasangannya berzina, lalu menikah lagi, sesungguhnya ia sudah berbuat zina. Dengan anugerah Tuhan dan kesetiaan, kita harus memelihara pernikahan kita. Tuntutan Tuhan terhadap pernikahan memang ketat, tetapi hal ini tidak harus membuat kita memilih hidup membujang saja. Ada karunia khusus untuk seseorang membujang, yaitu agar fokus dalam melayani Tuhan dan membawa orang-orang datang kepada Kristus. |
(0.29172445333333) | (Mat 20:1) |
(sh: Semua karena anugerah Tuhan (Sabtu, 19 Februari 2005)) Semua karena anugerah TuhanSemua karena anugerah Tuhan. Anda tahu lirik lagu Semua Karena Anugerah-Nya? Lirik lagu ini menekankan bahwa kita dipilih, dipanggil, dan dipakai Tuhan bukan karena kebaikan, kepandaian, kekayaan, kecantikan, dan kegagahan melainkan karena anugerah Tuhan. Perumpamaan di perikop ini menceritakan tentang hubungan kerja antara penggarap kebun anggur dan pemiliknya sebagai gambaran prinsip anugerah Tuhan dalam Kerajaan Surga (ayat 1). Pemilik kebun anggur menjanjikan upah satu dinar per hari bagi penggarapnya dengan hitungan waktu dari matahari terbit sampai terbenam (ayat 2). Penambahan penggarap pada jam 9 pagi, 12 siang, 3 dan 5 sore untuk bekerja di kebun anggur, kemungkinan bukan karena kebun anggur itu terlalu luas untuk ditanami melainkan disebabkan banyaknya orang yang menganggur (ayat 3-8). Belas kasihanlah yang mendasari mengapa pemilik kebun anggur memerintahkan mereka untuk bekerja di kebunnya, bukan pertimbangan kecakapan ataupun pengalaman mereka dalam bekerja. Oleh karena itu, setelah jam kerja usai upah pun dibagikan dengan sistem "pukul rata." Muncullah rasa tidak puas di antara para penggarap kebun angggur, khususnya mereka yang telah bekerja sebelum jam 9 pagi (ayat 9-12). Adilkah perbuatan pemilik kebun anggur itu? Adil! Kepada penggarap yang terdahulu sudah ada kesepakatan upah. Sedangkan kepada penggarap-penggarap yang kemudian, pemilik kebun anggur menyatakan kemurahan hatinya (ayat 13-15). Apa yang Tuhan ingin ajarkan kepada umat-Nya, melalui perumpamaan ini? Tidak seorang pun yang layak untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Hanya oleh anugerah Allah kita dihisabkan ke dalamnya. Oleh karena itu tidak pantas menuntut Allah untuk "membayar" kesetiaan, kerajinan, bahkan buah-buah pelayanan kita seakanakan kita berjasa bagi Dia. Yang kulakukan: Aku akan menghargai anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan itu dengan melayani Tuhan lebih sungguh lagi. |
(0.29172445333333) | (Luk 1:57) |
(sh: Benedictus (Rabu, 24 Desember 2014)) BenedictusJudul: Benedictus Saat pemberian nama, orang-orang di sekitar Elisabet dan Zakharia berharap agar mereka mengikuti tradisi (59). Namun Elisabet memilih nama seperti nama yang diberikan malaikat kepada Zakharia (60, bdk. ayat 13). Protes orang-orang (61) memperlihatkan bahwa mereka tidak menyadari apa yang sedang Allah perbuat. Untuk meyakinkan diri, mereka meminta Zakharia menuliskan nama yang dia inginkan bagi anaknya. Dan jawaban Zakharia mengherankan semua pihak, karena ia menuliskan nama seperti yang disebutkan oleh Elisabet (63). Setelah itu, Zakharia bisa berbicara kembali, seperti yang dijanjikan malaikat (Luk. 1:20). Tentu saja orang jadi bertanya-tanya mengenai masa depan anak Zakharia itu (66). Jawaban untuk pertanyaan itu akan terlihat kemudian dari puji-pujian yang disampaikan Zakharia. Pujian itu disebut Benedictus (bahasa Latin), yang artinya diberkati. Di dalam Benedictus disebutkan bahwa anak Zakaria, yaitu Yohanes, akan merintis jalan bagi Tuhan dengan mewartakan bahwa keselamatan akan terjadi melalui pengampunan dosa (76-77). Perintisan jalan itu memang diperlukan karena Tuhan akan melawat umat-Nya dengan tujuan untuk melepaskan umat dari musuh-musuhnya (68-71). Sebagai tanduk keselamatan, Tuhan akan membebaskan umat dari kegelapan dan maut (78-79) agar umat dapat beribadah dalam kekudusan dan kebenaran, serta tanpa rasa takut (74-75). Begitu besar kerinduan Tuhan agar umat beribadah kepada-Nya sehingga Ia membayar harga yang begitu mahal, yaitu Anak-Nya sendiri yang harus turun ke dalam dunia. Ia menginginkan kita tidak hidup dalam kegelapan lagi melainkan berdamai dengan Allah. Adakah Anda juga merindukan itu? Bila ya, datanglah kepada Surya pagi itu, agar sinar-Nya mengusir kegelapan dari hidup Anda. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.29172445333333) | (Luk 4:31) |
(sh: Mesias membawa perhentian (Minggu, 7 Januari 2007)) Mesias membawa perhentianJudul: Mesias membawa perhentian Sesudah proklamasi bahwa diri-Nya adalah Mesias, Yesus mulai mewujudkan kepedulian dan keterlibatan-Nya dalam berbagai belenggu yang manusia alami saat itu. Semua itu dibuat-Nya di hari Sabat sampai sesudah masa Sabat melalui Sabda-Nya yang berkuasa. Sebagian dari masalah yang Ia atasi bersumber dari roh-roh jahat. Setan menantang Yesus, Yesus "menghardik" setan itu, lalu setan itu "keluar" (35). Dengan bahasa yang sama, Lukas menuturkan kisah penyembuhan ibu mertua Simon yang demam keras (38). Yesus "menghardik" demam itu dan penyakit itu pun "meninggalkan" wanita itu (39). Penggunaan kata-kata "menghardik", "keluar", dan "meninggalkan", yang sering dipakai dalam pengusiran setan menunjukkan bahwa bagi Lukas, penyembuhan penyakit sering berjalan seiring dengan pembebasan dari kuasa Iblis (40-41; bdk. Luk. 8:3; terutama Kis. 10:38). Dalam ay. 41, sekali lagi Yesus "menghardik" setan-setan dan dengan keras melarang mereka berbicara tentang Dia. Dalam misi-Nya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah (43-44), Yesus mendemonstrasikan kemenangan-Nya atas kuasa Iblis yang menentang dan menghalangi rencana Allah. Ia menggenapi nubuat Yesaya, dengan firman kuasa-Nya Ia membawa kelepasan dan perhentian dari berbagai perusakan yang datang dari dosa dan si jahat.
Perikop ini juga mencatat berbagai respons orang-orang yang telah
menerima pertolongan Yesus. Ibu mertua Simon mengungkapkan rasa
syukurnya dengan melayani Yesus dan para murid-Nya (39), suatu
respons positif yang berulang kali dicatat oleh Lukas (bdk. Responsku: Taati firman-Nya dan sebarluaskan perhentian dari-Nya dengan menyaksikan firman Yesus Kristus. |
(0.29172445333333) | (Kis 7:44) |
(sh: Hati yang keras (Kamis, 26 Juni 2003)) Hati yang kerasHati yang keras. Menjelang akhir pembelaannya, Stefanus menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus. Begitu keras sehingga mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga menutup telinga sehingga tidak dapat mendengar kabar yang Tuhan ingin sampaikan. Mereka sudah mengeraskan hati sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus. Peristiwa penolakan ini mengingatkan kita pada kisah John Sung, seorang misionaris yang pernah mengeraskan hati menentang suara Roh Kudus. Kisah ini bermula ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya namun John Sung bergumul untuk menolak dan mengeraskan hati. Pergumulan batiniah yang hebat itu, mengganggu kestabilan jiwanya. Selama 7 bulan ia mendekam di rumah sakit jiwa untuk memperoleh ketenangan kembali dan disaat itulah ia belajar untuk taat dan menerima panggilan Tuhan. Tuhan berkenan memakai John Sung menyebarkan Injil hampir di seluruh Asia, termasuk di Indonesia. Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus dan kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu kita gubris. Dampak langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Dampak langsung yang lebih menyedihkan adalah, pertama, kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Kedua, kita tidak menerima berkat itu sendiri. Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam satu tim dengan-Nya. Renungkan: Jangan keraskan hati menolak panggilan Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama. |
(0.29172445333333) | (Kis 7:54) |
(sh: Memang seharusnya terjadi (Jumat, 27 Juni 2003)) Memang seharusnya terjadiMemang seharusnya terjadi. Bagian firman Tuhan yang baru saja kita baca ini merupakan salah satu kisah yang paling mengharukan. Ada beberapa hal yang membuat kisah ini begitu menyayat hati. Pertama, pembunuhan ini dilakukan atas nama Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Stefanus menghujat Allah maka, selayaknyalah ia dihukum rajam. Kedua, pada saat meregang nyawa, Stefanus masih sempat berdoa agar Tuhan tidak menanggungkan dosa ini atas para pembunuhnya. Keduanya mengakui berbuat atas nama Tuhan, tetapi berbeda motivasi. Orang Yahudi mengkambinghitamkan Tuhan untuk melampiaskan kebencian mereka, dan melahirkan pembunuhan. Sedangkan Stefanus mengalami ini karena keyakinannya akan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus, melahirkan pengampunan. Di mata manusia, kematian Stefanus adalah peristiwa tragis karena tidak seharusnya terjadi. Namun, di mata Tuhan kematian Stefanus tidak tragis dan tidak sia-sia. Kematian Stefanus adalah bagian dari rencana Allah yang tidak sepenuhnya kita pahami namun sekurangnya bisa kita mengerti kendati hanya sebagian. Pada saat Stefanus dirajam, ada seorang pemuda yang menyaksikan kebrutalan para pembunuh itu, namanya Saulus, yang belakangan kita kenal sebagai Paulus. Di kemudian hari Paulus menjadi Stefanus yang baru, sebagai pengikut Kristus yang merisikokan hidupnya demi Yesus Tuhan. Seperti Stefanus, Paulus pun pernah dilempari batu; Paulus memahami makna menderita dan mati bagi Kristus sebab ia pernah melihat kematian Stefanus yang mulia. Bila Tuhan memakai kematian Stefanus sebagai prelude untuk memanggil Paulus, tidak tertutup kemungkinan Ia memakai peristiwa yang sedang kita hadapi ini sebagai prelude untuk menghantar kita masuk ke dalam kehendak-Nya yang lain. Renungkan: Apa yang tidak seharusnya terjadi mungkin adalah tangan Allah yang sedang memindahkan kita ke dalam rencana-Nya. |
(0.29172445333333) | (Rm 15:14) |
(sh: Dasar dan buah Pelayanan Paulus. (Minggu, 02 Agustus 1998)) Dasar dan buah Pelayanan Paulus.Dasar dan buah Pelayanan Paulus. Pelayanan yang Orisinil. Apa prinsip pelayananan Paulus? Ia berprinsip melayani Injil di wilayah (bidang) yang belum pernah dijangkau atau dijamah orang lain (ayat 20-21). Paulus rela keluar dari Yerusalem (pusat kehidupan budaya-agama Yahudi) dan melakukan perjalanan misi ke daerah-daerah baru wilayah orang kafir. Kadang tanpa sadar, kita memiliki kebanggaan semu akan status gereja dan pelayanan kita. Kita ingin bertahan di tempat yang di dalamnya kita merasa akrab, aman, bangga, berhasil, dlsb. Namun sungguhkah kita memang dipanggil untuk tetap di tempat itu? Mengapa banyak lulusan STT yang menganggur? Mengapa banyak intelektual Kristen berpotensi tidak punya sumbangsih apa pun di gerejanya? Seandainya mereka mau membekali diri dan memasuki wilayah-wilayah baru, kemungkinan besar tidak akan terjadi demikian. Renungkan: Anda akan melayani Tuhan secara optimal jika melayani Tuhan pada tempat yang Tuhan mau, pada waktu dan dengan cara Tuhan." Doa: Tuhan, beranikan kami menyambut tantangan pelayanan baru yang Engkau bukakan. |
(0.29172445333333) | (Kol 1:9) |
(sh: Doa bagi umat Tuhan (Kamis, 15 April 2004)) Doa bagi umat TuhanDoa bagi umat Tuhan. Mengacu pada bacaan kemarin, jemaat di Kolose beriman kepada Yesus Kristus, mengasihi orang kudus dan mengenal kasih karunia yang sebenarnya. Itu sebabnya mereka berdoa dengan tiada henti. Jemaat Kolose mendapat tempat istimewa di hati mereka. Ini bukti nyata bahwa di dalam diri Paulus ada kasih Kristus. Doa-doa Paulus dalam perikop ini terkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat rohani. Pertama, doa untuk pemahaman rohani (ayat 9). Tujuan Paulus memohon hikmat Allah bagi jemaat Kolose adalah untuk menge-tahui kehendak Allah dengan sempurna. Artinya, mereka harus secara matang dan mendalam mengetahui rahasia Injil, mengetahui bagaimana seharusnya hidup sebagai orang beriman pada Yesus Kristus dan mengetahui panggilan Tuhan bagi masing-masing untuk hidup bagi Dia. Kedua, doa untuk ketaatan praktis (ayat 10-12). Dengan mengenal kehendak Tuhan dan melaksanakannya mereka baru dapat hidup berkenan di hati Tuhan. Berkenan di hati Tuhan artinya "menyenangkan Tuhan". Orang yang menyenangkan Tuhan akan menghasilkan buah pekerjaan yang baik, bertumbuh dalam pengenalan Allah dan dikuatkan dengan kuasa Allah. Kuasa Allah telah mematahkan belenggu dosa yang mengikat dan menempatkan kita di dalam terang-Nya. Kita pun ditebus dan menerima pengampunan dosa melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menebus bukan dengan uang tetapi dengan darah-Nya. Bila kita telah ditebus oleh darah Kristus, bersamaan dengan itu kita diampuni atas dosa-dosa kita serta dibebaskan dari hukuman dosa. Kita menerima penebusan dan pengampunan itu bukan karena kita layak tetapi karena dilayakkan untuk menerima kasih karunia Allah. Bagianku: Mendoakan umat Allah agar dapat mempertahankan iman dan terus bertumbuh dalam pengenalan akan Allah yang sebenarnya. |
(0.29172445333333) | (1Tes 2:13) |
(sh: Menerima dan menghambat Injil (Sabtu, 25 Oktober 2003)) Menerima dan menghambat InjilMenerima dan menghambat Injil. Jemaat Tesalonika menerima Injil bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sebagai firman yang datang dari Allah. Sebaliknya, orang- orang Yahudi, bukan saja menolak firman Allah bagi diri mereka, tetapi menentang dan menghambat sekuat tenaga tersebarnya Injil bagi orang lain. Orang-orang Yahudi yang disebutkan oleh rasul Paulus bukan hanya telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi, tetapi juga menganiaya para rasul dan pemberita Injil. Bahkan mereka juga berupaya untuk menghalang-halangi bangsa-bangsa nonyahudi sehingga tidak mendengar berita Injil. Sikap yang mereka lakukan agar rencana tersebut terlaksana adalah dengan: [1] tidak peduli dengan apa yang berkenan kepada Tuhan (ayat 15); [2] mereka tidak ingin orang lain mendengar apalagi menerima keselamatan (ayat 16a). Tindakan mereka ini mengindikasikan kepada kita bahwa mungkin sekali mereka merasa bahwa: pertama, hanya merekalah yang berhak atas firman dan mengajarkan firman. Kedua, mereka merasa bahwa diri mereka adalah penuntun, pendidik dan pengajar yang handal (Rm. 2:19-20). Namun menurut Paulus sikap seperti itu akan membuat mereka menerima hukuman-Nya (ayat 16b). Melalui penjelasan Paulus ini, sepatutnyalah kita menaikkan syukur kepada Tuhan, karena ada orang-orang seperti Paulus yang memiliki kasih yang sejati untuk melayani jemaat dan memiliki ketulusan mengajarkan kebenaran kepada jemaat. Jadi kita, sebagai orang- orang Kristen yang hidup di zaman ini, tidak usah terlalu kuatir dengan penindasan dari luar. Karena sama seperti orang-orang Yahudi itu akan dihukum oleh Tuhan, demikian juga Tuhan berdaulat atas pembenci-pembenci umat Tuhan. Renungkan: Penindasan sekeras apapun tidak dapat menghambat pemberitaan Injil dan mematikan jemaat Tuhan, karena Tuhan berdaulat memampukan para hamba-Nya tetap setia. |
(0.29172445333333) | (1Ptr 1:13) |
(sh: Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan (Sabtu, 19 November 2011)) Dalam kebenaran dan kasih persaudaraanJudul: Dalam kebenaran dan kasih persaudaraan Orang percaya perlu tahu bahwa Allah Bapa adalah Hakim yang adil dan benar, sehingga tidak ada satu orang pun yang terluput dari penghakiman-Nya. Maka kita harus hidup takut akan Tuhan karena Dia telah menebus kita dari dosa dan cara hidup yang lama. Allah menebus kita bukan dengan barang yang fana, tetapi dengan darah Anak-Nya yang mahal dan tanpa cacat dan cela (18-19). Hal ini sesuai dengan rencana Bapa yang telah memilih dan mengutus Anak-Nya datang ke dalam dunia dan mati untuk menebus dosa manusia sehingga setiap kita yang percaya boleh dilahirkan dari benih firman Tuhan yang kekal. Kita juga dapat memiliki pengharapan yang teguh kepada Allah yang telah membangkitkan Anak-Nya. Iman dan pengharapan ini harus terwujud dalam perbuatan kita. Di antara saudara seiman harus saling mengasihi dengan kasih yang tulus ikhlas. Kasih demikian akan menjauhi kita dari kepura-puraan, manipulasi, keegoisan, dan kepentingan diri. Kasih demikian juga membuat kita rela berkurban dan mengasihi tanpa pamrih demi kebaikan orang lain. Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan yang begitu luar biasa dari Tuhan sudah sewajarnya menghargai dan membalas kasih Tuhan itu. Untuk itu, kita mesti hidup dalam kebenaran dan mewujudkan iman kita dengan hidup saling mengasihi termasuk mengasihi mereka yang belum percaya agar suatu hari mereka juga mengalami kasih Kristus. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
(0.29172445333333) | (1Ptr 4:7) |
(sh: Semakin giat dalam melayani (Sabtu, 23 Oktober 2004)) Semakin giat dalam melayaniSemakin giat dalam melayani. Hidup melayani Tuhan tanpa pengharapan dalam iman adalah hidup yang kurang bergairah. Dengan adanya pengharapan dalam iman ini, kita hidup dengan tujuan yang jelas yaitu pengharapan menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Seruan Petrus ini mengadopsi tradisi orang Yahudi. Orang Yahudi memiliki pemahaman bahwa kesudahan dari segala sesuatu diawali dengan periode penderitaan yang hebat, dan kesengsaraan yang tiada akhir. Oleh karena itu, Petrus menasihati jemaat untuk senantiasa tenang dan berdoa (ayat 7). Petrus mendorong supaya jemaat tetap siap sedia menantikan kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan kedua kali yang digambarkan "dekat" bukan berarti kita hanya tinggal menanti dan tidak melakukan kegiatan apa pun baik pelayanan maupun pekerjaan sehari-hari. Sebaliknya, justru Petrus mendorong jemaat untuk: Pertama, tetap memiliki kasih yang "bertumbuh" baik kepada Tuhan maupun kepada sesama manusia (ayat 8). Kedua, memberikan tumpangan kepada orang lain dengan tidak bersungut-sungut (ayat 9). Kedua hal ini sulit dilakukan karena memberikan tumpangan kepada orang lain bukanlah suatu hal yang lazim pada saat itu. Tumpangan hanya berlaku untuk sanak saudara saja. Demikian juga kasih secara manusiawi terbatas hanya pada orang dan dalam hubungan khusus. Namun, kasih Tuhan membuat jemaat menjadi satu keluarga sehingga bisa memberikan tumpangan kepada orang lain yang bukan saudara. Ketiga, agar jemaat saling melayani satu sama lain sesuai dengan karunia yang mereka miliki sehingga Tuhan dimuliakan (ayat 10-11). Kesadaran atau pengharapan tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kali memang akan berdampak konkret pada kehidupan dan pelayanan kita. Kerinduan berjumpa Dia dalam keadaan layak mendorong kita mengusahakan yang terbaik dalam segala hal. Renungkan: Menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kali seharusnya membuat kita semakin giat melayani bukannya memudar. |
(0.29172445333333) | (Why 2:1) |
(sh: Kehilangan kasih mula-mula (Rabu, 23 Oktober 2002)) Kehilangan kasih mula-mulaKehilangan kasih mula-mula. Apabila ada suatu sidang jemaat yang sangat kokoh berpegang pada ajaran yang benar, tak kenal lelah melayani Tuhan, bahkan sampai harus menderita sengsara karena Tuha, itulah jemaat Efesus. Militansi mereka bagi Tuhan tak diragukan lagi. Kecintaan mereka pada kebenaran Injil tidak kenal kompromi. Bahkanmereka mengritik pengajar-pengajar palsu dan membongkar kesesatan mereka, baik dari segi pengajaran maupun moralitas (ayat 2,6). Sungguh, mereka menjalankan amanat rasuli untuk “menguji roh” (ayat 1Yoh. 4:2, bdk. 1Tes. 5:21) yang pada galibnya berakar dari ajaran Tuhan Yesus sendiri semasa kehidupan bumiah-Nya (Mat. 7:15-20). Tuhan sendiri memuji Jemaat Efesus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu ...” (Why. 2:2a). Namun, Tuhan juga menegur keras jemaat Efesus karena ada kekurangan, yang menurut pandangan Tuhan, fatal “Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (ayat 14). Keseriusan teguran ini diperkuat dengankomentar bahwa hal meninggalkan kasih yang semula merupakan kejatuhan yang sangat dalam, serta seruan bertobat yang dibarengi dengan nubuatan hukuman bagi penolakan untuk bertobat (ayat 5). Dia yang memiliki otoritas mutlak atas Gereja sekaligus sangat menaruh perhatian terhadapnya (ayat 1b) memang tidak main-main. “Meninggalkan kasih mula-mula” atau “kasih menjadi dingin” (Mat. 24:12) bukan menunjuk pada lunturnya kasih kepada Tuhan. Mereka masih tekun melayani, mempertahankan kebenaran Injil. Bahkan menderita aniaya, sebagai rutinitas dan bukan kecintaan mereka kepada Tuhan. Juga, sering kali kecintaan kepada kebenaran, melunturkan kasih kepada sesama, dan memandangnya dari segi benar-salah semata. Suasana persekutuan yang pada mulanya begitu indah, kini berubah menjadi suasana dingan dan kaku, yang setiap saat bisa meletus dalam silang sengketa yang mengarah pada perpecahan. Renungkan: Berpegang pada kebenaran dalam kasih (Ef. 4:15) memang tidak mudah. Kita cenderung memilih salah satu. Tapi Tuan menghendaki keduanya ada dalam diri kita dan nyata dalam Gereja. |
(0.28873235) | (Kej 1:1) |
(ende) KEDJADIAN KATA PENDAHULUAN Perintjian Kitab Perdjandjian Lama Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan. Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur). "Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga. Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan. Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis". Pentjipta-pentjiptanja Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia. "Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan. Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji. Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan. Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku. Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja. Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas. Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut. Tradisi sebagai sumber bahan-bahan Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini. Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan. Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi: Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda. Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim. Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan. Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih. Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P). Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel. Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama. Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja. Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja. Bagaimana tjara membatja kitab Sutji Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita. Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja. Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji. KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN Pentateuch atau kelima Buku dari Musa. Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab). Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini. Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi. Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti. Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit. Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan. Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat. Kitab Genesis atau Kedjadian Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir. Pemerintah Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa. Sifat kedua bagian Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja. Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu. Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada. Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa. Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir. Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir. Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan. Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel. Maksud dari Fasal: 1-11 Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis. Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus. Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar). Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah? Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan. Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel. Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian. Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim? Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja. Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan. Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia. Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri. Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih. Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah. Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan. Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja. Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel. Fasal 12-50 Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi. Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu. Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih. Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka. Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja. Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua) |
(0.28873235) | (1Raj 12:28) | (jerusalem: dua anak lembu jantan) Yerobeam hanya mengejar tujuan politik melulu dan sekali-kali tidak bermaksud mengganti agama Tuhan yang tradisionil dengan suatu agama baru. Di Yerusalem tabut perjanjian menjadi lambang dan tanda kehadiran Tuhan. Sebagai pengganti tabut itu Yerusalem membuat patung lembu jantan muda. Ini bukan berhala, tetapi dianggap sebagai tumpuan kaki Tuhan yang tidak kelihatan. Dalam hal itu Yerobeam dapat mendasarkan diri pada sebuah tradisi tua yang juga tampil dalam ceritera tentang anak lembu emas di gunung Sinai, Kel 32. Ceritera dalam Kel 32 dan 1Ra 12 ini disadur oleh orang yang menentang patung-patung semacam itu. Dan Yerobeam memang membuka jalan bagi kemerosotan hebat dalam agama Tuhan yang murni, bdk Hos 13:2. Sebab patung-patung lembu jantan muda semacam itu juga melambangkan dewa Baal yang dipuji di negeri Kanaan dan di negeri-negeri sekitarnya. Selebihnya patung itu mudah dianggap sebagai gambar Tuhan sendiri dan Dekalog memang dengan keras melarang membuat patung Tuhan. Inilah "dosa Yerobeam" yang dalam kitab Raja-raja terus disebut untuk mengutuk para raja Israel yang melanjutkan ibadat yang dimulai Yerobeam. |