Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1421 - 1440 dari 1633 ayat untuk Roh (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Rm 10:16) (sh: Iman timbul dari pendengaran. (Senin, 8 Juni 1998))
Iman timbul dari pendengaran.

Banyak berita dapat didengar oleh manusia, tetapi tidak setiap berita menimbulkan iman. Seseorang menjadi percaya kepada Kristus karena mendengar firman Kristus melalui para utusan-Nya. Iman adalah tanggapan posistif yang kemudian berkembang menjadi kepercayaan yang mantap. Berapa banyak kesempatan tidak kita manfaatkan dengan benar untuk berbicara kepada siapa Tuhan pertemukan kita. Sayang sekali, pendengaran mereka kita isi dengan berita yang tidak menyangkut kebutuhan jiwa yang terutama yakni keselamatan. Mereka butuh firman Kristus, tetapi yang kita sodorkan berita lain yang juga penting, tetapi bukan yang terpenting. Mungkin kita segan, tak mempunyai keberanian atau bermasa bodoh.

Tanggapan yang menyelamatkan. Sulit sekali bagi orang Israel untuk menanggapi berita keselamatan dalam karya Kristus. Benih-benih penolakan bertumbuh subur dan kemudian membuahkan sikap yang terus menerus menentang dan membantah. Tanggapan ditentukan oleh pikiran, dan pikiran merupakan arena peperangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Hanya pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus yang peka, untuk kemudian tanggap akan setiap firman Kristus yang menyelamatkan

Renungkan: Dalam perang rohani kita perlu senjata rohani.

Doa: Karuniakan keberanian untuk memperdengarkaan firman Kristua kepada yang Tuhan tempatkan dalam lingkungan hidup kami.

(0.10) (Rm 12:1) (sh: Kemurahan Allah. (Jumat, 24 Juli 1998))
Kemurahan Allah.

Pernahkah secara mendalam kita renungkan kemurahan Allah dalam Yesus Kristus? Begitu luas, dalam, hebat kemurahan Allah. Dengan mengorbankan Putra-Nya, Allah telah menebus, mengampuni dan membuat kita selamat bahagia. Sudah selayaknya bila sekarang kita bersyukur dengan mempersembahkan tubuh, yaitu seluruh keberadaan kita kepada-Nya.

Yang hidup, kudus dan berkenan. Persembahan yang bagaimanakah yang layak kita berikan sebagai syukur atas korban penyelamatan Yesus? Persembahan tubuh yang hidup, yaitu seluruh hidup dan kapasitas kita. Juga persembahan yang kudus, yaitu bahwa seluruh kehidupan kita sudah dikhususkan bagi kemuliaan Nama Tuhan, sehingga berbuahkan moralitas yang memuliakan Allah. Juga persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Itulah ibadah yang sejati.

Pembaruan budi. Ibadah sejati pasti akan menghasilkan pola pikir yang serasi dengan kebenaran Allah. Ibadah yang benar harus dilakukan dalam roh (yang telah dibarui Tuhan dan diwujudkan dalam persembahan totalitas hidup bagi-Nya) dan kebenaran (hidup yang dibangun sesuai dengan tingkat pengertian tentang kebenaran firman Tuhan). Itulah hidup yang Tuhan ingin, agar memancar dalam kita. Kristen tidak boleh hidup yang kompromi dengan dunia yang jahat ini.

(0.10) (Rm 14:13) (sh: Jangan membuat jatuh orang lain. (Jumat, 31 Juli 1998))
Jangan membuat jatuh orang lain.

Sikap benar sendiri, merasa lebih rohani, cenderung merendahkan orang, bisa sangat merusakkan persekutuan Kristen. Misalnya, bila Anda makan makanan yang dianggap haram oleh saudara seiman, yang berasal dari keyakinan yang menolak kebiasaan itu. Atau bila Anda menyukai jenis hiburan yang orang lain menganggapnya duniawi. Bila pertimbangan Anda hanyalah kesukaan dan pemahaman Anda saja, orang lain yang berbeda akan tersandung, sehingga akibatnya buruk: imannya tergoncang, keutuhan persaudaraan iman ikut goyah.

Ada yang lebih penting. Yang remeh harus tetap remeh. Masalah makanan, hari, dan seterusnya tidak boleh diberi tempat utama dalam hidup berjemaat. Masih banyak masalah yang jauh lebih penting: menegakkan kebenaran, hidup dalam damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Orang yang lebih dewasa rohani, seharusnya makin mampu menyangkali diri, bukan makin egois dan tak peduli. Bila ada dari gaya hidup kita yang berpotensi menimbulkan dampak negatif, kita harus bersikap dewasa. Menyenangkan Kristus, membangun iman orang lain, menjaga keutuhan persaudaraan iman adalah lebih penting daripada menyenangkan perut atau kebiasaan hidup kita lainnya.

Doa: Berilah kebijaksanaan kepadaku untuk mengutamakan kehendak-Mu.

(0.10) (1Kor 1:26) (sh: Dalam pengaruh duniawi (Minggu, 31 Agustus 2003))
Dalam pengaruh duniawi

Di jemaat Korintus ada dua jenis pandangan yang menganggap salib adalah suatu kebodohan. Pertama, pandangan Yunani. Mereka yang begitu mengutamakan ilmu pengetahuan dan filsafat tidak percaya jika Kristus yang tersalib itu bangkit. Kedua, pandangan Yahudi. Mereka yang mengutamakan kuasa Allah, tidak percaya jika Yesus yang dianggap Mesias, mati di salib. Sebab menurut persepsi dan harapan mereka Mesias itu kuat, tangguh dan perkasa.

Paulus melihat bahwa jemaat Korintus masih dipengaruhi pandangan- pandangan tersebut. Ini harus dibereskan. Karena itu Paulus mengingatkan beberapa hal kepada jemaat Korintus: pertama, bahwa pemberitaan salib, kematian dan kebangkitan Kristus adalah pusat pemberitaan Injil. Kedua, bahwa untuk orang dimungkinkan mengenal Allah, haruslah melalui pemberitaan Injil. Ketiga, di dalam pemberitaan Injil, manusia akan menemukan kekuatan Allah yang sungguh nyata mengalahkan dosa dan maut serta mengaruniakan hidup kekal bagi yang percaya (ayat 25).

Nasihat Paulus ini juga diperuntukkan bagi kita, orang-orang percaya masa kini, sebab ada banyak pengajaran yang mencoba melencengkan pusat iman kita bukan kepada Kristus. Seperti halnya jemaat Korintus, kita pun harus menghayati salib Kristus secara sungguh. Dan itu hanya dimungkinkan melalui pengajaran firman Tuhan dan pencerahan Roh Kudus.

Renungkan: Hanya orang-orang yang dipilih dan dilimpahi karunia-karunia-Nya sajalah yang dimampukan untuk merespons pemberitaan Injil.


Bacaan untuk Minggu ke-13 sesudah Pentakosta

Yesaya 56:1-7; Roma 11:13-16,29-23; Matius 15:21-28 Mazmur 67

Lagu KJ 249

(0.10) (1Kor 14:26) (sh: Ibadah perlu aturan. (Rabu, 10 September 1997))
Ibadah perlu aturan.

Ibadah ditujukan kepada Allah, untuk memuliakan dan menyukakan Dia, bukan kita. Semakin ibadah kita menyukakan Allah, semakin ibadah itu akan berdampak positif pula pada pendewasaan dan kesukaan hidup umat. Niat baik tidak dengan sendirinya menjamin bahwa cara kita beribadah akan benar pula. Itu sebabnya ibadah pun perlu aturan. Aturan itu tidak dibuat untuk menghambat melainkan untuk membangun ibadah yang benar di hadapan Allah.

Tertib saling membangun. Berjumpa Tuhan adalah suatu kesukaan yang tak terperikan. Karena itu, ibadah pastilah bersuasana gembira dan spontan. Namun Allah juga adalah Allah yang kudus dan tertib. Karena itu, ibadah pastilah bersuasana tertib dan hormat. Aturan yang Paulus berikan ditujukan untuk membangun suasana demikian. Dalam ibadah harus selalu terjadi pelayanan berbagai karunia rohani oleh masing-masing warga jemaat. Namun harus bergiliran tertib.

Renungkan: Bila mengutamakan kemanusiaan, ibadah selalu akan cenderung spontan tidak tertib atau tertib tanpa gairah dan keterlibatan.

Doa: Ya Roh Kudus, tuntunlah kami beribadah secara tertib dan terbuka untuk saling membangun.

(0.10) (1Kor 15:45) (sh: Allah berkuasa. (Kamis, 30 Oktober 1997))
Allah berkuasa.

Banyak orang berpikir materialistis, seolah manusia hanya materi belaka. Sesudah mati, tubuh menjadi busuk, semua zat kimiawi mayat itu melebur dengan tanah, habis sudah sang manusia. Paulus mengajak kita berpikir lain. Bukankah semua zat dan semua hidup dalam alam semesta ini Allah yang menciptakannya? Mengapa Allah yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada, tidak mampu menghidupkan yang telah mati untuk hidup kembali? Lagi pula bukankah Kristus sudah bangkit? Dialah yang akan menjadi Roh yang menghidupkan dan memberikan hidup rohani dalam kebangkitan.

Kita sedang menuju sorga. Kebangkitan menjadi dasar untuk kita tidak memperhitungkan hidup hanya secara duniawi. Kita memiliki faktor lain untuk diperhitungkan, yaitu kuat kuasa Allah. Hidup yang sementara ini bukan impian, tetapi pengalaman riil yang mengandung arti kekal. Hidup kekal kelak pun bukan hanya impian tetapi sesuatu yang riil. Oleh kebangkitan-Nya kita semua sedang menuju ke sana. Sorga bukan lagi hal yang muskil dan jauh, karena pasti akan kita jelang dan oleh-Nya kini kita sudah berada dalam suasana kemuliaan-Nya.

Renungkan: Karena tubuh rohani itu benar, mengapa kita hanya mengandalkan sumber-sumber jasmani yang sementara sifatnya?

(0.10) (2Kor 3:1) (sh: Surat Pujian. (Sabtu, 05 September 1998))
Surat Pujian.

Dulu sampai sekarang, surat rekomendasi atau surat pujian itu penting dan berarti. Dengannya seseorang dapat dinilai keandalannya. Rasul Paulus menganggap bahwa surat seperti itu tidak ia perlukan, baik untuk mereka maupun dari mereka (ayat 2). Menurutnya, bukti pelayanannya yaitu keberadaan dan kehidupan jemaat Korintus sendiri sebagai bukti "tertulis" yang paling jelas (ayat 3). Surat pujian atau surat rekomendasi janganlah cenderung membuat orang meninggikan diri, lalu melupakan Allah yang menjadi sumber kekuatan dalam meraih keberhasilan tersebut (ayat 5).

Jemaat adalah surat Kristus. Jemaat adalah hasil pekerjaan tangan Allah sendiri. Kristus sendirilah yang menuliskan firman-Nya dalam hati para anggota jemaat melalui pekerjaan Roh Kudus (ayat 3b). Akibatnya, hidup dan kasih Kristus akan terbaca oleh orang lain jika mereka melihat jemaat. Jelaslah tak ada seorang pun mampu menghasilkan karya rohani ini. Siapakah hamba Tuhan yang sanggup mengubah hidup orang, menuliskan firman yang terpancar dalam kehidupan orang yang dilayaninya?

Renungkan: Semakin kita membesarkan Kristus semakin Kristus akan nyata dalam hasil pelayanan kita. Semakin kita membesarkan diri semakin samar Kristus dalam pelayanan kita dan dalam hidup orang yang kita layani.

Doa: Ya Tuhan Yesus, jadikanlah kami ini "surat Kristus" yang terbaca oleh semua orang.

(0.10) (2Kor 4:16) (sh: Pengharapan yang menguatkan. (Rabu, 09 September 1998))
Pengharapan yang menguatkan.

Secara manusiawi Paulus lemah, tetapi secara rohani dengan setia Allah menyertai dan menguatkan perjuangan iman dan pelayanannya (ayat 16-17). Sekalipun daya fisik Paulus makin menurun, baik karena usia maupun penderitaan yang terus menerus, namun semangatnya menginjili tetap menyala-nyala. Mengapa? Karena dia sangat yakin bahwa di balik semua penderitaan ini kelak tersedia kemuliaan dari Tuhan (ayat 17). Bagi orang yang berorientasi pada upah yang kelihatan, seperti uang, materi dan lain-lain, ucapan Paulus ini omong kosong, tetapi bagi orang percaya, harapan itu benar (bdk. ">Rm. 5:2). Semangat dan harapan demikian harus tetap dipegang oleh pengikut Kristus.

Kehendak Tuhan makin nyata. Di dalam penderitaannya Paulus mengalami banyak berkat rohani. Ia belajar mengandalkan kekuatan rohani, bukan jasmaninya. Ia juga makin memusatkan perhatian kepada harapan surgawi, bukan pada gemerlap duniawi (ayat 5:1" context="true">1). Sementara menanti penggenapan janji itu, ia sudah mengalami "uang mukanya" dalam bentuk kuasa Roh (ayat 5). Dengan demikian ia belajar hidup dan melayani dalam iman bukan dalam penglihatan. Ia tahu, rumah kekalnya adalah surga, bukan dunia yang menuju kebinasaan ini (ayat 8b).

Renungkan: Siapa yang kita puaskan dalam pelayanan kita?

Doa: Berikan kami hati yang taat kepada kehendak-Mu.

(0.10) (Flp 2:1) (sh: Murid Kristus mengutamakan orang lain. (Selasa, 27 Oktober 1998))
Murid Kristus mengutamakan orang lain.

Orang Kristen hendaknya mengutamakan orang lain, sehati, sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan (ayat 1-4). Paulus ingin orang percaya di Filipi berbeda dari orang yang tidak percaya, yang hanya mementingkan diri sendiri. Di dalam Kristus, egoisme, individualisme tidak mendapat tempat. Sebaliknya di dalam Kristus orang akan rela untuk saling menasehati, menghiburkan, bersekutu dalam Roh, mengobarkan kasih mesra dan belas kasihan.

Hidup Yesus memberdayakan jemaat. Jemaat ada, Kristen beroleh iman dan jatidirinya disebabkan oleh langkah-langkah ketaatan Yesus Kristus seperti yang nyata di dalam inkarnasi, kematian dan kebangkitan-Nya. Pengosongan diri Kristus itu telah memungkinkan terwujudnya keselamatan (ayat 5-10). Pengosongan diri Kristus itu hendaknya kini memberdayakan semua Kristen untuk memiliki prinsip hidup yang sama secara nyata. Hidup Kristus itu berkuasa untuk mengubah kita yang beriman kepada-Nya untuk menolak pementingan diri sendiri, demi untuk menyukakan hati Allah.

Renungkan: Semangat Kristus adalah melayani, bukan dilayani. Adakah semangat demikian dalam hidup kita?

(0.10) (1Tes 1:2) (sh: Pilihan Allah. (Selasa, 11 November 1997))
Pilihan Allah.

Warga jemaat di Tesalonika adalah orang-orang yang tadinya menyembah berhala-berhala. Namun Tuhan telah memimpin Paulus untuk mengabarkan Injil di sana (bdk. Kis. 16:4-12). Ternyata seperti orang di Filipi, Tesalonika pun memberikan respons positif. Pertobatan mereka menjadi kesaksian yang hidup ke seluruh Asia (ayat 8-10). Injil yang datang dengan kuat kuasa Roh itu telah mengubah mereka (ayat 9), membuat hidup mereka dicirikan dengan tiga hal utama: pekerjaan iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan (ayat 3). Buah-buah nyata itulah menurut Paulus merupakan bukti bahwa Allah telah memilih mereka.

Keajaiban karunia Allah. Adalah wajar bila pikiran kita tidak mampu menjangkau seluruh keajaiban pikiran dan jalan-jalan Allah. Ajaran tentang pemilihan yang Paulus bicarakan di sini (juga mis.: di 1:4">Ef. 1:4) bukan spekulasi manusia tetapi wahyu Allah. Intinya menegaskan manusia tidak layak, maka keselamatan adalah kasih karunia Allah semata. Pilihan membuat manusia tunduk diri dan meninggikan Allah saja. Pilihan membuat orang percaya aman, sebab keselamatan bukan tergantung pada dirinya tetapi pada Allah. Namun pilihan didukung oleh adanya bukti iman, harap, kasih, tobat, kesaksian yang hadir nyata dalam diri orang pilihan.

(0.10) (1Tes 4:1) (sh: Kudus itu indah. (Sabtu, 15 November 1997))
Kudus itu indah.

Setahun sekali Presiden memberikan anugerah adipura kepada kota yang dinilai bersih. Kota yang bersih dan ditata dengan baik pastilah merupakan kota yang nyaman untuk didiami. Beda halnya dengan kota yang jorok dan semrawut. Pasti kita tidak akan merasa betah tinggal di dalamnya. Secara terbatas kekudusan dapat digambarkan seperti kebersihan. Hanya kini kita bicara bukan tentang kebersihan secara fisik tetapi secara moral. Orang Kristen harus memiliki hidup nikah yang kudus (ayat 3,4), dan hidup sehari-hari yang tulus (ayat 6). Hidup kudus adalah akibat dari mengalami panggilan Allah yang kudus dan didiami oleh Roh Kudus.

Kasih itu indah. Ciri lain dari umat Tuhan ialah hidup dalam persekutuan kasih yang hangat. Menurut Paulus, jemaat di Tesalonika telah belajar kasih dari Allah. Itu berarti kasih yang seharusnya ada di kalangan anak-anak Tuhan adalah akibat bekerjanya kasih karunia Allah dalam hidup mereka. Paulus ingin agar hal indah itu tidak sekadar ada tetapi dipraktekkan lebih sungguh dalam kehidupan jemaat Tesalonika.

Renungkan: Tidak ada hal yang lebih memancarkan kemuliaan Allah dalam kehidupan orang percaya, selain hidup yang kudus dan penuh kasih.

(0.10) (1Tes 5:23) (sh: Tampil layak bagi Kristus. (Rabu, 19 November 1997))
Tampil layak bagi Kristus.

Hubungan orang beriman sebagai Gereja atau umat Tuhan dengan Kristus, diumpamakan seperti pengantin perempuan dan pengantin pria (bdk. 2Kor.11:2). Baik pengantin wanita maupun pria, sama-sama ingin pasangannya dalam keadaan murni, indah, pada hari pernikahannya, bukan? Demikianlah Kristus ingin pada kedatangan-Nya kelak, kita dalam keadaan kudus. Allah sendiri menguduskan kita seluruhnya sebagai Gereja dan seutuhnya sebagai pribadi dengan segala kapasitas kita (ayat 23).

Teruskan firman Allah. Allah bukan saja ingin agar Gereja-Nya sempurna, tetapi juga berkembang dan bertumbuh secara dinamis. Dua hal yang Paulus singgung mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kehidupan Gereja. Pertama, kehidupan doa Gereja (ayat 25). Gereja yang berdoa syafaat adalah gereja yang tumbuh. Kedua, persekutuan dalam firman (ayat 27). Gereja yang warganya diajar dan saling berbagi firman adalah gereja yang menyala-nyala bagi Tuhan oleh api kebenaran-Nya.

Renungkan: Tuhan memproses Gereja-Nya untuk menjadi Gereja yang kudus, am, dan rasuli secara sempurna pada Hari kedatanganNya. Terbukalah bagi operasi Roh-Nya

Doa: Mampukan kami menjadi Gereja sesuai dengan ideal Tuhan.

(0.10) (2Tes 2:13) (sh: Pengharapan orang-orang pilihan. (Selasa, 20 Oktober 1998))
Pengharapan orang-orang pilihan.

Sesudah berbicara tentang penghukuman, Paulus mengucap syukur. Mengapa? Karena ia yakin bahwa gereja di Tesalonika tidak akan dihukum, sebab Tuhan mengasihi mereka (ayat 12). Buktinya, mereka telah dipilih, diselamatkan, dan dikuduskan oleh Roh Kudus di dalam kebenaran Injil Yesus Kristus (ayat 13, 14). Gereja, termasuk semua orang yang beriman dan taat kepada Yesus Kristus, diuntukkan Allah untuk menerima kemuliaan, bukan untuk menerima kebinasaan (ayat 14). Patutlah kita bersyukur.

Pentingnya Ajaran yang benar. Pengalaman rohani dalam iman Kristen bermakna karena pengalaman itu bersumber pada kebenaran. Apabila keteguhan iman Kristen disandarkan pada pengalaman belaka, iman itu akan melemah dan goyah ketika pengalaman buruk seperti aniaya terjadi. Satu-satunya jalan agar iman Kristen kita dapat kokoh teguh dalam keadaan bagaimana pun ialah dengan mengalaskan iman dan pengalaman kita atas ajaran yang benar.

Renungkan: Yesus adalah Firman kebenaran. Kita kenal Dia secara akrab hanya bila kita bersedia menjadikan seluruh kebenaran Alkitab menjadi sumber dan dasar dari sikap, pola pikir, pertimbangan dan kelakuan kita sehari-hari.

(0.10) (2Tes 3:1) (sh: Mendoakan hamba Tuhan. (Rabu, 21 Oktober 1998))
Mendoakan hamba Tuhan.

Tanpa segan Paulus meminta dukungan doa jemaat di Tesalonika bagi tugas pewartaan Injil yang dilakukannya di tempat lain; juga supaya Paulus diluputkan dari perlakuan buruk orang yang membenci Injil (ayat 1-2). Pelayanan Kristen adalah perjuangan rohani. Semua yang terlibat dalam pewartaan Injil dan tugas pelayanan lainnya perlu kuasa rohani. Di dalam pelayanan ada risiko orang menolak bahkan membenci kebenaran Tuhan. Kenyataan itu kini kita alami di negara kita. Mari kita dapatkan kekuatan rohani dalam kehidupan doa yang sungguh, menjalinkan diri satu kepada lain, ke dalam Tuhan.

Bertindak sesuai ajaran. Kekuatan rohani untuk menghadapi berbagai pencobaan dan kesulitan hidup adalah akibat Kristen melakukan ajaran kebenaran dalam Alkitab (ayat 4-5). Dulu, Paulus dan para rasul lain telah menyampaikan pesan-pesan mereka dalam urapan Roh Kudus. Kini pesan-pesan rasuli yang menjadi salah satu tiang penyangga Gereja Tuhan itu, kita temui dalam Alkitab. Jika gereja Tuhan masa kini ingin kokoh teguh menghadapi mayoritas orang yang makin memusuhi Injil, gereja harus mengenal kebenaran Alkitab dan menaatinya penuh.

(0.10) (Why 3:14) (sh: Laodikia (Minggu, 21 Desember 2003))
Laodikia

Problema jemaat Laodikia adalah kesombongan karena merasa telah memiliki segalanya. Bagi mereka kekayaan dan kemakmuran adalah suatu tanda dan bukti bahwa Allah berkenan dan memberkati kehidupan mereka (ayat 17). Bagaimana pendapat Allah tentang sikap mereka?

Pada surat ini kita tidak membaca nuansa kesedihan, ataupun kemarahan, melainkan kemuakan. Ya, Kristus muak terhadap jemaat yang sudah merasa diri cukup dan tidak kekurangan apa-apa! Kristus akan memuntahkan mereka dari mulut-Nya. Jemaat ini sangatlah patut untuk dikasihani. Mengapa? Karena mereka menilai diri mereka terlalu tinggi dan membangun kepercayaan diri di atas kekuatan manusia. Namun, kita tetap menjumpai Kristus yang tetap penuh dengan kelemah-lembutan, kesabaran dan cinta kasih, karena sekalipun Dia muak, Dia masih menunggu pertobatan jemaat.

Tuhan menasihatkan supaya mereka membeli dari pada-Nya emas yang telah dimurnikan dalam api. Ini menunjuk kepada kehidupan kristiani yang sudah teruji kemurniannya. Pakaian putih, menjelaskan tentang kesempurnaan kebenaran Kristus dan bukan kebenaran atau kesalehan manusia yang diibaratkan seperti kain kotor di hadapan Allah. Minyak untuk melumas mata, menjelaskan tentang pencerahan atau iluminasi dari Roh Kudus, agar manusia dapat melihat serta menilai segala sesuatu dengan benar.

Renungkan: Tuhan tidak akan membenarkan sikap kita yang memenuhi segala kebutuhan dengan kekuatan sendiri.

(0.09) (Kel 14:31) (ende)

Penjeberangan laut Merah dalam keadaan sangat berbahaja ini salah satu peristiwa sedjarah jang terpenting dalam riwajat umat Israel. Dalam peristiwa ini Tuhan mewahjukan MahakuasaNja jang menjelamatkan serta maksudNja jang istimewa mengenai umatNja. Sangat mungkin sementara itu sebab musabab alam-kodrati berperanan djuga. Misalnja: angin Timur (aj.21)(Kel 14:21), demikian pula awan dan api (aj.20,24)(Kel 14:20,24). Akan tetapi kalau peristiwa ini kita terangkan setjara kodrati belaka, kita tidaklah menangkap maksud pengarang sutji, pun djustru tidak memahami apa jang menjebabkan tjerita ini begitu penting bagi iman kita.

Pertama-tama sangat djelaslah dalam riwajat ini tjampurtangan Tuhan sendiri ditekankan. Kemudian "angin Timur" tidak menundjukkan sebab kodrati semata-mata, melainkan serta merta mentjamkan karja Tuhan sendiri (Demikian pula halnja dengan awan dan api; lihat Kel 13:21 tjatatan).

Angin (ruah) memperingatkan kita akan Roh Allah, jang pada pentjiptaan alam melajang diatas air, dan jang kemudian memisahkan air dari daratan (Kej 1:2:9; bandingkan djuga dengan pemisahan terang dari gelap: dan pemisahan umat Israel dari rakjat Mesir: (Kel 14:20). Ini kita ketemukan djuga dalam tjerita air bah (Kej 8:1). Dalam Hos 13:15 angin Timur (qadim) sedjadjar dengan nafas Jahwe (ruah).

Angin dilukiskan sebagai alat Mahakuasa Tuhan djuga dalam Maz 104:3-4; Yer 10:13; Yeh 37:9 (hubungan antara roh dan angin). Dalam teks-teks bertjorak eskatologis-apokaliptis (mentjantum ramalan-ramalan tentang djaman terachir), jang ada persamaannja dengan teks-teks pentjiptaan, angin adalah Mahakuasa tuhan jang mengatur menjusun segala-galanja, dan berlawanan dengan keadaan katjau-balau. Salah-satu kekuasaan-pengatjau jang terpenting ialah laut beserta binatang-binatang isinja jang dahsjat (Maz 74:12-15; 89:10-11; Ayu 3:8; Yeh 27:1 bandingkan Kel 14:21 : Jahwe membendung arus laut). Djadi pada penjeberangan Laut Merah ini Jahwe seakan-akan mengulangi karjanja menjusun tjiptaanNja (demikian dengan djelasnja dalam Maz 77:17-20 dan Yes 51:9-10; binatang laut jang dahsjat itu kekuasaan-pengatjau dan sekaligus lambang Mesir). Djadi umat Israel dibebaskan oleh kekuasaan jang hanja dimiliki Tuhan sendiri.

Pengungsian dari Mesir dan pembebasan dari perbudakan ini mempunjai arti jang lebih dalam djuga, jakni pertobatan dari dosa, perubahan rohani dari hidup tanpa Tuhan mendjadi umat Tuhan, jang seutuh-utuhnja pertjaja akan Tuhan. Perubahan sikap hidup inilah maksud dan tudjuan pokok dari pembebasan jang serba mengagumkan itu (lih. aj.31)(Kel 14:31).

Perdjalanan menjeberangi air dalam Kitab Sutji tetap melambangkan Keselamatan dan harapan akan Keselamatan (bandingkan Kej 8:22 tjatatan). Demikianlah penjeberangan ini melambangkan baptis: melalui air kita diselamatkan, dan bersama Kristus kita bangkit memulai hidup baru mendjadi umat Tuhan. (Mat 3:13-17 par: Jesus sebagai Israel baru, sekaligus djuga menundjukkan baptis; 1Ko 10:2,6)

(0.09) (2Sam 11:2) (full: TAMPAK KEPADANYA ... SEORANG PEREMPUAN. )

Nas : 2Sam 11:2

Pasal 2Sam 11:1-24:25 mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.

  1. 1) Kisah dosa-dosa dan aneka tragedi yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang percaya PB, bukan hanya untuk bangsa Israel. Mengenai aneka peristiwa yang mirip pada masa keluaran, Roh Kudus melalui Paulus menekankan, "Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1Kor 10:11); oleh karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak menginginkan hal-hal jahat, bertindak mesum, dan mencobai Tuhan (bd. 1Kor 10:6-9).
  2. 2) Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan Roh Kudus. Ketika Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang berkenan di hati Allah (1Sam 13:14; Kis 13:22); akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil istrinya, Daud telah menghina Allah dan firman-Nya (2Sam 12:9-10; bd. 1Kor 10:12).
  3. 3) Sekalipun Daud bertobat dari dosa-dosanya dan menerima pengampunan Allah, Allah tidak meniadakan akibat dosanya. Demikian pula, seorang percaya mungkin melakukan dosa-dosa yang hebat, dan kemudian melalui dukacita menurut kehendak Allah dan pertobatan yang sungguh-sungguh menerima kasih karunia dan pengampunan Allah. Sekalipun demikian, pulihnya hubungan seorang dengan Allah tidaklah berarti bahwa orang itu akan lolos dari hukuman jasmani atau dibebaskan dari dampak-dampak dosa tertentu (ayat 2Sam 11:10-11,14).
  4. 4) Allah tidak memaafkan dan mengampuni dosa-dosa Daud dengan alasan bahwa Daud itu manusia biasa, bahwa dosa-dosanya hanyalah sekedar kelemahan atau kegagalan manusiawi, atau bahwa dapatlah dimaklumi sebagai raja ia bisa mengambil jalan kejahatan dan kekejaman. Peristiwa-peristiwa yang tercatat menunjukkan bahwa Daud tidak perlu melakukan semuanya itu. Bahkan dengan penebusan perjanjian yang lama yang belum sempurna, orang seperti nabi Samuel menunjukkan suatu kesetiaan dan iman yang tekun kepada Allah dengan kasih karunia yang tersedia bagi mereka (bd. 1Sam 12:1-5,23;

    lihat cat. --> 1Sam 25:1).

    [atau ref. 1Sam 25:1]

    Penulis kitab ini dengan jelas menyalahkan dan bukan memaafkan semua pelanggaran besar Daud.
  5. 5) Reaksi yang benar terhadap dosa ialah bertobat dengan sungguh-sungguh, menghampiri Allah untuk menerima pengampunan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya (Mazm 51:1-21; Ibr 4:16; 7:25), serta bersedia menerima hukuman Allah tanpa dendam atau pemberontakan. Daud menyadari dan mengakui dosa-dosanya yang hebat, mengarahkan kembali hatinya kepada Allah dan menerima teguran Allah dengan kerendahan hati (2Sam 12:9-13,20; 16:5-12; 24:10-25; Mazm 51:1-21).
(0.09) (Mat 1:23) (full: ANAK DARA ... MELAHIRKAN SEORANG ANAK LAKI-LAKI. )

Nas : Mat 1:23

Baik Matius maupun Lukas setuju bahwa Yesus Kristus dikandung oleh Roh Kudus (ayat Mat 1:18; Luk 1:34-35) dan lahir dari seorang perawan tanpa campur tangan seorang ayah manusia. Sudah bertahun-tahun doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan ini disanggah oleh para teolog liberal. Akan tetapi, tidak dapat disangkal bahwa nabi Yesaya sudah bernubuat tentang seorang anak yang lahir dari seorang perawan, anak yang akan dinamakan "_Imanuel_", suatu istilah Ibrani yang berarti "Allah menyertai kita" (Yes 7:14). Nubuat ini sudah disampaikan sekitar 700 tahun sebelum Yesus dilahirkan.

  1. 1) Istilah "anak dara" (perawan) dalam Mat 1:23 ini merupakan padanan yang tepat dari istilah Yunani _parthenos_ yang terdapat dalam versi Septuaginta di Yes 7:14. Kata anak dara dalam bahasa Ibrani (_almah_) yang dipakai oleh Yesaya menunjuk kepada seorang gadis yang sudah cukup umur untuk menikah dan dalam PL tidak pernah dipakai untuk gadis yang tidak perawan lagi (bd. Kej 24:43; Kid 1:3; 6:8). Dengan demikian, Yesaya dalam PL dan Matius serta Lukas dalam PB sama-sama menyatakan bahwa ibu Yesus adalah seorang perawan (Yes 7:14).
  2. 2) Pentingnya kelahiran dari seorang perawan tidak dapat dititikberatkan secukupnya. Agar Sang Penebus dapat memenuhi syarat untuk menanggung hukuman karena dosa kita dan membawa keselamatan, maka di dalam dirinya Ia harus sepenuhnya manusia, tidak berdosa dan sepenuhnya ilahi (Ibr 7:25-26). Kelahiran Yesus dari seorang perawan memenuhi ketiga syarat ini.
    1. (a) Satu-satunya cara Yesus dapat lahir sebagai manusia ialah dengan lahir dari seorang wanita.
    2. (b) Satu-satunya cara Ia dapat lahir tanpa dosa ialah dengan cara dikandung oleh Roh Kudus (Mat 1:20; bd. Ibr 4:15).
    3. (c) Satu-satunya cara Ia dapat sepenuhnya Ilahi adalah dengan Allah sendiri selaku Bapa-Nya. Oleh karena itu Yesus tidak dikandung secara alamiah, melainkan secara adikodrati, "anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk 1:35). Karena itu Yesus Kristus dinyatakan kepada kita sebagai satu pribadi ilahi dengan dua tabiat -- ilahi dan manusiawi tanpa dosa.
  3. 3) Dengan hidup dan menderita selaku manusia, Yesus turut merasakan kelemahan kita (Ibr 4:15-16). Sebagai Anak Allah yang ilahi, Ia berkuasa untuk melepaskan kita dari perbudakan dosa dan kuasa Iblis (Kis 26:18; Kol 2:15; Ibr 2:14; 4:14-16; 7:25). Sebagai ilahi dan manusiawi, Ia memenuhi syarat untuk menjadi korban karena dosa setiap orang, dan menjadi Imam Besar yang memohon syafaat untuk semua orang yang datang kepada Allah (Ibr 2:9-18; 5:1-9; 7:24-28; 10:4-12).
(0.09) (Mat 4:10) (full: IBLIS. )

Nas : Mat 4:10

Iblis (dalam bahasa Ibrani artinya "penuduh" atau "musuh") merupakan penghulu malaikat yang diciptakan dengan sempurna dan baik. Ia ditunjuk untuk melayani takhta Allah; namun sebelum dunia dijadikan, ia memberontak dan menjadi musuh besar Allah dan manusia (Yeh 28:12-15).

  1. 1) Ketika memberontak kepada Allah, Iblis mengajak sekelompok malaikat yang lebih rendah tingkatnya (Wahy 12:4) yang sesudah kejatuhannya barangkali dapat dikenal sebagai setan-setan atau roh-roh jahat

    (lihat art. KUASA ATAS IBLIS DAN SETAN-SETAN).

    Iblis dan banyak anak buahnya ini kemudian dibuang ke bumi dan angkasa di sekitarnya dan menjalankan pekerjaan mereka di lingkungan itu atas izin Allah.
  2. 2) Iblis, juga dikenal dengan nama "si ular", telah menyebabkan kejatuhan umat manusia (Kej 3:1-6;

    lihat cat. --> 1Yoh 5:19).

    [atau ref. 1Yoh 5:19]

  3. 3) Kerajaan Iblis (Mat 12:26) adalah suatu kerajaan kejahatan yang sangat teratur dan menguasai kerajaan angkasa (Ef 2:2), malaikat-malaikat yang telah jatuh (Mat 25:41; Wahy 12:7), umat manusia yang belum dilahirkan kembali (ayat Mat 4:8-9; Yoh 12:31; Ef 2:2) dan dunia ini (Luk 4:5-6; 2Kor 4:4;

    lihat cat. --> 1Yoh 5:19).

    [atau ref. 1Yoh 5:19]

    Iblis tidak mahakuasa, mahahadir atau mahatahu; oleh karena itu sebagian besar kegiatannya ditugaskan kepada setan-setan (Mat 8:28; Wahy 16:13-14;

    lihat cat. --> Ayub 1:12).

    [atau ref. Ayub 1:12]

  4. 4) Yesus datang ke bumi ini untuk membinasakan segala perbuatan Iblis (1Yoh 3:8), mendirikan Kerajaan Allah dan membebaskan kita dari kuasa Iblis (Mat 12:28; Luk 4:18; 13:16; Kis 26:18). Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus sudah mulai mengalahkan Iblis dan dengan demikian memastikan kemenangan mutlak Allah atasnya (Ibr 2:14).
  5. 5) Pada akhir zaman Iblis akan dikurung di dalam jurang maut selama 1000 tahun (Wahy 20:1-3). Setelah dibebaskan ia akan berusaha untuk terakhir kalinya menggulingkan Allah; hal ini akan mengakibatkan kekalahan Iblis terakhir sehingga ia dicampakkan ke dalam lautan api yang menyala-nyala (Wahy 20:7-10).
  6. 6) Pada saat ini Iblis berperang melawan Allah dan umat-Nya (Ayub 1:1-2:13; Ef 6:11-18) serta berusaha untuk menjauhkan orang percaya dari kesetiaan kepada Kristus (2Kor 11:3) dan membawa mereka ke dalam dosa dan perbudakan kepada sistem dunia (bd. 2Kor 11:3; 1Tim 5:15; 1Yoh 5:16). Orang percaya harus senantiasa berdoa agar mereka dibebaskan dari Iblis (Mat 6:13), waspada terhadap segala tipu muslihat dan pencobaan Iblis (Ef 6:11), serta melawan dia melalui peperangan rohani, sementara tetap tegak di dalam iman (Ef 6:10-18; 1Pet 5:8-9).
(0.09) (Mat 9:17) (full: ANGGUR YANG BARU ... KE DALAM KANTONG KULIT YANG TUA. )

Nas : Mat 9:17

Ada bermacam-macam tafsiran mengenai ayat ini. Dua pandangan adalah:

  1. 1) "Anggur yang baru" adalah sari buah anggur yang segar. Pada saat sari buah itu mulai memuai, maka kantong kulit yang baru akan mengembang namun tidak akan koyak, sedangkan kantong kulit yang lama akan pecah. "Anggur yang baru" melambangkan Injil yang mengembang dan mengadakan perubahan yang tidak dapat ditahan oleh Yudaisme kuno. Akan tetapi pandangan ini kurang dapat diterima karena mereka yang mengenal proses fermentasi sari buah anggur mengatakan bahwa kantong kulit yang terbaru dan yang terkuat sekalipun apabila ditutup tetap akan pecah akibat kehebatan proses fermentasi itu (lih. Ayub 32:19).
  2. 2) Penafsiran yang kedua mengatakan bahwa perumpamaan ini menekankan pentingnya memelihara baik anggur yang baru maupun kantong kulit yang baru.
    1. (a) "Anggur yang baru" merupakan sari buah anggur segar yang belum beragi, yang melambangkan berita keselamatan yang asli dari Yesus Kristus dan kuasa Roh Kudus yang disalurkan pada hari Pentakosta. Perhatian terutama Yesus ialah bahwa Injil yang asli dan kuasa penebusan Roh Kudus tetap terpelihara dari semua perubahan atau pencemaran. Penafsiran ini didukung oleh perhatian Kristus agar Injil (anggur yang baru) tidak diubah oleh ajaran (ragi) orang Farisi dan Yudaisme (ragi merupakan zat yang mengadakan fermentasi atau perubahan; bd. Mat 16:6,12; Kel 12:19; 1Kor 5:7).
    2. (b) Pada zaman dahulu, untuk menjaga agar sari buah anggur tetap manis untuk jangka waktu tertentu, orang akan menyaring atau mendidihkan sari buah tersebut, memasukkannya ke dalam botol lalu menempatkannya di suatu tempat yang sejuk

      (lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (1)

      lihat art. ANGGUR PADA ZAMAN PERJANJIAN BARU (2).

      Kantong kulit yang baru diperlukan karena kantong itu bebas dari semua bekas unsur fermentasi, mis. sel-sel ragi yang sudah matang. Apabila sari buah anggur yang baru dimasukkan ke dalam kantong kulit yang lama, maka sari buah itu akan lebih cepat meragi karena sudah ada sel-sel ragi di dalam kantong kulit yang lama itu. Fermentasi yang terjadi dengan demikian akan merusak baik sari anggur yang baru maupun kantong kulitnya (yang akan pecah karena tekanan proses peragian). Columella, seorang Romawi yang ahli di bidang pertanian pada abad I, menulis bahwa untuk menjaga agar sari buah anggur "tetap manis", maka sari buah tersebut harus dimasukkan ke dalam suatu wadah baru yang tertutup rapat-rapat (On Agriculture, 12.29).


TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA