Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1421 - 1440 dari 8939 ayat untuk greek:1 (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.364843875) (1Yoh 3:9) (full: TIDAK BERBUAT DOSA LAGI. )

Nas : 1Yoh 3:9

Kata kerja "berbuat dosa" (Yun. _hamartano_) ditulis dalam bentuk infinitif aktif masa kini, yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung. Yohanes menekankan bahwa orang yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali dari Allah tidak mungkin mempunyai cara hidup yang berdosa karena hidup Allah tidak dapat hadir di dalam mereka yang berbuat dosa (bd. 1Yoh 1:5-7; 2:3-11,15-17,24-29; 3:6-24; 4:7-8,20).

  1. 1) Kelahiran baru menghasilkan kehidupan rohani yang mendatangkan hubungan bersinambung dengan Allah. Dalam surat ini, setiap kali Yohanes berbicara mengenai kelahiran baru orang percaya, dia memakai bentuk waktu yang sudah selesai dalam bahasa Yunani untuk menekankan hubungan yang sinambung dan terus-menerus yang dimulaikan oleh kelahiran baru (1Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1,4,18;

    lihat art. PEMBAHARUAN).

  2. 2) Memiliki hidup Allah di dalam diri kita (yaitu, dilahirkan kembali dari Allah) dan berbuat dosa terus adalah suatu kemustahilan rohani. Orang percaya bisa kadang-kadang gagal untuk memenuhi standar Allah yang tinggi, tetapi mereka tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa (ayat 1Yoh 3:6,10).
  3. 3) Yang menjaga orang yang setia dari berbuat dosa adalah "benih Allah" dalam diri mereka yaitu hidup, Roh, dan tabiat Allah sendiri yang ada dalam mereka (1Yoh 5:11-12; Yoh 15:4; 2Pet 1:4).
  4. 4) Oleh iman (1Yoh 5:4), Kristus yang mendiami kita, kuasa Roh Kudus, dan Firman yang tertulis

    (lihat cat. --> 1Tes 2:10),

    [atau ref. 1Tes 2:10]

    semua orang percaya dapat hidup bebas dari dosa dan pelanggaran dari saat ke saat.
(0.364843875) (Why 6:1) (full: ANAK DOMBA ITU MEMBUKA. )

Nas : Wahy 6:1

Yesus Kristus sendiri (yaitu, Anak Domba itu) membuka semua meterai yang menyingkapkan hukuman yang menghancurkan dunia (ayat Wahy 6:1,3,5,7,9,12). Hukuman-hukuman itu bersifat ilahi, karena telah diserahkan ke dalam tangan Kristus (Wahy 5:1,7; bd. Yoh 5:22). Sepanjang kitab Wahyu, hukuman berupa malapetaka itu disebut murka Allah (ayat Wahy 6:16-17; 11:18; 14:10,19; 15:1,7; 16:1,19; 19:15).

(0.36139101875) (Hak 2:19) (full: LEBIH JAHAT DARI NENEK MOYANG MEREKA. )

Nas : Hak 2:19

Ayat ini menyingkapkan kemerosotan berangsur-angsur di Israel. Setiap angkatan berturut-turut berciri kemurtadan dan kemerosotan rohani yang lebih besar. Demikian pula, angkatan orang percaya kedua dan ketiga di bawah perjanjian yang baru harus menanyakan diri apakah pengabdian mereka kepada Allah sama seperti angkatan sebelum mereka. Ataukah mereka lebih menyesuaikan diri dengan cara hidup masyarakat mereka ketika menolak standar semula dari bapak-bapak mereka.

(0.36139101875) (Luk 13:21) (full: RAGI. )

Nas : Luk 13:21

Di PL ragi biasanya dianggap sebagai lambang kehadiran kejahatan atau kenajisan; ia mengkhamirkan, menghancurkan dan merusakkan

(lihat cat. --> Kel 12:19;

[atau ref. Kel 12:19]

Kel 13:6-8; Im 2:11; 6:17; Ul 16:3-4; Am 4:4-5;

lihat cat. --> Kel 13:7).

[atau ref. Kel 13:7]

Dalam PB, ragi melambangkan pengajaran palsu dan doktrin-doktrin jahat golongan Farisi, Saduki (Luk 16:12) dan golongan Herodes (Mr 8:15). Dalam 1Kor 5:6-8 ragi dianggap oleh Paulus sebagai lambang "keburukan dan kejahatan", sedangkan ketiadaan ragi melambangkan "kemurnian dan kebenaran" (bd. Gal 5:9). Sebab itu, banyak orang mengerti bahwa perumpamaan ini menunjuk kepada kejahatan, doktrin yang salah dan ketidakbenaran yang tinggal dan menyebar semakin luas di dalam Kerajaan Allah yang kelihatan.

  1. 1) Ragi kejahatan ini akan menyebar ke seluruh bagian pekerjaan Allah. Ini ditemukan dalam:
    1. (a) Modernisme, teologi liberal, dan teologi pembebasan, yang menyanjung gagasan manusia di atas kekuasaan Alkitab (bd. Mat 22:23,29);
    2. (b) keduniawian dan kedursilaan dalam gereja (bd. 1Kor 5:1-2; Wahy 2:1-3:22);
    3. (c) hal mencari kedudukan dan kekuasaan di dalam gereja yang dilakukan oleh mereka yang lebih memperdulikan ambisinya sendiri daripada kehormatan Allah (bd. pasal Mat 23:1-39);
    4. (d) doktrin palsu (bd. Gal 1:9);
    5. (e) guru palsu (bd. Mat 24:11,24);
    6. (f) orang yang mengaku dirinya Kristen yang kelihatannya benar, tetapi sebenarnya tidak lahir baru (bd. Mat 23:1-39; Yud 1:12-19). Menjelang akhir zaman sekarang ini, kejahatan-kejahatan ini akan merembes ke dalam pekerjaan Allah di dalam gereja, denominasi, perguruan tinggi, dan seminari Kristen sampai Injil rasuli PB dan cara hidup yang benar menjadi lemah dan rusak secara besar-besaran (lih. Luk 18:8; Mat 24:10-12;

      lihat cat. --> Gal 1:9;

      [atau ref. Gal 1:9]

      2Tes 2:3;

      lihat cat. --> 1Tim 4:1;

      [atau ref. 1Tim 4:1]

      pasal Wahy 2:1-3:22;

      lihat art. KESENGSARAAN BESAR, dan

      lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).

  2. 2) Setiap orang Kristen harus berhati-hati agar ragi kejahatan itu tidak mempengaruhi kehidupannya. Rahasia kemenangan terletak pada sikap menjaga pandangan kita tetap tertuju kepada Yesus dalam iman (Tit 2:13; Ibr 12:2,15), memandang rendah hal-hal duniawi (Yak 1:27; 1Yoh 2:15-17), tinggal tetap di dalam Firman Allah (Yoh 15:7; Yak 1:21), menantikan kedatangan Kristus (Luk 12:35-40), terus-menerus mendengarkan suara Roh Kudus (Rom 8:12-14; Gal 5:16-18), siap menderita (1Pet 4:1-2), memerangi kejahatan (1Kor 10:6; 1Tes 5:15; 1Pet 3:11), membela Injil (Fili 1:17), dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (Ef 6:11-18).
(0.36139101875) (Kis 11:27) (jerusalem: nabi) Sama seperti nabi-nabi Perjanjian Lama, Ula 18:18; 2Pe 1:21; Mat 5:12, demikianpun nabi-nabi Perjanjian Baru, adalah orang karismatis, 1Ko 12:1+, yang berkata atas nama Allah dijiwai Roh KudusNya. Di zaman Perjanjian Baru karisma itu tercurah dengan lebih melimpah, Kis 2:17-18, dan ada kalanya semua kaum beriman mendapat karunia itu, Kis 19:6; 1Ko 11:4-5; 14:26,29-33,37. Namun demikian ada sementara orang yang secara khusus mendapat karunia itu sehingga diberi gelar "nabi", Kis 11:27; 13:1; 15:32; 21:9,10. Dalam tata susunan karunia-karunia Roh Kudus karunia kenabian lazimnya disebutkan sebagai yang kedua sedangkan yang pertama ialah "rasul' 1Ko 12:28-29; Efe 4:11; tetapi bdk 1Ko 12:10; Rom 12:6; Luk 11:49. Para nabi itu adalah saksi-saksi yang didorong Roh Kudus, Kis 1:3 dan Kis 2:7, dll; 1Te 5:19-20, untuk menyampaikan "wahyu", 1Ko 14:6,26,30; Efe 3:5; Wah 1:1, seperti para "rasul"pun adalah saksi-saksi Kristus yang dibangkitkan,Rom 1:1+; Kis 1:8+, dengan memaklumkan "pemberitaan" (kerygma), Kis 2:22+. Tugas para nabi tidak terbatas pada menubuatkan masa depan, Kis 11:28; 21:11, atau menyelami isi hati orang, 1Ko 14:24-25; bdk 1Ti 1:18; 4:14, dan kalau para nabi itu membina, mengajak dan menghibur, 1Ko 14:3; bdk Kis 4:36; 11:23-24, maka wahyu yang bersifat karismatis itu mendekatkan para nabi pada mereka yang mendapat karunia berbahasa lain, Kis 2:4+; Kis 19:6, meskipun karunia kenabian lebih berharga dari karunia berbahasa lain justru oleh karena perkataan para nabi dapat dipahami, 1Ko 14. Tugas utama para nabi kiranya tidak lain kecuali dengan penerangan Roh Kudus menjelaskan firman Allah yang tercantum dalam Kitab Suci, teristimewanya firman para nabi dahulu, 1Pe 1:10-12. Dengan demikian nabi-nabi itu menyingkapkan "rahasia" rencana Allah, 1Ko 13:2; Efe 3:5; Rom 16:25+. Oleh sebab itu maka para nabi ditempatkan di samping para rasul sebagai dasar Gereja, Efe 2:20+. Kitab Wahyu Yohanes merupakan sebuah contoh hasil karunia kenabian dalam Perjanjian Baru, Wah 1:3; 10:11; 19:10; 22:7-10,18-19. Hanya betapa luhurpun karunia kenabian, namun ia hanya dapat memberikan pengetahuan sementara saja sehubungan dengan pokok kepercayaan Kristen, Rom 12:6. Pengetahuan kenabian itupun akan lenyap bila orang melihat Allah sebagaimana adanya, 1Ko 13:8-12
(0.36110179375) (Rm 7:5) (jerusalem: daging) 1) Arti pertama kata "daging", ialah unsur jasmaniah pada manusia, 1Ko 15:39; bdk Luk 24:39; Wah 17:16; 19:18, dan lawannya ialah roh, Rom 1:9+, daging ialah tubuh yang dapat diamati dengan pancaindera, Kol 2:1,5, khususnya tubuh sebagai alat persatuan seksuil, 1Ko 6:16; 7:18; Efe 5:29,31; bdk Mat 19:5 dsj; Yoh 1:13; Yud 7, yang melandasi hubungan keluarga, famili, dst, serta hak waris, Rom 4:1; 9:3,5; 11:14; bdk Ibr 12:9. Dengan demikian kata "daging" dipergunakan sama seperti kata Ibrani "basar" dalam Kitab Suci untuk menonjolkan segi kelemahan dan fana pada manusia, Rom 6:19; 2Ko 7:5; 12:7; Gal 4:13 dst; bdk Mat 26:41 dsj, dan mengungkapkan kecilnya manusia di hadapan Allah, Rom 3:20 dan Gal 2:16; 1Ko 1:29; bdk Mat 24:22 dsj; Luk 3:6; Yoh 17:2; Kis 2:17; 1Pe 1:24. Maka untuk memperlawankan tata kodrat dan tata kasih-karunia dipergunakan ungkapan "menurut daging", 1Ko 1:26; 2Ko 1:17; Efe 6:5; Kol 3:22; bdk File 16; Yoh 8:15, "daging dan darah", 1Ko 15:50; Gal 1:16; Efe 6:12; Ibr 2:14; bdk Mat 16:17, "kedagingan" (terj: duniawi), Rom 15:27; 1Ko 3:1,3; 9:11; 2Ko 1:12; 10:4. 2) Oleh karena Roh merupakan karunia khas di zaman terakhir, maka "daging" menjadi ciri khas zaman lama yang diperlawankan dengan zaman baru itu, Rom 9:8; Gal 3:3; 6:12 dst; Fili 3:3 dst; Efe 2:11 bdk Ibr 9:10,13; Yoh 3:6; 6:63; demikianpun halnya dengan "menurut daging", 1Ko 10:18; 11:18; Gal 4:23,29; bdk Rom 1:3 dst; 2Ko 5:16, dan "kedagingan" (terj: manusia), Ibr 7:16 tetapi bdk 1Ko 10:3 dst. 3) Paulus terutama menonjolkan "daging" sebagai sarang dosa dan keinginan buruk, Rom 7:5,14,18,25,13:14; 2Ko 7:1; Gal 5:13,19; Efe 2:3; Kol 2:13,18,23; bdk 1Pe 2:11; 2Pe 2:10,18; 1Yo 2:16; Yud 8, 23, yang akan binasa, 1Ko 15:50; Gal 6:8; bdk Yak 5:3; Kis 2:26,31, dan mati, Rom 8:6,13; 1Ko 5:5; 2Ko 4:11; bdk 1Pe 4:6. Daging dapat dipribadikan sebagai suatu kuasa jahat yang memusuhi Allah, Rom 8:7 dst, dan melawan Roh Kudus, Rom 8:4-9,12 dst; Gal 5:16 dst. Kristus telah menghancurkan kuasa itu dengan datang ke dalam "daging yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa", Rom 8:3; bdk 1Ti 3:16; Yoh 1:14; 1Yo 4:2; 2Yo 7, dan membunuh "daging" di kayu salib, Rom 8:3; Efe 2:14-16; Kol 1:22; bdk Ibr 5:7 dst; Rom 10:20; 1Pe 3:18; 4:1. Karena bersatu dengan Dia, bdk Yoh 6:51 dst, orang Kristen tidak lagi ada "dalam daging", Rom 7:5; 8:9, yang telah mereka salibkan, Gal 5:24; bdk 1Pe 4:1, dan tanggalkan dalam baptisan, Kol 2:11: tegasnya, walaupun orang Kristen masih "dalam daging" selama tinggal di dunia lama ini, Fili 1:22,24; bdk 1Pe 4:2, namun mereka tidak lagi takluk kepadanya, 2Ko 10:3 (terj: duniawi), sebaliknya: mereka menguasai daging itu oleh karena persatuannya dengan Kristus, Gal 2:20; Kol 1:24.
(0.357612825) (2Tim 4:3) (full: ORANG TIDAK DAPAT LAGI MENERIMA AJARAN SEHAT. )

Nas : 2Tim 4:3-4

Sepanjang sejarah gereja selalu ada orang yang tidak mau mengasihi ajaran sehat, namun ketika akhir zaman makin dekat, keadaan akan makin parah (bd. 2Tim 3:1-5; 1Tim 4:1).

  1. 1) "Orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat" (ayat 2Tim 4:3). Banyak orang akan mengaku dirinya Kristen, berkumpul di gereja, tampaknya menghormati Allah, tetapi tidak akan menerima iman rasuli PB yang asli atau perintah Alkitab untuk memisahkan diri dari ketidakadilan (2Tim 3:5; bd. Rom 1:16;

    lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA).

  2. 2) "Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran" (ayat 2Tim 4:4). Penyampaian Firman Allah oleh hamba Allah tidak akan diterima oleh banyak orang dalam gereja. Mereka yang berpaling dari kebenaran akan menginginkan pemberitaan yang menuntut kurang dari Injil sejati (bd. 2Tim 2:18; 3:7-8; 1Tim 6:5; Tit 1:14). Mereka tidak akan menerima Firman Allah tentang pertobatan, dosa, hukuman, dan perlunya hidup kudus dan terpisah dari dunia (bd. 2Tim 3:15-17; Yer 5:31; Yeh 33:32).
  3. 3) "Mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinga" (ayat 2Tim 4:3). Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah (bd. 2Tim 1:13-14; 1Tim 3:1-10), tetapi akan mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan memilih pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang akan menyakinkan mereka bahwa mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup menurut tabiat dosa (bd. Rom 8:4-13; 2Pet 2:1-22).
  4. 4) Roh Kudus mengingatkan semua yang tetap setia kepada Allah dan tunduk kepada Firman-Nya untuk menantikan penganiayaan dan penderitaan karena kebenaran (2Tim 3:10-12; Mat 5:10-12). Selanjutnya, mereka harus memisahkan diri dari kelompok, gereja dan lembaga yang menyangkal kuasa Allah dalam keselamatan dan yang menyampaikan Injil yang berkompromi (2Tim 3:5; 1Tim 4:1-2; 2Pet 2:1; Yud 1:3; Wahy 2:24;

    lihat cat. --> Gal 1:9).

    [atau ref. Gal 1:9]

    Kita harus selalu setia kepada Injil PB dan hamba Allah yang memberitakannya dengan benar. Setelah melakukan ini, kita dapat yakin tentang persekutuan yang intim dengan Kristus (Wahy 3:20-22) dan menerima kesegaran rohani dari Tuhan (Kis 3:19-20).
(0.357612825) (1Yoh 4:1) (full: UJILAH ROH-ROH ITU. )

Nas : 1Yoh 4:1

Alasan untuk menguji setiap roh (yaitu seorang yang digerakkan atau diilhami oleh roh) ialah karena ada "banyak nabi palsu" akan masuk ke dalam gereja

(lihat art. GURU-GURU PALSU).

Kenyataan ini akan berlaku secara khusus apabila toleransi terhadap ajaran yang tidak alkitabiah akan makin meningkat menjelang akhir zaman

(lihat cat. --> Mat 24:11;

lihat cat. --> 1Tim 4:1;

lihat cat. --> 2Tim 4:3-4;

lihat cat. --> 2Tim 4:4;

lihat cat. --> 2Pet 2:2;

lihat cat. --> 2Pet 2:2).

[atau ref. Mat 24:11; 1Tim 4:1; 2Tim 4:3,4; 2Pet 2:1,2]

Orang Kristen diperintahkan untuk menguji semua guru, penulis, pengkhotbah, dan nabi Kristen, dan sebenarnya setiap orang yang menuntut bahwa pekerjaan atau berita yang dibawanya berasal dari Roh Kudus. Orang percaya sama sekali tidak boleh menganggap suatu pelayanan atau pengalaman rohani sebagai berasal dari Allah sekalipun ada yang mengatakan demikian. Lagi pula, tidak ada ajaran yang dapat diterima sebagai benar hanya berdasarkan keberhasilan, mukjizat, atau yang kelihatan seperti pengurapan (Mat 7:22; 1Kor 14:29; 2Tes 2:8-10; 2Yoh 1:7; Wahy 13:4; 16:14; 19:20).

  1. 1) Semua pengajaran harus diperiksa menurut penyataan kebenaran Allah dalam Alkitab

    (lihat cat. --> Gal 1:9).

    [atau ref. Gal 1:9]

  2. 2) Roh dari pengajaran itu haruslah diuji. Adakah ajaran itu memiliki roh dan penekanan yang sama dengan ajaran rasuli PB? Berwaspadalah terhadap ajaran yang orang katakan telah diterima dari Roh Kudus atau malaikat yang tidak dapat didukung oleh penafsiran alkitabiah yang dapat dipercaya.
  3. 3) Kehidupan guru harus diuji dalam hal hubungan mereka dengan dunia yang berdosa (lih. ayat 1Yoh 4:5;

    lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA),

    dan dengan ketuhanan Kristus (ayat 1Yoh 4:2,6;

    lihat cat. --> Rom 10:9;

    [atau ref. Rom 10:9]

    lihat art. KRITERIA UNTUK BAPTISAN DALAM ROH).

(0.3540894375) (Kel 1:1) (ende)

PENGUNGSIAN

KATA PENGANTAR

Kitab pengungsian terdiri dari bagian Riwajat dan bagian Perundang-perundangan jang erat berhubungan. Adapun intinja ialah: mikdjidjat agung pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir. Maka isi kitab seluruhnja tergantung padanja seperti pada pusatnja.

Kisah pengungsian merupakan kelandjutan kitab Kedjadian dan menggambarkan pembebasan keluarga-keluarga Hibrani, keturunan para Bapa-bangsa, jang mendjalankan kerdja-paksa tertindas oleh rakjat Mesir. Maksud Tuhan membebaskan mereka ialah: membina mereka mendjadi bangsa jang bertjorak-kepribadian sendiri diantara bangsa-bangsa merdeka lainnja. Demikian Tuhan mulai melaksanakan djandji-djandjiNja kepada Bapa Ibrahim (Kedj. 12).

Dengan tjara jang mengagumkan Tuhan menjiksa rakjat Mesir jang menentang kehendakNja, serta memimpin umatNja menjeberangi air Laut menudju kemerdekaan. Tuhan menggunakan Musa untuk melaksanakan maksud ini.

Musa adalah seorang tokoh penting dalam sedjarah umum. Karena pendidikannja diistana Parao, di Mesir, pula karena kedudukan dan bakat-pembawaannja jang serba istimewa, tepat sekali ia terpilih akan memperdjoangkan kemerdekaan bangsanja.

Akan tetapi bila ia hanja kit apandang sebagai pahlawan kemerdekaan nasional, kita belum djuga memahami keagungannja jang sedjati dan nilai perdjoangannja jang kekal. Kitab pengungsian menundjukkan, bagaimana Musa, jang semula membela bangsanja dengan semangat meluap tak terkendalikan, berkat pertemuannja langsung dengan Tuhan sendiri berubah mendjadi manusia lain. Sedjak peristiwa itu, ia nampak sebagai utusan Tuuhan jang teguh imannja serta dengan rendah hati pertjaja akan Tuhan, dan jang dengan pengorbanan dirinja akan berhasil membebaskan bangsanja.

Karena itu pembebasan ini bukannja terutama hasil prestasi manusia, melainkan mukdjidjat Tuhan sendiri demi umatNja. Israel djuga tidak mengungsikan diri melainkan dibebaskan. Maka arti tjerita ini lebih daripada peristiwa hitoris belaka, jang masih mungki djuga terjapai dengan usaha manusiawi. Makna lebih mendalam jang tertjantum dalam kerja Tuhanini ialah: memimpin umatNja mengedjar kemerdekaan sedjati dalam mengabdi Tuhan dan hidup beserta Tuhan. Adapun pengungsian ini titik-tolak penebusan umat Israel dan segenap umat manusiadari penindasan dosaserta akibat-akibatnja, awal perdjalanan menudju tanah-air, damai kekal dan kebahagiaan sedjati.

Makna itu melampaui dugaan manusia ini tertjerminkan dengan djelasnja dalam peristiwa-peristiwa adjaib sekitar Pembebasan. Oleh pengarang sutji tjampur- tangan Jahwe jang memungkinkan kedjadian-kedjadian itu, djauh lebih ditekankan daripada jerih-pajah manusia.

Hal ini nampak dengan terangnja pula dari hubungan erat antar Musa dan Tuhan. Apapun jang didjalankan Musa, dilakukannja sesudah berunding dengan Jahwe, atau titahNja dan dengan bantuanNja. Hubungan mesra dengan Tuhan ini akibat dari pertemuan pertama dibukit Horeb atau Sinai (Peng. 3). Ditjeritakan bahwa disanalah Tuhan mewahjukan namaNja "Jahwe". Artinj: ketika itu Musa dianugerahi keinsyafan jang sangat mendalam, bahwa Tuhan senatiasa aktif menjertai umatNja. (Tentang nama "Jahwe" lihatlah tjatatan pada 3:14).

Djustru karena pembebasan umat Israel merupakanlah pralambang dan awal pelaksanaan Penebusan jang sedjati, maka peristiwa-peristiwa jang tertjantum didalam buku ini mendasari keselamatan kita sendiri.

Perdjandjian dan Hukum-Perdjandjian merupakan tema jang kedua kitab ini. Perdjandjian digunung Sinai mengungkapkan dan mengabdikan arti jang dalam dari Pembebasan jang serba mengagumkan, sedangkan konskwensi-konsekwensinja bagi umat ditetapkan dalam Hukum.

Adapun Israel sebagi bangsa sama sekali tergantung dari Tuhan dan perlindunganNja. Hal itulah kini djuga ditandaskan dengan konkrit: Israel terikatkan pada Tuhan dengan suatu Perdjandjian atau Persekutuan.

Seperti pembebasan dari Mesir, begitu pula Perdjandjian ini diprakarsai oleh Tuhan sendiri, dan mentjantum djaminan, bahwa Ia mengangkat Israel sebagai milikNja jang sangat chas. Jahwe mengadakan dengannja ikatan tjintakasih jang baru dan erat. Maka Israel mendjadi umat Tuhan dalam arti jang sepenuhnja.

Dalam Hukum-Perdjandjian, jang intinja terdiri dari Dekalog (kesepuluh firman; kesepuluh perintah), Tuhan mempermaklumkan apa jang diharapkanNja dari umatNja; bagaimana seharusnja sikap dan tjara hidup suatu bangsa jang mendjadi milik Tuhan.

Ini penting, karena akal-budi manusia mendjadi suram akibat dosa. Faham umat manusia tentang Tuhan dan tuntutan-tuntutanNja tersesatkan dalam banjak hal. Maka dari itu, dalam rangka pelaksanaan Keselamatan adikodrati, Tuhan sekarang membangkitkan dan menghidupkan faham-faham jang sehat tentang suasana dan tjara-hidup manusiawi jang benar. Itulah sjarat dan titik-tolak hubungan baru antara Tuhan dan manusia jang sedang dibangun.

Karena perintah-perintah jang mengatur hidupp Israel berdasarkanlah atas perwahyuan hubungan jang chas antara Jahwe dan Israel itu, maka didalamnja telah termuat djuga daja-penggerak untuk menuntun orang beriman kearah tuntutan- tuntutan hidup jang semakin sempurna, sedjadjar dengan berkembangnja kesatuan- hidup dengan Tuhan jang semakin sempurna djuga.

Di dalam Dekalog Tuhan pertama-tama menjatakan Diri sebagai Allah jangtunggal, jang bersifat Pribadi sempurna dan transenden. (Kata transenden itu berarti: berada diatas alam serba terbatas, diatas machluk-machluk, tataran berpikir, berkehendak dan bertindak jang serba tertjipta; djadi pada taraf jang berlainan sama sekali).

Dengan demikian faham tentang Tuhan jang terlampau berbentuk manusiawi pun ibadat jang bersifat magis atau materiil -- seperti terdapatlah pada bangsa-bangsa disekitar Israel -- ditolak. Umat Jahwe tertjegah daripada mentjiptakan dewa-dewa menurut gambaran manusia jang djauh dari sempurna, binatang-binatang atau hal-hal bendawi (lihat misalnja: Kebidj. 13-15).

Bersama dengan itu Tuhan menggariskan pedoman-pedoman tjara-hidup jang akan mentjerminkan kesempurnaan dan kesutjian Allah sendiri. Jang ditekankan terutama ialah sikap terhadap Tuhan dan terhadap saudara-saudara sebangsa.

Meskipun Hukum-Perdjandjian ini kurnia Tuhan sendiri, tetapi Musa sebagai perantara djuga berperanan aktif dalam merumuskan tuntutan-tuntutan Tuhan itu, jang difahami olehnja dalam hubungannja jang langsung dan bersifat perorangan dengan Jahwe. Adapun sangat lajak untuk perumusannja jang konkrit Musa djuga bersandar pada hukum-hukum dan padatan-padatan jang berlaku ketika itu.

Azas-azas hukum jang ditentukan oleh Musa itu, kita ketemukan dalam kitab Pengungsian ini kadang-kadang dalam bentuk jang lebih teruraikan. Mislanja dalam peraturan-peraturan tentang Tempat Sutji dan ibadat.

Dalam upatjara ibadahnja umat Israel menampakkan kesutjiannja dan menjatakan penjerahan dirinja kepada Jahwe. Dalam tempat Sutji Tuhan serta kemuliaanNja hadir setjara tampak ditengah-tengah umatNja. Dari sana pula Tuhan memimpin Israel selama perdjalananNja. Demikianlah terutama di Tempat Sutji umat menghajati Perdjandjianja dengan Jahwe, satu-satunja Allah sedjati dan Allah Israel.

Djadi Hukum-Perdjandjian bersifat religius, tetapi sekaligus meliputi seluruh hidup djuga. Hukum ini mengatur hubungan-hubungan sosial jang mempersatukan bangsa, pun mengatur hubngan Israel dengan bangsa-bangsa lain, sedemikian rupa sehingga tjiri-tjiri chas Israel selaku bangsa Tuhan tetap terdjamin. Maka sekaligus djuga merupakan Undang-Undang Dasar. Demikianlah dalam kehidupan bangsa Israel unsur-unsur kodrati dan adikodrati erat-erat berdjalinan.

Pembagian Kitab Pengungsian dibagi menurut dua pokok utama tersbut diatas:

A. Bagian riwajat : Fasal 1-18

I Pembebasan dari Mesir Situasi ditanah Mesir : 1 Panggilan Musa : 2 - 7,7 Siksaan-siksaan tanah Mesir : 7,8 - 11,10 Tentang Paskah : 12,1-36 Keberangkatan dari Mesir : 12,37 - 14,14 Penjeberangan laut : 14,15 - 15,21

II Perdjalanan dipadang-gurun : 15,22 - 18,27

B. Bagian perundang-undangan: Fasal 19-40

III Perdjandjian digunung sinai Terbentuknja Perdjandjian dan Dekalog : 19 -20,21 Kitab Perdjandjian : 20,22 - 23, 19 Djandji-djandji untuk waktu depan : 23,20-33 Perdjandjian diperkuatkan : 24

IV Peraturan-peraturan tentang ibadat dan Tempat Sutji : 25 - 31, 18

V Israel murtad -- Perdjandjian diperbarui : 32 -34,33

VI Pembangunan Tempat sutji : 33 - 40, 38

Terdjadinja Kitab Pengungsian

Tradisi-tradisi jang digunakan pengarang Kitab Pengungsian mempunjai akarnja dalam jaman peristiwa-peristiwa sendiri berlangsung. Unsur-unsur pokok perwahjuan Tuhan dan hukum telah termaktub oleh Musa serta pembantu-pembantunja. Maka dalam Kitab ini kita dihubungkan dengan realita sedjarah dan dengan bentuk- dasar Hukum.

Hukum ini oleh Musa dipahatkan diatas batu, seperti lazimnja dokumen-dokumen juridis dan historis jang penting pada djaman itu, ialah jang perlu diabadikan. Loh-loh batu ini dipelihara dan disimpan dengan chidmat di Tempat Sutji. Pandjang atau singkatnja Dekalog dan dokumen-dokumen lain jang asli ini sekarang tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti, kerenan kemudiannja telah ditjantumkan dalam suatu redaksi jang lebih luas.

Tanpa kenjataan historis Pembebasan dari Mesir, Perwahjuan Tuhan di Sinai dan kegiatan Musa, kita tidak dapat memahami sedjarah bangsa Israel selandjutnja, pun pula bangunnja kembali sesudah masa pembuangan itu berdasarkan atas kepertjajan akan Perdjandjian dengan Jahwe dan atas Hukum Musa. Maka dari itu fakta-fakta tersebut hanjalah mungkin terlaksana karena ada landasannja historis.

Perlu diketahui, bahwa pada bangsa Israel, seperti djuga pada bangsa lain-lain dewasa itu, tradisi lisan merupakan djalan penting untuk mengenangakan dan menjalurkan peristiwa-peristiwa sedjarah kepada keturunan-keturunan berikutnja.

Sudah barang tentu isi tradisi ini dari abad keabad berkembang dan bertambah unsur-unsur baru. Ini nampak terutama pada peraturan-peraturan jang mengatur hidup kemasjarakatan dan upatjara Ibadat. "Hukum dasar" jang asli tjukup sederhana, dan selaras dengan situasi bangsa Israel sebagai bangsa jang belum memiliki wilajah kediaman sendiri dan mengembara sebagai gembala-gembala. Situasi permulaan ini berkali-kali nampak dengan djelasnja dikitab Pengungsian.

Lambat-laun peraturan-peraturan dasar ini semakin terperintji dan disesuaikan situasi baru, terutama ketika Israel sudah mendjadi bangsa jang berkediaman tetap dan bertjotjoktanam. Tetapi penjesuaian ini berlangsung selaras dengan jiwa Hukum Musa dan dalam rangka Perdjandjian dengan Jahwe. Maka dari itu sudah selajaknjalah pengetrapan-pengetrapan lebih landjut ini dimasukkan kedalam Hukum Musa dan djuga dipandang sebagai peraturan-peraturan berasal dari Tuhan, jakni sebagai konsekwensi langsung dari Perdjandjian.

Demikian dalam kitab Pengungsian, disamping unsur jang menggambarkan situasi Israel pada djaman Musa, terbajangkan djuga proses perkembangan perundang- undangan dan organisasi upatjara ibadat selandjutnja. Misalnja ada peraturan- peraturan tentang pertanian dan peraturan untuk Tempat Sutji, jang baru dikemudian hari sesudah umat menetap di Kanaan dan sesudah kenisah di Jerusalem didirkan, mendapat wujudnja.

Djadi Sabda Tuhan semakin meresapi kehidupan bangsa dan memberinja perudjudan jang njata. Sementara proses perkembangan ini berlangsung, struktur-dasar Israel jang semula serta Hukumannja tetap bertahan sebagai titi-tolak ilahi dan landasan, dan tetap terpelihara dalam tradisi. Tambahan-tambahannja bukan unsur jang asing, melainkan perkembangan organis jang berlangsung atas dorongan Roh Tuhan. Sekaligus ini merupakan pengertian dan penghajatan jang lebih mendalam dari peristiwa-peristiwa sedjarah, ialah Pembebasan dan Perwahjuan di Sinai. Tuhan sendiri memupuk kesadaran itu, terutama dengan perantaraan para pemimpin Israel dan para Nabi.

Adapun pengarang kitab Pengungsian kemudian menggunakan bahan tradisi lisan dan tertulis jang sudah ada. Seperti dalam kitab Kedjadian, begitu pula disini kita dapat membedakan tiga aliran tradisi pokok, jang mendjadi sumber terpenting bagi pengarang, jakni tradisi Jahwitis, tradisi Elohistis dan tradisi Imam. Tradisi imam itu mendjadi kerang tjeritanja, lainnja mendjadi sumber-bahan. (Lihat djuga: Kata Pendahuluan Umum).

Adalah maksud pengarang sutji kitab ini, untuk mengolah bahan tradisi dan menjusun gambaran total dari sedjarah pembebasan Israel dan Perdjandjian bersama dengan wudjud-wudjud konkrit dari Sabda dan Kerja Tuhan ini, seperti jang telah terbentuk didalam kehidupan umat. Jang disadjikannja bukan laporan peristiwa- peristiwa melulu. Ia djuga mengungkapkan maknanja religius jang sesungguhnja, seperti dimaksudkan oleh Tuhan. Didjelaskannja, bagaimana Sabda, Karja dan tuntutan-tuntutan Tuhan tetap bertahan, walaupun manusia banyak menentangnja.

Maka dalam kitab ini terpaparkan suatu taraf dari sedjarah-keselamatan dan diuraikan bagiamana Sabda Tuhan terlaksana dan berkembang didunia menudju titik- achirnja, ialah Perdjandjian Baru.

Perumusan-perumusan Hukum

Sebagai akibat penggunaan bermatjam-matjam tradisi, terutama dalam bagian Hukum kita ketemukan beberapa ichtisar Hukum Musa, jang nada-nadanja dan uraiannja saling berlainan.

Dekalog (20,2-17) diuraikan kiranja menurut tradisi Imam, sedangkan peraturan- peraturan jang biasanja disebut "Kitab Perdjandjian" (20,22-23,19) berasallah dari tradisi Elohistis.

Saduran Jahwistis dari hukum Perdjandjian tertjamtumkan dalam kissah pembaharuan Perdjandjian (34,10-27). Ichtisar ini kadang-kadang disebut "Dekalog kultis", artinja jang berhubungan dengan ibadat.

Tradisi Imam terutama menaruh perhatian atas peraturan-perturan liturgis tentang hari raja Paskah (12) dan tatasusunan Tempat Sutji, pun pula atas peristiwa diadakannja Imamat (25-29 dan 35-40).

Latarbelakang historis

Dalam menilai peristiwa-peristiwa jang ditjeritakan, kita hendaknja dengan seksama memperhatikan makna dari bentuk-bentuk literer (misalnja gaja historis, didaktis, juridis, puetis) jang dipakai pengarang, agar kita dapat menangkap maksudnja jang benar.

Mengenai peristiwa-peristiwa jang menakdjubkan perlu ditajtat: Dalam membebaskan bangsaNja, Tuhan memang bertindak sendiri dengan tjara adikodrati. Namun ini tidak berarti, bahwa Tuhan selalu menghapuskan segala sebab-musabab kodrati. Tetapi karena Allah ikut bertjampurtangan, maka peristiwa setjara aktif sedang melaksanakan Keselamatan. Berpangkal pada peristiwa nampaknja kuasa Jahwe dalam sedjarah dengan membebaskan umatNja, semua kedjadian-kedjadian penjelamatan selandjutnja menjadi satu rangkaian, jang semakin terang menglihatkan terlaksananja Karja Tuhan jang agung itu, dan merupakan pertumbuhannja menudju kepenjelesaiannja.

Maka dari itu penulis Kitab ini mempunjai tugas utama untuk mewartakan fakta- fakta sedjarah sebagai manifestasi Karja-penjelamatan Tuhan didunia ini. Berhubungan dengan itu beberapa hal, jang dari sudut sedjarah dan ilmu bumi boleh dianggapnja penting, tidak begitu diperhatikannja. Djuga dalam tradisi rakjat rupa-rupanja hal tersebut tidak ditekankan. Misalnja nama Parao Mesir sadja tidak disebutkan. Begitu pula djalan perantauan umat Israel dan tempatnja menjeberangi laut sukar sekali ditentukan dengan pasti. Bahkan letak gunung Sinai tidak terterakan dengan tepat, dan dalam tradisi elohistis dan deuteronomistis bukit ini disebut dengan nama lain, jakni Horeb.

Tidak adanja ketentuan jang tepat mengenai tempat terdjadinja peristiwa- peristiwa tadi, mungkin djuga disebabkan karena tempat-tempat dan keadaan itu bagi angkatan-angkatan kemudian lama-kelamaan mendjadi kabur.

Sungguhpun begitu kitab Pengungsian masih tjukup djuga menggambarkan situasi historis dan memberi pedoman-pedoman geografis. Maka kalau ini kita tambah dengan sumber-sumber sedjarah lainnja, latarbelakang konkrit dari kedjadiankedjadian mendapat sorotan semakin terang.

Kapan Pengungsian terdjadi?

Perihal ini ada dua pendapat jang tjukup ada alasannja. Ada jang beranggapan bahwa Pengungsian terdjadi dalam abad ke-XV sebelum Masehi, dibawah dinasti Mesir jang ke-18. Pendapat ini berpegangan pada 1 Radj. 6,1 jang menjebutkan, bahwa Salomon memulai pembangunan kenisah 480 tahun sesudah Pengungsian dari Mesir. Adapun pembangunan ini berlangsung sekitar tahun 960 sebelum Masehi. Tetapi petundjuk mengenai waktu ini mungkin mempunjai arti simbolis sadja. Maka dari itu pendapat ini terutama didasarkan atas kenjataan, bahwa dalam abad XVI sebelum Masehi ditanah Mesir terdjadi pergolakan politik jang berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos digulingkan oleh bangsa Mesir, dan ibukota Avaris (kemudian namanja Tanis direbut. Dengan demikian telah lampaulah djaman jang menguntungkan bagi kaum Hibrani, jang sebagai orang semit ada kesamaannja dengan Hikson. Mungkin ketika itulah penidasan para Parao Mesir mulai (Peng. 1,8), dan lambat-laun semakin kuat keinginan akan meninggalkan tanah Mesir.

Alasan-alasan lain ialah: semakin lemahnja kekuatan militer, terutama dibawah Parao Amenofis III (1413-1377) dan Amenofis IV (= Ekhnaton 1377-1358). Lagipula surat-surat Tell-el-Amarna, dari djaman itu djuga, menjebutkan bahwa radja-radja bawahan ditanah Suria dan Kanaan meminta bantuan Parao untuk melawan serangan bangsa Chaibiru, suatu nama jang menurut beberapa orang ahli menundjukkan bangsa Hibrani. Achirnja tafsiran tertentu dari tulisan diatas tiang Parao Merneptah (1229 seb. Mas.), jang mentjeritakan kemenangan gilang-gemilang atas bangsa Israel ditanah Kanaan. Ini berarti Israel sudah terlebih dahulu berkediaman disana.

Alasan-alasan tersebut diatas dapat disangsikan kebenarannja. Lagi pula ada keberatan, misalnja: pada djaman dinasti ke-18 istana Parao tidak berada didaerah utara (Avaris), tetapi di Thebe (lihat: Peng. 2,5;15.20;7,15). Maka dari itu kebanjakan para ahli berpendapat, bahwa peristiwa Pengungsian terdjadi dibawah dinasti ke-19 dalam abad XIII sebelum Masehi. Pada djaman itu jang mendjadi Parao ialah: Ramses II (1301-1234) dan Merneptah (1234-1220). Kalau begitu, kedatangan suku-suku Hibrani ditanah Mesir dan kekuasaan Jusuf bertepatan waktu dengan muntjulnja dinasti Hiksos (lihat keterangan pada Kedj. 47,17). Selain itu nama-nama kota jang disebut-sebut, jakni Ra'amses dan Pitom (Peng. 1,11) selajaknja didirikan oleh Ramses II. Tiang Merneptah (lihat diatas) menjarankan, bahwa bangsa Israel di Kanaan belum memiliki wilajah kediaman jang tetap. Djadi rupa-rupanja tanah itu mereka masuki tidak lama sebelum tahun 1229, dan Pengungsian dari Mesir terdjadi 40 tahun sebelumnja, sekitar tahun 1270.

Ketjuali itu penjelidikan ilmu purbakala ditanah Palestina mengungkapkan, bahwa kebudajaan orang Kanaan dibeberapa tempat terputus sekitar achir abad ke-XIII, dan bahwa kota-kota jang digempur diduduki lagi antara 1150. Ini merupakan suatu petundjuk jang boleh dipertjaja, bahwa pada djaman itulah tanah Kanaan diduduki oleh umat Israel.

Memang kesukarannja ialah, bahwa kalau begitu Pengungsian terdjadi lama sekali sesudah pengusiran para Hiksos, dan bahwa bangsa Hibrani mungkin sampai berabad- abad ditindas oleh orang Mesir. Tetapi pertama-tama: belum pastilah penindasan itu mulai segera sesudah runtuhnja pemerintah Hiksos (kira-kira 1580). Kemudian: nama-nama Mesir jang dipakai orang Hibrani sedjak beberapa generasi, menundjukkan bahwa mereka masih lama diam ditanah nenek-mojang dan sanak-saudara Harun misalnja ada jang mempunjai nama Mesir, dan djuga Musa adalah nama Mesir.

Achirnja kami tjatat setjara singkat pendapat, bahwa sebelum umat dibawah pimpinan Josua masuk Kanaan, sudah ada beberapa suku atau kelompok Hibrani jang berhasil masuk kedalam tanah Kanaan itu dari sebelah selatan. Mereka kemudian menggambungkan diri dengan persekutuan Israel. Namun tanda-tandanja kurang djelas untuk mentjapai kepastian dan gambaran jang terang mengenai imigrasi itu, apalagi mengenai adanja pengungsian dari Mesir sebelum djaman Musa.

Djalan jang ditempuh pada Pengungsian

Titik-tolaknja, jakni kota Ra'amses, mungkin sama dengan ibukota Avaris/Tani didelta bengawan Nil. Ada jang menjangka, bahwa tempat Israel bertolak itu terletak disebelah selatan Tanis, jaitu dikota jang kemudian disebut Qantir. Seluruh wilajah muara Nil bagian timur mempunjai nama Gosjen.

Djalan jang ditempuh bangsa Israel sukar ditentukan dengan pasti, karena perbedaan antara tradisi J dan E. Rupa-rupanja menurut tradisi Jahwis umat Israel berangkat melalui djalan biasa menjusur pantai kearah timur-laut. Nama migdol dan Baal-Safon mungkin menundjukkan djalan utara ini. Begitu pula nama laut, jang menurut laut, jang menurut Kitab Sutji bukan "Laut Merah", tetapi "Laut Gelagah", jakni paja atau rawa jang banjak ada gelagah-papirus. Nama ini (dalam bahasa Hibrani "yam suf") terdapat djuga dalam bahasa Mesir ("pa-sufi"); jang dimaksudkan: sebidang rawa disekitar danau Menzaleh disebelah utara.

Mungkin tradisi ini terbentuk, karena kurang djelasnja tjatatan-tjatatan sedjarah, atu djuga karena djalan inilah jang pernah dilalui suku-suku semitis lainnja.

Tradisi Elohis, jang tersebar diantara suku-suku Israel utara, seperti djuga tradisi Deuteronomis setjaa positif menundjukkan djalan lain, jakni kearah tenggara (Peng. 13,17; Ul. 1,2). Tradisi ini djuga ada dasarnja dalam fakta, bahwa sedjak kira-kira tahun 1300 seb. Mas. djalan menjusur pantai utara jang melalui Pelusim, dilengkapi dengan pos-pendjagaan Mesir, sehingga tidak aman bagi orang-orang Israel.

Karena dalam kitab Pengungsian kedua tradisi itu didjalinkan, maka gambaran tentang djalan jang ditempuh telah mendjadi sedikit kabur. Tetapi gambaran jang terachirlah pada umunja dianggap benar. Migdol mungkin nama jang tepat penjeberangan didekat "Danau-danau Pahit", jang tjukup berbahaja. Besarlah kemungkinannja bagian selatan Danau-danau pahit ini, jang ketika itu terhubungkan dengan Laut Merah, tempat jang dilalui rakjat Israel.

Perdjalanan selandjutnja, melalui padang pasir, dapat kita temukan kembali dengan agak pasti melalui wahah-wahah (oase) disemenandjung Sinai. Dibagian selatan semenandjung ini ada tiga bukit jang agak menjolok, jaitu: Djebel Serbal, Djebel Katerin dan Djebel Musa. Menurut tradisi kuno jang lajak dipertjaja, bukit terakhir inilah gunung Sinai, seperti djuga ternjata dari namanja. Gunung itu setinggi 2244 meter.

Pentingnja Kitab Pengungsian

Pengungsian dan Perdjandjian di Sinai tetap menjadi dasar jang sutji bagi Israe. Dari sumber ini iman dan kesusilaannja sebagai umat Allah mendapat inspirasi dan kekuatannja. Perdjindjian lain-linnja jang disebut dalam Kitab Sutji semuanja dipandang dalam hubungannja dengan Perdjandjian jang utama ini. Begitu pula semua hukum-hukum dikemudian hari terhubunglah dengan Hukum-dasar ini. Pun pula semua mukdjidjat, jang menampakkan selandjutnja kuasa Jahwe jang menjelamatkan, mengingatkan akan Pembebasan jang pertama ini.

Salah satu tanda jang djelas sekali, bahwa Pengungsian tetap besar artinja ialah: perajaan Paskah setiap tahun. Perajaan itu bukan hanja peringatan akan apa jang terdjadi dimasa lampau, tetapi sekaligus merupakan kesaksian iman, pengharapan dan kepertjajaan. Israel tetap menjadari dirinja sebagai bangsa jang dibebaskan dari Mesir (Peng. 12,27;13,8 lih, djuga: 13,14-15). Tiap-tiap kali Israel mengikat diri lagi pada wadjib-wadjibnja sebagai umat terpilih, lagipula menegaskan kejakinannja, bahwa Jahwe tetap hadir menjertainja, untuk lebih landjut melaksanakan pembebasan ini terutama pada masa bahaja dan penindasan.

Demikian djuga, kemudian didjaman para Nabi berulang-ulang memperingatkan umat, akan Perdjandjian dan Hukum Musa. Mereka tidak mewartakan suatu jang baru semata-mata, tetapi mendorong kearah penghajatan jang lebih mendalam. Kemerosotan dan keruntuhan bangsa mereka gambarkan sebagai djalan kembali ketanah Mesir, dan pembebasan dari pembuangan sebagai Pengungsian baru melalui padang pasir menudju tanah jang didjandjikan.

Djadi mukdjidjat agung jang diperkuat oleh Tuhan dengan perantaraan Musa semakin nampak sebagai pembebasan jang menjeluruh, menundjuk kearah pembebasan jang definitif dan sempurna dalam Kristus.

Oleh karena itu dalam Perdjandjian Baru Penebusan kitapun dibandingkan dengan Pengungsian Israel sebagai latarbelakangnja. Jesus itu adalah Israel jang baru. Ia kembali dari tanah Mesir, melalui air pemandianNja dan bertolak kepada gurun. Ia pula bagaikan Musa jang baru mengumumkan Hukum Keradjaan Allah diatas bukit (lih. Injil S. Matteus).

Djuga S. Joanes, S. Petrus dan terutama S. Paulus berbitjara tentang penebusan dan baptis kita dalam hubungan dengan Pengungsian. Hari raja Paskah adalah pesta pembebasan kita berkat Darah Jesus, Domba Paskah (mis.: 1Kor. 10, 1-13;5,7). Dalam perajaan Enkaristi kita melangsungkan pesta Paskah ini, penebusan kita dilaksanakan dan kita persiapkan akan memasuki Tanah jang didjandjikan (Jo. 6,22 dsl.)

Kitapun, umat Allah jang baru, mengalami Pengungsian. Maka dari itu sambil merenungkan kitab Pengungsian, kita hendaknja semakin menjelami Karja Penebusan Kristus.

Adapun tudjuan pembebasan ialah: terbentuknja suatu Bangsa baru. Demikian pula Karja Kristus mempersatukan kaum beriman mendjadi persekutuan hidup jang nampak, umat jang tersutjikan kepada Tuhan dan jang mendjadi milikNja (1Petr. 2). Kurnia-pembebasan menimbulkan ikatan istimewa, jakni Perdjandjian dengan Allah jang dunia ini menampakkan diri dalam persatuan mereka jang menghajati ikatan itu. Demikian kitab Pengungsian, disamping menggambarkan Penebusan kita, sekaligus djuga melambangkan Geredja Sutji jang satu.

(0.3540894375) (Kej 12:4) (full: PERGILAH ABRAM SEPERTI YANG DIFIRMANKAN TUHAN. )

Nas : Kej 12:4

Sejak awal kisah ini menekankan kebenaran bahwa ketaatan kepada Allah perlu untuk suatu hubungan yang menyelamatkan dengan Allah.

  1. 1) Abram menaati Firman Tuhan. Ketaatannya meliputi tindakannya meninggalkan rumah dan negerinya serta percaya pemeliharaan, bimbingan, dan janji-janji Allah

    (lihat cat. --> Kej 12:1;

    lihat cat. --> Yak 2:17;

    lihat cat. --> 1Yoh 2:4).

    [atau ref. Kej 12:1; Yak 2:17; 1Yoh 2:4]

  2. 2) Seperti Abram, semua orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk meninggalkan "negeri ... sanak saudara ... rumah bapamu" (Kej 12:1) untuk mengikut Yesus dalam pengertian mencari "tanah air yang lebih baik, yaitu tanah air sorgawi" (Ibr 11:16;

    lihat art. PANGGILAN ABRAHAM).

(0.3540894375) (Kel 30:1) (full: PEMBAKARAN UKUPAN. )

Nas : Kel 30:1

Pembakaran ukupan ini melambangkan penyembahan dan doa yang terus-menerus dari umat Allah (ayat Kel 30:8; Mazm 141:1-10; Luk 1:10; Wahy 8:3-4;

lihat cat. --> Wahy 5:8).

[atau ref. Wahy 5:8]

Mezbah pembakaran ukupan dapat dinajiskan (ayat Kel 30:9), yang menunjukkan bahwa doa yang tidak dipanjatkan untuk kemuliaan Allah atau tidak dengan hati yang kudus, tidak diterima oleh Tuhan (bd. Mazm 66:18-19; Yes 1:15-16).

(0.3540894375) (Im 3:1) (full: KORBAN KESELAMATAN. )

Nas : Im 3:1

Korban keselamatan (versi Inggris NIV -- korban persekutuan) dipersembahkan kepada Allah supaya dapat bersekutu dengan Dia, mengungkapkan rasa syukur (Im 7:12-16; 22:29) atau bernazar (Im 7:16).

  1. 1) Bagi yang memberikan persembahan, upacara ini meliputi penyerahan kepada perjanjian dan merayakan damai dan perukunan kembali di antara Allah dan si penyembah.
  2. 2) Korban ini menunjuk ke depan kepada damai dan persekutuan yang dimiliki orang percaya dengan Allah dan sesama orang percaya berlandaskan kematian Kristus di salib (bd. Kol 1:20; 1Yoh 1:3), dan kemudian kepada persekutuan terakhir ketika kita semua duduk bersama dengan Allah di dalam kerajaan-Nya (Mazm 22:27; Luk 14:15; Wahy 19:6-10).
(0.3540894375) (Bil 1:1) (full: )

Penulis : Musa

Tema : Pengembaraan di Padang Gurun

Tanggal Penulisan: + 1405 SM

Latar Belakang

Judul kitab ini muncul pertama kali dalam naskah versi Yunani dan Latin dan diambil dari dua sensus kaum pria Israel yang dicatat dalam kitab ini (pasal 1, 26; Bil 1:1-54 dan Bil 26:1-65). Akan tetapi, sebagian besar kitab ini mengisahkan pengalaman-pengalaman Israel selama mengembara "di padang gurun"; oleh karena itu di dalam Alkitab PL berbahasa Ibrani kitab ini dikenal dengan nama "Di Padang Gurun."

Secara kronologis, Bilangan merupakan sambungan sejarah yang dicatat di kitab Keluaran. Setelah tinggal di Gunung Sinai selama sekitar satu tahun -- ketika itu Allah menetapkan perjanjian dengan Israel, memberikan hukum Taurat dan pola Kemah Suci kepada Musa, serta memberikan pengarahan mengenai isi kitab Imamat -- bangsa Israel bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka sebagai keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub. Akan tetapi, sejenak sebelum meninggalkan Gunung Sinai, Allah menyuruh Musa membuat sensus menghitung semua laki-laki Israel yang sanggup berperang (Bil 1:2-3). Sembilan belas hari kemudian bangsa itu berangkat mengadakan perjalanan singkat ke Kadesy (Bil 10:11). Bilangan mencatat pemberontakan serius Israel di Kadesy dan hukumannya di padang gurun selama 39 tahun, sehingga Allah membawa suatu angkatan orang Israel yang baru ke dataran Moab, yang terletak di seberang Sungai Yordan dari Yeriko dan tanah perjanjian.

Sejarah menganggap bahwa kitab ini ditulis oleh Musa.

  1. (1) Hal ini dinyatakan oleh Pentateukh Yahudi dan Samaria,
  2. (2) tradisi Yahudi,
  3. (3) oleh Yesus dan para penulis PB,
  4. (4) para penulis Kristen kuno,
  5. (5) para cendekiawan konservatif zaman modern dan
  6. (6) bukti di dalam kitab itu sendiri (mis. Bil 33:1-2).

Rupanya Musa mencatat dalam buku hariannya sepanjang pengembaraan di padang gurun dan kemudian menyusun isi kitab Bilangan dalam bentuk narasi menjelang kematiannya (sekitar 1405 SM). Kebiasaan Musa untuk menyebut dirinya dengan kata ganti orang ketiga memang biasa dilakukan dalam tulisan-tulisan kuno dan karena itu tidak melemahkan kredibilitasnya sebagai penulisan.

Tujuan

Bilangan ditulis untuk mengisahkan mengapa Israel tidak langsung masuk tanah perjanjian setelah meninggalkan Gunung Sinai. Bilangan menggambarkan tuntutan Allah akan iman dari umat-Nya, balasan dan hukuman-Nya atas pemberontakan, dan bagaimana maksud-Nya yang berkelanjutan itu akhirnya diwujudkan.

Survai

Amanat utama Bilangan jelas: umat Allah maju terus hanya dengan mempercayai Dia dan janji-janji-Nya dan dengan menaati sabda-Nya. Sekalipun melewati padang gurun perlu untuk waktu tertentu, bukanlah maksud Allah semula bahwa ujian padang gurun diperpanjang sehingga satu angkatan orang Israel hidup dan mati di situ. Akan tetapi, perjalanan singkat dari Gunung Sinai ke Kadesy menjadi penderitaan dan hukuman selama 39 tahun karena ketidakpercayaan mereka. Sepanjang sebagian besar kitab Bilangan, "angkatan Keluaran" Israel tidak beriman, memberontak, dan tidak berterima kasih atas mukjizat-mukjizat dan pemeliharaan Allah. Umat itu mulai bersungut-sungut segera setelah meninggalkan Gunung Sinai (pasal 11; Bil 11:1-35); Miryam dan Harun menentang Musa (pasal 12; Bil 12:1-16); Israel secara keseluruhan memberontak dengan ketidakpercayaan yang membandel di Kadesy dan menolak masuk ke Kanaan (pasal 14; Bil 14:1-45); Korah dan banyak orang Lewi membangkang terhadap Musa (pasal 16; Bil 16:1-50); karena didesak sampai hilang kesabarannya oleh umat yang membangkang itu, akhirnya Musa berbuat dosa dengan meluapkan kejengkelannya (pasal 20; Bil 20:1-29); dan Israel menyembah Baal (pasal 25; Bil 25:1-18). Semua orang Israel berusia 20 tahun ke atas di Kadesy (kecuali Yoshua dan Kaleb) wafat di padang gurun. Akhirnya suatu angkatan baru orang Israel diantar hingga batas timur tanah perjanjian (pasal 26-36; Bil 26:1--36:13).

Ciri-ciri Khas

Enam ciri utama menandai Bilangan.

  1. (1) Bilangan merupakan "Kitab Pengembaraan di Padang Gurun," yang menyatakan dengan jelas mengapa Israel tidak segera menduduki tanah perjanjian setelah meninggalkan Gunung Sinai, tetapi sebaliknya harus mengembara tanpa tujuan selama 39 tahun lebih.
  2. (2) Bilangan merupakan "Kitab Keluhan," dan berkali-kali mencatat keluhan ketidakpuasan dan keluhan pahit orang Israel terhadap Allah dan perlakuan-Nya terhadap mereka.
  3. (3) Kitab ini menunjukkan prinsip bahwa tanpa iman, tidak mungkin kita berkenan kepada Allah (bd. Ibr 11:6). Sepanjang kitab ini kita dapat melihat bahwa umat Allah bergerak maju hanya karena mempercayai-Nya dengan iman yang kokoh, mempercayai janji-janji-Nya dan bersandar kepada-Nya sebagai sumber hidup dan pengharapan mereka.
  4. (4) Bilangan dengan jelas sekali menyatakan prinsip bahwa jikalau satu angkatan gagal, Allah akan membangkitkan angkatan lain untuk memenuhi janji-janji-Nya dan melaksanakan misi-Nya.
  5. (5) Sensus sebelum Kadesy (pasal 1-4; Bil 1:1--4:49) dan sensus kemudian di dataran Moab sebelum memasuki Kanaan (pasal 26; Bil 26:1-65) menyatakan bahwa bukan kekuatan yang tidak memadai dari tentara Israel yang membuat mereka tidak bisa masuk Kanaan di Kadesy tetapi kekurangan iman dan ketaatan mereka.
  6. (6) Bilangan merupakan "Kitab Disiplin Ilahi," yang menunjukkan bahwa Allah memang mendisiplin dan menghukum umat-Nya sendiri ketika mereka terus mengeluh dan tidak percaya (bd. pasal 13-14; Bil 13:1--14:45).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Keluhan dan ketidakpercayaan Israel disebutkan sebagai peringatan bagi orang percaya di bawah perjanjian yang baru (1Kor 10:5-11; Ibr 3:16--4:6). Hebatnya dosa Bileam (pasal 22-24; Bil 22:1--24:25) dan pemberontakan Korah (pasal 16; Bil 16:1-50) juga disebutkan (2Pet 2:15-16; Yud 1:11; Wahy 2:14). Yesus mengacu kepada ular tembaga (Bil 21:7-9) sebagai ilustrasi dari diri-Nya yang diangkat sehingga mereka yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal (Yoh 3:14-16); juga Kristus dibandingkan dengan batu karang di mana orang Israel minum air di padang gurun (1Kor 10:4) dan dengan manna surgawi yang mereka makan (Yoh 6:31-33).

(0.3540894375) (Ul 34:1) (full: NAIKLAH MUSA ... KE ATAS GUNUNG NEBO. )

Nas : Ul 34:1

Mereka yang dalam hidupnya bersekutu dengan Allah tidak takut mati. Karena kepercayaan mereka kepada-Nya, mereka dapat menghadapi kematian dengan damai dan sukacita (bd. Luk 2:29; Fili 1:23). Seperti Musa, mereka hanya sekilas saja melihat tanah yang dijanjikan (ayat Ul 34:1-4); hanya setelah kematian mereka memperoleh "kota yang mempunyai dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah" (Ibr 11:10;

lihat cat. --> Fili 1:21).

[atau ref. Fili 1:21]

(0.3540894375) (Hak 2:13) (full: BAAL DAN PARA ASYTORET. )

Nas : Hak 2:13

Baal, penghulu dewa yang dipuja orang Kanaan, menjadi dewa kesuburan, hujan, dan tanaman. Penyembahan Baal mencakup pelacuran agama dan korban anak-anak. Kompromi Israel dengan Baalisme berkali-kali dikutuk oleh para nabi (pasal 1Raj 17:1-18:46; 22:17-27; 2Raj 1:1-18; 13:1-25; 2Raj 17:1-41; Yer 10:12-16; 14:22; Hos 2:8,16-17). Asytoret, dewi peperangan dan kesuburan dan pasangan wanita dewa Baal, dilukiskan dengan patung besar dan kecil.

(0.3540894375) (Rut 1:3) (full: MATILAH ELIMELEKH, SUAMI NAOMI. )

Nas : Rut 1:3

Sekalipun Naomi adalah pengikut setia Tuhan, ia mengalami kemalangan besar.

  1. 1) Ia dan keluarganya menderita dampak-dampak bencana kelaparan dan terpaksa mengungsi (ayat Rut 1:1). Lagi pula, Naomi kehilangan suaminya (ayat Rut 1:3) dan kedua putranya. Tampaknya, Tuhan telah meninggalkannya dan bahkan menentangnya (bd. ayat Rut 1:13,21).
  2. 2) Akan tetapi, kisah itu menunjukkan bahwa Allah tetap memperhatikan dia, serta bekerja melalui orang lain untuk menolongnya pada saat-saat ia memerlukannya. Seperti halnya Naomi, orang percaya mungkin setia kepada Kristus, namun mengalami kesusahan besar dalam hidupnya; hal ini tidak berarti bahwa Allah telah meninggalkan mereka atau sedang menghukum mereka. Alkitab berkali-kali menekankan bahwa Allah dengan penuh kasih turut bekerja dalam segala sesuatu demi kebaikan kita pada masa-masa kesulitan

    (lihat cat. --> Rom 8:28;

    lihat cat. --> Rom 8:36).

    [atau ref. Rom 8:28,36]

(0.3540894375) (1Sam 8:7) (full: AKULAH YANG MEREKA TOLAK. )

Nas : 1Sam 8:7

Hingga saat ini, pemerintahan Israel bersifat teokrasi, yaitu Allah sendiri yang memerintah Israel sebagai Raja. Ia memerintah melalui bimbingan langsung, melalui wahyu khusus dan Firman-Nya yang tertulis, dan melalui para pemimpin yang terpilih dan diurapi. Ketika Israel meminta pemerintahan monarki, raja-rajanya naik takhta karena keturunan dan bukan oleh pilihan Allah yang langsung; hal ini mengakibatkan pemerintahan oleh raja-raja yang jahat dan dursila sehingga menghalangi kepemimpinan Allah atas umat-Nya. Pada akhir sejarah, Allah kembali akan mengambil alih kepemimpinan langsung atas umat-Nya melalui Yesus Kristus dan "kerajaan-Nya itu untuk selama-lamanya" (Luk 1:33; bd. 1Tim 1:17; Wahy 20:4-6; Wahy 21:1-8).

(0.3540894375) (1Sam 13:13) (full: TIDAK MENGIKUTI PERINTAH TUHAN ... YANG DIPERINTAHKAN-NYA KEPADAMU. )

Nas : 1Sam 13:13

Tuhan secara khusus telah memerintahkan Saul untuk tinggal di Gilgal menantikan kedatangan Samuel yang akan mempersembahkan korban dan memberikan pengarahan (1Sam 10:8). Allah menguji ketaatan Saul dengan secara sengaja menunda kedatangan Samuel sampai melewati tujuh hari yang telah disetujui. Dalam perasaan putus asa (ayat 1Sam 13:8) dan angkuh (ayat 1Sam 13:9), Saul sendiri langsung mempersembahkan korban bertentangan dengan firman Allah. Karena Saul gagal menaati perintah Allah, Samuel memberitahukannya bahwa Allah akan mengambil kerajaan itu darinya (ayat 1Sam 13:13-14). Walaupun Saul tetap bertakhta hingga akhir hidupnya, putranya Yonatan tidak akan menaiki takhta sebagai penggantinya.

(0.3540894375) (1Sam 16:14) (full: ROH TUHAN TELAH MUNDUR DARI SAUL. )

Nas : 1Sam 16:14

Karena Saul memberontak terhadap kehendak Allah, ia diserahkan kepada pengaruh roh-roh jahat (lih. 1Sam 15:23). Roh-roh jahat bertindak di bawah kehendak permisif Allah yang berdaulat dan kadang-kadang karena kehendak-Nya yang langsung (Hak 9:23; 1Raj 22:19-23; juga Luk 22:3; Rom 1:21-32; 2Tes 2:8-12;

lihat cat. --> Luk 11:26;

[atau ref. Luk 11:26]

lihat art. KEHENDAK ALLAH).

(0.3540894375) (2Sam 2:4) (full: MENGURAPI DAUD ... MENJADI RAJA ATAS KAUM YEHUDA. )

Nas : 2Sam 2:4

Pasal 2Sam 2:1-4:12 mengisahkan penempatan Daud sebagai raja atas Yehuda dan perang saudara dengan Isyboset, putra dan pengganti Saul sebagai raja atas suku-suku Israel yang lain (ayat 2Sam 2:8-11). Tujuh setengah tahun kemudian Daud menjadi raja atas seluruh bangsa (2Sam 5:1-5). Mungkin dalam pasal Mazm 18:1-51 Daud merayakan kelepasannya dari semua musuhnya pada saat ini (bd. 1Sam 30:1-31 yang menguraikan kemenangan lain menjelang kematian Saul dan penobatan Daud). Daud tidak tergesa-gesa untuk menguasai seluruh bangsa itu. Ia meminta dari petunjuk Tuhan (ayat 2Sam 2:1) dan bersedia menjadi raja atas satu suku hingga Allah membuka pintu baginya untuk menjadi raja atas seluruh Israel.



TIP #32: Gunakan Pencarian Khusus untuk melakukan pencarian Teks Alkitab, Tafsiran/Catatan, Studi Kamus, Ilustrasi, Artikel, Ref. Silang, Leksikon, Pertanyaan-Pertanyaan, Gambar, Himne, Topikal. Anda juga dapat mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan ayat-ayat yang anda inginkan melalui pencarian Referensi Ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA