Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1421 - 1440 dari 1666 ayat untuk kedua (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10) (Kis 7:23) (sh: Menyikapi penolakan (Minggu, 6 Juni 1999))
Menyikapi penolakan

Ketika Anda berniat menunjukkan sikap peduli dan penuh perhatian kepada seseorang atau sekelompok orang, tetapi niat baik Anda tersebut ditolak, kecewakah Anda? Mungkin ya; dan setelah itu kita sulit mempertahankan sikap yang peduli dan penuh perhatian. Hati kita penuh amarah, mungkin juga dendam. Dalam situasi demikian, mampukah Anda tetap melihat panggilan Tuhan bagi diri Anda untuk menjadi alat-Nya? Kita akan melihat bagaimana Stefanus memaparkan keteguhan sikap Musa meskipun ditolak, dan bagaimana Allah tetap pada kepastian melibatkan Musa dalam rencana-Nya menyelamatkan umat-Nya.

Memperhatikan saudara sebangsa. Hidup bergelimang kemewahan dan kesenangan menjadi dambaan banyak orang. Perjalanan sejarah kehidupan manusia membuktikan bahwa hanya sedikit orang yang mau meninggalkan kemewahan atau kesenangannya demi menolong orang lain. Stefanus menyaksikan apa yang telah diperbuat Allah bagi nenek moyang Israel, Musa ketika berusia 40 tahun. Selama 40 tahun pertama hidup di istana Firaun, Musa tidak terbuai dalam kemewahan dan kesenangan yang tersedia di istana. Bahkan ia prihatin akan hidup sengsara saudara-saudaranya di luar istana (23). Sikap peduli ini sangat menonjol ketika ia harus keluar dari kehidupan mewah di istana demi membela saudara sebangsanya yang dianiaya oleh orang Mesir (24).

Penolakan manusia dan kepastian rencana Allah. Sikap peduli Musa ternyata bukan jaminan bahwa dia akan diterima dengan baik oleh saudara-saudara sebangsanya. Ini terlihat ketika niat Musa untuk yang kedua kalinya mencoba mendamaikan dua saudara sebangsanya yang sedang berkelahi ditolak. Dengan penuh kekecewaan, Musa meninggalkan Mesir, dan hidup sebagai pendatang di Midian. Mengapa Musa ditolak oleh bangsanya sendiri? Dia bukan pemimpin, dia bukan hakim bagi bangsanya. Namun, terlepas dari penolakan manusia, kepastian rencana pengutusan Allah atas Musa tidak berubah (30-34).

Doa: Tuhan, jika pelayananku ditolak orang sekelilingku, jangan biarkan aku berhenti menjadi alat-Mu.

(0.10) (Kis 7:44) (sh: Hati yang keras (Kamis, 26 Juni 2003))
Hati yang keras

Menjelang akhir pembelaannya, Stefanus menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus. Begitu keras sehingga mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga menutup telinga sehingga tidak dapat mendengar kabar yang Tuhan ingin sampaikan. Mereka sudah mengeraskan hati sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus.

Peristiwa penolakan ini mengingatkan kita pada kisah John Sung, seorang misionaris yang pernah mengeraskan hati menentang suara Roh Kudus. Kisah ini bermula ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya namun John Sung bergumul untuk menolak dan mengeraskan hati. Pergumulan batiniah yang hebat itu, mengganggu kestabilan jiwanya. Selama 7 bulan ia mendekam di rumah sakit jiwa untuk memperoleh ketenangan kembali dan disaat itulah ia belajar untuk taat dan menerima panggilan Tuhan. Tuhan berkenan memakai John Sung menyebarkan Injil hampir di seluruh Asia, termasuk di Indonesia.

Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus dan kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu kita gubris. Dampak langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Dampak langsung yang lebih menyedihkan adalah, pertama, kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Kedua, kita tidak menerima berkat itu sendiri. Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam satu tim dengan-Nya.

Renungkan: Jangan keraskan hati menolak panggilan Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.10) (Kis 7:54) (sh: Memang seharusnya terjadi (Jumat, 27 Juni 2003))
Memang seharusnya terjadi

Bagian firman Tuhan yang baru saja kita baca ini merupakan salah satu kisah yang paling mengharukan. Ada beberapa hal yang membuat kisah ini begitu menyayat hati. Pertama, pembunuhan ini dilakukan atas nama Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Stefanus menghujat Allah maka, selayaknyalah ia dihukum rajam. Kedua, pada saat meregang nyawa, Stefanus masih sempat berdoa agar Tuhan tidak menanggungkan dosa ini atas para pembunuhnya.

Keduanya mengakui berbuat atas nama Tuhan, tetapi berbeda motivasi. Orang Yahudi mengkambinghitamkan Tuhan untuk melampiaskan kebencian mereka, dan melahirkan pembunuhan. Sedangkan Stefanus mengalami ini karena keyakinannya akan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus, melahirkan pengampunan.

Di mata manusia, kematian Stefanus adalah peristiwa tragis karena tidak seharusnya terjadi. Namun, di mata Tuhan kematian Stefanus tidak tragis dan tidak sia-sia. Kematian Stefanus adalah bagian dari rencana Allah yang tidak sepenuhnya kita pahami namun sekurangnya bisa kita mengerti kendati hanya sebagian. Pada saat Stefanus dirajam, ada seorang pemuda yang menyaksikan kebrutalan para pembunuh itu, namanya Saulus, yang belakangan kita kenal sebagai Paulus. Di kemudian hari Paulus menjadi Stefanus yang baru, sebagai pengikut Kristus yang merisikokan hidupnya demi Yesus Tuhan. Seperti Stefanus, Paulus pun pernah dilempari batu; Paulus memahami makna menderita dan mati bagi Kristus sebab ia pernah melihat kematian Stefanus yang mulia.

Bila Tuhan memakai kematian Stefanus sebagai prelude untuk memanggil Paulus, tidak tertutup kemungkinan Ia memakai peristiwa yang sedang kita hadapi ini sebagai prelude untuk menghantar kita masuk ke dalam kehendak-Nya yang lain.

Renungkan: Apa yang tidak seharusnya terjadi mungkin adalah tangan Allah yang sedang memindahkan kita ke dalam rencana-Nya.

(0.10) (Kis 9:19) (sh: Dampak masa lampau yang hitam (Rabu, 2 Juli 2003))
Dampak masa lampau yang hitam

Salah satu hambatan yang sangat berat buat pelayanan Paulus ialah masa lampaunya sendiri. Orang-orang Yahudi tidak bisa melupakan apa yang dibuatnya oleh sebab itu mereka sama sekali tidak percaya kalau Paulus sekarang berkhotbah tentang Yesus. Masakan orang bisa berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam waktu yang singkat? Masakan musuh kekristenan yang paling wahid, bisa berubah menjadi anak domba? Oleh sebab itu mereka mau mencelakakan Paulus. Tidak ada orang yang mau percaya kepada Paulus karena masa lampaunya yang hitam. Dengan perkataan lain masa lampaunya sendiri yang menentang pelayanannya. Bahkan di antara orang Kristen, Paulus juga tidak mendapat tempat. Sekali langsung ke ujian, seumur hidup orang tidak percaya.

Itulah yang terjadi saat ini. Ketika perubahan radikal terjadi dalam kehidupan seseorang, orang lain selalu menanggapinya dengan ragu- ragu atau tanda tanya. Apalagi orang yang masa lampaunya sangat hitam. Manusia takut kalau orang seperti itu akan melanjutkan karya masa lampau yang mengerikan itu. Akibatnya orang itu tidak akan pernah diberikan kesempatan. Hanya orang bodoh yang mau jatuh atau terantuk lagi pada batu yang sama untuk kedua kalinya. Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kesetiaannya sudah dapat diukur? Siapakah yang mau memberikan kepercayaan kepada orang yang kredibilitasnya diragukan? Tentu saja manusia harus berhati-hati, sebab semakin sulit kehilangan seorang yang sangat potensial karena kita tidak pernah memberikan kesempatan kepadanya

Renungkan: Banyak sekali kesempatan-kesempatan berharga, panggilan yang menentukan, karya-karya besar yang tidak pernah terjadi karena kita jauh dari pengampunan dan lebih banyak hidup dalam kecurigaan berlebihan dan tidak percaya terhadap orang lain.

(0.10) (Kis 9:32) (sh: Pelawatan dimasa Damai (Minggu, 13 Juni 1999))
Pelawatan dimasa Damai

Ketika penganiayaan terjadi, para rasul memilih untuk tetap tinggal di Jerusalem (8:1b). Setelah keadaan damai tercipta (31), Petrus menggunakan waktu yang indah untuk berjalan keliling. Tujuannya tidak hanya untuk mengabarkan Injil, namun juga mengunjungi orang Kristen yang ada di Lida, serta mengajar dan menguatkan mereka. Ternyata kunjungan ini berdampak bagi pekabaran Injil yang lebih luas (35,42). Salah satu kegiatan pelayanan yang sering terabaikan adalah visitasi (pelawatan). Banyak alasan dapat dikemukakan untuk mendukung hal pernyataan tersebut. Petrus sebagai rasul dan pemimpin gereja saat itu memberikan contoh yang baik. Petrus memperlihatkan bahwa pelawatan adalah salah satu bentuk pelayanan yang efektif. Melalui efektifitas pelayanan pelawatan, gereja akan menjumpai jemaat yang membutuhkan bimbingan dan pertolongan.

Berpusat pada Kristus. Pusat setiap gerak pelayanan Petrus adalah Yesus Kristus. Ada tiga bukti yang mendukung pemahaman ini: pertama, Petrus mencontoh apa yang pernah dilakukan Yesus dalam melakukan mukjizat (34; 40 ); kedua, semua mukjizat itu dilakukan dalam nama Yesus "Yesus Kristus menyembuhkan engkau" (34); lalu ia berlutut dan berdoa (40); ketiga, mukjizat yang dikerjakan oleh Petrus hanya untuk memuliakan Yesus (35, 42). Tanda-tanda mukjizat yang dilakukan oleh Petrus itu mempunyai tujuan untuk menguatkan dan mengilustrasikan berita keselamatan di dalam Yesus. Petrus juga ingin menunjukkan bahwa di dalam kematian dan kebangkitan-Nya, maut dan penyakit dipatahkan-Nya. Kesaksian keajaiban karya Kristus membawa orang mendengar berita Injil, melihat mukjizat dan menjadi percaya.

Mungkin kita tidak mempunyai karunia seperti Petrus untuk melakukan banyak mukjizat, namun prinsip "pelayanan berpusat pada Kristus" harus selalu kita pegang teguh.

Pola ini merupakan kunci mengapa Gereja mula-mula terus bertumbuh di tengah-tengah masa penderitaan dan di masa damai (ay. 31).

(0.10) (Kis 14:1) (sh: Prinsip tegas, luwes, lentur dalam misi (Rabu, 18 Mei 2005))
Prinsip tegas, luwes, lentur dalam misi


Dalam bersaksi kita harus mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita bagikan dan bagaimana menyampaikannya. Akan tetapi, itu saja tidak cukup. Kita juga harus peka terhadap beragam kebutuhan pendengar serta berbagai kemungkinan respons mereka terhadap Injil. Kita dapat menemukan prinsip dan contoh penting tentang bagaimana berinteraksi dengan respons tersebut dalam kisah penginjilan Paulus ini.

Kemajuan misi Paulus di Ikonium berhubungan dengan reaksi negatif para pemimpin Yudaisme di Antiokhia. Sesudah memantapkan iman mereka yang menyambut Injil, Paulus dan timnya tidak meladeni para musuh Injil (ayat 13:51). Mereka mengalihkan usaha penginjilan mereka ke Ikonium. Hal yang sama ternyata terulang lagi di Ikonium. Di Ikonium kedua rasul itu beroleh respons dari banyak orang untuk menerima Injil karena pelayanan yang disertai mukjizat Allah terjadi (ayat 14:1,3). Namun, banyak juga mereka yang merespons Injil secara negatif. Akibatnya, penduduk Kota Ikonium pun terbagi ke dalam mereka yang menyambut Injil dan mereka yang menolak Injil (ayat 4). Bahkan para penolak Injil itu bertindak lebih jauh lagi menjadi para pembenci Injil yang menciptakan gerakan untuk menganiaya pemberita Injil (ayat 5).

Penginjilan dan kesaksian kita harus mengandung unsur-unsur seperti yang dimiliki Paulus dan Barnabas. Yaitu, kasih Yesus yang menjadi sumber pendorong sekaligus isi kesaksian kita; Roh Kudus yang menjadi sumber kekuatan, ketahanan, semangat, dan keberanian kita dalam bersaksi. Roh Kudus juga jaminan yang akan membuat kesaksian kita mendapatkan respons. Oleh karena itu, Roh Kudus perlu menjadi pemimpin agar kita peka bagaimana harus menanggapi respons negatif dan kapan saatnya beralih ke orang/tempat lain demi perluasan kesaksian.

Doakan: Orang-orang di sekitar kita yang belum merespons Injil. Mintalah Roh Kudus bekerja dalam hatinya agar sadar dan terbuka terhadap kebutuhan akan keselamatan.

(0.10) (Kis 15:6) (sh: Anugerah yang menyelamatkan (Minggu, 22 Mei 2005))
Anugerah yang menyelamatkan


Apakah tradisi, upacara, dan peraturan agama bisa dijadikan syarat untuk manusia mendapatkan anugerah Allah? Bolehkah kemurahan keselamatan-Nya ditanggapi sebagai milik bangsa tertentu saja? Pertanyaan-pertanyaan ini ternyata sudah setua usia gereja di dunia ini.

Persidangan para pemimpin jemaat di Yerusalem mengenai harus tidaknya orang Kristen nonyahudi disunat, dimulai dengan ketidaksepakatan di antara mereka sendiri. Sampai akhirnya Petrus pun berbicara. Pertama, Petrus mengingatkan bahwa melalui dirinya Allah menyatakan keselamatan kepada bangsa-bangsa lain dengan memberikan Roh Kudus kepada mereka. Berarti Allah menghendaki agar bangsa-bangsa lain pun diterima menjadi umat-Nya (ayat 7-8). Terlebih lagi Injil pun telah disambut mereka dan mukjizat-Nya juga dinyatakan-Nya di tengah-tengah mereka (ayat 12). Karena Allah telah menyucikan hati mereka dengan iman maka orang percaya Yahudi pun harus menerima mereka menjadi bagian umat Allah.

Kedua, ketika umat Yahudi percaya pada Yesus sebagai Mesias mereka dibebaskan dari tuntutan Hukum Taurat yang tidak mampu mereka tanggung. Jadi, mereka pun diselamatkan oleh kasih karunia Allah (Rm. 6:14). Dengan demikian orang percaya nonyahudi yang sudah percaya pada Allah pun tidak seharusnya dituntut melaksanakan Hukum Taurat itu (ayat 10-11).

Iman kepada Yesus Kristus adalah syarat seseorang diterima Allah menjadi umat-Nya, bukan karena ia berhasil memenuhi syarat-syarat agamawi. Pengorbanan Yesus bagi kita adalah harga penebusan dosa yang terbayar lunas dan tidak dapat dibatalkan. Hari ini gereja dan orang Kristen harus terbuka menerima siapa pun yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus sebagai saudara seiman.

Renungkan: Oleh karena kita telah menerima kepastian anugerah keselamatan maka marilah kita menghargainya dan dengan setia melakukan firman-Nya.

(0.10) (Kis 15:13) (sh: Keselamatan bagi segala bangsa (Senin, 23 Mei 2005))
Keselamatan bagi segala bangsa


Rencana Tuhan untuk membukakan mata para pemimpin gereja akan misi-Nya sungguh indah. Ia telah mengilhami Paulus dan Barnabas untuk pergi ke Yerusalem. Ia telah menyatakan kehendak-Nya bagi bangsa-bangsa lain melalui pendapat Petrus. Kini, Ia pun membimbing Yakobus untuk mengingatkan peserta persidangan itu tentang rencana keselamatan-Nya bagi bangsa nonyahudi.

Yakobus memulai pidatonya dengan menyatakan persetujuannya terhadap khotbah Petrus (ayat 14). Inti pidato Yakobus ini adalah: Pertama, tujuan Allah membangun kembali dinasti Daud melalui Yesus, bukan hanya untuk keselamatan Israel melainkan juga untuk bangsa-bangsa lain (ayat 16-17). Hal ini telah dinubuatkan oleh para nabi PL yang artinya sudah jelas sejak semula (ayat 15,18). Jadi, dengan pernyataan ini, Yakobus menyetujui dan mendukung misi Paulus dan Barnabas (ayat 19). Kedua, keinginan Allah adalah supaya umat-Nya memiliki kehidupan yang kudus dan berkenan pada-Nya sesuai dengan prinsip Hukum Musa (ayat 20-21). Dengan demikian, Yakobus menegaskan bahwa hukum Taurat bukan lagi menjadi syarat keselamatan (misalnya: praktik sunat) melainkan sebagai petunjuk untuk hidup kudus (misalnya: tidak menyantap makanan persembahan berhala).

Apakah ciri yang membedakan antara orang percaya dengan orang kafir? Adanya anugerah keselamatan yang sudah diberikan Allah melalui pribadi Yesus Kristus. Keselamatan itu kita peroleh bukan karena kita telah menjalankan syarat agamawi, peraturan gereja, ataupun perbuatan-perbuatan baik. Seharusnya dasar anugerah Allah inilah yang kita tuangkan dalam perilaku sehari-hari yaitu menjaga diri hidup kudus sesuai dengan kehendak-Nya.

Renungkan: Usaha Iblis untuk memecah Gereja dan membungkam pekabaran Injil akan gagal ketika anak-anak Tuhan peka terhadap kehendak-Nya dan bersehati taat melakukannya.

(0.10) (Kis 15:35) (sh: Sikap menghadapi konflik (Rabu, 25 Mei 2005))
Sikap menghadapi konflik


Konflik dapat dialami semua orang maupun kelompok. Dampaknya biasanya akan menghancurkan persatuan. Itu sebabnya, konflik dianggap negatif oleh sebagian orang. Meski demikian, terjadinya konflik tidak selalu menunjukkan siapa benar siapa salah. Lalu, apa yang harus kita lakukan jika terjadi konflik dalam kerjasama tim pelayanan?

Konflik antara Paulus dan Barnabas dalam perikop ini terjadi setelah mereka berjuang bersama mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Persahabatan dan kerjasama mereka dengan dasar kasih Kristus telah teruji melewati waktu. Namun, mereka tetap mengalami konflik mengenai perbedaan prinsip menghadapi rekan sepelayanan yang pernah mundur (lihat 13:13). Akibatnya mereka berpisah dan mengambil jalannya masing-masing (ayat 15:39). Sayang, Paulus dan Barnabas tidak mengatasi konflik di antara mereka dengan baik sebagaimana mereka menyelesaikan permasalahan di jemaat Antiokhia (ayat 15:22). Meski demikian, Tuhan mengizinkan hal ini terjadi supaya Injil justru tersebar lebih luas lagi. Kitab Kisah Para Rasul tidak menceritakan apa yang terjadi dengan pelayanan Barnabas dan Yohanes Markus kemudian. Namun, di dalam beberapa surat Paulus kita menemukan Yohanes Markus kembali melayani bersama dengan Paulus (Kol. 4:10; 2Tim. 4:11). Sedangkan Paulus membentuk tim pelayanan yang baru bersama Silas dan diutus jemaat Antiokhia untuk melanjutkan pekabaran Injilnya (Kis. 15:41).

Apabila konflik terjadi maka yang perlu dilakukan adalah: Pertama, berdoa mohon kepekaan dari Tuhan supaya kita melihat masalah dengan benar. Kedua, jangan menyerang pribadi pihak lawan. Ketiga, libatkan orang yang dewasa rohani untuk menjadi penengah. Keempat, berinisiatiflah untuk menyelesaikan konflik itu.

Doaku: Ya Roh Kudus, sucikanlah hatiku agar ketika aku terlibat konflik, motivasiku terdalam adalah tetap untuk menyenangkan Tuhan.

(0.10) (Kis 16:11) (sh: Jalan salib penuh penderitaan (Jumat, 27 Mei 2005))
Jalan salib penuh penderitaan


Banyak orang Kristen beranggapan bahwa ketaatan pada visi menyaksikan Injil akan membuahkan hasil gemilang. Kenyataannya tidak selalu demikian. Sejarah gereja menunjukkan banyak misionaris yang ditolak, dianiaya, bahkan tidak sedikit yang dibunuh.

Pelayanan Paulus di Filipi pada minggu-minggu pertama diterima dengan baik. Paulus sengaja mengunjungi rumah ibadat Yahudi yang ada di kota itu. Selain bertemu dengan orang-orang Yahudi, mereka juga berjumpa dengan orang-orang nonyahudi yang ikut beribadah. Sejumlah orang bertobat termasuk Lidia, yang kemudian memberikan tumpangan bagi rombongan ini (ayat 13-15). Namun, Iblis tidak senang dan berupaya menghambat pelayanan mereka. Pertama, Iblis memakai roh tenung untuk mengganggu pelayanan Paulus dan Silas (ayat 16-17). Paulus mengatasi serangan ini dengan mengusir roh jahat yang merasuk seorang hamba perempuan (ayat 18). Kedua, Iblis memakai pemilik hamba perempuan itu untuk memelopori penganiayaan Paulus dan Silas. Karena kehilangan penghasilan, mereka menghasut penduduk Filipi untuk menganiaya Paulus dan Silas serta melemparkannya ke penjara. Mereka lebih mengutamakan uang daripada jiwa hamba perempuan itu (ayat 19-24). Apakah visi Makedonia telah gagal?

Pertanyaan serupa muncul tatkala kita mengalami tantangan berat dalam pelayanan. Yaitu, ketika gereja ditutup, dirusak, dan dibakar; orang Kristen dianiaya, dipenjara, bahkan dibunuh. Apakah ini berarti Iblis yang menang? Atau adakah rencana-Nya yang belum diungkapkan bagi anak-anak-Nya? Apa yang harus kita lakukan? Ingatlah bahwa Allah tetap berdaulat, walau kita tidak mengerti sekarang. Pikullah salib sama seperti Kristus telah memikul salib sebagai bukti penyerahan-Nya akan kehendak Allah.

Renungkan: Saat penderitaan menyapa kita, ketahuilah bahwa Dia pernah melaluinya. Tuhan tidak membiarkan kita sendirian. Ia ada di sisi kita saat ini untuk menguatkan kita.

(0.10) (Kis 17:10) (sh: Sikap hati terhadap Injil (Senin, 30 Mei 2005))
Sikap hati terhadap Injil


Mengapa ada orang merespons Injil lalu bertobat, sebaliknya ada pula orang yang menutup diri terhadap Injil? Jawabnya terletak pada sikap hati seseorang!

Bila sebagian orang Yahudi di Tesalonika menutup diri terhadap Injil sehingga mereka membenci kekristenan, maka orang-orang Yahudi di Berea sebaliknya. Mereka memang tidak langsung percaya, namun mereka tidak menolak. Mereka justru menyelidiki Perjanjian Lama untuk mengetahui apakah ajaran Paulus benar. Sikap hati seperti itu membawa dampak ganda. Pertama, kebenaran tentang Yesus dalam Injil mereka terima sehingga pertobatan pun terjadi (ayat 12a). Kedua, kesediaan menerima Injil menjadi kesaksian bagi orang-orang non Yahudi. Akibatnya orang-orang nonyahudi pun menjadi percaya dan bertobat (ayat 12b). Sayangnya, sukacita ini terusik oleh perbuatan oknum dari Tesalonika. Provokasi mereka menjadikan penduduk Berea curiga akan maksud Paulus memberitakan Injil (ayat 13). Mungkin orang percaya Berea mengetahui peristiwa di Tesalonika, sehingga mereka pun mengungsikan Paulus. Paulus akhirnya meninggalkan Berea, namun Silas dan Timotius tetap tinggal untuk membina kerohanian mereka (ayat 14). Ini membuktikan kesungguhan hati orang percaya Berea yang rindu untuk bertumbuh dalam Tuhan.

Banyak orang menyambut Injil bila disampaikan sebagai janji pengampunan dan berkat semata-mata. Karena itu, saat kita mengabarkan Injil hendaknya juga disertai penggalian firman yang benar dan tepat. Para pendengar Injil harus mendengar perintah untuk bertobat sebelum mendapatkan anugerah keselamatan. Dengan demikian akan nyata sikap hati yang sesungguhnya, yaitu apakah terbuka untuk bertobat dan mau diselamatkan atau menolak Injil dan mencemooh kebenaran.

Berdoa: Mohonlah agar Roh Kudus menyiapkan hati orang yang akan Anda injili hari ini, supaya mereka terbuka dan menerima kebenaran.

(0.10) (Kis 17:16) (sh: Hati-hati dengan dialog antar agama (Senin, 19 Juni 2000))
Hati-hati dengan dialog antar agama

Dialog antar umat beragama semakin marak di Indonesia, karena karakter masyarakat Indonesia yang sedemikian pluralis, suasana keterbukaan yang begitu semarak, dan HAM yang mulai dihargai oleh masyarakat kita. Dialog ini memang efektif untuk mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama. Sehingga diharapkan terciptanya suasana aman, tenteram, dan kondusif (mendukung).

Namun Kristen harus tetap memandang bahwa dialog hanyalah salah satu metode pendekatan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi penyampaian berita keselamatan. Paulus, ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang begitu pluralis (kota Atena), juga mengadakan dialog dengan penduduk setempat yang menganut berbagai agama (17-20). Paulus berhasil menciptakan suasana yang kondusif sehingga orang-orang Atena yang haus akan pengajaran dan senang berdialog (21), menjadi terbuka terhadap apa yang Paulus beritakan (19-20). Paulus berhasil membuktikan metode dialog yang efektif (34).

Apa kuncinya untuk sukses berdialog? Selain kekuatan Roh yang menyertai dia, ada kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh Paulus. Pertama, Paulus memiliki pemahaman Injil yang utuh, mengungkapkan siapakah Allah dengan segala kepenuhan-Nya. Ia menjabarkan bahwa seluruh alam semesta dan sejarah manusia berpusat kepada Allah (26-28). Ia juga menyatakan bahwa seluruh umat manusia sudah mengenal semua itu melalui alam dan wahyu umum (28). Kemudian Paulus menyatakan siapakah Yesus (31). Injil yang disampaikan bukan kacangan karena di dalamnya terkandung berbagai perspektif yang terintergrasi: Yesus yang dintergrasikan dengan doktrin Allah, salib diintegrasikan dengan ciptaan, dan keselamatan dengan penghakiman. Kedua, Paulus memiliki kekuatan dan kedalaman motivasi. Ini bermula dari perhatian dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar (16) yang memukul perasaan dan emosinya (16). Paulus mempunyai kecemburuan Ilahi dan rindu nama-Nya selalu dikuduskan. Baru kemudian ia berdialog (17).

Renungkan: Apakah aku mempunyai pemahaman Injil seperti Paulus? Apakah aku terprovokasi ketika melihat rumah-rumah ibadah agama-agama lain? Bila jawabannya 'ya', Anda siap untuk berdialog. Bila jawabannya 'tidak', Anda siap untuk masuk pelatihan Allah.

(0.10) (Kis 17:16) (sh: Berbagi Injil dengan orang terdidik (Selasa, 31 Mei 2005))
Berbagi Injil dengan orang terdidik


Di mana-mana berita Injil tetap sama. Allah mengasihi dunia yang berdosa dan memberikan Kristus untuk keselamatan mereka. Namun, cara memberitakan Injil harus disesuaikan dengan konteksnya.

Atena adalah kota terpelajar dan kota religius. Selain ada kumpulan orang Yahudi, di Atena terdapat banyak pengikut filsafat tertentu dan penyembah berhala. Paulus menyapa masing-masing kelompok sesuai dengan konteks masing-masing (ayat 16-18). Oleh karena memberitakan sesuatu yang baru, Paulus mendapat kesempatan membagikannya di sidang Areopagus (ayat 19-21). Di sini kita melihat strategi penginjilan Paulus yang peka konteks dan memanfaatkan pengetahuan iman mereka akan wahyu umum. Pertama, Paulus tidak mengecam berhala-berhala sesembahan mereka. Sebaliknya, ia memakai salah satu berhala yang tidak bernama untuk memperkenalkan Allah yang disembahnya (ayat 22-23). Kedua, Paulus memperkenalkan Allah sebagai Sang Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Dia berdaulat penuh atas segala ciptaan-Nya, termasuk manusia. Hidup manusia berasal dari dan bergantung penuh kepada Allah (ayat 24-28). Ketiga, Paulus memperkenalkan cara beribadah yang benar di hadapan Allah yang Mahabesar. Ibadah yang benar bukan dengan menyembah berhala melainkan dengan menjalani kehidupan yang kudus yang berkenan kepada-Nya. Kehidupan itu harus dipertanggungjawabkan satu kali kelak di hadapan Dia yang telah membangkitkan Kristus (ayat 29-31). Hasil pemberitaan Injil itu terbagi dua. Ada yang menolak Injil, tetapi tidak sedikit juga mereka yang bertobat (ayat 32-33).

Di balik sikap kritis bahkan sinis orang-orang terpelajar, ada kebutuhan batin yang membuat mereka mencari-cari kebenaran. Kita harus belajar peka akan konteks dan kebutuhan orang-orang di sekitar kita sehingga pemberitaan Injil kita tepat cara dan sasarannya.

Camkan: Roh Kudus mengurapi anak Tuhan yang mempersiapkan diri dengan baik untuk memberitakan Injil-Nya.

(0.10) (Kis 18:18) (sh: Perhatian kepada jemaat Tuhan (Kamis, 2 Juni 2005))
Perhatian kepada jemaat Tuhan


Pada intinya tugas Gereja hanya ada dua, yaitu pelayanan pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum percaya dan pelayanan kepada umat untuk pembangunan tubuh Kristus. Kedua-duanya sama penting dan masing-masing tidak boleh diabaikan.

Kesuksesan Paulus mengabarkan Injil di Korintus tidak membuatnya lupa akan tugas pengabaran Injil ke tempat-tempat lain. Ia telah bernazar dan perjalanan misi yang dilakukannya ini dalam rangka memenuhi nazarnya itu (ayat 18). Tindakan bernazar yang dibarengi dengan mencukur rambut adalah cara orang Yahudi mengucap syukur. Mungkin Paulus menaikkan ucapan syukurnya karena penyertaan dan perlindungan Tuhan saat ia menghadapi tekanan musuh di Korintus.

Paulus mengunjungi Efesus. Di situ, Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila untuk melayani di sana (ayat 19). Rupanya Paulus hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang ia dirikan pada pelayanan misinya yang lampau. Ia hendak meneguhkan kerohanian jemaat-jemaat itu. Melalui kota pelabuhan Kaisarea, di mana terdapat juga jemaat hasil pelayanan Petrus (Lihat Kis. 10), Paulus berkunjung pertama-tama ke Antiokhia, kemudian menjelajahi seluruh wilayah Galilea dan Frigia (Lihat 11:22-26; 16:6). Tindakan Paulus ini mencerminkan tindakan gembala yang baik. Ia bukan hanya pionir dalam membuka ladang penginjilan, tetapi ia juga aktif memperhatikan pertumbuhan rohani umat yang sudah dimenangkannya.

Gereja harus senantiasa memberi perhatian seimbang kepada dua aspek pelayanannya, yaitu pengabaran Injil dan pertumbuhan umat. Tanpa pengabaran Injil, gereja tidak dapat menjadi saluran berkat Allah kepada dunia ini. Tanpa pertumbuhan umat, gereja tidak dapat menjadi agen-agen Allah untuk menyelamatkan dunia ini dari belenggu dosa.

Renungkan: Gereja dipanggil untuk memperlengkapi umat-Nya agar berbeban dan trampil mewartakan Injil.

(0.10) (Kis 20:17) (sh: Paulus yang profesional (Selasa, 27 Juni 2000))
Paulus yang profesional

Para top eksekutif perusahaan besar berhasil mencapai segudang prestasi di dalam bidangnya karena mereka menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan profesionalisme yang tinggi. Bagaimanakah seorang dikatakan profesional? Pertama, ia mempunyai wawasan, pengetahuan, dan pemahaman yang mendalam dan luas dalam bidang yang ditekuni. Kedua, ia dapat menterjemahkan pengetahuan yang dimiliki ke dalam ketrampilan yang berguna untuk berkarya. Ketiga, ia mempunyai integritas yang tinggi yang diakui oleh kolega (teman sejawat) dan masyarakat dimana ia berkarya.

Bila dibandingkan dengan para top eksekutif, Paulus tidak kalah. Sebagai pelayan Tuhan, ia mempunyai profesionalisme yang tinggi sesuai standar masa kini. Ceramah Paulus di depan para penatua Efesus secara tidak langsung mengungkapkan bahwa Paulus adalah seorang profesional sejati. Ia mempunyai integritas yang tinggi, dibuktikan dengan hidupnya yang transparan di hadapan jemaatnya (18b, 34). Integritas ini meliputi setia terhadap tujuan hidupnya yaitu melayani Tuhan, tetap setia dan taat mengemban misi dan tanggung jawabnya walaupun situasi dan kondisi tidak mendukung (19-220, 23-24), tuntas dalam menjalankan tugasnya (26), kesungguhannya (31), bersih dan jujur dalam soal keuangan (34). Siapa yang meragukan bahwa Paulus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang Injil dan doktrin-doktrin Kristen.

Tidak hanya itu, ia juga mempunyai wawasan yang luas sehingga ia tahu apa yang akan dihadapi oleh jemaat Efesus dan ia pun tahu Siapa yang dapat mendukung dan menopang mereka (31-32). Di dalam setiap pelayanan yang ia lakukan, Paulus tidak pernah menggunakan hanya satu metode pendekatan dan pengajaran. Ia memberitakan dan mengajar baik dalam kelompok besar maupun kelompok kecil (20), bersaksi (21), menasehati (28), memperingati (31), membimbing, dan memimpin kepada sumber kasih karunia yaitu Allah. Tiga Faktor inilah yang selalu mewarnai setiap gerak dan langkah pelayanannya. Karena itulah Paulus pun mempunyai 'segudang prestasi'.

Renungkan: Bagaimana jika setiap pelayan Tuhan baik mereka yang melayani penuh waktu maupun yang melayani sebagai majelis, aktivis gereja dan kampus, tidak memilih tiga faktor ini?

(0.10) (Kis 24:10) (sh: Kesempatan di dalam kesempitan (Minggu, 13 Agustus 2000))
Kesempatan di dalam kesempitan

Secara sepintas terlihat bahwa Paulus berhasil 'dikurung dan dibungkam' dalam penjara Kaisarea selama 2 tahun. Namun apakah ini berarti Injil juga dikurung dan dibungkam? Tidak! Justru sebaliknya, berita Injil semakin kuat menyatakan kuasa-Nya. Bagaimana mungkin?

Pembelaan Paulus sangat berbeda dengan Tertulus. Ia tegas menyatakan bahwa ia Kristen (14-16). Ia pun mengungkapkan beberapa fakta yang valid dan kuat untuk menggugurkan dakwaan yang ditujukan kepadanya. Pertama, ia baru tiba di Yerusalem 12 hari yang lalu, bagaimana mungkin ia menjadi pemimpin sekte (11)? Kedua, ketika ditangkap ia sedang sendirian: bagaimana mungkin ia dituduh sebagai pembuat huru-hara (12, 18). Ketiga, alasan ia ke Yerusalem adalah untuk beribadah dan membawa persembahan (17-18). Terakhir, jika Paulus mempunyai kesalahan yang lain, siapa penuduhnya (12)?

Feliks menangguhkan perkara ini dengan alasan menunggu saksi lain (22) dan harapan Paulus akan menyuap dirinya (26). Walau demikian, ia menunjukkan rasa simpati kepada Paulus dan bersikap lunak terhadapnya (23). Keadaan ini membuahkan kesempatan kepada Paulus untuk memperdengarkan Injil kepada Feliks dan istri ketiganya Drusila, seorang Yahudi yang lari dari suaminya untuk menikah dengannya. Mereka mendengar tentang kebenaran, penguasaan diri, dan penghakiman yang akan datang yang adalah dasar utama bagi panggilan pertobatan. Mereka dicelikkan matanya bahwa mereka adalah orang yang berdosa. Kenyataan ini yang membuat Feliks gelisah dan memutuskan untuk menyuruh Paulus pergi.

Renungkan: Dari peristiwa ini, kita dapat melihat bahwa berada di pihak yang benar secara hukum tidak menjamin memperoleh keadilan. Tapi, itu tidak penting bagi Kristen sejauh Kristen tetap memperoleh kesempatan memperdengarkan Injil yang berkuasa.

Bacaan untuk Minggu ke-9 sesudah Pentakosta

2Samuel 7:18-22 Roma 8:18-25 Matius 13:24-35 Mazmur 86:11-17

Lagu: Kidung Jemaat 427

Pemahaman Alkitab 6 -- Amsal 20:1-16

Menjadi orang-tua yang baik adalah dambaan setiap orang-tua. Mereka semua mempunyai satu motto: 'anak-anak mereka harus mempunyai kehidupan yang lebih baik dari kehidupan mereka`. Sebenarnya motto ini sudah ada sejak raja Salomo, kurang lebih 3000 tahun yang lalu: `orang benar yang bersih kelakuannya, berbahagialah keturunannya`. Penulis Amsal memberikan nasihat agar keturunannya berbahagia maka para orang-tua harus mempunyai kelakuan yang bersih. Apa yang harus dilakukan oleh para orang-tua?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Syarat apa yang harus dipenuhi oleh para orang-tua agar keturunannya berbahagia (7)? Bagaimana Anda mendefinisikan kelakuan yang bersih?

2. Berkelakuan bersih mencakup beberapa bidang kehidupan manusia, beberapa diantaranya dipaparkan oleh Amsal hari ini: a) bidang sosial: bagaimana mempunyai kehidupan yang terhormat di masyarakat (3)? Mengapa masalah kehormatan yang oleh masyarakat dihubungkan dengan harta dan kekayaan, tetapi oleh Amsal dihubungkan dengan menjauhi perbantahan? Hal-hal apalagi yang menyebabkan orang kehilangan kehormatannya (1)? Jika kita bukan pemabuk, apakah ini menjamin bahwa kita bukanlah pencemooh atau peribut? Jelaskan! Apa penyebabnya?

b) bidang usaha: mengapa kita harus meninggalkan sifat malas (4, 13)? Inikah faktor yang seringkali menyebabkan masyarakat tertentu tidak memiliki daya juang memperbaiki taraf hidupnya? Jika kita sebagai penjual, ukuran yang bagaimanakah yang seharusnya kita pakai (10)?

c) bidang politik: raja yang bagaimanakah yang menjadi dambaan bangsanya (8)? Sebagai warganegara, apakah kewajiban kita (2)?

d) bidang agama: adakah kebenaran dalam diri seseorang (6, 9)? Apakah kebutuhan dasar seorang yang menyadari siapa dirinya di hadapan Allah?

3. Setelah Anda memahami bagaimana kehidupan yang berkelakuan bersih, bagaimana respons Anda? Bagaimana pula hal ini diterapkan dalam kehidupan keluarga Anda, sehingga menciptakan keluarga yang bahagia dan keturunannya pun bahagia?

(0.10) (Kis 25:13) (sh: Daya magnet moralitas Paulus (Selasa, 15 Agustus 2000))
Daya magnet moralitas Paulus

Permintaan Paulus untuk naik-banding ke Kaisar membuat Festus berada dalam posisi yang sulit. Ia harus membuat laporan resmi tentang tuduhan terhadap Paulus dan alasan Paulus naik-banding. Karier Festus menjadi taruhannya jika ia tidak berhasil menangani kasus ini dengan baik. Inilah yang menghantui pikiran Festus ketika Herodes Agripa bersama adiknya Bernike datang mengunjunginya. Kedatangan Herodes sebagai seorang Yahudi yang sangat dihormati oleh Kaisar membawa kelegaan bagi Festus karena ia berharap Herodes dapat menolongnya menyiapkan laporan kasus Paulus.

Karena itu, Festus memaparkan kepada Herodes (14-21) secara detail dan kronologis. Pertama, ia menyalahkan Feliks yang belum menyelesaikan masalah Paulus (14). Kedua, dia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang taat kepada hukum Romawi melawan desakan kuat pemuka agama Yahudi untuk menghukum mati Paulus (15-16). Ketiga, dia adalah orang yang tanggap dan akan bertindak adil pada waktunya dan dengan cara yang benar (17). Keempat, dia menyinggung tuduhan orang Yahudi yang hanya berhubungan dengan masalah agama Yahudi (18-19). Terakhir, dia mengakui kebingungannya untuk memeriksa perkara ini (20) namun dia tidak menceritakan bagaimana dia sudah berusaha berpihak kepada orang-orang Yahudi.

Mengapa Festus dapat dibingungkan dan diusik kehidupannya oleh seorang Paulus? Mengapa Herodes pun tertarik untuk mendengar Paulus langsung? Bila dibandingkan dengan Herodes dan segala kebesarannya (23) siapakah Paulus yang hanya seorang tawanan yang dirantai? Jawabannya terletak pada kekuatan moralitas Paulus. Dari pemaparan Festus di atas sudah dapat disimpulkan secara moral orang macam apakah Festus. Herodes pun ternyata melakukan praktek perzinahan dengan adik perempuannya sendiri - Bernike. Kehidupan mereka terusik bahkan diresahkan oleh kekuatan moralitas Paulus sehingga di hadapan mereka Paulus adalah seorang pribadi yang luar biasa yang tidak dapat diremehkan sama sekali.

Renungkan: Keadaan dan posisi Kristen di Indonesia di mata pemerintah dan masyarakat adalah seperti Paulus di hadapan Festus dan Herodes. Karena itu Kristen pun harus mempunyai kekuatan moralitas yang akan memancar dan menarik banyak orang mendengarkan Kristen.

(0.10) (Rm 4:1) (sh: Orang benar Perjanjian Lama. (Minggu, 17 Mei 1998))
Orang benar Perjanjian Lama.

Paulus mendukung pendapatnya bahwa orang dibenarkan bukan oleh usaha tetapi oleh iman dengan menampilkan dua tokoh Perjanjian Lama yaitu Abraham dan Daud. Abraham adalah nenek moyang Israel, hidup jauh hari sebelum Musa dan sebelum pemberian hukum Taurat. Abraham dibenarkan karena percaya kepada janji Allah (ayat 3). Hal benar itu bukan upah tetapi hadiah (ayat 4). Sunat diterimanya bukan untuk dibenarkan sebab tauat belum ada. Jadi sunat adalah meterai bahwa ia sudah termasuk dalam perjanjian Allah berdasarkan iman. Demikian pun Daud diampuni dari pelanggaran dan dosanya karena iman (ayat 7,8). Jadi prinsip Injil jelas telah dinikmati oleh kedua tokoh Perjanjian Lama tersebut.

Iman dan perbuatan. Seringkali orang mempertentangkan iman dan perbuatan. Seharusnya tidak perlu! Abraham mempercayai Tuhan yang memanggilnya, berjalan menurut perintah Tuhan (">Kej. 12:1-3). Ia beriman dulu, lalu berbuat sesuai imannya kepada Tuhan. Ketika ia bimbang tentang keturunannya, ia mempercayai peneguhan janji dari Tuhan. Ia diperhitungkan benar (15:6">Kej. 15:6). Daud ditegur oleh Nabi Natan karena dosanya (2Sam. 12), ia menerima teguran itu datang dari Tuhan. Itulah iman. Selanjutnya ia menyesali, mengakui dosanya itu (Mzm. 51). Itulah perbuatan yang didasarkan pada imannya akan pengampunan Tuhan. Pengalaman imannya itu dibagikannya sebagai pengajaran iman bagi umat Tuhan (32:1-2">Mzm. 32:1-2).

Isi mendahului tanda. Iman Abraham mendahului sunat. Atas dasar imannya ia menerima sunat sebagai meterai pembenaran dari Allah (ayat 32:10-11" context="true">10-11). Abraham disebut, "Bapak segala orang beriman", bukan "bapak segala orang bersunat". Dengan prinsip Abraham inilah Allah membuka pintu bagi orang bersunat maupun tidak untuk hidup dalam hubungan yang benar dengan Allah. Karena iman segala pelanggaran dan dosa kita tidak diperhitungkan Allah (ayat 7-8). Sebab itu kita disebut berbahagia (ayat 6). Namun kebahagiaan kita harus disertai sikap dan tindakan yang mencerminkan iman itu untuk memuliakan Allah.

(0.10) (1Kor 2:6) (sh: Apresiasi diri dan karunia (Senin, 1 September 2003))
Apresiasi diri dan karunia

Yesus pernah berkata, jangan berikan mutiara kepada babi (Mat. 7:6). Babi jantan tidak akan makin tertarik kepada betinanya bila ia berkalungkan mutiara. Si jantan, karena kebabiannya, tidak akan pernah mampu menghargai dan mengapresiasi mutiara sebagaimana kita manusia memaknainya.

Jelas, jemaat Korintus bukan sekumpulan babi. Sejak awal surat, Paulus menyebut mereka sebagai orang yang telah dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2). Kepada mereka hikmat keselamatan Allah telah dinyatakan (ayat 10); hikmat tentang karya keselamatan Allah yang tersembunyi bahkan bagi para penguasa, tetapi yang disediakan Allah bagi kemuliaan mereka yang percaya seperti jemaat Korintus (ayat 7). Mereka pun telah menerima Roh-Nya (ayat 12), yang dalam analogi kemanusiaan, bahkan tahu hal-hal terdalam dari Allah (ayat 10-11). Luar biasa. Apa lagi yang kurang?

Atas dasar jati diri ini Paulus hendak menampilkan seperti apa itu manusia rohani: pertama, ia adalah seperti Paulus dan rekan sekerjanya, mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat dan Roh Allah (ayat 6,13). Kedua, ia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala sesuatu berdasarkan hikmat Allah, tanpa dinilai orang lain (ayat 14-15). Ketiga, ia tidaklah seperti manusia duniawi (Yun. psukhikos) yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah, menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14). Singkatnya, manusia rohani dapat mengapresiasi hikmat dan penyertaan Roh Allah melalui hidupnya.

Jemaat Korintus, bersama semua yang berseru kepada nama Yesus Kristus seperti kita kini (ayat 1:2) punya untaian indah mutiara karunia ilahi. Sekarang, tinggal bagaimana kita mengapresiasinya.

Renungkan: Merasa ada yang kurang dari hidup Anda? Kadang, hal terpenting yang kurang justru adalah apresiasi dan respons yang nyata dalam hidup kita atas karunia-karunia-Nya yang besar itu.

(0.10) (1Kor 3:18) (sh: Jika ini adalah milikku, maka ... ? (Kamis, 4 September 2003))
Jika ini adalah milikku, maka ... ?

Biasanya, kita akan melanjutkannya dengan "... saya bebas melakukan apa saja dengannya dan kepadanya." Benar demikian? Apa yang Paulus katakan dalam bagian ini memberikan kepada kita suatu pengertian yang agak berbeda tentang arti kepemilikian atau memiliki sesuatu.

Dalam bagian ini, Paulus meringkaskan argumen-argumen terdahulunya demikian: mengapa bermegah pada manusia; mengapa memfavoritkan seorang pelayan dan berselisih sehingga ada perpecahan? Semuanya tidak perlu, karena segala sesuatu adalah milik-"mu", milik jemaat Korintus (ayat 21,22). Argumen seperti ini menarik, karena bagi sebagian orang, masalah hak milik justru menjadi sumber perpecahan dan perselisihan. Lalu apa arti kepemilikan seperti ini? Jemaat Korintus memiliki segala sesuatu, karena mereka adalah milik Kristus, Sang Pemilik segala sesuatu. Mereka memiliki segala sesuatu dalam Kristus, oleh kasih karunia Allah, demi statusnya sebagai bait Allah: sebagai tempat Roh Allah nyata dalam kehidupan jemaat, sehingga menjadi alternatif ilahi yang kontras dengan gaya hidup kota Korintus yang dekaden.

Memiliki segala sesuatu dalam Kristus bagi orang percaya berimplikasi dua hal. Pertama, karena di dalam Kristus kita memiliki segala sesuatu, maka kita hanya dapat bermegah dalam Tuhan dan tidak mengandalkan diri sendiri. Hidup Kristen yang memiliki segala sesuatu adalah hidup yang mencari hikmat Allah dan taat kepada kehendak-Nya dalam segala sesuatu. Kedua, memiliki segala sesuatu di dalam Kristus berarti sadar bahwa kita semua adalah milik Kristus; hamba Kristus. Sesama hamba Kristus kita tidak diperkenankan untuk saling menghakimi, karena hanya Tuhanlah satu-satunya hakim.

Renungkan: Jangan biarkan hidup Anda menjadi hidup yang melulu mengumpulkan barang milik, tetapi hidup kehambaan. Karena hanya dalam Yesus Kristus Anda sejati telah memiliki segala sesuatu.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA