Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1561 - 1580 dari 2213 ayat untuk sudah (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12405345238095) (2Sam 8:1) (sh: Kepastian. (Rabu, 25 Februari 1998))
Kepastian.

Kepastian.
Hari ini kita akan membaca kisah kesuksesan Daud yang gilang gemilang. Kemenangan demi kemenangan bagai bayangan, yang mengikuti derap langkah pasukan Daud di medan perang. Turun temurun orang Israel menceritakan kisah heroik figur nenek moyang kebanggaan mereka. Akan tetapi di balik cerita ini kitab Samuel ingin memberikan kesaksian iman tentang langkah kehidupan orang yang diberkati Tuhan. Bagi orang percaya, Tuhanlah penjamin kepastian akan keberhasilan hidupnya. Bila ada keberhasilan dalam upaya dan kerja kita Tuhanlah yang memberikannya bagi kita.

Budi yang luhur. Setiap suku memiliki kisah tentang figur nenek moyangnya yang hebat dan berbudi luhur. Mungkin kita pun memiliki tokoh yang kita kagumi: kepribadiannya, pemikirannya, ataupun keuletannya. Dalam dunia anak-anak sekarang ini ada kura-kura ninja, power ranger, atau satria baja hitam dll. Hal yang patut dicermati ialah sampai di mana nilai-nilai luhur kejujuran, keadilan, kebenaran dari tokoh-tokoh idola itu dipanuti. Semua figur yang dijadikan panutan haruslah diuji. Di atas tokoh panutan seperti Daud, Kristus yang sudah menebus kita dengan nyawa-Nyalah, satu-satunya panutan terpercaya.

Renungkan: Harapan generasi mendatang hanyalah bila keluarga berharap dan memandang kepada Yesus sepenuh hati.

(0.12405345238095) (2Sam 10:1) (sh: Maksud baik. (Selasa, 23 Juni 1998))
Maksud baik.

Maksud baik.
Bagi Daud persahabatan sangat penting. Persahabatannya dengan Amon ingin dilanjutkannya kepada Hanun, anak Amon. Karena itu Daud menyampaikan rasa dukacitanya pada Hanun yang berduka ditinggal mati ayahnya. Namun maksud baik ini tidak diterima Hanun dengan baik. Bani Amon menerima maksud baik Daud dengan cara mempermalukan para utusan Daud. Daud tidak membalas, sebab melakukan sesuatu yang baik dengan maksud baik jauh lebih berharga daripada membalas kejahatan dengan kejahatan.

Maksud jahat. Maksud jahat bani Amon dan Hanun mendatangkan ketakutan dalam diri mereka sendiri. Mereka sudah merasa bersalah menghina para utusan Daud. Mereka menduga Daud pasti marah dan akan menyerang mereka. Lalu Hanun bersekongkol dengan raja-raja di wilayahnya untuk menyerang Daud. Maksud jahat Hanun berbuah menjadi tindakan untuk berperang. Memang maksud jahat selalu menghasilkan kejahatan. Kejahatan ini dihancurkan Allah melalui Daud, Yoab, dan para tentara Israel.

Renungkan: Maksud baik walaupun tidak diterima baik tetap membawa kebahagiaan, tetapi maksud jahat membawa ketakutan dan malapetaka.

Doakan: Agar Tuhan selalu menguatkan maksud baik kita.

(0.12405345238095) (2Sam 20:1) (sh: Mengail di air keruh. (Selasa, 14 Juli 1998))
Mengail di air keruh.

Mengail di air keruh.
Lagi-lagi kita melihat kelicikan manusia. Ketegangan yang terjadi di antara suku-suku Israel dan Yehuda dimanfaatkan oleh Seba untuk memperoleh kekuasaan. Ia menghasut bangsa Israel dengan menyebarkan isu buruk tentang Daud, dan hasutan itu berhasil. Akankah ada sejahtera dalam hati bila memperoleh kedudukan dengan fitnah dan hasutan?

Pengabdian yang tulus. Untuk memadamkan pemberontakan Seba, Daud menunjuk Abisai, saudara Yoab, namun kita juga membaca bahwa Yoab ikut berjuang meski sudah tidak termasuk pasukan Daud. Kesediaan Yoab berjuang didasarkan pada kerinduannya mengabdi kepada raja bahkan kepada Tuhan sendiri yang mengangkat Daud sebagai raja Israel.

Nasihat bijaksana. Keberadaan seorang perempuan itu tidak diperhitungkan dalam budaya Yahudi. Tetapi ketika Yoab bermaksud menghancurkan kota Abel-bet-Maakha, tampillah seorang perempuan mengingatkan dengan pertanyaan yang singkat namun sarat makna (ayat 16-19). Hal ini mencerminkan kepedulian seseorang terhadap tindakan fatal dan mendatangkan banyak korban.

Renungkan: Meski bukan hal besar yang mampu Anda lakukan, sebuah kepedulian itu besar artinya. Bayangkan andai Tuhan tak peduli kepada ciptaan-Nya apa yang terjadi?

(0.12405345238095) (2Sam 21:15) (sh: Peperangan Daud. (Kamis, 16 Juli 1998))
Peperangan Daud.

Peperangan Daud.
Untuk kesekian kalinya Daud berangkat ke medan perang melawan bangsa Filistin. Meskipun peperangan itu membuatnya letih lesu, ia tetap memiliki semangat juang yang tinggi untuk mempertahankan keutuhan bangsa dan negaranya dari serangan musuh-musuh sekitar. Selain itu apa yang dilakukan Daud pun patut mendatangkan decak kagum kita kepadanya. Bayangkan, Daud yang tak muda lagi itu, yang sudah kenyang dengan peperangan, dan yang begitu besar jasa untuk bangsa dan negaranya, masih juga bersungguh-sungguh dalam peperangan. Dia masih tetap memiliki tanggungjawab, dan itu patut kita kita teladani.

Daud dilindungi. Kesungguhan Daud dalam peperangan sempat menimbulkan kecemasan pada banyak orang, sehingga mereka berniat melindungi Daud. Dengan berbagai cara dan alasan mereka berusaha mencegahnya melanjutkan peperangan. Daud seorang raja yang sangat mencintai rakyatnya. Tangan Tuhan telah melindungi Daud lewat perlindungan dan perhatian anak buahnya dengan demikian marilah kita berkata, "Demikianlah cara Tuhan melindungi Daud."

Renungkan: Kepahlawanan tampak bukan dalam perjuangan mempertahankan kedudukan tetapi dalam sikap mengutamakan pengabdian tanpa motif keuntungan diri sendiri.

(0.12405345238095) (2Sam 22:1) (sh: Ketika diambang maut. (Jumat, 17 Juli 1998))
Ketika diambang maut.

Ketika diambang maut.
Perjalanan hidup Daud bagaikan berjalan ditepi jurang maut. Beberapa kali nyawanya terancam. Betapa tak enaknya kehilangan rasa aman seperti itu. Mengapa Tuhan tak memberikan jalan mudah baginya Bukankah Daud mengemban tugas dari Tuhan? Pertanyaan seperti itu mungkin tak akan pernah terjawab. Tetapi Daud tetap berseru kepada Tuhan. Hal ini mengungkapkan dua dimensi iman: percaya tetapi juga mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pernyataan ini mungkin sudah sedemikian sering kita dengar, namun tak mudah bukan? Kita sering terlalu yakin bahwa Tuhan akan mampu melindungi kita, lalu kita mencari jalan keluar dengan cara kita sendiri. Tak sepenuhnya bergantung kepada Tuhan.

Semakin kenal semakin mantap. Semakin berat perjalanan, semakin bertubi-tubi penderitaan. Hal ini membuat Daud semakin yakin bahwa sesungguhnya hanya Tuhan yang membuatnya bertahan. "Tuhan adalah sandaran bagiku", begitulah ungkapan imannya. Bila Tuhan mengizinkan ada kerikil-kerikil tajam di perjalanan hidup kita, tak lain agar kita makin erat menyerahkan tangan kita dalam genggaman tangan Tuhan supaya langkah ini tidak tergelincir.

Doa: Tolonglah kami terus memandang Engkau ditengah kekelaman hidup sekalipun

(0.12405345238095) (1Raj 18:20) (sh: Allah yang sejati (Minggu, 22 Agustus 2004))
Allah yang sejati

Allah yang sejati. Mungkinkah manusia mencari Allah yang sejati melalui ilmu pengetahuan, budaya, upacara, kunjungan ke tempat-tempat di berbagai penjuru bumi?

Perikop ini menceritakan peristiwa konfrontasi antara Elia dengan empat ratus lima puluh nabi Baal yang terjadi di Gunung Karmel. Dua mezbah dengan daging persembahan bagi Allah dan Baal sudah disiapkan. Peraturannya adalah allah yang menyambar daging persembahan dengan api menunjukkan bahwa itulah Allah yang sejati (ayat 23-24). Tujuan konfrontasi ini adalah untuk menyatakan kuasa Allah atas Baal dan untuk menunjukkan siapakah Allah Israel yang sejati.

Para nabi Baal memulai doa mereka yang digabungkan dengan tarian ritual (= tata cara dalam upacara keagamaan) termasuk ritual penyiksaan diri yang ternyata sia-sia (ayat 26-29). Sebaliknya Elia yang berdoa tanpa ritual mendapatkan jawaban yang menakjubkan. Api Allah bukan hanya membakar habis daging persembahan, tetapi juga membakar mezbah, tanah, bahkan air di parit (ayat 30-38). Peristiwa itu menyadarkan bangsa Israel untuk kembali pada Allah Israel yang sejati (ayat 39). Setelah itu, Elia menubuatkan akan turunnya hujan (ayat 41-45). Terbuktilah siapa Allah sejati, yaitu Ia yang telah mengalahkan Baal dengan api dan hujan, bahkan berkuasa menahan dan mencurahkan hujan.Siapakah Tuhan dalam hidup Anda? Allah sejati atau allah lain seperti: harta, kuasa, popularitas, astrologi, dlsb?

Renungkan: Yesus adalah Allah yang sejati. Sudahkah Anda memilih untuk menyembah-Nya?

(0.12405345238095) (Ezr 7:28) (sh: Bukan pemimpin "One man show" (bekerja sendiri) (Jumat, 10 Desember 1999))
Bukan pemimpin "One man show" (bekerja sendiri)

Bukan pemimpin "One man show" (bekerja sendiri). Ezra diberi wewenang yang besar dari raja Koresy, namun hal ini tidak membuat dia ingin mengungkungi semua bidang pelayanan yang ada. Ezra berpikir realistis, mengakui keterbatasan dirinya. Sebagai pemimpin, Ezra mengikuti peraturan yang ada dan berlaku yaitu "siapa" yang harus memimpin "apa". Karena itu ketika di antara orang-orang yang dipimpin kembali ke Yerusalem tidak ada orang Lewi, maka dia memutuskan untuk meminta didatangkan orang Lewi. Baginya tugas menyelenggarakan ibadah di rumah Allah adalah tugas orang Lewi.

Perlunya budaya malu. Malunya Ezra perlu diteladani. Ia sudah memproklamirkan siapa Allah dan apa yang akan dilakukan-Nya bagi bangsa Yehuda. Jika sekarang Ezra menghadapi masalah, ia hanya akan berpaling kepada Allah, bukan kepada raja Koresy yang secara lahiriah mampu memberikan pertolongan. Ia malu jika ia tidak menerapkan apa yang ia yakini dan imani. Kristen harus belajar dari sikap dan keyakinan iman Ezra. Apa artinya mengandalkan diri dan orang lain, bila hal yang sesungguhnya itu berasal dari Allah? Lebih tepat dan lebih terjamin apabila kita langsung berpaling kepada Allah!

Renungkan: Peliharalah budaya malu kepada Allah, hal itu akan mengontrol kemauan diri untuk bergantung kepada manusia.

(0.12405345238095) (Ezr 10:7) (sh: Pemimpin yang bertekad bulat (Rabu, 15 Desember 1999))
Pemimpin yang bertekad bulat

Pemimpin yang bertekad bulat. Penegasan Ezra tentang ketidaksetiaan umat yang menambah kesalahan Israel di hadapan Allah tidak menimbulkan pemberontakan. Mereka tidak hanya tunduk kepada Ezra yang mempunyai wewenang untuk menghakimi, namun juga pada kebulatan tekad dan ketegasannya (12). Ezra memerintahkan para imam orang Lewi dan orang Israel lainnya yang telah menjalani pernikahan campur, untuk menceraikan istri mereka dan menyuruh pergi istri serta anak-anak hasil nikah campur itu - keputusan ini tentu tidak dapat dijadikan alasan untuk mengizinkan perceraian masa kini, apa pun alasan atau problem yang dihadapi. Kebenaran yang dapat diteladani adalah ketegasan Ezra terhadap ketidaktaatan umat kepada Allah.

Yang bersalah. Dari 113 orang (18-43) yang sudah menikah dengan perempuan kafir, hampir 25%-nya adalah pemimpin agama. Kejatuhan itu telah mempengaruhi para pemimpin rohani, sehingga tidak ada masa depan bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa penting dan berpengaruhnya kehidupan spiritualitas pemimpin bagi masyarakat dalam suatu bangsa.

Renungkan: Kemerosotan etika dan moral suatu bangsa; akan mempengaruhi perkembangan segala aspek kehidupan. Hai, para pemimpn jadilah teladan bagi masyarakat

(0.12405345238095) (Ayb 1:1) (sh: Imam bagi keluarga (Minggu, 17 Agustus 2003))
Imam bagi keluarga

Imam bagi keluarga. Pola hidup konsumtif dan hura-hura sudah menjadi bagian dalam kehidupan generasi muda zaman ini. Biasanya rentetan pola hidup semacam ini adalah semakin menjamurnya pengguna narkoba, seks bebas, dlsb. Dalam kondisi demikian, nilai-nilai moral menjadi amburadul. Bagaimana keadaan keluarga, masyarakat, dan bangsa di masa depan jika generasi muda bertindak amoral?

Kehidupan keluarga Ayub merupakan cerminan bagi keluarga kebanyakan yang hidup dalam kecukupan secara finansial (ayat 3-4). Terlepas dari kehidupan anak-anak Ayub, kita perlu belajar dari Ayub. Ayub peka terhadap segala kemungkinan yang dapat membawa anak-anaknya menjauh dari Tuhan. Itu sebabnya setiap kali anak-anaknya menyelesaikan suatu hajatan, Ayub memanggil dan menguduskan mereka melalui persembahan kurban bakaran kepada Allah (ayat 5). Hati yang sensitif memungkinkan Ayub bersikap sebagai pelindung dan imam bagi mereka.

Kalau saja setiap orang tua Kristen masa kini mau memekakan diri mereka terhadap godaan dahsyat yang setiap saat dapat menghantam kehidupan keluarga dan anak-anaknya. Kalau saja para ayah menyediakan waktu untuk berdoa, membaca dan merenungkan firman Tuhan bersama anak-anak mereka setiap hari. Keluarga Kristen akan menjadi benteng iman yang berakhlak teguh.

Renungkan: Kepekaan rohani adalah syarat penting bagi orang tua untuk mengarahkan keluarga pada kehidupan yang benar dan menghindarkan mereka dari kehidupan amoral.


Bacaan untuk Minggu ke-11 sesudah Pentakosta

Yesaya 55:1-3; Roma 8:31-39; Matius 14:13-21; Mazmur 78:14-20,23-29

Lagu KJ 335

(0.12405345238095) (Ayb 6:1) (sh: Jangan lari dari Tuhan (Minggu, 21 Juli 2002))
Jangan lari dari Tuhan

Jangan lari dari Tuhan. Dewasa ini ada sebagian orang Kristen yang berpandangan bahwa Tuhan akan menganugerahkan kemakmuran dan kesehatan kepada setiap anak-Nya. Mereka beranggapan, orang Kristen tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan. Kitab Ayub membantah keyakinan ini. Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh cacing (ayat 7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat besar!

Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan barang siapa membacanya dengan saksama, akan merasakan kepedihan yang dalam itu. Pasal 6 dan 7 merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari seluruh Alkitab. Dengarlah ungkapan-ungkapan Ayub, "Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!" (ayat 6:9,10; 7:16,20).

Dalam menghadapi penderitaan, kita bisa memilih untuk melakukan kedua hal ini. Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan, atau, kedua, menjauhkan diri dari-Nya. Mendekatkan diri kepada-Nya tidaklah berarti bahwa kita sudah dapat menerima semua penderitaan ini. Mendekatkan diri kepada Tuhan berarti kita membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

Renungkan: Apakah reaksi kita dalam menghadapi penderitaan? Apakah kita lari dari-Nya ataukah kita lari kepada-Nya? Larilah kepada-Nya karena hanya Dialah yang mengerti keberadaan kita dan yang memedulikan kita.

(0.12405345238095) (Ayb 17:1) (sh: Bolehkah membela diri? (Minggu, 12 Desember 2004))
Bolehkah membela diri?

Bolehkah membela diri? Kepada siapa anak Tuhan yang menderita boleh berpaling? Tentu kepada Allah, apalagi jika penderitaan itu terjadi bukan karena dosa-dosanya.

Ayub yakin bahwa penderitaannya itu diakibatkan Tuhan menekan dirinya, bukan karena kesalahannya. Sementara para sahabatnya terus menyalahkan dan memojokkan dia. Sekarang Ayub melanjutkan lagi keluhannya terhadap para sahabatnya seraya meminta pembelaan Allah. Ayub percaya Ia akan membela dirinya karena yang dikatakan teman-temannya itu salah. Ayub berani meminta Tuhan menjamin kebenaran dirinya dan menyatakan para sahabatnya bersalah, sebab mereka telah memfitnah dia (ayat 3-5). Di sini Ayub meminta kepada Tuhan agar tudingan dosa itu dibalikkan kepada mereka. Oleh karena, tuduhan itu tidak terbukti, maka merekalah yang harus ganti dituduh! Jadi, walaupun keadaan Ayub yang dituding berdosa itu membuat orang lain menganggap dia hina (ayat 6), bahkan orang jujur tidak dapat mengerti dirinya (ayat 8), namun sebagai orang benar, Ayub tak tergoyahkan (ayat 9). Maka Ayub mengajukan argumentasi ke sahabatnya yang berubah menjadi lawannya itu (ayat 10).

Bagi Ayub, kalau ia menyerah kepada tuduhan, itu sama dengan menyerahkan harapannya kepada dunia orang mati, maka ia akan tenggelam dan habis (ayat 13). Sebaliknya, karena Ayub yakin akan ketidakbersalahannya dalam penderitaan, dan percaya akan keadilan Tuhan, maka ia berjuang membela dirinya.

Renungkan: Anak Tuhan tidak perlu membela diri ketika dituduh, karena Kristus sudah membelanya.

(0.12405345238095) (Ayb 23:1) (sh: Jangan lari dari Tuhan (Minggu, 4 Agustus 2002))
Jangan lari dari Tuhan

Jangan lari dari Tuhan. Dewasa ini ada sebagian orang Kristen yang berpandangan bahwa Tuhan akan menganugerahkan kemakmuran dan kesehatan kepada setiap anak-Nya. Mereka beranggapan, orang Kristen tidak seharusnya mengalami kesusahan, apalagi kemiskinan. Kitab Ayub membantah keyakinan ini. Ayub bukan saja kehilangan hartanya dan menjadi miskin, ia pun menderita sakit yang membuat kulitnya dipenuhi oleh cacing (ayat 7:5). Sungguh suatu penderitaan yang teramat besar!

Memang, Kitab Ayub penuh dengan kepedihan dan barang siapa membacanya dengan saksama, akan merasakan kepedihan yang dalam itu. Pasal 6 dan 7 merupakan salah satu bagian yang paling menyedihkan dari Kitab Ayub dan bahkan dari seluruh Alkitab. Dengarlah ungkapan-ungkapan Ayub, "Kiranya Allah berkenan meremukkan aku, kiranya Ia melepaskan tangan-Nya dan menghabisi nyawaku!" (ayat 6:9,10; 7:16,20).

Dalam menghadapi penderitaan, kita bisa memilih untuk melakukan kedua hal ini. Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan, atau, kedua, menjauhkan diri dari-Nya. Mendekatkan diri kepada-Nya tidaklah berarti bahwa kita sudah dapat menerima semua penderitaan ini. Mendekatkan diri kepada Tuhan berarti kita membawa semua kepedihan, kebingungan, dan kekecewaan ini kepada-Nya. Dalam ketidakmengertian tentang penderitaan yang dialaminya, Ayub tidak lari dari Tuhan, justru sebaliknya, ia mendekatkan dirinya kepada Tuhan.

Renungkan: Apakah reaksi kita dalam menghadapi penderitaan? Apakah kita lari dari-Nya ataukah kita lari kepada-Nya? Larilah kepada-Nya karena hanya Dialah yang mengerti keberadaan kita dan yang memedulikan kita.

(0.12405345238095) (Mzm 44:1) (sh: Ingatan yang benar dalam penderitaan. (Rabu, 17 Desember 1997))
Ingatan yang benar dalam penderitaan.

Ingatan yang benar dalam penderitaan.
Pikiran sedih dan gelap sering menyelimuti orang yang sedang mengalami kesusahan hidup. Orang beriman tidak perlu hancur oleh kesusahan, atau terus mendekam dalam kehancuran akibat kesalahan dan dosanya sendiri. Namun jalan keluar dari kesusahan dan penderitaan yang terjadi sebagai akibat dosa tidak terjadi secara ajaib. Tuhan akan memberikan jalan keluar, namun kita yang bersalah pun harus menata ulang kehidupan yang salah menjadi benar. Dalam kegagalan bangsanya menaati Tuhan, pemazmur memulai penataan ulang tersebut dengan berpikir tentang kebenaran yang telah Allah lakukan bagi mereka.

Mengutamakan Allah. Kejatuhan yang membuat Israel menderita terjadi karena mereka tidak lagi mengutamakan Allah. Pemazmur kini menata kembali, mulai dari prinsip terpenting itu. Bukan pedang, bukan lengan yang membuatnya digjaya, tetapi tangan kanan Tuhan, lengan Tuhan, cahaya wajah Tuhan (ayat 4). Ingatan yang sama itu pula yang memberi mereka kekuatan untuk bangkit dan keluar dari dosa dan derita itu.

Renungkan: Kristus sudah menanggung derita kita. Mengapa tidak mengizinkan Dia bertakhta dan menata ulang kehidupan kita?

Doa: Ajarku mengutamakan-Mu senantiasa, o Tuhanku.

(0.12405345238095) (Mzm 46:1) (sh: Perlindungan dan kekuatan. (Jumat, 19 Desember 1997))
Perlindungan dan kekuatan.

Perlindungan dan kekuatan.
Pada zaman dulu, sebuah kota sering kali terancam serangan musuh atau gerombolan penjahat. Sebab itu betapa penting memiliki benteng yang teguh dan kuat. Perlindungan dan kekuatan adalah dua hal penting bagi suatu kota. Kehidupan umat Tuhan dengan tepat dilukiskan pemazmur seperti suatu kota. Allah sendirilah benteng teguh yang menjamin keamanan dan kelangsungan hidup umat-Nya. Orang yang sungguh berlindung pada Tuhan, tidak akan dikecewakan. Allah kuat perkasa, juga Maha kasih. Aman di dalam Tuhan sudah terbukti nyata dalam sejarah umat dari zaman ke zaman (ayat 2).

Allah memusnahkan sumber ancaman. Perang adalah salah satu dari sekian banyak hal yang mengancam kelangsungan hidup manusia. Demikian juga segala macam kejahatan. Tuhan sendiri menciptakan kedamaian sejati; menghadirkan kasih, setia, persaudaraan, kesetiaan, dan saling hormat yang akan membuat masyarakat manusia mengalami kemanusiaan secara terhormat.

Renungkan: Kota-kota kita masa kini makin disesaki oleh berbagai jenis kekerasan dan kejahatan. Bagaimana Kristus sebagai pemelihara hidup dapat kita saksikan bila gereja sendiri tidak memiliki kedamaian?

(0.12405345238095) (Mzm 52:1) (sh: Percaya akan kasih setia Allah (Minggu, 6 Juni 2004))
Percaya akan kasih setia Allah

Percaya akan kasih setia Allah. Seorang pemuda berkata bahwa ia sudah enam tahun mengikut Tuhan tetapi belum pernah melihat pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Sebaliknya ada orang yang dilihatnya tidak mengikut Tuhan tetapi selalu berhasil dalam berbagai hal. Timbul pertanyaan dalam hatinya. Di manakah kesetiaan Allah? Bukankah Ia berjanji akan memberkati umat-Nya, melindunginya dan membuat hidupnya berhasil?

Mazmur ini menggambarkan kehidupan orang yang dikasihi Allah tetapi menderita bahkan hendak dibunuh oleh karena mengatakan kebenaran. Kitab 1 Samuel 22 menceritakan bagaimana atas perintah raja Saul dalam satu hari ada delapan puluh lima orang imam mati dibunuh. Saul menyuruh Doeg, seorang kafir untuk mengeksekusi orang-orang yang dikasihi Allah itu. Ternyata Saul lebih mencintai kejahatan dan dusta (ayat 5), bahkan bermegah atas kejahatan yang dilakukannya (ayat 3).

Akan tetapi pemazmur yakin bahwa Allah sendiri akan menghukum orang berdosa. Mereka tidak akan tinggal di rumahnya (ayat 7). Sementara ia sendiri akan tetap berada di dalam rumah Allah, dan percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya (ayat 10). Demikian kita lihat bahwa di akhir hidupnya, Saul jatuh oleh pedang. Sebaliknya Daud naik takhta dan tetap kokoh sebagai bukti kasih setia Allah terhadap janji dan perjanjian-Nya.

Renungkan: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habis rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu (Rat. 3:22-23).

(0.12405345238095) (Mzm 57:1) (sh: Membentuk dan membuka. (Jumat, 6 Maret 1998))
Membentuk dan membuka.

Membentuk dan membuka.
Pergumulan hidup tidak saja membentuk sikap dan mengubah kebiasaan tetapi juga membuka watak yang sudah ada untuk mengungkapkan diri. Itulah yang terjadi dalam kisah Daud ketika ia harus terus berusaha membebaskan dan menyembunyikan diri karena dikejar-kejar Saul dan tentaranya. Namun Daud membuktikan bahwa dalam kondisi yang serba tertekan, dan terancam ini, ia tidak mengikuti ambisi dan dendam pribadi. Buktinya, Daud tidak menggunakan kesempatan untuk membunuh Saul yang sedang tertidur dalam gua. Bukankah ini kesempatan emas? Memang pertimbangan manusia mengatakan bahwa ia bertindak bodoh. Tetapi pertimbangan Allah lewat pengalaman hidup Daud adalah lebih tepat, jelas dan bijak.

Prinsip yang benar. Mengapa Daud tidak menggunakan kesempatan itu untuk melampiaskan dendam? Bukankah itu saat yang paling gampang? Keyakinannya untuk terus berpegang pada prinsip hidup yang benar, yaitu bahwa Tuhanlah yang memberi perlindungan baginya, mengendalikan hidupnya, menerima keluhannya dan memberikan jalan keluar terhadap permasalahannya. Penyelesaian yang berasal dari pertimbangan diri sendiri bukan menyelesaikan tetapi justru menimbulkan permasalahan baru.

(0.12405345238095) (Mzm 78:1) (sh: Ajarkan sejarah kepada generasi muda. (Kamis, 13 Agustus 1998))
Ajarkan sejarah kepada generasi muda.

Ajarkan sejarah kepada generasi muda.
Iman Israel berdiri di atas kebenaran yang teralami dalam sejarah. Itu yang membuat kebenaran iman berbeda daripada teori-teori filsafat. Generasi muda perlu tumbuh atas akar dan dasar yang kokoh. Itulah yang membuat Asaf bertekad mengajarkan sejarah Israel kepada anak-anak Israel. Generasi muda adalah pengganti generasi tua yang sedang berlalu. Mereka perlu dibina di dalam suasana ibadah yang sarat dengan kisah-kisah perbuatan nyata Allah di masa lampau. Dengan demikian masa depan dapat diharapkan serasi dengan maksud hati sang pengukir sejarah (ayat 6-7).

Jujur di hadapan Allah. Peristiwa dan tokoh yang telah terjadi di masa silam sudah berlalu. Baik tokoh dan peristiwanya maupun artinya tidak dapat terulang lagi. Kita yang hidup di masa kini yang mampu mempelajari dan memetik arti dari dalam sejarah. Sayangnya banyak orang yang tidak jujur di hadapan Allah, tidak sedia mengisahkan sejarah dengan jujur seperti yang Allah nilai. Akibatnya terjadilah rekayasa sejarah. Itu sebabnya banyak orang yang tidak belajar dari sejarah malah terkutuk untuk mengulang lagi jalan sejarah lama yang seharusnya ditinggalkan.

Renungkan: Jangan sekali-kali berusaha merekayasa sejarah. Ada Allah pereka sejarah yang akan membongkarnya kelak.

Doa: Berikanlah kami hati yang rindu meceritakan kisah Yesus Kristus kepada generasi penerus kami. Amin.

(0.12405345238095) (Mzm 78:17) (sh: Dosa terhadap Allah. (Jumat, 14 Agustus 1998))
Dosa terhadap Allah.

Dosa terhadap Allah.
Pada generasi muda Yehuda perlu diajarkan tentang seriusnya dosa di hadapan Allah. Bersungut-sungut ketika kelaparan di tengah gurun, mungkin kita anggap wajar saja. Namun ucapan "sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun" (ayat 19) itu berarti memberontak dan mencobai Allah (ayat 17, 18). Ada wajah dosa tertentu yang membuat kita kurang tajam melihatnya sebagai dosa. Pada masa kini hal-hal seperti dusta, kecurangan, keserakahan, ketidakjujuran sudah cenderung dianggap biasa. Kristen harus ingat bahwa tiap dosa adalah jahat terhadap Allah dan pasti akan mendatangkan hukuman setimpal.

Pemeliharaan Tuhan. Kegersangan alam padang pasir yang panas terik, sangat menyiksa perjalanan umat Israel menuju ke tanah Perjanjian. Kehausan yang luar biasa seolah memicu amarah mereka kepada Musa. Meski sikap mereka jahat di mata Allah, namun Allah tetap bersabar dan berbaik hati memenuhi kebutuhan makan minum mereka. Kesulitan ekonomi yang menimpa bangsa kita membuat hampir semua orang kini sulit beroleh kebutuhan pokok. Kita boleh berjuang dan memohon kepada Tuhan, namun janganlah ikut-ikut sikap tak beriman yang menghasilkan kejahatan.

Doa: Hantarkan kami, ya Roh Kudus, dalam melewati hari-hari hidup yang keras ini. Jangan biarkan kami terbawa oleh pencobaan dari iblis. Amin.

(0.12405345238095) (Mzm 80:1) (sh: Doa kepada Sang Gembala. (Rabu, 19 Agustus 1998))
Doa kepada Sang Gembala.

Doa kepada Sang Gembala.
Tuhan Allah adalah Gembala umat-Nya. Ia juga adalah pemelihara kebun anggur yaitu umat-Nya Israel (ay 2&9). Asaf mengenang dan mengingatkan Tuhan akan karya-karya penyelamatan-Nya dulu ketika membawa Israel keluar dari Mesir dan menjadikan mereka umat-Nya dan bangsa yang berdaulat. Doa ini pasti dipanjatkan dalam masa-masa saat Israel dihukum Tuhan melalui bangsa Asyur. Asaf berdoa agar Israel (Efraim, Benyamin, Manasye mewakili suku-suku Kerajaan Utara) dipulihkan Tuhan kembali.

Doa yang terlambat. Inti doa Asaf ini ialah memohon keselamatan bagi Israel. Artinya agar mereka diselamatkan dari kehancuran dan kepunahan. Bila kita membaca kitab nabi-nabi yang dipakai Tuhan memperingati Israel (Yesaya misalnya) jelas bahwa Allah telah memberi mereka undangan untuk bertobat. Namun semua undangan dan peringatan itu mereka anggap angin lalu. Meskipun tepat mengarahkan doa permohonan keselamatan kepada Tuhan, namun saat itu sudah terlambat. Firman Tuhan mengan-dung dua sisi: janji dan peringatan. Bila tidak kita gubris, kehan-curan pasti akan kita jelang.

Renungkan: Hiduplah terus dalam terang, sebab hidup dalam gelap hanya akan membuat orang binasa.

Doa: Kiranya Roh mengajar kami berdoa dan memohon sesuai kehendak-Mu. Amin.

(0.12405345238095) (Mzm 83:1) (sh: Ketidakberdayaan. (Jumat, 21 Agustus 1998))
Ketidakberdayaan.

Ketidakberdayaan.
Sepuluh bangsa disebut Asaf berkomplot hendak menekan Yehuda (ayat 7-9). Yehuda sendiri tidak mampu lepas dari masalah yang dihadapinya. Satu satunya harapan adalah apabila Tuhan bertindak. Itu sebab ia berseru, "Jangan Engkau bungkem, berdiam diri, berpangku tangan" (ayat 2). Ungkapan ini mirip teriakan para murid Tuhan Yesus di saat perahu mereka diterpa angin ribut (Mrk. 4:35-41). "Guru, Engkau tidak peduli kalu kita binasa?" Kini pun kita tak berdaya di tengah berbagai persoalan ekonomi, sosial-politik yang seolah sedia menghancurkan kita. Kepada Tuhankah kita tujukan doa dan harap itu?

Masih ada harapan. Walaupun sudah panjang lebar pemazmur melukiskan bencana yang akan menimpa bangsa Israel (ayat 3-9), pemazmur sadar masih ada harapan. Harapan itu ada karena Tuhan (ayat 4,6). Pemazmur mengingat bahwa bangsa Yehuda adalah pilihan Allah. Sesudah terlepas dari himpitan, pemazmur memohon supaya musuh-musuh dimusnahkan (ayat 10-19). Doa ini mengingatkan kita untuk tidak hanya memohon keselamatan bagi diri sendiri tetapi juga memohon Tuhan menegakkan kebenaran dan keadilan-Nya.

Renungkan: Hubungan umat Tuhan dengan Tuhan, bukan sekedar supaya lepas dari masalah, tetapi agar menjadi saluran berkat untuk semua orang.



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA