Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 160 dari 307 ayat untuk (68-21) Allah AND book:18 [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.85647122522523) (Ayb 5:17) (jerusalem: didikan) Menurut Elifas kemalangan yang mendatangi Ayub oleh Allah dimaksudkan sebagai "didikan" pengajaran untuk memperbaiki dirinya. Pikiran ini nanti diuraikan oleh Elihu, Ayu 33:19. dst
(0.85647122522523) (Ayb 9:28) (jerusalem: aku tahu...) Elifas dan Bildad mengajak Ayub agar pasrah saja kepada Allah dan patuh, Ayu 5:17; 8:5-6. Tetapi Ayub insaf bahwa sikap yang tidak benar dan jujur semacam itu tidak merubah apa-apa entah keadaan Ayub sendiri entah sikap Allah terhadapnya: semuanya tetap sama-sama saja.
(0.85647122522523) (Ayb 13:18) (jerusalem: menyiapkan perkaraku) Ayub membayangkan bahwa ada perkara antara dirinya dengan Allah. Kali ini ia lupa saja bahwa tidak ada wasit yang melebihi kedua pihak yang berperkara, Ayu 9:32-33. Hakimnya, Allah kali ini hanya dipandang sebagai lawan dalam pengadilan. Bdk Ayu 9:14+.
(0.85647122522523) (Ayb 15:4) (jerusalem: rasa takut) Ialah rasa takut akan Allah, bdk Ams 1:7+; Maz 15:4+
(0.85647122522523) (Ayb 17:8) (jerusalem: tercengang karena hal itu) Memang dalam Alkitab sering kali dikatakan bahwa orang benar "tercengang" menyaksikan hukuman dari Allah yang mendatangi orang fasik, lalu mereka bertambah takwa. Begitulah sahabat-sahabat Ayub: menyaksikan kemalangan yang menimpa Ayub mereka tercengang, mengagumi keadilan Allah dan tambah takwa, serta "naik pitam" terhadap Ayub yang menurut penilaian mereka haruslah orang fasik.
(0.85647122522523) (Ayb 41:10) (jerusalem: di hadapan Aku) Dalam Ayu 41:1-2 ini terus dikatakan: Aku (menghadapi Aku, Kubiarkan, kepunyaanKu), yaitu Allah. Dan begitu memang tertulis dalam naskah Ibrani. Tetapi agaknya para penyalin naskah dengan sengaja merubah naskah asli yang berkata tentang buaya, atas dasar pertimbangan teologis ini: hanya terhadap Allah saja orang tidak dapat bertahan.
(0.85553231531532) (Ayb 2:6) (full: IA DALAM KUASAMU. )

Nas : Ayub 2:6

Allah mengizinkan Iblis mendatangkan penderitaan lagi atas Ayub sebab baik komitmen Ayub sepenuhnya kepada Allah tidak dapat dibuktikan ataupun usaha Allah untuk menebusnya dari dosa tidak dapat ditunjukkan dengan efektif tanpa penderitaan yang tidak semestinya dialamai.

  1. 1) Ujian iman seorang benar melalui penderitaan semacam ini bermakna besar, karena yang dipertaruhkan adalah nama Allah di dalam pergumulan rohani terbesar sepanjang zaman, yaitu pertentangan di antara Allah dengan Iblis.
  2. 2) Rasul Petrus, yang menulis dari perspektif PB, mengatakan, "... kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya" (1Pet 1:6-7).
(0.85553231531532) (Ayb 13:15) (full: IA HENDAK MEMBUNUH AKU, TAK ADA HARAPAN BAGIKU )

Nas : Ayub 13:15

(versi Inggris NIV -- sekalipun Ia membunuh aku, namun aku akan berharap kepada-Nya). Dalam ayat ini terdapat pernyataan yang paling mengagumkan tentang iman akan kebaikan Allah yang pernah diungkapkan. Apa pun yang diizinkan Allah terjadi atas Ayub, apa pun beban yang ditimpakan kepadanya, bahkan sekalipun dia "dibunuh" oleh-Nya, Ayub percaya bahwa akhirnya Allah tidak akan mengecewakan dia. Paulus mengungkapkan keyakinan yang sama tentang kasih Allah bagi umat-Nya yang setia pasal (Rom 8:39). Walaupun Tuhan mengambil kenyamanan demi kenyamanan, kesehatan dirusakkan dan gelombang-gelombang kesulitan menimpa kita, melalui kasih karunia Yesus Kristus dan kuasa kematian-Nya yang menyelamatkan, kita dapat mempercayai Allah dengan iman yang kokoh, yakin bahwa Dia itu benar, adil, dan baik (bd. Rom 8:37-39).

(0.85553231531532) (Ayb 16:9) (full: MURKA-NYA MENERKAM DAN MEMUSUHI AKU. )

Nas : Ayub 16:9

Penderitaan hebat yang dialami Ayub membuatnya merasa bahwa Allah seorang penguasa kejam dan bukan Tuhan yang pemurah. Keyakinannya bahwa kehidupannya benar dan bersih (ayat Ayub 16:17) membuatnya meragukan keadilan Allah (bd. Ayub 19:6). Namun, Ayub juga berpegang teguh pada kepercayaannya bahwa Allah itu memang adil; karena itu, seandainya dia dapat berhubungan langsung dengan Allah (Ayub 13:13-27; 23:1-7) atau menjumpai seorang untuk membela perkaranya

(lihat cat. --> Ayub 9:33),

[atau ref. Ayub 9:33]

maka Allah selaku saksinya akan membenarkan ketidaksalahannya (ayat Ayub 16:19-21;

lihat cat. --> Ayub 16:19 selanjutnya).

[atau ref. Ayub 16:19]

(0.85553231531532) (Ayb 19:26) (full: TANPA DAGINGKU PUN AKU AKAN MELIHAT ALLAH )

Nas : Ayub 19:26

(versi Inggris NIV -- dalam dagingku, aku akan melihat Allah). Ayub menubuatkan keyakinan bahwa setelah tubuhnya rusak di dalam kubur, ia akan dibangkitkan kembali secara jasmaniah dan melihat Allah-Penebusnya di dalam tubuh kebangkitan. Bagian ini mengandung bibit-bibit penyataan Allah mengenai kedatangan Kristus pada akhir zaman, kebangkitan orang mati dan pembenaran terakhir semua orang yang setia kepada Allah

(lihat cat. --> Ayub 19:25 sebelumnya;

[atau ref. Ayub 19:25]

bd. Mazm 16:10; 49:16; Yes 26:19; Dan 12:2; Hos 13:14;

lihat art. KEMATIAN).

(0.85553231531532) (Ayb 38:3) (full: BERSIAPLAH ENGKAU SEBAGAI LAKI-LAKI! )

Nas : Ayub 38:3

Kata-kata Allah kepada Ayub itu luar biasa baik karena apa yang dikatakan maupun yang tidak dikatakannya.

  1. 1) Sungguh mengherankan bahwa Ayub tidak pernah diberi tahu mengapa dirinya menderita. Ayub tidak pernah mengetahui bahwa penderitaannya mencakup masalah-masalah berat seperti integritas dan pembuktian pekerjaan penebusan Allah di antara umat manusia yang terjatuh

    (lihat cat. --> Ayub 1:8;

    lihat cat. --> Ayub 1:9).

    [atau ref. Ayub 1:8-9]

    Diamnya Allah mengenai hal ini menunjukkan bahwa alasan penderitaan Ayub bukanlah soal terpenting dalam kasus ini.
  2. 2) Allah juga tidak pernah mengacu kepada berbagai pernyataan Ayub yang sembrono dan keterlaluan dalam pembicaraannya. Allah tidak menegur Ayub dengan keras atau menuntut Ayub karena kebebalannya. Dia memahami dan bersimpati dengan penderitaan Ayub serta menimbang kata-kata dan perasaan Ayub dengan belas kasihan.
(0.85474113513514) (Ayb 2:1) (sh: Tekun dalam kesalehan (Jumat, 26 November 2004))
Tekun dalam kesalehan

Tekun dalam kesalehan. Penilaian Allah tentang Ayub dalam perikop ini, sama tepat dengan penilaian penutur (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3, 10). Bahkan komentar positif Allah kini bertambah: "Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan" (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3b). Kenyataan reaksi Ayub terhadap rentetan malapetaka yang dialaminya, sekaligus membenarkan Ayub dan menyalahkan teori Iblis. Iblis berkata bahwa Ayub menganut "teologi berkat" maksudnya, ia seolah dekat Allah karena ada maunya yaitu sejauh Allah memberkatinya. Ayub membuktikan bahwa ia benar di hadapan Allah dan manusia bukan karena ada motivasi tersembunyi.

Bukan Iblis jika sesudah salah dan kalah lalu berhenti menyerang. Ia merubah taktiknya meski harus mengganti kilahnya sebelumnya. Kesehatan adalah bagian utama dari hidup. Kehilangan harta tidak langsung mengganggu keberadaan seseorang. Kehilangan orang yang dikasihi memang luar biasa berat, namun tetap bukan serangan langsung ke diri seseorang. Kini iblis berkilah bahwa bila hidup Ayub langsung yang diserang, ia pasti akan meninggalkan Tuhan. Sekali lagi Allah mengabulkan pertimbangan Iblis itu (ayat 6). Lalu Ayub mengalami penyakit kulit dahsyat yang mengakibatkan penderitaan luar biasa (ayat 8). Lebih dahsyat lagi derita itu sebab istrinya menganjurkan dia untuk menyangkal Tuhan (ayat 9).

Banyak orang kini pergi ke siapa saja dan memakai cara apa saja untuk mengusahakan kesembuhan. Sebagian besar dari cara-cara kesembuhan itu oleh Alkitab dinilai sebagai meninggalkan Allah dan mengganti-Nya dengan ilah lain. Artinya kita mengatakan bahwa hidup tanpa Allah lebih baik daripada tetap bersama Allah tetapi menderita. Jika Allah tidak mau/mampu menolong, lebih baik Ia dibuang dan diganti dengan yang lain. Jika Ia hanya mau menghukum tetapi tidak mau menolong, lebih baik kita mati saja. Akan tetapi, kesetiaan Ayub tidak tergoyahkan. Ia tetap menjaga hidupnya saleh meski harus menanggung derita yang tak ia pahami.

Tekadku: Aku ingin tetap dekat Tuhan meski harus menderita!

(0.85474113513514) (Ayb 14:1) (sh: Kerapuhan manusia (Kamis, 9 Desember 2004))
Kerapuhan manusia

Kerapuhan manusia. Pada nas ini Ayub menguraikan keberadaan manusia dibandingkan ciptaan Allah yang lain. Siapakah manusia itu sehingga Allah mau menghadapinya? Ayub melukiskan kerapuhan manusia yang terbatas dalam hitungan waktu (ayat 5). Itu sebabnya, Ayub tidak mengerti jika Allah menambahkan penderitaan dalam hidup manusia yang singkat. Dan jika hidup manusia memang ada dalam penetapan Tuhan, hendaklah Tuhan mengalihkan pandangan-Nya dari menekan manusia (ayat 6). Maka Ayub mengajukan argumennya di hadapan Tuhan "Masakan Tuhan hendak mengadili manusia yang rapuh dan fana?" (ayat 3). Di sini Ayub sulit untuk menerima Allah mengadili orang yang tertindas. Ayub juga menyadari bahwa tidak mungkin dari manusia (yang najis) dapat menghasilkan kekudusan.

Ayub secara tidak langsung mengakui bahwa dia pun manusia yang bercela. Akibatnya Ayub melihat Allah sebagai hakim dan jenis murka yang dinyatakan-Nya bukan sebagai berkat dan rahmat. Karena itu, Ayub membandingkan hidup manusia sebagai ciptaan Allah yang tak lebih berpengharapan daripada ciptaan-Nya yang lain (ayat 7-9). Perbandingan ini didasarkan fakta bahwa setelah manusia mati maka ia tidak diingat lagi (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">10-12, 18-22). Meskipun demikian, Ayub yakin bahwa Tuhan akan mengingat dirinya dalam dunia orang mati. Hal ini karena Ayub berharap kepada Tuhan selama dia hidup, dan menyebut hari kematian sebagai panggilan rindu Tuhan akan ciptaan-Nya (ayat 15).

Penderitaan dapat menyadarkan seseorang tentang betapa rapuhnya manusia. Penderitaan mampu meningkatkan kesadaran kita bahwa waktu manusia terbatas. Akan tetapi, dalam kasus Ayub, benarkah Allah memang sedang menghakimi Ayub kala dia menderita, atau itu hanyalah anggapan seseorang yang dalam penderitaannya mengaitkan pengalaman hidup tersebut dengan penghakiman Allah? Sekali lagi, dalam penderitaan cara kita melihat Tuhan bisa berubah!

Renungkan: Apakah yang terjadi pada kerohanian Anda ketika hidup Anda menderita? Menambah harapan kepada Allah? Atau putus asa dan berpikiran negatif tentang Allah?

(0.85474113513514) (Ayb 25:1) (sh: Kesimpulan keliru (Senin, 5 Agustus 2002))
Kesimpulan keliru

Kesimpulan keliru. Ucapan Bildad memperlihatkan bahwa mereka telah kehabisan ide untuk membantah perenungan-perenungan Ayub yang sedemikian dalam dan menantang. Bildad kini tidak lagi mengulang pokok tentang penghukuman Allah atas orang jahat. Juga sesudah pernyataan, di ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2, Bildad melanjutkan bukan dengan pernyataan tetapi dengan pertanyaan. Semua ini makin mengokohkan kesimpulan bahwa para sahabat Ayub telah tidak mampu lagi memojokkan Ayub dengan teori-teori mereka.

Kini Bildad mengutarakan pemikiran yang sebenarnya juga telah ditegaskan Ayub sebelumnya dan yang kelak akan dinyatakan Allah sendiri kepada Ayub secara luas dan dalam. Dalam susunan puitis yang indah, Bildad memaparkan tentang kebesaran Allah dan keterbatasan manusia. Kebesaran Allah ditekankan dalam dua bagian paralel (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2,3 dan 5). Lalu keterbatasan dan ketidak-berartian manusia diparalelkan juga di ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4 dan 6. Dengan kata lain, di hadapan Allah yang mahabesar, manusia kecil dan tidak berarti, karena itu tidak dapat membenarkan diri sendiri.

Argumen Bildad adalah dengan mengkontraskan manusia dengan makhluk-makhluk surgawi. Apabila terang makhluk-makhluk surgawi menjadi suram dibandingkan dengan terang kemuliaan Allah, maka siapakah dari isi bumi ini yang dapat menyatakan dirinya benar. Menurut Bildad, manusia hanya seperti cacing yang hina dan tak berarti. Kesimpulan ini bertentangan dengan yang dipahami Ayub dan didengungkan pemazmur (ps. 8) dan yang ditegaskan Allah kelak di akhir kitab ini. Justru karena Allah mahabesar dan manusia terbatas, maka Allah dapat memberikan perhatian tanpa batas pada manusia. Di dalam perhatian serta kasih sayang Allah itulah, manusia menemukan arti bagi dirinya dan makna bagi hidupnya. Manusia memang terbatas dan telah jatuh ke dalam dosa, namun itu tidak berarti bahwa manusia turun status menjadi binatang.

Renungkan: Pemahaman teologis yang sempit dan kepalang tanggung tidak dapat memahami realitas hidup dengan benar dan tidak mungkin memberikan harapan bagi orang yang sedang menderita.

(0.85474113513514) (Ayb 27:1) (sh: Memperjuangkan kebenaran (Rabu, 22 Desember 2004))
Memperjuangkan kebenaran

Memperjuangkan kebenaran. Tidak sedikit para tokoh iman kristiani, seperti: Paulus, Petrus, Yohanes, Stevanus, Galileo Galilei, Marthin Luther King, dll. yang divonis hukuman mati atau dibunuh akibat kesalahan yang tidak dilakukannya.

Pada nas ini, Ayub memperjuangkan kebenarannya yaitu menyatakan dirinya tak bersalah (ayat 5). Meskipun, para sahabatnya telah bersepakat menyatakan penderitaan Ayub adalah karena ia telah berdosa. Untuk memperjuangkan kebenarannya itu, Ayub membuat suatu pernyataan yang mencengangkan. Ia mengajukan permohonan naik banding kepada Allah. Pernyataan Ayub di ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2 tentang Allah yang hidup, "yang tidak memberi keadilan kepadaku, yang memedihkan hatiku", bukanlah merupakan pernyataan menantang Allah. Sebaliknya ia menyerukan pernyataan keprihatinannya yang mempertanyakan kebijaksanaan Allah, berkaitan dengan penderitaan yang menimpa dirinya.

Melalui ucapan ini sebenarnya Ayub ingin mengungkapkan dua hal: Pertama, Ayub merasakan kenyataan bahwa hidup telah berlaku tidak adil terhadapnya. Hal ini diukur Ayub dari kehidupan orang fasik yang akan memperoleh nasib sial karena telah ditetapkan Allah (ayat 13-19). Akan tetapi, Ayub bukanlah orang fasik. Namun, mengapa hidupnya diperlakukan Allah sama seperti hidup orang fasik? Kedua, Ayub menyatakan bahwa ia benar di hadapan Allah. Dan sekalipun Ayub harus menanggung penderitaan, Ayub tetap mengikrarkan keteguhan imannya, Ayub bertekad akan tetap hidup dalam kebenaran Allah seraya menjaga kemurnian hatinya (ayat 6).

Setiap orang berhak untuk memperjuangkan kebenaran bagi dirinya sendiri. Akan tetapi, sebelum Anda melakukan hal itu, instrospeksi diri dulu bahwa Anda tidak melakukan kesalahan yang dituduhkan. Jauh lebih baik, jika bukan kebenaran diri saja yang diperjuangkan. Melainkan hendaknya kita juga berani menyatakan kebenaran firman Allah yang dituangkan dalam perbuatan, perkataan, dan pemikiran kita.

Ingatlah: Jangan gentar untuk memperjuangkan kebenaran, apalagi yang bersumber dari firman Allah karena Ia di pihak kita.

(0.85474113513514) (Ayb 30:1) (sh: Bagaimana sekarang? (Jumat, 9 Agustus 2002))
Bagaimana sekarang?

Bagaimana sekarang? Demikian kira-kira yang ditanyakan Ayub di dalam pembelaannya ini. Setelah melontarkan ujaran-ujaran yang berupa keluhan-keluhan karena kehilangan masa lalunya, meskipun Ayub hidup bersih, ia menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berpihak kepadanya, melainkan melawan dia.

Setelah Ayub menertawakan pihak-pihak yang menolak dia (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">29:24), kini Ayublah yang dicemooh orang-orang lain. Para pengejek ini begitu hina. Mereka kemungkinan adalah anak-anak muda yang dulu takut kepada Ayub. Ayah-ayah mereka memiliki status sosial yang rendah sampai Ayub sendiri pun tidak mau mempekerjakan mereka untuk pekerjaan kasar. Kemungkinan mereka bukan warga negara, tetapi para pelanggar hukum dan orang buangan. Ironis, kini Ayublah yang menjadi orang pinggiran, bahkan bagi mereka yang sudah tersisih dari masyarakat. Ayub melihat ini sebagai tindakan Allah melawan dirinya (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">11a).

Ayub merasa bahwa pihak-pihak yang melawannya datang dari segala arah: kemungkinan anak-anak muda sebagaimana disebutkan di atas dan teror yang mencekam (ayat 12-15), bahkan Allah sendiri (ayat 18-19). Ayub tidak berdaya, bagaikan sebuah kota yang dikepung musuh dan dihancurkan. Gambaran tentang angin membuat ini menjadi lebih dramatis (ayat 15): kemuliaan Ayub diterbangkan angin. Awan yang melintas pergi menunjukkan raibnya kemakmuran Ayub.

Ayub tahu bahwa sebenarnya Allahlah yang merupakan "penyiksa" dan "musuh" yang sejati. Allah mengambil kesehatannya dan menjatuhkan Ayub ke lumpur kehinaan. Akhirnya Ayub membawa perkaranya ini kepada Allah (ayat 20-23). Empat ayat ini merupakan kata-kata terakhir Ayub sebelum Allah berbicara kepadanya (ps. 38-41). Ayub menuduh Allah berubah sikap, tidak lagi peduli kepadanya, dan melawan dirinya. Allah mengangkat Ayub, bukan untuk ditinggikan, tetapi untuk dihancurkan dalam badai (ayat 22). Kesimpulannya, kesukacitaan telah lenyap. Hidup menjadi gelap. Bagi Ayub, Allah penyebab semuanya!

Renungkan: Allah adalah Terang. Waktu hidup Anda menjadi gelap, ingatlah bahwa tak ada kegelapan dalam diri-Nya.

(0.8529718018018) (Ayb 26:1) (sh: Hati nurani yang bersih (Selasa, 6 Agustus 2002))
Hati nurani yang bersih

Hati nurani yang bersih. Bacaan hari ini terdiri dari tiga bagian, pertama respons keras Ayub terhadap Bildad (ayat 1-4), kedua perenungan menakjubkan dari Ayub tentang kuasa Allah atas semua ciptaan (ayat 5-15), dan ketiga pernyataan Ayub bahwa dengan hati nurani bersih ia tidak seperti yang dituduhkan (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">27:1-10).

Dalam perenungan Ayub, yang dalam dan mencengangkan ini, kita melihat pengakuan Ayub bahwa kekuasaan Allah mengatasi semua unsur dan zat dan makhluk. Bumi, air, awan, angkasa, seluruhnya tunduk ke bawah pengaturan Allah. Kedaulatan dan pemerintahan Allah tidak saja mencakup makhluk-makhluk surgawi yang bersifat terang, tetapi juga "roh-roh" di bawah (maksudnya dunia kegelapan) dan dunia orang mati tempat kebinasaan. Demikian pun penyebutan nama-nama seperti utara (Sapon - ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">7), tiang-tiang langit (ayat 11), Rahab (ayat 12), dan ular (ayat 13) menunjuk pada dongeng-dongeng purba tentang anasir-anasir dalam alam yang dilihat menyebabkan kekacauan di bumi. Semua itu bukan saja ada di bawah kendali Allah, tetapi hanya merupakan sisi tampak dari misteri tak terselami kedalaman diri Allah, demikian tegas Ayub (ayat 14).

Dalam bagian ketiga, kembali Ayub membuat pernyataan mengejutkan. Di hadapan tuduhan para sahabatnya kini Ayub mengajukan banding kepada Allah sendiri. Namun, Allah disebutnya sebagai "Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku," dan "yang memedihkan hatiku" (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">27:2). Kalimat ini bukan merupakan acungan tinju menantang Tuhan, melainkan teriakan iman yang bertanya dari dalam pergumulan untuk memahami mengapa penderitaan harus terjadi menimpa dirinya. Ucapan ini adalah suatu klaim menuntut keadilan dari kenyataan hidup yang dirasakan tidak adil. Klaim ini serasi terus dengan klaim satunya lagi bahwa ia benar di hadapan Allah dan dalam hati nurani yang murni akan terus hidup dalam kebenaran tersebut (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">27:4-6).

Renungkan: Beda orang yang sungguh benar dari yang merasa benar adalah yang satu berseru kepada Allah dalam segala keadaan, yang lain berceloteh tentang Allah tanpa hubungan doa yang hidup dengan Allah.

(0.85132675675676) (Ayb 1:20) (full: SUJUDLAH IA DAN MENYEMBAH. )

Nas : Ayub 1:20

Ayub menanggapi semua musibah yang menimpa dirinya dengan kesedihan yang sangat, tetapi juga dengan kerendahan hati yang tunduk kepada Allah dan terus menyembah Dia di tengah-tengah kesukaran yang hebat (ayat Ayub 1:21; 2:10).

  1. 1) Reaksi Ayub kemudian hari terhadap musibah selanjutnya terdiri atas keragu-raguan, kemarahan, dan perasaan diasingkan dari Allah (Ayub 7:11). Namun pada saat-saat yang suram ini dan iman yang goyah, ia tidak berbalik melawan Allah, tetapi dengan terus terang mengungkapkan protes dan perasaannya kepada-Nya.
  2. 2) Kitab Ayub menunjukkan bagaimana orang percaya yang setia hendaknya menghadapi musibah di dalam hidup ini. Sekalipun kita mengalami penderitaan hebat dan kesengsaraan yang tidak dapat dipahami, kita harus berdoa memohon kasih karunia untuk menerima apa yang Allah izinkan menimpa kita dan memohon penyataan dan pemahaman mengenai maknanya. Allah akan menangani perasaan dan keluhan kita yang kacau jikalau diarahkan kepada-Nya -- bukan dengan sikap memberontak, melainkan dengan kepercayaan sungguh-sungguh kepada-Nya sebagai Allah yang pengasih.
  3. 3) Kitab ini menyatakan bahwa Allah menerima pertanyaan Ayub (pasal Ayub 38:1-41:34) dan pada akhirnya memuji dia karena mengatakan yang "benar tentang Aku" (Ayub 42:7).
(0.85132675675676) (Ayb 42:5) (full: SEKARANG MATAKU SENDIRI MEMANDANG ENGKAU. )

Nas : Ayub 42:5

Ayub sebelumnya berdoa untuk melihat Sang Penebus (Ayub 19:27); kini kerinduan itu terpenuhi. Firman dan kehadiran Allah membawa suatu penyataan yang lebih besar tentang sifat dan jalan Allah bagi Ayub. Melalui pengalaman pribadi ini, Ayub diubah oleh suatu kesadaran akan pengampunan, kepercayaan yang dibaharui akan kebaikan Allah dan pengalaman yang menenteramkan hati akan kasih Allah.

  1. 1) Penampakan Allah kepada Ayub membuktikan kebenaran Ayub, dan ini juga merupakan jaminan bagi semua orang percaya yang setia bahwa Tuhan akan menerima pertanyaan kita yang tulus ketika kita mengalami kesulitan atau penderitaan yang tidak bisa dijelaskan.
  2. 2) Allah itu sabar dengan umat-Nya dan menaruh simpati terhadap kelemahan-kelemahan, salah pengertian, dan bahkan kemarahan kita (Ibr 4:15). Seperti halnya dengan Ayub, apabila kita tahan menderita, Allah akan menyatakan kehadiran-Nya dan menyampaikan perhatian-Nya kepada kita.
(0.85074234234234) (Ayb 4:1) (sh: Hati-hati dalam berkata-kata (Rabu, 7 November 2012))
Hati-hati dalam berkata-kata

Judul: Hati-hati dalam berkata-kata
Sahabat yang baik adalah yang setia menemani kita dalam suka dan duka. Maka betapa menyakitkan bila seorang sahabat tidak memberikan dukungan justru ketika kita sedang berbeban berat.

Elifas adalah salah seorang sahabat yang mengunjungi Ayub (Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4:1). Mulanya ia merespons keluh kesah Ayub dengan pujian. Ia memuji kebaikan dan kearifan Ayub dalam kaitan dengan orang-orang yang membutuhkan bantuannya (Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4:3-4). Namun pujian Elifas kemudian berubah menjadi kritik. Bukannya memberikan penguatan dan dorongan, Elifas malah menegur Ayub atas keluh kesahnya. Ia juga mengemukakan pandangannya tentang penyebab penderitaan manusia (Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">4:7). Berdasarkan pengalamannya, Elifas telah melihat bahwa orang baik pasti berhasil dan orang jahat pasti menderita. Elifas meyakini bahwa penderitaan Ayub merupakan teguran dan didikan Tuhan atas dosa-dosa yang telah Ayub perbuat (Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5:17). Oleh karena itu Ayub harus berbahagia mengalami semua itu dan memberi respons yang tepat, yaitu bertobat. Dengan demikian Allah kemudian akan memberkati dia (Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5:18-27).

Coba tempatkan diri Anda pada posisi Ayub, yang sedang duduk di tengah abu karena penyakit dan bersedih karena penderitaan. Lalu mendengar komentar sahabat yang bukan menguatkan, tetapi malah cenderung menghakimi. Pengalaman Ayub memang bisa membuat dia bertumbuh dalam pemahamannya akan Allah, tetapi bukan itu tujuan utama Allah membiarkan Iblis mengganggu dia (Ayb. 1:6-2:10). Maka nasihat Elifas adalah nasihat yang tidak efektif. Perkataan yang mungkin ia anggap baik, sesungguhnya malah bisa menyakiti hati Ayub.

Dari Elifas, kita harus belajar untuk tidak menghakimi orang lain dalam hubungannya dengan Tuhan, terutama dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Kita juga perlu berhati-hati dalam menasihati dan menghibur orang yang sedang bermasalah atau berduka, jangan sampai kata-kata kita malah menjadi sembilu tajam yang menambah perih di hati. Mintalah hikmat Tuhan sehingga kata-kata yang kita ucapkan jadi berkat yang membangun.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/11/07/



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA