Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 183 ayat untuk sana (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Kis 18:18) (sh: Perhatian kepada jemaat Tuhan (Kamis, 2 Juni 2005))
Perhatian kepada jemaat Tuhan


Pada intinya tugas Gereja hanya ada dua, yaitu pelayanan pengabaran Injil kepada orang-orang yang belum percaya dan pelayanan kepada umat untuk pembangunan tubuh Kristus. Kedua-duanya sama penting dan masing-masing tidak boleh diabaikan.

Kesuksesan Paulus mengabarkan Injil di Korintus tidak membuatnya lupa akan tugas pengabaran Injil ke tempat-tempat lain. Ia telah bernazar dan perjalanan misi yang dilakukannya ini dalam rangka memenuhi nazarnya itu (ayat 18). Tindakan bernazar yang dibarengi dengan mencukur rambut adalah cara orang Yahudi mengucap syukur. Mungkin Paulus menaikkan ucapan syukurnya karena penyertaan dan perlindungan Tuhan saat ia menghadapi tekanan musuh di Korintus.

Paulus mengunjungi Efesus. Di situ, Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila untuk melayani di sana (ayat 19). Rupanya Paulus hendak menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi jemaat-jemaat yang ia dirikan pada pelayanan misinya yang lampau. Ia hendak meneguhkan kerohanian jemaat-jemaat itu. Melalui kota pelabuhan Kaisarea, di mana terdapat juga jemaat hasil pelayanan Petrus (Lihat Kis. 10), Paulus berkunjung pertama-tama ke Antiokhia, kemudian menjelajahi seluruh wilayah Galilea dan Frigia (Lihat 11:22-26; 16:6). Tindakan Paulus ini mencerminkan tindakan gembala yang baik. Ia bukan hanya pionir dalam membuka ladang penginjilan, tetapi ia juga aktif memperhatikan pertumbuhan rohani umat yang sudah dimenangkannya.

Gereja harus senantiasa memberi perhatian seimbang kepada dua aspek pelayanannya, yaitu pengabaran Injil dan pertumbuhan umat. Tanpa pengabaran Injil, gereja tidak dapat menjadi saluran berkat Allah kepada dunia ini. Tanpa pertumbuhan umat, gereja tidak dapat menjadi agen-agen Allah untuk menyelamatkan dunia ini dari belenggu dosa.

Renungkan: Gereja dipanggil untuk memperlengkapi umat-Nya agar berbeban dan trampil mewartakan Injil.

(0.15) (Rm 12:6) (sh: Karunia adalah karunia, bukan milik. (Minggu, 26 Juli 1998))
Karunia adalah karunia, bukan milik.

Mengapa orang bisa sombong akan kelebihan dirinya? Mengapa orang sulit membagi ilmu atau keahliannya kepada orang lain? Mengapa warga gereja pasif sehingga kehidupan gereja tidak dinamis? Sebab tidak sungguh menghayati bahwa karunia adalah pemberian Allah bukan miliknya sendiri. Jika tiap Kristen menyadari kebenaran ini, pastilah kualitas pelayanan gereja akan berbeda dari yang kini kita miliki. Memang di sana sini kita temui gereja yang maju karena cukup banyak warganya yang menggunakan berbagai karunia yang mereka miliki dalam berbagai pelayanan. Namun mengingat tiap orang pasti memiliki karunia yang berbeda, kita harus lebih mengajarkan dan mempraktekkan karunia-karunia yang Tuhan berikan demi kemajuan Gereja-Nya.

Karunia yang berlainan. Talenta, bakat atau kemampuan, adalah karunia yang berasal dari Tuhan untuk kepentingan bersama yaitu Gereja-Nya. Tuhan yang maha bijak pasti memberi karunia-karunia yang berbeda-beda itu dengan maksud tertentu. Sebab itu jangan kita abaikan apalagi salahgunakan. Yang diberi karunia bernubuat harus melakukan dengan iman. Nubuat tidak sama dengan ramalan. Ramalan bersifat spekulatif, tidak didasari iman yang benar, Bernubuat atau menyuarakan suara kenabian adalah tindakan iman taat kepada Tuhan yang memberikan pesan yang bersifat teguran, penghiburan, peringatan, petunjuk, selalu dengan tujuan membangun dan menguatkan baik jemaat secara keseluruhan maupun seseorang secara pribadi. Juga karunia melayani, mengajar, menasihati, dll. harus dilakukan dengan sikap benar dan dengan tujuan membangun Gereja Tuhan.

Renungkan: Tuhan memberikan aneka karunia sebab kebu-tuhan yang harus dilayani oleh Gereja di dalam kehidupan intern-nya maupun dalam masyarakat luas pun banyak jenisnya.

Doa: Sangat mengagumkan karunia-karunia-Mu, ajarlah aku menggunakannya demi GerejaMu.

(0.15) (Gal 2:1) (sh: Gereja sejati mendukung PI (Senin, 6 Juni 2005))
Gereja sejati mendukung PI


Misi pengabaran Injil adalah tugas gereja. Itu sebabnya, setiap badan misi harus bekerja sama dengan gereja. Sebaliknya, gereja harus mendukung upaya pribadi-pribadi Kristen dalam menyaksikan Kristus kepada orang lain.

Sejak pertobatannya, Paulus sudah giat mengabarkan Injil, terutama kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Ia telah menghasilkan banyak petobat baru dan banyak gereja selama belasan tahun. Namun, Paulus sadar bahwa pengabaran Injil bukan tugas pribadi semata-mata melainkan tugas gereja. Itu sebabnya, ia berkunjung ke Yerusalem untuk mendapatkan dukungan dari gereja dan tokoh-tokoh Kristen di sana, "supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha" (ayat 2). Maksudnya agar gereja yang terdiri dari orang-orang nonyahudi (Antiokhia) disambut ke dalam persekutuan dengan gereja Yerusalem. Paulus konsisten dengan tugas pengabaran Injil dan dengan tegas menolak upaya memasukkan unsur-unsur budaya Yahudi yang pada hakikatnya membelenggu kebebasan yang dihasilkan Injil sejati (ayat 4-5). Injil harus kontekstual dengan masyarakat di mana Injil itu diberitakan. Itu sebabnya ia membawa Titus yang tidak bersunat sebagai bukti hasil pelayanannya itu (ayat 3). Reaksi gereja di Yerusalem menggembirakan. Para pemimpin gereja terbuka melihat panggilan pelayanan Paulus kepada bangsa-bangsa nonyahudi sama seperti panggilan pelayanan Petrus untuk bangsa Yahudi (ayat 6-8). Gereja mendukung penuh pengabaran Injil kontekstual Paulus (ayat 9).

Tugas gereja bukan menghalang-halangi, sebaliknya mendukung, memperlengkapi, dan mengutus umat Tuhan untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa di dunia ini. Injil sejati harus diberitakan tanpa embel-embel atau muatan budaya lain yang hanya akan menghambat iman sejati

Doakan: Agar Tuhan menggerakkan gereja-gereja yang belum menjadikan misi sebagai prioritas utama program kerja mereka menjadi agen-agen penyalur kuasa dan kasih Allah kepada dunia ini.

(0.15) (Ibr 4:14) (sh: Setia seperti Kristus (Rabu, 26 Oktober 2005))
Setia seperti Kristus

Dengan kekuatan diri sendiri, tidak seorang pun sanggup setia kepada Allah. Tantangan dan godaan yang berat dapat menyebabkan seseorang tidak setia. Itu juga yang dialami oleh umat Israel. Oleh karena itu, Allah menyediakan perangkat keimaman dan seorang imam besar untuk menolong umat-Nya bertahan setia baik dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian maupun ketika mereka sudah tiba di sana. Imam besar berfungsi mewakili umat manusia yang lemah dan berdosa untuk mendapatkan pendamaian dari Allah (ayat 5:1-2). Seorang imam besar harus mendamaikan dirinya terlebih dahulu dengan Allah sebelum ia menjadi pengantara bagi umat Allah (ayat 2-3). Meski memiliki kelemahan, oleh pemeliharaan Allah imam besar itu telah berperan memberikan andil yang besar bagi umat Israel sehingga mereka tetap setia kepada-Nya.

Penulis surat Ibrani kini memperkenalkan Kristus sebagai Imam Besar Agung yang melebihi para imam besar yang pernah memimpin kehidupan rohani umat Israel. Jauh melampaui Harun dan keturunannya yang ditetapkan Allah untuk menjadi imam besar, Kristus telah dipilih Allah untuk menjadi pengantara umat manusia dengan Allah. Dalam segala hal, Ia mampu menyelami dan mengerti penuh pergumulan umat Israel dan kelemahan mereka (ayat 4:15), bahkan Ia ikut menangis dan berdoa syafaat kepada Allah bersama dengan umat Israel dalam penderitaan mereka (ayat 5:7). Keunggulan Kristus adalah Ia tidak berdosa dalam ketaatan-Nya menjalankan kehendak Allah (ayat 4:15b; 5:8) sehingga permohonan-Nya didengar dan dikabulkan Allah (ayat 7-10).

Pendamaian telah berhasil dilakukan Kristus bagi kita di hadapan Allah. Sekarang, Ia mendampingi kita dalam menghadapi segala persoalan hidup ini. Hal ini merupakan jaminan keselamatan kita, penghiburan, serta kekuatan bagi kita untuk setia sampai akhir kepada-Nya.

Renungkan: Ketika Kristus bersama denganku, tidak ada hambatan yang dapat mengugurkan imanku.

(0.15) (Why 21:1) (sh: Sirnanya lara (Rabu, 20 November 2002))
Sirnanya lara

Harapan selalu memiliki dua sisi. Pertama adalah kebahagiaan. Kedua adalah keresahan. Keseluruhan perikop ini selain merupakan kesimpulan dari bagian sebelumnya, sekaligus jendela untuk mengantisipasi teks-teks selanjutnya. Di sini tibalah langit yang baru dan bumi yang baru. Istilah "baru" lebih menunjuk ke perubahan kualitas, suatu transformasi. Artinya, yang lama masih tetap hadir, namun dalam perubahan dahsyat. Perubahan itu seperti tubuh Kristus yang dimuliakan—tubuh itu tetaplah tubuh- Nya, namun diperbarui dalam kilauan kemegahan. Di sana laut tak ada lagi. Ada baiknya kita memahami "laut" secara simbolis. Dalam Alkitab, ‘laut’ bisa menunjuk ke sumber kejahatan (ayat 12:18), tempat orang-orang mati (ayat 20:13), dan tempat air secara harfiah. Namun, dalam 21:4 kita melihat bahwa laut sebagai perwakilan dari dunia yang lama, dunia yang penuh dengan penderitaan, kejahatan, dan kematian. Kala laut tiada, lara pun sirna.

Sebuah kota yang kudus turun dari surga. Yerusalem baru adalah gereja Tuhan di mana orang percaya yang setia mempertahankan imannya berkumpul; Seperti pengantin perempuan yang menjaga kemurnian dan keelokan dirinya bagi sang suami tercinta (bdk. 3:12). Orang-orang ini akan masuk ke dalam keintiman tak bertara bersama Allah dan Kristus, sang kekasih hati mereka.

Lalu terdengarlah sebuah suara dari surga (ayat 3). Suara itu menjadi satu tanda bahwa tiada lagi yang dapat memisahkan mereka yang tetap teguh mempertahankan hubungan dengan Allah dan Kristus. Terjemahan yang lebih setia menyatakan, "Mereka akan menjadi umat-umat-Nya". Bukan hanya bangsa Israel yang dimaksud, namun orang-orang seluruh bangsa, suku, dan bahasa terhisab di dalamnya. Keselamatan menjadi universal, dan kehadiran Allah tak lagi dibatasi tembok-tembok bait Allah. Ia hadir secara penuh senantiasa. Nestapa akan berlalu. Hidup akan selamanya indah.

Renungkan:
Jika nubuat Tuhan tentang penganiayaan terlaksana, bukankah kemuliaan akan tiba jua? Jadilah mempelai Kristus yang senantiasa elok!

(0.13) (2Raj 20:1) (sh: Doa bukanlah kartu ATM (Kamis, 13 Juli 2000))
Doa bukanlah kartu ATM

Di dalam salah satu acara mimbar agama kristen di televisi swasta, diperlihatkan bertumpuk-tumpuk surat doa yang dikirimkan oleh Kristen dari seluruh Indonesia. Di sana pun diperlihatkan para hamba Tuhan yang sedang berdoa untuk pengirim surat doa tersebut dengan cara menumpangkan tangannya pada tumpukan-tumpukan surat doa. Peristiwa itu secara sepintas akan membuat kita bersukacita dan bersyukur. Sebab nampaknya surat doa itu mendemonstrasikan bahwa Kristen Indonesia bergantung kepada Allah dan mempunyai kehidupan yang berpusat pada doa. Apakah benar demikian? Tidak mungkinkah ada motivasi dan kepercayaan lain yang salah yang menjadi dasar bertumpuknya surat doa tersebut?

Kita memang tidak boleh mencurigai aktivitas rohani yang dilakukan oleh saudara-saudara kita seiman. Namun kita perlu waspada jangan sampai saudara-saudara kita atau bahkan kita sendiri terjerumus ke dalam pemahaman iman yang salah, khususnya tentang doa. Untuk itu kita perlu meneladani bagaimana Hizkia berdoa ketika dia sakit keras dan hampir mati. Dia tidak merasa mempunyai hak untuk mendapatkan pahala dari kehidupan salehnya atau bahkan dari doanya. Namun orang saleh seperti Hizkia mempunyai hak untuk memohon anugerah Allah (2-3). Kalau pun dia akhirnya disembuhkan oleh Allah, ini tidak berarti bahwa Hizkia juga mempunyai hak secara otomatis untuk mendapatkan kesembuhan atau pun berkat Allah lainnya. Kata 'Aku akan' (5) menegaskan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat. Kesembuhan yang dialami oleh Hizkia bergantung kepada 'Aku akan' bukannya aku ingin atau aku butuh. Hizkia dan pahlawan iman lainnya yang ada di dalam Alkitab memahami hal ini dan tidak lancang terhadap anugerah Allah.

Walaupun demikian iman tetap harus dimiliki oleh anak-anak-Nya. Setelah mendengarkan pemberitaan Yesaya, Hizkia bertanya apa yang akan menjadi tanda. Pertanyaan ini mengungkapkan iman dan bukan keraguan.

Renungkan: Doa bukanlah kartu ATM, Allah bukanlah mesin ATM, dan iman bukanlah nomor pin yang dibutuhkan. Pemahaman ini sangat berbahaya sebab membatasi Allah yang berdaulat dan berkuasa penuh. Jika kita berjalan dalam iman bersama Allah dan setia kepada-Nya, kita berhak untuk berharap bahwa doa kita akan dikabulkan.

(0.13) (2Taw 6:12) (sh: Doa yang istimewa (Selasa, 14 Mei 2002))
Doa yang istimewa

Setelah Salomo memuji Allah karena berkat-Nya di masa lalu, ia melanjutkan dengan doa bagi masa depan Israel. Pendahuluan doa dimulai dengan menggambarkan situasi yang sebenarnya (ayat 12-13). Ia berdiri di atas mimbar tembaga, yang kira-kira panjang dan lebarnya 2,3 m, dan tingginya 1,3 meter, lalu berlutut dan menadahkan tangannya. Ini semua dilakukannya di depan seluruh jemaah, di tengah halaman luar bait Allah, kemungkinan bagian halaman untuk kaum awam. Dengan gambaran ini, kita mengerti betapa agung dan hikmatnya peristiwa tersebut. Lalu, Salomo menaikkan doanya. Pertama, doa untuk kerajaan (ayat 14-17). Doanya dimulai dengan pengakuan bahwa Yahweh begitu unik dan berkuasa. Penyelesaian bait Allah merupakan salah satu perwujudan superioritas Allah. Allah setia pada perjanjian kasih-Nya kepada orang-orang yang memberikan segenap hati kepada-Nya. Karena itu, komunitas pascape mbuangan harus hidup demikian pula. Kemudian ia meminta agar Allah memenuhi janji-Nya kepada Daud, sebagaimana ketaatan yang ia tunjukkan terhadap hukum Allah.

Kedua, doa untuk bait Allah (ayat 18-39). Bagian ini dimulai dengan pujian kepada Allah yang besar (ayat 18), lalu beranjak meminta hal-hal umum di dalam kerendahan hatinya agar bait Allah sungguh menjadi tempat yang efektif untuk berdoa kepada Allah (ayat 19-21). Bukankah Allah menempatkan nama-Nya di sana? Setelah itu, ia meminta hal-hal yang lebih khusus: mengenai sumpah keadilan (ayat 22-23), mengenai kekalahan, pengakuan dosa Israel, dan pemulihannya (ayat 24-25), mengenai kekeringan (ayat 26-27), mengenai bencana-bencana lainnya (ayat 28-31), mengenai orang asing (ayat 32-33), mengenai perang (ayat 34-35), mengenai pembuangan Israel (ayat 36-39). Dari permohonan-permohonan ini, pertobatan dan ketaatan Israel menjadi kunci pemulihan dari Allah yang hadir di dalam bait-Nya. Ketiga, doa untuk bait Allah dan kerajaan (ayat 40-42). Bagian ini merupakan penutup, yang menekankan perjanjian antara Allah dengan Daud agar kehadiran dan kesetiaan-Nya menjadi dasar kehidupan!

Renungkan: Di dalam doa, pastikan Anda tidak hanya ingin menikmati kehadiran Allah, tetapi ungkapan taat dan setia kepada-Nya.

(0.13) (Est 9:20) (sh: Tuhan di balik apa yang terlihat (Sabtu, 30 Juni 2001))
Tuhan di balik apa yang terlihat

Seberapa jauhkah kita menyadari kehadiran Tuhan di dalam hidup kita? Di tengah dunia yang semakin sekular seperti sekarang ini, seringkali kita tanpa sadar telah menggeser Tuhan serta melupakan karya-Nya bagi kita. Untuk mencari jawab dan memperdalam akar rohani kita marilah kita belajar dari kisah Ester -- suatu catatan tentang karya dan kepedulian Tuhan yang melampaui batas pengamatan manusia.

Nama Tuhan sama sekali tidak tercantum dalam kitab ini, namun demikian umat-Nya dapat melihat dan mengalami karya-Nya (26). Ia memegang kendali atas kekuasaan Ahasyweros yang menanggungkan beban berat bagi rakyat dengan menempatkan Mordekhai yang disukai, mengikhtiarkan yang baik, dan berbicara untuk keselamatan bangsanya (1:1-3). Ia mengubah kesedihan umat-Nya menjadi sukacita, dan secara rahasia memelihara serta memakai mereka sebagai alat pelaksana keadilan-Nya (9:22,24-25). Hal ini menegaskan bahwa Tuhan yang ada di balik yang terlihat adalah Raja di atas segala raja yang mengatasi kekuasaan dan kebesaran Ahasyweros, Ia menggenapi rencana penyelamatan umat Allah dan melaksanakan penghukuman bagi bangsa Amalek. Umat-Nya menemukan persekutuan melalui karya-Nya. Pengalaman pembebasan orang Yahudi oleh "Tuhan yang ada di balik hal-hal yang dapat dilihat", ini merupakan bagian penting dalam sejarah orang Yahudi. Hal ini haruslah diingat serta diteruskan dari generasi ke generasi (9:27, 31) oleh semua orang Yahudi di mana pun mereka berada (9:21, 27, 28) sebagai sumber pengharapan dan juga unsur pemersatu orang Yahudi dari seluruh generasi dan daerah. Karena nilai penting pengalaman ini, maka pelaksanaannya diatur dan ditetapkan (9:22, 26-31) sehingga tidak kehilangan maknanya.

Jikalau kita sebagai umat Tuhan di Indonesia mengalami beban yang berat pada saat ini, itu merupakan suatu kesempatan bagi kita untuk memiliki pengalaman penyertaan Tuhan yang nyata dan mahal, yang dapat kita wariskan kepada generasi sesudah kita.

Renungkan: Dia yang ada di balik realita kehidupan kita mempedulikan dan memiliki rencana bagi kita. Ingatlah apa yang sudah Tuhan perbuat dalam hidup Anda dan temukan persekutuan dengan Dia di sana! Ingatlah dan rayakanlah!

Pesan Redaksi

Dalam pandangannya tentang kebajikan dan etika, Aristoteles mengemukakan bahwa: kebajikan-kebajikan utama yang membentuk suatu masyarakat yang beradab adalah keberanian, tahan diri, hikmat, dan keadilan. Berbeda dari Plato yang menekankan perenungan rasio,

Aristoteles melihat keberadaan kebajikan-kebajikan tersebut pada seseorang adalah akibat dari tindakan mempraktikkannya secara nyata.

Apabila gerak pada Plato adalah manusia melalui rasionya bergerak balik kepada Forma yang menjadi sumber jiwa manusia beroleh harkatnya, pada Aristoteles Sebab Pertama mewujud di dalam tindakan-tindakan nyata yang kita lakukan. Tingkah laku rasional adalah ungkapan dari gerak Sang Sebab Pertama di dalam keberadaan nyata dunia ini, yang kemudian mengkristal di dalam bentuk aksi- aksi tindak nyata kita sehari-hari.

Bila kedua pendapat ini kita sederhanakan, akan tampil secara indah di dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang 2 bersaudara dalam sikapnya terhadap perintah ayah mereka. Memang perumpamaan ini tidak sepenuhnya memasalahkan kontradiksi yang mungkin terjadi antara penekanan pada aspek perenungan dan pengertian di satu pihak dan aspek menekankan praktek nyata di pihak lain. Namun jelas bahwa kedua hal tersebut bisa jadi bertentangan dan tidak serasi dalam hidup kita. Tuhan menginginkan kita tidak hanya merenungkan dan memahami firman-Nya, tetapi konsekuen melakukannya secara konkrit dalam kehidupan kita sehari-hari.

Paul Hidayat, Direktur

Pengantar Kitab Kolose ======================

Kitab Kolose yang berbentuk surat berisi nilai-nilai kebenaran yang luar biasa bagi kehidupan Kristen masa kini sebab ketika Paulus memperingatkan jemaat Kolose yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat, ia memaparkan secara mendalam dan jelas Pribadi Yesus Kristus dan peran pusat-Nya dalam rencana Allah dan juga dalam kehidupan Kristen sehari-hari. Inilah yang membuat kitab Kolose merupakan salah satu surat dalam Perjanjian Baru yang sangat penting.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan ------------------------------------

Paulus menulis surat Kolose (ayat 1:1; 4:18), ketika ia berada dalam penjara di Roma antara tahun 59-61. Ia bukanlah pendiri jemaat Kolose bahkan ia tidak pernah mengunjungi kota Kolose (ayat 2:1). Pendiri jemaat Kolose adalah Epafras yang adalah seorang penduduk Kolose.

Tujuan Paulus menulis surat ini adalah untuk memerangi pengajaran sesat yang merasuki kehidupan jemaat di sana. Walaupun tidak diketahui secara pasti bentuk ajaran sesat itu, namun ajaran ini mengandung unsur-unsur agama asing dan Yudaisme yang diselubungi dengan unsur- unsur kekristenan. Ajaran sesat ini menolak keutamaan Kristus dan menganjurkan gaya hidup yang bertentangan dengan iman kristen.

Berdasarkan hal-hal yang dinyatakan oleh Paulus, banyak ahli berpendapat bahwa ajaran sesat yang melanda jemaat di Kolose adalah bentuk awal dari Gnosticism.

Ringkasan ajaran sesat yang ada di Kolose dan respons Paulus: ------------------------------------------------------------- o Dunia materi adalah jahat; Allah adalah roh. Allah tidak mempunyai hubungan dengan materi —> Kolose 1:16 o Karena Yesus menciptakan dunia, Dia bukanlah Allah —> Kolose 1:19 o Apa yang terjadi dalam dunia materi tidak akan membuat perbedaan secara rohani —> Kolose 1:21-22 o Manusia tidak perlu diperdamaikan dengan Allah. Tubuh kita adalah jahat karena terdiri dari materi. Pikiran kita bukanlah materi karena itu baik —> Kolose 2:13 o Kehidupan rohani yang benar adalah persoalan kehidupan batin seseorang. Manusia mendatangi Allah dengan pikiran dan batin dan apa yang manusia lakukan tidak berhubungan dengan-Nya —> Kolose 2:12,17

(0.13) (Mzm 71:1) (sh: Tempat perlindungan yang teduh (Jumat, 19 Oktober 2001))
Tempat perlindungan yang teduh

Kesusahan dan malapetaka tidaklah akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan, karena di balik semuanya itu, Tuhan sedang berkarya dan membalikkan keadaan umat-Nya. Demikianlah kesaksian dari mazmur ini.

Mazmur ini secara umum merupakan doa permohonan yang menegaskan bahwa mereka yang berlindung kepada Tuhan tidak akan mendapat malu, karena mereka akan senantiasa mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang umur hidupnya (ayat 1, 13, 24). Allah ada dekat mereka sejak dalam kandungan ibunya hingga keluar dari perut ibunya (ayat 6), sejak masa kanak-kanak hingga bertumbuh menjadi seorang pemuda (ayat 5, 17). Dan kasih setia-Nya akan terus berlangsung hingga masa tuanya, ketika kekuatan mereka telah memudar dan rambutnya memutih (ayat 9, 18).

Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang berlindung pada-Nya terus tenggelam ke dalam berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Tuhan akan menjadi pengharapan dan kepercayaan mereka (ayat 5) di tengah berbagai ancaman, cengkeraman, dan rancangan jahat orang-orang fasik yang mengikhtiarkan kecelakaan mereka, mengincar nyawa, serta memusuhi jiwa mereka (ayat 4, 10, 13). Tuhan adalah gunung batu yang menjadi tempat perlindungan dan pertahanan yang teduh dan kuat bagi mereka (ayat 3, 4, 7). Hal seperti ini tidaklah dialami oleh orang fasik. Tuhan akan membuat mereka malu, tersipu- sipu, berselubung cela dan noda, hingga akhirnya habis lenyap (ayat 13, 24). Sebab Tuhanlah sumber keadilan (ayat 2, 19).

Respons mereka atas perlindungan dan keadilan Tuhan adalah: [1] memuji-Nya dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur (ayat 6, 8, 22- 23); [2] menceritakan dan memberitakan keadilan, keselamatan, kuasa, keperkasaan, dan perbuatan Tuhan yang ajaib sepanjang kehidupan mereka (ayat 15-18, 24).

Renungkan: Tuhan tidak akan membiarkan kita terus tenggelam dalam problematika kehidupan. Ia akan mengangkat kita dari sana. Ia akan menghiburkan, memberikan keadilan, dan membuat kita menjadi semakin besar dan kuat melalui semuanya itu. Ia adalah tempat perlindungan yang teduh. Dasar rasa aman kita yang sejati tidaklah dibangun di atas harta, pendidikan, prestasi, relasi atau segala upaya kita, melainkan pada Tuhan yang melindungi dan memberikan keadilan.

(0.13) (Mzm 89:1) (sh: Kasih setia Allah (Kamis, 8 November 2001))
Kasih setia Allah

Kita semua ingin memiliki pemerintahan yang bersih.

Keadilan, kebenaran, kerukunan, keamanan, dan kesejahteraan merupakan nilai-nilai umum yang didambakan oleh warga masyarakat. Sayang sekali, dalam dunia ini tidak ada satu bangsa dan negara pun yang sempurna. Mungkinkah kehidupan yang ideal terwujud?

Mazmur 89:1-19 menunjukkan adanya kemungkinan terwujudnya idealisme dalam sebuah bangsa dan negara, yakni terletak pada kasih setia Tuhan. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan suatu tekad yang indah, yaitu bersyukur atas kesetiaan Allah, bahkan ingin menceritakan-nya dari generasi ke generasi (ayat 2). Ia tahu bahwa Allah yang memimpin bangsa-Nya telah menetapkan rencana-Nya di surga (ayat 3) untuk memberkati takhta Daud seterusnya (ayat 4-5). Kasih setia Tuhan begitu luar biasa, sehing-ga makhluk-makhluk surgawi pun kagum akan keagungan-Nya (ayat 6-9).

Dalam pengertian aslinya, istilah "kasih setia" biasanya dipakai dalam sebuah hubungan perjanjian antara 2 pihak. Ketaatan manusia akan menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan membawa hukuman. Maka memang ada unsur kesetiaan di dalam istilah "kasih setia". Namun demikian, kesetiaan bukan satu- satunya unsur di sana. Yang lebih penting adalah "kasih". Allah memberikan kasih setia-Nya bukan melulu karena syarat yang telah dipenuhi manusia, tapi terutama karena pemberian- Nya berdasarkan anugerah semata. Ia menegakkan takhta Daud karena kasih-Nya yang cuma-cuma, dan inilah yang membuat langit kagum.

Allah yang memberikan kasih setia-Nya menjalankan kuasa pemerintahan di atas takhta Daud dengan tongkat keperkasaan- Nya yang mulia (ayat 10-17). Mereka yang berbagian dalam anugerah ini disebut ber-bahagia. Allah sendiri yang melindungi kerajaan yang dikasihi-Nya dan raja yang diurapi- Nya untuk menjadi wakil-Nya di dunia (ayat 18-19).

Renungkan: Segala kekuasaan dan nilai yang mulia hanya mungkin terwujud bila kasih setia Allah menopangnya. Marilah kita ber-syukur kepada-Nya dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan-Nya di dunia. Doakan juga agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan.

(0.13) (Yer 3:1) (sh: Kerohanian bunglon (Selasa, 29 Agustus 2000))
Kerohanian bunglon

Firman yang tercatat dalam perikop ini diberitakan pada saat raja Yosia mengadakan pembaharuan rohani bangsanya. Pembaharuan ini dapat kita lihat secara jelas dalam 2Taw. 34-35. Yosia memperbaiki bait Allah dan kembali memulai ibadah di sana. Ketika kitab Taurat ditemukan kembali, Yosia menyerukan pertobatan nasional bangsa Yehuda. Ia menyelenggarakan kembali perayaan Paskah yang sudah lama tidak diselengarakan. Namun pembaharuan rohani itu tidak benar-benar menyentuh hati bangsa Yehuda.

Kegagalan itu digambarkan oleh Yeremia dalam kutipan yang diambil dari hukum Taurat. Seseorang yang sudah menceraikan istrinya dapat menikah lagi, namun tidak dapat menikahi istri pertamanya lagi jika salah seorang dari mereka sudah pernah menikah lagi (Ul. 24:1-4). Yehuda adalah seperti seorang istri yang tidak setia. Ia meninggalkan suaminya -- Allah -- dan pergi berzinah dengan orang lain, tidak hanya satu tapi banyak kekasih (1-2). Bagaimana mungkin Sang 'suami' akan kembali kepadanya? Meskipun demikian, Allah tetap mau menerima kembali 'istrinya' -Yehuda- yang tidak setia. Dan Yehuda nampaknya mau berbalik namun tidak dengan kesungguhan hati. Mereka menganggap bahwa ketidaksetiaan mereka dan perzinahan rohani mereka bukanlah masalah besar. Ini terbukti ungkapan yang mereka katakan: Bapaku, Engkaulah kawanku sejak kecil (4). Ungkapan ini biasanya dikatakan oleh seorang istri yang muda kepada suaminya yang lebih tua.

Mereka mau mendengarkan firman Allah ketika diajak oleh raja Yosia (2Raj. 23:2). Mereka juga mau mengikuti suatu ibadah ketika raja Yosia menyelenggarakannya. Tapi setelah semua yang berbau rohani selesai dan kembali ke masyarakat, mereka juga mau berbuat dosa dengan bebasnya. Kerohanian yang diperlihatkan oleh Yehuda adalah kerohanian 'bunglon'.

Renungkan: Anugerah Allah memang tak terhingga. Bahkan pada saat kita sudah mengkhianati-Nya, Dia tetap mau menerima diri kita. Namun kita harus datang kepada-Nya sebagai seorang petobat yang sungguh menyadari dosa-dosa kita. Janganlah datang kepada-Nya dengan sikap memandang enteng dosa, seolah-olah ketidaksetiaan kita kepada-Nya tidak berarti. Karena sikap yang memandang enteng dosa, adalah akar dari kerohanian bunglon.

(0.13) (Yeh 28:1) (sh: Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu (Selasa, 18 September 2001))
Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu

Ithobal II, raja Tirus yang dinubuatkan di dalam perikop ini, dianggap mewakili kejatuhan kota Tirus. Tindakan pengangkatan dirinya sendiri yang sangat ambisius untuk menempati posisi Allah, sangat tepat menggambarkan kecongkakan hati bangsa itu. Kawasan Tirus yang berada di atas sebuah gunung batu, telah membuat kota itu seolah-olah tidak dapat direbut sehingga Tirus merasa dirinya seperti Allah yang maha tinggi memerintah di sana. Perasaan aman tenteram melingkupi dirinya yang bertakhta di tengah-tengah lautan (ayat 1-2). Selain memiliki keterampilan berdagang yang menyebabkan Tirus menjadi milyuner pada masanya, ia juga memiliki hikmat yang besar dan tiada rahasia yang tersembunyi di hadapannya. Dengan kelebihannya itu ia menjadi sombong (ayat 3-5) sehingga Allah tidak menahan murka-Nya untuk ditimpakan kepada Tirus yang akan mati secara memalukan (ayat 6-10).

Ratapan untuk raja Tirus memakai suatu kisah di taman dan gunung Allah (ayat 13, 14, 16). Walaupun kisah yang diadopsi Yehezkiel bukan berasal dari kisah Kejadian 3 namun implikasinya adalah Tirus telah diciptakan dengan sempurna sejak hari penciptaannya. Namun patut disayangkan, ia menjadi sombong karena kecantikannya bahkan hikmatnya dimusnahkannya demi semaraknya (ayat 15-17).

Dampak pilihan Tirus yang ceroboh mengingatkan dunia bahwa hikmat jauh lebih berharga daripada permata. Karena daya tarik pujian, banyak orang rela melepaskan segalanya untuk mendapatkannya. Namun setelah mendapatkan apa yang diidamkannya, suatu bonus malapetaka yang tidak diundang pun datang menyapu bersih apa saja yang berkaitan dengan hasil kesombongan.

Renungkan: Kristen perlu mewaspadai dosa tertua yang telah menyebabkan pasukan malaikat cantik jatuh menjadi Iblis. Godaan dosa kesombongan tidak melulu datang dalam gambaran Iblis yang tertawa dengan membawa tombak trisulanya. Bisa jadi predikat lulus terbaik, jabatan pastor senior, kedudukan presiden direktur, atlit terbaik, karyawan terbaik, pasangan paling serasi, dan masih banyak predikat bergengsi lainnya dapat mendatangkan pujian yang memabukkan. Bila kita mengizinkan pribadi kita dikultuskan oleh para pemuja kita, berhati-hatilah, hajaran dan hukuman sudah di ambang pintu.

(0.13) (Yeh 40:38) (sh: Bilik-bilik di pelataran dalam (Kamis, 22 November 2001))
Bilik-bilik di pelataran dalam

Tur keliling Bait Suci untuk sementara terhenti di pintu gerbang dalam sebelah utara. Di sini Yehezkiel melihat bilik- bilik dan perabotan yang ada di dalamnya. Ayat 38-43 membicarakan tentang ruangan untuk menyembelih dan membersihkan kurban bakaran. Ayat 44-46 membicarakan ruangan- ruangan untuk para imam yang bertugas di Bait Suci dan di mezbah. Ditegaskan bahwa hanya imam-imam keturunan Lewi dari bani Zadok (keturunan Harun) yang boleh masuk ke tempat kudus untuk menyelenggarakan upacara kurban. Hal ini menegaskan ulang Taurat Musa, bahwa hanya mereka yang ditetapkan oleh Allah, yakni Harun dan keturunannya, yang boleh menjadi imam sebagai pengantara antara umat dengan Allah. Pelataran dalam berbentuk bujur sangkar berukuran 100 x 100 hasta. Di sini terdapat mezbah (ayat 47). Ketiga pasang pintu gerbang di timur, utara, dan selatan terbuka ke dalam menuju ke satu titik, yaitu mezbah. Berhadapan dengan mezbah, di sebelah barat, adalah Bait Suci. Bait Suci terdiri 3 bagian: bagian depan, disebut "balai" (ayat 48-49); bagian tengah, "ruang besar" (ayat 41:1-2); bagian belakang, "ruang dalam," yang oleh malaikat pengantar Yehezkiel disebut sebagai "tempat mahakudus" (ayat 3-4). Konstruksi ini serupa dengan konstruksi Bait Suci Salomo.

Memang tidak dijelaskan makna ukuran maupun pembagian ruangan Bait Suci. Namun, mengacu pada pemahaman Kemah Suci yang dibangun oleh Musa (Kel. 24), kita dapat melihat bahwa Bait Suci akan menjadi pusat ibadah, karena di sana ada ruang mahakudus, tempat Allah bersemayam sebagai raja atas Israel. Letak ruang mahakudus yang terlindung oleh ruang besar dan balai menunjukkan bahwa ruang itu tidak dapat sembarangan dimasuki. Mezbah di depan Bait Suci menunjukkan perlunya persembahan kurban, suatu pengantara untuk dapat masuk atau mendekati Bait Suci. Allah begitu kudus dan menuntut semua yang hendak menghampiri-Nya untuk memelihara kekudusan diri.

Renungkan: Bersyukurlah karena di dalam Kristus kita boleh menghampiri Allah yang kudus. Ia telah membuka jalan dengan mempersembahkan kurban yang sempurna, yaitu diri-Nya sendiri, dan menjadi Imam Besar sebagai pengantara kita (Ibr. 8:1,2; 10:19-21).

(0.13) (Yeh 45:18) (sh: Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya (Jumat, 30 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya

Setelah menetapkan peraturan untuk persembahan kurban harian (ayat 13-17), Yehezkiel kini menyampaikan peraturan tentang hari-hari raya tahunan. Dari enam hari raya tahunan yang ditetapkan Taurat Musa (bdk. Im. 23; Bil. 28; Ul. 16), Yehezkiel hanya menyebutkan dua, yakni Paskah dan Pondok Daun (ayat 21, 25). Menarik untuk dicatat, bahwa sejarah umat Israel yang pulang dari pembuangan dalam kitab Ezra-Nehemia, khusus mencatat perayaan Paskah dan Pondok Daun saja (Ezr. 3:1-6; 6:19-22; Neh. 8:13-18).

Peraturan Yehezkiel mengenai upacara-upacara kurban jauh lebih singkat dibandingkan peraturan Taurat, namun jelas terlihat penekanannya pada "kurban penghapus dosa" (ayat 17, 19, 22, 23, 25). Mengapa Yehezkiel menekankan kurban ini? Dalam seluruh penglihatan Yehezkiel mengenai Bait Suci yang baru, tema kekudusan sangat menonjol. Seluruh rancangan Bait Suci, pelayan-pelayannya, lokasinya, upacara-upacaranya, menekankan kekudusan Allah yang bertakhta di dalamnya. Allah yang kudus kembali berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Yeh 43:6, 7). Dosa membuat seseorang tidak layak berdiri di hadirat Allah yang suci. Dosa juga mencemarkan tempat kudus, sehingga Allah tidak dapat berdiam di sana. Kurban penghapus dosa ditujukan untuk membersihkan dan menyucikan, baik orang yang berbuat dosa maupun tempat kudus, dari pencemaran dosa (bdk. Im. 4).

Sebelum perayaan dilaksanakan, Tuhan memerintahkan Yehezkiel menyucikan tempat kudus (ayat 18). Darah lembu jantan dibubuhkan pada tiang-tiang Bait Suci, pada keempat sudut jalur keliling mezbah, dan pada tiang-tiang pintu gerbang pelataran dalam (ayat 19). Darah ini melambangkan tujuan upacara ini, yaitu penghapusan dosa serta pemulihan kembali hubungan rohani dengan Allah (ayat 20).

Surat Ibrani mengingatkan bahwa "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Kristus menyempurnakan kurban- kurban Perjanjian Lama dengan masuk satu kali untuk selama- lamanya ke dalam tempat yang kudus.

Renungkan: Oleh darah Kristus kita telah disucikan dari dosa. Apakah yang dapat kita persembahkan kepada-Nya? (Rm. 12:1, 2)

(0.13) (Yeh 48:1) (sh: Pembagian wilayah dalam negeri (Selasa, 4 Desember 2001))
Pembagian wilayah dalam negeri

Pasal 48:1-29 menguraikan pembagian negeri perjanjian di antara dua belas suku Israel. Suku Lewi tidak mendapatkan bagian tanah, sesuai perintah Tuhan (ayat 44:28; Bil. 18:20). Untuk mempertahankan jumlah dua belas, suku Yusuf diwakili oleh dua putranya, Efraim dan Manasye, yang masing-masing mendapatkan wilayah tersendiri (ayat 47:13; 48:4,5). Tiap suku memperoleh suatu wilayah horizontal, dengan perbatasan timur dan barat yang sama (ayat 1-7; 23-29). Urutannya, dari utara ke selatan, mengikuti tradisi berdasarkan status ibu mereka (bdk. Kej. 35:23; Bil. 2-3). Suku-suku di ujung utara dan selatan (Dan, Asyer, Naftali, Gad), yang paling jauh dari wilayah kudus, adalah anak-anak Bilha dan Zilpa, pelayan- pelayan Rahel dan Lea. Delapan suku keturunan Lea dan Rahel ditempatkan lebih dekat ke wilayah kudus, empat di utara dan empat di selatan. Suku Yehuda berbatasan dengan wilayah kudus di sebelah utara dan Benyamin di selatan (ayat 8, 22). Pembagian ini merupakan langkah kongkret untuk menyatukan kembali seluruh suku Israel.

Wilayah dua belas suku Israel dibagi dua oleh wilayah "persembahan khusus" (bahasa Ibrani teruma; 8-22; bdk. 45:1- 8). Teruma mencakup wilayah kudus (Bait Suci, wilayah imam, wilayah orang Lewi, 10-14) dan wilayah tidak kudus (wilayah kota, wilayah raja, 15-22). "Tidak kudus" (ayat 15) berarti wilayah itu terbuka bagi semua orang, untuk seluruh kaum Israel (ayat 45:6). Wilayah kota dikelilingi oleh tanah lapang (ayat 17), yang akan digunakan sebagai tempat tinggal dan tanah pertanian bagi para pendatang, yang menetap sementara di sana untuk berbakti di Bait Suci. Sisa tanah di timur dan barat kota (ayat 18, 19) menjadi sumber nafkah para pekerja kota, yang berasal dari seluruh suku Israel. Ini berarti bahwa tidak ada suku yang lebih diistimewakan. Setiap orang mempunyai akses yang sama ke Bait Suci.

Renungkan: Pembagian wilayah yang sangat rinci ini memperlihatkan bagaimana Allah mengatur kehidupan umat-Nya sedemikian rupa agar mereka menikmati kesejahteraan sejati dalam persekutuan dengan Dia. Harapan ini terwujud dalam Kerajaan Allah yang dibawa Kristus ke dalam dunia.

(0.13) (Luk 4:16) (sh: Prioritas utama (Sabtu, 1 Januari 2000))
Prioritas utama

Ada kecenderungan di kalangan Kekristenan yang menganggap bahwa Ibadah hari Minggu hanyalah sekadar formalitas. Artinya, beribadah pada hari Minggu di Gereja akan dilakukan bila tidak ada "acara" atau kesibukan lain". Ibadah bersama jemaat lainnya di gereja menjadi second priority (prioritas kedua). Kecenderungan ini tidak hanya akan mengakibatkan hadirnya Kristen-kristen yang tidak tahu mensyukuri kasih dan penyertaan Allah, tapi juga akan menciptakan Kristen-kristen yang tidak tahu menghornati karya dan kebesaran Allah dalam hidupnya. Sikap ini sungguh bertentangan dengan pengajaran dan sikap yang diperhatikan langsung oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat bagaimana Tuhan Yesus memprioritaskan ibadah kepada Allah Bapa-Nya dalam hidup-Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa selain Dia sangat menghormati Bapa, Dia juga menghormati ibadah persekutuan umat di rumah Tuhan dan menjadikan ibadah itu bagian dari hidup-Nya.

Dari Galilea, Yesus kembali ke Nazaret, dan Lukas mempertegas dengan mengatakan bahwa "inilah tempat Yesus dibesarkan". Mengapa Ia ke sana? Kepada orang-orang yang mengenalnya sejak kecil hingga dewasa, Ia menegaskan siapa diri-Nya dan apa misi pelayanan-Nya. Ia membacakan kitab nubuatan nabi Yesaya, yang menyatakan beberapa hal, yaitu bahwa (a) Roh Tuhan ada pada-Nya; (b) Dia diurapi untuk menyampaikan kabar pembebasan kepada para tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta; Dia diutus untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan (d) memberitakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Sesungguhnya ayat tersebut menubuatkan tentang diri-Nya. Maka tepatlah bila Tuhan Yesus mengatakan bahwa ayat itu digenapi oleh-Nya.

Renungkan: Kedatangan Yesus ke dunia bukanlah sebagai seorang raja dengan segala kemegahan dan kejayaannya. Justru ia datang dengan otoritas Allah untuk membawa pembebasan dan penyelamatan dalam arti luas dan sesungguhnya. Bukan hanya dalam dunia, tetapi keselamatan yang bersifat kekal dan menyeluruh. Ia membawa kabar baik dan itu dinyatakan kepada semua orang, baik orang miskin, tawanan, orang buta, dan orang tertindas. Ia datang juga untuk membawa kekebasan dan keselamatan bagi kita. Betapa mulia dan agungnya misi kedatangan-Nya, melalui Dialah kita beroleh keselamatan dan kehidupan kekal.

(0.13) (Luk 22:39) (sh: Semuanya bermula di sini. (Senin, 17 April 2000))
Semuanya bermula di sini.

Setelah perjamuan malam selesai, Yesus menuju Bukit Zaitun, tempat yang biasa Ia kunjungi (21:37-    38). Yudas, sang pengkhianat mengenal benar tempat itu. Terlihat    di sini bahwa Yesus tidak berniat melarikan diri. Jika Kerajaan    Allah segera didirikan, maka peperangan dengan penguasa    kegelapan harus dilakukan. Tiba di sana Yesus memerintahkan para    murid untuk berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan; karena    Iblis telah menyusun seluruh kekuatannya dan bergabung dengan    manusia berdosa untuk menentang terwujudnya kehendak Allah.    Pencobaan itu ingin menghindari peperangan, ingin menyerah,    ingin melarikan diri, dan tidak mau melakukan kehendak-Nya.

Setelah itu Yesus menjauhkan diri dari murid-murid-Nya. Apa    yang dilakukan Yesus menunjukkan dengan gamblang, pusat    peperangan ketika  masa depan seluruh ciptaan dipertaruhkan. Ini    suasana yang sangat genting. Hasil dari peperangan itu    tergantung penuh pada diri-Nya. Jika Ia gagal maka seluruh    ciptaan akan terhilang selamanya; jika Ia berhasil, kemenangan    mutlak akan dipetik. Kemudian Dia berlutut. Inilah pemandangan    yang indah dan kemenangan besar. Ia berlutut di Bukit Zaitun.    Beberapa hari yang lalu Dia datang ke bukit yang sama, dan Ia    dielu-elukan sebagai Raja (lih. 19:35-38) Sesampainya di    Yerusalaem Ia mendapati bahwa Yerusalem sudah berada di tangan    para pemberontak Allah, Bait Allah sudah dipenuhi dengan    perampok. Bagaimana mereka dapat diselamatkan dari murka Allah    dan dipulihkan kembali kepada ketaatan dan penyembahan kepada    Allah yang benar?

Upacara keagamaan tidak mampu mengubah seorang pemberontak    menjadi kudus. Jika Yerusalem dan seluruh dunia dibawa kembali    kepada Allah, semuanya bermula di Bukit Zaitun. Sang Mesias    harus menegakkan kehendak Allah di bumi dengan jalan mentaatinya    terlebih dahulu. Kristus mentaati kehendak Allah  meminum cawan    itu meskipun pahit. Ketika ditangkap, Yesus menghadapinya tanpa    pedang. Ia paham, yang dihadapi bukanlah kekuatan fisik.

Renungkan: Masalah kejahatan di dunia tidak dapat diatasi    dengan taktik politik dan konflik senjata, namun hanya dengan    ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa. Semuanya bermula di Getsemani    dan harus menyebar ke seluruh pelosok dunia. Di mana Kristen    berada di situ kehendak Allah harus ditegakkan dan    diwujudnyatakan.

(0.13) (Yoh 4:43) (sh: Dua macam sikap terhadap Yesus (Jumat, 4 Januari 2002))
Dua macam sikap terhadap Yesus

Setelah 2 hari di Samaria, pada hari ke-3 Tuhan Yesus tiba kembali di Galilea (ayat 43). Di sana Tuhan Yesus mengalami dua bentuk penerimaan. Orang-orang Galilea menyambut-Nya dengan hangat (ayat 45), namun tidak percaya pada-Nya.

Bertolak-belakang dengan penerimaan orang-orang Galilea, seorang pegawai istana menerima-Nya. Di Kana, tempat Ia telah mengubah air menjadi anggur (ayat 46), Tuhan Yesus bertemu dengan pegawai istana. Pegawai istana ini telah berjalan dari Kapernaum ke Kana mencari Tuhan Yesus untuk memohon agar Tuhan Yesus menyembuhkan anaknya yang sakit kritis (ayat 47). Ketika Tuhan Yesus mengatakan padanya bahwa anaknya hidup, ia percaya pada perkataan-Nya (ayat 50). Dalam perjalanan pulang, pegawai istana ini bertemu dengan pelayan-pelayannya yang melaporkan bahwa anaknya telah sembuh. Kata yang dipakai tentang keadaan anaknya adalah "hidup", kata yang juga dipakai oleh Tuhan Yesus (ayat 50). Kata yang sama juga terungkap dalam laporan pelayan-pelayannya (ayat 51). Kata ini juga yang diingat oleh pegawai istana ketika menyadari anaknya telah sembuh (ayat 53). Ternyata saat anaknya sembuh itu bertepatan dengan saat Tuhan Yesus menyatakan bahwa anaknya hidup. Mendengar itu, ia percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 53).

Mengapa sampai dua kali dikatakan ia percaya? Pada istilah "percaya" yang pertama, yakni pada ayat 50, pegawai istana percaya untuk pertama sekali pada Tuhan Yesus. Itulah saat imannya lahir. Meski dapat dikatakan bahwa upayanya mencari Tuhan Yesus merupakan perwujudan imannya, tetapi barulah pada ayat 50 ia secara jelas menyatakan imannya kepada Tuhan Yesus. Sementara istilah 'percaya' yang kedua, yakni pada ayat 53, merupakan momen ketika imannya semakin diperdalam. Peristiwa anaknya yang disembuhkan bukan merupakan kelahiran imannya, melainkan merupakan peristiwa ketika imannya semakin diperteguh. Iman yang semakin dalam ini mewujudkan diri dalam bentuk yang konkret. Iman ini bersaksi. Pegawai istana yang diperdalam imannya segera bersaksi tentang Yesus kepada seluruh keluarganya (ayat 53). Indah sekali, seluruh keluarganya percaya kepada Tuhan Yesus.

Renungkan: Iman sejati tidak hanya hiasan bibir, tetapi kesaksian kata dari hati yang di dalamnya Yesus memancarkan hidup.

(0.13) (Yoh 14:1) (sh: Jalan ke rumah Bapa (Sabtu, 16 Maret 2002))
Jalan ke rumah Bapa

Kepada orang banyak Yesus berkata bahwa mereka tidak dapat ikut bersama-Nya ke rumah Bapa-Nya (ayat 13:33). Kepada Petrus, Ia mengatakan hal yang sama, namun dengan arti dan alasan berbeda. Tuhan menyatakan bahwa keadaan hatinya tidak menjamin bahwa ia dapat setia mengasihi Tuhan. Orang banyak yang tidak menerima Dia tidak dapat bersama Dia. Sekarang Yesus menegaskan bahwa sebenarnya para murid telah mengetahui jalan ke sana, ke rumah Sang Bapa, dan mereka pasti akan bersama Dia sesudah Ia selesai menyiapkan tempat di rumah Bapa bagi mereka (ayat 3-4). Meski benar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan kondisi hati mereka agar setia dan kelak sampai ke tujuan kekal, namun mereka sudah percaya dan dengan terus mempercayai karya-karya Yesus mereka pasti akan sampai di tujuan. Tuhan memerintahkan mereka untuk percaya. Kenyataan janji-janji Allah tidak tergantung pada perasaan dan kondisi hati kita, tetapi pada Dia yang setia pada janji-janji-Nya. Bertekun dalam iman adalah cara untuk memiliki keteguhan hati (bdk. dengan yang Yesus lakukan, 12:27).

Kebenaran tentang jaminan kekal tersebut lebih jelas dalam jawaban- Nya kepada Tomas. Ungkapan “Akulah …” menggemakan kembali ungkapan-ungkapan yang sama dalam Injil Yohanes yang menegaskan kesetaraan Yesus dengan Yahwe dalam Perjanjian Lama. Karena itulah Dia dapat mengklaim bahwa diri-Nya sendirilah jalan, kebenaran, dan hidup (ayat 6). Akibatnya, Dia dan hubungan dengan-Nya menentukan apakah orang yang mengenal Bapa akan sampai ke rumah Bapa kelak atau tidak. “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku" (ayat 7). Sang Bapa telah berkemah di dalam Yesus, sehingga siapa mengenal Dia, mengenal Bapa (bdk. 1:14, 14:10). Firman Bapa ada di dalam-Nya dan itulah yang disampaikan kepada mereka (ayat 10-11).

Tidak saja mengenal Bapa dan beroleh jaminan kekal di dalam Yesus, para pengikut-Nya akan pula melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah bahkan yang lebih besar dari yang Yesus telah buat. Pekerjaan- pekerjaan besar itu adalah juga pekerjaan Yesus di dalam mereka, dan dapat terus dilakukan karena mereka mengandalkan Dia di dalam doa (ayat 12-13).

Renungkan: Perbuatan kita mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan.

(0.13) (1Tim 3:1) (sh: Syarat bagi penilik jemaat (Selasa, 11 Juni 2002))
Syarat bagi penilik jemaat

Penilik jemaat (episkopos) pada waktu itu adalah tuan rumah dari jemaat yang beribadah di rumahnya, dan karena itu menjadi pengawas/penilik atas pertemuan jemaat di sana (jabatan ini berkembang menjadi penatua seperti yang ada pada gereja masa kini). Namun, harus diingat, jabatan ini adalah jabatan yang diangkat/dipilih. Rasul Paulus menasihatkan Timotius dan jemaat agar tugas ini tidak diberikan kepada sembarang orang. Memang melayani Tuhan adalah suatu panggilan terhormat dan juga indah (ayat 1). Maka, harus ada syarat atau kriteria yang khusus untuk orang yang dipilih ke dalam pelayanan ini. Syarat-syarat tersebut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok.

Kelompok pertama adalah kesempurnaan moral; "tidak bercacat" (ayat 2a). Ia harus suami dari satu istri, juga dapat menahan diri/emosi (ayat 2a). Juga bukan peminum, pemarah, apalagi "hamba uang" (ayat 3). Kehidupannya pun harus telah menjadi kesaksian yang baik di luar jemaat supaya pelayanan keseluruhan jemaat tidak tercemar karena reputasi penilik jemaat yang cacat (ayat 7). Yang kedua, ia juga harus mempunyai sifat-sifat positif yang tepat. Ia bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang (ayat 2), peramah dan pendamai (ayat 3). Ia juga telah membuktikan kepemimpinannya di dalam keluarganya sendiri (ayat 4-5) supaya ia betul-betul dapat menjadi pemimpin jemaat, yaitu keluarga Allah. Ketiga adalah kedewasaan rohani. Seseorang yang baru bertobat tidak dapat menjadi pemimpin jemaat, "agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis" (ayat 6).

Renungkan: Jika Anda menganggap syarat-syarat ini terlalu ketat, akan menolong untuk mengingat bahwa beberapa perusahaan menerapkan syarat yang jauh lebih ketat bagi para eksekutifnya. Syarat penilik jemaat ini berasal dari Allah, karena Ia ingin yang terbaik bagi gereja-Nya, dan Roh-Nyalah yang akan mempersiapkan orang yang tepat. Bagi kita, Kristen dipanggil untuk menerapkan disiplin rohani yang murni dalam gereja kita, karena dasar kepemimpinan yang baik akan menghasilkan jemaat yang baik pula, timbal-balik.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA