Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1781 - 1800 dari 6013 ayat untuk bahwa [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.24919161538462) (Mat 3:13) (sh: Diteguhkan melalui baptisan (Rabu, 29 Desember 2004))
Diteguhkan melalui baptisan

Diteguhkan melalui baptisan. Apa makna sakramen baptisan dalam tradisi orang Yahudi zaman Yesus? Zaman itu, menerima baptisan adalah tanda orang bersedia meninggalkan dosa-dosanya dan bertobat kepada Tuhan.

Untuk apa Tuhan Yesus dibaptis? Yohanes merasa tidak pantas membaptis Yesus. Yesus tidak berdosa. Ia tidak memerlukan pertobatan. Bahkan, sebelumnya Yohanes sudah memberitakan bahwa baptisan air yang ia lakukan itu menunjuk kepada baptisan Roh Kudus yang akan Yesus berikan kepada orang yang sungguh bertobat (ayat 11).

Mengapa Yesus meminta Yohanes membaptis diri-Nya? Pertama, sebagai tanda pengidentifikasian-Nya dengan orang berdosa. Yesus tidak berdosa tetapi Ia datang untuk menjadi Juruselamat orang berdosa. Untuk itu Ia perlu menempatkan diri-Nya di posisi orang berdosa. Ia dibaptis untuk mewakili orang berdosa (ayat 15). Sebagai bukti bahwa Ia telah menjadi sama dengan manusia lainnya, kita melihat perikop sesudah ini Yesus bisa dicobai (ayat 4:1-11). Kedua, pembaptisan Yesus merupakan peneguhan diri-Nya dari Allah Tritunggal bahwa Dialah Yang Diperkenan Bapa, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (ayat 16b). Dialah Yang Diurapi Roh untuk melaksanakan misi penebusan (ayat 16a). Bagi Tuhan Yesus peneguhan itu penting karena Ia sadar pelayanan-Nya sebagai Juruselamat manusia bukan pelayanan biasa. Pelayanan itu adalah pelayanan yang menuntut pengorbanan hidup-Nya. Ia harus mati agar umat manusia memperoleh hidup. Oleh sebab itu perkenan Allah dan pengurapan Roh menjadi kekuatan bagi Yesus memulai pelayanan-Nya.

Melalui baptisan Tuhan Yesus, kita beroleh jaminan sekaligus teladan. Jaminan bahwa Yesus sungguh datang dari Allah dan telah menyetarakan diri dengan manusia agar dapat menjadi Juruselamat yang sejati. Teladan bahwa kita memiliki Tuhan yang taat kepada Allah dan karena itu kita pun harus taat.

Renungkan: Tuhan tidak membiarkan anak-anak-Nya melayani sendirian. Dia menyertai dan Roh-Nya mengurapi kita supaya kita kuat, setia, dan berhasil.

(0.24919161538462) (Mat 24:45) (sh: Hamba yang berintegritas (Jumat, 11 Maret 2005))
Hamba yang berintegritas

Hamba yang berintegritas
Hidup ini milik siapakah? Tentu ada benarnya bila kebanyakan orang termasuk Anda menjawab bahwa hidup adalah milik kita masing-masing. Perumpamaan Tuhan tentang hamba yang baik dan jahat ini menolak angapan itu. Hidup adalah karunia Tuhan. Terlebih bagi orang Kristen yang telah ditebus Yesus dengan nyawa-Nya, hidup ini adalah milik-Nya. Tepatlah bila Allah menuntut pertanggungjawaban tentang bagaimana kita hidup seperti halnya majikan menuntut pertanggungjawaban bawahannya.

Pada kenyataannya tak seorang pun mengetahui kapan Tuhan datang, kehadiran Tuhan pun tidak selalu dirasakan. Tuhan memberi kita kemerdekaan menjalani hidup ini. Hanya ada dua tipe hamba di hadapan Tuhan, yang setia dan bijak serta yang jahat. Yang pertama adalah hamba yang berintegritas karena ada atau tidak ada sang tuan, dia akan tetap bekerja dengan baik (ayat 46). Prinsip ini adalah etos hidup, pelayanan, dan kerja orang Kristen. Mengapa hamba yang setia ini tetap bekerja dengan baik sekalipun Tuannya pergi? Karena mereka mengerti bahwa Tuannya adalah Allah Yang Mahatahu, yang di hadapan-Nya segala perbuatan terbuka. Segala sesuatu mereka lakukan di hadapan Allah, sadar bahwa Allah senantiasa hadir dan melihat seluruh hidupnya. Inilah hidup yang berintegritas!

Sebaliknya hamba yang jahat berpikir bahwa waktunya masih panjang, Tuannya tidak datang-datang. Ia bahkan naif berpikir bahwa segala kejahatan yang dilakukannya tidak diketahui, karena Tuannya tidak hadir (ayat 49). Bagi orang jahat, kehadiran Tuhan merupakan suatu ancaman dan tekanan yang berat, namun bagi orang benar kehadiran Tuhan justru merupakan penghiburan terbesar dalam hidup ini. Hamba yang jahat ini dianggap orang munafik (ayat 51), kategori yang paling dilawan Tuhan dalam injil Matius.

Renungkan: Bila Anda ingin siap dalam keadaan layak ketika bertemu Tuhan kelak, sadarilah terus akan hadirat-Nya sepanjang hidup.

(0.24919161538462) (Mat 25:14) (sh: Hidup yang bertanggung jawab (Minggu, 13 Maret 2005))
Hidup yang bertanggung jawab

Hidup yang bertanggung jawab
Hidup ini berharga dan bertujuan kekal. Pertama, karena hidup ini adalah karunia Tuhan. Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan pastilah baik dan istimewa. Tuhan tentu menciptakan dan membuat kita hidup supaya kita menjalaninya bersama Dia ke tujuan kekal dari-Nya. Kedua, hidup ini hanya sekali, namun berakibat kekal. Kesalahan mengisi hidup bisa jadi tak mungkin lagi diperbaiki. Kita harus menjalani, mengisi, dan menuai akibat-akibatnya sendiri-sendiri. Inilah yang ingin Tuhan tanamkan dalam diri kita melalui perumpamaan-Nya ini. Tiap orang kelak berkewajiban mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.

Perumpamaan talenta ini menggambarkan bahwa hidup ini adalah karunia (ayat 15). Tiap orang mendapat jumlah talenta berbeda-beda. Tuan dalam perumpamaan ini memberikan kepada masing-masing hambanya kesempatan untuk mengembangkan talenta tersebut. Lalu mereka harus melaporkan apa yang mereka perbuat. Ternyata tidak semua yang menerima kesempatan berharga itu sungguh menghargainya. Bukan maksud perumpamaan ini bahwa yang mendapat lebih banyak talenta akan cenderung lebih bersungguh dalam hidupnya. Talenta di sini hanya perumpamaan untuk menegaskan bahwa orang harus menjalani hidup dengan penuh tanggung jawab dan kelak Tuhan akan menuntut pertanggungjawaban tiap orang.

Tuhan Yesus tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil perjuangan moral atau spiritual kita. Perumpamaan ini tidak mengajarkan bahwa kita masuk Kerajaan Surga dengan usaha moral-spiritual. Ada hal sejajar yang perikop ini ajarkan dengan yang perikop sebelumnya, menekankan soal kesiagaan, kesungguhan, dlsb. Injil diberikan Tuhan kepada tiap kita dengan cuma-cuma. Namun, anugerah Tuhan itu harus membangkitkan kesungguhan dalam diri kita. Sehingga kita tidak bermain-main dengan kebaikan Allah.

Renungkan: Ketidaksungguhan dalam hidup tidak menghormati kasih dan kebaikan Tuhan yang ajaib bagi kita.

(0.24919161538462) (Mrk 1:21) (sh: Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti (Kamis, 16 Januari 2003))
Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti

Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus -- seperti orang Yahudi lainnya -- untuk beribadat di sinagoge atau rumah ibadat. Di rumah ibadat ada suatu tradisi yang dikembangkan, yaitu siapa saja yang hadir dalam ibadah saat itu, boleh berkhotbah. Kesempatan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar. Mengenai apa yang diajarkan-Nya, tidak dicatat oleh Markus. Tetapi, Markus memberi catatan detail tentang pengaruh khotbah-Nya terhadap para pendengar-Nya.

Markus mencatat dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus. Pertama, orang banyak takjub mendengar khotbah-Nya (ayat 22). Takjub karena -- secara mencolok -- ajaran Yesus berbeda dengan apa yang selama ini mereka dengar. Khotbah Yesus berbeda dengan khotbah para pemimpin agama Yahudi yang selama ini mereka dengar. Meski fakta ini nyata, namun tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa orang banyak yang takjub itu menjadi percaya pada Yesus. Mereka hanya sekadar takjub, tidak lebih.

Kedua, roh jahat yang biasanya dengan tenang turut beribadah di sinagoge, menjadi terganggu dan terancam (ayat 24). Menarik untuk diperhatikan bahwa roh jahat juga beribadah dengan tenang di rumah ibadat. Namun, kehadiran Yesus mengungkapkan kehadiran roh jahat tersebut. Roh jahat tidak dapat bertahan di depan mata Yesus karena tidak tahan melihat kesucian Yesus. Ketika orang banyak melihat bahwa roh-roh jahat taat kepada Yesus, mereka semua menjadi takjub. Dalam hidup sehari-hari, kita sering melihat dan menjumpai demonstrasi kuasa roh-roh jahat di dalam hidup manusia. Akibatnya banyak sekali orang takut terhadap roh- roh jahat. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dengan jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari roh-roh jahat.

Renungkan: Jika kita percaya kepada Yesus, kita tidak perlu takut kepada roh-roh jahat. Sebaliknya, takut atau tunduk pada roh-roh jahat membuktikan bahwa kita tidak percaya pada Yesus.

(0.24919161538462) (Mrk 9:2) (sh: Anda berharga di mata Allah (Jumat, 21 Maret 2003))
Anda berharga di mata Allah

Anda berharga di mata Allah. Teks hari ini mengajak kita melihat bahwa Yesus dan tiga orang murid-Nya naik ke sebuah gunung dan di sana Yesus dimuliakan, Ia mengalami transfigurasi -- sebuah perubahan penampakan. Yesus tampil sebagai Yang Mulia, dengan cahaya yang selalu menyertai ide tentang kebesaran dan keagungan Allah. Dengan peristiwa ini, tergenapilah apa yang disampaikan dalam 9:1, bahwa ada orang- orang yang akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa.

Mengiringi Yesus, tampillah Elia dan Musa. Kedua nabi ini muncul lagi dengan maksud-maksud yang jelas. Musa adalah wakil dari perjanjian yang lama yang akan segera digenapi dengan kematian Kristus. Elia adalah yang akan memulihkan segala sesuatu (ayat 12). Maka, kehadiran Musa dan Elia menunjukkan bahwa penderitaan Kristus sudah dekat dan perwujudan rencana Allah bagi manusia akan makin jelas. Petrus kembali menunjukkan bahwa ia tidak memahami kemesiasan Kristus (ayat 5-6). Ia melihat kemesiasan hanya sebagai sesuatu yang mulia, bukan kemuliaan yang akan dicapai melalui penderitaan. Bagian ini menunjukkan ketragisan - - di dalam posisinya yang paling dekat dengan kebenaran, Petrus kehilangan kebenaran karena silau oleh kemuliaan. Ia ingin menjadi berharga.

Datanglah awan kemuliaan Tuhan dan suara yang menyatakan ke-Anakan Yesus kembali terdengar, mengingatkan kita akan saat pembaptisan Yesus. Jelaslah bahwa otoritas Yesus diteguhkan di sini, namun juga keberhargaan-Nya. Ia adalah Anak Allah, entah apa pun perkataan dan penolakan orang. Ke-Anakan ini juga memunculkan tanggung jawab untuk taat mutlak terhadap kehendak Allah. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menderita (ayat 11-13), Yesus akan menderita -- namun menuju kemuliaan.

Renungkan: Anda berharga meskipun orang lain dan Anda sendiri tidak merasa demikian. Anda berharga karena Anda adalah anak Allah (Yoh. 1:14).

(0.24919161538462) (Mrk 12:18) (sh: Yang seharusnya tidak diutamakan: (Sabtu, 5 April 2003))
Yang seharusnya tidak diutamakan:

Yang seharusnya tidak diutamakan: Perselisihan masalah doktrinal yang trivial dan mengalihkan perhatian dari hal yang utama! Kaum Saduki yang mayoritas terdiri dari kaum imam hanya mengakui otoritas kelima kitab Taurat, dan tidak mau menerima ajaran-ajaran yang mereka anggap tidak ada di Taurat seperti kebangkitan orang mati. Setelah orang mati, manusia masuk ke dalam sheol, titik.

Doktrin inilah yang mereka ingin pertahankan di hadapan Yesus, dengan suatu pertanyaan yang cukup cerdas dan dalam. Jawaban Yesus menunjukkan bahwa yang sesungguhnya berarti adalah Allah yang hidup, yang berkuasa atas manusia yang tetap ada, yang kelak akan dibangkitkan. Itulah implikasi dari pernyataan Allah yang berulang-ulang bahwa "Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub" jauh setelah ketiga tokoh tersebut meninggal.

Dari kata-kata Yesus, dapat disimpulkan bahwa orang-orang Saduki ini jatuh ke dalam tiga kesalahan, dan ini patut menjadi peringatan bagi kita. Pertama, mereka menilai Yesus hanya dari ukuran doktrinal golongan mereka semata, tanpa mau melihat karya Allah melalui-Nya. Ini sebabnya Yesus menyatakan bahwa mereka tidak mengerti "kuasa Allah." Kedua, mereka tidak sungguh-sungguh mengerti Alkitab. Mereka ternyata tidak merenungkan dan memeriksa ulang pengajaran mereka berdasarkan firman. Ketiga, mereka tampaknya dengan aktif berupaya membuktikan "kesesatan" golongan umat lain yang tidak sependapat dengan pemahaman/doktrin mereka. Pertanyaan mereka kepada Yesus menunjukkan hal ini. Keaktifan ini ironis, karena berdasarkan nas sebelumnya (ayat 12:6-7), mereka sedang menguji ke- "ortodoks"-an Anak Kekasih Allah sendiri.

Renungkan: Salah satu hal paling berbahaya adalah mereka yang jauh dari kebenaran, tetapi yakin bahwa hanya dirinya yang paling benar.

(0.24919161538462) (Mrk 14:32) (sh: Berdoa dalam pergumulan (Senin, 14 April 2003))
Berdoa dalam pergumulan

Berdoa dalam pergumulan. Misi Yesus untuk menggenapi rencana Allah, semakin mendekati masa penggenapan. Menghadapi saat-saat ini, Yesus juga merasakan takut dan gentar. Ia bergumul dengan ketakutan dan kegentaran- Nya. Namun, Ia juga mengetahui bahwa Allah itu adalah Bapa yang maha kuasa. Begitu besar kuasa-Nya sehingga tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Sesungguhnya permohonan Yesus ini menggambarkan bahwa sebagai manusia Ia merasa takut dan gentar, karena merasakan beratnya penderitaan yang Ia akan alami. Walau demikian, Ia menyatakan ketaatan-Nya yang mutlak kepada rencana Allah. Yesus mengetahui bahwa jika Allah sudah berkehendak, tidak ada kuasa apa pun yang dapat menggagalkan. Meski harus menanggung penderitaan Yesus harus menggenapi rencana Allah. Para murid yang seharusnya berjaga-jaga dan berdoa agar memahami pergumulan Yesus, mengecewakan-Nya. Mereka tidak mampu bergumul bersama Yesus dalam menghadapi penderitaan itu.

Pesan untuk tetap berjaga-jaga dan berdoa, juga ditujukan kepada kita, murid-murid Yesus masa kini. Namun dalam pelaksanaannya kita sering tergoda untuk mengutamakan keinginan hawa nafsu kita dari pada mengikuti kehendak Allah. Lebih mengedepankan kepentingan diri sendiri dari pada taat kepada kehendak Allah. Jika kita menyikapi pesan Yesus dengan cara seperti ini dapat dipastikan bahwa kita tidak akan mampu berjaga dan berdoa bersama Yesus, apalagi merasakan penderitaan-Nya dalam pergumulan untuk keselamatan kita. Coba kita renungkan dan hayati, pesan Yesus untuk "Berjaga-jaga dan berdoa supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan." Artinya, Yesus memperingatkan kita bahwa pencobaan merupakan usaha terakhir dari kuasa Iblis melawan Yesus, dan para pengikut-Nya.

Renungkan: Sikap berjaga dan berdoa, adalah sikap yang benar dari seorang murid dalam menyongsong masa depan.

(0.24919161538462) (Mrk 15:42) (sh: Penguburan Yesus (Sabtu, 19 April 2003))
Penguburan Yesus

Penguburan Yesus. Kematian Yesus bukan cerita fiktif, tetapi kematian yang sungguh-sungguh terjadi, yang tidak bisa dibantah. Kematian Yesus dibuktikan dengan dikabulkannya permintaan Yusuf, orang Arimatea itu untuk mengambil dan menguburkan jenazah Yesus.

Siapakah Yusuf orang Arimatea? Informasi mengenai orang ini, terlalu sedikit. Alkitab hanya mengatakan bahwa pertama, ia adalah seorang anggota Majelis Besar yakni anggota Sanhedrin -- ini berarti bahwa ia adalah seorang pemimpin agama Yahudi. Kedua, dikatakan bahwa ia "juga menanti-nantikan Kerajaan Allah" (ayat 43). Informasi ini menunjukkan walaupun Yusuf seorang anggota Majelis Besar yang turut memutuskan hukuman mati bagi Yesus, adalah seorang yang secara sembunyi-sembunyi mengikut Yesus dan menerima pengajaran-Nya. Tidak ada informasi yang menjelaskan kapan ia menjadi pengikut Yesus, namun yang jelas adalah bahwa kematian Yesus memunculkan iman yang tersembunyi ke permukaan. Iman yang memberanikan dirinya menghadap wakil pemerintah Romawi agar diperbolehkan membawa jenasah Yesus untuk dikuburkan. Ketika kemuridan para murid Yesus telah suram dan lari meninggalkan Gurunya, justru ada tampil sebagai seorang murid sejati yang mengapani jenazah Yesus dan menguburkan-Nya.

Peran Yusuf ini memberikan gambaran kepada kita bahwa menjadi murid Yesus tidak hanya di saat senang, aman dan damai, sebagaimana yang terjadi pada murid-murid Yesus. Kemuridan seorang murid mestinya juga tetap ditampilkan pada saat-saat yang sulit dan menyedihkan. Sebab dalam situasi yang demikianlah kemuridan kita sebagai pengikut Yesus diuji.

Renungkan: Dalam keadaan aman dan damai mungkin setiap orang Kristen bisa berkata: "saya adalah murid Yesus!" Tetapi apakah kemuridan itu tetap dipertahankan ketika berada dalam situasi kritis?

(0.24919161538462) (Luk 3:10) (sh: Buah-buah pertobatan (Sabtu, 3 Januari 2004))
Buah-buah pertobatan

Buah-buah pertobatan. Seorang perempuan tua berkata kepada pendetanya bahwa sekarang ia sudah bertobat. Pendeta itu lalu bertanya, “apa buktinya engkau sudah bertobat?” Perempuan itu menjawab, “dulu saya selalu menyapu kotoran ke bawah karpet. Namun, sekarang saya membuangnya ke tempat sampah.” Tanda pertobatan sejati adalah buah-buah yang dihasilkannya.

Kepada orang banyak yang bertanya apa yang harus mereka perbuat, Yohanes berkata bahwa mereka harus menunjukkan kasih, sebagaimana kasih Allah sudah mengampuni mereka (ayat 10-11). Kepada pemungut cukai, Yohanes mengingatkan mereka akan integritas dalam pekerjaan (ayat 12-13). Sangat mudah bagi mereka untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memanipulasi uang-uang pajak yang diterimanya. Godaan itu begitu besar, sehingga kalau mereka bisa menolak untuk melakukan penipuan, itu membuktikan mereka sungguh-sungguh bertobat.

Kepada para prajurit, Yohanes berkata bahwa pertobatan mereka harus dibuktikan dengan tidak lagi memanfaatkan kuasa demi kepentingan mereka sendiri (ayat 14-15). Orang Kristen tidak mengenal prinsip aji mumpung. Sebaliknya, mereka harus menjadikan kuasa dan kesempatan yang mereka miliki untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Peringatan yang keras ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemunafikan di antara orang banyak yang mengaku sudah bertobat. Yohanes mengerti bahwa dia bukan Mesias sehingga tidak berhak menghukum orang berdosa. Namun, apabila Mesias datang, di tangan-Nya sudah tersedia alat untuk menyaring siapa orang percaya dan siapa yang tidak. Pertobatan yang main-main atau munafik justru akan dihakimi secara tuntas.

Renungkan: Adakah bukti-bukti nyata yang dapat dilihat orang banyak bahwa Anda sungguh-sungguh sudah mengalami pertobatan?

(0.24919161538462) (Luk 5:17) (sh: Tuhan Yesus tahu isi hati kita (Senin, 12 Januari 2004))
Tuhan Yesus tahu isi hati kita

Tuhan Yesus tahu isi hati kita. Seorang selebriti yang sedang ngetop ditanyai wartawan tentang bagaimana perasaannya menjadi sorotan publik. Selebriti itu mengatakan bahwa dia harus semakin mawas diri, karena sadar bahwa banyak orang tidak menyukai kesuksesannya. Nampaknya, artis ini tahu isi hati sesama selebriti, karena mungkin saja ia pun akan bersikap serupa terhadap orang lain yang lebih sukses daripada dirinya.

Bacaan kita hari ini memperlihatkan Yesus yang oleh kuasa Allah tidak hanya dapat melakukan mukjizat kesembuhan kepada orang-orang yang sakit tetapi juga berkuasa untuk mengetahui isi hati orang-orang yang dengki dan iri kepada-Nya (ayat 22). Yesus mengetahui hal tersebut bukan karena Ia tidak beda dengan mereka yang mendengkinya. Tuhan Yesus mengetahui dan menyadari bahwa kedengkian dan iri hati para ahli Taurat dan orang Farisi kepada-Nya disebabkan oleh kebebalan hati mereka sendiri. Hati mereka bebal oleh karena tidak dapat melihat kuasa Allah yang sedang bekerja (ayat 21).

Untuk membuktikan bahwa diri-Nya memiliki kuasa ilahi bahkan kuasa untuk mengampuni, Yesus menyembuhkan orang lumpuh itu. Dengan bukti itu, seharusnya para ahli Taurat dan orang Farisi segera sadar dan bertobat. Lukas tidak mencatat apa reaksi mereka. Namun, Lukas mencatat bahwa semua orang (yang menyaksikan penyembuhan itu) takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut. Mereka ini adalah orang-orang yang menyadari kuasa Allah dalam diri Yesus (ayat 26). Yesus bisa melihat isi hati mereka; Yesus tahu isi hati mereka itu tulus atau tidak.

Renungkan: Tuhan Yesus tahu isi hati kita, tulus dan percaya atau bebal dan penuh kedengkian. Oleh karena Dia Allah yang berkuasa, tidak seorang pun yang dapat menutupi isi hatinya dari pengetahuan-Nya. Apakah Anda masih menyimpan dosa atau kedengkian dalam hatimu?

(0.24919161538462) (Luk 6:17) (sh: Kebahagiaan vs nestapa (Sabtu, 17 Januari 2004))
Kebahagiaan vs nestapa

Kebahagiaan vs nestapa. Yesus datang untuk membawa kebahagiaan sejati kepada umat-Nya. Namun, kebahagiaan macam apa yang Yesus berikan? Orang banyak yang melihat kehebatan Yesus dalam hal menyembuhkan sakit penyakit, mengusir roh jahat, datang untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Namun, Yesus menunjukkan kepada mereka hal yang lebih fundamental.

Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atau pun kelepasan dari berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Kebahagiaan sejati adalah mengenal Allah dan kehendak-Nya, serta hidup di dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya. Itu bisa disimpulkan dari ayat 20-23. Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, dan disalahmengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan.

Sebaliknya, seseorang boleh saja memiliki kekayaan, perut yang kenyang dan bisa tertawa puas karena puji-pujian palsu. Semua itu tidak akan menjadikannya berbahagia. Sesungguhnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang nestapa, karena mereka tidak akan bisa menikmati kekayaannya, mereka akan kelaparan, berduka dan menangis dan mendapatkan pujian hampa yang tidak memberi mereka apa-apa.

Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu antisipasi pasti untuk hidup yang kelak jauh lebih baik. Kebahagiaan itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup sekarang ini.

Renungkan: Apakah Anda bahagia? Apakah Anda yakin bahwa hidup Anda sekarang ini adalah hidup di dalam kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan hadir serta menyertai Anda?

(0.24919161538462) (Luk 10:1) (sh: Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil (Sabtu, 14 Februari 2004))
Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil

Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil. Banyak orang beranggapan bahwa tugas memberitakan kabar baik adalah tugas segolongan orang yang “ahli”. Dalam pengertian bahwa orang-orang tersebut sudah diperlengkapi dengan berbagai pengetahuan dan dididik secara khusus. Buktinya para murid Yesus, yang sebagian besar tidak terpelajar diutus Tuhan untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.

Tindakan Yesus ini memberikan suatu pelajaran penting buat kita yaitu bahwa: pertama, pelayanan tidak dibatasi hanya untuk kalangan para ahli seperti para pendeta saja, majelis saja, atau segelintir orang saja. Tiap orang yang menjadi pengikut-Nya dipanggil-Nya untuk menjadi utusan-Nya (ayat 1). Kedua, prinsip ini juga membuka mata warga gereja, khususnya para pejabat gereja yaitu bahwa dalam gereja Tuhan tidak boleh ada pembagian golongan antara awam dan pejabat Gereja. Semua warga gereja yang sungguh beriman adalah umat Allah yang adalah warga Kerajaan Allah. Kita semua berkehormatan untuk ikut serta mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia ini.

Berita penting lainnya yang diangkat dalam perikop ini selain pemberita Injil adalah berita yang harus disebarluaskan kepada orang lain, yaitu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tugas para pemberita Injil adalah menganjurkan agar orang menerima kasih karunia Allah, beriman kepada Kristus, bertobat, dan diselamatkan. Suatu tugas yang berat dan amat mulia diemban oleh setiap pemberita Injil, setiap orang yang beriman kepada Kristus. Kita semua harus langsung terjun ke dalam arena peperangan rohani. Tetapi kita tidak perlu takut sebab sejak semula Tuhan mengingatkan kita untuk bergantung kepada-Nya saja, bukan kepada hal-hal yang biasa manusia andalkan.

Renungkan: Diterima atau ditolak adalah hal biasa. Yang penting setia mewartakan kebenaran dan sedia menerima konsekuensinya.

(0.24919161538462) (Luk 13:1) (sh: Lima menit terlalu lama bagi Allah (Senin, 27 Maret 2000))
Lima menit terlalu lama bagi Allah

Lima menit terlalu lama bagi Allah. Orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa orang yang mengalami malapetaka dan bencana adalah orang yang dosanya lebih besar dari orang yang tidak mengalami bencana. Pemahaman ini salah! Sekalipun bencana dan malapetaka diizinkan Allah menimpa orang atau bangsa tertentu sebagai hukuman dosa mereka, tetapi semua itu tidak harus dilihat sebagai hukuman Allah.

Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, kita harus beranjak dari konsep dasar yang benar yaitu bahwa kita semua adalah orang berdosa. Membanding-bandingkan dosa satu dengan yang lainnya hanya akan membawa pada kesimpulan bahwa dosa ada tingkatannya. Namun demikian hal ini tidak mengurangi fakta bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang harus dimurkai Allah. Yang mengherankan bukanlah mengapa hanya beberapa orang menderita malapetaka dan bencana, tetapi mengapa tidak ada seorang pun yang akan luput dari hukuman, walaupun tidak harus selalu berbentuk bencana dan malapetaka. Sekalipun demikian Yesus menegaskan bahwa mereka akan luput jika bertobat.

Menurut ajaran perumpaman pohon ara, manusia masih diberikan perpanjangan waktu untuk bertobat (ayat 6-9). Dengan kata lain manusia pasti akan mengalami hukuman, jika tidak bertobat. Allah dapat menyelamatkannya kapan saja, tanpa menunda-nunda lagi dan tidak membutuhkan waktu yang lama jika manusia mau percaya kepada-Nya dan bertobat. Kebenaran ini digambarkan secara jelas dalam peristiwa penyembuhan perempuan yang sudah dirasuk setan selama 18 tahun pada hari Sabat (ayat 10-17). Bila kita mengamati peristiwa penyembuhan nampaknya hanya peristiwa kecil. Perempuan itu bukan orang yang terkenal. Namun, sesungguhnya hal ini mengandung kebenaran yang dalam dan indah, yang dibutuhkan seluruh umat manusia dan nantinya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seluruh kehidupan umat manusia. Hal ini digambarkan oleh Yesus dalam perumpamaan biji sesawi dan ragi.

Renungkan: Bersyukurlah kepada Allah yang selalu siap dan akan segera menyelamatkan manusia kapan saja jika kita mau memberikan respons terhadap anugerah-Nya. Inilah yang dibutuhkan oleh semua manusia di dunia ini yang hidup dalam waktu pinjaman.

(0.24919161538462) (Luk 22:54) (sh: Penyangkalan Petrus (Senin, 5 April 2004))
Penyangkalan Petrus

Penyangkalan Petrus. Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah imam besar (ayat 54). Petrus yang sebelumnya mengatakan berani mati bersama Yesus (ayat 22:33), hanya berani mengikuti Yesus dari jauh. Jangankan mati bersama Yesus berada dekat dengan Yesus saja tidak berani. Lukas melaporkan bahwa peristiwa penyangkalan Petrus tidak berlangsung lama, kira-kira satu jam (ayat 59). Peristiwa tersebut terjadi di halaman rumah di tengah suasana api unggun (ayat 55). Ada tiga orang yang mengenali Petrus. Pertama, seorang hamba perempuan menyatakan Petrus adalah seorang yang bersama Yesus (ayat 56). Petrus menyangkal. Kedua, seorang laki-laki mengenali Petrus sebagai salah seorang murid Yesus (ayat 58). Apa yang dikatakan hamba perempuan mendapat perhatian dari orang-orang yang berada di halaman rumah tersebut. Jika hamba perempuan mengenali Petrus sebagai orang yang bersama Yesus, maka orang kedua mengenali Petrus sebagai salah seorang murid-Nya. Orang kedua menekankan bahwa Petrus adalah salah satu murid Yesus. Sekali lagi Petrus menyangkal. Ketiga, seorang lain datang mendekati Petrus dan menegaskan bahwa Petrus adalah murid Yesus. Jika orang pertama dan kedua tidak dapat memberikan bukti, maka orang ketiga ini memberi pernyataan dengan bukti. Dari tutur kata Petrus jelas sekali terlihat bahwa ia berasal dari Galilea (ayat 59). Orang Galilea berbicara dengan aksen yang khas. Ini tidak dapat disangkal.

Meski sudah terbukti bahwa Petrus berasal dari Galilea yang berarti sedaerah dengan Yesus, Petrus tetap menyangkal. Bahkan kali ini ia lebih keras menyangkal. Kerasnya penyangkalan Petrus direkam oleh Matius (ayat 26:74). Ayam berkokok. Segera Petrus mengingat apa yang telah dikatakan Yesus sebelumnya (ayat 61). Petrus menyadari kegagalannya. Petrus menangis dengan sedih (ayat 62). Penyesalan selalu terlambat datangnya.

Renungkan: Mudah sekali menyatakan setia sampai mati kepada Yesus semudah menyangkal-Nya mati-matian.

(0.24919161538462) (Luk 23:56) (sh: Makna fakta kebangkitan (Minggu, 23 April 2000))
Makna fakta kebangkitan

Makna fakta kebangkitan. Peristiwa kebangkitan Yesus dari antara orang mati adalah peristiwa yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Tak satu pun Injil mengisahkan bagaimana proses terjadinya hingga Yesus bangkit dari kematian. Karena peristiwa ini terlalu Agung dan Mulia untuk dilihat oleh manusia. Namun demikian Injil menyatakan bukti-bukti yang menyatakan bahwa Yesus benar-benar bangkit dari antara orang mati.

Fakta batu terguling dan hilangnya mayat Yesus ini menegaskan bahwa kebangkitan Yesus bukanlah kebangkitan roh yang tidak bertubuh. Sebaliknya Yesus bangkit dengan tubuh-daging-Nya. Mereka segera menceritakan semuanya kepada murid-murid yang lain. Namun mereka tidak mempercayainya karena peristiwa itu sangat menakjubkan, di luar jangkauan akal manusia.

Jika para perempuan mengatakan melihat roh Yesus, mungkin mereka akan lebih mudah percaya. Walaupun demikian, Petrus segera berlari ke kubur untuk membuktikan kebenaran berita itu. Ketika melihat ke dalam kubur itu, ia hanya melihat kain kafan yang dipakai untuk membungkus mayat Yesus. Hal ini mempertegas bahwa Yesus bangkit dengan tubuh-daging-Nya. Kebangkitan-Nya membawa kita kepada suatu pemahaman bahwa ada suatu realita baru di dalam kehidupan manusia, yakni setelah kematian-Nya akan ada kehidupan baru yang tidak terpisah namun masih mempunyai unsur- unsur yang lama yaitu tubuh dan daging. Dan Kristuslah yang pertama kali mengalami ini (Kol. 1:18).

Renungkan: Kebangkitan-Nya merupakan deklara-si Allah bahwa Yesuslah Anak Allah yang berkuasa (Rm. 1:4) dan suci. Kebangkitan-Nya sangat menentukan kehidupan manusia karena seluruh proses penebusan-Nya selalu dikaitkan dengan kebangkitan-Nya mulai dari pembenaran (Rm. 4:25), kelahiran kembali (1Ptr. 1:3), penyucian (Rm. 6:4-6) hingga pemuliaan (Flp. 3:20-21).

Bacaan untuk Paskah 1: Kisah Para Rasul 10:34-43 Kolose 3:1-11 Yohanes 20:1-9 Mazmur 118:1-2; 14-24

Lagu: Kidung Jemaat 152

(0.24919161538462) (Luk 24:36) (sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004))
Tugas pengikut Yesus

Tugas pengikut Yesus. Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat 36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat 39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat 43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci.

Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat 47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat 48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan.

Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat 49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52).

Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain.

(0.24919161538462) (Yoh 2:1) (sh: Bertumbuh dalam kemuliaan (Jumat, 28 Desember 2001))
Bertumbuh dalam kemuliaan

Bertumbuh dalam kemuliaan. Jika kita berbicara tentang iman yang semakin dalam dan kuat, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Apakah hanya sebatas semakin banyaknya informasi yang kita serap dan kuasai? Hari ini kita akan merenungkan apa artinya iman yang semakin bertumbuh.

Jika pada peristiwa sebelumnya kesaksian disampaikan melalui perkataan, maka dalam teks hari ini kita melihat bahwa kesaksian juga disampaikan melalui perbuatan. Dalam sebuah pesta pernikahan di Kana, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 11). Yesus bersaksi melalui perbuatan, yakni dengan mengubah air menjadi anggur (ayat 9). Ia bersaksi kepada pelayan-pelayan dan juga orang-orang yang hadir dalam pesta perkawinan. Tetapi, tidak dinyatakan bahwa mereka, sebagai akibatnya, menjadi percaya pada Yesus dan kemudian melihat kemuliaan-Nya. Mereka gagal melihat kemuliaan Yesus.

Apakah artinya melihat kemuliaan Yesus? Jika kita mengingat janji Yesus seperti tertera dalam 1:50-51, maka dapat dikatakan bahwa melihat kemuliaan Yesus identik dengan mengalami hadirat Allah. Melihat surga terbuka dan melihat malaikat- malaikat Allah turun-naik kepada Yesus merupakan pernyataan kehadiran Allah. Pada peristiwa sebelumnya, dinyatakan bahwa murid-murid telah percaya pada Yesus (ayat 1:35-51). Mengapa dalam ayat 11 dikatakan murid-murid percaya pada Yesus? Peristiwa di Kana bukanlah awal kelahiran iman murid-murid pada Yesus. Peristiwa ini memperlihatkan pendalaman iman. Iman murid-murid bertumbuh semakin dalam melalui dan oleh peristiwa di Kana. Ini sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sebelumnya (ayat 1:50-51). Melihat kemuliaan Yesus menyebabkan iman murid-murid bertumbuh. Mereka yang percaya pada Yesus selanjutnya akan menikmati persekutuan bersama- Nya, mengalami hadirat Allah. Melihat kemuliaan Yesus berarti mengalami hadirat Allah. Inilah artinya iman yang bertumbuh.

Renungkan: Setiap manusia yang percaya pada Yesus akan melihat kemuliaan-Nya (ayat 1:14). Belajarlah peka melihat kemuliaan- Nya dalam hidup Anda. Ucapan syukur Anda bisa jadi merupakan tanda bahwa iman Anda bertumbuh.

(0.24919161538462) (Yoh 5:19) (sh: Aksi kesaksian (Minggu, 6 Januari 2002))
Aksi kesaksian

Aksi kesaksian. Kepada pemimpin-pemimpin agama yang ingin menganiaya (ayat 16) bahkan membunuh-Nya, Yesus tidak membalas dengan perbuatan yang sama. Ia mendorong mereka untuk menyelidiki kesaksian Yohanes, pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan Kitab Suci. Semuanya itu bersaksi tentang-Nya. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus membalas kejahatan dengan kesaksian akan kebenaran. Di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah teladan. Satukan kasih dan kesaksian akan kebenaran dalam reaksi kita terhadap aksi-aksi kejahatan orang.

Yesus mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya merupakan kesaksian bahwa Ia diutus Bapa. Bagaimanakah bentuk pekerjaan-Nya? Pekerjaan-Nya tidak hanya bersumber dari Bapa, melainkan juga pekerjaan yang dilakukan Bapa (ayat 19). Pekerjaan-Nya didorong oleh dan dilingkupi dalam suasana kasih (ayat 20). Sama seperti Bapa adalah pemberi hidup demikian juga pekerjaan Tuhan Yesus (ayat 21,24-26). Penghakiman juga adalah pekerjaan-Nya (ayat 22,27). Secara khusus Tuhan Yesus menyebutkan dua bentuk pekerjaan-Nya yang menimbulkan keheranan pemimpin-pemimpin agama. Pekerjaan tersebut adalah membangkitkan orang mati dan menghakimi seluruh manusia. Kedua bentuk pekerjaan ini adalah pekerjaan yang hanya berhak dan mungkin dilakukan Allah. Pemimpin-pemimpin agama terkejut karena dengan menyatakan bahwa Ia melakukan kedua pekerjaan ini, Yesus bersaksi bahwa Ia adalah Allah. Kedua bentuk pekerjaan ini pun sedang terjadi saat ini (ayat 21,24-25,27) dan juga akan terjadi pada masa akan datang (ayat 28-30) sebab Yesus Allah fungsinya dan adanya.

Renungkan: Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias.

(0.24919161538462) (Yoh 12:1) (sh: Persiapan menjelang ajal (Minggu, 26 Februari 2006))
Persiapan menjelang ajal

Judul: Persiapan menjelang ajal

Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal.

Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh. 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11).

Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7).

Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus.

Renungkan: Setiap kita akan mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi kematian.

(0.24919161538462) (1Kor 1:10) (sh: Bukan jasaku (Sabtu, 30 Agustus 2003))
Bukan jasaku

Bukan jasaku. Perasaan diri sebagai yang paling besar dan benar sering membuat perpecahan dalam suatu kelompok yang semula rukun. Kita mengetahui bahwa perpecahan mendatangkan ketidaknyamanan bagi seluruh anggota. Inilah yang terjadi pada tahap-tahap awal terbentuknya jemaat Korintus.

Beberapa orang dari keluarga Kloe merasakan hal itu dan menyampaikannya kepada Paulus. Paulus menjawab sekaligus mengajarkan suatu pokok yang penting. Paulus menyebut bahwa masalah tersebut sebagai 'perselisihan di antara kamu' (ayat 11). Masalah itu ditanggapinya dengan jelas. Namun, Paulus sendiri menolak untuk dijadikan pemimpin salah satu kelompok.

Sebaliknya, ia menegaskan bahwa Kristus sebagai pusat pemberitaan Kabar Baik, pusat yang mempersatukan; dan demi Nama yang diberitakan itu, jemaat tidak boleh terkotak-kotak (ayat 10). Bahkan Paulus menegaskan bahwa pusat pemberitaan pemberita Injil adalah Kristus yang disalib dan bangkit. Tugas ini akan sulit dijalankan jika tidak mengandalkan campur tangan Tuhan (ayat 17- 25). Mereka yang mendengar tentang pemberitaan keselamatan oleh Kristus mungkin menolak untuk percaya dengan alasan seperti yang disampaikan oleh orang Yahudi, "mukjizat dulu, baru percaya", atau menertawakannya seperti orang Yunani (ayat 18-23). Paulus menekankan bahwa pusat semua kegiatan pekabaran Injil kepada manusia berdosa adalah karya penyelamatan Allah (ayat 24,25).

Paulus memberikan teladan kepada kita, bagaimana potensi-potensi perpecahan dalam kumpulan orang percaya perlu dikenali, diungkapkan, dan kemudian diarahkan kepada pusat perhatian gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus. Suatu hal yang hanya dapat diterima karena panggilan dan kekuatan dari Allah.

Renungkan: Para pemimpin umat jangan menghimpun pengikut untuk diri sendiri, melainkan dengan rendah hati minta hikmat dan kekuatan Allah untuk mengabarkan Kristus secara benar.



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA