(0.21685893043478) | (Est 1:1) |
(ende) KITAB -KITAB TOBIT JUDIT ESTER PENDAHULUAN Didalam Kitab Sutji Junani dan Latin terdapatlah sesudah kitab2 Tawarich, djadi kitab2 sedjarah, ketiga kitab ketjil: Tobit, Judit, Ester, menurut urut2an terdjemahan Latin Vulgata, atau Ester, Judit dan Tobit, menurut susunan Septuaginta. Namun dalam beberapa naskah terdjemahan Junani tertera ditempat ain sekali, sedangkan didalam Kitab Sutji Hibrani itu Ester termasuk dalam "Ketubim" dan merupakan bagian dari apa jang disebut"Kelima Megillot", jaitu salah satu dari kelima kitab ketjilm jang dibatjakan didalam synagoga pada pesta2 tertentu. Kedalam "Megillot" itu termasuk pula Pengchotbah, Lagu Ratap, Rut dan Madah Agung. Karena kaum Protestan mengenai Perdjandjian Lama mengambil-alih daftar kitab2 sutji jang diakui orang2 Jahudi di Palestina, maka merekapun hanja menerima Ester sadjalah jang termasuk Kitab Sutji, sedangkan Tobit dan Judit disebut mereka "apokrip". Dengan mengikuti terdjemahan2 Junani dan Latin dalam urutan2 biasa Vulgata, maka dalam terdjemahan inipun kami masukkan Tobit, Judit, dan Ester dalam satu kelompok. Itupun bukan hanja karena pendek isinja, tetapi djuga karena ketiga kitab itu mempunjai beberapa tjorak jang sama. Kesamaan pertama jang lahiriah belaka sebetulnja bersandarkan tjorak kesusasteraan jang sama terletak dalam sangat populernja kisah2 itu dikalangan umat Kristen, dahulu dan sekarang. Setiap orang mengenal kisah2 itu dan senipun tidak sedikit mengambil bahannja daripada Tobit, Judit dan Ester. Kisah2 itu seringlah lebih terkenal daripada bagian2 lain Perdjandjian Lama, jang dari segi keigamaan dan sedjarah keselamatan djauh lebih penting adanja. Kepopuleran kitab2 ketjilini lebih2 diakibatkan oleh kenjataan, bahwa didalamnja seni tjerita Hibrani mentjapai pentjak jang djrang ada tara-bandingnja. Pada umumnja kisah2, jang dipusatkan kepada satu tokoh itu, dipaparkan sebagai suatu keseluruhan utuh jang besar dan harmonos, dan segala dajdupaja digunakan dengan sangat mahirnja untuk tetap menarik perhatian dan memelihara ketegangan samapi achir. Unsur dramatik digunakan habis2an dan fantasipun mendapatkan umpan jang ber-limpah2 dalam kisah2 tersebut. Tetapi kesamaannja lebih mendalam, karena latarbelakan tema dari kisah2 itu dalam banjak hal sama djua adanja. Tiap2 kali mengenai manusia-seluruh rakjat- jang berada didalam darurat besar, kepapaan dan penindasan. Tetapi demi kesalehan besar serta kebaktian dalam dari tokoh2 tertentu, maka Penjelenggaraan ilahi bertjampurtangan setjara sedikit banjak adjaib akan penjelamatan dan penebusan. Perhatian dipusatkan pada tokoh2 itu, sehingga rakjat sebagai keseluruhan agak dan sedikit banjak tinggal dilatarbelakang. Namun demikian, dalam ketiga kitab itu rakjat Jahudi muntjul dalam keadaan2 jang kira2 sama. Mereka ditindas dan malahan diantjam akan dibinasakan oleh penguasa2 kafir, jang maunja menghantjurkan bangsa maupun agama. Bangsa Jahudi adalah bangsa asing, jang terpentjil dari bangsa2 lain dari lingkungan kafir. Mereka dibentji dan dinistakann, dan sering membangkitkan kembali taufan antisemitisme. Dalam kitab2 Judit dan Ester itu amat djelasnja, tetapi ada pula didalam kitab Tobit, meskipun tidak begitu tadjam gambarannja. Didalamnjapun bangsa Jahudi itu adalah masa kompak jang mengembara di-tengah2 lingkungan kafir, dibentji, dinistakan dan di-buru2. Ketiga kitab ketjil itu mempunjai kesamaan ini djuga, bahwa kitab2 tersebut baru agak belakangan dan bukan tanpa kesulitan diakui sebagai Kitab Sutji. Kitab Ester oleh orang2 Jahudi baru dimasukkan dalam daftar kitab2 sutji. Kitab Ester oleh orang2 Jahudi baru dimasukkan dalam daftar kitab2 sutji sesudah abad pertama Masehi, dan itupun hanja naskah jang singkat bentuknja. Itu antara lain diakibatkan oleh tjoraknja jang agak profan, bila dipandang sepintas lalu. Tetapi Judit, meskipun orang2 Jahudi mengenal dan menggunakannja djua, ditolak mereka setjara definitif sebagai Kitab Sutji. Nasib jang sama dialami Tobit pula, kitab mana dikenal dan digunakan se-tidak2nja oleh beberapa golongan Jahudi. Mengenai djaman Kristen: ketiga kitab ketjil itu digunakan dan pada umumnja diakui sebagai Kitab Sutji oleh para bapak Geredja, tetapi tjorak inspirasinja disana sini toh disangsikan djuga, lebih2 setelah daftar Jahudi kitab2 sutji itu dikenal dan terutama di-daerah2, tempat kontak dengan orang2 Jahudi agak rapat. Namun achirnja kitab2 itu diakui umum dan diterima oleh Geredja2 Kristen di timur dan barat serta dimasukkan dalam daftar2 resmi Kitab Sutji. Baru oleh reformasilah pendirian ini ditinggalkan oleh beberapa golongan. Terhadapnjalah Konsili Trente menetapkan tjorak inspirasinja setjara definitif. Selandjutnja teks Tobit, Judit dan Ester sampai kepada kita dalam wudjud jang berlainan. Akan Ester, Kitab SutjiHibrani mempunjai teks jang djauh lebih singkat daripada terdjemahan Junani serta terdjemahan2 kuno lainnja. Tetapi djuga dimana teks Junani sedjadjar djalannja dengan teks Hibrani, perbedaan2 itu toh amat besarnja. Dalam naskah2 Junani itu sendiripun masih ada perbedaan2 djuga. Naskah jang terpenting dan paling termasjhur (BAS) menjadjikan teks jang amat sama bunjinja. Tetapi disamping itu ada naskah2 lainnja, jang agak besar perbedaan2nja dan jang sukar dikembalikan kepada satu jang aseli. Terdjemahan Latin kuno dibuat menurut teks Junani. Hieroenimus telah membuat terdjemahan baru menurut teks Junani, tetapi menurut keterangannja sendiri ditemukan didalam terdjemahan Junani tapi tidak terdapat dalam naskah Hibrani, oleh Hieronimus ditempatkan pada achir terdjemahannja. Terdjemahan kami mengikuti urut2an Junani, tetapi menterdjemahkan teks Hibrani, bila itu ada. Dalam lampiran diberikan urut2an teks Vulgata. Imbuhan2 tekas Junani itu ialah: sebuah impian Mordekai (1,a-r) sebuah doa Mordekai dan Ester (3,17,a-z), teks jang lebih pandjang dari 5,1-2 dikrit radja Parsi, jang memberikan hak bela diri kepada orang2 Jahudi (8,12a-v), keterangan tentang mimpi Mordekai serta tjatatan mengenai terdjemahan Junani (10,3a-1). Bagaimana selandjutnja hubungannja antara teks Hibrani dengan teks Junani Ester itu, adalah djauh dari djelas. Dapat dipikirkan, bahwa teks Hibrani itu jang aseli, jang kemudian diperpandjangkan dalam teks Hibrani, jang lalu mendjadi dasar terdjemahan Junani. Atau mungkin djuga perpanjdjangan itu hanja ada dalam teks Junani sadja dan dikerdjakan oleh penjadur Junani. Hal sematjam itu terdjadi djuga, menurut pendapat umum, dengan Indjil Mateus. Achirnja dapat dikemukakan pula penggunaan liturgis. Teks jang aseli jang lama kirannja terpelihara dalam terdjemahan Junani, sedang teks singkatnja terpelihara dalam bahasa Hibrani. Semua hipotese ini ada pro dan kontranja, dan rupa2nja agak mustahillah untuk mengetahui denan pasti duduk perkaranja. Teks aseli Hibrani atau Aram kitab Judit tiada naskah atau sisanja lagi. Teks Hibrani jang sekarang ada, adalah terdjemahan dari bahasa Latin. Jang ada hanja terdjemahan2 kuno. Jang penting ialah terdjemahan Junani dan terdjemahan Latin Vulgata. Terdjemahan Junani sampai kepada kita dalam tiga wudjud jang berlainan. Teks jang lawim dipakai terdapat dalam naskah2 besar (BAS). Kami taruh teks ts. sebagai dasar terdjemahan kami. Terdjemahan Latin Vulgata dikerdjakan Hieronimus menurut teks Aram, dengan kebebasan dan ketjepatan jang besar. Tetapi teks tersebut agak besar perbedaannja dengan terdjemahan Junani, sehingga teks Aram aseli jang dipakai Hieronimus itu adalah sematjam parafrase. Tambahan lagi Hieronimus menggunakan dengan leluasa terdjemahan Latin kuno. Jang paling rumit ialah teks kitab Tobit. Aselinja betul Hibrani atau Aram, dan belum lama ini diketemukan kembali beberapa fragmen dalam bahasa Hibrani dan Aram. Tetapi selebihnja sudah hilanglah aselinja. Terdjemahan Junani mengenal tiga bentuk jang sangat berlainan satu sama lain. Teks jang lazim dipakai, didalam naskah A dan B, adalah jang tersingkat. Disamping itu naskah S menjadjikan teks jang lebih pandjang. Teks jang lebih pandjang itulah jang umumnja kami ikuti. Hanja beberapa bagian dan perbaikan diambil dari A dan B, dan, sebagaimana biasa, dinjatakan dengan tjetakan chusus. Bentuk ketiga teks Junani tidaklah begitu penting. Terdjemahan Latin kuno dibuat menurut teks Junani A dan B, tetapi teks Vulgata resmi, jang dikerdjakan oleh Hieronimus dengan banjak kebebasan, kembali pada jang aseli Aram. Tetapi teks tersebut, meskipun mengenai isinja sama garis besarnjam berbeda sungguh djauh dari terdjemahan2 Junani jang dikenal. Akan imbuhan dan lagi karna teks Latin itu dipakai dalam liturgi Katolik, maka kami muat terdjemahan teks Vulgata itu sebagai lampiran dibelakan, dimanapun teks Vulgata itu agak djauh menjimpang dari teks Junani, jang kami ikuti dalam terdjemahan kami. Kesamaan terachir antara kitab2 Tobit, Judit, Ester jang sungguh amat penting bagi tafsiran jang tepat, ialah gaja sasteranja. Tidak dapat diungkirilah, kisah2 tersebut memberikan kesan, bahwa hendak memberitahukan peristiwa2 tertentu, Tetapi setelah dipeladjari lebih dalam dan lebih2 dibandingkan dengan apa jang dapat diketahui dengan tjukup pasti dari sumber2 lain, kesan pertama itu sangat diperlemah. Pada tempatnja akan kami tundjukkan beberapa kesuliran, jang dihadapkan kitab2 itu kepada orang ahli sedjarah kuno, kesulitan2 mana seringlah tak teratasi. Teranglah, bahwa keterangan2 sedjarah dan ilmu bumi dipergunakan dengan kebebasan jang mentjengangkan, se-akan2 kesemuanja itu sama sekali tidak menarik perhatian si pengarang. Sering tidak bersesuaian satu sama lain maupun dengan keterangan2 sumber lainnja. Daripadanja mesti ditarik kesimpulan bahwa si pengarang sendiri kisahjang semu sedjarah itu njatanja tidak begitu dimaksudkan sebagai sedjarah dalam arti sebenarnja. Kita berhadapan dengan matjam gaja, jang tidak dapat dimasukkan lagi dalam djenis sedjarah, bahkan bukan pula dalam artinja jang lluas. Namun demikian, tidak dapat dikemukakan begitu sadja, bahwa sama sekali tiada peristiwa jang mendjadi dasar kisah itu, sehingga kita berpapasan dengan chajalan belaka atau mungkin dengan mytos se-mata2. Bagi tiap2 kitab tersendiri dapatlah orang lalu menetapkan lebih landjut peristiwa demikian, tetapi kesemuanja mempunjai kesamaan dan menghiasi setjara puitis peristiwa2 itu dengan kebebasan se-besar2nja. Dan itupun begitu rupa, sehingga inti sedjarahnja tidak lagi dapat dikenali menurut kenjataannja sendiri. Kisah itu njatanja tidak bermaksud untuk melapor peristiwa2 untuk mengadjarkan sesuatu dengannja, tetapi kisah itu per-tama2 lebih suka mengadjarkan sesuatu, dan dalam pada itu, djika perlu, dengan kebebasan fantasi menggunakan peristiwa2 jang sedikit banjak dikenal dari masa lampau jang sudah djauh atau masih dekat. Dengan kisah2 tersebut kita lebih berdekatan dengan sastera kebidjaksanaan daripada dengan kitab2 jang bertjorak sedjarah. Baik kenjataan, bahwa Ester dalam Kitab Sudji Hibrani termasuk dalam golongan "hagiografa", maupun kebebasan besar jang pada hemat para penterdjemah kuno dapat digunakan mereka dalam hal kisah2 tersebut, kiranja memberikan petundjuk sedikit tentang pendapat kuno mengenai tjorak chas kitab2 Tobit, Judit dan Ester. Dalam hal kitab2 sematjam itu baiknja djangan menerima kisah2 itu sebagaimana adanja, menanjakan apa jang hendak diadjarkan para pengisah. Gaja sastera itu se-kali tidak bertentangan dengan tjorak inspirasi Kitab Sutji, karena inspirasi dapat menggunakan setiap djenis sastera manusia, jang pada dirinja tidak djahat adanja. Roman, novel dan parabel, pun kalau itu diberi berpakaian historis dapat diterima sepenuhnja. Soalnja hanjalah, bahwasanja si pembatja memperhatikan gaja sastera jang disadjikan. Nah, kitab2 Tobit, Judit dan Ester, bila ditindjau lebih landjut, memberi dasar jang tjukup untuk mengenali tjoraknja. Ke-tiga2nja tidak hendak mentjeritakan peristiwa jang dibeberkan sertjara teliti, tetapi per-tama2 maunja membina, meskipun mungkin berpangkal dari suatu peristiwa. KITAB TOBIT menjadjikan kisah suatu keluarga, jang berlangsung dikalangan orang Jahudi buangan di Asyria. Tobit adalah seorang Jahudi jang landjut umurnja dan sangat mursjid, jang memperoleh kekajaan besar dan djabatan jang tinggi dalam pemerintahan. Tetapi ia kena murka radja, karena ia menjokong kaum sebangsanja jang di-buru2 dan menguburkan orang jang dibunuh. Ia dirampasi segala harta- bendanja dan dibuang. Kemudian ia dapat kembali lagi, tetetapi bangsa ditimpa malapetaka baru, tengah ia memberikan bantuan kepada kaum sebangsa dengan amat murah dan berani. Didalam kemalangannja ia malahan di-olok2 oleh isterinja sendiri karena ketabahannja dalam kemursjidan. Kendati kesusahan dan kepapaannja jang besar itu, ia tetap pertjaja pada tuhan dan mentjurahkan isi hatinja didalam doa jang pandjang. Pada waktu jang bersamaan kemanakannja di Media, jang bernama Sara, mendjadi kkorban malapetaka dan setan. Iapun mengeluhkan deritanja jang tak tertanggung itu didalam doa jang hangat kepada Tuhan. Tuhan datang membantu dengan mengutus malaekat Rafael, untuk menjembuhkan Tobit maupun Sara. Tobit menjuruh anaknja, jang mursid djuga, ke Media untuk menagih hutang disana, Rafael mengantar Tobia kesana. Ditengah djalan dimaklumkan kepada Tobia chasiat djantung serta empedu ikan, jang hendak mentjaplok Tobia, jakni kekuatan untuk membuang setan dan menjembuhkan penjakit mata. Di Media Rafael bertindak sebagai perantara dalam perkawinan bahagia antara Tobia dan kerabatnja Sara. Chasiat djantung ikan jang dibakar disertai kemursjidan Tobia dan Sara berhasil membuang setan, sehingga Tobia tidak dibunuh oleh setan itu. Mereka kembali dengan bahagia kepada Tobit, jang disembuhkan dari kebutaannja dengan empedu ikan itu. Tobit masih hidup lama dan berbahagia, dan sebelum adjalnja memberikan banjak nasehat baik kepada Tobia dan meramalkan kehantjuran Asyria dan Ninive. Adapun maksud umum kisah itu tjukup djelas dan dismaping itu djuga merumuskan sedjumlah gagasan keigamaan dan kesusilaan jang luhur. Penjelenggaraan Allah jang ajaib, jang datang membantu orang2 mursjidNja, selalu ditandaskan dengan amat kentara. Dalam Penjelenggaraan itu deritapun memainkan peranannja jang positif. Derita bukanlah selalu hukuman bagi dosa, tetapi mungkin djuga suatu udjian kebadjikan demi keselamatan manusia. Dengan djalan itu kitab tersebut menentang pendapat lama jang lebih laku, tetntang sensara dan dengan problematikanja mendekatai kitab Ijob. Kitab itu me-njadung2 seluruh kitab itu. Dalam hal ini kitab Tobit sampai ketingkat adjaran Kristus tentang nilai pekerdjaan2 belas-kasihan badani. Dirumuskannja pula pendapat tentang perkawinan, jang boleh dikatakan pendapat Kristen sebelum djaman kekristenan. Kesemuanja ini adalah tema2 kitab2 kebidjaksanaan dan kitab Tobit menundjukkan kemiripan dengannja dalam lebih dari satu segi sadja. Achirnja kitab Tobit berarti madju selangkah lagi mengenai adjaran tentang roh2 djahat dan baik. Penutup kitab itu melahirkan suatu pengharapan jang hangat akan masa Al-Masih, tanpa mengkonkretisirnja dalam oknum tertentu. Isinja lebih mengenai pemulihan jang megah-mulia dari umat Allah pada achir djaman dan pembalasan hukuman atas lawan2 umatNja. Dan dalam hal ini kitab itu mirip sastera apokalyptik. Kesulitan2 sedjarah jang amat menjolok, jang dapat ditimbulkan kitab2 itu, andaikata itu hendak merupakan sedjarah jang sungguh2, adalah hal2 jang berikut ini: Tobit mendjadi saksi mata perpisahan di Israil dimasa Jerobe'am (th.931) (Tb 1,4), ia dibuang dua abad kemudian (th.734) bersama dengan suku Naftali (Tb 1,5.10) dan anaknja Tobia menjaksikan kehantjuran Ninive (Tb 14,15) dalam tahun 642 sebelum Masehi. Djadi, Tobit mentjapai umur jang legendaris, pada hal ia hanja sampai umur 112 tahun sadja (Tb 14,12). Dalam ajat 1,15 Sanherib dikemukakan sebagai pengganti Sjalmaneser, pada hal ia sesungguhnja pengganti Sargon. Perdjalanan dari Ragai ke Ekbatana dalam kitab itu hanja makan tempo dua hari sadja (5,6), hal mana sangat pendek bagi djarak 300 km. itu. Dalam kitab itu (1,22;2,10;11,18;14,10) seseorang jang bernama Ahikar memainkan peranan pula. Nah, tokoh jang istimewa itu menundjukkan kesamaan dengan Ahikar, jang tampil dalam dongengan jang terkenal didjaman dulu dan jang teranglah lebih tua daripada kitab Tobit. Tjara Tobit disembuhkan dengan empedu ikan dari kebutaannja (6,9;11,8-12) tidak dikenal para tabib (2,10). Rafael memaklumkan obat itu kepada Tobia. Tetapi pastilah dimasa kitab tersebut berlangsung, para tabib sudah menggunakan obat itu pada penjakit mata, sehingga pemakluman tadi tidak banjak artinja lagi. Adakalanja djuga ditundjuk pula kesamaan antara adjaran perihal malaekat kitab ini dan pendapat2 Parsi tertentu dalam hal itu. Dapat diterima, bahwa orang2 Jahudi agak dipengaruhi karenanja, tetapi tidak dapat dibuktikan-dan djuga tidak perlulah-bahwasanja Tobit setjara langsung tergantung dari pendapat2 Parsi. Kesulitan2 tadi dapat dipetjahkan dengan amat mudahnja dengan memandang kitab Tobit bukannja sebagai sedjarah jang sungguh2, melainkan lebih dalam artinja seperti jang diuraikan diatas. Mungkin ada sesuatu peristiwa jang mendjadi dasarnja, tetapi tidak mungkinlah merekonstruir peristiwa tersebut. Walaupun teks Junani menaruh bagian pertama kitab itu dimulut Tobit sendiri, namun ia bukanlah pengarang kisah itu. Kita bersua disini dengan suatu pseudepigrafi, seperti sering terdapat dalam Kitab Sutji. Pengarang Jahudi kitab itu sama sekali tidak dikenal. Betul, ia telah menjusun kisahnja dengan bersandarkan tradisi lisan atau mungkin malahan tertulis, tetapi apa bagian peribadinja dan apa jang sudah tersedia baginja tidak dapat ditentukan lagi. Karena soalnja sungguh mengenai suatau komposisi dan si pengarang sendiri njatanja tidak tahu lagi hubungan2 sedjarah jang tepat, dan lagi karena gagasan2 keigamaan kitab itu menjaksikan pula tentang masa belakangan didalam sedjarah bangsa Jahudi, maka dapatlah dikirakan, bahwa kitab itu ditulis antara th.300 dan 200 seb.Mas. Karena mengenai orang2 Jahudi didiaspora se-mata2, maka si pengarang kiranja berasal pula dari lingkungan mereka. Tetapi apa ia hidup di Mesir atau dinegeri lain, tidak lagi dapat disimpulkan dari kitab itu dan keterangan2 lainpun tidak tersedia. KITAB JUDIT mengisahkan kemenangan bangsa Jahudi atas bala2 radja Nebukadnezar jang djauh lebih kuat dibawah pimpinan Holofernes, berkat tjampurtangan djanda mursjid jang bernama Judit. Holofernes jang mendapat tugas jang pongah dan keberani2an dari radjanja untuk menaklukkan seluruh bumi kepada Nebukadnezar dan untuk memaksakannja memudja sebagai dewa, dengan djajanja melintasi Asia depan, Mesopotamia dan Arabia. Bangsa2 lainnja takluk djuga penuh kedahsjatan. Tetapi di Palestina terbenturlah Holofernes pada kota Betulua, jang enggan takluk kepadanja dan oleh karenanja harus dikepung. Darurat memuntjak dikota itu dan orang sudah bermaksud utnuk menjerah, malahan imam-agung sudah kehilangan akal. Tetapi Judit tahu mempertetapkan hati mereka dan membengkitkan kepertjajaan pada Tuhan tanpa sjarat didalam hati mereka. Setelah persiapan dengan doa dan puasa Judit lalu pergi keperkemahan Holofernes. Ia berhasil memperdajakan sang panglima dan membudjuknja dengan ketjantikannja. Ia tidak sampai mengadakan hubungan badaniah dengannja, tetapi tiga hari kemudian menurut rentjananja jang tjerdik itu ia berhasil memenggal kepala panglima jang tengah mabuk. Kepala itu dibawa pulang ke Betulua. Bala Holofernes lari tunggang-langgang. Judit dipudji sebagai pahlawan nasional dan sebagai suri teladan kepertjajaan jang tak terhingga pada Tuhan. Ia sendiri melambungkan madah pudji serta sjukur jang hangat kepada Penjelamat jang sesungguhnja, jakni Allah Israil. Tjara kisah Judit mempermainkan ilmu bumi dan sedjarah, menundjukkan kebebasan mutlak si pengarang terhadap keterangan2 tersebut. Perlawatan Holofernes, seperti jang dilukiskan dalam pasal2 permulaan, mempermudahkan segala geografi. Djuga perlawatannja terhadap Betulua itu sendiri sukarlah disesuaikan dengan keterangan2 tertentu dari topologi. Kota Betulua sendiripun adalah suatu teka- teki dan sama sekali tidak dapat ditjotjokkan dengan tempat manapun djua. Nebukadnezar tidak pernah mendjadi radja Asyria dan tidak pernah berkedudukan di Ninive (1,1), karena kota tersebut dihantjurkan dalam th 612, djadi sebelum djaman Nebukadnezar. Arfaksad, radja Media (1,5) tidak terdapat dalam sedjarah. Disebutkan (4,3), bahwa orang2 Jahudi baru sadja kembali dari pembuangan dan bahwa baitullah sudah dibangun kembali, hal mana aneh bunjinja didjaman Nebukadnezar, jang mengangkut Juda kepembuangan. Boleh sadja mentjoba tjari dibawah nama Nebukadnezar itu seorang radja lain didalam sedjarah, tetapi segala usaha pada gilirannja terbentur pula pada kesulitan2 jang tak terpetjahkan. Semua alasan itu membenarkan pendapat, bahwa seluruh kitab itu hendaknja dipandang sebagai suatu komposisi jang puitis-didaktak bukan hanjalah nama2 symbolik sadja. Dari satu sudut lawan2 Israillah jang diperorangkan, dan dari lain sudut umat Allah jang diperorangkan, dan dari lain sudut umat Allah jang diperorangkan dalam diri Judit. Mereka berperang mati2an, tetapi berkat penjelenggaraan Allah jang melindungi, maka umat Allah dibebaskan dari musuhnja. Perang dan kemenangan luar-sedjarah itu merupakan tema pokok kitab tersebut. Soalnja bukalah mengenai kedjadian tertentu, melainkan mengenai sesuatu jang senantiasa berlangsung terus. Dalam kitab ini diperbintjangkan dalam bentuk kisah historis tema sama, jang kemudian setjara fantastis dan dengan djalan symbolik jang gandjil diperluas oleh sastera apokalyptik, mulai kitab Daniel sampai dengan kitab Wahyu Johanes dalam Perdjandjian Baru. Dan seperti kitab2 wahyu itu menurut tjoraknja tersendiri adalah komposisi bebas pula dalam bentuk kisah historis. Mungkinlah si pengarang berpangkal pada suatu kejadian, jang kini tidak diketahui lagi, tetapi itupun tak lain dan tak bukan hanjalah titik pangkalnja sadja. Kitab Judit sangat berhaluan keigamaan sebagaimana sudah njata dari tema pokok tersebut diatas. Allah dari kitab Judit adalah Allah dari Perdjandjian Lama, Allah perdjandjian, jang membimbing sedjarah akan keselamatan bangsa pilihanNja. Ia menuntut kesetiaan umatNja kepada hukumNja dan terangnja hukum rituil jang dalam kitab Judit mendapat tempat jang penting. Allah jang kudus itu membentji dosa, lebih2 kesombongan, jang diperorangkan dalam diri Nebukadnezar dan Holofernes. Apabila umatNja bebas dari dosa dan pelanggaran rituil, maka terdjaminlah keselamatan dan kedjajaannja, sebagaimana dirumuskan Ahior (5,17- 25). Gagasan2 keigamaan kitab itu agak kuat tjorak rituilnja, dengan mana kitab Judit mendekati faraseisme dari masa kemudian, dengan pandangan2nja jang amat nasionalistis dan eksklusivistis. Namun kita lihat djuga, bahwa seorang kafir seperti Ahior, malahan seorang 'Amon, diperbolehkan masuk kedalam umat Jahwe, sehingga rigorisme sangat diperlunak karenanja. Maka itu kitab tersebut tidak dapat kita pandang begitu sadja sebagai pelopor faraseisme. Melihat tema pokok maupun gagasan2 keigamaan lainnja, mestilah Judit itu dari masa agak belakangan. Walaupun dikatakan, bahwa orang2 Jahudi baru kembali dari pembuangan, namun kitab itu sendiri adalah dari masa jang djauh lebih belakangan. Dengan kepastian agak besar dapatlah dikatakan, bahwa kitab itu ditulis didalam djaman Junani, kira2 th.150 seb.Mas. Sebab ada hal jang meng- ilat2kan adat-istiadat, jang baru terdapat dimasa Junani (3,8;15,12-13). Soal lainlah, apa perlu mundur kewaktu lebih belakangan lagi. Beberapa ahli mau menanggalkan kitab itu dalam abad pertama seb.Mas. Sebab, demikian kata mereka, gagasan2 farisi kitab itu adalah dari abad tersebut. Didalam seluruh kitab tidaklah pernah tampil pembesar sipil satupun dan Israil rupanja diperintah imam-agung. Pada hemat mereka hal itu adalah bukti, bahwa faraseisme berbentrok dengan keturunan para Makabe. Nah, perpetjahan itu terdjadi dimasa Johanes Janeos (th 103-76 seb.Mas), sehingga kitab itu mestilah bertanggalkan masa itu. Akan tetapi faraseisme dari kitab itu djanganlah di-lebih2kan dan lukiskan Israil lebih bertjorak idiil daripada historis. Adapun si pengarang adalah anonim sama sekali dan tidak dapat diadakan terkaan2 mengenai identitasnja. Adakalanja dikemukakan keberatan2 kesusilaan terhadap kitab Judit. Kelakuan Judit terhadap Holofernes, tipudaja serta budjukannja memang dipudji. Namun kelakuan itu tidak dapat dibenarkan. Dari segi Kristen memang benarlah itu. Tetapi djangan dilupakan, bahwa Judit dipudji sebagai pahlawan nasional dan pembebas bangsanja. Dan lagi sebagian besar toh mengenai suatu chajalan dan bukan kedjadian njata, jang lalu dibenarkan. Achirnja tidak seadilnjalah mengenakan pada masa 2 dahulu jang bukan Kristen itu ukuran2 kesusilaan, jang baru diadakan oleh Kristus. Djuga dalam bidang kesusilaanpun wahju mengenal perkembangan pula. Kisah KITAB ESTER menundjukkan banjak kesamaan dengan kitab Judit. Bangsa Jahudi terantjam dengan kebinasaan oleh kekuatan raksasa kafir, tetapi diselamatkan oleh seorang wanita Jahudi jang mursid. Kesamaannja dengan kitab Tobit terletak dalam hal ini, bahwasanja kisah itu tidak terdjadi ditanahair orang2 Jahudi, seperti kisah Judit, melainkan dalam pembuangan. Tetapi bukan dianrara orang2 buangan keradjaan utara, melainkan diantara kaum buangan Juda. Kisah itu terdjadi dikeradjaan Parsi, dalam keradjaan mana Babel telah tergabung. Makar terhadap bangsa Jahudi direntjanakan oleh perdana menteri jang amat kuasa dari radja Xerxes, Aman, jang didorong oleh antisemistisme jang tak se-mena2 Ratu Ester, asal Jahudi, jang menggantikan Vasti jang ditjeraikan, dan jang dididik dan masih dibimbing oleh Mordekai, orang Jahudi jang mursjid, berhasil dengan mempertaruhkan njawanja sendiri, mendesak radja untuk memberi orang2 Jahudi hak untuk mempertahankan diri. Aman dan keluarganja dihukum mati dan orang2 Jahudi mengadakan pembantaian besar2an dikalangan musuh2nja, pada hari mereka sendiri tadinja hendak dimusnahkan. Kedjadian tersebut mendjadi pangkal-mula bagi perajaan tahunan pesta Purim. bagian terachir kitab itu (9,20.32) muat sedjumlah dokumen, jang mewadjibkan perajaan pesta, jang diadakan Ester dan Mordekai. Kitab Ester nampak lebih bertjorak historis daripada kitab2 Tobit dan Judit. Adat-istiadat diistana Parsi dikenal baik2 oleh si pengarang. Watak Xerxes dilukiskan dengan tjermatnja, dan si pengarang tahu sungguh tentang tata-negara keradjaan Parsi dan susunan ibukota Susa. Selandjutnja dari sumber lain diketahui negeri jang tinggi2. Unsur historis dalam kitab Ester tidak dapat diungkiri dan kiranja berguna bagi ahli sedjarah. Maka itu orang mungkin tjondong untuk menerima begitu sadja kedjadian jang dikisahkan. Tetapi djustru dalam hal inilah timbul kesulitan2. Teranglah, bahwa didjaman Xerxes tidak pernah ada ratu jang bernama Vasti dan dimasa jang dilukiskan kitab Ester itu jang mendjadi ratu ialah Amerstris. Seorang wanita Jahudi sebagai ratu pertama tidak mungkin pula. Sebab ratu haruslah Parsi aseli. Dari sedjarah keradjaan Parsi se-kali2 tidak dikenallah sebuah dikrit pemusnahan orang2 Jahudi, hal mana tidak begitu sesuai pula dengan sikap toleran radja2 Parsi terhadap bangsa2 taklukan serta agama mereka. Tidak begitu mungkin djuga, bahwa radja Parsi mengidjinkan minorita2 ketjil untuk mengadakan penggorokan besar2an di-tengah2 rakjatnja. Atas dasar2 tersebut tjorak historis dalam arti jang se-benar2nja dari kitab itu sangat sukar dipertahankan. Sebaliknja terlalu djauh pula untuk mentjap kitab itu suatu chajalan belaka, atau saduran Jahudi dari suatu mytos dewa2 Babel (Ester=Isjtar; Mordekai=Marduk), untuk mendapat dasar bagi pesta Purim. Lebih baik dikatakan, bahwa itu pengolahan bebas dari seni dari peristiwa sedjarah tertentu. Pesta Purim, jang dibenarkan kitab tersebut, adalah sungguh perajaan, jang memperingati kedjadian tertentu. Soalnja hanjalah: kedjadian jang manakah. Adapun pesta Purim jang bertjorak profan itu, sangat boleh djadi Parsi aseli, jang diambil-alih orang2 Jahudi didalam pembuangan. Pangkal-mula pesta Parsi adalah suatu kedjadian, jang dalam tema pokoknja tjotjok dengan kisah Ester, meskipun bukan orang2 Jahudi, jang memainkan peranan didalam kisah Parsi itu. Seperti kisah tersebut maka kitab Ester mempunjai titik pangkal historis pula. Tetapi djelas pulalah, bahwa kedjadian itu bukanlah jang terpenting dari kitab Ester, melainkan gagasan2 keigamaan, jang tertjantum didalamnja. Tetapi betullah, bahwa teks Hibrani, bila dipandang sepintas lalu, sangat sedikit tjorak keigamaannja. Nama Allah sama sekali tidak terdapat tidak terdapat didalamnja dan njatanja dihindari setjara sistematis. Boleh djadi itu diakibatkan oleh tjorak profan belaka dari pesta Purim. Namun kekurangan akan tjorak keigamaan itu hanjalah kelihatannja daripada kenjataannja. Tanpa perumusan2 jang tegas kitab itu sungguh didukung oleh gagasan keigamaan. Allah dan pekerdjaanNja di-man2 terbajang dibelakang. Dialah, jang membimbing kedjadian2 dan menjelamatkan umatNja. Makanja teks Junani, jang lebih kentara tjorak keigamaannja dan djauh lebih tegas dalam bidang tersebut, tidak menjalahi maksud dan tudjuan kitab itu. Maunja merupakan paparan jang tjemerlang dari tema kebidjaksanaan: Kedjahatan djatuh kembali kepada jang merentjanakan dan melakukannja. Dalam kitab Ester dalil itu dikenakan pada Aman serta rentjana2nja, pada orang2 kafir dan permusuhannja kepada umat Allah. Dengan djalan itu kitab Ester mentjapai pula tema apokalyptik kitab Judit: orang2 kafir akan dibinasakan oleh pembalasan Allah karena permusuhannja terhadap Jang Kuasa serta umatNja. Dalam rangka teks tersebut haus akan darah dan kekedjaman dalam kitab itu tidak begitu mentjengangkan lagi. Inipun termasuk djenis sastera pula. Tambahan pula kitab itu tidak mengemukakannja sebagai sesuatu jang diperbuat orang2 Jahudi setjara spontan, melainkan karena terpaksa dan untuk membela diri. Si pengarang tidak begitu bergembira atas penumpahan darah jang dilukiskannja, melainkan lebih atas keadilan Allah dan PenjelenggaraanNja jang adjaib, jang dinjatakan setjara demikian. Karena seluruh pesta Purim itu dari masa agak belakangan dan kitab itu disusun untuk keperluan itu, maka mesti djuga ditanggalkan agak belakangan pula. Terdjemahan atau saduran Junani bertanggal kira2 114 seb. Mas (30,31), meskipun teksnja sendiri tidak memberikan pegangan jang mutlak. Teks Hibrani haruslah lebih tua. Dalam th. 160 seb. Mas. pesta Purim, mungkin dengan nama lain, dirajakan di Palestina (II Mak. 15,36), dan kisah Ester dan mungkin djuga kitab Ester sudah dikenal. Karena kisah itu berlangsung di Parsi dan temanja: "kedjahatan menghukum dirinja sendiri", termasuk dalam sastera kebidjaksanaan belakangan, jang kitab itu pada umumnja ada kemiripannja, maka kitab dari pengarang Jahudi jang tidak ketahuan namanja itu dapat diberi bertanggal kira2 th. 200 seb-Mas. Tema peperangan antara kekafiran dan agama Jahudi sungguh tjotjok dengan suasana djaman Makabe, waktu peperangan itu meledak dan berachir dengan kemenangan agama Jahudi. |
(0.21685893043478) | (Mzm 51:1) |
(ende) Doa tobat ini adalah jang terindah dalam Perdjandjian Lama, hingga sudah mendekati Perdjandjian Baru. Dosa disini nampak se-mata2 sebagai penghinaan Allah. Dengan terus terang pengarang mengakui kedjahatannja (Maz 51:5-8), minta pengampunan dan pembaharuan batinnja (Maz 51:3-4,9-14). Lalu ia berdjandji ia akan mengadjar kepada orang2 lain jang menjesal dan, dengan memakai kurban2, akan memuliakan dan memudji Tuhan dengan hati murni dan bersih (Maz 51:15-19). Ajat2 20-21(Maz 51:18-19) boleh dianggap sebagai tambahan untuk keperluan ibadat. |
(0.21685893043478) | (Mzm 58:1) |
(ende) Pengarang lagu ini dengan hebatnja menjerang hakim2 jang tak adil dan bermohon kepada Allah, agar Ia menghukum mereka selajaknja (Maz 58:2-10). Hukuman ini lalu akan menggembirakan kaum djudjur, oleh sebab keadilan Tuhan dinjatakannja, jang melindungi kaum tertindas (Maz 58:10-11). |
(0.21685893043478) | (Mzm 60:1) |
(ende) Lagu ratap ini menangisi, bahwa umat Jahwe telah kalah dalam peperangan, jang dilukiskan laksana gempa bumi (Maz 60:3-7). Allah atau seorang imam atau nabi dalam ibadat mendjawab dan berdjandji akan mendatangkan kemenangan (Maz 60:8-10). Achirnja radja meminta pertolongan untuk selandjutnja (Maz 60:9-12). Ajat2 7-14 (Maz 60:5-12) adalah sama dengan Maz 108:6-13. Barangkali lagu ini dinjanjikan oleh beberapa golongan penjanji ber-turut2. |
(0.21685893043478) | (Mzm 86:1) |
(ende) Mazmur ini terdiri atas dua doa permohonan seseorang jang ditjobai (Maz 86:1-7,11-17) dan diantaranja suatu lagu pudjian (Maz 86:8-10). Si pemohon penjerukan kepada sengsara dan kesalehannja sendiri serta kepertjajaannja pada Allah (Maz 86:1-4,7) dan kepada kebaikan Jahwe (Maz 86:5-6,15). Bila Tuhan mengabulkan permohonannja Ia akan dipudji segala bangsa (Maz 86:8-10). Lalu si pemohon meminta takwa (Maz 86:11) dan perlindungan terhadap musuh (Maz 86:14-17). |
(0.21685893043478) | (Mzm 148:1) |
(ende) Lagu pudjian ini mengadjak segala machluk, agar supaja mereka meluhurkan Jahwe Pentjipta: surga dan isinja, jakni malaekat2, langit dan isinja djuga, oleh karena mereka didjadikan oleh Allah (Maz 148:1-6). Lalu pengarang turun kebumi dan machluk2 jang tak hidup dan jang tak berakal diadjaknja, agar mereka ikut serta dengan pudjian (Maz 148:7-10) dan achirnja ia berpaling kepada semua manusia, supaja merekapun meluhurkan Allah Pentjipta, chususnja sebab Ia melindungi dan memilih umatNja (Maz 148:10-14). |
(0.21685893043478) | (Yes 6:2) |
(ende) Seraf itu kiranja sama dengan "kerub", (patung) machluk gaib, setengah binatang, setengah manusia, seperti ada diatas peti perdjandjian. Disini seraf itu adalah machluk jang hidup dan berbakti kepada Jahwe, djadi bukan ilah. Kurang djelas apa artinja kata "seraf". Mungkin "jang berpidjar". Ditempat lain (Yes 14:29) seraf adalah ular gaib, jakni ular terbang. Naskah Hibrani tidak berkata berapa djumlahnja seraf itu pada tachta Jahwe, kiranja dua. Seraf itu "menutup mukanja" oleh sebab menurut anggapan perdjandjian Lama, machluk tidak dapat melihat Allah tanpa mati (lih.aj.5 (Yes 6:5); Kel 20:19; 33:18-23; Hak 13:22; 1Ra 19:13). |
(0.21685893043478) | (Yes 23:1) |
(ende) Mungkin nubuat ini terdiri atas dua nubuat jang aselinja tersendiri, jakni nubuat tentang Sidon (Yes 23:1-4,12-14) dan tentang Tyrus (Yes 23:5-11). Kemudian bergabung mendjadi satu. Mungkin djuga nubuat ini sesungguhnja satu sadja jang aselinja mengenai Sidon, tapi kemudian dikenakan pada Tyrus djuga dengan menjelipkan nama kota itu kedalam djudul dan aj. 5,8(Yes 23:5,8). Sidon direbut oleh Sanherib th. 701 dan 678 dihantjurkan oleh Asjaradon. Tyrus sendiri, jang letaknja disebuah pulau, tak pernah direbut selain oleh Iskandar th.333. |
(0.21685893043478) | (Yeh 1:1) |
(ende) JEHESKIEL PENDAHULUAN Diantara para tokoh kenabian di Israil Jeheskiel (artinja: Allah menguatkan, ataupun: Semoga Allah mengguatkan, jakni anak ini) merupakan seseorang jang ada tjorak-tjirinja sendiri. Ajahnja bernama Buzi (1,3) dan ia sendiri termasuk kelangan imam di Israil. Nabi itu beristeri (24,2) dan ia njata menjtinta isterinja, kesukaan matanja, sehingga kematian isterinja (24,16-18) ketika Jerusjalem dikepung dialaminja sebagai bentjana jang menjedihkan, sekalipunia dilarang oleh Jahwe untuk berkabung karenanja. Tiada dikatakan Jeheskiel beranak, tapi hal itu kiranja boleh diterima djuga. Diantara para nabi, jang nubuat2nja terpelihara bagi kita, Jeheskiel bersama dengan Jeremia menggabungkan didalam dirinja dua djabatan, jakni imam dannabi. Tapi Jeremia kiranja termasuk kalangan imam, di Anatot (Jr.1,1), jang tidak diidjinkan oleh para imam di Jerusjalem untuk ikut serta dalam ibadah di Bait Allah, sehinga Jeremia tak pernah mendjabat sebagai imam di Jerusjalem. Ia njata terus-menerus berbentrokan dengan imam2 itu dan mereka tidak suka apabila Jeremia muntjul dalam Bait Allah. Lain halnja dengan Jeheskiel. Agaknja ia berasal dari kalangan keimanan di Jerusjalem dan pernah mendjabat disitu. Dalam seluruh kitabnja ia menaruh perhatian chas pada Bait Allah serta ibadahnja lagi suka akan perundingan para imam (8;10;18;20;4,14;44,7;45,1-6;48,9-10). Ada orang jang menjangka, bahwa kitab para imam, jakni Levita pas. 19-26 adalah hasil dari nabi Jeheskiel serta murid2nja, jangkemudian mentjiptakan kitab itu sesuai dengan adjaran dan pandangan gurunja, Jeheskiel. Anggapan itu tentu sadja mem-besar2kan halnja melewati batas. Sekalipun kitab Levita baru disusun didjalam sesudah Jeheskiel dan walaupun ada kesamaan njata antara kitab Jeheskiel dan kitab Levita (Jehesk. 11,20;20,19-20;36,27 = Lv. 26,3; Jehesk. 5,12;6,11-12;7,15 = Lv. 26,25-26; Jehesk. 45,10 = Lv. 19,36; Jehesk. 46,7 = Lv. 14,22.30), namun hal itu belum djuga membuktikan, bahwa Levita bergantung pada Jeheskiel. Sebab sebagian kitab Levita tentu sadja berasal dari djaman dahulu. Tapi kesamaan antara Kitab Jeheskiel dengan kitab Levita tjukup menjatakan bahwa Jeheskiel termasuk kalangan imam2 jang menghasilkan kitab Levitika, sebagaimana Jeremia termasuk golongan orang2 jang menelurkan kitab Ulang-tutur. Nabi Jeheskiel demikian kuat dan besar tjorak keimamannja, sehingga ia tidak mampu membajangkan djaman keselamatan dankebahagiaan kelak selain dengan gambaran dan gagasan2 keimaman (pas. 40-48). Menurut keterangan kitabnja sendiri (1,1) Jeheskiel, kiranja masih agak muda, dibawa ke Babel masuk pembuangan bersama dengan radja Jojakin serta kaum terkemuka dari negeri Juda (tahun 598/597). Dengan demikian dapat dipahami djuga, bahwa nabi Jeremia dan nabi Jeheskiel sungguhpun orang sedjaman, namun rupa2nja tidak saling mengenal. Sudah lima tahun Jeheskiel di Babel ketika dalam tahun 593 ia dipanggil mendjadi nabi. Panggilan itu terdjadi dalam sebuah penglihatan adjaib dekat sebuah terusan pengairan di Babel, Kebar namanja (1,3) dekat pada kota Nippur. Tempat tinggalnja serta rumahnja kiranja jang sudah lama runtuh). Disitu ia mempunjai hubungan tetap dengan kaum buangan Jahudi di negeri Babel. Selain keterangan2 tersebut tidak ada banjak dari riwajat hidup nabi itu jang diketahui. Masih ada berita lain jang kemudian muntjul tapi berita2 itu tidak boleh dipertjajai. Dalam tahun 571 ia masih hidup dan bekerdja sebagai nabi (29,17), tapi tidak diketahui dan dimana ia meninggal. Tapi diri nabi Jeheskiel lebih baik dikenal berkat bahan jang terkumpul dalam kitabnja. Ia sungguh2 seorang nabi sedjati dan ia diangkat Jahwe mendjadi penindjau umatNja (3,17;33,7). Maka dari itu sudah barang tentu ia sedikit banjak mirip nabi2 jang mendahuluinja. Itu chususnja berkenaan dengan tugas jang diserahkan kepadanja. Seperti nabi2 lain ia mengantjam atas nama Jahwe serta menubuatkan bentjana jang akan menimpa Jerusjelam erta bangsanja karena dosa jang dilakukan, teristimewanja penjembahan berhala dan pelanggaran hukum keigamaan. Nabi Jeremia sampai runtuhnja Jerusjalem masih terus berharap dan mengadjak agar Jerusjalem bertobat dan dengan demikian meluputkan diri dari hukuman jang mendekat. Demikianpun nabi Jesaja. tapi pengharapan jang serupa itu pada Jeheskiel tidak terdapat. Ia menubuatkan keruntuhan umat Jahwe jang tak terelakkan lagi. Itu pasti akan datang dan tak terhindari (pas. 1-24). Iapun seperti nabi2 lain menelah keselamatan dan pemulihan umat Jahwe kelak (11,14-21; pas.34-39). Masa depan jang bahagia itu sama pasti seperti keruntuhan dulu. Akan tetapi nabi Jeheskiel toh sangat berbeda dengan nabi2 lain pula. Wataknja sendiri tidak dirobohkan oleh anugerah kenabian dan watak itu nampak di-mana2 dalam tjaranja ia menjampaikan kabarnja. Nabi Jeremia adalah tokoh jang amat halus perasaaannja. Ia sendiri sangat menderita karena kabarnja jang berat. Nabi Hoseapun amat halus perasaan hatinja dan amat mesra tjintanja kepada Jahwe dan umatNja. Jesaja punja sifat keakalan jang menjelami serta memikirkan persoalan dan mengeluarkan pikirannja dalam bahasa sastera jang indah sekali. Para nabi jang mendahului Jeheskiel membawakan kabarnja dengan perkataan jang singkat dan padat. Pepatah dan ungkapan tegang jang menumbuk hati para pendengar laksana pukulan palu. Jang paling penting baginja ialah sabda Jahwe jang diterima mereka langsung dari Tuhannja dan itu diilhamkan kepada hatinja tanpa banjak gedjala ekstatis, penglihatan dan penampakan. Lain halnja dengan Jeheskiel. Perasaan halus hampir tidak ada padanja. Ia merupakan tokoh jang agak dingin wataknja. Antjaman2 dan djandji dikeluarkannja dengan hebatnja tapi dengan hampir tidak tersinggung hatinja sendiri. Keterharuan jang menggelorakan hati tidak ada padanja. Hanja satu kali ia berdoa untuk bangsanja jang akan binasa (9,8;11,13). Pikiran2 jangmendalam pertjuma sadja ditjari dalam kitabnja. Memang pada nabi2 pendahuluannja kita menemukan penglihatan dan ekstase (Js. 6; Jr.1). Tetapi dalam keseluruhan hal itu kurang penting dan tidak memegang peranan jang besar. Jeheskiel tidak suka akan pepatah dan ungkapan singkat-padat. Daja chajalnja terlalu kuat untuk merasa puas dengan itu. Sebalikja, Jeheskiel suka menggambarkan dan melukiskan segala sesuatu dengan pandjang sampai hal jang ketjil2 dan dengan sangat terperintji. Dan apa jang dikatakannja tidak sadja didengarnja dari Jahwe tapi dilihatnja dahulu dalam penglihatan2 jang diterimanja dalam ekstase (1-3;8-11;40-48). Ekstase, jangdapat berlangsung sampai tjudjuh hari lamanja (3,15) itu, memang peranan amat besar dalam hidup Jeheskiel (1,3;2,2;3,14.22-23;8,1;33,22;37,1;40,1). Dalam ekstase itu ia membuat perdjadjian sampai ke Jerusjalem, seperti kemudian Muhammat (3,22-24;37,1-2;8,1- 9,11;11,24-25;40,2). Dalam hal2 ini, jakni penglihatan dan ekstase Jeheskiel merupakan perintis djalan dan pendahuluan untuk apa jang kemudian berkembang dalam sastera jang disebut "apokaliptik", sebagaimana terdapat misalnja dalam kitab Zakarja dan Daniel. alat wahju dalam kitab2 itu ialah penglihatan. Karena sifatnja jang kuat daja chajalnja Jeheskiel djuga suka akan gambaran2 kiasan jang disadjikan dengan pandjang lebar dan dengan agak terperintji (15;16;19;23;13,10-16;34). Chususnja ia senang dengan nubuat2 dalam perbuatan, perbuatan jang merupakan lambang. Memang djuga nabi Jeremia menggunakan alat itu (Jr. 13,1-11;18,1-12;19,1-15;27-28;32;35;51,63) dan itupun tidak asing sama sekali bagi nabi2 lain pula (Js. 7,15;8,1-4;20,1-10; Hos.1), tapi pada nabi2 lain perbuatan2 itu agak sedikit sadja dan sabda jang menjertainja selalu djauh lebih penting daripada perbuatan sendiri. Tapi Jeheskiel berpendapat bahwa perbuatan2 itu sendiri djauh lebih terang dan bermakna daripada perkataan sadja. Seringkali alat itu digunakan da setjara terperintji semua ditjeritakannja, meskipun tidak selalu terang apakah ada penglihatan atau perbuatan jang njata (2,8;4,9-17;5;12,3-16;3,25-27;4,1-3.4-8;21,23-29;24,1-14.15-17;37,15-28). Ia se- akan2 memainkan didepan mata para menontonnja apa jang akan terdjadi dimasa depan. Dan perbuatan2 itu sesungguhnja lebih penting daripada keterangan jang menjertainja. Karena kesukaannja akan bahasa kiasan dan lambang2 itupun Jeheskiel karib dengan sastera apokaliptik jang djuga penuh denganlambang2 aneh dan sukar dipahami. Jeheskiel sendiri mentjeritakan apa jang dilihatnja dan diperbuatnja dan demikianpun para apokaliptisi sendiri mentjeritakan semuanja. Maka itu tidaklah mengherannkan bahwa dalam kitab Jeheskiel terdapatlah suatu apokalips belaka, jakni nubuat tentag Gog dari Magog (Pas. 38-39). Dengan demikian nabi Jeheskiel se-akan2 berdiri diantara para nabi jang mendahuluinja dan para apokaliptisi jang kemudian tampil kemuka. Sifat2 dari kedua2nja terdapat pada Jeheskiel. Berdampingan dengan ekstase beberapa gedjala aneh lain lagi memegang peranan dalam riwajat hidup nabi Jeheskiel. Ber-hari2 lamanja ia tetap berbaring dengan tidak dapat bergerak sedikitpun; beberapa lamanja ia tidak dapat berbitjara selain atas perintah Jahwe sendiri (3,15.25-27;4,8;24,27); dari kedjauhan ia melihat hal tertentu terdjadi di Jerusjalem (11,13). Beberapa ahli pernah mengambil kesimpulan, bahwa nabi itu sesungguhnja kena panjakit djiwa; bahkan ada jang tahu akan nama penjakit itu, jakni epilepsi. Tapi ekstase, djuga ekstase dalam mana orang dipindahkan ketempat lain, belum djuga menudnjukkan suatu penjakit djiwa dan mengingat bahwa Jeheskiel suka akan perbuatan beribarat, maka keanegan2 lain itu sama sekali tjotjok dengan sifatnja itu. Kiranja tidak ada dasar untuk menernagkan nabi itu seseorang jang miring otaknja dan tidak sehat djiwa dan urat-sarafnja. Memang seorang nabi sedjatipun dapat menderita penjakit djiwapun pada dirinja dapat dibarengi dengan anugerah kenabian. Tapi apa jang kita tahu tentang diri Jeheskiel tidak mengidjinkan kesimpulan jang sedemikian itu. Kita djuga tahu hanja sedikit sekali tentang tjaranja anugerah kenabian dapat bekerdja. Walaupun Jeheskiel ada daja chajal jang kuat padanja, namun ia bukan seorang sasterawan. Beberapa nabi lain meninggalkan karja sastera jang termasuk kedalam jang paling bagus dan paling indah. Tapi karja Jeheskiel tidak boleh dihitung diantaranja. Ada bagian2 dalam kitabnja jang betul bagus (26,2-14;27,8-9.25-36), tapi umumnja gaja bahasanja tidak meninggalkan kesan jang mendalam. Djang ia pakai puesi, biasanja prosa sadjaBahasanja sedikit banjak membosankan. Ia terlalu berpandjang kalam, sering mengulang jang sama dan bahasa kiasnja agak ruwet. Ia miskin akan perkataan jang sesungguhnja hanja sedikit djumlahnja dan susunan kalimatnja sering sama sadja. Sebagai sasterawan Jeheskiel adalah seorang dari antara para pengarang Perdjandjian Lama jang paling lemah. Gaja bahasanja sangat serupa dengan gaja bahasa para imam jang menelurkan kitab2 undang, seperti Levitika. Dan kitab hukum tentu sadja bukan sastera jang dibatja dengan senang hati. Rangka djangka waktu riwajat hidup Jeheskiel dengan baik2. Sebab dalam kitabnja banjak tanggal tertjatat (1,1- 3;3,16;8,1;20,1;24,1;26,1;29,1;29,17;30,20;31,1;32,17;38,21;40,1). Sungguhpun naskah Hibrani tidak selalu amat djelas dan dalam terdjemahan Junani kadang2 ada perbedaan tanggal (8,1;20,1;29,1;32,1;33,21), kalau dibandingkan dengan naskah Hibrani, namun ada tjukup kepastian untuk menanggalkan djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel sebagai nabi. Menurut 1,2-3 ia dipanggil dalam "tahun kelima pembuangan radja Jojakin," djadi dalam tahun 593 seb.Maseh. Nubuat terachir diutjapkannja dalam tahun Keduapuluh tudjuh" (29,17), jakni tahun keduapuluh tudjuh radja Jojakin, ialah tahun 571. Dengan demikian djangka waktu pekerdjaan Jeheskiel adalah duapuluh dua tahun mulai dari tahun 593. Riwajat hidup Jeheskiel dengan demikian terang2 dibagi atas dua bagian besar, jakni sebelum keruntuhan Jerusjalem (tahun 587) dan sesudahnja. Peristiwa itu memang maha penting baik untuk sedjarah Israil maupun untuk tjorak pekerdjaan Jeheskiel. Djaman itu adalah djaman jang memutuskan bagi Israil, baik dibidang kenegaraan maupun dibidang keigamaan. Keadaan politik dan keigamaan bangsa Israil pada masa itu sudah digambarkan dalam pendahuluan untuk Kitab Radja2. Si pembatja hendaknja membatja kembali. Pengetahuan tentang keadaan di Palestina itu memang perlu sekali untuk mengerti Kitab Jeheskeil. Sebab nubuat2nja diutjapkan dilatar belakang itu serta terus menjindirnja. Akan tetapi nabi Jeheskiel tidak bekerdja dinegeri Juda melainkan diantara kaum buangan di Babel-demikianlah keterangan kitab sendiri dan pendapat jang lebih umum dianuti para ahli. Maka itu perlu kiranja disini dilukiskan keadaan kaum buangan di negeri Babel itu. Keadaan itupun adalah latar belakang pekerdjaan Jeheskiel. Sebagaimana dari kaum buangan Jahudi oleh radja Babel dikerdjakan dalam perusahaan2 negara sebagai pekerdja paksa atau rodi. Negeri Babel kan barusan sadja mengalami banjak kerusakan, oleh sebab direbut dan dibinasakan oleh radja Asjur Sanherib (688) dan radja Asjurbanipal 9648). Radja2 baru (Nebupolassar, Nebukadnezar) sekuat tenaga berusaha untuk memulihkan semuanja serta memadjukan kemakmuran negaranja. Maka itu mereka membutuhkan banjak orang. Orang2 Babel sendiri sering dipaksa tapi chususnja bangsa2 jang ditaklukkan dan lalu dipindahkan ke Babel, antara lain sebagian dari bangsa Juda. Dari keadaan itu kiranja datang berita tentang penganiajaan jang dialami orang2 Jahudi jang disiksa oleh orang Babel (Jr. 29,22; Neh.5,8; Js. 42,22;49,9;52,2).Keadaan itu tidak selalu sama buruknja. banjak bergantung pada radja jang berkuasa serta sikapnja terhadap orang2 Jahudi. Kebanjikan orang Jahudi dipergunakan untuk membangun negeri pada umumnja. Maka mereka ditempatkan dipedalaman, dalam kota2 dn desa2 jang sudah runtuh dengan maksud agar mereka membangun kota2 dan desa itu serta mengerdjakan tanah, sehingga itu mendjadi subur kembali. Dengan demikian kelompok2 orang2 Jahudi, lebih kurang besar, tersebar, diseluruh negeri. Orang mendapat kesan, bahwa koloni2 itu mendapat kesempatan untuk berkembang dan madju dalam pertania (Jr. 29,5-6) dan djuga dalam perdaganga. Rupa2nja koloni itu boleh hidup dengan tjukup tenang dan malah menikmati sedikit kebebasan untuk mengurus dirinja sendiri. Dalam kitab Jeheskiel berulang kali muntjullah "kaum tua2" Israil (8,1;14,1;20,1), kepala2 orang2 Jahudi, meski kedudukannja tidak mendjadi amat djelas sekalipun. Djadi keadaan orang2 Jahudi tidak amat buruk. Waktu radja Parsi, Cyrus, kemudian mengidjinkan mereka untuk pulang ketanah airnja, maka banjak tidak mau pergi oleh sebab merasa tjukup senang di Babel dan terlalu terikat pada miliknja disitu (Esr. 1,6). Dalam Kitab Jeheskiel orang2 Jahudi ada rumahnja sendiri (3,24) dan mereka berpakaian tjukup baik (24,17). Tak pernah muntjullah pegawai Babel atau gangguan dari pihak negara. Si nabi dapat bergerak bebas tanpa diusik oleh instansi Babel. Dan ia tentu sadja "berchptbah" diantara kaum buangan dan tidak hanja diam2 menulus nubuat2nja supaja dengantjuri dibatja. Keadaan keigamaan kaum buangan memang lebih penting untuk memahami Kitab Jeheskiel. Menurut pendapat Jeheskiel, sebagaimana djuga anggapan Jeremia (Jr.24), kaum buangan di Babel lebih baik dari pada orang2 Juda jang masih di Jerusjelam (11,16-20). Mereka itu menganggap dirinja lebih baik daripada kaum buangan jang njata ditolak dan dihukum oleh Jahwe karena dosa2 nja (11,5.3;33,24), akan tetapi kebalikannja jang benar. Tapi lain pendapat kaum buangan sendiri. Mereka masih membawa anggapannja dahulu. Jerusjalem adalah kediaman Jahwe jang meradja hanja disitu. Hanja dikota sutji itu Ia boleh dihormati semestinja denga ibadah meriah dan gemilang dalam BaitNja disitu. Maka itu orang2 jang tertinggal di jerusjalem sesungguhnja orang jang bahagia dan kaum buangan sungguh orang buangan Jahwe (11,15). Dinegeri asing, Babel, mereka merasa diri malang dan sangat ingin pulang ketanah airnja (24,21-25). Mereka jakin, bahwa tidak dapat meninggalkan Jerusjelam dan membiarkan kota sutjiNja binasa. Ia pasti akan menjelamatkan Jerusjalem dan membinasakan musuhnja, jakni Babel. Setelah waktu hukuman dan pertjobaan sudah lewat - sudah barang tentu lekaslah itu akan terdjadi - maka Israil akan dipulihkan. Kaum buangan dapat kembali dan berbakti kepada Jahwe dalam BaitNja jang sutji. Hati kaum buangan sungguh ada di Jerusjelam. Pendiriannja itu masih dikuatkan oleh nabi2 palsu di Babel (13,1-16). Tetapi ada djuga orang jang sedikit putus harapan. Dinegeri jang asing itu mereka tidak dapat berbakti kepada Jahwe, jang njata lebih lemah daripada dewata kafir (36,20). Karena itu mereka merentjanakan untuk berbakti kepada dewata itu dan meninggalkan Allahnja sendiri (20,32). Ibarat kafir di Babel membudjuk hatinja (Bar.6,3-6). Ilmu sihirpun subur berkembang diantara mereka (13,17-23). Dahulu ditanah airnja sudah begitu, tapi dengan melihat adatistiadat di Babel mereka lebih tertarik lagi. Jeheskiel merasa diri dipanggil untuk atas nama Jahwe menentang pendapat dan pendirian tersebut. Bagian pertama kabarnja terus-menerus menekan, bahwa sesungguhnja Jerusjalem jang buruk sekali. Penduduknja sama sekali tidak bertobat dari djalannja jang djahat kendati nasib kota dalam tahun 597. Mereka pertjaja sadja pada Bait Allah dan perlindungannja dan serentak berbakti kepada matjam2 dewa2 asing, bahkan di Bait Allah sendiri (8). Nabi Jeheskiel berusaha mejakinkan kaum buangan, bahwa Jerusjalem pasti dan lekas akan runtuh sama sekali serta binasa lenjap karena dosanja itu (7,9;8,18;5,11;9,10). Tidak ada harapan lagi bagi penduduknja jang djahat. Karena itu pengharapan kaum buangan sia2 belaka, tanpa dasar apapun djua. Akan ganti berharap lebih baiklah mereka menjediakan dirinja untuk menerima keruntuhan kota sutji sebagai hukuman jang adil (14,22-23). Tetapi kaum buangan tidak suka mendengarkan kabar Jeheskiel jangkeras itu. Mereka mengedjek dan menentang nabi itu (12,21.26;33,30;2,6). Karena itulah mereka disebut "bangsa degil" oleh Jeheskiel (2,3.6.7;4,7-8;12,2 dan seterusnja). Setelah antjaman nabi terhadap Jerusjalem terlaksana dan kota sutji sesungguhnja binasa sesuai dengan nubuatnja, maka ada bahaja bahwa kaum buangan sama sekali berubah sikapnja. akan ganti optimisme tanpa dasar dan tanpa alasan, suatu pessimisme jang terlalu mengantjam kaum buangan. Sekarang mereka berpendapat, bahwa Jahwe sama sekali tidak berkuasa lagi, bahwa harapan Israil lenjap sama sekali (37,11). Jahwe njata tidak mampu menjelamatkan. Ia sudah menolak umatNja. Berhadapan denganpessimisme itu Jeheskiel terpaksa mengambil sikap jang kebaikannja dari kabarnja dahulu. Kini ia menekan, bahwa Jahwe tentu sadja akan menjelamatkan sisa umatNja di masa depan (11,17-19); bahwa Allah memang setia pada djandjiNja (20,42;16,60) dan tidak menolak umatNja. Ia pasti akan menjelamatkan (37,1-14.15-27;34,12) dan membinasakan musuh2 (25-32;38-39). Sebagaimana kaum buangan (6,8;20,37-38) akan pulang ketanahairnja dan disitu lalu akan hidup dengan sutji, tenang dan bahagia (34,11-16.25-31;36,1-38). Masa depan jang bahagian itu sekarang digambarkan oleh si nabi sebagaimana ia dahulu melukiskan keruntuhan Jerusjelam. Dan seperti Jahwe dahulu melaksanakan antjamanNja demikianpun sekarang Ia akan berteguh pada djandjiNja. Adapun kedua bagian perkabaran Jeheskiel jang termuat dalam kedua bagian kitabnja (1-24;25-48) itu terikat satu sama lain se-erat2nja. Kabarnja jang dahulu bermaksud melindungi kaum buangan terhadap kepertjajaan jang sia2 pada Jerusjalem dan perlindungan Jahwe. Dengan demikian mereka mungkin tidak hilang pengharapan dan kepertjajaannja apabila Jerusjalem punah. Setelah nasib itu menimpa kota itu, nabi itu lalu bekerdja tenaga untuk menguatkan iman kaum buangan jang tergontjang oleh peritiwa itu. Sekali lagi Jeheskiel menundjukkan kekuasaan Jahwe jang dahulu njata dalam hukuman tapi jang pasti akan njata pula dalam penjelamatan djuga. Pengalaman buruk jang sudah mendjadi djaminan untuk masa depan jang bahagia. Kitab Jeheskiel tentu sadja memberikan kesan, bahwa nabi itu tampil dan bekerdja sebagai nabi hanja di Babel sadja. Banjak ajat dari kitabnja menundjuk kepada hal itu dengan kentara (1,1-3;3,11,10,22;8,3;11,24;14,22;20,34- 38.42;21,6;24,26;33,21;40,1-2). Dalam gambaran jang diatas ini kami sadjikan itu kesan tersebut diterima sadja sebagai kebenaran. Ber-abad2 lamanja orang begitu sadja menerima hal itu jang tak pernah di-ragu2kan. Baru dalam abad kita ini, muntjul ahli2 jang menjerang dan menolak anggapan umum itu. Ada orang jang sampai mempertahankan, bahwa Jeheskeil tidak pernah ada di Babel, bahkan kaum buangan Jahudi di Babel tak pernah ada. Kesemuanja itu merupakan dongengan belaka. Jeheskiel - kalau2 ia sungguh seorang nabi jang pernah hidup-bekerdja hanja di Jerusjalem sadja. Tentu Kitab Jeheskiel menempatkannja di Babel, akan tetapi itu merupakan hasil dan akibat susunan kitab jang sekarang ada dan jang dibuat oleh orang jang ingin menempatkannja disitu, manapun djua sebabnja. Semuanja ajat jang memuat keterangan2 itu merupakan tambahan belaka dari tangan si penjusun kitab itu dan tidaklah berasal dari Jeheskiel sendiri. Pandangan jang radikal itu tidak ada banjak ahli jang menerimanja. Tapi beberapa ahli jang penting menerima bahwa Jeheskiel dahulu bekerdja di Jerusjalem, Kemudian pindah ke Babel dan meneruskan pekerdjaan kenabiannja disitu. Bagian pertama kitabnja (1-24), jang memuat antjaman lawan Jerusjalem (adapun djandji2 jang terdapat disitu tidak ada pada tempatnja) diutjapkan nabi dalam kota itu sendiri. Bagian kedua dibawakannja di Babel, jakni djandji2 keselamatan. Ada orang jang berpendapat, bahwa Jeheskiel bernubuat di Jerusjalem sampai tahun 597. Dengan pembuangan pertama ia pergi ke Babel.Orang lain mengira, bahwa Jeheskiel dalam tahun 597 dibuang ke Babel tapi lalu kembali ke Jerusjalem ia kembali ke Babel untuk melandjutkan pekerdjaannja ditengah kaum buangan disitu. Orang lain achirnja berpendapat, bahwa nabi terus tinggal di Jerusjalem sampai tahun 587. Dalam itu djuga ia dibuang ke Babel dan melangsungkan tugas kenabiannja disitu hingga tahun 571. Kesan jang sekarang ditinggalkan oleh kitabnja sendiri, jakni Jeheskiel di Babel sadja merupakan hasil dari susunan kitab, jang dibuat orang lain sesudah Jeheskiel. Si penjusun menaruh panggilan Jaheskiel mendjadi nabi di Babel pada ambang kitabnja, sebagai pembukaan. Maka itu si pembatja jang tidak hati2 mendapat kesan, bahwa Jeheskiel terus sadja di Babel. Djikalau panggilan itu dipindahkan ketempat lain dalam kitabnja,maka dalam bagian pertama kitab itu orang sama sekali tidak mendugai, bahwa nabi itu tinggal di Babel, melainkan di Jerusjalem. Memang tidak dapat disangkal, bahwa kitab Jeheskiel melahirkan beberapa kesulitan, djikalau diterima bahwa nabi itu bekerdja hanja di Babel sadja. Kesulitan jang paling besar ialah: nubuat2 jang terkumpul dalam bagian pertama kitabnja berbitjara tentang Jerusjalem melulu. Dosa2 penduduknja dilukiskan dengan pandjang lebar dan hukumnja digambarkan setjara terperintji. Kesemuanja itu dimengerti baik2 seandainja Jeheskiel berbitjara di Jerusjalem dan kepada penduduknja. Akan tetapi sedikit sukar dipahami makna dan maksudnja,djikalau diterima bahwa ia ada di Babel dan berbitjara kepada kaum buangan disitu. Mengapa ia tidak pernah berbitjara tentang kaum buangan sendiri dan sama sekali tidak memperhatikan keadaan serta keperluan mereka? Akan tetapi untuk mempertahankan dirinja, anggapan tersebut harus sangat menjentuh teks kitab Jeheskiel sebagaimana jang terdapat dalam kitab Sutji. Banjak ajat dan bagaimana harus dipindahkan ketempat lain atau harus dihapus sebagai tambahan dari tangan si (para) penjusu. Ajat2 lain lagi harus ditafsirkan dengan tjara jang sedikit aneh jang dengan sukar dapat dipaksakan kepada teks itu. Maka dari itu pendapat jang baru itu menemui banjak pertentangan dari pihak ahli2 jang terus membela anggapan tradisional kendati kesulitan jang memang ada. Adapun pendapat tradisional sungguh2 bersandar pada keterangan kitab Jaheskiel sendiri. Kalaupun diterima bahwa 1-3 tidak ada pada tempatnja ataupun tjampuran dua panggilan tersendiri, namun dalamkitab itu masih ada banjak keterangan lain jang mendukung pendapat itu. Ajat2 diatas ini dikutip hampir atau sama sekali tidak dapat dipahami, seandainja nabi itu tidak di Babel, melainkan di Jerusjalem. Manghapus semua atau menafsirkannja begitu rupa, sehingga dapat dikenakan pad Jeheskiel di Jerusjalem, tentu sadja tidak amat menjakinkan. Jeheskiel dalam bagian pertama kitabnja sesungguhnja berbitjara hanja tentang Jerusjalem. Tapi hal itu tidak begitu aneh bagi nabi, jang djuga berbitjara tentang bangsa2 kafir, bahkan kepada mereka (25,3;27,3;28,12;31,2;32,2). Tidak ada seorangpun jang lalu mengambil kesimpulan, bahwa ia djuga hidup di-tengah2 bangsa2 itu serta berpidato kepada mereka. Demikianpun halnja dengan nubuat2 tentang Jerusjalem dan untuk penduduknja. Kalau keadan batin kaum buangan sesungguhnja ada sebagaimana diatas ini kami gambarkan, maka nubuat2 tentang keruntuhan Jerusjalem tentu bermakna bagi mereka djuga: kepertjajaan jang sia2 dan jang berbahaja harus digojangkan. Maka itu kami menuruti sadja anggapan tradisionil, jakni: nabi Jeheskiel tampil dan bekerdja di-tengah2 kaum buangan di Babel. Pendapat ini memang harus berusaha menerangkan beberapa ajat jang rupa2nja menjatakan ia di Jerusjalem, seperti 12,22;14,2-8;18,1;20,30- 31;23,23;44,6-9. Dan keterangan sedemikian itu memang tidak gampang djuga. Kitab Jeheskiel merupakan kitab jang baik sekali susunannja, lebih baik teratur dari pada kitab2 nabi lainnja, jang kadang2 meninggalkan kesan kekatjauan. Kitab Jeheskiel boleh dibagikan sebagai berikut: Panggilan si nabi (1,1-3,21). Bagian pertama (3,22-24,27): Nubuat2 perihal Juda dan Jerusjalem sebelum kota itu dikepung, sebuah kumpulan nubuat dan perbuatan beribadat jang menelah keruntuhan Jerusjalem jang terachir. Terdapatlah dalam bagian ini: Beberapa perbuatan beribadat (4,1-5,7); antjaman2 (5,5-7,27); penglihatan Bait Allah (8,1-11,25); beberapa perbuatan beribadat lagi (12,1-20); nabi benar dan nabi2 palsu (12,21- 14,11); adjaran tentang pembalasan pribadi (14,12-23); empat gambaran kiasan (15,1-17,24); pembalasan pribadi dan pertobatan (18,1-32); lagu ratap (19,1-14); kedjahatan Israil (20,1-44); pedang Jahwe (21,1-37); dosa2 Jerusjalem (22,1-31); dan gambaran kiasan (23,1-31). Bagian kedua (25,1-32); Nubuat2 lawan bangsa2 kafir jang ikut meruntuhkan umat Jahwe atau jang merasa senang karena kebinasaannja. Bagian ketiga (33,1-39,29) Nubuat2 jang dibawakan Jeheskiel waktu Jerusjalem dikepung hingga binasa dan nubuat2 jang diutjapkannja sesudahnja. Dalam nubuat2nja ini ia menelah kebinasaan Israil tapi chususnja pemulihanja kelak. Bagian jang paling penting ialah: Gambaran kiasan tentang para gembala Israil jang buruk dan Gembala jang baik (31,1-31); penglihatan tulang2 jang dihidupkan kembali oleh roh Jahwe (37,1-14); nubuat tentang Gog dan Magog (38,1-39,20). Bagian keempat dan terakhir dari kitab Jaheskiel 940,1-48,35) menggambarkan masa bahagia jang akan datang. Keradjaan Allah jang baru ditjiptakan: Bait Allah jang baru, pusat negeri dan sumber sesuburan adjaib (40,1-47,12); pembagian tanah kepada keduabelas suku Israil (47,13-48,35). Kesatuan kitab dan susunannja jang djitu rupa2nja kentara sekali. Ada orang jang membajangkan nabi itu sendiri duduk menjusun kitabnja dengan tenang hati dikamarnja kerdjanja dan rentjana dan rangka danjang ditetapkan sebelumnja. Jeheskiel nampak bukannja sebagai nabi pengchotbah jang dengan hangat mengutjapkan nubuat2nja dan melakukan lambangnja, melainkan nabi pengarang dan pengubah jang lebih suka menerbitkan kitab daripada tampil dimuka orang banjak. Akan tetapi denganmembatja kitabnja dengan teliti dan saksama kesanjang pertama itu hilang. Maka mendjadi njata bahwa Jeheskiel adalah seorang nabi seperti jang lain2 jang tampil kedepan kaum sebangsa, bukan sebagai sasterawan melainkan sebagai pengchotbah. Njata djuga, bahwa susunan kitabnja tidak begitu baik dan teratur. Tidak terdapatlah bagian jang sedjadjar tapi dengan perbedaan ketjil (3,16b-21 = 33,7-9;18,25-29 = 33,17-20;11,16-21 = 36,16-18;1,3-28 = 10,1-22). Orang berkesan, bahwa bagian2 itu aselina satu dan sama djua tapi dalam tradisi mendapat bentuk jang sedikit berbeda, bahkan agak berbeda djuga, oleh sebab jang aseli disadur oleh siapapun djua. Ada djuga bagian jang memutuskan djalan pikiran, seperti misalnja 3,16b-21 jang diselipkan kedalam kesatuan aseli, sehingga 3,22 meneruskan 3,16b. Djuga 2,1-3,9 kiranja dimaksudkan kedalam penglihatan kereta Jahwe ditepi sungai Kebar. Lagi 11,1-21 memutuskan djalan pikiran dari 10-22 jang diteruskan 11-22. Demikianpun 4-10-11 aseli kiranja bersambung dengan 4,16-17 sehingga 4,12-15 tidak ada pada tempatnja disitu. ada djuga bagian2 jang memberikan kesan, bawha kemudian ditambahkan enatah oleh nabi itu sendiri entah oleh orang lain, misalnja: 6,8-10;16,30-34;22,23-31;40,38- 43;41,15b-26 dll. Maka itu harus dikatakan,bahwa kitab Jeheskiel tidak dengan sekaligus sadja dikarang oleh Jeheskiel sendiri. Sebagaimana halnja dengan kitab nabi2 lain, kitab Jeheskielpun merupakan suatu kumpulna nubuat2 jang aselinja setjara lisan (mungkin djuga salah satu bagian dengan tulisan sadja) dibawakan oleh nabi itu. Baru kemudian dikumpulkan dan disusun dalam satu kitab. Maka itu dengan sendirinja muntjul pertanjaan ini: Siapa penjusun kitab itu dan adakah kitab itu, sekurang2nja isinja berasal dari tokoh kenabian jang bernama Jeheskiel dan jang bekerdja pada kaum buangan Israil di Babel? Memang ada ahli2 jang sama sekali menjangkal, bahwa seorang nabi dari pembuangan adalah asal-usul kitab ini. Kata ahli2 itu: Kitab Jeheskiel adalah karangan agak belakangan jang hanja ditaruh dalam mulut seorang tokoh kenabian dari pembuangan, jang sesungguhnja buah chajal belaka. Kitab Jeheskeil dikatakan berasal dari Jeheskiel seperti misalnja kitab Kebidjaksanaan atau Madah Agung berasal dari radja Sulaiman. Tetapi pendapat itu pasti djauh melewati batas dan berakar dalam prasangka tertentu. Tidak ada alasan sjah untuk memungkiri, bahwa Jeheskiel sungguh seorang nabi sedjati dari djaman pembuangan. Analysa kitabnja tjukup membuktikan bahwa bagian besar sungguh berasal dari orang jang satu dan sama, jang hidup dan bekerdja sebagai nabi waktu pembuangan. Antara lain bukti terdapat djuga bahasa jang dipakai dalam kitab ini. Bahasa Hibrani sangat dipengaruhi bahasa Babel. Gedjala itu lebih baik diterangkan, djikalau nabi sungguh hidup di Babel. Kitab Jeheskiel djuga berulang kali menjindir peristiwa2 jang terdjadi pada djaman itu di Palestina dan diluar Palestina. Seseorang jang hidup dan mengarang didjaman kemudian tak mungkin menulis begini. Maka dari itu kebanjakan ahli mempertahankan berita dari kitab itu sendiri, jakni: umumnja kitab itu berasal dari seorang nabi jang bernama Jeheskiel. Akan tetapi hal itu belum berarti, bahwa segala sesuatu jang terdapat dalam kitab itu berasal dari orang jang satu dan sama itu djua. Diatas ini sudah ditundjukan beberapa jang kiranja berasal dari tangan lain dan tidak dari Jeheskiel sendiri. Hal jang sedemikian itu terdjadi pada pelbagai kitab Perdjandjian Lama jang dalam sedjarahnja mengalami perobahan dan saduran ketjil- besar dan djuga tambahan2 diselipkan kedalam naskah jang aseli. Itupun tidak mengurangi harga Kitab Sutji, oleh sebab djuga bagian2 itu dikarang dan dimasukkan kedalam Kitab Sutji atas dorongan Allah sendiri. Maka itu tidak ada keberatan untuk menerima tambahan2 pada kitab Jeheskiel jang aseli, asal dibuktikan setjukupnja. Lalu pemeriksaan isi dan bahasa kitab menjatakan dua hal jakni: Bagian terbesar dari satu orang sadja; tapi djuga ada bagian2 ketjil jang pasti dikarang orang lain atau jang keaseliannja boleh diragukan. Ada beberapa ahli jang menerima, bahwa Jeheskiel sendiri menjusun, kitabnja. Sekalipun seluruh kitab itu tentu sadja tidak dikarang dengan sekaligus, namun menurut ahli2 tersebut nabi itu sediri kemudian mengumpulkan nubuat2 jang pernah diutjapkan dan berita tentang perbuatan beribarat jang pernah dilakukannja. Mungkin sekali ia mentjatat dahulu nubuat danberita itu tersendiri dan bahan jang dengan demikian tersedia kemudian disusunnja dalam satu kumpulan besar, jakni kitab Jeheskiel. Bahkan ada hli jang menjangka mereka sanggup menundjukkan tanggannja kitab selesai. Dalam 1,1 terdapat tanggal: "dalam tahun ketigapuluh". Sudah barang tentu tangal itu suatu teka-teki, akan tetapi menurut ahli2 tersebut tanggal itu menundjukkan ke tahun ketigapuluh pembuangan radja Jojakim, sehingga mendjadi tahun 586 seb. Mas.,maksud tjatatan itu ialah: dalam tahun itu kitab Jeheskiel selesai disusun dan diterbitkan dan itupun oleh nabi itu sendiri. Memang boleh diterima, menurut ahli2 itu, bahwa kemudian kitab jang sudah selesai itu masih disadur sedikit dan disana sini ditambahi oleh orang lain, tapi umumnja kitab itu disusun dan diterbitkan oleh nabi Jeheskiel sendiri. Adapun pendapat tersebut sukar dipertahankan djika kitab Jeheskiel dipeladjari. Susunan kitab disana-sini agak katjau dan kekatjauan itu sukar dipahami, seandainja nabi sendiri menggubah kitabnja. Diatas ini beberapa tjontoh sudah disadjikan dan boleh ditambahkan lagi misalnja: Nubuat tentang Edom (pas 35) lebih pada tempatnja diantara nubuat2 tentang bangsa2 kafir dalam pasal 25. Lagu tentang Tyrus djalannja oleh daftar pedagang (27,9-24). 3,22-27 kiranja harus dihubungkandengan24,24-27 dan 33,21-22. Dipasal 3 pasti tidak pada tempatnja, oleh sebab sukar diterima, bahwa nabi baru sadja menerima tugasnja, lalu segera dilarang untuk berbitjara. 34,23-24 merupakan bagian tersendiri dan memutuskan djalan pikiran: 34,22 diteruskan 34,25. Demikianpun 12,12-15 merupakan tambahan pada 12,8-11. Bagian2 lain lagi dari kitab Jeheskiel memberikan kesan kekatjauan. Mungkin kedjadian kitab Jeheskiel kira2 sebagai berikut. Jeheskiel sendiri mengutjapkan nubuat2nja, mentjeritakan penglihatan2 danperbuatan2nja. Lalu ditjatat oleh Jeheskiel sendiri. Kemudian tjatatan2 itu dikumpulkan oleh tjanterik2 nabi. Lebih terdahulu muntjul beberapa kumpulan ketjil, misalnja sebuah kumpulan berita tentang penglihatan2 dan ekstase nabi; kumpulan perbuatan2 beribarat; sebuah kumpulan nubuat2nja tentang bangsa kafir dan kumpulan lain perihal kebinasaan Jerusjalem dan lagi sekumpulan berkenaan dengan pemulihan umat Allah. Mungkin sekali bahwa Jeheskiel sendiri kadang2 menambahkan tjatatan2nja ataupun menjadurnja sedikit, tapi rupa2nja ia sendiri tidak ikut mengumpulkan tjatatan2nja mendjadi kumpulan2 ketjil. Kesemuanja,baik kumpulan2 ketjil itu maupun seluruhnja merupakan hasil usaha murid2 Jeheskiel. Kapan kitab lalu selesai dalam bentuknja sekarang sukar sekali untuk ditetapkan. Sudah barang tentu kitab seluruhnja digubah sesudah tahun 571 seb. Mas. (nubuat terachir jang diberi bertanggal), tapi selandjutnja tidak ada banjak kepastian lagi. tapi tentu sadja kelirulah orang jang berpendapat, bahwa kitab Jeheskiel baru dikarang pada djaman Parsi (440-400) atau pada djaman Iskandar Agung (330- 300) atau bahkan sesudah tahuan 262. Orang2 jang berpegang pada anggapan itu memang tidak menerima, bahwa kitab Jeheskiel bagaimanapun djua berasal dari seorang nabi jang bekerdja dipembuangan dan jang bernama Jeheskiel. Dengan tjukup pasti boleh dikatakan, bahwa kitab Jeheskiel seesai disusun sebelum pembuangan berachir (538). Sebab dalam seluruh kitab itu tidak ad sindiran sedikitpun, bahwa orang2 Israil sudah pulang ketanah-airnja. Itu memang sukar dipahami, andaikata si (para) penjusun tahu, bahwa nubuat2 Jeheskiel terpenuhi. Maka itu boleh diambil kesimpulan, bahwa kitab Jeheskiel disusun dari bahan jang sudah ada dan jang bagian besar berasal dari nabi itu sendiri antara tahun 571 dan 538, sekalipun boleh diterima, bahwa kemudian masih diselipkan tambahan chususnja dalam pasal 40-48. Adapun adjaran kitab Jeheskiel umumnja sama dengan adjaran nabi2 lain, tapi ada perbedaan djuga. Gagasan Jeheskiel ad sifat danseginja sendiri. Allah Jeheskiel adalah Allah jang mahamulia, jang mahabesar. Manusia harus berbakti dan mengabdi kepada Allah jang mahasutji itu. Kerahiman, belaskasihan, tjintakasih Allah pada Jeheskiel tidak amat penting. Allah jang marah (5,13;7,14), jang tjemburu (15,13) dan jang menghukum dosa manusia, lebih ditekan. Allah jang mahatinggi dan jang mengatasi segala sesuatu bertindak dan berlaku bukanlah karena manusia, melainkan demi untuk diriNja sendiri, karena namaNja jang kudus (20,9.14.22;36,22), baik apabila Ia berbelaskasihan maupun bila Ia menghukum, meskipun Ia tidak menginginkan kematian si pendosa (18,23.33;33,11). Manusia jang ketji memang harus mentaati Allah jang mahabesar itu dan kepatuhan itu sangat ditekankan oleh Jeheskiel (5,13;2,5;5,16;11,20;20,40). Tapi manusia jang mentjari Jahwe, jang pertjaja padaNja, jang berlindung dibawah naungan sajap2Nja, apabila jang mentjintai Allah, manusia itu hampir tidak dikenal oleh Jeheskiel. Sekalipun orang melewati batas dengan berkata, bahwa Jeheskiel merupakan bapak paham Jahudi kemudian hari, sebagaimana jang terdapat didjaman Kristen, namun sedikit benar djuga anggapan itu. Jeheskiel sungguh seorang perintis bagi tanggapan Jahudi tentang Allah jang mahatinggi dan mahabesar, jang boleh dan harus diabdi oleh manusia hamba dan budakNja. Kemesraan dalam hubungan manusia dengan Allahnja sudah hilang. Dan itupun tidak terdapat pada nabi Jeheskiel. Nabi Jeheskiel, seperti nabi2 lain, menekan dosa2 Israil jang tidak berdjawab kepada Allah sesuai dengan pilihannja. Tapi Jeheskiel sangat sekali menitikberatkan kedjahatan Israil itu. Sedangkan nabi2 lain, seperti Jeremia, Jesaja dan Hosea masih memperhatikan kemungkinan untuk bertobat, sehingga hukuman dosa masih dapat ditjegahkan, maka Jeheskiel djarang sekali memperhatikan kemungkinan itu (18,30-32;16,61-63,33,11). Ia tidak mengadjak Jerusjalem, agar ia bertobat, melainkan ia menubuatkan hanja hukuman jang tak terhindarkan lagi (6,1-7;7,1-5;9,10;23,14). Pertobatan masing2 orang sadjalah jang menarik perhatian nabi ini (18,21-28;3,19-21). Memang ia menelah djuga keselamatan dimasa depan dan mendjandjikannja atas nama Jahwe dan, seperti halnja dengan nabi2 lain, iapun membuatkan keselamatan itu hanja untuk "sisa" bangsanja (6,9;9,4). Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa keselamatan itu bukan hanja hasil belaskasihan Jahwe, tetapi bersandarkan pertobatan umat Jahwe. Allah menjelamatkan Israil demi tjemburunNja (36,2.5.6). Israil dan Jahwe memang suatu kesatuan. Israil adalah umatNja dan Jahwe adalah Allah Israil (34,30;20,5;27,24). Dahulu demikian adanja dan demikianpun halnja kelak. Itulah dasarnja maka Jahwe memulangkan Israil (36,8;37,16-32), sisa Israil dari pembuangan. Ia akan mentjutjikan umatNja (37,23.27), memberinja hati dan roh jang baru (36,26;37,14;39,29). Tapi kesemuanja itu demi untuk Allah sendiri dan kekudusan Jahwe (20,44;36,21-23.32;39,21.25). Jahwe memang Allah Israil, tapi Iapun berkuasa atas bangsa2 lain, tetangga Israil, bahkan Mesir tidak terluput dari kuasaNja (25-32). Sekalipun Bait Allah di Jerusjelam kediamanNja jang sutji, namun Ia tidak terikat pada tempat itu atau pada tempat manapun djua. Penglihatan jang didapati si nabi tentang kereta tachta Jahwe maksudnja ialah: menjatakan, bahwa Allah dapat bergerak, bahwa Iapun hadir di Babel dan lebih berkuasa daripada dewata disitu. Dalam seluruh kitabnja penglihatan itu berulang kali kembali (1,4-28;3,25;8-10;43,k2-4;21,22- 25), sehingga gagasan jang dirumuskan olehnja penting sekali bagi Jeheskiel. Jahwe jang tidak terikat itu memang menghibur bagi kaum buangan, jang umumnja berpendapat, bahwa Jahwe hanja hadir dan berkuasa di Jerusjalem sadja. tapi nabi itu sama sekali lain pendapatnja. Jahwe tidak terikat pada Jerusjalem dan Ia bahkan meninggalkan kota sutji itu akan hukuman dosa umatNja (11,22-25). Berkenaan dengan adjaran susila Jeheskiel membawa suatu gagasan jang baru betul di Israil. Umumnja berlangsung "asa solidarita", artinja: kesatuan jang penting: ialah bukan orang masing2, melainkan kollektivita sadja. Keluarga, marga, suku, bangsa itulah jang diperhatikan. Maka dari itu masing2 orang dihukum dan digandjari dalam kollektivita sadja. Apabila bangsa pada umumnja berdoa, maka seluruh bangsa dihukum, termasuk jang baik; apabila bangsaumumnja setia, semua lalu diselamatkan, djuga jang djahat. Asas itu sesungguhnja sudah pernah ditentang (Ul.24,16;II Rdj. 14,6) dan Jeremiapun membantahi (Jr. 12,1;31,29-30). Akan tetapi sampai dalam kitab Jeheskiel sendiri terdapat asa solidarita itu (21,3-5). Namun demikian dalam penglihatan tentang Jerusjalem jang akan musnah (pas.8-11) hanja orang djahat sadja dihukum dan jang baik diberi bertanda, agar mereka selamat dari kebinasan kota. Lalu Jeheskiel mengembangkan adjarannja jang djelas sekali; tak pernah sedjelas itu diulang lagi dalam Perdjadjian Lama: Masing2 orng diperlakukan sekedar perbuatannja sendiri (18;33,1-20). Adjaran itu sukar dipertahankan selama pandangan orang terbatas pada dunia fana ini, sebagaimana masih halnja dengan Jeheskiel sendiri. Kebenaran adjaran itu menuntut dunia baka, tempat asas itu se-utuh2nja akan dikenakan. Adjaran Jeheskiel mendjadi pangkalan untuk perkembangan kedjurusan itu. Tapi baru dikemudian hari (kitab Daniel, II Makabe) akan dirumuskan, hingga diambil alih serta disempurnakan oleh Perdjadjian Baru. Kebanjakan nubuat Jeheskiel perihal keselamatan umat Jahwe dimasa depan sungguhpun menganai pemulihan sesudah pembuangan, namun pandangan nabi melajang lebih djauh djuga sampai keachir djaman. Tokoh jang aneh dari pasal 38-39, jakni Gog, tentu seorang jang memegang peranannja diachir djaman. Nubuat2 lainpun demikian sifatnja, sehingga tidak terlaksana se-penuh2 nja dimasa sesudah pembuangan itu. Chususnja "Gembala" Israil jang baru (34,23-24) bukan radja politik lagi, melainkan seorang gembala jang menggembalakan umat Jahwe jang sutji dengan keadilan dan kelurusan. Mungkin gembala itu bukan al-Masih, sebagaimana jang ditelah oleh misalnja nabi Jejasa,jaitu seorang jang membawa keselamatan terachir sebagai utusan jahwe. Sabeb menurut Jeheskiel Jahwe sendirilah jang mewudjudkan keselamatan umatNja,lalu mengangkat sebagai wakilNja gembala jang baik itu. Namun demikian Jesus dengan menggambarkan dirinja sebagai Gembala sedjati pasti bersandar pada gagasan Jeheskiel. Gembala jang dinubuatkan oleh nabi itu terlaksana maupun diatas oleh Gembala jang muntjul dalam Indjil Johanes itu (Jh. 10). Jeheskiel dalam nubuat2nja itu merumuskan kepertjajaan seluruh perdjandjian Lama akan keselamatan dimasa depan, walaupun ia belum tahu dengan terang2an bagaimana keselamatan itu sifatnja dan pelaksananja. Dalam lukisannja tentang masa depan Jeheskiel terikat pada pikirannja sendiri, sehingga dilukiskan seteru gagasan2 Perdjanjian Lama: Tanah Sutji dengan Bait Allah ditengahnja; dan situ Allah memberkati umatNja dan membuat tanah itu subur sekali dan lagi mengangkat wakilNja untuk memerintahkan umatNja (40-48).Tapi gambaran Jeheskiel itu memberikan lowongan untuk sesuatu jang djauh melebihi gambaran kepertjajaan dan pengharapan itu. Dengan demikian Jeheskiel sungguh2 menjiapkan Perdjandjian Baru dengan Radja-gembala jang mengalahkan segenap harapan dulu. |
(0.21685893043478) | (Rm 9:16) |
(ende: Berlari) artinja mendjadikan atau mengamalkan iman dengan giat dan bersemangat, seperti di lain-lain tempat Paulus menamakan iman "djalan" dan melakukan hidup keimanan "berdjalan". Tidak bergantung pada manusia". Dengan adjaran ini Paulus tidak hendak mengatakan, bahwa kegiatan dalam mengamalkan iman tidak berguna untuk kehidupan abadi bagi orang-orang jang sudah "dibenarkan". Dalam keadaan "kebenaran" (rahmat pengudus) itu kita mengamalkan iman sekerdja dengan Roh Kudus, sehingga pengamalan itu mendjadi bersifat Ilahi dan bernilai ataskodrati, untuk menambahi kemuliaan abadi. Bdl. Rom 6:13-14 dan Kej 18:3. |
(0.21685893043478) | (1Kor 14:34) |
(ende) Dari ajat 35 (1Ko 14:35) dapat diduga, bahwa Paulus disini chususnja memaksudkan wanita jang bersuami. Tentu sadja jang lebih muda dengan sendirinja tidak berani tampil mengadjar. Dalam 1Ko 11:5 Paulus tidak melarang wanita mengadjar, tetapi hanja melarang mengadjar dengan tidak bertudung kepalanja. Dalam 1Ti 2:11-12 ia menuntut supaja kaum wanita berdiam diri diwaktu diberi peladjaran, dan ia melarang wanita sendiri mengadjar. Kesimpulannja mungkin begini: Wanita terlarang mengadjar dalam perkumpulan ibadat resmi, tetapi dibolehkan pribadi dan dalam perkumpulan-perkumpulan lain. Kenjataannja, sedjak semula tidak dibiarkan wanita mengadjar dalam perkumpulan ibadat umum, setjara resmi. |
(0.21685893043478) | (2Kor 6:14) |
(ende) Enam ajat ini merupakan suatu sisipan jang memutuskan arus tjetusan-tjetusan Paulus. Ia rupanja tiba-tiba ingat bahwa kekudusan umat (2Ko 6:1) masih djauh dari sempurna. |
(0.21685893043478) | (1Tim 4:14) |
(ende: Kurnia Roh) Itu disini tidak berarti suatu kurnia Roh kudus atau suatu kekuasaan untuk sementara, seperti jang dibitjarakan dalam 1Ko 12 sampai 1Ko 14, melainkan disini suatu kekuasaan jang menetap. Diduga dan agak pasti, bahwa kekuasaan itu ialah kekuasaan keuskupan. Menurut 2Ti 1:6 tahbisan keuskupan diberi kepadanja oleh penumpang tangan Paulus, berdasarkan suatu pernjataan dari Roh Kudus jang istimewa. Ingatlah pula 1Ti 1:18. Penumpang tangan para orang tua-tua tentu sadja dilakukan sebagai tanda persetudjuan dan penjaksian. |
(0.21685893043478) | (Ibr 12:24) |
(ende: Lebih kuat bitjara dari pada darah Abel) Dalam perhubungan dengan "Hakim segala orang" pengarang barangkali ingat akan sabda Allah dalam I Mos. (Kej 4:10), jaitu: Darah saudaramu teriak dari bumi kepadaKu". Darah Kristus akan menuntut keselamatan abadi bagi orang-orang jang baik, dan hukuman jang hebat atas semua orang jang menolak Kristus atau murtad dari padaNja. Mungkin pula pengarang hendak menghubungkan kalimat itu dengan Ibr 11:14. Kalau demikian lebih baik diterdjemahkan: "lebih njaring suaranja dari pada suara darah Abel". |
(0.21685893043478) | (Kej 22:8) |
(full: ALLAH YANG AKAN MENYEDIAKAN.
) Nas : Kej 22:8 "Allah yang akan menyediakan" ("Yehovah-jireh," ayat Kej 22:14) bersifat nubuat dan menunjuk kepada korban pengganti, seekor domba jantan, yang disediakan Allah (ayat Kej 22:13). Puncak penggenapan pernyataan Abraham terdapat di dalam tindakan Allah menyediakan Anak-Nya yang tunggal sebagai korban pendamaian di Golgota bagi penebusan manusia. Dengan demikian, Bapa sorgawi itu sendiri melakukan apa yang dimintanya dari Abraham (Yoh 3:16; Rom 3:24-25; 8:32). |
(0.21685893043478) | (Kej 24:40) |
(full: AKAN MENGUTUS MALAIKAT-NYA MENYERTAI ENGKAU, DAN AKAN MEMBUAT PERJALANANMU BERHASIL.
) Nas : Kej 24:40 Ayat ini menyatakan salah satu cara Allah melindungi anak-anak-Nya dan menuntun jalan hidup mereka. Ia bisa mengutus malaikat-malaikat untuk bekerja di belakang layar untuk menjadikan perjalanan mereka berhasil. Ibr 1:14 menyatakan bahwa para malaikat adalah "roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan" (lihat cat. --> Mat 18:10; [atau ref. Mat 18:10] lihat art. PARA MALAIKAT DAN MALAIKAT TUHAN). |
(0.21685893043478) | (Kej 26:5) |
(full: KARENA ABRAHAM TELAH MENDENGARKAN FIRMAN-KU
) Nas : Kej 26:5 (versi Inggris NIV -- Karena Abraham menaati). Allah mengangkat Abraham sebagai teladan ketaatan yang bersumber pada iman (bd. Rom 1:5; Rom 16:26). Abraham telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memelihara hukum-hukum dan perintah-perintah Tuhan. Karena itulah Allah memberkatinya. Ishak dan semua orang percaya harus berusaha menyamai iman dan ketaatan Abraham jikalau mereka berharap akan ikut memperoleh bagian dalam janji-janji perjanjian dan keselamatan Allah (bd. Im 26:14-15,46; Ul 11:1). |
(0.21685893043478) | (Kej 27:38) |
(full: DENGAN SUARA KERAS MENANGISLAH ESAU.
) Nas : Kej 27:38 Menurut Ibr 12:16-17, Esau kehilangan berkatnya karena dia seorang tidak beriman yang memandang rendah kekudusan berkat kesulungan (bd. Kej 25:31-34). Kini dia mengubah pikirannya dan berusaha mendapatkan berkat itu dengan air mata, namun air matanya itu merupakan air mata kekecewaan dan kemarahan, bukan karena sedih atas pilihan-pilihannya yang berdosa. Pengalaman Esau mengingatkan kita akan pilihan-pilihan salah dalam hidup yang membawa berbagai dampak mengerikan yang tak terelakkan (lih. 2Sam 12:7-14). |
(0.21685893043478) | (Kej 28:4) |
(full: BERKAT YANG UNTUK ABRAHAM.
) Nas : Kej 28:4 Berkat yang diberikan kepada Abraham adalah tanah itu, "sehingga engkau memiliki negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yang telah diberikan Allah kepada Abraham." Perhatikan bahwa ketika Paulus menerapkan hal ini kepada orang percaya PB ("keturunan Abraham," Gal 3:29), ia melakukannya berkaitan dengan berkat-berkat yang rohani dan bukan yang materiel -- khususnya, janji Roh oleh iman (Gal 3:14). |
(0.21685893043478) | (Kej 36:6) |
(full: ESAU ... HARTA BENDANYA.
) Nas : Kej 36:6-7 Dalam banyak hal Esau makmur secara materiel, tetapi ia tidak makmur secara rohani. Ciri hidupnya ialah pandangan yang rendah terhadap hal-hal rohani (Kej 25:34; 26:34-35; 36:2). Oleh karena itu, bangsa yang didirikan olehnya (Edom) fasik dan menjadi obyek khusus murka Allah (lih. Yes 11:14; Am 9:12; Ob 1:1-4). |