Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1921 - 1940 dari 2318 ayat untuk sama [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10914865853659) (Mzm 35:1) (sh: Orang baik selalu kalah? (Selasa, 27 Mei 2003))
Orang baik selalu kalah?

Orang baik selalu kalah? Kadang, tindakan kita menjawab pertanyaan ini dengan seruan "ya" yang menggema. Apalagi, kata "mengalah" tidak jauh bedanya dengan kata "kalah". Bersikap dan bertindak baik adalah suatu ketidakpraktisan yang naif, terutama ketika semua orang lain bersikap gesit, tegas, sigap menjaga diri, dan agresif. Ini Indonesia, Bung! Di sini, baik berarti naif dan lemah, dan lemah berarti terpinggirkan.

Dari kacamata di atas, pemazmur mungkin termasuk sosok orang naif: ia berbuat baik, sangat baik bahkan, kepada orang yang berbuat jahat kepadanya (ayat 11-14). Bahkan, berbuat baik kepada orang- orang yang dengan agresif menjahati dirinya. Seperti manusia lainnya, kondisi ini memedihkan hatinya dan membuatnya geram. Pemazmur bereaksi, bukan membalas, tetapi mengadu kepada Tuhan. Dalam pemahamannya, bukan tangannya yang akan membalas kejahatan para musuhnya, bukan tangannya sendiri. Mazmur seruannya ini ditutup dengan suatu keyakinan, bahwa dirinya tetap akan bertahan dan memuji-muji Allah dalam ucapan syukur karena keadilan-Nya (ayat 28).

Keyakinan ini patut kita teladani. Sering kali Kristen menyerah dan berkompromi karena tidak yakin, apakah dengan berlaku benar dirinya masih dapat bertahan di dalam kerasnya persaingan hidup dalam dunia nyata ini. Mungkin banyak Kristen yang berseru dalam kata-kata yang sama dengan seruan pemazmur, "sampai berapa lama, Tuhan?" (ayat 17, bdk. 22). Jika demikian, ada baiknya kita meneladani kepercayaan yang menjadi dasar dari mazmur ini. Pemazmur percaya kepada keadilan, kemahakuasaan, dan kepedulian Allah, betapapun suramnya hidup. Iman inilah yang menjadi kekuatan untuk tetap berserah, dan bertahan dalam mengikuti jalan Tuhan.

Renungkan: Percayalah kepada Allah karena Allah itu adil. Menyerah dan mengikuti dunia berarti percaya kepada ketidakadilan.

(0.10914865853659) (Mzm 41:1) (sh: Jawaban dalam belas kasihan Tuhan (Sabtu, 11 Agustus 2001))
Jawaban dalam belas kasihan Tuhan

Jawaban dalam belas kasihan Tuhan. Mazmur ini merupakan bagian dari ritual permohonan kesembuhan di Bait Allah, yang diadopsi dari pergumulan Daud ketika menghadapi pengkhianatan di waktu sakit. Penghiburan tak kunjung melegakannya, sebaliknya dusta dan kejahatan datang menimpanya. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh para musuh dan pembencinya ataupun mereka yang datang menjenguknya, tetapi juga oleh para sahabat karib yang dipercayainya yang juga "mengangkat tumit" terhadapnya (ayat 6-10).

Di tengah pergumulan seperti ini, ia terkucil dalam ketidakberdayaannya, namun memiliki keyakinan bahwa Tuhan tidaklah sama dengan para sahabat yang mengkhianatinya, Ia akan memberikan belas kasihan, berkenan kepadanya, dan menopang dirinya (ayat 11- 13). Belas kasihan Tuhan adalah jawaban atas kesendiriannya, sehingga ia berdoa: "Ya Tuhan, kasihanilah aku, maka aku hendak mengadakan pembalasan terhadap mereka." (ayat 11). Tidak mudah baginya untuk menerima ataupun mengerti mengapa dia sebagai seorang raja yang memperhatikan rakyatnya yang lemah, bukannya mendapatkan kebahagiaan, terluput dari celaka, dilindungi, dipelihara, dan disembuhkan oleh Tuhan, sebagaimana layaknya mereka yang memperhatikan orang lemah (ayat 2-4), sebaliknya justru senantiasa berada di bawah ancaman dan bahaya. Ia tidak menemukan jawaban yang lain, selain karena dosanya, dan jawaban bagi dosanya tidak lain hanya ditemukan di dalam belas kasihan Tuhan, sebagaimana terdapat dalam doanya: "Tuhan kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!" (ayat 5). Belas kasihan Tuhan adalah jawaban bagi ketidakberdayaannya untuk menyelesaikan dosa dan ketidakmengertiannya tentang mengapa ia harus mengalami semuanya ini. Keyakinan atas belas kasihan Tuhan seperti inilah yang memampukannya tetap memuji Tuhan (ayat 14) di tengah berbagai kondisi yang sulit diterimanya. Sikap hati seperti inilah yang diteladani orang Israel di Bait Allah ketika mereka berdoa memohon kesembuhan.

Renungkan: Keyakinan akan belas kasihan Tuhan adalah dasar bagi Kristen yang hidup berkemenangan dan penuh ucapan syukur. Inilah daya yang memampukan kita menerobos segala kebimbangan dan ketidakmengertian kita dalam menghadapi berbagai pergumulan sebagai orang benar.

(0.10914865853659) (Mzm 41:1) (sh: Andalkan kemampuan Allah (Jumat, 11 Juli 2003))
Andalkan kemampuan Allah

Andalkan kemampuan Allah. Ungkapan mazmur ini adalah ungkapan yang pernah diucapkan Yesus dalam salah satu ucapan-Nya, Khotbah di Bukit. Dikatakan bahwa yang berbahagia ialah mereka yang "lemah lembut, murah hati, membawa damai" (Mat. 5:5,7,9). Sayangnya, dalam zaman modern ini semakin jarang berjumpa dengan manusia dengan sifat tersebut. Yang banyak dijumpai adalah orang-orang yang brutal cenderung mementingkan diri sendiri, dan menyebarkan kekejaman.

Harus kita sadari bahwa memiliki kemampuan sifat seperti demikian tidaklah dapat dipenuhi jika hanya mengandalkan kemampuan manusia sendiri. Mengapa? Karena sifat-sifat tersebut jelas-jelas adalah sifat-sifat Allah sendiri. Untuk dapat memiliki sifat-sifat demikian, persyaratan utama yang harus kita tempuh adalah memiliki hubungan intim dengan Allah. Hal ini memungkinkan kita memiliki sifat indah tersebut.

Jika kita selalu memiliki kerinduan belajar dari Tuhan, dan selalu menjadikan kurban keselamatan-Nya dan kehadiran-Nya sebagai sumber pengharapan kita, serta menjadikan teladan-Nya sebagai model, kita pasti akan memiliki sifat-sifat indah tersebut. Kita harus mengetahui bahwa orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus memang sepatutnya memiliki kualitas sifat pilihan dan tidak sekadar sama seperti manusia biasa.

Ungkapan pemazmur ini memberikan pelajaran buat kita, orang-orang Kristen masa kini yaitu bahwa sebagai pengikut Kristus kita bisa dan harus bisa memiliki sifat-sifat demikian bila bila kita bergantung penuh kepada Tuhan. Kristen adalah orang-orang yang hidup karena belas kasih dan kebaikan Tuhan. Patutlah kebaikan- Nya itu mengalir terus dalam sikap kita kepada semua orang.

Renungkan: Kristen yang dari hari ke hari hidup karena dikasihani Allah, pasti juga berbelas kasihan kepada sesama manusia.

(0.10914865853659) (Mzm 47:1) (sh: Allah adalah Raja! (Rabu, 11 Februari 2004))
Allah adalah Raja!

Allah adalah Raja! Raja adalah gelar politis, sama seperti presiden, kaisar dan yang sejenisnya. Oleh karena itu, menyebut Allah sebagai raja membawa kepada implikasi politis. Penyebutan Allah Israel sebagai raja bukan dimulai oleh Israel sendiri, melainkan oleh Allah sendiri. Allah berkenan memakai gelar politis itu untuk menyatakan kehadiran dan kedaulatan-Nya atas Israel di tengah-tengah percaturan politik dunia pada masa Perjanjian Lama.

Pemazmur di sini mengajak semua bangsa di dunia ini mengakui kerajaan Allah atas Israel, tetapi juga melalui Israel atas bangsa-bangsa lain. Pada saat Israel diinaugurasikan sebagai sebuah bangsa, TUHAN, raja Israel sendiri telah menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah Israel (ayat 4). Israel sendiri mendapatkan tanah pusaka sebagai milik yang patut dibanggakan (ayat 5). Pada saat itulah Allah memproklamasikan diri sebagai Raja mereka.

Mazmur ini tidak berhenti hanya pada pujian bagi Raja Israel, tetapi meneruskannya dengan memanggil semua bangsa lainnya untuk me-Raja-kan Dia, karena sesungguhnya Tuhan adalah Raja atas seluruh bumi (ayat 3, 8, 9). Sekarang ini, pengakuan itu belum datang dari mulut bangsa-bangsa di luar Israel. Akan tetapi, sesuai dengan janji Allah kepada Abraham, semua bangsa akan diberkati melalui Israel. Berkat itu yang paling terutama adalah Allah sebagai Raja mereka.

Implikasi politis bagi pengakuan bahwa Allah sebagai Raja adalah pertama, semua bangsa harus membuang ibadah kepada dewa-dewi mereka karena hanya Dia saja Allah mereka. Kedua, semua bangsa harus tunduk kepada Allah sebagai Raja mereka. Ketiga, semua raja bangsa-bangsa harus tunduk kepada Raja diraja mereka (ayat 10).

Renungkan: Beritakan kepada semua orang bahwa Tuhan Yesus adalah Raja atas hidup mereka.

(0.10914865853659) (Mzm 50:1) (sh: Spiritualitas Kristen (Senin, 20 Agustus 2001))
Spiritualitas Kristen

Spiritualitas Kristen. Ragam spiritualitas yang dikenal oleh masyarakat secara umum pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3. Pembagian berdasarkan pada apa yang ditekankannya. Ragam pertama menekankan pentingnya melakukan ritual keagamaan seperti mengadakan penyembahan dan persembahan sesaji. Ragam kedua lebih menekankan pentingnya perbuatan amal. Ragam ketiga menekankan keduanya. Termasuk yang manakah kekristenan? Bukan ketiganya.

Pemazmur nampaknya mengakhiri puisinya dengan memaparkan ragam spiritualitas yang ketiga yaitu memberikan tempat yang sama baik kepada ritual keagamaan dan moralitas tinggi (ayat 16-22, 23). Namun sebenarnya tidak. Pemazmur menekankan persembahan syukur bukan bakaran. Mengapa? Allah sendiri mengatakan bahwa Ia tidak membutuhkan segala macam korban persembahan sebab Ia adalah pemilik seluruh alam semesta (ayat 7-14). Apa yang akan manusia persembahkan sesungguhnya adalah milik Allah. Karena itu persembahan syukur merupakan bentuk ritual keagamaan yang paling tepat untuk dipersembahkan kepada Allah. Sebab melaluinya pengakuan bahwa apa pun yang dimiliki manusia adalah anugerah Allah sebab Ia pemilik dari semua yang ada (ayat 14-15). Namun bersyukur dengan tulus sebenarnya tidak mudah dilakukan. Penyebabnya adalah tingginya tingkat kemandirian manusia yang disebabkan karena kemajuan ilmu dan teknologi. Untuk mengurangi tingginya tingkat kemandirian itu dan meninggikan persembahan syukur kepada Allah, manusia harus mempunyai pengenalan yang benar akan Allah yaitu bahwa Allah adalah Penguasa seluruh alam semesta (ayat 1), Ia adalah Allah yang tak terhampiri dalam kemuliaan-Nya (ayat 2) namun juga Allah yang terlibat dalam sejarah manusia (ayat 3), Allah adalah hakim yang adil yang akan mengadili siapa pun termasuk umat-Nya (ayat 4).

Renungkan: Jadi apakah spiritualitas kristen? Spiritualitas kristen adalah spiritualitas yang harus dimulai dengan pengenalan akan Allah yang benar, lalu diikuti dengan kehidupan yang penuh syukur dan bermoralitas tinggi. Sudahkah spiritualitas ini menjadi bagian dari hidup Anda? Manakah yang masih harus ditingkatkan dalam kehidupan spiritualitas Anda: pengenalan akan Allah, kehidupan yang penuh syukur, atau moralitas tinggi? Apa yang akan Anda lakukan?

(0.10914865853659) (Mzm 50:1) (sh: Persembahan syukur (Jumat, 4 Juni 2004))
Persembahan syukur

Persembahan syukur. Tiap orang, tak terkecuali umat Tuhan, cenderung beranggapan bahwa Tuhan dapat dibuat berkenan dengan berbagai pemberian untuk-Nya. Ternyata tidak demikian! Dalam mazmur ini, seisi bumi (ayat 1-6), baik umat-Nya (ayat 7-15) maupun yang bukan (ayat 16-23) diperingatkan tentang kebenaran itu. Perkenan Tuhan tidak dapat dibeli dengan apa pun sebab segala sesuatu adalah milik-Nya dan Ia tidak memerlukan apa pun (ayat 9-13). Sebaliknya, Ia menganugerahkan perjanjian melalui korban sembelihan (ayat 4-5).

Karena itu, tidak ada korban lain yang Allah minta kecuali korban syukur (ayat 14). Hal ini lebih penting daripada korban binatang. Korban syukur adalah respons umat terhadap kebaikan Allah. Korban syukur itu harus diwujudkan melalui sikap hidup sehari-hari. Allah dengan keras mengecam kehidupan orang Israel secara khusus para hamba-Nya yang selalu giat menyelidiki firman-Nya dan berbicara tentang perjanjian-Nya tetapi membenci teguran dan mengesampingkan firman TUHAN (ayat 16-17). Bahkan lebih serius lagi mereka berkawan dengan pencuri dan orang berzinah artinya para rohaniwan itu sudah melebur dengan orang-orang yang melakukan perbuatan yang dibenci Allah (ayat 18-20). Itu sebabnya Allah menggolongkan mereka sama dengan orang kafir yang tidak mengenal Allah.

Firman ini menegaskan bahwa Allah menuntut umat-Nya untuk hidup serasi dengan kegiatan ibadah. Amat mudah orang berlaku munafik seperti yang ditegur Tuhan dalam mazmur ini. Berbagai kegiatan kerohanian boleh jadi tidak murni. Bisa saja hal-hal itu adalah untuk menipu hati nurani sendiri, atau menipu orang lain. Namun Allah tidak dapat ditipu. Allah akan menghukum orang yang meski beribadah namun tetap saja melanggar perintah-Nya dan hidup tidak beda dengan orang kafir (ayat 22-23).

Renungkan: Sikap dan tindakan kita tiap hari, entah adalah korban syukur bagi Allah atau objek kemarahan-Nya.

(0.10914865853659) (Mzm 62:1) (sh: Menaruh harapan pada Allah (Rabu, 16 Juni 2004))
Menaruh harapan pada Allah

Menaruh harapan pada Allah. Tahu kisah klasik Yunani Kuda Troya? Kisah mengenai penaklukan kota Troya yang berbenteng teguh dan pasukan pertahanan yang kuat melalui tipu muslihat. Musuh membuat sebuah patung kuda yang sangat besar dan dihadiahkan kepada kota Troya. Ternyata di dalamnya bersembunyi pasukan musuh, yang menyerang Troya ketika patung kuda itu dibawa masuk ke dalam kota. Sekokoh apapun benteng buatan manusia, dan setangguh apapun penjaganya, tipu muslihat manusia masih bisa menghancurkannya.

Mazmur 62 menyatakan keyakinan yang berbeda sama sekali. Pemazmur sadar upaya dan tipu daya para musuh yang berkedok sahabat itu memang begitu dahsyat berupaya untuk menghancurkan dia (ayat 4-5). Namun, ia lebih percaya kepada keperkasaan Allah untuk membentengi hidupnya dari ancaman musuh tersebut. Hal itu diungkapkan sampai dua kali (ayat 2-3 diulangtegaskan lagi di ayat 6-9) .

Pemazmur menggunakan kata "hanya" sebanyak 6 kali (ayat 2, 3, 5,6,7,10). "Hanya" bisa dimengerti sebagai penegasan "sesungguhnya" bisa juga "hanya satu/satu-satunya." Dikaitkan pada Allah merupakan suatu konfirmasi bahwa Allahlah satu-satunya penyelamat dan perlindungan si pemazmur (ayat 2, 3, 6, 7). Dikenakan pada musuh, menunjukkan keseriusan mereka hendak menghancurkan si pemazmur (ayat 5), namun mereka "hanya/sesungguhnya" angin semata, bahkan lebih ringan dari angin (ayat 10).

Sedahsyat apapun ancaman mengintai hidup orang beriman dalam kesehariannya, lebih dahsyat lagi topangan dan perlindungan Allah memungkinkan orang beriman hidup kokoh kuat bagaikan bangunan berdasarkan batu karang teguh.

Renungkan: Musuh sekuat dan sehebat apapun, serta seserius apapun mencoba menghancurkan anak-anak Tuhan, bila Tuhan menjadi pelindung mereka, siapa takut!

(0.10914865853659) (Mzm 65:1) (sh: Pengampunan dan Pemulihan (Sabtu, 19 Juni 2004))
Pengampunan dan Pemulihan

Pengampunan dan Pemulihan. Mazmur ini berpusatkan pada pengampunan Allah atas pelanggaran dan dosa umat-Nya, serta pemulihan yang Allah anugerahkan kepada mereka (ayat 2-5). Oleh keadilan-Nya, Ia telah menjawab doa pengakuan dosa umat, dan menyelamatkan mereka (ayat 6). Ayat-ayat selanjutnya adalah suatu pujian akan kebesaran Allah atas ciptaan-Nya, khususnya tanah Perjanjian yang telah mengalami berkat Allah yang melimpah, kesuburan, dan keberhasilan panen (ayat 7-14).

Apa hubungan antara pengampunan Allah (ayat 2-6) dan berkat-berkat jasmani (ayat 7-14)? Bagi Israel keduanya adalah satu kesatuan. Allah yang sama telah memberikan keduanya. Allah yang mengasihi Israel, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, bukan hanya mengampuni mereka, tetapi memberkati mereka dengan limpahnya sebagai tanda pengampunan sejati.

Sebenarnya mazmur ini mengajar orang modern untuk melihat realitas kehidupan secara utuh. Pengakuan dosa di depan umum di zaman modern tidak umum. Bukankah itu adalah iman pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan bersosial masyarakat? Lihat saja gaung tokoh-tokoh nasional bangsa kita untuk "tobat nasional" disambut dingin oleh masyarakat, apalagi pejabat.

Sesungguhnya, mazmur ini mengajar kita untuk melihat akar permasalahan kemelut yang melanda Indonesia bukan semata kesalahan strategi pembangunan, kebijakan yang tidak bijak dari pemerintahan, tetapi karena menganggap kehidupan sehari-hari boleh dipisahkan dari kehidupan religius. Bahwa ibadah itu cukup di tempat-tempat suci, sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari adalah boleh berbuat apapun, termasuk dosa!

Renungkan: Pengampunan dan pemulihan akan didapat bila terjadi pertobatan yang sungguh-sungguh yang dimulai bukan dari gereja, tetapi dari kehidupan sehari-hari kita.

(0.10914865853659) (Mzm 74:1) (sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998))
Mengadu kepada Tuhan.

Mengadu kepada Tuhan.
Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat kejam, sampai merusak tanah, membunuh para nabi Tuhan dan menista Nama Tuhan. Seolah-olah Tuhan berdiam diri, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan umat-Nya terlantar. Dalam keterjepitan itu mereka berteriak berapa lama lagi Tuhan (ayat 10-11).

Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita.

Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri!

Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu.

(0.10914865853659) (Mzm 74:1) (sh: Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman (Senin, 22 Oktober 2001))
Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman

Goncangan yang memecahkan cangkang pembatas iman. Adakalanya untuk menghasilkan pertumbuhan iman yang mampu menerobos cangkang-cangkang pembatasnya dibutuhkan suatu proses perombakan yang radikal. Proses ini tidaklah terjadi secara otomatis, melainkan dikerjakan Tuhan dengan cara yang menggoncangkan. Inilah saatnya Tuhan menghancurkan keyakinan lama kita dan membentuknya kembali menjadi iman yang bertumbuh semakin sempurna.

Proses seperti inilah yang dialami bangsa Israel ketika mereka menyaksikan hancurnya Bait Allah, yang telah menyatu dengan kehidupan keagamaan dan sosial mereka. Bagi bangsa Israel, seluruh identitas dan pusat kehidupan mereka tergantung pada Bait Allah, sehingga dengan hancurnya Bait Allah hancurlah seluruh identitas, pegangan, pusat dan arah hidup mereka. Melalui proses seperti inilah Tuhan menuntun iman mereka hingga bertumbuh melampaui batasan-batasan pemahaman yang membelenggu mereka.

Bangsa Israel melantunkan nyanyian ratapan untuk mengungkapkan ketidakmengertian mereka mengapa Tuhan membiarkan Bait Allah dihancurkan (ayat 1, 10, 11). Namun melalui peristiwa ini mereka dituntun untuk: [1] keluar dari keterbatasan cangkang iman mereka. Melalui peristiwa ini mereka menyadari bahwa Tuhan tidaklah dibatasi, tersimpan, dan terikat oleh Bait Allah. Sebab Ia lebih besar dari Bait Allah.

Lenyapnya Bait Allah tidaklah berarti lenyapnya Tuhan di antara mereka; [2] memiliki fokus iman yang tepat, yakni iman yang tidak lagi berpusat pada Bait Allah di Yerusalem, melainkan kepada Tuhan (ayat 18, 22, 23) yang melampaui kemampuan kapak dan beliung untuk menghancurkan-Nya; [3] memahami bahwa Tuhan berkuasa menaklukkan kekacauan. Ia menaklukkan kekacauan pada masa yang lampau (ayat 13-17), dan hancurnya Bait Allah adalah sama seperti kekacauan pada masa yang lampau. Berdasarkan hal inilah mereka menemukan pengharapan bagi pemulihan Bait Allah dan pertolongan mereka (ayat 18-23).

Renungkan: Keadaan yang menggoyahkan Anda dapat menjadi sarana untuk menyelami kuasa Allah yang menaklukkan kekacauan, serta memiliki iman yang terarah pada fokus yang benar. Belajar menerima apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup Anda sebelum Anda belajar mengerti maksud-Nya adalah cara yang bijaksana.

(0.10914865853659) (Mzm 78:1) (sh: Mendengar dan meneruskan yang didengar (Jumat, 26 Oktober 2001))
Mendengar dan meneruskan yang didengar

Mendengar dan meneruskan yang didengar. Setiap hari terdapat begitu banyak hal yang dapat kita dengar ataupun ucapkan, yang akan mewarnai hidup kita. Semuanya itu merupakan pilihan bagi kita untuk menentukan dengan apakah kita akan mewarnai hidup kita.

Mazmur ini merupakan catatan yang luar biasa dari generasi ke generasi, yang mengarahkan telinga dan mulut Israel kepada ajaran- ajaran Tuhan. Dalam mazmur ini Israel diingatkan untuk mempertahankan Taurat Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan tidak memberontak terhadap-Nya. Mereka diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan nenek moyang mereka yang telah memberontak dan mengeraskan hati di padang gurun, sehingga Allah membinasakan mereka.

Asaf memanggil Israel untuk mendengar pengajarannya (ayat 1, 4) dan terus mengajarkannya kepada generasi yang akan datang (ayat 5, 6). Hal ini direncanakan Tuhan agar Israel dapat mempercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah yang diberikan-Nya (ayat 7), sehingga Israel tidak jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti nenek moyang mereka (ayat 8). Pemberontakan seperti ini telah mewarnai sejarah perjalanan Israel bersama dengan Allah, sejak mereka berada di padang gurun. Contoh ketidaktaatan ini nyata dalam kehidupan kerajaan utara yang mengabaikan perjanjian mereka dengan Tuhan (ayat 10) dan melupakan karya penyelamatan-Nya (ayat 11).

Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kegagalan sejarah Israel yang diwarnai dengan pemberontakan nenek moyang mereka disebabkan karena: [1] mereka gagal untuk setia mendengar ajaran yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya, dan [2] mereka mengabaikan sejarah karya Allah yang dahsyat dalam perjalanan hidup mereka. Ikatan perjanjian Allah dengan umat-Nya penting dihayati oleh semua umat turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Renungkan: Kristen perlu menyadari dari hari ke hari bagaimana karya Allah dalam sejarah hidup kekristenan, sehingga tidak mengulangi kegagalan yang sama atau tetap bebal walau telah mengalami perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Dan jangan lupa, kita perlu meneruskannya kepada generasi-generasi berikut, agar mereka belajar mengenal Allah dan setia kepada-Nya.

(0.10914865853659) (Mzm 78:1) (sh: Mengingat dan merespons karya-Nya (Minggu, 1 November 2009))
Mengingat dan merespons karya-Nya

Judul: Mengingat dan merespons karya-Nya Apa inti seluruh penyataan Allah di Perjanjian Lama? Allah yang berkarya di dalam dunia, dan secara khusus pada dan melalui umat-Nya, Israel. Mazmur-mazmur adalah respons umat Tuhan atas karya Allah dalam berbagai aspek-nya. Mazmur 78 merespons Allah yang bertindak dalam sejarah umat-Nya.

Pemazmur mengajak pembacanya untuk mendengar dengan sungguh-sungguh dan belajar baik-baik dari sejarah nenek moyang mereka (ayat 1-4). Sejarah bukan semata-mata catatan aktivitas manusia, tetapi terutama tindakan dan karya Allah yang agung. Umat Israel, khususnya generasi masa datang belajar mengenal Allah, belajar dari nenek moyang mereka cara merespons Allah yang tepat.

Sejarah umat Tuhan memperlihatkan dua hal. Pertama, kesetiaan Allah yang menyertai, memberkati, dan memelihara umat-Nya. Allah setia terbukti dari Dia memberikan Taurat sebagai pedoman hidup umat (ayat 5-7). Tuhan sendiri menuntun umat-Nya dengan berbagai penyertaan-Nya (ayat 12-16). Kesetiaan Tuhan terbukti dari Zoan (ayat 12) sampai Sion (ayat 65). Zoan adalah nama tempat di Mesir. Sion adalah nama lain dari Yerusalem. Sejarah Israel adalah sejarah kasih setia dan penyertaan Tuhan mulai dari pembebasan dari perbudakan di Mesir sampai merdeka berdaulat sebagai bangsa di tanah Perjanjian. Kedua, yang patut disayangkan, ketidak-setiaan umat yang diwujudkan dengan ketidakpercayaan, pemberontakan, dan pengkhianatan (ayat 8-11).

Dapatkah Anda mengatakan hal yang sama dengan apa yang dikatakan pemazmur ini? Tuhan telah menyatakan kasih setia-Nya sepanjang hidupku. Dia telah membebaskanku dari perbudakan dosa dan sedang menghantarku ke tanah pusaka, surga yang mulia kelak? Bagaimana Anda merespons kesetiaan-Nya dalam hidup Anda sehari-hari? Dengan ketaatan pada firman-Nya dan kepercayaan penuh pada pengaturan-Nya? Atau seperti Israel, yang terus menerus hidup mendurhaka pada-Nya dan menyakiti hati-Nya?

(0.10914865853659) (Mzm 78:56) (sh: Masalah rohani. (Minggu, 16 Agustus 1998))
Masalah rohani.

Masalah rohani.
Kelakuan Israel bisa membuat kita menyimpulkan bahwa mereka hanya melakukan beberapa kekeliruan sosial. Tetapi "kekeliruan" itu berulang kali mereka lakukan kendati Tuhan senantiasa baik terhadap mereka. Dari kisah Israel menjelang pembuangan kita tahu bahwa masalah mereka adalah kerusakan rohani yang amat serius. Mereka bahkan sampai menyimpang dari ibadah mereka kepada Yahwe satu-satunya Allah sejati yang telah membawa mereka keluar dari Mesir dan memelihara mereka dengan panjang sabar. Mereka tidak segan berpaling kepada dewa-dewa asing, lalu membuat berhala-berhala mereka sendiri.

Sejak kejatuhan Adam, seluruh kejahatan manusia yang mengundang tindakan penghukuman Allah bernafaskan hal sama. Manusia melawan Allah, memilih berbakti kepada ilah lain. Bukankah banyak kekacauan kita alami sekarang sebab orang tidak sungguh takut kepada Tuhan? Para pemimpin kita memikirkan kepentingan mereka. Banyak orang hanya takut terjadi kebangkrutan, takut kekacauan, tetapi tidak takut akan Tuhan.

Pribadi Ilahi. Masyarakat luas, kelompok organisasi, umat beragama, semuanya memerlukan pepimpin yang handal. Untuk problem hakiki manusia: dosa, hanya Pribadi Ilahi yaitu Yesus Kristus yang dapat memimpin manusia keluar dari belenggu kegelapan dosa masuk ke dalam kemerdekaan Kerajaan Terang Allah. Untuk Yehuda, Allah memilih Daud. Ia diberi hikmat dan keberanian. Ia diberikan potensi kepemimpinan agar mampu menjadi raja yang handal yang sekaligus dapat diteladani.

Daud hanyalah bayang-bayang dari kepemimpinan sempurna Yesus Kristus. Pemimpin yang baik tidak cukup memiliki ilmu dan keahlian, ia harus merupakan seorang pilihan Allah yang diperlengkapi Allah sendiri baik dengan integritas, kewibawaan, maupun kemampuan.

Doa: Tuhan Yesus, Pemimpin satu-satunya yang sempurna kudus di hadapan Allah, bertindaklah dan berperkaralah atas bangsa kami dan para pemimpin kami.

(0.10914865853659) (Mzm 80:1) (sh: Tuhan sumber pertolongan (Kamis, 28 April 2005))
Tuhan sumber pertolongan

Tuhan sumber pertolongan
Kehancuran tidak menggoda peMazmur untuk memalingkan wajah dari Allah dan mencari sumber pertolongan yang lain. Belajar dari sejarah Israel, peMazmur mempergunakan metafora tentang Allah untuk melukiskan kepastian jaminan penyertaan-Nya.

Mazmur ini bisa dibagi tiga bagian, masing-masing ditutup dengan permohonan yang sama, "pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat" (ayat 4,8,20). Pada bagian pertama, peMazmur menyatakan permohonannya karena Allah adalah Gembala sekaligus Raja yang bertakhta di atas Kerubim. Ia berdaulat penuh atas hidup mereka. Tidak ada sumber pertolongan selain Allah. Pada bagian kedua, peMazmur meyakini bahwa oleh murka Tuhanlah mereka mengalami semua penderitaan ini (ayat 5-7). Oleh karena itu hanya pengampunan Tuhanlah yang dapat melepaskan mereka dari kesusahan ini.

Pada bagian ketiga, peMazmur menggunakan ilustrasi pohon anggur untuk menggambarkan bagaimana Tuhan telah melepaskan Israel dari perbudakan Mesir dan membawa serta menanamkan mereka di tanah perjanjian supaya mereka subur berkembang (ayat 9-12). Akan tetapi, Tuhan jualah yang melanda mereka dan menyerahkan mereka ke tangan musuh sehingga kebun anggur Tuhan dilanda, dirusak, dan dibakar (ayat 13-17). Oleh karena itu, peMazmur meminta supaya Tuhan mengindahkan milik-Nya sendiri (ayat 15-16), supaya mereka dapat menyatakan kesetiaan lagi kepada-Nya (ayat 18-19).

Gereja Tuhan tidak sekalipun boleh meragukan kesetiaan dan kasih Tuhan. Walaupun nampaknya saat ini Tuhan berdiam diri dan mengizinkan penderitaan menimpa kita, Dia tetap gembala umat-Nya masa kini. Dia tetap Raja yang bertakhta di atas kemuliaan dan Dia tetap pengusaha kebun anggur yang peduli akan milik-Nya.

Renungkan: Gembala yang baik telah menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya. Tak mungkin kini Ia membiarkan kita binasa. Berharap dan nantikan pertolongan-Nya!

(0.10914865853659) (Mzm 82:1) (sh: Allah Esa (Sabtu, 30 April 2005))
Allah Esa

Allah Esa
Pesan utama Mazmur ini sangat jelas. Hanya ada satu Allah. Dia yang Esa telah menyatakan diri-Nya. Tuntutan-Nya kepada umat-Nya hanya satu, yaitu hidup sesuai dengan kehendak-Nya: memberlakukan keadilan dan belas kasih! Setiap orang yang membengkokkan kebenaran dan dengan demikian menindas orang lain tidak akan luput dari penghukuman Hakim yang adil itu.

Siapakah para ilah yang dihakimi Allah itu? Ada beberapa kemungkinan menafsir bagian ini. Pertama, para ilah ini adalah para pemimpin umat seperti para hakim yang bertanggung jawab menegakkan hukum dan keteraturan dalam masyarakat Israel. Kedua, para ilah ini adalah para raja bangsa-bangsa. Pada zaman itu para raja sering dianggap wakil dewa atau bahkan putra dewa (ayat 6). Ketiga, para ilah ini adalah dewa dewi yang disembah oleh bangsa-bangsa kafir.

Israel yang seharusnya menyembah TUHAN, Allah yang Esa, sering terkecoh dengan menyamakan Dia dengan dewa-dewi itu. Akibatnya mereka hidup mengikuti ajaran moral agama-agama kafir tersebut. Mazmur ini menegaskan bahwa semua ilah lain tidak dapat bertahan dalam penghakiman satu-satunya Allah. Semua ilah lain hanya membawa penyembah-penyembah mereka mempraktikkan hidup yang tidak adil dan menindas satu sama lain (ayat 2,5). Akan tetapi, umat Tuhan pasti menegakkan keadilan bagi sesamanya dan penuh belas kasih kepada mereka yang tertindas oleh karena TUHAN yang disembah adalah adil dan kasih (ayat 3-4).

Kalau kita mengaku umat dari Allah yang Esa, Hakim yang adil dan penuh belas kasih, maka tentunya yang diharapkan dari kita adalah sikap dan sifat yang sesuai dengan pengakuan itu. Adakah orang di sekitar kita dapat melihat keadilan dan kasih Allah melalui hidup kita? Ingat bahwa penghakiman bagi dunia ini akan dimulai pertama-tama di dalam rumah tangga Allah (baca Gereja; 1Pet. 4:17).

Camkan: Siapa yang Anda sembah, Allah yang Esa atau ilah-ilah palsu, akan nyata dari sikap hidup Anda!

(0.10914865853659) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat 1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat 9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.10914865853659) (Mzm 87:1) (sh: "Warna-warni" dalam Gereja (Jumat, 30 September 2005))
"Warna-warni" dalam Gereja

"Warna-warni" dalam Gereja Saya bersyukur dan bangga terhadap gereja saya. Bukan karena gedungnya megah, bukan juga karena warganya terdiri dari orang-orang berpengaruh, berekonomi mapan, dsb. Justru saya bersyukur kepada Tuhan karena gedung gereja saya biasa-biasa saja, dan warganya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, jenjang ekonomi, suku yang berbeda.

Dalam mazmur yang termasuk salah satu mazmur Sion ini, pemazmur memaparkan bagaimana cara pandang Allah terhadap kota Sion, tempat Ia berkenan hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya. Cara pandang Allah itu juga sama dengan penilaian pemazmur tentang kondisi kota Sion pada zamannya. Kota Sion dicintai Tuhan lebih dari kota-kota lainnya di Israel sebab Allah sendiri telah memilih kota itu menjadi tempat Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Kehadiran dan kemuliaan Allah sendirilah yang membuat kota itu penuh pesona. Ia memilih Sion bukan agar Sion menghisap segala kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi agar Sion menarik bangsa-bangsa berziarah mencari Tuhan ke kota itu (ayat 4). Pancaran cahaya kemuliaan Allah yang kuat itu me-narik berbagai bangsa yang tidak mengenal Allah untuk beroleh pengenalan akan Dia dan mensyukuri fakta kemurahan-Nya itu (ayat 5-7).

Apabila kita merasa betah dan bangga akan gereja kita sebab adanya kesamaan golongan, tingkat sosial, dan hal lain yang seperti itu, kita justru sedang salah mengartikan jati diri dan panggilan Gereja. Apabila kita menjadikan pengalaman rohani kita sebagai alasan untuk memfokuskan acara-acara gerejawi kita bagi kelompok kita sendiri saja, berarti kita sudah membelokkan maksud Kristus menempatkan kita dalam dunia ini. Banggalah, dan berjuanglah agar gereja Anda penuh warna-warni golongan dan kelas dalam masyarakat sebab Injil keselamatan dalam Yesus Kristus yang tak pandang bulu itu menjadi daya tarik kuat gereja Anda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.10914865853659) (Mzm 89:1) (sh: Kasih Allah vs realitas buruk? (Minggu, 2 Oktober 2005))
Kasih Allah vs realitas buruk?

Kasih Allah vs realitas buruk? "Manusia berubah," demikian ucapan yang sering kita dengar tentang mengapa seseorang tidak seperti yang dikenal sebelumnya. Manusia bisa berubah bukan saja dalam tindak tanduknya, tetapi juga dalam pandangan dan pemahamannya tentang sesuatu. Hal yang sama pun dapat terjadi pada orang beriman. Mazmur ini unik karena berisi pujian, keluhan, permohonan, ratapan pemazmur, juga ucapan ilahi, dan doxology. Beragamnya isi mazmur ini, menunjukkan sedang terjadinya proses pengkajian ulang pemahaman pemazmur tentang hidup dan Allah.

Segala sesuatu memerlukan dasar kokoh. Pohon perlu akar, bangunan perlu fondasi, manusia dan umat Tuhan pun perlu prinsip teguh dalam menjalani proses perubahan kondisi dan pemahaman. Dalam bagian ini, beberapa hal dasar dihayati secara mendalam oleh pemazmur. Ia menyatakan komitmennya untuk mewariskan kesadaran tentang kasih setia Allah kepada generasi berikutnya, dengan jalan memaparkan perbuatan dan sifat Allah (ayat 2). Semua kesaksian, pengajaran, dan pujian tentang Tuhan bersumber pada ucapan Allah sendiri yang mencakup sifat-Nya (ayat 2-3,15-16), kemurahan-Nya (ayat 4), kedudukan-Nya terhadap alam semesta (ayat 6-7), dan semua makhluk (ayat 12-3). Bahkan kedaulatan-Nya terhadap kekuatan-kekuatan yang acap kali mengancam kesejahteraan umat-Nya (ayat 10-11). Ibarat musik, pujian pemazmur ini selang-seling antara kekaguman lembut (pianissimo) sampai kepastian menggelora (forte).

Baik sebagai individu maupun umat, kita perlu bertumbuh apalagi di tengah kehidupan yang cepat berubah dan banyak kemungkinan ini. Pertumbuhan adalah proses penuh risiko. Salah satu bagian penting dalam pertumbuhan adalah pendalaman hal-hal hakiki tentang Allah dan arti Dia bagi hidup serta dunia ini. Bertumbuhlah dalam Kristus maka kita pasti akan bertumbuh ke arah Dia.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.10914865853659) (Mzm 92:1) (sh: Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat (Sabtu, 22 Desember 2001))
Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat

Orang fasik mendapatkan laknat, orang benar mendapatkan berkat. Sama halnya dengan pengalaman penulis Mazmur 73, kita seringkali menjumpai bahwa di dunia ini ada begitu banyak orang benar yang menghadapi hal-hal yang kurang menyenangkan, bahkan menyakitkan. Ini membuat kita bertanya-tanya, "Mengapa demikian?"

Mazmur hari ini memberikan jawaban atas pertanyaan dan fakta tersebut melalui sebuah kidung yang dirancang khusus untuk dibacakan pada hari Sabat. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan ucapan syukur (ayat 2-4) karena karya Allah yang penuh kasih, baik di dalam penciptaan maupun pemeliharaan-Nya. Namun, ciptaan dan karya Allah yang sedemikian agung tidak mungkin terselami oleh orang-orang yang mengandalkan kepandaian manusia (ayat 7).

Seperti apakah maksud Allah sebenarnya? Ternyata Allah memiliki rencana yang dahsyat. Ia akan menghancurkan orang fasik pada akhirnya, meskipun mereka diizinkan untuk unjuk gigi sementara. Bagaimanapun, Tuhan akan menghukum pelaku kejahatan. Sebaliknya, orang benar yang kelihatannya justru menjadi pihak yang kalah, akan dimuliakan kembali. Bahkan pada akhirnya orang benar akan diberkati dengan limpah, tepat dengan gambaran "kurma" yang selalu berbuah lebat dan "aras Libanon" yang merupakan simbol keperkasaan dan kemuliaan. Ini mengingatkan kita pada Mazmur 1, orang benar tumbuh bagai pohon yang selalu berbuah di tepi aliran air.

Mazmur ini ditutup dengan sebuah tekad kemenangan. Orang-orang benar akan dipelihara oleh Tuhan, dan mereka yang sudah teruji imannya dapat memberikan kesaksian bahwa Allah yang setia tetap berdaulat selamanya (ayat 15-16). Mereka dapat beristirahat di dalam Dia. Ini juga satu keyakinan bahwa orang-orang benar akan menikmati hari Sabat kekal di surga, diam dalam kasih dan keadilan Allah yang abadi.

Renungkan: Anda tak perlu merasa iri pada orang-orang fasik yang kelihatannya menikmati kemakmuran. sebab pada akhirnya Tuhan akan mengadakan perhitungan dengan mereka. Jika pada saat- saat ini Anda sendiri mengalami kesusahan, nantikanlah waktu Tuhan dan percayalah pada janji penyertaan-Nya!



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA