(0.91) |
(Yak
3:13)
|
(sh: Hikmat Allah, bukan hikmat dunia (Jumat, 8 Juni 2001)) Hikmat Allah, bukan hikmat dunia
Beberapa waktu yang lalu, belum sempat hilang ketakutan
dan kecemasan kita terhadap peristiwa yang terjadi di
Kalimantan Barat, kita tersentak oleh peristiwa yang
kembali terjadi di Kalimantan Tengah. Apa sebenarnya
yang menyebabkan terjadinya pertikaian antaretnis
tersebut? Semuanya berawal dari kesombongan, iri hati,
dengki, mementingkan diri sendiri, masing-masing
menganggap diri paling benar, dan paling berhak. Bila
hal-hal ini telah bermuara dalam hati manusia maka
dapat dipastikan bahwa di sana akan terjadi kekacauan
dan segala macam perbuatan jahat! Ditambah lagi dengan
campur tangan pihak luar yang bertopeng orang
berhikmat, bukannya mendamaikan tetapi justru
memperkeruh suasana. Kita dapat menilai, hikmat seperti
apa yang berlaku di tengah-tengah kekacauan itu.
Dalam perikop ini Yakobus memaparkan tentang dua macam
hikmat, (1) hikmat yang berasal dari dunia, dan (2)
hikmat yang berasal dari Allah. Melalui pemaparan ini,
Yakobus mengingatkan bahwa orang yang berhikmat tidak
akan mendatangkan kekacauan apalagi menciptakan
perselisihan dan pertikaan di tengah-tengah masyarakat.
Mereka hidup dalam kedamaian, jauh dari perselisihan,
karena masing-masing menjalankan kehidupan sehari-
harinya dengan sikap lemah lembut. Sebaliknya, orang-
orang yang menyepelekan hikmat Allah dan berpegang pada
hikmat dunia adalah orang-orang yang jiwanya dipenuhi
kesombongan, iri hati, dengki, bertindak seolah-olah
membela kebenaran, tetapi sebenarnya memanipulasi
kebenaran! Tidak hanya itu, mereka juga hidup dalam
perselisihan, seluruh hidupnya dipenuhi oleh keinginan-
keinginan untuk berbuat jahat. Hikmat Allah menuntun
seseorang untuk memiliki kemurnian hati, menyadari akan
kebaikan-kebaikan Allah dalam hidupnya, menjadi pelaku
firman-Nya, dan menjaga hidupnya benar kehendak-Nya.
Renungkan:
Mintalah dan milikilah hikmat yang berasal dari Allah.
Hikmat-Nya bersifat murni, pendamai, peramah, penurut,
dan penuh belaskasihan. Hikmat ini pula yang akan
menuntun kita untuk memiliki cara hidup yang baik dan
dapat menyatakan perbuatan hikmat yang lahir dari
kelemahlembutan. Dengan demikian kita dimampukan
menjadi seorang juru damai pembawa kebenaran di dalam
lingkungan keluarga, kantor, kampus, dan dimana pun
kita berada.
|