Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 261 - 280 dari 2667 ayat untuk Yesus (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.35) (Luk 9:1) (sh: Siap melayani (Jumat, 30 Januari 2004))
Siap melayani

Laksana seorang prajurit yang masuk ke medan perang, seorang pelayan Injil Kerajaan Allah memerlukan persiapan bukan hanya pengetahuan tentang medan dan strategi pelayanan, tetapi juga persiapan secara fisik, mental dan spiritual. Untuk itu, ketika Yesus mengutus kedua belas murid-Nya, Yesus memberikan pembekalan agar murid-murid-Nya siap menanggung semua risiko pelayanan yang mungkin dihadapi. Beberapa persiapan penting yang perlu dimiliki seorang pelayan, termuat dalam perikop bacaan kali ini.

Pertama, menerima kuasa Allah (ayat 1-2,6). Dalam pelayanan Yesus memberitakan Injil sebelumnya Yesus melakukan banyak mukjizat. Banyak orang diselamatkan melalui pembebasan dari kuasa setan, kesembuhan dari penyakit dan peristiwa-peristiwa yang membutuhkan kuasa Allah. Untuk tujuan itulah maka Yesus memberikan kuasa-Nya kepada murid-murid-Nya.

Kedua, memprioritaskan pemberitaan Injil di atas pemenuhan kebutuhan pribadi (ayat 3-6). Yesus melarang murid-murid-Nya membebani diri dengan kebutuhan sandang, pangan dan tempat tinggal yang seolah-olah menjadi prioritas utama dalam melayani. Seorang pelayan harus terfokus pada tujuan pengutusan yaitu memberitakan Injil kerajaan Allah ke segala tempat.

Ketiga, mewaspadai intrik penguasa dunia (ayat 7-9). Herodes ingin bertemu Yesus (ayat 9). Untuk apa? Ia pernah membunuh Yohanes Pembaptis karena dendam atas teguran Yohanes padanya. Pasti keinginan Herodes untuk bertemu Yesus didasari oleh motivasi yang tidak baik.

Betapa pentingnya prajurit Kristus mempersiapkan diri dalam memasuki medan pelayanan.

Renungkan: Tanpa kuasa Yesus, pelayanan Anda dalam memberitakan Injil Kerajaan Allah hanya akan menghasilkan pengikut Anda bukan, Dia.

(0.35) (Luk 9:18) (sh: Bukan apa kata orang (Minggu, 1 Februari 2004))
Bukan apa kata orang

”Tetapi kamu, apa katamu, siapakah Aku ini?” Dengan pertanyaan ini Yesus mendesak para murid untuk memberikan jawaban berdasarkan keputusan pribadi dan keyakinan sendiri. Mengaku percaya tidak sama dengan mengulang rumusan-rumusan gereja sebagai dogma atau pengakuan iman. Mengakui berarti menjadikan isi kebenaran menjadi bagian hidup.

Dari sekian banyak murid yang ditanyakan tentang siapa Yesus sebenarnya, hanya Petrus yang menjawab dengan benar (ayat 20). Namun, di balik pengakuan yang menurut Yesus diajarkan oleh Roh Allah, tersimpan keinginan politik dalam diri Petrus yaitu bahwa Mesias akan melepaskan/membebaskan bangsa Israel (=Yahudi). Tampaknya Yesus membaca keinginan tersebut sehingga Ia melarang mereka mempublikasikan berita itu karena selain akan membuat pengharapan politis itu bertumbuh subur, itu akan membuat sulit para murid menerima bahwa Mesias harus menderita.

Hal menerima dan menolak berkaitan erat dengan konsep dan penghayatan praktis kita tentang Kristus. Artinya, ketika kita menerima dan mengakui Yesus Kristus adalah Mesias, kita pun harus menerima kenyataan bahwa Tuhan Yesus, Sang Mesias, Juruselamat yang kita imani itu harus menderita. Kita tidak hanya harus berani mengakui bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang mati tersalib, tetapi juga harus siap sedia memikul salib itu kembali.

Renungkan: Mengenal dan mengikut Yesus secara pribadi lebih dari sekadar menyetujui pandangan-pendangan dan ajaran-ajaran tentang Yesus.

(0.35) (Yoh 2:13) (sh: Kesaksian stereo: perkataan dan perbuatan (Sabtu, 29 Desember 2001))
Kesaksian stereo: perkataan dan perbuatan

Dalam teks hari ini kita melihat bagaimana Tuhan Yesus bersaksi melalui perbuatan (ayat 14-15) dan perkataan (ayat 19). Tidak dapat dikatakan perbuatan Tuhan Yesus di Bait Allah merupakan tindakan pengacauan yang memancing kerusuhan. Mengapa? Karena tidak ada reaksi yang keras dari pedagang- pedagang itu sendiri, dan juga yang terpenting, tidak ada reaksi dari tentara Romawi yang berjaga-jaga di Yerusalem. Dengan perkataan lain, tindakan Yesus dapat dilihat sebagai perbuatan religius, bukan perbuatan politik yang memancing kerusuhan massa. Bagi murid-murid, tindakan Yesus merupakan tanda yang memiliki makna lebih dalam. Dalam Injil Yohanes, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan dan memperdalam iman. Bagi yang sudah percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperdalam iman. Bagi yang belum percaya, tanda-tanda berfungsi untuk memperkenalkan iman. Tanda-tanda adalah semua kesaksian Yesus dalam bentuk perkataan dan perbuatan. Benar bahwa peristiwa di Bait Allah ini tidak murid-murid pahami sebelum kebangkitan. Tetapi, setelah kebangkitan Yesus, mereka memahami perbuatan Yesus tersebut sebagai penggenapan nubuat PL (ayat 17, 22). Secara khusus, dalam ayat 22 dikatakan bahwa perbuatan Yesus di Bait Allah dan perkataan- Nya pada para pemimpin agama membuat iman murid-murid bertumbuh. Kitab suci dan perkataan Yesus yang disejajarkan merupakan sumber pertumbuhan iman. Sedikit pun tidak ada keraguan di antara para murid untuk menyetarakan otoritas perkataan Yesus dan Kitab Suci.

Orang banyak dikatakan percaya pada Yesus karena tanda-tanda yang dibuat-Nya. Berbeda dengan 1:35-51, ketika orang-orang datang kepada Yesus secara perorangan, maka dalam 2:23-25, orang- orang per-caya pada Yesus secara massal. Baik secara perorangan maupun secara massal, Yesus tetap mengenal mereka yang percaya pada-Nya (ayat 1:42, 47, 48). Kesemuanya ini menunjukkan kepada kita bahwa Yesus yang kita sembah mengenal kita lebih daripada kita mengenal diri sendiri.

Renungkan: Keselarasan perkataan dan perbuatan kita setiap hari, sebagai cerminan persekutuan kita dengan Yesus, adalah melodi yang indah di telinga orang-orang yang belum mengenal Kristus.

(0.35) (Yoh 3:1) (sh: Iman vs moralisme (Minggu, 30 Desember 2001))
Iman vs moralisme

Kepada orang yang memiliki moral dan etika yang tinggi, berita kesaksian tetap sama. Semua manusia harus percaya pada Yesus. Dalam 1:12-13 telah dijelaskan bahwa percaya pada Yesus identik dengan dilahirkan dari atas. Ketika berbicara dengan Nikodemus, Tuhan Yesus mengundangnya untuk percaya pada-Nya. Ia menekankan pentingnya dilahirkan dari atas. Nikodemus adalah orang yang saleh dan bermoral tinggi. Ia seorang tokoh agama. Yesus juga menerima kenyataan ketokohan Nikodemus di dalam masyarakat (ayat 10). Terhadap orang yang bermoral tinggi seperti Nikodemus, Yesus menegaskan keharusan dilahirkan dari atas. Dalam ayat 3, 5, 7, 11 Yesus menegaskan bahwa kelahiran dari atas merupakan keharusan mutlak. Dan ini berlaku universal, artinya kepada semua orang dan semua suku bangsa, tanpa memperhatikan gender atau usia (ayat 8).

Tanpa dilahirkan dari atas tidak mungkin manusia melihat Kerajaan Allah (ayat 3, 5). Kesalehan dan moral tinggi tidak dapat membawa manusia melihat Kerajaan Allah. Bagaimana dilahirkan dari atas? Dalam ayat 12, Yesus menegaskan kaitan kelahiran dari atas dengan percaya pada-Nya. Dalam 1:13, istilah dilahirkan dari atas diganti dengan istilah dilahirkan dari Allah. Kedua istilah tersebut sama maknanya. Hubungan percaya dan dilahirkan dari Allah terlihat jelas dalam 1:12-13.

Renungkan: Tidak perlu mengubah berita keselamatan ketika berhadapan dengan orang yang memiliki moral tinggi dan kehidupan yang sangat saleh. Semua harus percaya pada Yesus. Tanpa iman pada-Nya, tidak mungkin seseorang melihat Kerajaan Allah. Percaya pada Yesus bersifat mutlak.

PA 8:Yohanes 2:12-25

Keajaiban yang muncul di depan mata kita dengan kuat akan menyeret kita ke dalam berbagai perasaan yang diliputi kekaguman. Ia memiliki daya tarik yang sedemikian kuat, sehingga tanpa sadar membuat kita tercengang, terperanjat, dan terus mengikutinya. Demikian halnya dengan mukjizat- mukjizat yang dilakukan Yesus. Mukjizat-mukjizat itu menjadi daya tarik yang sedemikian besar pada masa itu. Namun, mukjizat-mukjizat itu bukanlah fokus utama yang menjadi sorotan Tuhan. Melalui tindakan-Nya yang radikal pada perikop ini, kita dapat melihat beberapa hal yang ditekankan-Nya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apakah yang dilakukan-Nya di Bait Allah? Kapankah hal itu dilakukan-Nya? Mengapa Ia melakukan-Nya? Dan apakah yang menjadi perhatian-Nya (ayat 13-16)? Apakah yang seharusnya menjadi perhatian kita?

2. Hal apakah yang diingat para murid melalui peristiwa ini (ayat 17)? Hal apakah yang diingat para murid setelah Yesus bangkit dari antara orang mati? Apakah yang menuntun mereka pada iman (ayat 22)? Bandingkan iman mereka dengan iman banyak orang yang telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus! Iman seperti apakah yang dimiliki para murid?

3. Atas dasar apakah iman Anda seharusnya dibangun? Bagaimanakah peranan firman Tuhan dapat menuntun pertumbuhan iman Anda? Bagaimana Anda dapat meningkatkan ingatan Anda terhadap firman Tuhan?

4. Apakah tanda mukjizat Yesus yang menjadi bukti dari otoritas perkataan dan perbuatan-Nya (ayat 19-21)? Adakah Anda menyadari bahwa sebagai Kristen, Anda telah menerima dan menikmati hasil dari tanda mukjizat Kristus yang terbesar? Adakah Anda merasa kagum dengannya? Bagaimanakah Anda menyatakan rasa syukur atas karya Kristus ini?

5. Apa yang dimaksud dengan kalimat "Tetapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka"? Bagaimanakah Anda tahu bahwa Yesus mempercayakan diri-Nya kepada Anda?

(0.35) (Yoh 4:27) (sh: Menyaksikan Yesus (Kamis, 3 Januari 2002))
Menyaksikan Yesus

Perempuan Samaria yang telah bertemu dan mengenal Mesias segera menyaksikan imannya. Ia tidak lagi merasa tidak berharga dan tidak berarti di dalam masyarakat. Ia tidak malu dan takut lagi berjumpa orang banyak. Ia tidak merasa lagi perlu menghindari mereka. Perjumpaan dengan Mesias telah mengubah hidupnya. Perempuan itu sekarang telah menjadi manusia seutuhnya. Ia merasa bahwa ia harus menyampaikan kepada masyarakat tempat ia berada bahwa ia telah mengenal Mesias. Imannya kepada Yesus mendorongnya untuk bersaksi tentang Yesus (ayat 29).

Kesaksian perempuan Samaria ini efektif sekali, sehingga banyak warga kota tertarik oleh perkataannya. Bahkan sesudah mendengar kesaksian tersebut mereka ingin melihat dan bertemu dengan Tuhan Yesus (ayat 30). Hal yang luar biasa lagi ialah kesaksian perempuan Samaria itu membawa banyakarga Samaria menjadi percaya kepada Tuhan Yesus (ayat 39). Mereka bahkan mendesak Tuhan Yesus untuk tinggal bersama mereka karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Selama dua hari Tuhan Yesus tinggal bersama mereka dan mengajar mereka (ayat 40). Banyak lagi orang yang menjadi percaya dan diperdalam imannya (ayat 41). Ucapan yang luar biasa muncul dari mulut warga Samaria sebagai akibat pengenalan mereka yang semakin dalam terhadap Tuhan Yesus. Mereka mengenal Yesus sebagai Juruselamat dunia (ayat 42).

Yesus adalah Juruselamat, bukannya guru selamat. Ia bukan mengajarkan bagaimana supaya selamat. Ia sendirilah keselamatan itu. Warga Samaria tahu bahwa keselamatan tidak hanya berlaku bagi warga Yahudi atau Samaria saja, melainkan bagi semua suku bangsa di dunia. Pernyataan ini benar-benar merupakan pengakuan iman yang mengandung makna teologis yang luar biasa. Mengapa? Karena murid-murid pun belum sampai pada pengenalan sedalam itu. Mereka belum mengenal bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Dalam ayat 32-38, Yesus menjelaskan kepada murid-murid bahwa merupakan kehendak Allah agar keselamatan disampaikan di luar Israel. Lalu Tuhan Yesus mengajar dan mendorong mereka untuk terlibat dalam misi kepada seluruh suku bangsa (ayat 35-38).

Renungkan: Perjumpaan sejati dengan Yesus tidak bisa tidak segera menampakkan diri dalam bentuk kesaksian hidup bagi-Nya.

(0.35) (Yoh 4:43) (sh: Ditolak di negeri sendiri (Selasa, 05 Januari 1999))
Ditolak di negeri sendiri

Peristiwa yang terjadi di Samaria sangat bertolak belakang dengan peristiwa di Yudea. Dapat kita bayangkan, di negeri-Nya sendiri Ia ditolak, sebaliknya di Samaria, yang penduduknya dianggap kafir oleh orang-orang Yahudi, Yesus disambut dengan spontan dan semarak. Menakjubkan sekali, karena justru di Samaria Yesus diterima, diperlakukan layak dan memenangkan jiwa.

Percaya karena mukjizat. Kedatangan Yesus di Galilea, tepatnya di Kana (ayat 46), pasti mengundang minat orang banyak oleh karena mukjizat pertama yang dibuat-Nya (Yoh. 2). Kali ini mukjizat kesembuhan terjadi pada keluarga salah seorang pegawai istana (ayat 47-52). Yang menarik kita gali dari pengalaman pegawai istana ini adalah: a). menaruh harapan pada Yesus (ayat 47); b). mengikuti perkembangan dan membuktikan tindakan Yesus (ayat 52-53a); dan c). seluruh keluarganya percaya pada Yesus (ayat 53b).

Renungkan: Sewaktu kita meminta sesuatu pada Yesus, apakah kita mengikuti perkembangan tindakan Yesus? Kadang-kadang kita telah menerima apa yang kita minta tapi tidak menyadarinya. Orang ini percaya kepada mukjizat, masihkah kita bisa percaya akan campur tangan Allah walaupun tidak melihat mukjizat apa-apa?

Doa: Tuhan Yesus ampunilah kami, karena kami sering mengabaikan Engkau dalam kehidupan kami.

(0.35) (Yoh 5:1) (sh: Yesus dan Hukum Taurat (Rabu, 06 Januari 1999))
Yesus dan Hukum Taurat

Hari ini kita melihat sebuah adegan baru. Bukan melulu mukjizat yang dibuat Yesus, namun dampak dari perbuatan-Nya. Yesus kini harus berhadapan dengan orrang Yahudi.

Tuduhan yang keliru. Di kalangan orang Yahudi, melakukan pekerjaan di hari sabat tidak dibenarkan. Lepas dari apa yang dipersoalkan, kita melihat bahwa tuduhan mereka terhadap Yesus ternyata keliru. Yesus tidak pernah bermaksud untuk meniadakan hari Sabat seperti yang dituduhkan kepada-Nya (ayat 18).

Pemahaman keliru tentang Sabat. Sabat diadakan bukan untuk menyusahkan, tetapi agar menjadi berkat. Orang Yahudi menambahkan banyak peraturan tentang Sabat yang pada awalnya tidak demikian, lalu akhirnya menyusahkan mereka sendiri.

Yesus adalah Tuhan atas Sabat. Di sini kita melihat bahwa Yesus bebas untuk melakukan aksi-Nya (ayat 17), apalagi yang diperbuat-Nya itu adalah perbuatan yang baik. Dia bukan pelanggar hukum Sabat. Di mana wewenang-Nya? Wewenang-Nya ada pada diri-Nya sendiri, sebab Ia adalah Tuhan atas segalanya termasuk Sabat.

Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur untuk setiap hari yang Engkau beri untuk kami lalui.

(0.35) (Yoh 6:60) (sh: Kebenaran menyaring iman (Sabtu, 12 Januari 2002))
Kebenaran menyaring iman

Murid-murid-Nya juga sulit menerima bahwa Yesus adalah Allah dan kematian-Nya berdampak bagi keselamatan dunia. Istilah murid-murid dalam ayat 60 jelas tidak hanya terbatas pada 12 orang murid. Kedua kenyataan ini merupakan ganjalan bagi beberapa murid untuk percaya kepada Yesus (ayat 60). Tetapi, Yesus menegaskan bahwa Ia datang dari surga (ayat 62). Beberapa murid pergi meninggalkan-Nya (ayat 66). Namun demikian, ada murid-murid yang tetap percaya kepada-Nya. Malah iman mereka diperdalam melalui peristiwa ini. Murid-murid yang diwakili oleh Petrus menyatakan iman-Nya kepada Yesus.

Dalam masa yang sangat kritis ketika sebagian dari murid-murid meninggalkan Yesus, Petrus dengan tegas dan terbuka menegaskan iman-Nya. Petrus menyatakan iman-Nya dalam kaitan dengan akibatnya, yakni memiliki hidup kekal. Barangsiapa yang percaya kepada Yesus memperoleh hidup kekal. Dengan demikian, pernyataan Petrus mengindikasikan bahwa ia telah percaya kepada Yesus. Maka, pernyataan Petrus dalam peristiwa ini bukanlah momen lahirnya iman, melainkan merupakan momen pendalaman iman (ayat 69). Petrus semakin mengenal Yesus lebih dalam lagi. Pernyataan Petrus yang mengungkapkan bahwa imannya semakin dalam terlihat dari istilah Yang Kudus dari Allah yang ditujukan Petrus kepada Yesus. Mengapa? Dalam kesaksian-Nya di sinagoge di Kapernaum, Tuhan Yesus mengutip kitab nabi Yesaya 54:13. Dalam Yesaya 54:5, istilah Yang Kudus dari Israel muncul. Mungkin inilah yang menjadi dasar yang dipakai Petrus. Istilah Yang Kudus dari Israel merupakan tema dominan dalam kitab Yesaya (misalnya terdapat pada 1:4; 5:19,24; 10:20; 12:6; 17:7; 55:5). Istilah ini dalam kitab Yesaya jelas sekali dipakai untuk menunjuk kepada Allah. Jika Petrus mengenakan istilah ini kepada Yesus, maka dapat dikatakan karena Petrus menyadari Yesus adalah Allah. Dari sini dapat disimpulkan bahwa berbagai kesaksian Yesus melalui perkataan dan perbuatan telah membawa Petrus sampai ke satu titik puncak iman bahwa Yesus adalah Allah.

Renungkan: Ketika Yesus dinyatakan sebagai manusia akan banyak manusia yang setuju. Tetapi, ketika Yesus menuntut bahwa Ia adalah Allah maka akan sedikit manusia yang setuju.

(0.35) (Yoh 7:25) (sh: Mengetahui namun tidak mengenal (Sabtu, 16 Januari 1999))
Mengetahui namun tidak mengenal

Kebanyakan orang Yahudi pada masa itu, beranggapan bahwa mereka mengetahui asal-usul Tuhan Yesus tetapi darimana asal-Nya mereka tidak tahu (27). Itulah sebabnya mereka menolak untuk percaya kepada Tuhan Yesus. Padahal sebenarnya pengetahuan mereka tentang asal-usul Tuhan Yesus itu pun tidak benar. Mereka tidak mengetahui bahwa Tuhan Yesus diutus oleh Bapa-Nya. Begitu banyak orang dari masa ke masa mempunyai pengetahuan yang salah tentang Tuhan Yesus. Akibatnya mereka tidak mengenal dan tidak percaya kepada-Nya. Betapa menyedihkan!

Mencari namun tidak menemukan. Kecemasan mulai timbul ketika Tuhan Yesus mengatakan akan datang saatnya, mereka akan mencari Dia, namun tidak menemukan-Nya. Kehadiran Yesus sebagai manusia di dunia tidak untuk selamaNya, karena Dia akan kembali kepada Bapa di surga, setelah menyelesaikan misi-Nya sebagai Juruselamat. Bila kita tidak sungguh rindu mengenal Dia dalam kebenaran-Nya, akan datang saatnya, kita tidak lagi dapat menemukan Dia. Karena itu carilah Tuhan, selama dia berkenan di temui (bdk. Yes. 55:6)

Renungkan: Apakah saya sudah mengenal dan bertemu Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saya sejati?

Doa: Tuhan Yesus, kami rindu mengenal-Mu dengan sesungguhnya.

(0.35) (Yoh 12:12) (sh: Yesus Raja Israel (Kamis, 25 Februari 1999))
Yesus Raja Israel

Kebiasaan orang Yahudi bila kedatangan seorang raja adalah menyambutnya dengan elu-eluan daun-daun palem. Apa yang mendorong mereka memperlakukan Yesus sebagai Raja Israel? Mereka telah melihat betapa kuasa Yesus telah membangkitkan Lazarus dan melakukan mujizat lain. Mereka mengira bahwa Yesus yang penuh kuasa ini adalah raja yang telah lama dinantikan dan yang akan tampil sebagai pemimpin bangsa Yahudi.

Yesus, Raja seluruh dunia. Motivasi penyambutan orang-orang itu berbeda dengan motivasi kedatangan Yesus. Yesus tidak datang dengan tujuan untuk menjadi raja Israel yang penuh dngan kekuasaan dan kemenangan di medan peperangan. Kedatangan-Nya ke Yerusalem justru untuk mengawali kesengsaraan, yang akan mencapai puncak pada kematian-Nya di kayu salib. Kesengsaraan yang akan membawa keselamatan bukan hanya bagi orang Israel, tetapi bagi seluruh dunia.

Renungkan: Kadangkala motivasi kita menyambut Kristus sering tidak sejalan dengan motivasi kedatangan-Nya untuk dunia ini. Periksalah ulang motivasi Anda menyambut Kristus, karena ungkapan syukurkah?

Doa: Tuhan Yesus, Engkaulah Raja kami yang sejati, yang memberikan kebebasan kekal yang kami perlukan dalam kehidupan kami.

(0.35) (Yoh 17:6) (sh: Mendoakan milik Allah (Sabtu, 23 Maret 2002))
Mendoakan milik Allah

Yesus kini mendoakan para murid-Nya. Ia menyebut para murid-Nya sebagai milik Allah (ayat 6), juga milik-Nya (ayat 7). Mereka adalah milik Bapa sebab Bapa sendiri yang telah memberikan mereka kepada Yesus. Mereka adalah milik Bapa dan milik Yesus (ayat 10) sebab mereka mengenal Bapa melalui firman yang Yesus nyatakan kepada mereka tentang Bapa (ayat 6). Kepemilikan ganda ini terbukti di dalam iman mereka bahwa Yesus datang dari Bapa dan di dalam ketaatan mereka kepada firman Allah (ayat 8,6). Di dalam doa yang sangat padat ini terbentang jalinan indah berbagai kebenaran tentang pemilihan Allah atas orang percaya, penyelamatan Yesus atas umat pilihan-Nya, penerimaan firman oleh orang beriman, dan ketaatan mereka. Penyelamatan sudah mulai dari rencana kekal Allah, diwujudkan dalam karya penebusan Kristus, menjadi efektif oleh karena penerimaan iman yang taat pada diri orang percaya.

Yesus mendoakan para murid-Nya karena Ia akan segera meninggalkan dunia sementara mereka masih tinggal dalam dunia ini. “Dunia” di sini jelas tidak sekadar menunjuk pada lokasi, tetapi sekaligus pada keadaannya yang menentang firman dan memusuhi para pengikut Yesus (ayat 14). Yesus tahu bahwa para pengikut-Nya akan dimusuhi dunia tepat seperti yang Ia sendiri terima. Yesus tidak saja ingin agar mereka terpelihara dari yang jahat (ayat 11,15), tetapi Ia pun ingin agar mereka bersatu (ayat 11) dan penuh sukacita (ayat 13). Rencana Allah dan kepemilikan ganda atas para pengikut Yesus akan selalu mengalami serangan dari dunia yang jahat ini, namun doa Yesus menjamin bahwa mereka akan terpelihara.

Pemeliharaan itu bukan dengan cara meluputkan mereka dari bahaya, dengan mengeluarkan mereka dari dunia (ayat 15). Pemeliharaan yang dimaksud adalah pengudusan. Para murid Yesus, seperti halnya Yesus sendiri, tetap masih harus mengalami bahaya-bahaya dari dunia ini, tetapi mereka akan dikuduskan. Kudus mengandung arti ganda. Pertama, menunjuk pada kepemilikan Allah dan Yesus atas para murid-Nya. Kedua, menunjuk pada proses pengudusan hidup oleh kebenaran firman agar mereka hidup benar di dalamnya.

Renungkan: Jaminan bagi orang beriman sama seperti pengalaman Yesus: bukan diluputkan dari salib, tetapi dibangkitkan dari kematian.

(0.34) (Mat 9:9) (sh: Yesus memang beda (Selasa, 23 Januari 2001))
Yesus memang beda

Zaman Kerajaan Romawi, orang kaya mengikuti lelang untuk menjadi pemungut cukai. Modal yang sudah dikeluarkan untuk memenangkan lelang akan kembali dengan jalan menarik cukai lebih tinggi dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Dalam PB mereka dianggap pengkhianat bangsa dan penindas orang miskin.

Matius adalah pemungut cukai kelas tinggi karena rumahnya dapat menampung banyak orang. Bagi masyarakat Yahudi, Matius adalah pendosa besar. Tapi mengapa Yesus mengundangnya untuk menjadi pengikut-Nya? Bagaimana mungkin seorang pemungut cukai besar dapat bertobat secara tiba-tiba setelah mendengar undangan dari Yesus? Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan atas segalanya. Mukjizat penyembuhan bukan hanya 'penyembuhan' fisik namun juga rohani. Pengampunan dosa yang Ia berikan sungguh-sungguh berasal dari Allah karena memampukan Matius untuk meninggalkan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan sangat besar. Responsnya mendemonstrasikan kekuatan pengampunan Yesus.

Penyembuhan dan pengampunan dosa yang dikerjakan Yesus menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang menyaksikan karena semua itu tidak sesuai dengan doktrin agama yang mereka kenal. Bahkan murid Yohanes juga mempertanyakan perihal puasa yang tidak dilakukan oleh Yesus dan murid-murid- Nya. Yesus menjawabnya dengan 2 ilustrasi yang berasal dari kehidupan sehari-hari (ayat 16-17). Kedua ilustrasi ini memperingatkan orang-orang yang mengikuti dan melihat-Nya agar tidak mencoba memasukkan Yesus dan ajaran-Nya ke dalam kategori yang sudah mereka kenal, khususnya ajaran Yudaisme abad pertama. Yesus mempunyai hak untuk mendefinisikan pola berpikir dan cara hidup yang baru di dalam Kerajaan yang sedang Ia dirikan.

Renungkan: Peringatan Yesus ini juga berlaku bagi kita. Kita harus berhati-hati agar tidak memaksakan ajaran-ajaran Yesus ke dalam pola berpikir kita, karena Ia adalah Tuhan. Ia mempunyai hak mutlak untuk menentukan cara hidup kita. Jangan pernah mencoba memaksakan ajaran Yesus agar sesuai dengan prasangka-prasangka yang kita miliki. Marilah kita tunduk kepada-Nya, membuka hati dan pikiran, agar pengajaran Yesus menyatakan kepada kita jalan dan cara yang baru untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.

(0.34) (Mat 12:38) (sh: Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati (Sabtu, 3 Februari 2001))
Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati

Masih perlukah tanda bagi ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak mau percaya kepada Yesus? Banyak tanda dan mukjizat telah dibuat Yesus, namun ternyata hati mereka semakin keras membatu. Mereka menganggap diri paling benar, sehingga mereka senantiasa menjebak Yesus untuk mencari kesalahan- Nya.

Saat itu mereka memanggil Yesus sebagai Guru (Rabbi), suatu panggilan awal yang sopan untuk menyelubungi maksud yang jahat. Mereka senantiasa mencari cara yang mereka anggap paling jitu untuk menjebak Yesus. Dalam bacaan ini, mereka meminta tanda dan bukan mukjizat, karena tanda merupakan pengesahan yang bersifat illahi. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak mungkin memberikan tanda karena Ia adalah manusia biasa, anak seorang tukang kayu. Mereka berharap ketika Yesus tidak mampu memberikan tanda, maka terbukti bahwa apa yang dikatakan-Nya selama ini tidak benar. Bagaimana respons Yesus? Ternyata Yesus tidak terpancing dengan tantangan mereka, Ia tidak membuktikan Keillahian-Nya dengan cara manusia, tetapi dengan kuasa Illahi Ia menyingkapkan siapa mereka dan siapa Diri-Nya.

Dengan kata-kata sangat keras dan pedas Yesus menegur mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia, karena mereka tidak mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Kepada mereka Yesus tidak menunjukkan tanda yang spektakuler, tetapi Ia memfokuskan kepada misi kedatangan Anak Manusia ke dunia, seperti tanda nabi Yunus. Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena sebutan Kemanusiaan-Nya inilah yang diterima mereka. Namun Yesus jauh melebihi nabi Yunus. Orang-orang Niniwe bertobat karena pemberitaan Yunus, tetapi orang- orang yang mendengar dan mau percaya, bertobat, karena Ia sendiri jalan keselamatan itu. Kemudian Yesus mengkaitkannya dengan kedatangan ratu Syeba dari ujung bumi untuk melihat keagungan dan kekayaan raja Salomo. Ia jauh melebihi Salomo, karena itu banyak orang dari segala penjuru akan datang kepada-Nya untuk mendapatkan keselamatan daripada-Nya.

Renungkan: Tanda apa pun tidak dibutuhkan bagi orang yang mengeraskan hati kepada kebenaran-Nya. Hanya hati yang mau terbuka yang akan melihat bahwa segala perbuatan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah Mesias sejati.

(0.34) (Mat 16:1) (sh: Pemahaman yang statis (Rabu, 14 Februari 2001))
Pemahaman yang statis

Orang yang merasa dirinya paling benar, sulit menerima pendapat orang lain, sehingga ia tidak pernah memberi kesempatan bagi dirinya untuk berpikir bahwa ada kemungkinan ia salah. Kesalahan demi kesalahan menjadikan dia hidup dalam dunianya sendiri, karena ia mengisolirkan dirinya dari kebenaran yang ada. Demikianlah dengan orang Farisi yang selalu menganggap diri paling benar. Bila ada yang tidak sependapat atau setingkahlaku dengan mereka, dengan segala usaha mereka berusaha menyingkirkan musuhnya.

Orang Farisi selalu mencari sekutu untuk menyingkirkan Yesus. Kali ini mereka bersekutu dengan orang Saduki untuk mencobai Yesus dengan topik yang sama, yakni meminta Yesus membuat tanda dari surga. Tanda dinyatakan agar seorang memiliki iman kepada-Nya dan bukan sebagai ajang pembuktian diri Yesus. Mereka hanya mengakui Yesus sebagai anak tukang kayu, tidak lebih dari itu. Analogi yang digunakan Yesus untuk menjawab mereka (ayat 2- 3) seharusnya membuat mereka celik dan melihat perbuatan-perbuatan Yesus yang sesuai dengan nubuat nabi-nabi. Tanpa tanda yang diminta mereka pun, bila mereka mau terbuka kepada kebenaran yang dinyatakan dalam berbagai cara, seharusnya mereka percaya karena melihat kebenaran-Nya. jadi masalahnya bukan pada tanda sebagai bukti tetapi kebebalan hati mereka yang menghalangi mereka untuk percaya (ayat 4).

Mengingat betapa berbahayanya pengaruh orang-orang Farisi dan Saduki, maka Yesus memperingatkan murid- murid-Nya agar waspada terhadap ajaran mereka. Namun murid-murid-Nya memiliki pemahaman yang statis, artinya dari dulu hingga saat itu tidak berubah. Seharusnya mereka tidak lagi menghubungkan peringatan ini dengan hal jasmani, karena dua mukjizat yang Yesus lakukan (ayat 14:13- 21; 15:32-39) jelas membuktikan bahwa Yesus sanggup memenuhi kebutuhan tersebut. Betapa lambannya mereka untuk mengerti karena pengalaman mereka bersama Yesus tidak membuat pengenalan dan pemahaman mereka akan Yesus bertambah. Yesus menegur dengan keras sikap mereka ini (ayat 8, 11).

Renungkan: pemahaman yang statis karena kebebalan hati akan menghalangi seseorang untuk beriman kepada Yesus dan kelambanan untuk mengerti akan menghambat seseorang memiliki pertumbuhan iman kepada Yesus.

(0.34) (Mat 4:1) (sh: Strategi menghadapi tawaran Iblis (Kamis, 30 Desember 2004))
Strategi menghadapi tawaran Iblis

Jika Anda ditawari untuk memiliki segalanya di dunia ini, tetapi kehilangan nyawa. Apakah Anda bersedia?

Tuhan Yesus pun mengalami tawaran yang berasal dari Iblis. Tawaran Iblis ditujukan kepada Yesus dengan tujuan menggagalkan misi Yesus untuk mengorbankan diri-Nya bagi penebusan dosa manusia. Iblis memakai kesempatan pada saat Yesus lapar setelah berpuasa untuk mengajukan tawarannya (ayat 2). Iblis mengira jika Yesus lapar maka Ia akan melakukan tindakan yang Iblis harapkan, yang dapat dimanfaatkan Iblis sebagai "pintu" penaklukan Iblis terhadap diri Yesus. Oleh karena itu, Iblis melancarkan tiga kali penawaran yang dibalut tampilan menyenangkan. Pertama, penawaran kebutuhan jasmani yang masuk melalui kebutuhan hidup Yesus (ayat 3). Kedua, penawaran untuk demonstrasi kekuasaan Yesus kepada dunia (ayat 5-6). Ketiga, penawaran peralihan kepemilikan dunia dari Iblis kepada Yesus (ayat 8-9). Ketiga penawaran Iblis itu dipatahkan Yesus dengan mengutip firman Tuhan yang dilandasi atas kebergantungan mutlak kepada Bapa-Nya (ayat 4, 7, 10). Jawaban Yesus kepada tiga penawaran Iblis itu memiliki tingkatan yang berbeda yaitu ay. 4 mengutip firman Tuhan; ay. 7 mengutip firman Tuhan sekaligus dengan tegas menyatakan identitas diri-Nya; ay. 10 dengan firman Tuhan menghardik Iblis dengan keras untuk menjauh dari-Nya!

Setiap hari kita dihadapkan berbagai tawaran yang terlihat menarik, tetapi ternyata menyesatkan. Tawaran seperti ini sulit ditanggulangi jika kita mengandalkan kekuatan diri sendiri dan melupakan Tuhan yang sanggup memberikan jalan keluar (ayat 1Kor. 10:13). Biasanya tawaran ini diselubungi atau pun disamarkan dalam bentuk yang indah, ajaran filsafat duniawi, gaya hidup bebas, kesempatan yang menarik, kebutuhan hidup, kegiatan rohani, dll. Apakah setiap tawaran harus ditolak? Tergantung tujuannya. Apakah sesuai dengan firman Tuhan? Bagaimana menyiasatinya? Mengenali tujuan setiap tawaran, lalu memakai kebenaran firman Tuhan dengan disertai sikap tegas menolaknya.

Renungkan: Kalahkan Iblis dengan berpegang pada firman Tuhan.

(0.34) (Mat 8:1) (sh: Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005))
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?

Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.

Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.

Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.

Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.

(0.34) (Mat 8:18) (sh: Setia belum tentu percaya, betulkah? (Minggu, 21 Januari 2001))
Setia belum tentu percaya, betulkah?

Mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus menarik orang banyak menjadi pengikut-Nya. Namun kerinduan 2 orang yang ingin mengikuti Yesus dan reaksi murid- murid-Nya ketika mereka diserang angin ribut, mengajarkan kepada kita bahwa pengikut Kristus adalah orang-orang yang setia kepada-Nya dan berani menembus badai bersama-Nya.

Seorang ahli Taurat menyatakan keinginannya mengikut Yesus kemana pun Ia pergi. Ketika Yesus mengatakan bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya, ia mengurungkan niatnya, sebab ia tidak rela hidup seperti Yesus dimana pengharapannya tidak terletak pada apa yang diberikan dunia. Kedua, pemuda yang mohon izin terlebih dahulu untuk menguburkan ayahnya, baru mengikut-Nya. Dalam ajaran Yudaisme, jenazah dikuburkan pada hari kematian. Pemuda ini ingin menunaikan kewajibannya untuk tinggal bersama ayahnya hingga ayahnya meninggal. Yesus mengajarkan bahwa kesetiaannya kepada orang-tua tidak boleh melebihi kesetiaannya kepada Yesus. Pengajaran ini juga ditujukan kepada kita. Allah sudah memberkati kita, namun baik harta maupun hubungan yang kita miliki dengan sesama tidak boleh menjadi lebih penting dibandingkan melayani- Nya.

Murid-murid-Nya tetap menjadi pengikut-Nya walau telah mendengar tuntutan kesetiaan penuh itu. Namun ketika mereka sedang di dalam perahu bersama Yesus diserang ombak dan badai besar, mereka menjadi takut. Mereka melihat bahwa kekuatan alam lebih besar daripada Yesus, maka mereka berteriak: "Kita binasa" yang berarti Yesus pun akan ditelan alam. Yesus marah melihat ketakutan mereka.

Renungkan: Kesetiaan kita harus dibuktikan pula dengan keberanian dan ketegaran ketika serangan dan ancaman yang melebihi kekuatan kita akan melumat kita.

Bacaan untuk Minggu Epifania 3

Yunus 3:1-5, 10

I Korintus 7:29-31

Markus 1:14-22

Mazmur 62:5-12

Lagu: Kidung Jemaat 446

PA 3 Matius 6:19-34

Hidup di Indonesia setelah tahun 1998 adalah hidup yang penuh kekuatiran. Kekuatiran mulai dari hal keselamatan hingga ekonomi. Berita tentang demonstrasi, tawuran, hingga peledakan gedung hampir selalu mengisi media massa. Belum lagi berita kenaikan harga BBM, listrik, gas, dan sembako. Semuanya itu membuat orang selalu kuatir tidak terkecuali Kristen. Haruskah Kristen juga hidup dalam kekuatiran? Apakah kuatir itu? Bagaimana menghentikan kekuatiran?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa yang harus murid-murid Yesus lakukan (ayat 19-20)? Apa seharusnya pandangan kita tentang nilai harta di bumi dan harta di surga (ayat 19)? Jika demikian, apakah Yesus melarang Kristen bekerja dan mencari untung? Jelaskan! Apa makna mengumpulkan harta di surga? Mengapa penilaian tentang harta sangat penting (ayat 21)?

2. Apa fungsi mata bagi manusia? Bagaimana jika manusia berjalan dengan fokus penglihatan bercabang? Demikian pula apa yang akan terjadi dengan hidup kita jika fokus kita bercabang dua antara harta di bumi dan harta di surga (ayat 21-22)?

3. Bagaimana seharusnya pengabdian kita kepada Allah (ayat 24)? Mengapa tidak dapat mengabdi kepada keduanya? Beri contoh!

4. Berdasarkan kebenaran dari pertanyaan no 3, mengapa kita dilarang kuatir (ayat 25)? Apa yang terkandung dalam pengertian kuatir? Dalam ayat ini Yesus mengajarkan tentang sikap yang tidak terfokus kepada harta. Setujukah Anda? Jelaskan!

5. Apa yang diajarkan oleh Yesus tentang percaya kepada Allah (ayat 26, 28-30) dan tentang kesia-siaan kekuatiran (ayat 27)? Jika demikian, bagaimana seharusnya sikap kita dalam menjalani hidup (ayat 31)?

6. Apa prioritas utama murid-murid-Nya (ayat 33)? Kata 'dahulu', apakah berarti yang pertama atau yang paling penting? Jelaskan! Apa yang dimaksud dengan Kerajaan Allah? Apa yang akan ditambahkan kemudian? Selain jangan kuatir, prinsip apa lagi yang ingin diajarkan oleh Yesus dalam ayat 34?

7. Saat ini apakah yang menjadi kekuatiran Anda? Bagaimanakah kebenaran di atas menolong Anda untuk berhenti kuatir? Apa yang harus Anda cari dahulu atau prioritaskan dalam kehidupan Anda?

(0.34) (Mat 8:18) (sh: Mengikut, percaya, motifnya apa? (Selasa, 18 Januari 2005))
Mengikut, percaya, motifnya apa?

Beberapa peristiwa yang berurutan dicatat Matius dalam perikop ini. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa pesannya masih menyambung perikop yang kita renungkan kemarin. Perikop ini mencatat peristiwa yang kembali menyangkut mukjizat (ayat 23-27), didahului oleh percakapan soal arti dan syarat mengikut Yesus (ayat 18-22). Jadi, peristiwa mukjizat itu adalah dalam rangka mengajar kita tentang arti mengikut Yesus.

Dua macam sikap orang dan dua macam respons Yesus tentang orang yang mengikut Dia, muncul dalam peristiwa pertama. Kepada yang ingin mengikut Dia, dengan tegas Yesus memintanya memperhitungkan konsekuensi menderita bersama Dia (ayat 20). Jangan mengira dengan mengikut Yesus ia akan mendapat keuntungan besar. Kemungkinan besar motivasi ahli Taurat ini justru mencari pengaruh sosial melalui Yesus. Kepada murid-Nya sendiri yang perhatiannya terbagi dua oleh urusan keluarga, Yesus menuntut sikap mendahulukan-Nya di atas semua urusan lain (ayat 22).

Melalui peristiwa ini kita disadarkan bahwa mengikut dan percaya Yesus secara mutlak tanpa motivasi salah adalah hal yang patut kita berikan kepada Yesus. Ia sungguh patut menerima ketaatan dan kesetiaan mutlak itu sebab Ia adalah Tuhan yang berdaulat atas anasir-anasir alam (ayat 23-27). Dalam perikop yang akan kita pelajari esok, anasir-anasir jahat yang membahayakan hidup manusia pun tunduk oleh kuasa-Nya (ayat 28-34). Dia adalah Tuhan atas segala-galanya.

Kepada orang-orang yang ingin mengikut Dia, Yesus dengan sabar dan kasih menegur mereka dan membentuk komitmen mereka. Ia ingin agar para pengikut-Nya bermotivasi benar, berkomitmen kuat, dan memercayai Dia dengan sungguh dalam mengikut Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Responsku: Tidak ada hal yang tidak dapat ditundukkan Yesus oleh wibawa-Nya. Aku ingin ikut dan dekat Dia selalu agar Ia sepenuhnya hidup dalam hidupku.

(0.34) (Mat 8:28) (sh: Yesus peduli dan berkuasa (Rabu, 19 Januari 2005))
Yesus peduli dan berkuasa

Kita seringkali diperhadapkan pada dilema mengenai kepedulian dan kemampuan/kuasa. Orang yang peduli seringkali tidak memiliki kekuatan atau kuasa untuk memberi pertolongan. Akan tetapi, orang yang memilikinya justru sama sekali tidak peduli.

Kita bersyukur bahwa Allah kita bukanlah Allah yang seperti ini. Dua perikop ini merupakan bagian dari serangkaian mukjizat yang dilakukan Yesus di dalam pelayanan-Nya sebagai Mesias (pasal 8-9). Di ayat 28 kita dapat melihat bahwa Yesus sengaja hadir di Gadara melewati jalan ke pekuburan. Padahal tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu karena di situ ada dua orang yang kerasukan roh-roh jahat. Mereka sangat berbahaya. Akan tetapi, Yesus justru datang dan menemui mereka. Kenyataan ini saja tidak mungkin tidak menyentuh hati kita. Yesus datang ke tempat yang tidak ingin didatangi siapa pun untuk menemui orang-orang yang tidak ingin didekati siapa pun. Bukan hanya itu, Yesus langsung dengan otoritas-Nya mengusir roh-roh jahat yang merasuk kedua orang itu (ayat 32). Roh-roh jahat tunduk kepada kuasa Yesus. Tindakan-Nya itu menunjukkan bahwa Dia peduli dan berkuasa. Pada perikop kedua, bukan hanya dalam masalah fisik Yesus peduli dan berkuasa menolong. Dia juga peduli atas masalah rohani manusia dengan mengampuni dosa orang lumpuh tersebut (ayat 9:6).

Otoritas Yesus atas penyakit, roh-roh jahat, dan alam memanggil orang untuk mengakui otoritas-Nya atas hidup mereka. Melalui mukjizat-mukjizat-Nya, Ia menyatakan diri sebagai satu-satunya Tuhan yang berdaulat atas hidup manusia, satu-satunya yang dapat menyelamatkan hidup kita dari segala belenggu yang mengikat dan menghancurkan hidup kita. Sungguh indah, bukan? Ia peduli, Ia datang, dan Ia memulihkan.

Ingat: Apa pun permasalahan hidup Anda, jangan pernah ragukan Yesus. Ia sanggup menolong Anda dan Ia mau melakukannya.

(0.34) (Mat 13:1) (sh: Dampak pemberitaan Firman (Senin, 31 Januari 2005))
Dampak pemberitaan Firman

Yesus makin populer. Orang berbondong-bondong mencari Dia. Mungkin mereka ingin mengalami berbagai tanda mukjizat yang sanggup Ia lakukan dan telah tersiar luas kabarnya. Mungkin juga mereka memang terpesona oleh ajaran-ajaran-Nya yang penuh hikmat dan kuasa. Justru dalam situasi itu Yesus memberikan perumpamaan penabur. Maksudnya jelas untuk menantang mereka memeriksa diri, tipe tanah bagaimanakah mereka.

Penabur dalam perumpamaan ini adalah pemberita firman tentang Kerajaan Surga yaitu Yesus (ayat 19). Yesus tentu menginginkan agar semua yang mendengar ajaran-Nya mengalami pembaruan hidup. Namun, dengan perumpamaan ini, Yesus memberikan peringatan bahwa mungkin sekali orang banyak yang tertarik mengerumuni Dia itu tidak murni menyambut-Nya.

Ada empat kemungkinan tipe respons orang terhadap Yesus yang diwakili oleh empat jenis tanah penerima benih. Tanah di pinggir jalan, tanah berbatu-batu, tanah bersemak duri, dan tanah yang baik. Tiga yang pertama menunjukkan penerimaan yang tidak benar terhadap Yesus dan firman-Nya sehingga tidak mengeluarkan pembaruan hidup. Mereka adalah yang tidak percaya dan tidak mengerti firman Yesus (ayat 4, 19), yang tidak bersedia melaksanakan konsekuensi yang dituntut oleh firman (ayat 5-6, 20-21) dan yang hatinya penuh kekuatiran duniawi (ayat 7, 22). Hanya satu jenis respons yang menghasilkan buah pembaruan hidup yaitu yang menyam-but benih dengan segenap hati (ayat 8, 23).

Tiga jenis respons terhadap firman Yesus ini tidak saja terjadi dulu di antara pendengar Yesus. Ketiganya juga ada di kalangan orang yang menganggap diri Kristen atau terlibat dalam kehidupan bergereja. Perumpamaan Yesus memaksa pendengar-Nya untuk memeriksa diri. Kini pun kita didesak untuk memeriksa apakah respons iman kita sejati?

Ingat: Respons yang benar terhadap firman pasti membuahkan pembaruan hidup.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA