sebetulnja: angin dari laut, karena dipandang dari Palestina, laut terletak disebelah Barat.

Sebenarnja dihalaman kenisah jang disebut halaman orang kafir, tetapi dipandang sutji djuga.

Mulai ketika ini Paulus dipandang dan bertindak sebagai pemimpin.

Disinipun djuga tradisi Musa dan Exodus dipandang sebagai hal jang memenuhi djandji-djandji kepada para leluhur.

Orang dari rakjat djelata biasanja dipandang hina sebagai "kaum djahil" oleh kalangan-kalangan atasan resmi.

Dalam masjarakat Junani Romawi pekerdjaan tangan manapun djuga dipandang hina dan hanja dilakukan oleh budak-belian.

Dalam ajat-ajat berikut dilukiskan perkembangan struktur kemasjarakatan. Djuga disini dosa masuk. Kota-kota dipandang sebagai sumber dosa-dosa dan pemudjaan berhala.

Tindakan-tindakan ini semua dipandang sebagai djalan menjelamatkan rakjat dari kebinasaan. Pengarang tidak mempersoalkan segi-segi sosial dan moril daripadanja.

Disini kelihatan lagi bahwa perang sutji dipandang sebagai suatu usaha religius: jang segala sesuatunja bergantung pada kehadiran dan pimpinan Jahwe. Karenanja maka harus dipegang teguh adanja kemurnian rituil.

Abimelek hanja radja di Sikem. Tetapi siapa jang berkuasa atas sebagian Israil berkuasa atas seluruh bangsa itu, bila dipandang dari sudut agama.

Mereka heran sebab kemakmuran dan kekajaan oleh orang Jahudi umumnja dipandang sebagai gandjaran dan berkat dari Allah.

Paulus enggan menerima redjeki dari umat, sebab ia tidak mau dipandang "setingkat" dengan para pengadjar lain, jang melajani untuk kepentingan-kepentingan duniawi mereka sendiri.

Kewadjiban-ipar beralih kepada adik-adik suami. Meninggalnja kedua suami pertama dari Tamar dianggap suatu ramalan buruk. Kerapkali isterinja jang dipandang sebagai sebabnja (lihat Tob 3:7-9; 7:11).

Kaum Anakit: penghuni daerah Hebron dan dataran pantai. Bangsa itu dihubung-hubungkan dengan penduduk asli jang legendaris di Palestina. Mereka dipandang sebagai manusia jang luar biasa kekuatannja maupun tubuhnja.

Lamanja waktu sebelum mentjapai negeri jang telah didjandjikan: dipandang sebagai hukuman terhadap sikap rakjat jang kurang pertjaja. Kurangnja iman itu merupakan faktor jang utama sebagai penghalang bagi rentjana penjelamatan Allah.

Mungkin menundjukkan kepada gunung Karmel jang dipandang sebagai gunung jang sutji. Lihat 1Ra 18:20 sld. Menurut orang lain: jang dimaksudkan ialah gunung Tabor (Hos 5:1).

artinja semua matjam kebahagiaan, termasuk umur hidup jang pandjang dan kesedjahteraan.

Rupanja kedua pepatah ini saling bertentangan. Tetapi hal jang sama dipandang dari sudut jang berbeda. Orang tak boleh mendjawab kepada si bodoh dengan bersetudju, hingga menurunkan diri sendiri (4). Tetapi toh harus mendjawab sekedar kebodohannja, selajaknja, jaitu dengan kekerasan menolak.

Mempersembahkan dupa dipandang sebagai tugas keimaman jang tertinggi. Tugas ini dilakukan didalam ruangan kudus, didepan ruangan mahakudus, jang dianggap sebagai tempat hadirnja Allah, dan ruangan kudus itu hanja boleh dimasuki oleh imam jang sedang bertugas disitu.