Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah<x id="g" /> Allah karena malapetaka<x id="h" /> yang telah dirancangkan-Nya<x id="i" /> terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya<n id="1" />.

Berdoalah Yunus<n id="1" /> kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu,

Orang Niniwe percaya kepada Allah<n id="1" />, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.<x id="v" />

Siapa tahu,<x id="c" /> mungkin Allah akan berbalik dan menyesal<x id="d" /> serta berpaling<x id="e" /> dari murka-Nya<x id="f" /> yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa."

Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.<x id="u" />

Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah<x id="j" /> kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.<x id="k" />"

Sahutnya kepada mereka: "Aku seorang Ibrani; aku takut akan TUHAN,<x id="n" /> Allah yang empunya langit,<x id="o" /> yang telah menjadikan lautan<x id="p" /> dan daratan.<x id="q" />"

di dasar gunung-gunung.<x id="j" /> Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur,<x id="k" /> ya TUHAN, Allahku.

Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya<n id="1" />, tiga hari perjalanan luasnya.

Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru<x id="y" /> dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik<x id="z" /> dari tingkah lakunya<x id="a" /> yang jahat dan dari kekerasan<x id="b" /> yang dilakukannya.

Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah<n id="1" /> karena pohon jarak<x id="w" /> itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."

Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal<x id="i" /> itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak<n id="1" />.

Lalu atas penentuan<x id="t" /> TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak<n id="1" /> melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.

Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati,<x id="v" /> katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup."