Kata mereka kepadaku: "Orang-orang yang masih tinggal di daerah sana, yang terhindar dari penawanan, ada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.<x id="e" />"

Jawabku kepada raja: "Hiduplah raja untuk selamanya!<x id="w" /> Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota,<x id="x" /> tempat pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya habis dimakan api?<x id="y" />"

Dengan tiang awan<x id="g" /> Engkau memimpin<x id="h" /> mereka pada siang hari<x id="i" /> dan dengan tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui.

Demikian pada malam hari aku keluar melalui pintu gerbang Lebak,<x id="j" /> ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu gerbang Sampah.<x id="k" /> Aku menyelidiki dengan seksama tembok-tembok<x id="l" /> Yerusalem yang telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya yang habis dimakan api.

Berkatalah aku kepada mereka: "Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar.<x id="o" /> Mari, kita bangun kembali tembok<x id="p" /> Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela.<x id="q" />"

Engkau tidak meninggalkan<x id="g" /> mereka di padang gurun karena kasih sayang-Mu yang besar. Tiang awan<x id="h" /> tidak berpindah dari atas mereka pada siang hari untuk memimpin mereka pada perjalanan, begitu juga tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui.