Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 741 - 760 dari 926 ayat untuk imam (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.11) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.11) (Yer 23:1) (sh: Tanggung jawab (Jumat, 6 Oktober 2000))
Tanggung jawab

Walaupun semua bencana dan malapetaka didatangkan Tuhan sebagai hukuman atas umat-Nya yang berdosa, para gembala Yehuda yaitu para raja, imam, dan nabi harus bertanggung jawab atas terjadinya peristiwa ini (1-2). Sebab penghukuman itu datang karena mereka gagal menjadi gembala yang baik. Mereka tidak hanya membiarkan kambing dombanya tersesat, tetapi menggiring mereka untuk menjalani hidup yang sesat dan tercela di hadapan Allah. Mereka harus bertanggung jawab atas hancurnya negara Yehuda. Allah tidak dapat lagi mempercayai para pemimpin yang tidak bertanggung jawab (3-4). Ia akan mengambil alih peran para pemimpin yang korup dan yang tak bertanggung jawab tadi. Ia sendiri yang akan turun tangan untuk mengumpulkan kambing domba yang sudah tercerai-berai dan memimpin mereka kembali ke padang. Kemudian Allah juga akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang baru demi pembaharuan hidup kambing domba-Nya.

Tindakan Allah tidak berhenti sampai di sini. Suatu hari Ia akan mengganti para pemimpin yang korup tadi dengan seseorang yang berasal dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana yang akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri dan akan memberikan keselamatan dan ketentraman kepada Yehuda yang sudah dipulihkan dan diperbaharui (5-7). Juruselamat itu adalah Yesus Kristus. Sebagai Raja, Imam, dan Nabi, Ia sangat berbeda dengan para pemimpin Yehuda. Untuk menyelamatkan umat manusia, sebagai Pemimpin Yesus rela menderita dan mati sebagai seorang manusia yang terkutuk oleh Allah maupun manusia. Melalui kematian-Nya, Ia memperlihatkan, sekali untuk selamanya, kualitas yang dituntut dari seseorang yang akan menjadi pemimpin - sebuah ciri dari seorang pemimpin sejati, yaitu selalu siap untuk melayani yang lain walaupun harus mengalami kerugian maupun penderitaan.

Renungkan: Jika Anda mempunyai kedudukan sebagai seorang pemimpin baik di tempat usaha, di gereja, maupun di dalam persekutuan, jadikanlah selalu kepemimpin Yesus sebagai teladan dalam memimpin dan membawa anggota jemaat Anda kepada tujuan yang sudah Allah tentukan. Ingatlah juga bahwa Allah dapat dan akan mengambil alih peran kepemimpinan kita, jika kita tidak melakukan tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang pemimpin.

(0.11) (Luk 22:54) (sh: Sikap manusia terhadap kebenaran. (Selasa, 18 April 2000))
Sikap manusia terhadap kebenaran.

Setelah Yesus ditangkap dan dibawa pergi, hampir semua murid-Nya meninggalkan-Nya.    Petrus masih mengikuti Dia, namun kemudian secara tiba-tiba ia    menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah. Dia tidak    bermaksud demikian, namun ia tidak memahami dengan benar sifat    dari peperangan itu dan senjata apa yang diperlukan untuk    memenangkannya. Peperangan itu antara Kebenaran dan dusta dan    Kebenaran itu secara mutlak ada di dalam seorang Pribadi Tunggal     Yesus Kristus. Kebenaran tidak ditegakkan dengan kekuatan    fisik, tetapi dengan kekuatan rohani.

Di halaman rumah Imam Besar itu, Petrus menyangkal Yesus.    Ketika seorang hamba berkata dengan penuh keyakinan 'Sungguh,    orang ini juga bersama-sama dengan Dia' (ayat 59), hamba itu    menyatakan bahwa apa yang ia ketahui adalah benar. Ini merupakan    kesempatan terakhir bagi Petrus untuk memenangkan peperangan dan    tetap berdiri dalam Kebenaran. Namun ia telah menyangkal    kebenaran dan bersembunyi di balik kepura-puraan atau kepalsuan.    Itulah sikap Petrus terhadap Kebenaran. Ia mengenal Kebenaran,    tetapi ia melarikan diri daripadanya, menghindarinya, bahkan    menyangkalinya demi kepentingan pribadi. Ia telah kalah dalam    pencobaan.

Para tua-tua, ahli Taurat, dan imam sepertinya menunjukkan    sikap ingin mengenal Kebenaran ketika mereka mengajukan    pertanyaan kepada Yesus (ayat 66-67). Tetapi sesungguhnya mereka    tidak berminat  mendapatkan Kebenaran. Mereka tidak siap percaya    atau pun mendiskusikan kebenaran itu bersama-Nya. Mereka hanya    ingin mendapatkan alasan untuk menghukum-Nya. Karena itu Yesus    tidak memberikan jawaban detail atau mempertahankan argumentasi-    Nya.  Respons Yesus terhadap dua jenis sikap manusia itu    berbeda. Terhadap Petrus, Ia berjanji akan berdoa untuknya, agar    imannya tidak jatuh sehingga ia bisa menguatkan saudaranya yang    lain. Walaupun saat ini kalah, dikemudian hari ia bisa menang.    Janji ini berlaku juga bagi semua orang percaya di dalam    mempertahankan Kebenaran di dalam hidup.

Renungkan: Inilah respons Kristus yang penuh kasih. Sedangkan    terhadap sikap yang tidak acuh terhadap Kebenaran, Yesus pun    tidak akan mengacuhkan mereka untuk menyatakan Kebenaran. Mereka    dibiarkan dalam keadaan tersesat.

(0.10) (Kej 1:1) (ende)

KEDJADIAN

KATA PENDAHULUAN

Perintjian Kitab Perdjandjian Lama

Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan.

Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur).

"Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga.

Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan.

Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis".

Pentjipta-pentjiptanja

Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia.

"Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan.

Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji.

Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan.

Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku.

Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja.

Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas.

Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut.

Tradisi sebagai sumber bahan-bahan

Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini.

Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan.

Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi:

Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda.

Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim.

Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan.

Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih.

Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P).

Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel.

Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama.

Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja.

Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja.

Bagaimana tjara membatja kitab Sutji

Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan

Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita.

Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja.

Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji.

KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN

Pentateuch atau kelima Buku dari Musa.

Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab).

Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini.

Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi.

Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti.

Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit.

Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan.

Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat.

Kitab Genesis atau Kedjadian

Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir.

Pemerintah

Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa.

Sifat kedua bagian

Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja.

Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu.

Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada.

Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa.

Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir.

Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir.

Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan.

Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel.

Maksud dari Fasal: 1-11

Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis.

Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus.

Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar).

Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim

Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah?

Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan.

Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel.

Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian.

Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim?

Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja.

Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan.

Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia.

Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri.

Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih.

Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah.

Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan.

Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja.

Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel.

Fasal 12-50

Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi.

Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu.

Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih.

Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka.

Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja.

Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua)

(0.10) (1Taw 15:1) (ende)

Dalam bagian ini -- jang tidak terdapat dalam II Sjem -- si pengarang sangat menekan peranan dan kepentingan kaum imam dan Levita -- pertama kalinja pengangkutan peti perdjandjian tidak djadi karena kaum Levita tidak ikut serta -- dan pengangkutan itu mendjadi sebangsa upatjara ibadah jang meriah. Dan ibadah ini adalah ibadah sebagaimana jang berlangsung pada djaman si pengarang. Tindakan2, jang disini diambil Dawud menurut si pengarang, mau menekan peranan radja itu sebagai pendiri ibadah Israil dikemudian hari. Seluruh Kitab Tawarich (mulai 1Ta 6-32) mengemukakan Dawud, bukannja sebagai kepala negara, melainkan sebagai pendiri ibadah, sehingga gambaran Dawud dalam Kitab Tawarich agak berbeda dengan gambarannja dalam Kitab Sjemuel. Bukannja, bahwa gambaran itu salah sama sekali, namun itu amat menjebelah. Sudut2 lain dari tokoh itu sudah diketahui para pembatja kitab Tawarich dari Kitab Sjemuel, sehingga tidak usah ditekan lagi. Sebenarnja pula bukan radja Dawud jang mengatur ibadah, sebagaimana jang digambarkan Kitab Tawarich, namun radja ini boleh dianggap sebagai asal-usulnja dikemudian hari. Sebab dia itu pentjipta negara jang makmur. Tetapi pada djaman itu agama sama sekali terikat pada negara, sehingga negara baru membutuhkan djuga ibadah baru dan jang gemilang. Maka itu dengan mentjiptakan negara, Dawudpun meletakkan dasar untuk ibadah baru. Suatu proses jang sama djuga sudah dikenakan dalam Kitab Taurat berkenan dengan Musa.

(0.10) (Yeh 40:1) (ende)

Pasal2 ini dengan pandjang lebar dan setjara terperintji menggambarkan dalam nubuat jang berupa penglihatan masa depan umat Jahwe. Masa depan itu dilukiskan sedjadjar dengan masa jang lampau, jakni: Jahwe hadir dalam baitullah dipusat umat, Jerusjalem, dan semua suku Israil sebagai kesatuan menetap dikeliling kediaman Allah itu dengan dikepalai oleh satu radja, wakil Jahwe, radja jang adil dan baik. Berkat anugerah Allah dari dalam BaitNja tanahnja luar biasa subur dan makmurnja.

Masa depan itu bukan sadja sedjadjar dengan masa jang lampau, jakni djaman Dawud dan Sulaiman, tapi djuga djauh melebihinja. Masa depan, keradjaan Allah, jang terachir, dilukiskan sedemikian itu, oleh karena, sebagai orang Israil dan imam Jeheskiel hampir tidak dapat memikirkannja setjara lain. Semuanja achirnja hanja ibarat sadja. Kenjataan sesungguhnja masih djauh mengatasi pengharapan nabi. Pasal2 ini terbagi atas tiga bagian, jakni: Baitullah jang baru (Yeh 40:1-43:12), ibadah jang baru (Yeh 43:13-46:24), pembagian negeri jang baru (Yeh 40:47-48).

(0.10) (Mat 8:4) (ende: Djanganlah itu kautjeritakan)

Larangan jang demikian kerap kali tersua dalam Indjil. Maksud Jesus agaknja seperti berikut. Ia memang hendak mejakinkan orang bahwa Ia Mesias dan Putera Allah, djuga dengan mukdjizat-mukdjizat, tetapi selangkah demi selangkah. Ia hendak menghindarkan orang banjak terpesona sehingga mau mengangkatnja sebagai radja (bdl. Yoh 6:15), dan tidak mau meneguhkan mereka dalam kepertjajaannja, bahwa Mesias akan muntjul sebagai radja mulia jang pertama-tama hendak membebaskan kaum Israel dari pendjadjahan dan memulihkan keradjaan David dalam segala kegemilangannja. Ia baru hendak dikenal sebagai Mesias dan Putera Allah dengan sepenuhnja, sesudah orang mengerti, bahwa keradjaannja bukan dari dunia ini, melainkan serba rohani dan menuntut roh kemiskinan dan penjangkalan diri.

(0.10) (Mrk 1:1) (ende)

INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MARKUS

KATA PENGANTAR

Tentang Pengarang

Jang dari semula terkenal sebagai pengarang "Indjil kedua", ialah Markus, jang djuga disebut Joanes. Ia berasal dari Jerusalem dan masih muda sekali ketika Jesus, mengadjar dan bersengsara disitu. Ia agaknja kemudian murid Petrus, sebab Petrus menjebutnja "anakku" dalam suratnja I Petr. 5:19. Rumah ibunja digunakan oleh umat sebagai tempat perkumpulan mereka. Waktu Petrus ditahan dalam pendjara oleh Herodes Kis. Ras. (12:4-19), banjak orang berkumpul dalam rumah itu untuk berdoa. Dan setelah Petrus dibebaskan oleh Malaekat, ia terus pergi "kerumah Maria, ibu Joanes jang djuga dinamakan Markus" Kis. Ras. (12:12). Joanes tentu nama aslinja, dan baru kemudian oleh umat-umat Junani dan Romawi ia dinamakan Markus. Ia kemanakan Barnabas jang telah kita kenal sedikit dari Kis. Ras. 4:36, dan kemudian beberapa kali lagi kita temui sebagai pengadjar Indjil jang ulung. Markus turut serta pada perdjalanan Barnabas dan Saul (Paulus) ke pulau Siprus dan Asia-Ketjil, tetapi di Perge meninggalkan mereka dan pulang ke Jerusalem. Pada perdjalanan Paulus jang kedua, Barnabas ingin Markus ikut serta, tetapi Paulus tidak setudju, karena pengalamannja pada perdjalanan jang pertama. Hal itu mendjadi alasan bahwa Barnabas kembali ke Siprus dan Markus turut serta. Tetapi kira-kira sepuluh tahun berselang Markus ada bersama dengan Paulus kembali, jaitu di Roma waktu tahanan Paulus jang pertama disitu. Dalam suratnja kepada umat Kolose (4:10) ia menjampaikan salam Markus kepada umat itu dan minta mereka menjambut Markus dengan baik. Rupanja ia dikirim oleh Paulus untuk bertugas disitu. Dan ketika Paulus dalam tahanan kedua di Roma, ia minta Timoteus (II Tim. 4:9,11) lekas datang dan membawa serta Markus, sebab bantuannja sangat berharga untuk pekerdjaannja. Lain kabar tentang Markus tidak terdapat dalam karangan-karangan Kitab Kudus.

Dalam tradisi Markus hanja dikenal sebagai pembantu dan djurubahasa Petrus. Menurut buku-buku dari abad kedua dan ketiga, Markus menulis Indjil atas dorongan umat Roma, maka ditulisnja dengan teliti apa jang didengarnja dari Rasul Petrus dalam pengadjarannja kepada umat disitu. Dan memang sebagai djurubahasa Petrus, ia dapat mengetahui dengan teliti, baik isinja, maupun tjoraknja jang chas. Menurut pendapat jang tjukup umum dari Para sardjana, Indjil ini ditulis di Roma sebelum tahun 60.

Berita bahwa Indjil ini ditulis bagi umat Roma, dibenarkan oleh tjiri-tjiri karangan sendiri. Terang sekali bahwa ia ditudjukan kepada orang jang bukan Jahudi. Pengarang mengelakkan utjapan-utjapan dan peristiwa jang hanja penting atau berharga bagi orang-orang Jahudi, atau jang tidak dapat dimengerti oleh orang-orang Jahudi, ataupun dapat menjinggung mereka. Kata-kata bahasa Jahudi diterdjemahkan atau didjelaskannja. Bahasa karangan agak bertjorak Romawi.

Karangan Markus berdasarkan Katechese Petrus

Berita-berita bahwa Markus telah "menulis dengan teliti apa jang didengarnja dari, Petrus" tjotjok dengan sifat-sifat karangan. Tjara pengungkapan agak mirip dengan tjara bitjara Petrus dalam Kis. Rasul-Rasul. Gaja bertjeritera sebagian besar hanja mungkin berasal dari seorang jang menjaksikan segalanja dengan matanja sendiri dan berminat luar biasa, lagipun sendiri mengalami dan menghajatinja sehingga berkesan dalam. Tak mungkin bahwa Markus adalah penjaksi mata, sebab ia bukan murid Jesus. Gaja bertjeritera itu sederhana tetapi hidup, seperti tjotjok dengan kepribadian Petrus jang kita kenal. Suasana seluruhnja bernafaskan kedjiwaan dan semangat Petrus. Kedjudjuran dalam menondjolkan karangan-karangan para Rasul. dan chususnja Petrus sendiri menundjuk pula kepada Petrus sebagai sumbernja. Kalau kita mengingat segala kenjataan itu, tentu tak salah kalau dikatakan, bahwa Indjil Markus sebenarnja Indjil Petrus. Hal ini hanja meninggikan mutu karangan ini lagi.

Karangan sebagai tjiptaan Markus

Sungguhpun Indjil kedua dapat disebut Indjil Petrus, namun karangannja semata-mata karangan Markus. Bentuk seluruhnja, susunan dan bahasa adalah tjiptaan Markus, bukan sekedar terdjemahan dari perkataan Petrus. Apa jang didengarnja dari Petrus berulang-ulang kali, sangat meresap dalam ingatan dan hati-sanubari Markus, sehingga bukan sadja menentukan isi, melainkan djuga sedikit banjak tjorak dan suasana karangan ini.

Karangan Markus lama dipandang sebagai serangkaian tjeritera-tjeritera sadja, jang memang sedap dibatja, tetapi hanja merupakan satu ringkasan dari karangan-karangan Indjil jang lain, tanpa suatu gagasan jang istimewa, dan sebab itu kurang diperhatikan. Hal itu berubah sedjak muntjulnja sardjana-sardjana jang berpendapat bahwa karangan Markus adalah paling asli. Lukas menggunakannja sebagai sumber utama karangannja, dan karangan Mateus dalam bentuknja jang kita punjai, sangat dipengaruhi olehnja. Dan minat terhadap karangan ini bertambah besar pula, sedjak seorang ahli menemukan suatu gagasan istimewa dalam susunannja. Dalam susunan itu Markus menggambarkan bagaimana Jesus, mulai dengan samar-samar, perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, makin lama makin djelas menjatakan diri sebagai Mesias dan serentak dengan itu menundjukkan hakekat Keradjaan Allah jang dimaklumkannja. Kalau kita membatja karangan ini sambil memperhatikan djalan perkembangan itu, kita melihatnja sebagai rentjana Jesus jang sengadja dipilihnja, dan dalam pada itu kita mengerti sebabnja pula. Pokoknja ialah anggapan orang-orang Jahudi tentang Mesias jang didjandjikan dalam Kitab Sutji. Mereka tidak menangkap arti rohani kiasan-kiasan dan perbandingan-perbandingan jang digunakan para nabi untuk menggambarkan keagungan Mesias dan kemuliaan keradjaannja. Akibatnja, mereka membajangkan Mesias sebagai seorang radja turunan David, gemilang dan gagah perkasa, jang pertama-tama memerdekakan umat Israel, kaum terpilih, dari pendjadjahan kaum kafir dan memulihkan keradjaan David jang djaja dan makmur. Memang jang serentak djuga mengamalkan hukum taurat dengan sempurna. Lagipun bahwa Keradjaan Allah baru itu, dengan keradjaan Jahudi sebagai pusatnja akan menguasai segala bangsa.

Seandainja Jesus pada muntjulNja segera memaklumkan bahwa Ia adalah Mesias jang diharapkan kedatanganNja, tentu sadja orang ketjewa, sebab mereka mengenalNja hanja sebagai tukang kaju dari Nasaret. Dan bila kemudian mereka terpesona oleh mukdjizat-mukdjizat gilang-gemilang jang dikerdjakannja, maka mungkin sekali terdjadi apa jang dichawatirkan Jesus sesudah perbanjakan roti (Jo. 6:15), jaitu bahwa orang dengan ramai akan memproklamirkanNja sebagai Mesias-Radja dan membawaNja ke Jerusalem untuk dilantik dengan resmi. Dan kalau itu terdjadi, nasibNja tentu sadja sama dengan beberapa mesias-mesias palsu jang berpolitik dan telah dihukum mati sebagai pemberontak.

Perlu sekali dengan daja pikir dan intuisi mereka sendiri, orang lama- kelamaan insjaf, bahwa Jesus datang dari Allah, mengadjar dan bertindak betul- betul atas nama Allah, dan kuasa Allah sendiri bekerdja didalamnja. Kepertjajaan bahwa Ia betul-betul Mesias dan Putera Allah harus timbul dari pengertian mereka sendiri dan demikian djadi berakar pasti dalam batin mereka. Dan serentak dengan itu harus bertumbuh keinsjafan bahwa Ia sedikitpun tidak bertjita-tjita politik, melainkan kemuliaan KeradjaanNja serba rohani dan surgawi, dan tjita-tjitanja tepat bertentangan dengan tjita-tjita jang serba duniawi.

Susunan karangan

Rentjana Jesus jang tampak dalam susunan karangan dapat dibagi atas dua babak. Titik peralihan dari jang satu kepada jang lain terletak dalam pengakuan Petrus (8:29).

Babak pertama

Dalam babak pertama Jesus terutama bergerak diantara rakjat djelata, sambil diiringi oleh sekelompok murid-muridNja dan para rasul. Ia memaklumkan Keradjaan Allah dan menerangkan sifat-sifat, tuntutan-tuntutan dan tjita-tjitanja, tetapi masih setjara terselubung. la menjatakan kuasa IlahiNja dalam mukdjizat- mukdjizat jang dibuatNja melulu untuk menolong orang dalam kesusahannja. Dan demikian Ia menundjukkan keluhuran hatiNja dan tjinta IlahiNja sebagai pernjataan tjinta Allah. Tetapi dalam pada itu Ia tidak mengingatkan orang kepada nubuat-nubuat para nabi jang ditepati padaNja, pun tidak menamakan Diri dengan suatu gelaran atau sebutan jang terkenal sebagai gelaran Mesias.

Sebab hatinja jang masih murni, maka murid-murid Jesus, chususnja para rasul, tetapi djuga rakjat djelata, tjukup berintuisi untuk makin lama makin mengerti. Mereka mulai meraba-raba; mungkin Ia Joanes Pemandi jang hidup kembali, atau Elias ataupun nabi utama jang ditunggukan sebagai pelopor Mesias (8:28). Mereka sudah mulai berpikir lebih djauh lagi, seperti terkandung dalam tjetusan- tjetusan ketakdjuban dalam 1:27: Apakah itu? Sabda penuh kekuasaan. Roh djahat malahan takluk kepadanja. Bandinglah Mt. 8:27 dan Lk. 4:36, jang agak lebih terang lagi. Tetapi mereka belum sampai mengenalNja dengan agak njata sebagai Mesias atau berani menjebutnja dengan suatu gelaran jang menundjuk kepada Mesias.

Kalangan-kalangan atasan, chususnja para ahli taurat dan parisi tjukup tjerdik untuk mengerti bahwa Ia menjatakan Diri dan bertindak sebagai Mesias, tetapi mereka membungkem suara hatinuraninja, karena kesombongan dan tjita-tjita duniawinja. Mereka tetap tidak mau mengerti, dan memang sukar masuk akal baginja, bahwa mungkin seorang tukangkaju dari rakjat djelata jang tak berminat terhadap tjita-tjita politik umat Allah, dan jang tjita-tjitaNja serba rohani, adalah Mesias, jang diharapkan. Akibatnja mereka makin lama makin lebih menentang dan membentjiNja.

Rasul-rasul jang bekas murid Joanes Pemandi telah mendengar dia menjebut Jesus Anak-domba jang mengambil dosa dari dunia. Dan Andreas berkata kepada saudaranja Simon: kami telah menemukan Mesias. Dan utjapan Pilipus kepada Natanael lebih njata lagi. Batjalah Jo.1:35-51. Meski demikian mereka tentu belum mengerti hakekat utjapan-utjapan itu. Djuga bagi mereka Jesus masih tetap misteri penuh rahasia. Tentu mereka tjukup berintuisi dan menduga-duga, tetapi belum berani mengutjapkan dugaannja. Sampai pada suatu ketika tertentu.

Saat peralihan

Pada suatu hari didaerah Sesarea Pilipi Jesus bertanja kepada para rasul: Orang menjebut Aku siapa? Djawab mereka: Joanes Pemandi, lain orang Elias, jang lain pula salah seorang dari antara para nabi. Lalu Jesus bertanja: Tetapi kamu ini, kamu menjebut Aku siapa? Petrus mendjawab: Engkau Mesias. (Mk. 8:27-29). Berita ini dalam karangan Mt. lebih luas dan tegas. Baiklah batja Mt. 16:13-20. Jesus masih melarang beritahukan itu begitu djelas kepada orang banjak. Dan sedjak itu Jesus menarik Diri dari keramaian orang banjak di Galilea, untuk chususnja mengadjar dan mendidik murid-muridNja, teristimewa para rasul.

Babak jang kedua

Pada tingkatan kepertjajaan murid-murid jang pasti itu, dapatlah Jesus membentuk pengertian jang lebih tinggi dan mendalam tentang hakekat tugasNja sebagai Mesias dan tentang tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang agak sukar masuk akal bagi manusia kodrati. Dan segera Jesus "mulai mengadjar mereka" (8:31) bahwa "Putera manusia" perlu menderita banjak, dan dibuang (sebagai batu sendi) oleh mahkamah agung dan dihukum mati, diserahkan kepada orang-orang kafir untuk dibunuh, dan dalam pada itu Ia akan dihinakan, diludahi, dan didera. Tetapi djuga bahwa Ia akan bangkit pula pada hari jang ketiga. Pernjataan itu diberikan tiga kali. Kali pertama segera sesudah pengakuan Petrus (8:31). Petrus terkedjut dan membantah. Jesus menegur: "Undurlah, hai penggoda, engkau berpikir setjara manusia, bukan setjara Allah. Kedua kalinja sesudah la menampakkan Dirinja dalam kemuliaanNja diatas gunung (9:31). Murid-murid tidak mengerti dan diam sadja. Ketiga kalinja, ketika Ia naik ke Jerusalem, dan Ia berdjalan dimuka. (10:52-34). Mereka terkedjut dan semua orang jang mengikuti pada takut.

Dan berselang-selang dengan pernjataan itu Jesus menjatakan tuntutan-tuntutan dan tjita-tjita Keradjaan Allah, jang sukar masuk akal bagi manusia jang berketjenderungan djasmani dan duniawi. Siapa jang hendak masuk keradjaan Allah harus mendjual harta-bendanja dan mengikut Jesus dalam kemiskinan. Hampir tak mungkin orang-orang kaja masuk. Siapa ingin mendjadi besar didalam Keradjaan Allah harus merendahkan diri dan melajani semua orang sebagai hambanja. Siapa ingin duduk dekat pada Jesus dalam Keradjaan itu, harus sanggup minum piala sengsara jang diminum Jesus, dan dipermandikan dengan permandian seperti jang diterima Jesus, jaitu ditenggelamkan dalam sengsara. Jang hendak mengikut Jesus kedalam kemuliaanNja harus menjangkal diri, memikul salibnja tiap-tiap hari, malah bersedia menjerahkan njawanja demi Jesus dan Indjil, untuk menjelamatkan njawanja, jaitu untuk memperoleh hidup abadi. Nasib pengikut Jesus tak lain dari nasib Jesus sendiri (13:9).

Sedjak pengakuan Petrus, Jesus menamakan diri "Putera manusia", suatu gelaran bagi Mesias jang terdapat dalam nubuat Daniel (Dan. 7:15-14). Ia membiarkan orang memanggiINja "Jesus Putera David" (10:47) gelaran mana lazim bagi Mesias. la membiarkan pula orang mengelu-elukannja ke Jerusalem sebagai "Putera David jang datang atas nama Allah". la menundjukkan kewibawaanNja sebagai Mesias atas rumah Allah, (menurut Jo. 2:16 sebagai Putera Allah atas rumah BapaNja), dengan mengusir para pendjual dari kenisah. Kewibawaan jang sama ditundjukkanNja kepada para penentang dengan mempersalahkan salah paham dan salah sikap mereka. Mereka mengerti amat baik, bahwa dengan segalanja itu Ia menjatakan Diri sebagai Mesias dan Putera Allah. Banjak orang pertjaja dan semakin mereka memuliakan Jesus semakin naiklah irihati dan kebentjian para atasan. Achirnja, didepan mahkamah agung, atas pertanjaan imam agung sebagai hakim jang resmi, apakah Ia "Mesias, Putera Allah", dengan terus terang Jesus membenarkannja dan ditambahNja lagi, bahwa mereka akan melihatNja duduk disebelah kanan Allah jang Mahakuasa dan bahwa Ia akan datang kembali diatas awan-awan langit. Dan sebab Ia memberi djawab jang benar atas pertanjaan jang resmi itu Ia dihukum mati. Riwajat sengsara dan kebangkitan Jesus dalam Markus ringkas sekali. Ketenangan bahasanja agak menggambarkan ketenangan dan penjerahan para murid djuga. Dari segala pernjataan Jesus dan dari sikapNja terhadap para penentangNja, mereka sudah mengerti bahwa la menempuh djalan sengsaraNja dengan penuh kebebasan kehendakNja dan rela hati, pun dalam kesadaran akan kemenanganNja kelak, Pernjataan Jesus, bahwa Putera manusia datang untuk menjerahkan njawaNja untuk penebusan banjak orang (10:45) dan bahwa darahNja akan ditumpahkan bagi banjak orang (14:24), lagi pula bahwa la akan bangkit pada hari ketiga, tentu sadja berkesan pada mereka djuga, biarpun kabur-kabur sadja, sebab memang sukar untuk bertahan. Biarpun mereka melarikan diri sebab terkedjut, tetapi tentu untuk sementara sadja. Petrus dan Joanes menjusul sampai diistana imam agung, Joanes sampai dikaki salib. Jang lain barangkali ada diantara mereka jang berdiri memandang dari djauh (15:40). Itu tentu terkandung dalam Lk. 23:40: "Segala kenalanNja, diantaraNja wanita-wanita jang mengikutiNja dari Galilea, berdiri memandang dari djauh". Dan sesudah wafatnja Jesus, Rasul-Rasul dan murid-murid jang lain tinggal terus bersama-sama di Jerusalem, tentu sebab dalam lubuk hati mereka hidup pengharapan akan kebangkitan Jesus djuga, meskipun tidak tahu bagaimana membajangkannja. Baru sesudah kebangkitan Jesus segala-galanja mendjadi njata bagi mereka.

(0.10) (1Kor 10:16) (ende: Piala pemberkatan)

ialah jang berisi dan menjampaikan segala berkat dan rahmat.

(0.10) (Kel 25:10) (full: TABUT. )

Nas : Kel 25:10

Peti ini adalah tabut yang berisi Kesepuluh Hukum (bd. ayat Kel 25:16,22), sebuah buli-buli berisi manna (Kel 16:33-34), dan tongkat Harun (Bil 17:10; Ibr 9:4). Tabut ini ditutup dengan sebuah penutup yang diberi nama "tutup pendamaian" (ayat Kel 25:17). Pada kedua ujung tutup tersebut terpasang ukiran dua kerub bersayap

(lihat cat. --> Kel 25:18).

[atau ref. Kel 25:18]

Tabut ini diletakkan di tempat Mahakudus dalam Kemah Suci (Kel 26:34) dan melambangkan takhta Allah. Di hadapan tabut ini imam besar berdiri setahun sekali pada Hari Pendamaian untuk memercikkan darah atas tutup pendamaian untuk mengadakan pendamaian karena dosa-dosa yang tidak disengaja selama setahun sebelumnya

(lihat art. HARI PENDAMAIAN).

(0.10) (Im 10:2) (full: API ... MENGHANGUSKAN KEDUANYA. )

Nas : Im 10:2

Nadab dan Abihu dibunuh karena, sebagai imam, mereka memberontak kepada Allah dan hukum-Nya dan dengan demikian menajiskan tempat yang kudus (ayat Im 10:3).

  1. 1) Mereka secara tegas telah dilarang untuk mempersembahkan api yang asing kepada Tuhan

    (lihat cat. --> Im 10:1 sebelumnya;

    [atau ref. Im 10:1]

    bd. Kel 30:9-10). Dengan tindakan itu mereka yang ditugaskan untuk mengajarkan hukum Allah menolak untuk menghormati perintah-perintah Allah secara serius. Sekalipun mengaku diri hamba-hamba Allah yang kudus, mereka sesungguhnya melayani keinginan mereka sendiri, dan di dalam diri mereka tidak ada takut akan Allah.
  2. 2) Kedua orang ini merupakan pemimpin umat Allah. Apabila hamba-hamba Allah berbuat dosa secara terang-terangan, perbuatan mereka sangat merugikan Allah dan maksud-maksud penebusan-Nya di bumi. Pelanggaran mereka menajiskan gereja dan seluruh umat Allah serta memalukan Dia. Karena alasan ini Alkitab mengajarkan bahwa hanya mereka yang menunjukkan kehidupan Kristen yang tekun dan setia kepada Allah dan Firman-Nya dapat diangkat menjadi penilik jemaat Allah (lih. 1Tim 3:1-7;

    lihat art. SYARAT-SYARAT MORAL PENILIK JEMAAT).

(0.10) (Bil 22:5) (full: BILEAM. )

Nas : Bil 22:5

Bileam bukan orang Israel tetapi seorang tokoh peramal-imam yang terkenal di antara bangsa-bangsa. Balak mengira bahwa orang ini sanggup mengutuk orang lain (ayat Bil 22:6) dengan mempengaruhi kehendak para dewa dan roh-roh melalui ilmu sihir, mantera-mantera, dan aneka manipulasi rahasianya (ayat Bil 22:2-7; bd. Bil 24:1).

  1. 1) Bileam mungkin pernah menjadi pengikut Allah yang benar (bd. ayat Bil 22:18), tetapi kemudian meninggalkan imannya dan menjadi penenung (ayat Bil 22:7; bd. Bil 31:16; Ul 23:4-5; 2Pet 2:15; Yud 1:11).
  2. 2) Seperti semua nabi palsu, ia tidak sungguh-sungguh memperhatikan kehormatan Allah atau kekudusan umat Allah. Karena tidak dapat mengutuk umat Allah, Bileam mengajak mereka berbuat dosa dan kebejatan (Bil 25:1-6; 31:16; Wahy 2:14). Karena itu ia dibunuh (Bil 31:8;

    lihat cat. --> Bil 25:2).

    [atau ref. Bil 25:2]

(0.10) (Hak 17:5) (full: KUIL. )

Nas : Hak 17:5

Karena Mikha tidak tunduk kepada kekuasaan dari penyataan Allah yang diilhamkan dan tertulis dan diberikan melalui Musa, ia menipu dirinya sendiri dan melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (ayat Hak 17:6; bd. Ul 11:18-25; Yos 1:5-8). Ia menipu dirinya sampai percaya bahwa ia dapat menerima berkat Allah (ayat Hak 17:13) dan pada saat bersamaan melanggar semua perintah Alkitab yang jelas. Dosa-dosanya meliputi mencuri (ayat Hak 17:2), menyembah berhala (ayat Hak 17:3-5), tidak menaati perintah-perintah Allah (ayat Hak 17:6), dan mengangkat anaknya sendiri sebagai imam (ayat Hak 17:5-13; Bil 16:17; Ul 21:5; bd. 2Tim 4:3). Pemahaman yang benar dan pertimbangan moral yang sehat hilang di Israel ketika bangsa itu meninggalkan perjanjian Allah.

(0.10) (1Sam 2:29) (full: MENGHORMATI ANAK-ANAKMU LEBIH DARIPADA-KU. )

Nas : 1Sam 2:29

Eli gagal total dalam memberikan kepemimpinan rohani bagi keluarga dan juga bagi Israel.

  1. 1) Selaku ayah ia tidak sanggup mendidik anak-anaknya dalam jalan kebenaran. Ketika mereka memperkosa wanita-wanita yang melayani di gerbang Kemah Pertemuan (ayat 1Sam 2:22), Eli tidak menunjukkan baik kehendak maupun wibawa rohani yang diperlukan untuk memberhentikan mereka dari pelayanan (1Sam 3:13; bd. Ul 21:18-21).
  2. 2) Kegagalan Eli sebagai ayah dan hamba Tuhan mengakibatkan:
    1. (a) hukuman Allah atas Eli, para putranya, dan keluarganya (ayat 1Sam 2:30-36; 4:17-18);
    2. (b) merosotnya rasa hormat terhadap jabatan imam (ayat 1Sam 2:17);
    3. (c) kemerosotan rohani yang umum dari umat Allah (ayat 1Sam 2:22-24; 4:1-11); dan
    4. (d) lenyapnya kemuliaan Tuhan dari Israel (1Sam 4:21).
  3. 3) Seluruh Alkitab menekankan perlunya kesalehan dan takut akan Allah sebagai standar-Nya bagi mereka yang akan memimpin umat Allah (bd. 1Tim 3:1-10).
(0.10) (1Sam 3:20) (full: NABI TUHAN. )

Nas : 1Sam 3:20

Samuel termasuk salah satu orang pertama yang menduduki jabatan nabi, sekalipun dia bukan orang pertama yang mempunyai karunia bernubuat (bd. Abraham, Kej 20:7; Musa, Ul 18:15,18; Debora, Hak 4:4).

  1. 1) Karena kerusakan akhlak kaum imam dan kemerosotan rohani di antara umat Allah, Allah memanggil Samuel untuk memberitakan firman-Nya (ayat 1Sam 3:19-21), memberi teladan kesetiaan pada kehendak Allah (1Sam 2:35), meminta pertobatan dan pembaharuan (1Sam 7:3), dan bertindak selaku pengantara di antara Allah dengan umat-Nya (1Sam 7:8-9).
  2. 2) Di sekitar Samuel berkumpul nabi-nabi lain, disebut "sekumpulan nabi" atau "rombongan nabi" (1Sam 19:20; 2Raj 2:3,5; 4:38); kelompok nabi yang di Rama berada di bawah pimpinan Samuel (bd. 1Sam 19:20-22). Melalui dia, para nabi itu dibina, dibantu perkembangannya dan diarahkan mengenai kehendak Allah bagi Israel. Tujuan pengadaan kelompok nabi semacam itu ialah mendatangkan pembaharuan rohani dan penyadaran kembali akan maksud perjanjian Allah dengan Israel. Setiap orang dapat datang dan belajar tentang jalan Allah dari para nabi itu.
(0.10) (2Sam 6:7) (full: MURKA TUHAN. )

Nas : 2Sam 6:7

Allah membunuh Uza karena Daud dan imam besar tidak menugaskan orang-orang Lewi untuk mengangkat tabut perjanjian sesuai dengan perintah Allah (Bil 1:47-52).

  1. 1) Allah telah memerintahkan bahwa tak seorang pun boleh menyentuh tabut perjanjian, lambang kehadiran dan keagungan-Nya (Bil 4:15; bd. 1Taw 15:13-15). Tindakan Uza bersumber pada ketidaktahuannya akan firman Allah atau ketiadaan takut kepada Tuhan (bd. 1Taw 15:2).
  2. 2) Uza menjadi contoh dari aneka bahaya yang terkandung dalam hal mempunyai semangat untuk Allah tanpa pengetahuan mengenai firman dan cara-cara Allah. Rencana Daud untuk mengembalikan tabut itu ke Yerusalem, dan keinginan Uza untuk memegangnya ketika tabut itu bergoyang atas kereta, menunjukkan semangat untuk kerajaan Allah, namun pada saat yang sama menghasilkan sikap yang mengabaikan standar-standar firman Allah yang kudus. Kebodohan bukan merupakan alasan. Penyataan Allah yang terilhamkan mengungkapkan kehendak-Nya mengenai seluruh kehidupan dan harus ditaati oleh mereka yang mengakui Dia sebagai Tuhan (bd. Im 10:1-3; Yos 7:1-26; Kis 5:1-11).
(0.10) (1Raj 8:1) (full: TABUT PERJANJIAN TUHAN. )

Nas : 1Raj 8:1

Tabut perjanjian menjadi satu-satunya perabot di Tempat Yang Mahakudus. Tabut itu merupakan sebuah kotak sepanjang 1 m 14 cm, lebar 68.5 cm dan setinggi 68.5 cm, terbuat dari kayu penaga dan dilapisi dalam dan luar dengan emas murni. Tabut itu mula-mula berisi tiga benda pengingat bahwa Allah adalah raja atas Israel:

  1. (1) loh-loh batu yang berukir Kesepuluh Hukum (bd. Kel 25:16,21; Kel 40:20;

    lihat cat. --> Kel 25:10);

    [atau ref. Kel 25:10]

  2. (2) sebuah buli-buli emas penuh dengan manna, yaitu makanan yang disediakan Allah setiap hari untuk Israel selama mereka mengembara di padang gurun; dan
  3. (3) tongkat Harun yang bertunas secara adikodrati. Akan tetapi, pada zaman Salomo tabut perjanjian hanya berisi dua loh batu (2Taw 5:10). Tabut itu ditutup dengan "tutup pendamaian," tempat darah dipercikkan setiap tahun sekali oleh imam besar pada Hari Raya Pendamaian. Dua kerub emas diukir seiras, ditempatkan dengan muka saling menghadap dengan sayap terbentang ke depan, sambil menudungi tutup tabut dalam bentuk lingkungan. Pada tengah tutup pendamaian, kehadiran Allah dilambangkan oleh terang adikodrati yang sangat cemerlang disebut shekinah

    (lihat art. KEMULIAAN ALLAH).

(0.10) (1Raj 12:28) (full: DUA ANAK LEMBU JANTAN DARI EMAS ... LIHATLAH SEKARANG ALLAH-ALLAHMU. )

Nas : 1Raj 12:28

Yerobeam dari kerajaan utara menetapkan suatu sistem keagamaan tiruan dengan menawarkan kepada rakyatnya untuk menyembah allah mereka melalui berhala-berhala (ayat 1Raj 12:27-30; bd. Yeh 20:3-4), menurut contoh anak lembu emas yang dibuat oleh Harun (Kel 32:8). Ia mengangkat para imam sekalipun mereka "bukan dari bani Lewi" (ayat 1Raj 12:31), dan dengan demikian melantik orang untuk melayani yang menurut hukum Allah tidak memenuhi syarat

(lihat cat. --> 1Raj 12:31 selanjutnya).

[atau ref. 1Raj 12:31]

Sistem agama palsu ciptaan Yerobeam mengakibatkan dua hal:

  1. 1) Sebagian besar penduduk kerajaan utara menerima penyembahan Baal bersama kelakuan mesumnya yang termasuk pelacuran di kuil.
  2. 2) Kebanyakan dari kaum sisa yang saleh yang ingin tetap setia kepada Allah dan hukum-Nya sangat menderita ketika "meninggalkan tanah penggembalaan mereka" dan pindah ke kerajaan selatan agar dapat menyembah Tuhan sesuai dengan penyataan dan perintah-perintah-Nya yang semula (2Taw 11:13-14). "Dari segenap suku Israel orang datang ke Yerusalem mengikuti orang-orang Lewi itu, yakni orang yang telah membulatkan hatinya untuk mencari Tuhan Allah Israel; dan mereka datang untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allah nenek moyang mereka" (2Taw 11:16; bd. 1Raj 15:9).
(0.10) (2Raj 11:1) (full: ATALYA ... MEMBINASAKAN SEMUA KETURUNAN RAJA. )

Nas : 2Raj 11:1

Atalya, satu-satunya penguasa dalam sejarah Yehuda yang bukan keturunan Daud, menjadi ratu selama enam tahun pemerintahan yang bengis. Putri Ahab dan Izebel ini telah menikah dengan Yoram, putra Yosafat, raja Yehuda. Ketika Raja Ahazia (lih. 2Raj 9:27), putra tunggal Yoram dan Atalya, terbunuh dalam peristiwa pemusnahan rumah tangga Ahab oleh Yehu ketika ia berkunjung ke utara, Atalya yang licik itu menaiki takhta Yehuda dan berusaha memusnahkan keluarga kerajaan, yaitu keturunan Daud, termasuk semua cucunya sendiri. Akan tetapi Yoseba, istri imam besar Yoyada, menyembunyikan putra Ahazia yang masih bayi bernama Yoas dan dengan demikian memelihara keturunan Daud yang darinya Mesias akan lahir (ayat 2Raj 11:2-3; 2Sam 7:11,16; 1Raj 8:25; bd. Mat 1:8-9).

(0.10) (2Raj 18:5) (full: PERCAYA KEPADA TUHAN. )

Nas : 2Raj 18:5

Setelah mengisahkan kejatuhan Samaria dan kerajaan utara, penulis melanjutkan dengan sejarah Yehuda (kerajaan selatan) dimulai dengan pemerintahan Raja Hizkia yang baik. Ia dianggap sebagai salah seorang raja terbesar Yehuda karena kepercayaan dan ketergantungannya pada Allah. Hizkia sangat mempercayai Allah, memelihara perintah-perintah Allah (ayat 2Raj 18:3-6), dan mendorong umat itu untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah (2Taw 30:6-9). Pada permulaan pemerintahannya ia memperbaiki dan menyucikan Bait Suci, memulihkan para imam dan suku Lewi kepada pelayanannya dan menegakkan perayaan Paskah kembali (2Taw 29:3; 2Taw 30:5). Dengan penuh semangat ia berusaha untuk membinasakan semua mezbah berhala dan bukit pengorbanan di Yehuda (ayat 2Raj 18:4). Lihat pasal-pasal 2Raj 19:1-20:21; 2Taw 29:1-32:33 dan pasal Yes 36:1-39:8 untuk keterangan selanjutnya mengenai masa pemerintahan Hizkia.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA