Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 15 dari 15 ayat untuk inspirasi [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kel 31:3) (ende)

Roh Tuhan memberi inspirasi dan kekuatan istimewa djuga untuk tugas-tugas djasmani, tetapi selalu dalam hubungan dengan pengabdian kepada Tuhan.

(0.67) (Hab 1:11) (jerusalem: seperti angin) Seperti angin ribut cepat berlalu dan hanya meninggalkan reruntuhan, begitulah musuh berlalu. Ahli-ahli lain mengartikan bagian ayat ini sbb: maka roh sudah berlalu dan pergi. Artinya: inspirasi kenabian untuk sementarawaktu berhenti. Lain ahli menterjemahkan: maka ia (penyerbu) merubah minat dan telah melanggar (tugas yang diberikan kepadanya).
(0.42) (Ayb 4:12) (jerusalem: Suatu perkataan) Ialah sebuah "firman sorgawi" yang disampaikan tokoh gaib, Ayu 4:16, selama Elifas "tidur nyenyak", bdk Kel 2:21; 15:12 Firman sorgawi itu bermaksud menimbulkan kekejutan terhadap yang kudus. Jalan gaib untuk mendapat pengetahuan ini berbeda sekali dengan jalan rasional yang lazimnya ditempuh orang berhikmat untuk menemukan ajarannya. Jalan gaib yang ditempuh di sini menyatakan bahwa ajaran para berhikmat mengalami perkembangan, sedikit-sedikitnya pada sementara kalangan orang berhikmat, yang melampaui yang lazim. Hanya "wahyu" yang dikemukakan Elifas ini tidak seluruhnya sesuai dengan pengalaman para nabi yang dalam keadaan berjaga mendapat firman Allah. Wahyu gaib itupun tidak sesuai dengan "inspirasi" yang di kemudian hari menjadi sumber pengetahuan bagi bin Sirakh, Sir 24:31-34; 39:6. "Wahyu" Elifas terlebih serupa dengan mimpi, penglihatan di malam hari, Zak 1:8, yang agak menakutkan. Gaya sastera apokaliptik suka menekankan bahwa penglihatan-penglihatan itu mengejutkan, bdk Dan 4:5; 5:5-6.
(0.33) (1Taw 25:1) (jerusalem: bernubuat) Hanya kitab Tawarikh saja berkata bahwa para penyanyi "bernubuat" jadi adalah "nabi", bdk 1Ta 24:2,3, dan menyebut mereka "pelihat", 1Ta 24:5. Si Muwarikh menganggap kemampuan untuk mengarang dan menyanyikan mazmur semacam inspirasi supaya dengan kurnia kenabian. Tetapi bukan maksudnya bahwa para penyanyi itu adalah "nabi" yang berperan dalam ibadat
(0.33) (Mal 2:1) (sh: Berkat menjadi kutuk. (Jumat, 11 Desember 1998))
Berkat menjadi kutuk.

Tuhan tidak menginginkan manusia ciptaan-Nya binasa (">2Ptr. 3:9). Tetapi sikap tidak menghormati kemuliaan Tuhan semesta alam, tidak menutup kemungkinan merupakan alasan penghukuman Allah. Para imam yang seharusnya bertanggungjawab penuh memelihara pengetahuan dan pengajaran yang benar, telah menyelewengkan makna ibadah, merusak perjanjian anugerah Allah. Mereka yang seharusnya melayani, menuntut untuk dilayani. Jika para "imam" di masa sekarang ini berlaku sama, maka seluruh umat Tuhan sedang menuju kehancuran total. Fungsi saluran berkat berubah menjadi saluran kutuk.

Pola hidup pemimpin rohani. Para imam bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan ibadah umat kepada Allah. Bila terjadi cara dan pemahaman konsep ibadah, merekalah yang paling berisiko terhadap kutukan Allah. Jika demikian, bagaimana pola hidup pemimpin rohani yang berkenan di hadapan Allah? (ayat 3:1" context="true">1) tidak menyimpang dari jalan Tuhan; (ayat 2) takut akan Tuhan, dan gentar akan nama-Nya; (ayat 3) mengajar dengan benar; (ayat 4) jujur meresponi panggilan Allah.

Renungkan: Orang yang tidak menghormati Tuhan, sangat rentan terhadap hukuman Allah; sebaliknya mereka yang mengikuti perintah Tuhan merupakan sumber inspirasi sesama.

(0.33) (2Tim 4:1) (sh: Menuju garis finis (Minggu, 1 September 2002))
Menuju garis finis

Sekali lagi Paulus berpesan pada Timotius untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Namun, pada bagian ini Paulus memberikan alasan yang lain lagi, dari sudut pandang masa depan. Pertama, berkaitan dengan tugasnya sebagai pemberita firman dan pengajar, karena akan datang masa dimana orang lebih suka dengan ketidak benaran dan “dongeng” (ayat 2-4). Kedua,karena penghakiman yang akan datang. Dua kali Paulus menyinggung pengajaran tentang Allah sebagai Hakim. Kesadaran ini seharusnya juga menjadi inspirasi yang membuat Timotius makin sungguh-sungguh melayani. Ketiga, Karena apa yang menanti Paulus “mahkota kebenaran” (ayat 6-8), seperti atlit pada pertandingan olahraga Yunani/Romawi purba. Tetapi, mahkota kebenaran ini bukanlah imbalan setimpal atas jerih payah pelayanan Paulus. Paulus dengan jelas menyebutnya sebagai sesuatu yang “akan dikaruniakan”(ayat 8, apodosei). “Mahkota kebenaran” itu melambangkan pembenaran yang datangnya dari Tuhan sendiri, walaupun dihadapan pengadilan dan dimata dunia, Paulus adalah pesakitan yang duduk dikursi terdakwa. Sudut pandang kemasa depan inilah yang menjadi dasar supaya Timotius sebagai pemberita firman bersikap siap sedia (ayat 2), menguasai diri dalam segala hal (ayat 4), dan “menunaikan” tugas pelayanannya, seperti seorang atlit yang mencapai garis finis dengan baik.

Renungkan: Pelayanan kita yang terutama adalah kehidupan kita sehari-hari.

Bagaimana kita dapat mencapai garis akhir, bergantung pada cara kita memandang diri sendiri: sebagai atlit yang harus terus memotivasi diri, berlatih dan berjuang, atau penonton yang duduk santai?

(0.29) (Kel 15:1) (sh: Pujian bagi Sang Pahlawan Perang (Selasa, 6 September 2005))
Pujian bagi Sang Pahlawan Perang

Banyak pencipta dan penyanyi lagu rohani menyebutkan sumber inspirasi utama mereka adalah Tuhan Yesus. Hal ini biasanya mereka ungkapkan pada kata pengantar album mereka. Ungkapan rasa syukur tersebut dituliskan sebagai bentuk terima kasih mereka atas pertolongan-Nya.

Musa dan umat Israel menuliskan pujian syukur mereka dalam bentuk nyanyian. Pujian syukur itu mereka tuliskan setelah Tuhan melepaskan mereka dari kejaran Firaun dan tentaranya (ayat 14:15-31). Tuhan adalah Sang Pahlawan Perang yang perkasa (ayat 15:2-3). Perbuatan Allah nyata, Ia menghancurkan kekuatan Firaun dan pasukannya dengan menenggelamkan mereka di Laut Teberau (ayat 4-10). Di tangan Allah, laut yang menurut kepercayaan kuno dipandang sebagai kekuatan pengacau yang dahsyat ternyata dimanfaatkan Allah untuk mengalahkan para musuh-Nya. Kuasa Allah jauh lebih dahsyat daripada kuasa allah-allah sesembahan bangsa-bangsa lain (ayat 11).

Pujian ini tidak berhenti pada perayaan kemenangan Allah pada saat itu, tetapi memandang kepada perbuatan Allah di masa depan, ketika Ia akan mengantar umat Israel menuju Tanah Perjanjian (ayat 13-17). Arak-arakan Israel yang dipimpin oleh Sang Pahlawan Perang itu akan membuat gentar para musuh yang wilayahnya dilalui. Semua pendu-duk Kanaan akan gemetar ketakutan. Allah sendiri yang akan membawa umat-Nya ke gunung-Nya yang kudus, supaya mereka menetap di sana dan mengabdi kepada Dia, Sang Raja Kekal (ayat 18).

Kristus adalah Sang Pahlawan Perang yang sudah mengalahkan kuasa maut melalui kebangkitan-Nya dari kema-tian. Dia kini sedang mengantar umat-Nya mengarungi padang gurun kehidupan ini menuju Surga yang mulia. Dengan Kristus beserta kita, seharusnya kita tidak takut lagi terhadap musuh-musuh kita dan segala kesulitan hidup.

Responsku: Masalah, kesulitan, dan penderitaan tidak akan menyurutkanku untuk memuji Dia!

(0.29) (1Taw 11:10) (sh: Semangat mengabdi terpadu (Senin, 4 Februari 2002))
Semangat mengabdi terpadu

Peneguhan Allah atas Daud dan pengakuan seluruh rakyat atas kepemimpinan Daud kini mewujud dalam kesatuan juang dan pengabdian yang sungguh membangkitkan ilham bagi kita. Berkat Allah memantapkan kekuasaan Daud tidak terjadi sekejap mata dan tidak tanpa dukungan para abdi yang setia dan piawai.

Dukungan itu dipaparkan dalam berbagai kisah. Pertama, catatan tentang para pahlawan yang memimpin pasukan-pasukan berani dan bagaimana melalui mereka tercapai kemenangan gemilang. Melalui kepemimpinan Yasobam, Eleazar, Abisai, dan Benaya, Daud berhasil memenangkan berbagai peperangan melawan bangsa Filistin, Moab, dan Mesir. Kedua, di samping para pahlawan yang keberanian dan keahlian perangnya menonjol itu, masih banyak lagi para pahlawan gagah perkasa yang menyumbangkan kemenangan. Faktor Daud sebagai raja memang sangat penting, tetapi tanpa perjuangan dan pengabdian semua orang ini, tak mungkin tercapai kemajuan dan perkembangan sebesar yang Daud capai. Dalam nama-nama tersebut disebut juga orang bukan Israel, bahkan ironisnya, Uria, seorang prajurit yang sangat berdedikasi namun menjadi korban dari kegagalan Daud mengendalikan dirinya.

Di pusat catatan tentang para prajurit pahlawan berpengabdian mengagumkan ini diselipkan kisah mengharukan pengabdian seorang prajurit kepada rajanya dan kisah pengabdian sang raja kepada Raja mereka. Karena kasihnya kepada Daud, ia rela menempuh bahaya mencarikan air bagi rajanya. Kisah ini menceritakan tentang keberanian sang prajurit, kepemimpinan Daud yang mampu menginspirasikan kasih dan keberanian sang prajurit itu, sekaligus mengungkapkan kerendahan hati Daud yang mengalihkan cinta sang prajurit menjadi ungkapan ibadah umat bagi Tuhan. Daud bukan menolak dan menyia-nyiakan pengabdian prajuritnya, namun dengan penuh syukur Daud mengalihkan pengabdian sang prajurit kepada Allah, Raja segala raja, satu-satunya yang patut menerima pengabdian hidup dari umat-Nya.

Renungkan: Bukan hanya kesatuan dan persatuan yang pemimpin perlu usahakan, tetapi kemampuan memberikan inspirasi tentang arti mengabdi kepada yang dipimpin karena hidup pemimpin sendiri adalah pengabdian total kepada Tuhan.

(0.29) (Ayb 4:1) (sh: Takut akan Allah, sandaranmu (Senin, 29 November 2004))
Takut akan Allah, sandaranmu

Suasana kitab Ayub berubah. Sampai menjelang akhir kitab ini, yang akan kita baca dan renungkan bukan lagi kisah hidup dan penderitaan Ayub tetapi percakapan antara teman-teman Ayub dan Ayub. Percakapan itu bersifat teguran, anjuran, bantahan, dan berbagai perenungan teologis tentang penderitaan dan realitas hidup. Umumnya, teman-teman Ayub menegaskan bahwa penderitaan adalah hukuman Allah atas dosa, karena itu Ayub harus bertobat. Ayub membantah hal itu sambil menunjuk kepada fakta kesalehannya.

Dari semua teguran para sahabat Ayub, teguran dari Elifas cenderung paling lembut. Elifas mengakui fakta dampak positif hidup Ayub pada banyak orang. Nasihat dan teladan hidup Ayub telah membangun kehidupan banyak orang, bahkan mereka yang sedang terpuruk sekali pun (ayat 3-4). Elifas juga mengakui fakta bahwa sebelum ini, kesalehan Ayub dan takutnya akan Allah adalah dasar Ayub memiliki kehidupan yang penuh pengharapan (ayat 6). Secara lembut Elifas menjadikan fakta-fakta tadi teguran agar Ayub berpegang teguh pada prinsip-prinsip hidup yang sudah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang itu dan bersabar dalam penderitaan yang sedang dialaminya.

Berdasarkan ilham adikodrati yang didapatkannya dalam perenungan (ayat 12-16), Elifas mengingatkan Ayub bahwa tidak ada makhluk ciptaan Allah yang dapat mengklaim dirinya benar di hadapan Allah (ayat 17). Argumen Elifas ini meloncat dari hal moral ke hal perbedaan sifat hakiki. Malaikat yang kudus saja pun tidak benar di hadapan Allah, apalagi manusia (argumen moral). Malaikat yang di surga bersama Allah saja pun tidak benar di hadapan Allah, apalagi makhluk fana seperti manusia yang di bumi ini (argumen perbedaan hakikat). Teguran, pandangan benar, peneguhan, hiburan, atau apakah yang diperlukan Ayub saat itu? Apakah pengetahuan kita akan kebenaran firman Tuhan akan dengan sendirinya membangun hidup orang lain? Apa yang membuat orang tertolong melalui kita?

Doa: Tuhan, buatku peka untuk membedakan sikap dan kebenaran apa yang orang lain butuhkan dariku.

(0.29) (Mzm 84:1) (sh: Gereja, oasis Allah untuk dunia (Selasa, 27 September 2005))
Gereja, oasis Allah untuk dunia

Isi mazmur indah ini mengingatkan saya tentang pengalaman saya mendaki Gunung Bromo beberapa tahun lalu. Meski perjalanan itu berat dan meletihkan, saya bertekad terus berjalan menapaki lautan pasir, lalu mendaki lereng gunung itu. Saya berbuat demikian karena ingin menempa ketahanan fisik saya. Tetapi bukan itu saja, daya tarik pemandangan kawah saat matahari terbit juga memicu semangat saya.

Kebiasaan umat Israel berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, selain untuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, juga menjadi bagian disiplin rohani yang menempa spiritualitas mereka agar tangguh. Medan berat dan penuh bahaya saat berziarah itu melambangkan situasi perjalanan iman umat Tuhan baik zaman dulu maupun sekarang. Kesulitan itu tidak memadamkan iman, sebaliknya ada berbagai hal penting dalam penghayatan iman itu justru memicu kobaran semangat agar umat terus berjuang untuk maju. Indahnya Bait Allah (ayat 2) dan hadirat-Nya (ayat 3a), arti-Nya sebagai Raja dan Allah bagi umat (ayat 4), serta mezbah-Nya, merupakan pembangkit hasrat besar untuk umat Israel terus maju sampai mereka berjumpa dengan Tuhan dalam rumah-Nya (ayat 3b, 4). Dalam perjuangan untuk maju itu, orang beriman akan membawa dampak transformasi bagi sekitarnya (ayat 7), sementara itu mereka sendiri akan semakin kuat dalam Tuhan (ayat 6,8).

Gereja adalah diri kita sendiri. Gereja adalah tempat hadirat Allah dan keindahan-Nya terpancar, pemberlakuan pendamaian, pewartaan kebenaran, dan keakraban saudara seiman dipraktikkan. Liturgi, fokus pelayanan para pejabat gereja, sikap semua warga, suasana ibadah persekutuan, semangat misi, dan semua unsur penyelenggaraan, harus membuat Gereja menjadi inspirasi bagi umat untuk menyebarkan harum kemuliaan Allah.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.29) (Mzm 150:1) (sh: Akhir sebuah pujian (Selasa, 31 Desember 2002))
Akhir sebuah pujian

Mazmur ini dimulai dan diakhiri dengan kata haleluya, suatu seruan untuk memuji Tuhan. Dari awal hingga akhirnya paling sedikit ada 10 kata "puji" muncul. Seakan-akan pemazmur ingin mengatakan ini: "Anda bisa saja melupakan apa yang tertulis dalam mazmur-mazmur yang telah Anda baca. Namun, jangan pernah lupakan bahwa sangat penting bagi iman yang autentik untuk memuji Allah!" Ayat 1 mengkonfrontasi kita dengan sebuah pertanyaan yang terbuka. Tidak ada keraguan bahwa "cakrawala-Nya yang kuat" melambangkan langit sebagaimana dalam Kej. 1:6 dinyatakan. Namun, apa yang dimaksud dengan "tempat kudus"? Tampaknya, pemazmur menyejajarkan tempat kudus ini ke tempat kudus di bumi, yaitu Bait Allah di Yerusalem, tempat orang-orang memuji Allah. Perlu juga kita ketahui dan ingat bahwa Bait Allah di bumi dianggap sebagai cerminan dari Bait Allah surgawi, takhta Allah Yang Mahatinggi.

Sebagaimana telah kita lihat dalam mazmur-mazmur sebelumnya, panggilan untuk memuji Allah didukung oleh alasan yang penting dan niscaya perlu. Alasan dalam ayat 2 merupakan alasan yang umum, yang dapat diisi secara pribadi berdasarkan pengalaman masing-masing orang. Alasan ini memusatkan diri pada perbuatan- perbuatan yang ajaib dan keagungan yang luar biasa. Keduanya berbicara tentang kuasa yang di luar pemahaman manusia.

Dalam ayat 3-5, orkestra Bait Allah diundang untuk memberikan sumbangannya ke puji-pujian bait Allah. Namun, tidak ada musik atau alat musik, betapa pun memberikan inspirasi, dapat cukup menjadi alat untuk mengungkapkan pujian kepada Allah. Musik tersebut harus digabung dengan semua yang bernafas. Nafas hidup adalah pemberian Allah bagi semua makhluk, dan itu adalah anugerah (Kej. 7:22). Hadiah ini harus direspons oleh setiap orang dengan puji-pujian. Pujian haleluya yang sejati haruslah paduan suara alam semesta.

Renungkan:
Akhir sebuah pujian yang sejati adalah gema pujian yang tidak berkesudahan, mengajak semua makhluk bersatu irama memuji Yang Kuasa.

(0.29) (Dan 2:16) (sh: Bersama dengan Allah (Minggu, 18 April 1999))
Bersama dengan Allah

Jika kita hidup pada masa itu, maka kita akan menyimpulkan bahwa Daniel nekad! Bayangkan, dari sekian banyak orang berhikmat, ahli nujum, ahli jampi yang dimiliki raja, tak seorang pun mampu memecahkan misteri mimpinya. Mereka yang diakui keahlian dan kemampuannya menyerah, tak mampu berbuat apa-apa. Namun, ketika Daniel memutuskan untuk menghadap raja dan menawarkan jasa menjelaskan dan mengartikan mimpinya, mata iman dan keyakinan kita terbuka. Daniel tidak berjuang sendiri, ia memohon penyertaan dan kasih sayang Allah. Allah mendengarkan doanya dan memberinya hikmat serta kemampuan untuk mengungkap misteri mimpi raja. Bila berada bersama Allah tak ada permasalahan yang tak dapat diselesaikan.

Karunia Allah. Di hadapan raja, Daniel tidak langsung berbicara nyerocos menjelaskan dan mengartikan rahasia mimpi raja. Dengan strategi tenang dan memiliki kesadaran penuh bahwa Allah besertanya, Daniel memulai penjelasannya. Perhatian raja dimanfaatkannya untuk menjelaskan bahwa kemampuannya menjelaskan dan mengartikan rahasia mimpi raja sepenuhnya adalah hikmat dan karunia dari Allah. Hanya Allah, Sumber segala hikmat, di sorga yang berkuasa mengungkapkan segala yang tersembunyi. Hikmat dan kemampuan menyelami hal-hal yang Allah nyatakan bukan merupakan kemampuan manusia, tetapi merupakan karunia Allah.

Mitra Allah. Ketika Daniel memutuskan untuk menghadap raja Nebukadnezar, ketika itu pula ditegaskan bahwa keberhasilannya memecahkan misteri mimpi raja bukan merupakan kehebatan dan kemampuannya, tetapi pemberian Allah. Daniel dkk. menunjukkan kepada kita bagaimana bersikap sebagai mitra Allah. Orang-orang yang layak disebut mitra Allah adalah orang-orang yang dengan penuh keyakinan bergantung pada Allah, rendah hati, dan berusaha memusatkan pikiran orang bukan pada dirinya tetapi pada Allah.

Renungkan: "Mitra" adalah alat. "Mitra" Allah adalah alat Tuhan menyalurkan kehendak dan inspirasi-Nya. Sebagai jemaat, yang harus dipermuliakan dan diagungkan adalah Allah bukan alat-alat-Nya atau mitra-Nya.

(0.29) (Am 7:1) (sh: Indikator kesungguhan kenabian (Rabu, 23 Juli 2003))
Indikator kesungguhan kenabian

Nabi Amos memperoleh inspirasi ilahi lewat berbagai penglihatan (ayat 1:2,4,7,8). Berulang kali Amos beroleh penglihatan akan datangnya hukuman Allah yang dahsyat. Berulangkali pula Amos menempatkan diri di tempat umat-Nya. Ia mengajukan permohonan agar Allah mengasihani dan tidak menjatuhkan hukuman sedahsyat itu. Inilah indikator pertama kesungguhan kenabian. Seorang nabi sejati tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Nabi sejati peka terhadap suara dan kehendak Tuhan tetapi juga prihatin akan keadaan umat.

Sesudah dua kali berturut-turut Amos bersyafaat di hadapan Allah, pada penglihatan ketiga dan selanjutnya (ps. 8), Allah tidak lagi memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk luput dari hukuman. Kesabaran Allah ada batasnya. Masa penghukuman itu pasti akan datang. Tidak ada waktu berbalik. Amos pun tidak lagi memohon kepada Allah untuk mengubah rencana-Nya. Amos adalah hamba Allah, maka ia tidak boleh membela umat yang berdosa lebih dari ia "membela" kebenaran Allah. Penghukuman akan terjadi, tragedi peperangan akan menghancurkan: [1] ibadah Israel yang penuh dengan kemunafikan (ayat 9; bdk. 4:4,5); [2] para penguasa dan keluarga mereka yang berlaku lalim terhadap rakyat (ayat 9,11).

Lain halnya dari Amos adalah Amazia, imam palsu yang melayani Yerobeam. Yang imam ini lakukan adalah ciri nabi palsu. Untuknya kenabian atau keimaman adalah soal "cari makan" (ayat 12). Urusannya bukanlah membela umat dan menaati Tuhan tetapi memberi keyakinan-keyakinan palsu kepada raja (ayat 12). Kepalsuan membuatnya siap mengusir Amos sebab pemberitaan Amos tentang kematian Raja Yerobeam dan pembuangan Israel membahayakan (ayat 11). Semua nabi profesional hanya menubuatkan hal-hal yang menyenangkan.

Renungkan: Kita pun dipanggil untuk menyatakan dan mempraktikkan kebenaran kepada keluarga dan orang-orang sekitar kita.

(0.29) (1Tes 4:13) (sh: Kedatangan Tuhan (Selasa, 28 Oktober 2003))
Kedatangan Tuhan

Gereja perdana memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan dan pasti, bahwa sebentar lagi Kristus segera akan kembali. Bahkan ada yang berkeyakinan sebelum mereka meninggal dunia Kristus sudah datang kembali. Pengharapan ini: [1] membuat mereka kuat dan tegar dalam masa-masa penganiayaan; [2] mewarnai semangat dan keberanian mereka dalam bersaksi dan melayani; [3] mendorong dan menyegarkan kehidupan mereka, sehingga mereka memiliki iman yang teguh di tengah badai.

Namun jemaat Tesalonika mempunyai pertanyaan mengenai nasib saudara- saudara mereka yang telah meninggal lebih dahulu. Mereka berduka karena mengira saudara-saudara mereka itu tidak akan bertemu dengan Kristus lagi (ayat 13). Paulus menjawab pertanyaan mereka dengan mengatakan bahwa baik yang sudah lebih dahulu meninggal maupun yang masih hidup ketika Kristus datang, kedua-duanya akan bertemu dengan-Nya dan tinggal bersama-Nya selama-lamanya (ayat 14-17). Tersirat dari teks ini bahwa Paulus memberikan penghiburan dan kekuatan kepada jemaat Tesalonika, bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, mati atau hidup semuanya kita alami karena Kristus, dengan Kristus, melalui Kristus dan bersama-sama Kristus.

Agama Kristen adalah agama pengharapan. Itulah sebabnya Kristen penuh dengan optimisme Injil. Ia memproklamirkan nilai-nilai yang kreatif dan positif. Kekristenan menekankan anugerah bukan dosa, pengampunan bukan hukuman, kasih sayang bukan penghakiman, kemenangan bukan kekalahan, hal-hal yang abadi bukan yang temporal. Pusat dari semua pengharapan ini adalah Kristus yang bangkit. Ia hidup sekarang, memberikan inspirasi, membebaskan dan menyelamatkan.

Renungkan: Yesus Kristus sudah bangkit untuk selama-lamanya. Itulah Injil pengharapan, tentang Yesus yang hidup, yang selalu memberikan kita kekuatan.

(0.25) (Kis 21:1) (sh: Kehendak Tuhan dan kasih sayang persaudaraan (Rabu, 28 Juni 2000))
Kehendak Tuhan dan kasih sayang persaudaraan

Setiap menjelang peringatan hari kemerdekaan negara kita, slogan 'Merdeka atau Mati' selalu terdengar dan dibacakan kembali hampir di setiap penjuru negara kita. Slogan itu bermaksud mengingatkan seluruh bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan itu diraih dengan perjuangan berat dan kegigihan untuk mencapai suatu tujuan dengan harga berapa pun.

Perjalanan Paulus tahap akhir menuju Yerusalem juga menggambarkan keteguhan dan kegigihannya untuk mencapai tujuan hidupnya dengan harga nyawa sekalipun. Setelah perpisahan yang berat secara emosi dan perasaan dengan tua-tua Efesus, Paulus kembali dilimpahi kasih persudaraan Kristen, ketika ia dan teman-temannya singgah di Tirus. Mereka mengalami pelayanan dan keramahtamahan persaudaraan kristen selama 7 hari. Di tengah-tengah keindahan dan kehangatan kasih persaudaraan ini, Paulus menerima nasihat dari murid-murid untuk tidak pergi ke Yerusalem. Tidak mustahil bahwa Paulus waktu itu mengalami pegumulan kejiwaan yang berat. Betapa tidak, kesengsaraan di Yerusalem menanti, sementara di Tirus dia mengalami kelimpahan berkat dan dapat terus berguna bagi jemaat. Namun dia tetap pergi untuk mencapai tujuan hidupnya. Apakah berarti Paulus tidak taat kepada Roh Kudus? Tidak! Paulus yakin bahwa Roh Kudus memang memimpin dia ke Yerusalem (20:22-23). Sedangkan murid-muridnya yang berusaha mencegah kepergiannya, sebelumnya telah mendapat inspirasi dari Roh Kudus tentang apa yang akan dialami oleh Paulus. Mereka berinisiatif mencegah Paulus karena semata faktor perasaan, emosi, dan pemikiran manusia yang sempit.

Puncak pergumulan kejiwaan Paulus dialami ketika murid-murid di Kaisarea sampai menangis ketika berusaha menahan kepergian Paulus. Tangisan itu mengungkapkan betapa mereka mengasihi dan menyayangi Paulus. Ini merupakan daya tarik yang sangat kuat bagi Paulus dan ia pun sempat mengakuinya (13). Namun akhirnya ia keluar sebagai pemenang dalam tarik-menarik itu (13). Ia tetap mencapai tujuan hidupnya yang ditetapkan oleh Roh Kudus yaitu mati karena nama Tuhan (20:23, 21:13).

Renungkan: Peka dan berhati-hatilah, tidak selalu yang benar dan baik di mata manusia dan tidak selalu yang bernuansakan pelayanan, sesuai dengan kehendak Tuhan bagi hidup kita.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA