Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 28 ayat untuk keahlian [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 107:27) (jerusalem: akal) Keahlian para pelaut tidak berguna apa-apa. Hanya Tuhan dapat meredakan taufan.
(0.63) (Kis 26:24) (jerusalem: membuat engkau gila) Festus menjadi bingung karena keahlian Paulus di bidang Kitab Suci; kiranya Paulus menggunakan metode Yahudi di bidang itu. Sangat terkesan oleh Agripa berdiam diri, lihat jawabannya dalam Kis 26:28.
(0.50) (Kel 35:30) (sh: Keahlian manusia dan urapan Allah. (Senin, 22 September 1997))
Keahlian manusia dan urapan Allah.

Tidak ada benda ciptaan tangan manusia yang dapat melukiskan keindahan dan kemuliaan Tuhan. Meski demikian, adalah wajar bila kemah pertemuan itu dibangun dan dilengkapi alat dan perkakas yang indah serta mulia. Itu merupakan ungkapan hormat dan bakti umat kepada Tuhan mereka. Bila prinsip ini sudah dipahami benar, adalah suatu kehormatan bahwa keahlian seni boleh dipakai untuk kepentingan ibadah. Keahlian seni selain bakat dan hasil latihan, juga adalah karunia dan urapan Allah. Semua dapat dipakai untuk memuliakan Allah, asal dikuduskan dan diurapi oleh-Nya.

Keagungan Tuhan dinyatakan. Tuhan menentang penyembahan berhala yaitu kecenderungan manusia menganggap sesuatu sebagai Tuhan. Namun karena seluruh isi alam ini adalah ciptaan Tuhan, hal-hal itu dapat memancarkan kemuliaan Tuhan. Demikian pun dalam diri manusia terdapat kemampuan sebagai gambar Allah untuk mencerminkan kemuliaan-Nya melalui karya-karya yang manusia buat.

Renungkan: Jika kemah atau gedung tempat umat beribadah harus teliti mencerminkan kemuliaan Tuhan, terlebih tubuh dan hidup kita yang adalah Bait Allah yang hidup.

Doa: Jadikanlah hidup kami suatu ungkapan kebesaran-Mu, Tuhan.

(0.49) (Kel 31:1) (sh: Karunia Roh untuk memuliakan Tuhan (Minggu, 14 September 1997))
Karunia Roh untuk memuliakan Tuhan

Pekerjaan Tuhan tidak boleh dititipkan kepada sembarang orang. Semua jenis pelayanan, baik yang langsung bersifat rohani maupun yang bersifat praktis, merupakan panggilan dari Tuhan. Bezaleel dan Aholiab dipanggil Tuhan untuk suatu tugas yang mulia, yakni untuk membuat alat dan perabot yang akan dipakai untuk ibadah umat Israel dalam Kemah Pertemuan. Agar mereka dapat melakukan tugas mulia itu, Allah memenuhi Bezaleel dengan Roh Kudus, dengan keahlian dan pengertian. Karunia Roh Kudus yang Bezaleel terima ialah karunia keahlian kesenian pahat yang berguna untuk pembangunan Kemah Ibadah itu. Keahlian seni dan apa yang mereka kerjakan, bukan sekadar kemampuan dan kehendak manusia, melainkan sesuai dengan segala apa yang Tuhan sendiri inginkan dan perintahkan (ayat 6). Dengan karunia dari Tuhan itu, tim tersebut menghasilkan tempat ibadah yang sungguh di padang gurun.

Karunia khusus, tugas istimewa. Dalam Gereja Tuhan, tiap orang percaya diberikan karunia Roh Kudus (12:7">1Kor. 12:7). Karunia dari Tuhan itu bisa berbentuk karunia supernatural seperti berbuat mukjizat, atau yang berkaitan dengan keahlian atau bakat seperti mengajar atau ukir mengukir. Meski berbeda dan cenderung dinilai berbeda pula oleh manusia, tetapi oleh Tuhan semua sama pentingnya. Apakah Anda berbakat untuk mengajar, menjahit, bernyanyi, membangun, mendoakan, mengunjungi, dlsb., lakukanlah untuk Tuhan dan demi pewujudan kemuliaan-Nya dalam Gereja-Nya. Pakai jangan tahan atau sembunyikan karunia Roh yang dikaruniakan-Nya itu (12:4-8">Rm. 12:4-8).

Renungkan: Tidak ada hal yang lebih menghambat kemajuan pekerjaan Tuhan daripada dua hal ini: 1) Orang yang beranggapan bahwa kemampuannya tidak berarti, 2) orang yang beranggapan dia saja yang paling penting.

Doa: Pakailah tanganku, ya Tuhan, pakailah hidupku. Biarlah segala bakat dan keahlian yang ku terima dari Roh Kudus dipakai hanya untuk kemuliaanMu.

(0.38) (1Raj 7:13) (sh: Mempersembahkan keahlian (Senin, 2 Agustus 2004))
Mempersembahkan keahlian

Seorang rekan hamba Tuhan pernah berkomentar demikian, "Dulu, jika kita mau melayani Tuhan selalu ditekankan motivasi dan hati, sedangkan kepandaian dan keterampilan nomor dua. Sekarang zaman sudah berubah. Walaupun kita memiliki hati tulus, kalau tidak memiliki keterampilan maka pelayanan kita kurang dihargai. Hamba Tuhan masa kini harus punya otak, hati, dan otot sehingga pelayanannya menjadi lebih baik."

Salomo memperhatikan dengan sungguh pembangunan rumah Tuhan dan pembuatan perabotannya. Ia tidak menyerahkan tugas itu kepada sembarangan orang, melainkan kepada orang-orang yang ahli. Untuk perabotan-perabotan yang terbuat dari tembaga, Salomo mempekerjakan seorang ahli seni tembaga, yaitu Hiram dari Tirus (ibunya dari suku Dan, ayahnya orang Tirus -- 2Taw. 2:13). Seperti halnya Daud, Salomo tidak segan menerima bantuan internasional. Segala keahlian dan kepandaian memang berasal dari Tuhan dan orang beriman harus giat mencari jalan agar hal-hal tersebut dapat dikuduskan untuk kepentingan pekerjaan Tuhan yang mulia.

Hiram bekerja, teliti dan tekun. Hasilnya luar biasa! Memang tidak tersurat pujian Salomo di dalam perikop ini, tetapi pernyataan bahwa "Hiram menyelesaikan segala pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah Tuhan" (ayat 40) dan bahwa semua perabotan itu diterima sebagai bagian dari rumah Tuhan sudah menunjukkan kualitas hasil pekerjaan itu. Setelah Salomo menyelesaikan pembangunan rumah Tuhan, maka ia memasukkan perabotan yang dibuatnya dan perabotan yang sudah lebih dulu dipersiapkan oleh Daud, ayahnya. Dengan demikian lengkaplah sudah seluruh isi rumah Tuhan itu (ayat 51). Demikianlah seharusnya pelayanan Kristen kita. Hendaklah kita membangun gereja sebagai persekutuan dan pelayanan, bukan hanya dengan motivasi yang baik tetapi juga dengan pengetahuan dan keterampilan yang terbaik.

Renungkan: Berikan yang terbaik untuk Tuhan. Berikan hatimu, kepintaranmu, keterampilanmu, tenagamu, talentamu, ...

(0.38) (Kej 4:22) (jerusalem: bapa semua tukang) Naskah Ibrani rusak dan diperbaiki menurut Targum, bdk Kej 4:20 dan Kej 4:21. Dalam naskah Ibrani tertulis: juru logam semua tukang. Tiga golongan masyarakat, yaitu peternak, ahli-ahli musik dan juru logam yang berkelana ke mana-mana, semua diberi moyang tersendiri: Yabal (ybl berarti: menggiring): Yubal (yobel berarti: serunai, sangkakala); Tubal (ini nama sebuah bangsa di negeri utara, Kej 10:2, di mana terdapat logam); dalam bahasa-bahasa Semit lain dari bahasa Ibrani kata kain berarti: juru logam; Naama berarti: si jelita, yang dikasihi, dan barangkali dianggap moyang sebuah "keahlian" lain, yang didiamkan oleh Kitab Suci (pelacuran?).
(0.35) (1Tes 2:1) (sh: Pelayan Tuhan teladan. (Rabu, 12 November 1997))
Pelayan Tuhan teladan.

Paulus menyebutkan beberapa alasan mengapa pelayanannya di Tesalonika tidak sia-sia. Semuanya jelas karena Allah saja. Allah telah memberanikan Paulus menanggung penganiayaan (ayat 3). Allah juga melayakkan Paulus menyaksikan Injil (ayat 4). Karunia Allah yang begitu besar dalam diri Paulus juga membentuk keteladanan yang indah sekali. Paulus mewartakan Injil yang benar, bukan kesesatan (ayat 4) dengan didukung oleh motivasi yang murni (ayat 4-5), dengan kasih sayang yang besar (ayat 7-8) dan dengan pengorbanan yang besar (ayat 9). Patutlah kita mengikuti teladan pelayanan Paulus ini bila kita sungguh ingin menjadi hamba Tuhan yang layak bagi-Nya.

Kerohanian dan kegiatan. Zaman ini sangat menekankan profesionalitas. Tidak terkecuali dalam kegiatan rohani pun dituntut para hamba Tuhan yang mampu melayani secara profesional. Bila kita ingin berhasil dalam pelayanan di komisi Sekolah Minggu, kaum wanita, paduan suara, remaja, pemuda, pendidikan Kristen, dlsb., memang kita harus meningkatkan mutu keahlian kita. Bukankah melayani Tuhan harus lebih berkualitas dibandingkan melakukan kegiatan biasa? Namun keahlian saja tidak cukup. Semua pelayan Tuhan yang efektif harus melayani dari kerohanian yang segar dan yang riil.

(0.31) (1Kor 16:13) (ende)

Dasar nasehat-nasehat didalam kesimpulan ini, ialah: Didalam umat meradjalela pengaruh-pengaruh jang sangat membahajakan kesatuan umat (1Ko 1:10-4:21) jang mengantjam kemurnian kesusilaan Indjil (1Ko 4:1-7 dan 1Ko 6:20), jang mengantjam keteguhan iman (seluruh bab 15 (1Ko 15)), maka haruslah umat waspada dan djaga diri.

Djangan pula ada perselisihan (1Ko 3:1-5) setjara kekanak-kanakan karena hal-hal remeh sadja, seperti kegemilangan berpidato, keahlian duniawi dan kebidjaksanaan dunia (1Ko 1:19-21).

Umat harus berpendirian teguh dalam kepertjajaan, berani terhadap segala pengaruh palsu, tetap mendjundjung tinggi dan berusaha mewudjudkan kebidjaksanaan Kristus jang tersalib (1Ko 1:18 dan 1Ko 2:1-5.

(0.31) (1Taw 6:33) (jerusalem: yang memegang tugas itu) Ketika penyanyi Daud, yaitu Heman, 1Ta 6:39, dan Etan, 1Ta 6:44 (dalam 1Ta 25:1,3 disebut Yedutun, bdk bab 16) oleh si Muwarikh dihubungkan dengan ketiga anak Lewi, yaitu Kehat, Gerson dan Merari. Tetapi dalam 1Ra 4:31 Heman dan Etan disebut sebagai orang berhikmat-penyanyi pada zaman dahulu dan Etan dikatakan "orang Ezrahi", yang kiranya berarti: pribumi, jadi orang asli Kanaan, bdk Maz 89:1. Rupanya bait Allah di Yerusalem mula-mula memanfaatkan keahlian orang Kanaan. Dalam 1Ra 2:6 Etan dan Heman dianggap keturunan Yehuda. Tetapi ini kiranya suatu kekeliruan yang disebabkan oleh kesamaan antara kata ezrah dan Zerah, nama seorang anak Yehuda, bdk Kej 38:30,46:12.
(0.31) (Ayb 28:1) (sh: Hikmat sejati hanya ada pada Allah (Kamis, 23 Desember 2004))
Hikmat sejati hanya ada pada Allah

Masih ingat pernyataan manusia kecil dan terbatas di ps. 25? Pada ps. 28 ini, Ayub menyatakan sebaliknya. Syair Ayub tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, Ayub melukiskan bahwa manusia itu berharga di hadapan Allah sebab Allah mengaruniakan kepintaran mencari lokasi sumber alam seperti: emas, perak, besi, dan tembaga (ayat 1-11). Bahkan Ayub memperlihatkan kepiawaian manusia yang jauh melampaui kehebatan burung dan binatang terkuat sekalipun. Ayub menegaskan bahwa keahlian manusia nyata dan patut dihormati karena manusia memiliki hikmat. Akan tetapi, tidak seperti sumber alam yang diketahui tempatnya, manusia tidak dapat menemukan lokasi hikmat (ayat 12-13; 20-21). Itulah sebabnya, Ayub bertanya: "Di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?" (ayat 12). Jelaslah bahwa cara memperoleh hikmat berbeda dengan upaya menggali kepintaran. Allah memberikan kepintaran kepada manusia untuk dipergunakan mencukupi diri sendiri dan mengolah alam. Namun, hikmat tidak bisa didapatkan melalui berbagai keahlian tersebut. Hikmat tidak dapat dibeli atau diperoleh di sembarang tempat. Bagian kedua, Ayub mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh hikmat yang dicari-cari itu. Bagi Ayub, hikmat diperolehnya justru melalui penderitaan yang dialaminya. Mengapa? Ayub meyakini hikmat hanya diberikan Allah melalui perkenan-Nya (ayat 25-28).

Di zaman berteknologi mutakhir ini, kita bisa menjumpai banyak orang yang memiliki kepintaran. Namun, mereka belum tentu berhikmat. Perlu kita bedakan dua jenis hikmat yaitu hikmat yang bersumber dari dunia dan hikmat sejati yang berasal dari Allah. Anda ingin menemukan hikmat sejati? Anda harus bertemu dengan Allah. Ia datang menjumpai kita dengan kasih-Nya melalui Yesus Kristus. Memperoleh hikmat sejati dimulai dengan bertemu Yesus sebagai jalan masuk menuju hikmat sejati. Kehadiran-Nya dalam hati akan menerangi hidup Anda.

Renungkan: Hikmat sejati berbeda dengan kepintaran. Milikilah hikmat yang sejati itu.

(0.25) (Ef 4:14) (full: BUKAN LAGI ANAK-ANAK. )

Nas : Ef 4:14

Dalam ayat Ef 4:13-15 Paulus mendefinisikan orang yang "dewasa" rohaninya sebagai mereka yang memiliki kepenuhan Kristus.

  1. 1) Menjadi dewasa rohani berarti bukan menjadi anak-anak yang mudah goyah, mudah tertipu oleh ajaran palsu dari orang lain dan mudah terpengaruh oleh pameran keahlian yang licik. Orang tetap menjadi anak-anak apabila pengertian dan pengabdian mereka kepada kebenaran alkitabiah tidak memadai (ayat Ef 4:14-15).
  2. 2) Menjadi dewasa secara rohani meliputi "berpegang kepada kebenaran di dalam kasih" (versi Inggris NIV -- "berbicara kebenaran di dalam kasih"), (ayat Ef 4:15). Kebenaran Injil sebagaimana terdapat dalam PB harus dipegang di dalam kasih, diberitakan dengan kasih dan dipertahankan dalam roh kasih. Kasih itu pertama-tama ditujukan kepada "Kristus" (ayat Ef 4:15), kemudian kepada gereja (ayat Ef 4:16) dan kepada satu sama lain (ayat Ef 4:32; bd. 1Kor 16:14).
(0.25) (Mzm 150:1) (sh: Pujilah Tuhan di mana saja (Rabu, 29 September 1999))
Pujilah Tuhan di mana saja

Menurut pemazmur, memuji Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu, atau tergantung situasi. Ajakan pemazmur untuk memuji Allah dalam tempat-Nya yang kudus tentu ditujukan kepada umat-Nya yang setiap saat mengunjungi Bait Allah. Pemazmur menegaskan bahwa memuji Allah tidak hanya terjadi di Bait Allah, tetapi di langit (cakrawala) dan di bumi (ayat 1). Hal ini tidak berarti bahwa umat setiap saat harus mengucapkan kata-kata "haleluya" dan "puji Tuhan", tetapi lebih dari itu ialah memuji Tuhan melalui kuasa yang dimiliki seseorang, melalui jabatan yang disandang seseorang, melalui keahlian atau kepandaian seseorang.

Memuji Tuhan karena kemahakuasaan-Nya. Ajakan pemazmur untuk memuji Tuhan ialah karena Allah perkasa, agung, dan hebat. Perkasa, agung, dan hebatnya Allah itu dialami umat dalam pengalaman hidup mereka: memperoleh pengampunan dan pengenalan akan Allah.

Memuji Allah dengan peralatan musik. Pemazmur juga mengajak kita untuk memahami bahwa memuji Tuhan tidak hanya dapat dikumandangkan dengan alat-alat musik tertentu. Semua yang memperdengarkan bunyi yang indah dapat digunakan untuk memuji Tuhan. Namun musik yang paling indah yang dapat diperdengarkan ialah kehidupan umat Allah sendiri.

Renungkan: Jadikanlah sendi-sendi kehidupan Anda alunan musik yang indah bagi Allah!

(0.25) (Pkh 7:23) (sh: Di luar jangkauan manusia. (Senin, 15 Juni 1998))
Di luar jangkauan manusia.

Manusia banyak memiliki potensi. Tuhan sendiri menanamkan potensi-potensi itu sebagai bagian dari rencana-Nya menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Dengan demikian kemampuan seni, kemampuan berpikir, kehidupan emosional dan sosial, berbagai keahlian kreatif dalam diri kita sedikit banyak mencerminkan keajaiban diri Allah sendiri. Namun manusia tetap ciptaan yang fana, apalagi dosa telah menodai dan menyimpangkan potensi-potensi itu ke hal-hal yang tidak benar. Bila demikian mungkinkah manusia mencapai hikmat sejati dengan upaya sendiri?

Mencari manusia jujur. Sulit memang mencari manusia yang benar, jujur, terpuji di hadapan Allah dan manusia. Pendapat pengkhotbah tentang perempuan (ayat 26) tentu dilandasi oleh pengamatan terhadap kenyataan seperti yang pernah dialami oleh Yusuf dengan istri Potifar, misalnya. Jadi tidak boleh dilihat sebagai kesimpulan umum. Ternyata bukan saja di antara perempuan sulit menemukan kebenaran, di antara pria pun hanya satu dari seribu. Kenyataan ini tidak usah membuat kita putus asa. Apa yang manusia tidak mungkin capai sendiri, tersedia di dalam karya penyelamatan Yesus Kristus.

Renungkan: Selama masalah dosa belum diselesaikan oleh Yesus, hati kita akan tetap lumpuh tak mampu beroleh hikmat.

Doa: Tuhan Yesus, berikan hikmat ilahiMu dalam hatiku

(0.22) (Mzm 45:1) (jerusalem: Nyanyian pada waktu pernikahan raja) Mazmur ini nampaknya sebuah lagu pernikahan raja. Barangkali aselinya diciptakan untuk pernikahan salah seorang raja Israel, misalnya Salomo, Yerobeam II atau Ahab (yang memang menikah dengan seorang puteri Tirus, 1Ra 16:31). Tetapi baik tradisi Yahudi maupun tradisi Kristen mengartikan nyanyian ini secara rohani. Ia mengenai "pernikahan" Allah dengan umatNya dan "pernikahan" Raja-Mesias dengan jemaatNya, bdk Yes 62:5; Yeh 16:8-13, dll. Bagian pertama, Maz 45:3-10, tertuju kepada raja yang sebagai wakil Allah memiliki sifat-sifat Tuhan sendiri, Maz 145:12-13, dll, dan sifat-sifat Imanuel, raja yang dicita-citakan, Yes 9:5-6. Bagian kedua, Maz 45:11-17, tertuju kepada permaisuri. Maz 45:17 dapat juga mengenai raja. Sayanglah naskah Ibrani mengalami banyak kerusakan, sehingga sukar diterjemahkan.
(0.22) (Kel 35:1) (sh: Yang terbaik untuk Tuhan (Minggu, 21 September 1997))
Yang terbaik untuk Tuhan

Bangsa Israel disuruh memberikan persembahan khusus dari harta benda mereka untuk nendirikan tempat beribadah yang indah. Persembahan tersebut berbagai rupa. Ada emas, perak, barang-barang perhiasan, kain, kulit binatang, rempah-rempah, dll. Pokoknya yang dieprsmbahkan kepada Tuhan harus yang terbaik sebab seluruh hidup dan milik mereka berasal dari kebaikan Tuhan saja. Para tukang pun diminta untuk menyumbangkan keahlian mereka demi kemuliaan Tuhan.

Memberi dengan suka dan rela. Musa menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel, lalu mereka pulang ke tempat masing-masing. Ada kesempatan untuk merenungkan firman Tuhan dan memperhitungkan dulu apa yang mau mereka berikan. Tidak ada paksaan, tetapi setiap orang memberi dengan sukacita dan rela hati. Prinsip pemberian sukarela diungkapkan beberapa kali dalam perikop ini. Setiap orang memberi karena "terdorong hatinya" (ayat 5,22,29), "tergerak hatinya" (ayat 21,26), "terdorong jiwanya" (ayat 21) atau "hendak mempersembahkan persembahan khusus" (ayat 24). Namun jelas bahwa setiap orang Israel memberikan sesuatu. Persembahan bangsa Israel itu sedemikian banyaknya sehingga Musa harus menyuruh mereka berhenti, karena yang diberikan lebih banyak daripada yang dibutuhkan (36:5-7">Kel. 36:5-7)!

Persembahan kita. Sebenarnya Allah tidak memerlukan bantuan berupa uang atau harta atau pemberian lainnya. Sesungguhnya jika kita memberi persembahan, kitalah yang beroleh hak istimewa untuk tahu bersyukur kepada Tuhan dan menyadari bahwa Ia telah begitu baik menyediakan segala keperluan hidup kita. Persembahan adalah ungkapan dari pengakuan iman bahwa kita adalah milik Tuhan dan ungkapan dari kesediaan menjadi uluran tangan Tuhan bagi berbagai kebutuhan yang ada baik dalam pekerjaan-Nya maupun dalam sesama kita manusia.

Renungkan: Bila semua warga gereja dibina tentang kasih karunia Allah, tidak perlu dua atau tiga kantong kolekte untuk mengupayakan banyak uang bagi pelayanan gereja!

(0.22) (Kel 39:32) (sh: Ibadah dan ketaatan (Minggu, 28 September 1997))
Ibadah dan ketaatan

Akhirnya selesailah kemah suci itu. Umat Tuhan sudah melakukan dengan tepat semua yang Tuhan Allah perintahkan kepada Musa (ayat 42). Membangun Kemah Suci sesuai yang diperintahkan Tuhan, ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hal-hal kecil yang tidak bisa dianggap sepele, bahkan yang menuntut keahlian khusus yang tinggi dan langka. Ternyata Kemah Suci itu begitu rumit. Tetapi di situlah kita menemukan gambaran tentang keindahan ibadah, yaitu perjumpaan umat di hadapan Tuhan Allah mereka. Ternyata ibadah tidak bisa dibangun tanpa ketaatan dan ketelitian. Selain gedung gereja perlu dibangun dengan memperhatikan selera seni yang tinggi, lebih lagi hidup jemaat harus dibangun dengan ketaatan dan ketelitian yang tinggi.

Kemapanan. Kemah Suci sudah berdiri dengan segala keindahan dan keagungannya. Tetapi apakah kemah itu lalu menjadi lambang kemapanan yang statis? Selain sifat kemah yang sementara dan selalu siap untuk diusung, dipindahkan, demikian juga banyak perabotannya yang diberi pegangan dan kayu pengusung (ayat 35,39). Itu adalah lambang dari sifat Allah yang dinamis yang mengakibatkan umat-Nya pun akan selalu hidup dalam suasana ziarah mengiring Dia. Kemah ibadah bukanlah lambang kemapanan, tetapi harus selalu bergerak, selalu berjalan maju. Gereja sebagai sarana pewujudan Kerajaan-Nya di bumi ini, tidak boleh mapan dan statis. Gereja bukan tujuan tetapi sarana dan alat. Lebih lagi gedung gereja!

Renungkan: Ketika tiang awan dan tiang api kehadiran Allah bergerak memimpin, dengan mudah kemah suci itu dicabut, digulung, bergerak mengikuti pimpinan-Nya. Gesit, ringan, cekatan jugakah, program, anggaran, terutama sikap Gereja kita mengiringi Dia?

Doa: Jauhkan kami dari menjadi vested dan statis, ya Bapa. Mampukan kami memelihara sifat misioner dan visioner dalam mengembangkan ciri kegerejaan kami masa kini.

(0.22) (1Raj 7:27) (sh: Semangat Salomo (Senin, 7 Februari 2000))
Semangat Salomo

Berdasarkan uraian yang diberikan, sulit bagi kita untuk membayangkan bentuk perkakas-perkakas itu secara detail, apalagi tentang fungsi dari perkakas itu dan makna segala ukiran, gambar dan hiasan yang terdapat pada setiap perkakas tersebut. Betapa sulitnya kita membayangkan bagaimana bentuknya, apalagi pembuatannya di zaman itu di mana ilmu dan teknologi belum berkembang seperrti saat ini. Karena itu diperlukan keahlian, ketrampilan, seni dan ketekunan yang tinggi dari pembuatannya. Salomo menyadari bahwa pekerjaan ini tidak ada seorang pun di Israel yang mampu, termasuk dirinya sebagai seorang yang terkenal paling berhikmat. Karena itu Salomo tak segan-segan memanggil Hiram seorang ahli membuat perkakas tembaga dari Tirus. Semua perkakas itu sangat indah, baik dari bentuk, bahan yang dipakai, perhiasan dan mutu pembuatannya.

Yang sangat menarik untuk kita renungkan di sini adalah kalau segala perkakas itu bisa dibuat dalam bentuk dan ornanem perhiasan yang lebih sederhana, mengapa harus dibuat sedemikian rumitnya sehingga orang Israel sendiri tidak mampu mengerjakannya. Selain itu, hal lain yang patut direnungkan adalah Salomo mempekerjakan Hiram seorang "kafir" untuk membantu penyelesaian amanat dari Allah. Dan ternyata Allah tidak mengajukan keberatan karena Hiram hanya sebatas mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya (ayat 40). Tidak ada konsep atau pemikirannya sendiri yang dilaksanakan. Ini sangat penting karena berarti seluruh perkakas itu tidak ada yang mengandung unsur-unsur yang bisa membawa Israel kepda penyembahan berhala.

Salomo tidak mau setengah-setengah di dalam mengemban amanat yang diberikan Allah kepadanya. Inilah jawaban atas pertanyaan perenungan di atas. Karena dia memahami bahwa amanat yang ia terima itu merupakan suatu anugerah dan kepercayaan yang sangat besar yang diberikan TUHAN Allah kepadanya.

Renungkan: Berikan yang terbaik, jangan setengah-setengah, kerjakan dengan segala kemampuan dan modal yang Anda miliki, itulah semangat yang seharusnya mewarnai setiap pelayanan Kristus. Sebab jika kita saat ini mempunyai satu tugas baik kecil maupun besar, baik berat maupun ringan, baik nampaknya sangat penting atau tidak, tunaikan itu dengan semangat seperti Salomo

(0.22) (1Taw 11:10) (sh: Semangat mengabdi terpadu (Senin, 4 Februari 2002))
Semangat mengabdi terpadu

Peneguhan Allah atas Daud dan pengakuan seluruh rakyat atas kepemimpinan Daud kini mewujud dalam kesatuan juang dan pengabdian yang sungguh membangkitkan ilham bagi kita. Berkat Allah memantapkan kekuasaan Daud tidak terjadi sekejap mata dan tidak tanpa dukungan para abdi yang setia dan piawai.

Dukungan itu dipaparkan dalam berbagai kisah. Pertama, catatan tentang para pahlawan yang memimpin pasukan-pasukan berani dan bagaimana melalui mereka tercapai kemenangan gemilang. Melalui kepemimpinan Yasobam, Eleazar, Abisai, dan Benaya, Daud berhasil memenangkan berbagai peperangan melawan bangsa Filistin, Moab, dan Mesir. Kedua, di samping para pahlawan yang keberanian dan keahlian perangnya menonjol itu, masih banyak lagi para pahlawan gagah perkasa yang menyumbangkan kemenangan. Faktor Daud sebagai raja memang sangat penting, tetapi tanpa perjuangan dan pengabdian semua orang ini, tak mungkin tercapai kemajuan dan perkembangan sebesar yang Daud capai. Dalam nama-nama tersebut disebut juga orang bukan Israel, bahkan ironisnya, Uria, seorang prajurit yang sangat berdedikasi namun menjadi korban dari kegagalan Daud mengendalikan dirinya.

Di pusat catatan tentang para prajurit pahlawan berpengabdian mengagumkan ini diselipkan kisah mengharukan pengabdian seorang prajurit kepada rajanya dan kisah pengabdian sang raja kepada Raja mereka. Karena kasihnya kepada Daud, ia rela menempuh bahaya mencarikan air bagi rajanya. Kisah ini menceritakan tentang keberanian sang prajurit, kepemimpinan Daud yang mampu menginspirasikan kasih dan keberanian sang prajurit itu, sekaligus mengungkapkan kerendahan hati Daud yang mengalihkan cinta sang prajurit menjadi ungkapan ibadah umat bagi Tuhan. Daud bukan menolak dan menyia-nyiakan pengabdian prajuritnya, namun dengan penuh syukur Daud mengalihkan pengabdian sang prajurit kepada Allah, Raja segala raja, satu-satunya yang patut menerima pengabdian hidup dari umat-Nya.

Renungkan: Bukan hanya kesatuan dan persatuan yang pemimpin perlu usahakan, tetapi kemampuan memberikan inspirasi tentang arti mengabdi kepada yang dipimpin karena hidup pemimpin sendiri adalah pengabdian total kepada Tuhan.

(0.22) (Ayb 27:11) (sh: Pengajaran Ayub (Rabu, 7 Agustus 2002))
Pengajaran Ayub

Mulai ayat 11 ini, berbalik Ayub menempat-kan dirinya sebagai pengajar. Pasal 28 banyak dianggap sebagai ucapan Zofar atau Bildad kembali. Namun, mengingat nada pasal ini teduh dan tidak berapi-api, anggapan tersebut kurang tepat. Andaikan pasal 28 bukan ucapan Ayub, paling tidak idenya yang berbicara tentang hikmat masih merupakan kelanjutan dari bagian kedua pasal 27 ini.

Sekilas tidak ada perbedaan antara yang Ayub ucapkan tentang nasib orang fasik dari apa yang teman-temannya telah ucapkan sebelum ini. Beberapa bagian seolah bertolak belakang dengan apa yang Ayub nyatakan sebelumnya (ayat 14, bdk. 21:7-9). Bedanya terletak dalam dua hal. Pertama, Ayub kini tidak sedang berbicara tentang orang fasik pada umumnya, tetapi tentang ketiga sahabatnya itu sendiri yang karena telah menuduh Ayub sembarangan tanpa belas kasihan, telah berbuat jahat. Kemungkinan kedua, Ayub memfokuskan penghakiman Allah bukan pada fakta-fakta kemalangan materialistis seperti yang dipikirkan ketiga sahabatnya. Menurut Ayub penghakiman itu akan berbentuk "milik pusaka" orang-orang lalim (ayat 13b). Ayub berpikir secara eskatologis tentang penghakiman akhir dari Allah terhadap orang fasik.

Pasal 28 seolah adalah persiapan bagi kebenaran-kebenaran yang kelak akan Allah sendiri nyatakan kepada Ayub. Sesudah menjawab para sahabatnya tentang penghakiman Allah atas orang fasik, kini Ayub masuk lebih dalam ke pertanyaan soal hikmat. Intinya jelas, para sahabatnya tahu banyak konsep tetapi tidak berhikmat. Jadi, "di manakah hikmat boleh didapatkan?" (ayat 12,20).

Keahlian, ilmu, teknologi seperti yang dikenal pada zaman Ayub memungkinkan manusia menggali potensi-potensi bumi dan membangun dunia (ayat 28:1-11). Namun, hikmat tidak bisa didapat kan melalui kepandaian tersebut. Hikmat tidak pula dapat dibeli atau didapatkan di mana pun, sebab pada hakikatnya hikmat bukan berasal dari dunia ini (ayat 12-19).

Renungkan: "Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi" (ayat 28).



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA