Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 153 ayat untuk kegelapan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12) (Yoh 8:12) (sh: Terang dunia (Selasa, 19 Januari 1999))
Terang dunia

Kebanyakan orang telah mengenal arti kata "terang." Tanpa "terang" manusia tidak dapat melakukan aktivitas hidupnya. Para petani menggarap sawahnya dari matahari terbit sampai matahari terbenam, dlsb. Namun "Terang" yang disampaikan disini, bukan terang lampu, bukan terang matahari, dan bukan pula terang bulan tetapi "Terang Dunia." Terang itulah yang akan diam di dalam hati manusia. Itu berarti bahwa orang tersebut tidak akan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kegelapan, seperti menyeleweng, menipu, mencuri, membunuh, dll.

Tuhan Yesus bukan dari dunia. Ia menegaskan hal itu kepada orang banyak, yang sedang mendengarkan-Nya. Dalam keberadaan-Nya sebagai Manusia Sejati, Dia tetap memiliki keunikan karena tidak berasal dari dunia ini, sehingga Dia tidak akan mati karena dosa. Kekekalan-Nya membuktikan pada dunia bahwa Ia adalah Terang Dunia yang akan tetap menerangi dunia. Keyakinan ini harus menjadi dasar keyakinan Kristen. Dengan demikian, kita telah memiliki Tuhan yang hidup kekal dan yang dapat mendengar keluh kesah kita, serta yang dapat memberikan pertolongan tepat pada waktu-Nya.

Doa: Ya Tuhan jadilah terang dalam hatiku, supaya aku dapat berjalan dalam terang hidup itu.

(0.12) (Kis 12:24) (sh: Disuruh dan diutus (Sabtu, 19 Juni 1999))
Disuruh dan diutus

Amanat Kristus untuk memberitakan Injil adalah amanat bagi pengikut Kristus. Harus diakui, tidak mudah melaksanakan amanat tersebut. Banyak tantangan dan rintangan yang menghadang, karena itu Roh Kudus memberi semangat, kuasa, keberanian dan petunjuk sehingga para murid mampu melaksanakannya. Pengutusan Barnabas dan Saulus merupakan awal gerakan akbar pekabaran Injil "sampai ke ujung bumi". Menjadi utusan berarti bekerja sendiri tetapi bukan untuk diri sendiri; diperlengkapi dengan visi dan motivasi dan ditempatkan dalam jaringan kerja oleh Dia yang mengutus.

Injil dan Iblis. Di mana Injil Tuhan diberitakan, di sanalah terjadi peperangan dengan kuasa kegelapan. Si Iblis selalu berusaha menggagalkan pekerjaan Roh Kudus, agar manusia tidak memperoleh keselamatan. Elimas si tukang sihir, jelas adalah antek Iblis. Dengan berbagai usaha dia berusaha menghalangi perjalanan Injil. Sampai kini berbagai bentuk kerja Iblis masih beroperasi, menggelapkan hidup orang dan melawan Injil. Praktek mistik, takhyul dan kontak dengan dunia gaib, banyak dilakukan. Betapa pun hebatnya strategi iblis tetapi kuasa Roh Kudus tetap lebih besar, kita harus tetap waspada.

Doa: Ya Tuhan Yesus, Injil-Mu adalah kekuatan bagi orang yang sungguh-sungguh beriman dan setia mengemban amanat-Mu. Amin.

(0.12) (1Yoh 2:7) (sh: Perintah Baru (Minggu, 30 November 2003))
Perintah Baru

Hal pokok dalam upaya menghidupkan Kristus adalah dengan meneladani perkataan dan perbuatan-Nya. Semua perkataan dan perbuatan Kristus mendemonstrasikan kasih. Inilah yang diingatkan Yohanes kepada jemaat. Menghidupkan kasih adalah perintah baru. Perintah untuk saling mengasihi telah mereka dengar sejak mereka percaya pada Yesus (ayat 7). Sejak mendengar Injil mereka telah didorong untuk mengasihi. Jika demikian, ini bukan perintah baru. Yohanes menyadari bahwa perintah mengasihi adalah perintah lama, namun disebut sebagai perintah baru dalam arti sebelumnya belum pernah terlihat. Yesus Kristus menunjukkan kasih kepada manusia. Demonstrasi kasih yang Yesus lakukan ketika Dia disalibkan belum pernah dilihat manusia. Demonstrasi kasih seperti ini benar-benar baru bagi manusia. Perintah kasih adalah baru karena terus menerus dihidupkan dalam setiap pengikut-Nya (ayat 8).

Kasih menjadi kenyataan hidup yang belum pernah diwujudkan manusia sebelumnya. Oleh karena itu sepatutnyalah orang Kristen menghidupkan kasih Yesus di dalam perkataan dan perbuatannya setiap hari (ayat 9-11). Hidup dalam kasih berakibat semakin pudarnya kegelapan karena terang semakin bercahaya. Kasih Kristus tidak pernah terbatas pada tembok-tembok gereja. Kasih Kristus diarahkan kepada semua manusia.

Renungkan: Orang Kristen harus memperluas jangkauan kasih kepada semua manusia. Jika kita tidak mengasihi berarti kita sedang membenci. Tidak ada pilihan lain.

(0.11) (2Taw 32:31) (full: UNTUK MENCOBAINYA. )

Nas : 2Taw 32:31

Kisah mengenai urusan Hizkia dengan utusan-utusan Babel terdapat dalam 2Raj 29:12-19 dan pasal Yes 39:1-8. Allah kadang-kadang menarik tanda-tanda kedekatan dan perkenan-Nya supaya menguji hati dan keteguhan kepercayaan hamba-hamba pilihan-Nya. Allah dapat juga menguji kemurnian pengabdian orang percaya supaya melatih mereka dalam kerendahan hati dan mempersiapkan mereka untuk tugas atau tanggung jawab yang lebih besar.

  1. 1) Beberapa cara Allah menguji umat-Nya ialah dengan
    1. (a) keadaan buruk yang tak kunjung berakhir, seperti Yusuf di Mesir (Kej 39:1-40:23),
    2. (b) penderitaan jasmaniah atau emosional, seperti Ayub (Ayub 1:1-2:13),
    3. (c) penundaan penggenapan janji-janji Allah, seperti Abraham dan Sara (pasal Kej 15:1-21:34) dan mimpi-mimpi Yusuf (Kej 37:1-36; 42:6; bd. Mazm 105:17-19),
    4. (d) ujian ketaatan yang sulit, seperti Abraham dengan Ishak (Kej 22:1-24) atau Raja Saul (1Sam 15:1-35), dan
    5. (e) musim-musim kekeringan atau kegelapan rohani yang dialami sebagian besar umat Allah pada waktu tertentu dalam kehidupan ini.
  2. 2) Belajar untuk mempercayai Allah dan tetap setia di tengah-tengah pengalaman yang berat menghasilkan buah iman teguh yang matang, watak teruji, ketaatan dewasa, dan perkenan Allah (bd. 2Kor 12:7-10). Di tengah-tengah ujian yang berat, Ayub menyatakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku, seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas" (Ayub 23:10; bd. Za 13:9). Diuji oleh Allah belum tentu menjadi tanda bahwa Ia tidak berkenan atau menghukum kita, tetapi mungkin menjadi tanda dari maksud-Nya yang lebih besar bagi orang yang hatinya sedang diuji oleh-Nya.
(0.11) (Mrk 8:34) (full: MEMIKUL SALIBNYA. )

Nas : Mr 8:34

Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1Pet 2:21; 4:13), kematian (Kis 10:39), kehinaan (Ibr 12:2), cemoohan (Mat 27:39), penolakan (1Pet 2:4) serta penyangkalan diri (Mat 16:24). Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri (Luk 14:26-27) dan mengabdikan diri kepada empat macam pergumulan dan penderitaan:

  1. 1) Kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa (Rom 6:1-23; 1Pet 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa (Rom 6:1-23; 8:13; Gal 2:20; 6:14; Tit 2:12; 1Pet 2:11,22-24).
  2. 2) Kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu kita memajukan Kerajaan Allah (2Kor 10:4-5; 6:7; Ef 6:12; 1Tim 6:12). Kita mengalami baik perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya (2Kor 6:3-7; 11:23-29; 1Pet 5:8-10) maupun penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang memutarbalikkan Injil yang benar (Mat 23:1-36; Gal 1:9; Fili 1:15-17).
  3. 3) Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia (Yoh 15:18-25; Ibr 11:25-26) ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatannya itu jahat (Yoh 7:7), dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral dan rohani

    (lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA),

    dan dengan menolak semua norma dan falsafahnya (1Kor 1:21-27).
  4. 4) Seperti Yesus, mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan dari dunia agama (ayat Mr 8:31;

    lihat cat. --> Mr 8:15).

    [atau ref. Mr 8:15]

(0.11) (2Kor 10:4) (full: SENJATA KAMI DALAM PERJUANGAN. )

Nas : 2Kor 10:4

Peperangan kita ialah melawan kuasa rohani yang jahat (Ef 6:12). Oleh sebab itu, senjata duniawi seperti kecerdikan, bakat, kekayaan, ketrampilan berorganisasi, kefasihan bicara, propaganda, kharisma, dan kepribadian manusiawi tidaklah memadai untuk meruntuhkan benteng Iblis. Senjata satu-satunya yang memadai untuk membinasakan kubu-kubu Iblis, ketidakbenaran dan pengajaran yang palsu itu ialah senjata yang dikaruniakan Allah.

  1. 1) Senjata ini sangat ampuh oleh karena bersifat rohani dan berasal dari Allah. Di bagian lain, Paulus mencatat beberapa senjata ini: penyerahan kepada kebenaran, hidup yang benar, pemberitaan Injil, iman, kasih, pengharapan keselamatan, Firman Allah, dan doa yang tak berkeputusan (Ef 6:11-19; 1Tes 5:8). Dengan menggunakan berbagai senjata ini untuk melawan musuh, maka jemaat akan menang. Kehadiran dan kerajaan Allah akan dinyatakan dalam kuasanya untuk menyelamatkan orang berdosa, mengusir setan-setan, menguduskan orang percaya, membaptis dengan Roh Kudus dan menyembuhkan orang sakit

    (lihat art. TANDA-TANDA ORANG PERCAYA).

  2. 2) Gereja masa kini sering dicobai untuk menghadapi tantangan dunia dengan senjata duniawi, yaitu melalui hikmat manusia, filsafat, psikologi, hal-hal yang memikat, pertunjukan hiburan di gereja, dsb. Hal-hal ini sering berfungsi sebagai pengganti bagi kebiasaan pokok PB seperti doa yang bersemangat, pengabdian yang tak berkompromi kepada Firman Allah, dan pemberitaan Injil dalam kuasa. Senjata duniawi tidak dapat menghasilkan suatu kebangunan rohani Roh Kudus, karena senjata demikian tidak mungkin dapat membinasakan benteng-benteng dosa, melepaskan kita dari kuasa Iblis atau meruntuhkan nafsu jahat yang sedang merajalela dalam dunia sekarang. Jikalau kita memakai senjata duniawi, maka kita hanya akan menjadikan gereja duniawi dan memisahkannya dari senjata iman, kebenaran dan kuasa Roh. Menyedihkan sekali, sebab gereja sendiri kemudian akan dikalahkan oleh kuasa kegelapan dan keluarga-keluarga dalam jemaat akan diruntuhkan dan ditawan oleh kuasa-kuasa dunia.
(0.11) (Am 5:18) (jerusalem: mereka yang menginginkan hari TUHAN) Bangsa Israel berbangga bahwa adalah umat terpilih. Karenanya mereka menantikan turun tangan Tuhan yang hanya dapat menguntungkan. dengan "hari Tuhan' yang dinantikan mereka itu nabi Amos melawan "hari Tuhan" menurut pandangan para nabi: Hari Tuhan itu ialah hari kegemasan dan murka, Zef 1:15; Yeh 22:24; Rat 2:22, melawan umat Israel yang tegar hati. Hari itu adalah hari kegelapan air mata, pembunuhan, pendeknya hari yang dahsyat, Ams 5:18-20; 2:16; 8:9-10,13; Yes 2:6-21; Yer 30:5-7; Zef 1:14-18; bdk Yoe 1:15-20; 2:1-4. Semua nas ini menyinggung serangan musuh yang memusnahkan segala sesuatu (orang Asyur orang Kasdim). Di masa pembuangan "Hari Tuhan" mendapat ciri lain dan menjadi pokok pengharapan. Murka Tuhan akan melawan segala penindasan umat Israel, Oba 15, yaitu Babel, Yes 13:6,9; Yer 50:27; 51:2; Rat 1:21; Mesir, Yes 19:16; Yer 46:10,21; Yeh 30:2; orang Filistin, Yer 47:4; bangsa Edom, Yes 34:8; 63:4. Begitu "Hari Tuhan" menjadi hari pemulihan umat Israel, Ams 9:11; Yes 11:11; 21:1; 30:26; bdk Yoe 2:32; 3:1. Di masa sesudah pembuangan "Hari Tuhan" semakin menjadi hari penghakiman yang menjamin kejayaan orang benar dan hukuman orang fasik, Mal 4:1-6; Ayu 21:30; Ams 11:4. Penghakiman itu merangkum semua orang, Yes 26:20-27:1; 33:10-16. Lihat juga Mat 24:1+. Mengenai gejala-gejala di jagat raya yang menyertai Hari Tuhan itu bdk Ams 8:9+. Mengenai lambang "genap", "terang", bdk Yoh 8:12+; Maz 17:15+.
(0.11) (Kej 1:3) (sh: Tidak ada preman-preman Ilahi (Selasa, 28 Januari 2003))
Tidak ada preman-preman Ilahi

Kita mengenal bagaimana tiap-tiap tempat di lingkungan sekitar kita (terutama di daerah perkotaan) mempunyai premannya sendiri- sendiri. Ada preman pasar, preman terminal, pelabuhan, bahkan sekolah. Ada juga preman spesialisasi mengompas supir/kondektur bus-bus kota, sementara yang lain membatasi diri pada mengompas penumpang, dll. Kira-kira seperti itu pula pemahaman kebanyakan orang di Timur Tengah pada zaman Perjanjian Lama mengenai ilah teritorial. Masing-masing ranah (mis. langit, laut, darat, pertanian, dsb.) mempunyai 'preman' Ilahinya sendiri-sendiri. Mereka sangat berkuasa dan ditakuti di teritorinya, tetapi tidak berdaya di teritori lain. Bahkan menurut para penafsir, Allah Israel, Yahweh sendiri pun, kadang dijuluki "Allah padang gurun", dan dianggap oleh bangsa-bangsa lain hanya berkuasa di sana (bdk. 1Sam 4:6).

Di dalam nas ini, ditekankan bahwa cakrawala, laut, darat, dan juga tumbuh-tumbuhan diciptakan oleh Allah. Tidak hanya itu, Ia tidak memakai apa pun selain firman-Nya untuk menciptakan semua-Nya itu. Tidak hanya itu, semua yang diciptakan-Nya itu pun dipandangnya sebagai "baik" (ayat 10,12). Semua ranah itu, cakrawala, darat, air, terang dan kegelapan, hari, senja, tumbuh-tumbuhannya dan lainnya, diciptakan oleh Allah; hadir dan muncul karena firman Allah semata. Bahkan, demikian ditunjukkan kisah ini, Allah sanggup melalui firman-Nya saja menghadirkan terang dan menumbuhkan tumbuhan tanpa benda penerang seperti matahari. Hanya Allah seperti inilah yang layak disembah dan ditaati.

Renungkan: Allah bukanlah Allah teritorial, yang berkuasa, layak menerima penyembahan, dan ditaati kehendak-Nya hanya dalam saat dan pada tempat-tempat tertentu saja. Ketika kita mengabaikan dan melupakan kehendak dan kebenaran Allah di dalam satu saja momen keputusan/tindakan hidup, kita sedang menyangkali kedaulatan Allah.

(0.11) (2Sam 22:31) (sh: Dilindungi dan ditempa. (Minggu, 19 Juli 1998))
Dilindungi dan ditempa.

Allah adalah tempat perlindungan. Apa yang Anda harapkan jika berlindung kepada-Nya? Kecenderungan manusia adalah meminta Tuhan menyingkirkan masalah hidup. Daud yang berlindung kepada Tuhan justru dilatih dan diberi kekuatan untuk mampu dan berani berjuang menghadapi musuh-musuhnya. Berlindung bukan berarti pasif tanpa usaha dan perjuangan. Perhatikan bahwa pengakuan Daud tentang Allah yang menjadi perisai, Gunung Batu dan tempat pengungsian, justru terbentuk melalui pengalamannya melewati penderitaan demi penderitaan. Kemampuan Daud juga semakin meningkat karena didikan Tuhan itu (ayat 33-34).

Tuhan yang berperang. Bukan saja kekuatan dan kemenangan yang Daud peroleh dari Tuhan tetapi Tuhan telah membuat musuh-musuhnya kalah sebelum berperang. Itulah yang pada akhirnya membuat Daud berkata, "Tuhan itu hidup". Mata jasmani kita memang hanya dapat menangkap persoalan hidup, tetapi Tuhan telah mengaruniakan mata iman supaya kita dapat memandang-Nya di balik persoalan kita, mendengar sapaan-Nya yang menghibur, di tengah gemuruhnya badai kehidupan. Puncak keajaiban bersama Allah yang Daud alami, meyakinkan kita bahwa ternyata kekuatan dan kemenangan melawan kuasa kegelapan dan pengaruh besar telah kita terima dari Allah. Harus kita sadari bahwa ternyata pengaruh kehadiran Allah itu memampukan kita melewati masa-masa sengsara yang dialami dalam gelombang kehidupan. Itulah fakta bahwa kita menyembah Allah yang hidup. Sebab itu tak cukup kita bersaksi tentang dia, tetapi haruslah kita menaikkan puja dan sembah pada Allah yang hidup. Itulah intisari pujian umat kepada Allah.

Renungkan: Jangan berlagak tidak tahu apa-apa tentang karya pemeliharaan Tuhan karena itu akan memadamkan mata iman yang telah dikaruniakan Allah kepada Anda. Sebaliknya sadarlah dengan sedalam-dalamnya akan kehadiran Allah.

Doa: Terima kasih untuk mata iman yang Kauberikan kepadaku.

(0.11) (1Raj 17:7) (sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000))
Perhatian Allah di waktu perang

Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis.

Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal 17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut.

Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu.

Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut.

(0.11) (Ayb 16:1) (sh: Kebenaran di atas kenyataan (Senin, 29 Juli 2002))
Kebenaran di atas kenyataan

Sekali lagi kita membaca teriakan Ayub yang memilukan, "Semangatku patah, umurku telah habis, dan bagiku tersedia kuburan" (ayat 17:1,11). Hidup Ayub tidak selalu penuh penderitaan, bahkan di masa lampau ia pernah mencicipi kehidupan yang baik, (ayat 16:12) tetapi kemudian semuanya lenyap (ayat 14,15). Kita semua merindukan ketenteraman dan kesejahteraan; kehilangan kedua hal ini akan membuat kita kehilangan keseimbangan hidup. Sekuat-kuatnya kita, niscaya kita akan terhuyung-huyung dan kehilangan pegangan. Kita tidak dapat melihat secercah sinar, kita hanya mampu memandang malam yang kelam.

Dietrich Bonhoeffer, seorang pendeta berkebangsaan Jerman yang terkenal dengan bukunya, The Cost of Discipleship, pernah berjalan "terhuyung-huyung" dalam kegelapan hidup karena menentang kekejaman Hitler. Ia ditangkap dan pada akhirnya dihukum gantung, meski ia bukan orang Yahudi. Di penjara, orang hanya mengenalnya sebagai seseorang yang tegar. Namun, dengan jujur ia mengakui bahwa di dalam sukmanya, ia gelisah dan tidak tenteram. Ia berjuang untuk tegar, namun ia pun dapat terguncang.

Ayub pun berupaya keras untuk tetap berharap walau berharap telah menjadi sebuah perjuangan, bukan lagi penghiburan. Ia berseru, "Meskipun begitu orang yang benar tetap pada jalannya dan orang yang bersih tangannya bertambah-tambah kuat" (ayat 17:9). Saya tidak tahu apakah itu yang Ayub alami - bertambah kuat- namun itulah yang ia proklamasikan sebagai pernyataan imannya. Ia menolak untuk mengubah kebenaran menjadi serupa dengan kenyataan. Bagi Ayub, kebenaran tetap kebenaran kendati tidak sesuai dengan kenyataan.

Dalam mengarungi laut penderitaan, kita harus berjuang keras untuk tetap berpegang pada kebenaran firman Tuhan walau kenyataan terlihat berbeda. Firman Tuhan adalah sauh yang menancap di dasar laut sehingga sebesar apa pun ombak bergulung di permukaan, perahu kehidupan kita tidak akan terseret oleh ombak yang menggunung.

Renungkan: Kita tidak selalu dapat memahami kenyataan hidup, tetapi kita selalu dapat mempercayai kebenaran firman-Nya.

(0.11) (Ayb 18:1) (sh: Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik (Senin, 13 Desember 2004))
Hati-hati menuduh sesama sebagai orang fasik

Keadilan Tuhan pasti menghukum orang fasik. Hanya ada satu cara menghindarkan diri dari hukuman yaitu: bertobat, mengaku dosa, dan memohon pengampunan-Nya.

Itulah yang diungkapkan Bildad menjawab sikap tegar Ayub bahwa dirinya tidak berdosa (ayat 2-4). Masalahnya, apa bukti Ayub berdosa? Bildad mulai dengan mengecam sikap Ayub yang dianggapnya sombong, seakan-akan dirinya dan teman-temannya bersikap bodoh dalam menuduh Ayub berdosa (ayat 1-4). Lalu Bildad meneruskan perkataannya dengan menguraikan nasib orang fasik (ayat 5-21). Pertama, orang fasik yang tampaknya bernasib terang, akan mengalami kegelapan yang menyebabkan ia akan terhambat dalam jalan kejahatannya (ayat 5-7). Kedua, orang fasik akan mengalami nasib buruk terjebak oleh perangkap yang dipasangnya sendiri, seperti seorang pemburu terkena umpannya sendiri (ayat 8-10). Ketiga, segala "nasib sial" akan mengejarnya ke mana pun ia pergi, yakni: kelaparan, penyakit, dan bahkan kematian. (kata "kemah" di sini menunjukkan tubuhnya) (ayat 11-15). Keempat, orang fasik akan binasa dalam keadaan miskin, kesepian, dan menderita (ayat 16-21).

Terdapat dua kesalahan dalam paparan Bildad tentang orang fasik ini. Kesalahan pertama adalah Bildad hanya menguraikan nasib `lahiriah' dari orang fasik. Kenyataannya justru banyak orang fasik yang secara lahiriah hidup menyenangkan. Sesungguhnya kesusahan orang fasik lebih bersifat psikis dan hati nurani. Kesalahan kedua adalah Bildad `salah alamat' dengan mengidentikkan Ayub sebagai orang fasik, padahal tak satu pun tuduhan para sahabat Ayub bahwa Ayub berdosa terbukti.

Alkitab menyatakan orang fasik dimurkai Tuhan. Bildad tak berhak meyakini bahwa Ayub adalah orang fasik. Kekeliruan Bildad ini disebabkan hanya melihat penderitaan fisik Ayub saja. Sebenarnya bukan tugas kita untuk menilai bahkan menghakimi orang lain. Hanya firman Tuhan yang boleh dijadikan ukuran fasik tidaknya seseorang.

Camkan: Ukuran yang Anda pakaikan kepada orang lain akan dipakai untuk mengukur Anda.

(0.11) (Ayb 30:1) (sh: Bagaimana sekarang? (Jumat, 9 Agustus 2002))
Bagaimana sekarang? Demikian kira-kira yang ditanyakan Ayub di dalam pembelaannya ini

Demikian kira-kira yang ditanyakan Ayub di dalam pembelaannya ini. Setelah melontarkan ujaran-ujaran yang berupa keluhan-keluhan karena kehilangan masa lalunya, meskipun Ayub hidup bersih, ia menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berpihak kepadanya, melainkan melawan dia.

Setelah Ayub menertawakan pihak-pihak yang menolak dia (ayat 29:24), kini Ayublah yang dicemooh orang-orang lain. Para pengejek ini begitu hina. Mereka kemungkinan adalah anak-anak muda yang dulu takut kepada Ayub. Ayah-ayah mereka memiliki status sosial yang rendah sampai Ayub sendiri pun tidak mau mempekerjakan mereka untuk pekerjaan kasar. Kemungkinan mereka bukan warga negara, tetapi para pelanggar hukum dan orang buangan. Ironis, kini Ayublah yang menjadi orang pinggiran, bahkan bagi mereka yang sudah tersisih dari masyarakat. Ayub melihat ini sebagai tindakan Allah melawan dirinya (ayat 11a).

Ayub merasa bahwa pihak-pihak yang melawannya datang dari segala arah: kemungkinan anak-anak muda sebagaimana disebutkan di atas dan teror yang mencekam (ayat 12-15), bahkan Allah sendiri (ayat 18-19). Ayub tidak berdaya, bagaikan sebuah kota yang dikepung musuh dan dihancurkan. Gambaran tentang angin membuat ini menjadi lebih dramatis (ayat 15): kemuliaan Ayub diterbangkan angin. Awan yang melintas pergi menunjukkan raibnya kemakmuran Ayub.

Ayub tahu bahwa sebenarnya Allahlah yang merupakan "penyiksa" dan "musuh" yang sejati. Allah mengambil kesehatannya dan menjatuhkan Ayub ke lumpur kehinaan. Akhirnya Ayub membawa perkaranya ini kepada Allah (ayat 20-23). Empat ayat ini merupakan kata-kata terakhir Ayub sebelum Allah berbicara kepadanya (ps. 38-41). Ayub menuduh Allah berubah sikap, tidak lagi peduli kepadanya, dan melawan dirinya. Allah mengangkat Ayub, bukan untuk ditinggikan, tetapi untuk dihancurkan dalam badai (ayat 22). Kesimpulannya, kesukacitaan telah lenyap. Hidup menjadi gelap. Bagi Ayub, Allah penyebab semuanya!

Renungkan: Allah adalah Terang. Waktu hidup Anda menjadi gelap, ingatlah bahwa tak ada kegelapan dalam diri-Nya.

(0.11) (Mzm 16:1) (sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003))
Menghadapi ancaman murtad dan maut

Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat 1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat 4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat 4a. Ayat 1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat 2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat 2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6).

Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa.

Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri.

(0.11) (Mzm 61:1) (sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004))
Memuji Tuhan, mengapa tidak?

Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya.

Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat 2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat 4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya.

Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya.

Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu.

(0.11) (Mzm 76:1) (sh: Genapi nazar Anda (Sabtu, 23 April 2005))
Genapi nazar Anda


Apakah yang layak Allah terima dari umat tebusan-Nya? Bukan saja iman dan harap, tetapi juga hormat, syukur, dan pujian. Lebih daripada itu, Allah patut menerima diri kita seutuhnya, kita adalah milik yang sudah ditebus-Nya.

Selangkah lebih maju lagi dari pasal 75, Mazmur ini kini melukiskan pengalaman umat Allah. Penyelamatan bukan lagi janji melainkan fakta. Fakta itu sudah menjadi gunjingan sehari-hari seisi kota Allah, bahkan kehadiran-Nya merupakan pengalaman nyata. Wilayah umat yang sempat diduduki kekuatan kebatilan congkak yang mengacungkan kepalnya ke surga, kini telah direbut dan diduduki Allah. Allah telah menjadikan wilayah umat-Nya menjadi pondok-Nya (ayat 2-3; Ibr.: gua singa). Gambaran ini menegaskan salah satu penyataan diri Allah bahwa Ia adalah Singa dari Yehuda, kini kembali bertakhta sebagai Raja di antara umat-Nya (ayat 5). Salem atau Sion sungguh adalah rumah tempat Allah bertakhta dan memerintah! Dari sanalah pancaran kemuliaan Allah keluar. Ketika kedahsyatan Allah memancar meujudkan keadilan, penghakiman, dan pemerintahan-Nya, tak ada kekuatan sehebat apa pun dapat bertahan (ayat 6-10), tak ada kondisi terlalu pelik dari umat- Nya yang tak terubahkan (ayat 11).

Nazar atau ucapan syukur seperti apakah yang patut umat Tuhan sepanjang masa panjatkan? Respons tepat bagaimanakah patut kita tunjukkan kepada Dia yang telah menebus kita dari dosa dan yang setia menopang kita dalam segala macam kegelapan hidup? Pertama, pernyataan kesetiaan tunggal kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kedua, kesetiaan melayani yang diujudkan dengan hidup yang memuliakan Tuhan, meninggalkan dosa, serta rajin menyaksikan penyelamatan-Nya seiring dengan perbuatan baik kita kepada banyak orang.

Tekadku: Hatiku, tubuhku, potensiku, segenap waktu kehidupanku adalah untuk-Mu, Tuhan, sebab Engkau telah menebusku dengan hidup Yesus Kristus yang tak ternilai harganya.

(0.11) (Mzm 78:56) (sh: Masalah rohani. (Minggu, 16 Agustus 1998))
Masalah rohani.

Kelakuan Israel bisa membuat kita menyimpulkan bahwa mereka hanya melakukan beberapa kekeliruan sosial. Tetapi "kekeliruan" itu berulang kali mereka lakukan kendati Tuhan senantiasa baik terhadap mereka. Dari kisah Israel menjelang pembuangan kita tahu bahwa masalah mereka adalah kerusakan rohani yang amat serius. Mereka bahkan sampai menyimpang dari ibadah mereka kepada Yahwe satu-satunya Allah sejati yang telah membawa mereka keluar dari Mesir dan memelihara mereka dengan panjang sabar. Mereka tidak segan berpaling kepada dewa-dewa asing, lalu membuat berhala-berhala mereka sendiri.

Sejak kejatuhan Adam, seluruh kejahatan manusia yang mengundang tindakan penghukuman Allah bernafaskan hal sama. Manusia melawan Allah, memilih berbakti kepada ilah lain. Bukankah banyak kekacauan kita alami sekarang sebab orang tidak sungguh takut kepada Tuhan? Para pemimpin kita memikirkan kepentingan mereka. Banyak orang hanya takut terjadi kebangkrutan, takut kekacauan, tetapi tidak takut akan Tuhan.

Pribadi Ilahi. Masyarakat luas, kelompok organisasi, umat beragama, semuanya memerlukan pepimpin yang handal. Untuk problem hakiki manusia: dosa, hanya Pribadi Ilahi yaitu Yesus Kristus yang dapat memimpin manusia keluar dari belenggu kegelapan dosa masuk ke dalam kemerdekaan Kerajaan Terang Allah. Untuk Yehuda, Allah memilih Daud. Ia diberi hikmat dan keberanian. Ia diberikan potensi kepemimpinan agar mampu menjadi raja yang handal yang sekaligus dapat diteladani.

Daud hanyalah bayang-bayang dari kepemimpinan sempurna Yesus Kristus. Pemimpin yang baik tidak cukup memiliki ilmu dan keahlian, ia harus merupakan seorang pilihan Allah yang diperlengkapi Allah sendiri baik dengan integritas, kewibawaan, maupun kemampuan.

Doa: Tuhan Yesus, Pemimpin satu-satunya yang sempurna kudus di hadapan Allah, bertindaklah dan berperkaralah atas bangsa kami dan para pemimpin kami.

(0.11) (Mzm 104:19) (sh: Tuhan pemberi hidup (Rabu, 19 Oktober 2005))
Tuhan pemberi hidup

Tidak satu pun benda ciptaan Tuhan yang tidak memiliki fungsi. Baik benda mati maupun makhluk hidup masing-masing ada gunanya. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Tuhan Sang Pencipta (ayat 24). Seharusnya semua ini membuat manusia ciptaan Allah dengan sukacita penuh, memuji dan memuliakan Allah pemberi hidup itu.

Tuhan berdaulat atas segala makhluk ciptaan-Nya. Dia menciptakan benda-benda penentu waktu (ayat 19) untuk mengatur siklus alami yang membuat berbagai makhluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing untuk mencari makanan pada siang atau malam hari karena kegelapan pun berada dalam kuasa Sang Pencipta (ayat 20-23). Betapa mengagumkan karya ciptaan tangan-Nya, termasuk luasnya lautan dengan segala makhluk yang diam di dalamnya. Lautan yang dalam kepercayaan kuno kafir adalah kuasa pengacau (dengan lewiatan sebagai monster lautnya) ternyata tunduk di bawah kedaulatan-Nya. Tidak ada aspek kehidupan di luar kendali Tuhan (ayat 27-30). Baik kebutuhan hidup hari lepas hari, maupun kehidupan itu sendiri sangat bergantung penuh kepada anugerah-Nya. Tuhan berdaulat atas hidup dan mati semua ciptaan-Nya. Dia bahkan terus berkarya dalam menciptakan dan membarui ciptaan-Nya seturut hikmat-Nya. Tidak ada yang patut mendapat hormat dan kemuliaan selain Dia, Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Sungguh fatal-lah nasib semua orang yang menolak Dia (ayat 35).

Mazmur ini mengajak kita merespons kedaulatan Tuhan dengan dua hal. Pertama, terus-menerus memuji, memuliakan Tuhan dalam hidup ini. Wujudkanlah hal itu dengan hidup kudus dan mulia. Kedua, karena Tuhan begitu dahsyat dan berkuasa atas semua yang ada di bawah kolong langit ini, apalagi yang harus dicemaskan anak-anak-Nya? Tidak ada satu hal pun dapat mengganggu apalagi menghancurkan hidup orang Kristen dan gereja.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.11) (Mzm 119:97) (sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002))
Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan

Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang.

Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti.

Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah.

Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita?

(0.11) (Yes 2:1) (sh: Berjalan dalam terang Ilahi (Rabu, 8 Oktober 2003))
Berjalan dalam terang Ilahi

Manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan dua cara hidup: [1] cara hidup yang bergantung kepada Allah; [2] cara hidup yang otonom dari Allah. Orang yang hidup bergantung kepada Allah memiliki kesadaran bahwa hidup ini beserta segala kekayaan yang dimilikinya adalah anugerah Allah. Orang yang ingin otonom dari Allah, merasa tidak memerlukan Allah, merasa tidak nyaman untuk bergantung dan tunduk kepada Allah. Ini adalah sebuah perasaan yang keliru karena keinginan menjadi otonom sering kali timbul dari kekerasan hati, sifat yang egois, dan niat pemberontakan.

Nubuatan Yesaya berlanjut. Dalam ayat 1-4, ada sebuah gambaran yang indah mengenai "hari-hari akhir". Yerusalem akan dihancurkan, namun suatu saat ia akan menjadi titik acuan bagi banyak bangsa. Sion akan menjadi semacam magnet ketika kesetiaan, keadilan, dan kebenaran memancar dari kota itu. Rahasia dari kedamaian sejati adalah firman Tuhan, Taurat Tuhan. Sebuah kota yang ditransformasi oleh firman Tuhan tidak lagi penuh dengan para pemberontak dan pencuri (ayat 1:22-23). Di sana akan tercipta suasana penuh kedamaian.

Bangsa Yehuda diminta untuk berjalan dalam terang Ilahi (ayat 5). Apa maksudnya? Kita bisa mengaitkan hal tersebut dengan ungkapan- ungkapan kemarahan Tuhan di ayat-ayat selanjutnya. Kaum keturunan Yakub sebagai sebuah komunitas yang ditebus Allah telah meninggalkan Tuhan dan hidup otonom. Kesombongan mereka akan dihancurkan. Apa yang mereka anggap mulia dan indah akan dihempaskan sampai ke debu. Berjalan dalam terang Ilahi berarti mengakui bahwa kalau jantung kita masih bisa berdetak, itu karena anugerah Tuhan.

Renungkan: Pencapaian diri, keamanan diri, dan membanggakan diri. Bukankah tiga hal ini sering kali membawa kita ke dalam kegelapan, jauh dari Tuhan?



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA