Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 54 ayat untuk kendali [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (2Sam 8:1) (ende)

memberi ichtisar seluruh pemerintah Dawud berhubung dengan kemiliteran.

(0.58) (2Sam 11:1) (sh: Lepas kendali (Rabu, 13 Agustus 2003))
Lepas kendali

Bacaan kita hari ini mengagetkan karena membawa kita menjumpai sebuah titik tanpa jalan kembali dalam kehidupan Daud. Dosa masuk dan hidup pun berubah. Kita akan mencoba melihat tidak hanya bagaimana Daud jatuh dalam perzinahan, namun lebih dari itu, kita akan melihat bagaimana situasi Daud bisa menjadi satu refleksi yang dalam buat kehidupan kita masing-masing.

Peristiwanya terjadi ketika bangsa Israel masih terus berada dalam ketegangan militer dengan bani Amon. Daud, yang adalah seorang raja, yang seharusnya diharapkan maju berperang untuk melindungi bangsanya, malah berada di singgasananya yang nyaman di Yerusalem. Dalam situasi santai seperti itu, Daud melihat seorang wanita yang sangat cantik. Ia menanyakan siapa namanya dan milik siapa wanita itu. Ternyata ia adalah isteri Uria, orang Het, komandan pasukannya sendiri.

Daud tidak berhenti di sana. Ia merasa memiliki kendali. Bukankah ia adalah seorang raja yang kekuasaannya memampukannya melakukan apa saja? Maka, ia meniduri Batsyeba. Tidak ada masalah, sampai ketahuan bahwa wanita itu mengandung. Kini keadaan mulai berada di luar kontrol Daud. Daud panik. Ia memanggil Uria berharap agar Uria pulang dan melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Dengan demikian peristiwa itu akan menutupi dosa Daud. Namun, Uria tetap tidak mau bersenang-senang.

Tindakan Uria ini merupakan suatu sindiran kepada Daud yang tidak punya jiwa semulia Uria. Uria adalah komandan pasukan yang senantiasa kuatir terhadap keberadaan anak buahnya dalam pertempuran. Daud makin kehilangan akal. Dosa membuatnya menjadi raja yang lepas kendali.

Renungkan: Kemenangan atau kekalahan tidak terjadi sekejap mata. Itu adalah proses dari bagaimana kita mengandalkan diri dan semua aspeknya, juga menghargai wilayah-wilayah yang harus kita hormati.

(0.43) (Yer 46:1) (sh: Allah di dalam percaturan politik (Jumat, 18 Mei 2001))
Allah di dalam percaturan politik

Hancurnya Asyur karena kebangkitan Babel yang begitu cepat di akhir abad ke 7 s.M. menggoncangkan dan meresahkan bangsa-bangsa di Timur Tengah. Mesir adalah satu-satunya bangsa di area itu yang cukup kuat secara militer untuk menentang Babel. Bangsa-bangsa lainnya tidak mempunyai banyak pilihan selain berpihak kepada Mesir atau Babel, dengan pertimbangan: negara mana yang akan memberikan banyak bantuan dan di bawah pemerintahan raja manakah negara mereka akan tetap berkembang.

Karena letak Yehuda berdekatan dengan Mesir dan sepanjang sejarah bangsa-bangsa di daerah Kanaan sudah mengakui kekuatan Mesir, maka Yehuda menghadapi masalah politik, sosial, dan ekonomi yang semakin pelik. Tidaklah mengherankan jika di dalam negeri Yehuda muncul kubu yang berpihak ke Mesir dan mencoba meyakinkan kubu lain untuk berpihak kepada Mesir dan bukan Babel.

Dalam situasi demikian, firman Tuhan tentang Mesir datang kepada Yoyakim dengan tujuan utama untuk meyakinkan dia agar mau tunduk kepada Babel. Kehancuran Mesir tinggal menunggu waktu saja. Mereka berpihak kepada Mesir karena kekuatannya. Peralatan perang dan tentara Mesir berkualitas luar biasa (4). Sekutu-sekutu Mesir pun bukan orang sembarangan (9). Tapi apa yang mereka lihat di tepi sungai Efrat dekat Karkemis (1, 5-6)? Dimanakah kesombongan dan kekuataan Mesir yang tersohor (7-8)? Semua itu tidak ada artinya di hadapan Babel (11-12). Sesungguhnya bukan karena kekuatan Babel namun karena Allah telah menetapkan waktu kehancuran Mesir. Sudah tiba saatnya Allah berperkara untuk menghukum mereka (10).

Renungkan: Inilah penghiburan besar bagi kita semua sebab Allah memegang kendali atas sejarah bangsa-bangsa. Ia terus berkarya dan berencana dalam percaturan politik di negara mana pun. Penghiburan yang lebih besar lagi adalah Allah sesungguhnya tidak merahasiakan rencana- Nya dari umat-Nya. Jika Yehuda mau mendengarkan suara Allah mereka tidak perlu resah dengan kebangkitan Babel. Bukankah Allah yang memegang kendali? Kristen pun tidak perlu resah walau siapa pun yang bangkit berkuasa. Bukankah Ia yang memegang kendali dan tidak merahasiakan rencana-Nya kepada Kristen? Hanya apakah kita seperti Yeremia atau seperti Yoyakim?

(0.41) (Ayb 37:1) (sh: Memuji dalam kegelapan (Jumat, 16 Agustus 2002))
Memuji dalam kegelapan

Setelah berbicara tentang pengendalian Allah terhadap alam, pasal ini ditutup dengan peringatan bahwa Allah harus ditakuti dan dihampiri dengan kerendahan hati (ayat 23-24).

Elihu mulai dengan mengakui ketakutannya mendengarkan guntur kemarahan Tuhan (ayat 1-2, 36:33). Hal ini harus dikaitkan dengan kenyataan bahwa Allah melakukan hal-hal ajaib melampaui pengertian manusia (ayat 5). Guruh bukan sekadar fenomena alam, tetapi merupakan alat Allah untuk memperingatkan manusia. Allah, misalnya, juga ingin menunjukkan kuasa-Nya kepada makhluk bumi dengan mengirimkan salju dan hujan deras (ayat 6-8). Binatang-binatang pun terpaksa mencari tempat perteduhannya. Elihu juga mendaftarkan hal-hal yang menunjukkan kendali Allah atas cuaca (ayat 9-12), semuanya mengikuti petunjuk Allah.

Kemudian kembali Elihu berbicara hanya untuk Ayub (ayat 14-18). Ia mengundang Ayub untuk kembali mengingat kendali Allah terhadap langit dan bertanya dengan ironis apakah Ayub mampu melakukan hal-hal itu. Elihu menuduh bahwa dengan Ayub memajukan kasusnya, ia menganggap dirinya sama dengan Allah. Ayub dipaksa mengakui keterbatasannya. Perlu dicatat bahwa pertanyaan-pertanyaan ironis ini pun akhirnya nanti diajukan Allah sendiri (pasal 38-41).

Ayat 19-24 berisi ringkasan dari perkataan-perkataan Elihu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub begitu tak berakal budi ketika menetapkan diri untuk berkonfrontasi melawan Allah. Allah begitu mulia dan dengan demikian tuduhan Ayub sia-sia. Allah hanya boleh ditakuti dan disembah. Topik utama dalam ayat 19-22 adalah kontras antara terang dan gelap. Allah begitu terang, dan manusia yang hidup dalam kegelapan bahkan tidak mampu memandang Allah -- Ia tak terhampiri. Bagaimana mungkin manusia yang ada dalam kekelaman, tak berpengetahuan, bisa memajukan kasusnya di hadapan Allah yang memiliki terang hikmat sempurna? Tak mungkin manusia menemukan Allah (ayat 23).

Renungkan: Kala Anda tidak memahami Allah, pujilah Dia dan sembahlah keagungan-Nya. Biarlah hikmat-Nya turun atas kita.

(0.33) (Kej 7:1) (sh: Dimusnahkan untuk ditata kembali (Minggu, 9 Februari 2003))
Dimusnahkan untuk ditata kembali

Kisah air bah ini mengungkapkan tentang dua hal bertentangan dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, Allah menciptakan manusia untuk menjadi partner atau rekan kerja yang setia pada perjanjian-Nya. Allah berharap bahwa dalam kerja sama itu tercipta keharmonisan hubungan antara Pencipta dan ciptaan. Namun, pada pihak manusia, manusia yang sebenarnya adalah ciptaan yang patut taat kepada Allah, menolak untuk bekerja sama. Manusia menolak Allah! Penolakan ini mendatangkan murka Allah.

Di tengah-tengah narasi kemurkaan Allah terhadap dunia ciptaan-Nya yang lepas kendali, terselip kisah tentang belas kasihan Allah kepada Nuh dan keluarganya. Allah mempersilakan mereka masuk ke dalam bahtera, karena saat itu tak ada satu lokasi pun yang selamat dari keganasan air bah. Nuh beserta keluarganya harus rela "terkurung" di dalam bahtera bertingkat tiga, pengap dan gelap, selama + 244 hari (ayat 12,24; 8:6,10,12). Dengan cara itu mereka selamat dari kebinasaan. Tindakan penyelamatan Allah terhadap sekelompok kecil manusia yang menyambut rencana-Nya ini juga merupakan prinsip keselamatan Allah seterusnya untuk manusia. Di dalam Kristus, kita selamat sebab Allah sendiri pelindung-Nya. Namun, suatu saat pintu keselamatan akan tertutup bagi mereka yang menolak penyelamatan yang Allah sediakan.

Renungkan: Hanya di dalam kematian Kristus kita terluput dari hukuman Allah yang menimpa dunia kini dan kelak.

(0.33) (Hak 8:22) (sh: Maunya Allah dan maunya manusia (Selasa, 14 Oktober 1997))
Maunya Allah dan maunya manusia

berbeda, sejauh beda teokrasi dan dinasti. Dalam potensi yang sangat berbeda itu, Gideon, hamba Allah menjadi hakim.

Dinasti serong. Orang Israel minta agar Gideon membuat dinasti. Mereka mengutamakan keamanan diri. Pokoknya aman dan hidup enak. Bagaimana dengan kita? Bagaimana dengan nepotisme dan semacamnya? Keinginan serong rohani itu ternyata manusiawi dan disukai Iblis. Iblis memakai kecenderungan untuk serong itu bagi usaha penyesatan. Baju imam (efod) yang dipergunakan dalam usaha mencari tahu kehendak Allah (">1Sam. 14:3,18; 30:7) "diserongkan" menjadi berhala yang disembah (ayat 30:27" context="true">27).

Teokrasi dan kendali. "Tuhan yang memerintah kamu" (ayat 23b). Ini teokrasi. Masa kini juga, dalam sistem politik bagaimana pun, haruslah kita izinkan Tuhan memerintah secara rohani dan mutlak. Haruslah kita izinkan Kristus dan Allah Bapa memegang pemerintahan (1Kor. 15;25; 2:10">2Ptr. 2:10; Why. 11:15, 12:10). Kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus. Pemerintahan Allah harus nyata dalam kehidupan Anda dan saya. Haruslah kita izinkan Allah mengendalikan pikiran, hati, tangan, usaha, pelayanan, sekolah, kota, propinsi, negara kita, juga masa depan kita.

(0.33) (2Sam 19:40) (sh: Benih-benih pertengkaran. (Senin, 13 Juli 1998))
Benih-benih pertengkaran.

Strategi yang Daud lancarkan beberapa waktu menjelang kepulangannya ke Yerusalem tidak sepenuhnya berhasil dengan baik. Masing-masing orang Israel dan Yehuda merasa pihak merekalah yang paling berhak atas raja. Saling curiga, iri, dan kesombongan telah menjadi benih pertengkaran dan permusuhan yang merusak persatuan dan kesatuan mereka. Meski mereka berasal dari satu keluarga, ternyata rukun bersatu adalah hal yang sulit diwujudkan. Penyebab utamanya ialah pengalaman masa lalu yang dicemari dosa tidak sungguh diselesaikan dalam kasih karunia Tuhan.

Wajar. Terjadinya konflik atau pertengkaran dalam suatu komunitas adalah wajar, karena itu merupakan bagian dari dinamika kehidupan berkomunitas. Dalam dinamika itu keragaman pendapat justru akan memperluas wawasan berpikir. Tetapi jika pertengkaran itu berlarut dan menjurus pada permusuhan yang dijiwai perasaan benci, iri dan ambisi memenangkan diri sendiri maka cepat atau lambat perpecahan pun akan terjadi dan pasti akan sungguh menghancurkan.

Renungkan: Bangunlah sebuah ruang dalam hati Anda, tempat Anda berjumpa Allah beroleh hikmat dan kendali diri.

Doa: Engkau telah mendoakan agar kami menjadi satu hingga dunia percaya. Tolong kami Tuhan, untuk memperjuangkannya.

(0.33) (Mzm 59:1) (sh: Dikepung orang jahat. (Rabu, 22 April 1998))
Dikepung orang jahat.

Pernahkah Anda menjadi korban iri hati, kebencian, fitnah, sumpah serapah bahkan kutuk? Dalam bagian ini kita melihat serangkaian panjang pengalaman derita Daud, saat melarikan diri dari pengepungan Saul. Ada empat hal terungkap: musuh yang licik, seruan pembebasan, Penolong yang pengasih dan puji-pujian yang berkelanjutan. Musuh yang licik itu mengepung dan menghadang bagaikan anjing-anjing yang mengepung tembok kota. Begitulah musuh! Berusaha membuat Anda dijerat, terpuruk dan harus berteriak minta tolong (bdk. 10:10">Yoh. 10:10).

Penolong dan kidung pujian. Yahweh yang Mahakuasa bertahta. Ia memegang kendali, termasuk atas musuh. Ia pembela yang tak kenal suap. Bila sendirian, nilai Anda nol besar. Namun bila anda mengutamakan Dia, Anda menjadi mayoritas dan kuat. Jika Allah beserta atau di pihak Anda, siapakah lawan Anda? Anda menang dan menyanyikan kekuatan Allah, Benteng, Penolong dan Perlindungan itu! Karena Yesus Tuhan kita hidup, kita dapat bermadah ria sejak terbit matahari sampai ia terbenam tiap hari. Itulah tanda awal bahwa Anda sedang mencicipi zaman baru yang kelak akan didatangkan-Nya ke bumi ini sebagai kesempurnaan dari karya penyelamatan-Nya.

Doa: Berpihaklah kepada Umat-Mu yang terancam dan teraniaya.

(0.33) (Mzm 105:23) (sh: Pemeliharaan Allah (Selasa, 30 Maret 1999))
Pemeliharaan Allah

Ketika berada di Mesir, sebagai bangsa perantau, Israel dipelihara dan diberkati Tuhan. Allah menjadikan Israel bangsa yang besar dan memiliki kekuatan yang lebih dari kekuatan lawannya. Sudah pasti keadaan ini menimbulkan kekuatiran dan iri hati bangsa Mesir. Agar terbebas dari desakan, karena semakin merambahnya orang-orang Israel, Mesir melancarkan tekanan dan penindasan. Meskipun bangsa Israel harus berada dalam tekanan dan penindasan selama sekian ratus tahun, Allah tetap mengendalikan keadaan. Terbukti ketika Allah mengutus hamba-Nya, Musa. Selama berada dalam kendali dan pemeliharaan Allah dan umat meresponi pemeliharaan Allah tersebut, maka selama itu pula umat terjamin keamanan dan keselamatannya.

Rahasia yang besar. Tujuan Allah menyelamatkan Israel bukanlah untuk mengajarkan umat-Nya santai dan tidak berbuat apa-apa, atau bukan juga mengajarkan mereka untuk menyalahgunakan kebebasan mereka. Ada rencana agung yang telah Tuhan persiapkan di balik penyelamatan-Nya terhadap bangsa Israel. Allah merencanakan agar umat "memelihara ketentuan dan kehendak-Nya" dalam kehidupan mereka. Seperti halnya bangsa Israel, Allah pun memiliki rencana dalam hidup kita. Agar terlibat dalam rencana agung Allah itu, hendaklah kita hidup dalam ketetapan dan kehendak Allah.

(0.33) (Mzm 121:1) (sh: Keamanan yang sejati (Minggu, 24 November 2002))
Keamanan yang sejati

Mazmur ziarah kita hari ini berbicara mengenai jaminan keamanan hidup. Menurut mazmur ini, ada 2 kemungkinan. Pertama, mazmur ini dinyanyikan ketika bangsa Israel berziarah tahunan ke Yerusalem. Ayat 1-2 merupakan pertanyaan para musafir, dan ayat 3-8 merupakan jawaban para imam. Kedua, dinyanyikan ketika bangsa Israel pulang kembali ke tempatnya dari Yerusalem. Keduanya menyiratkan keinginan untuk mendapatkan keamanan dan berkat, keselamatan Israel.Jika "gunung-gunung" yang dimaksud terletak di Yehuda maka hal tersebut menyimbolkan bahaya, misalnya, perampokan. Pertanyaannya adalah, "Dari mana pertolongan itu akan datang?" Dari Allah yang menciptakan langit dan bumi. "Gunung" mengingatkan kita akan bukit-bukit pengorbanan penyembahan berhala. Maka, bisa jadi ketika pemazmur memandang ke gunung-gunung, ia membandingkannya dengan Allah yang tak pernah tidur (bdk. 1Raj. 18:27).

Jadi, iman kepada Allah didasarkan atas 3 hal: [1] Allah adalah pencipta dunia yang mengatur penuh segala sesuatu dengan kendali penuh (ayat 2), [2] Allah adalah "Penjaga Israel" (ayat 3), dan [3] Allah adalah Penjagamu (ayat 5), Allah adalah juga Allah atas pribadi-pribadi. Ia akan memelihara orang yang percaya kepada-Nya dari teriknya sinar mentari Palestina. Ia akan menjadi pelindung yang berkuasa (di sebelah tangan kanan), dan Ia akan memelihara kita dari bulan. "Bulan" waktu itu dikaitkan dengan takhayul mengenai penyakit. Allah akan melindungi dari segala yang jahat.

Renungkan:
"Keamanan" hanya ada di dalam pribadi Allah yang mengendalikan segala sesuatu. Bersandarlah kepada-Nya setiap waktu!

(0.33) (Yes 40:12) (sh: Allah, dasyat dan hebat. (Sabtu, 19 Desember 1998))
Allah, dasyat dan hebat.

Ketika Yesaya menggambarkan kedahsyatan dan kehebatan Allah di atas segala ilah-ilah, itu bukan karena fanatik yang buta. Yesaya ingin mengingatkan Yehuda yang telah menjadi sesat, dan bahwa patung-patung allah mereka itu sia-sia. Kedahsyatan Allah dan kehebatan-Nya, yang sudah terbukti dalam sejarah, peristiwa demi peristiwa jatuh bangun Israel kini ditawarkan kembali kepada mereka "Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah?" (ayat 18) Pertanyaan ini merupakan suatu pernyataan, jika kembali kepada Dia, menyerahkan pengharapan pada kedahsyatan kuasa-Nya, tak ada lagi keraguan!

Di dalam kendali Allah. Siapa yang berani berkata bahwa hidup ini senantiasa lancar dan mulus? Realitas kehidupan membuktikan, hidup ini penuh dengan kesulitan, penderitaan dan penyakit. Saat-saat yang menyenangkan dapat secepat kilat hilang menjadi dukacita. Kuasa, jabatan, kemapanan yang sekarang dialami bisa hilang jika Tuhan tidak berkenan. Marilah kita mengoreksi hidup yang kita jalani. Bila sudah menyimpang, segeralah minta ampun dan koreksi diri. Jangan permainkan kesabaran Tuhan.

Doa: Ya Tuhan, kedahsyatan dan kehebatan-Mu yang sungguh mengagumkan; membuat kami sadar, betapa kecilnya diri kami.

(0.33) (Dan 11:10) (sh: Penyebab peperangan (Jumat, 2 Juli 1999))
Penyebab peperangan

Penglihatan Daniel ini sungguh sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Diungkapkan bahwa peperangan demi peperangan akan terjadi dari generasi ke generasi secara beruntun yang mengakibatkan penderitaan. Peperangan adalah merupakan akibat dari nafsu manusia yang ingin menguasai materi, wilayah, dan kekuasaan. Nafsu serakah yang menguasai manusia menyebabkan manusia lepas kendali dan berambisi memenuhi hasrat diri. Sesungguhnya manusia dapat belajar dari pengalaman pahit akibat peperangan yang pernah terjadi, namun seringkali peperangan terulang kembali karena ambisi pribadi atau kelompok tertentu. Hal ini menggambarkan bahwa sejarah mengulang dirinya sendiri.

Akibat peperangan. Peperangan menguakkan penderitaan ke permukaan dan dirasakan oleh banyak orang. Peperangan mengakibatkan penderitaan total: kelumpuhan bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dlsb. Banyak orang akan kehilangan suami, istri, bapak, ibu, anak, atau sahabatnya. Namun tak dapat dielakkan bahwa kini peperangan antar bangsa atau di dalam suatu bangsa telah menjadi berita hangat setiap hari, baik di koran atau siaran berita TV.

Renungkan: Segala perbuatan yang dilandasi nafsu akan selalu berakibat bencana dan penderitaan.

(0.29) (Kej 12:1) (sh: Perlindungan TUHAN bagi orang pilihan-Nya (Senin, 26 April 2004))
Perlindungan TUHAN bagi orang pilihan-Nya

Jika saya sudah jadi anak Tuhan, setia mengikut Dia dan aktif melayani-Nya, apakah ini dapat dijadikan jaminan bahwa Allah pasti melindungi dan menyertai saya?

Pertanyaan seperti itu pernah terlintas di benak Abram ketika mendapatkan panggilan Allah yang penuh janji itu untuk meninggalkan kampung halaman dan kebudayaannya menuju tempat yang asing baginya. 'Apa jaminan bahwa saya dan keluarga akan survive?' Apalagi, tempat yang akan diberikan Allah kepada Abram dan keturunannya adalah tempat yang sudah dihuni orang Kanaan (ayat 6b). Penduduk Kanaan adalah bangsa yang secara konstan dan terus menerus menjadi antagonis bagi Israel.

Namun, tersirat dari janji berkat TUHAN kepada Abraham jaminan tersebut. Yaitu, "Aku akan ... mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau." (ayat 3). Janji ini menghibur Abram, bahwa Allah akan menyertai dia dalam perjalanan imannya menuju Kanaan, dan terus menjaga keturunannya sampai mereka benar-benar menikmati tanah perjanjian itu (ayat 7). Dengan kepastian itu, Abram mendirikan mezbah di Kanaan, di tempat-tempat persinggahannya (ayat 7b,8b) sebagai tanda penyerahan diri dan penyerahan Kanaan kepada kedaulatan dan kuasa TUHAN.

Bagi Kristen, umat Tuhan masa kini, apa jaminan untuk kita? Mungkin Roma 8:31-39 bisa melegakan kita. Kasih Allah yang sudah memperdamaikan kita dengan diri-Nya menjadi jaminan pemeliharaan-Nya atas hidup kita di dunia ini. Lagi, ujaran Yesus di Matius 10:29-31 adalah jaminan pemeliharaan-Nya. Dalam ketaatan mengikut Yesus, maka seluruh hidup kita ada di bawah kendali dan kedaulatan-Nya. Termasuk kalau harus martir pun, itu adalah di dalam perlindungan Allah.

Yang harus kulakukan: Saya akan setia melakukan tugas pelayanan sesuai panggilan Allah. Allah pasti menyertai saya.

(0.29) (Kej 23:1) (sh: Bila senja menghampiri kehidupan (Kamis, 13 Mei 2004))
Bila senja menghampiri kehidupan

Penguburan dan peku-buran adalah dua bagian penting pada akhir hidup seseorang. Dalam kebudayaan PL, juga kebudayaan-kebudayaan besar lainnya kedua hal ini menandakan tingkat kebudayaan seseorang, dan penghargaan terhadap almarhum/ah.

Sara mati dan perlu dikuburkan. Abraham meratapi kepergian istri terkasih yang sudah mendampinginya dengan setia dan penuh kasih. Hal itu sangat wajar. Namun Abraham tidak kehilangan kendali diri. Masih ada hal penting yang harus dilakukan, yang tidak boleh salah melakukannya, yaitu menyiapkan penguburan dan menyediakan pekuburan yang selayaknya.

Mengapa Abraham tidak mau menguburkan Sara di pekuburan umum milik orang Het, melainkan bersikeras (ayat 7-9, 12-13) membeli gua Makhpela untuk menjadi milik pribadi Abraham? Pertama, sampai saat usia tuanya, bahkan saat Sara sudah meninggal, mereka belum sungguh-sungguh memiliki tanah Perjanjian ini. Jadi pembelian gua Makhpela menjadi milik pribadi Abraham merupakan simbol kepemilikan tanah Perjanjian. Lagi pula dengan membeli tanah itu, Abraham menyatakan imannya kepada janji Allah. Tanah Perjanjian secara de facto belum menjadi miliknya, tetapi secara de jure, paling tidak areal pekuburan itu adalah miliknya (ayat 12-20).

Kedua, penguburan Sara di gua Makhpela, tanah Perjanjian melambangkan istirahat yang dinantikan sudah tiba. Kelak bangsa Israel akan dipimpin keluar dari Mesir tanah perbudakan melintasi padang gurun Sinai menuju tempat di mana mereka boleh beristirahat, menetap di tanah air mereka sendiri. Melalui kuburan Sara Abraham mengawali meraih tanah perhentian dari Allah.

Renungkan: Ketika kematian merenggut tubuh orang Kristen, kita percaya saat beristirahat dari jerih lelah di dunia sudah tiba. Saatnya menikmati warisan kekal kita bersama Bapa dan Tuhan Yesus di surga.

(0.29) (Kel 8:16) (sh: Kekerasan hati menghancurkan (Jumat, 8 April 2005))
Kekerasan hati menghancurkan


Firaun tetap berkeras hati untuk tidak melepaskan Israel pergi maka Allah pun mendatangkan tulah ketiga berupa nyamuk. Jumlahnya tak terhitung bagaikan debu tanah dan menjadi ancaman bagi semua makhluk hidup baik manusia maupun binatang (ayat 16-17).

Kali ini para ahli Mesir tidak mampu melakukan hal serupa. Bahkan mereka pun sadar bahwa tulah nyamuk berasal dari tangan Allah yang Mahakuasa yaitu Allah Israel. Hanya Dia, Allah yang memiliki kekuasaan atas alam semesta. Akan tetapi, setelah mereka memberitahukan hal itu kepada Firaun raja Mesir itu, ia tetap berkeras hati untuk tidak memenuhi permintaan Harun dan Musa (ayat 18-19). Hal yang sama terjadi saat Allah mendatangkan tulah keempat yaitu lalat pikat yang sangat menyengsarakan bangsa Mesir, tapi tidak dialami bangsa Israel (ayat 21,24).

Allah membuat perbedaan antara bangsa Mesir dan umat-Nya. Ia mengecualikan Tanah Gosyen. Mengapa? Pertama, Ia menghukum bangsa yang menindas umat-Nya dan menyelamatkan umat-Nya dari tulah yang dirancangkan-Nya untuk bangsa Mesir. Allah melakukan ini bukan karena Ia tidak mengasihi bangsa Mesir, melainkan Ia ingin menyatakan kuasa-Nya di tengah-tengah bangsa Mesir. Kedua, Allah menghukum Mesir karena kejahatannya yang menindas bangsa Israel dan mengekang kemerdekaan umat-Nya. Meski demikian, Allah tetap berkenan mengabulkan permintaan Firaun untuk melenyapkan lalat pikat. Kesediaan Allah ini tidak berarti Ia merubah tujuan-Nya semula. Allah tetap memegang kendali walaupun Firaun mengeraskan hati.

Sungguh mendatangkan sukacita besar ketika kita mengetahui bahwa Allahlah pembela umat-Nya. Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita? (Rm. 8:31). Mari kita jadikan firman Allah ini sebagai kekuatan kita saat menghadapi musuh kita yaitu Iblis dan pihak-pihak yang menjadi sekutunya.

Renungkan: Allah peduli akan kehidupan kita. Ia tidak membiarkan kita sendiri menghadapi masalah hidup ini.

(0.29) (Kel 10:21) (sh: Allah mengendalikan segala sesuatu (Selasa, 12 April 2005))
Allah mengendalikan segala sesuatu


Tulah-tulah yang ada di dalam kisah-kisah ini merupakan pernyataan kemahakuasaan Tuhan atas ketidakmampuan manusia. Tulah-tulah yang diberikan meningkat semakin berat beranjak dari yang pertama hingga yang terakhir.

Bagi Israel tulah gelap gulita mengingatkan mereka akan penciptaan. Kejadian 1:1-2 membeberkan keberadaan dunia pada awalnya dan "gelap gulita" menjadi ciri dunia yang belum berbentuk. Gelap gulita menjadi lambang dari keadaan dunia yang kacau sebelum penciptaan.

Di dalam tulah yang kesembilan ini, gelap gulita ini begitu dahsyat berlangsung selama tiga hari tanpa jeda, baik pada waktu pagi maupun siang (ayat 22). Ketika tulah belalang datang, Mesir juga mengalami kegelapan (ayat 5,15). Namun, gelap gulita pada tulah kesembilan ini jauh lebih pekat sehingga membuat seseorang tidak bisa melihat apa-apa yang ada di sekitarnya (ayat 23). Yang luar biasa adalah kegelapan tidak meliputi pemukiman Israel. Ini adalah anugerah Allah bagi umat-Nya (ayat 23).

Tulah ini merupakan puncak dari tulah-tulah alami sebelumnya. Gelap gulita yang melambangkan kekacauan ini ternyata dikendalikan oleh Allah. Seharusnya Firaun sadar bahwa dewa terang/matahari yang mereka sembah justru tunduk kepada kuasa kendali Allah. Ia seharusnya sadar bahwa ia tidak bisa menahan lagi kehendak Allah agar orang Israel keluar dari Mesir. Memang, sesaat Firaun merespons dengan mengizinkan mereka pergi, tetapi disertai dengan syarat-syarat yang tidak masuk akal. Firaun tidak pernah berubah, ia tetap mengeraskan hati (ayat 24-27).

Tuhan berdaulat atas semua kekacauan di dunia ini. Ia dapat memakai kekacauan itu untuk menghukum orang-orang yang mengeraskan hati tetap tinggal di dalam dosa, tetapi Ia juga dapat melindungi anak-anak-Nya yang berserah penuh pada-Nya dari kekacauan itu.

Peringatan: Jangan keraskan hati kita melawan kekuatan Allah. Tunduk dan bertobatlah sebelum Allah menghancurkan kita.

(0.29) (Bil 22:2) (sh: Ketaatan mendatangkan bahaya? (Minggu, 7 November 1999))
Ketaatan mendatangkan bahaya?

Bangsa Israel sampai di akhir pengembaraan yang panjang. Kini mereka berkemah di tepi sungai Yordan. Untuk masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan, Israel harus menghadapi bangsa Moab. Sesuai perintah Allah, Israel taat dan tidak menyerang Moab. Namun keinginan ini bertolak belakang dengan ambisi Moab yang bermaksud menyerang dan menghancurkan Israel secara diam-diam. Bila Moab melancarkan aksi ini, mungkinkah Israel tetap diam? Semuanya diserahkan kepada Allah.

Kedaulatan Allah dan Bileam. Maksud dan rencana Balak untuk menghancurkan bangsa Israel semakin jelas, ketika ia mengutus orang-orang yang terpandang dalam pemerintahannya kepada Bileam. Tujuannya adalah agar Bileam mengutuk dan melenyapkan Israel. Rencana Balak ini sungguh bertentangan dengan rencana yang telah ditetapkan Allah. Di satu pihak Allah mengimbau umat-Nya untuk tidak menyerang Moab dan umat setia pada perintah Allah itu; tetapi di pihak lain justru Moab merencanakan hal sebaliknya. Allah dalam segala kedaulatan-Nya menguasai hidup Bileam, tokoh petenung pada zaman itu. Kedaulatan Allah bekerja mengatasi bentuk ancaman yang tidak nampak, yang berusaha menghancurkan umat-Nya. Segala bentuk keinginan manusia takluk di dalam kedaulatan Allah, meskipun manusia terus mengupayakannya.

Tetap di bawah kendali Allah. Kita dapat menemukan prinsip hidup yang sangat mendasar ketika Allah Yahweh ditempatkan sebagai pusat hidup, menjadikan diri kita berada di bawah dan dalam kontrol tangan yang kekal. Dengan demikian apakah yang sebenarnya harus dilakukan oleh manusia sebagai umat pilihan-Nya? Pertama, takut kepada Allah. Kedua, menjadikan diri siap dan berani menjalani kehidupan sesulit apa pun, karena Allah yang berdaulat adalah Allah yang memahami dan mengarahkan manusia pilihan-Nya untuk hidup dalam kuasa dan kasih-Nya.

Renungkan: Adakalanya ketika kita taat pada pimpinan-Nya, seolah bahaya menghadang di depan mata, tetapi tetaplah percaya kepada-Nya.

(0.29) (Ul 31:1) (sh: Ketaatan membawa berkat masa depan (Kamis, 15 Juli 2004))
Ketaatan membawa berkat masa depan

Masa depan, siapa yang dapat meramalkannya? Para cenayang (=dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus) mencoba membaca masa depan. Tidak disangkal, roh jahat memiliki pengetahuan dan kekuatan yang melampaui manusia. Namun kendali sejarah hanya ada di tangan Allah pencipta.

Israel sudah tiba di ambang pintu tanah Perjanjian. Musa dengan setia menghantar mereka sampai di situ. Namun, Musa tidak diijinkan Allah masuk ke tanah Kanaan. Yosualah yang akan menggantikan Musa memimpin umat Israel memasuki negeri itu. Ada dua masalah besar. Pertama, Israel tidak memiliki pasukan untuk berperang merebut negeri yang penduduknya ahli berperang. Kedua, walaupun Yosua pernah memimpin pasukan Israel mengalahkan Amalek empat puluh tahun yang lampau (Kel. 17:8-16), sekarang ia sudah tua. Mampukah ia menggantikan Musa dan memimpin mereka menaklukkan Kanaan?

Tidak seorang pun yang dapat menjamin Israel mampu menduduki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Tetapi Allah mampu! Bukankah Dia yang mengendalikan sejarah? Oleh sebab itu Musa menasihati Israel untuk mempercayakan diri mereka kepada Allah. Allahlah yang berperang bagi mereka. Allah akan memakai Yosua sebagai pemimpin mereka mengalahkan musuh (ayat 6). Pesan untuk Yosua sama intinya, "kuatkan dan teguhkanlah hatimu ... Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau" (ayat 7).

Siapa yang dapat meramal masa depan Indonesia? Mungin kita pesimis melihat gejolak politik berkaitan dengan pemilu. Orang yang menilai diri mereka layak jadi pemimpin jauh dari kualitas Musa ataupun Yosua. Namun masa depan kita tidak terletak pada mereka tetapi pada Allah pencipta, yang berdaulat atas sejarah manusia.

Renungkanlah: Inilah saatnya menaruh percaya dan harap kepada Allah. Jangan mengandalkan manusia, sebaliknya doakanlah pemimpin kita agar Tuhan menyertainya seperti Ia menyertai Yosua!

(0.29) (1Raj 1:1) (sh: Masa tua Daud (Jumat, 23 Juli 2004))
Masa tua Daud

"Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi" adalah pepatah yang secara negatif menggambarkan seorang yang semakin tua semakin menjadi-jadi melakukan kegemarannya.

Pepatah ini tidak berlaku bagi Daud dalam masa tuanya. Meskipun sudah diselimuti namun badan Daud tetap dingin. Oleh karena itu Abisag, seorang gadis cantik dipanggil untuk merawat Daud (ayat 3). Kebudayaan waktu itu untuk menghangatkan tubuh orang yang sudah tua tidak hanya menutupi badannya dengan selimut, tetapi juga dengan memberikan seorang yang sehat untuk menemaninya di tempat tidur. Panas tubuh dari orang yang sehat akan menjaga tubuh orang yang sudah tua untuk tetap hangat. Fakta bahwa Daud tidak memiliki hubungan seksual dengan Abisag dari Sunem, gadis muda yang cantik memberikan indikasi bahwa kekuatan fisiknya lemah (ayat 4).

Meski demikian, Daud memegang kendali dalam pemerintahannya. Daud menerima laporan dari Batsyeba dan nabi Natan (ayat 15-27), tentang Adonia anak Hagit yang mengangkat diri menjadi raja menggantikan Daud (ayat 9). Daud dalam usia 70 tahun harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan kerajaan Israel. Alkitab tidak mencatat pada masa tuanya, Daud mementingkan keinginan pribadinya lagi, sebaliknya ia semakin sadar akan tugas dan tanggung jawab yang Allah berikan.

Pepatah "Muda: foya-foya; Tua: kaya raya; Mati: masuk Surga" tidak berlaku dalam diri Daud. Karena masa mudanya diisi dengan segala persiapan untuk dirinya menjadi raja dan masa tuanya adalah masa yang dilalui bukan untuk kenikmatan diri sendiri tapi mengerjakan rencana Allah bagi Israel di masa depan. Daud bukan tua-tua keladi dalam arti negatif. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita akan seperti Daud, di usia senja tetap memikirkan kepentingan Allah? Ataukah kita menjadi tua-tua keladi, semakin mementingkan kegemaran kita yang tidak pantas?

Renungkan: Ketika usia semakin senja, apakah hidup Anda semakin menjadi berkat atau malah bertambah laknat?

(0.29) (1Raj 12:25) (sh: Penyalahgunaan wewenang (Kamis, 12 Agustus 2004))
Penyalahgunaan wewenang

Pada zaman ini banyak orang menyalahgunakan wewenang yang ada padanya untuk kepentingan pribadinya, kroninya, dan kelompoknya. Caranya bermacam-macam, namun yang mengerikan adalah ketika mereka menggunakan agama, tradisi, dan kebudayaan untuk mencapai tujuan mereka yang salah.

Yerobeam sudah berhasil selangkah mewujudkan yang Tuhan janjikan kepadanya. Ia menjadi raja atas sepuluh suku Israel, dan Tuhan melindunginya dari serangan Rehabeam dan pasukannya. Seharusnya Yerobeam menggunakan kesempatan ini untuk menyatukan suku-suku Israel agar mereka setia kepada Tuhan dan agar kerajaannya diberkati Tuhan.

Sayang sekali, Yerobeam hanya memikirkan diri sendiri, bukan kepentingan suku Israel, apalagi kemuliaan Tuhan. Ia tahu bahwa kesetiaan sepuluh suku Israel kepadanya belum teguh. Ia sadar bahwa mereka hanya tahu bahwa tempat untuk beribadah kepada TUHAN adalah Bait Allah di Yerusalem. Kalau mereka secara rutin pergi ke Yerusalem (menurut Taurat tiga kali dalam setahun), maka pada akhirnya mereka akan kembali mengabdi kepada Rehabeam (ayat 12:26-27). Karena Yerobeam tidak ingin kehilangan takhta kerajaan, maka ia membangun berhala-berhala berbentuk lembu emas yang diakuinya sebagai TUHAN Israel di kota-kota perbatasan kerajaan Israel agar rakyat yang dipimpinnya tidak usah ke Yerusalem (ayat 28-29). Ia menciptakan agama politik! Allah melalui hamba-Nya menegur dan menghukum Yerobeam (ayat 13:1-10), sebab Yerobeam menyalahgunakan wewenangnya dan menyebabkan sepuluh suku Israel menyembah berhala.

Kekuasaan dan kemampuan mengendalikan diri sendiri adalah penting dalam kepemimpinan apa pun. Keduanya harus ditundukkan kepada kebenaran Allah bila tidak ingin terjerumus menjadi manipulasi dan lepas kendali.

Tekadku: Aku mau setia melayani Engkau, ya Tuhan. Tolong agar aku menjadi pemimpin yang peduli kepentingan orang lain, bukan kepentinganku sendiri.



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA