Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 961 - 980 dari 1167 ayat untuk kuasa (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.09) (Mzm 78:1) (sh: Cerita-cerita jujur (Senin, 25 April 2005))
Cerita-cerita jujur


Budaya bangsa kita adalah budaya bercerita. Masih teringat oleh saya kebiasaan kakek saya mendongeng yang intinya masih berkesan hingga sekarang. Dalam kebiasaan bercerita itu, bukan saja kisah-kisah binatang yang mengandung pelajaran perlu kita sampaikan, kisah-kisah nyata kehidupan keluarga pun layak mendapat tempat! Kisah nyata sejujurnya harus berani kita paparkan agar sejarah dapat kita jadikan sumber pelajaran yang kaya untuk kini dan generasi mendatang.

Dalam kebiasaan kita bercerita, kita cenderung hanya menonjolkan yang baik, tetapi melupakan bahkan mengubur yang buruk. Kisah peMazmur ini tidak demikian. Menurutnya amsal atau kata-kata hikmat itu harus jujur dan tidak menyembunyikan masa lalu (ayat 4). Justru kegagalan nenek moyang bangsa Israel dan kebesaran anugerah Allah perlu diketahui oleh semua generasi mereka (ayat 4b, 6-8). Mazmur 78 ini merupakan cerita keberdosaan bangsa Israel dan panjang sabar serta anugerah Allah. Pada bagian pertama ini (ayat 1-31) yang ditekankan adalah bangsa Israel berdosa karena telah melanggar Perjanjian Sinai (ayat 5-11), namun Allah tetap setia memelihara mereka oleh anugerah-Nya (ayat 12-16). Bangsa Israel meragukan kasih Allah (ayat 19-20), bahkan kuasa-Nya untuk menyelamatkan mereka (ayat 22). Itu sebabnya murka Allah menyala menghukum mereka (ayat 21,31).

Apakah kebiasaan bercerita kita sudah pupus oleh hiburan-hiburan modern seperti tv, video games, internet, dlsb? Kita perlu belajar menggali kekayaan iman dengan menceritakan kisah-kisah kebaikan Allah, baik yang terdapat dalam Alkitab maupun dari pengalaman nyata hidup kita. Maksud dari kejujuran itu adalah agar iman dan kehidupan generasi penerus makin bertumpu pada kasih karunia Allah dan mereka bertekad untuk tidak mengulang kesalahan-kesalahan yang sama.

Camkan: Kejujuran dalam bercerita tentang hidup adalah akibat dari mengenal Allah telah menerima kita apa adanya.

(0.09) (Mzm 91:1) (sh: Siapa tempat perlindungan Anda? (Rabu, 5 Oktober 2005))
Siapa tempat perlindungan Anda?

Apa yang muncul dalam pikiran Anda ketika Anda membaca kata-kata berlindung dan bernaung? Mungkin Anda membayangkan sebuah tempat yang menjanjikan kedamaian dan keamanan.

Pemazmur mengatakan bahwa hal itu hanya ditemukan di dalam satu Pribadi, yaitu Tuhan Allah! Pemazmur menghubungkan perlindungan bukan dengan tempat atau dengan keadaan melainkan dengan pribadi Allah sendiri, satu-satunya jaminan bagi umat-Nya untuk menghadapi segala kesulitan dan keadaan yang mengerikan (ayat 3-4)! Tuhan berjanji bahwa Ia tidak akan membiarkan umat-Nya terjerat dalam kesulitan tanpa jalan keluar dan binasa dalam penyakit. Sekalipun tubuh kita dapat dikalahkan oleh penyakit, tetapi jiwa kita aman dalam lindungan-Nya. Ia melindungi umat-Nya dari kuasa si jahat, dan membebaskan mereka dari ketakutan terhadap bahaya (ayat 5-8). Umat-Nya tidak perlu takut karena kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi mereka bagaikan perisai dan pagar tembok yang kokoh (ayat 4,9).

Tuhan tidak menjanjikan kekebalan terhadap kesulitan dan kesesakan. Ia berjanji, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan" (ayat 15). Bagi siapakah janji itu diberikan? Pertama, bagi orang yang mengenal nama Tuhan dan yang menjadikan-Nya sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanannya (ayat 2). Kedua, bagi orang yang senantiasa hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, yang senantiasa berseru kepada-Nya, dan yang menjaga komunikasinya dengan Tuhan pada setiap saat.

Banyak kekuatiran dan ketakutan muncul ketika kita ber-sikeras untuk memperjuangkan keinginan dan rencana kita. Hanya ketika kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah supaya Ia menggenapi rencana-Nya dalam setiap aspek dan waktu hidup kita maka kita menemukan kedamaian dan keamanan sejati.

Renungkan: Ketika badai kehidupan menerpa hidup dan diri Anda, siapakah pelindung Anda?

(0.09) (Mzm 104:1) (sh: Allah penguasa alam semesta (Selasa, 18 Oktober 2005))
Allah penguasa alam semesta

Sama seperti otoritas seorang raja yang memberi perintah bawahannya untuk mengelola harta miliknya, maka Allah menyatakan otoritas-Nya atas alam semesta supaya umat-Nya mengetahui siapa Dia. Allah adalah penguasa sejati alam semesta. Allah jauh lebih besar daripada alam semesta ciptaannya, sedangkan manusia jauh lebih kecil daripada alam semesta.

Alam semesta yang begitu besar tidak mampu menampung keagungan Allah yang jauh lebih besar (ayat 1). Ketika Allah hadir di alam semesta, semua unsurnya menjadi fasilitas yang melayani-Nya. Langit yang luas menjadi atap istananya, lautan menjadi kamar-kamarnya, awan sebagai kendaraan Allah, angin dan api sebagai pengawal-pengawal-Nya, dan bumi sebagai tumpuan kaki-Nya (ayat 2-5). Dari gambaran maha dahsyat di atas, kendali Allah ditujukan sekarang ke bumi. Dalam kemahakuasaan-Nya Ia membatasi samudera raya yang begitu menakutkan manusia, pada tempat-tempat yang sudah ditentukan-Nya di bumi (ayat 7-9). Ini gambaran perlindungan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Lebih heran lagi, kemahakuasaan Allah itu digunakan-Nya untuk memenuhi kebutuhan segenap ciptaan-Nya sehingga tidak ada satu pun makhluk yang akan punah dalam pemeliharaan-Nya (ayat 10-18). Allah yang Maha Besar dan Maha Kuasa adalah Allah yang peduli kepada setiap ciptaan-Nya.

Di hadapan Pencipta dan Penguasa satu-satunya alam semesta dan segala isinya, manusia adalah kecil, tak berdaya, dan fana. Namun, betapa si kecil ini sering tidak tahu diri menantang dan melawan-Nya. Hanya oleh anugerah-Nya kita tidak diganjar kebinasaan. Hanya karena kasih-Nya, Ia mengampuni kita dalam Tuhan Yesus. Biarlah kita hidup untuk menyenangkan Dia, memuliakan dan memuji nama-Nya, dan bersama dengan alam semesta menyaksikan kedahsyatan-Nya kepada setiap umat ciptaan-Nya.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.09) (Mzm 105:16) (sh: Kebaikan Allah adalah dasar harapan (Jumat, 21 Oktober 2005))
Kebaikan Allah adalah dasar harapan

Orang yang sedang menderita membutuhkan pengharapan agar mampu melewati kesulitan itu. Israel membutuhkan pengharapan. Hal itu ditawarkan pemazmur dengan cara menengok kepada sejarah kehidupan mereka.

Israel diajak melihat bagaimana Allah memimpin dan memelihara nenek moyang mereka. Cara Allah sungguh ajaib dan tidak terduga. Allah memakai seorang pemuda, Yusuf yang lemah dan tak berpengalaman, namun yang bersandar penuh kepada-Nya untuk menyelamatkan satu keluarga besar (ayat 16-22). Pemuda ini harus mulai dari bawah, mengalami berbagai penderitaan sebelum Tuhan dapat memakainya. Ini sekaligus gambaran akan penggemblengan umat Tuhan sebelum dapat dipakai menjadi alat anugerah-Nya.

Lain lagi cara Allah menyelamatkan umat-Nya dari per-budakan Mesir. Ia mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dengan menghantam Mesir memakai beragam tulah (ayat 26-36). Kuasa-Nya tidak tertandingi para ilah Mesir. Firaun dan rakyat Mesir harus tunduk kepada Allah dan memberkati Israel dengan kekayaan yang limpah (ayat 37). Kasih dan panjang sabar Ia tunjukkan ketika Ia memimpin perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Perjanjian (ayat 39-45). Kesetiaan dan kemurahan-Nya melimpahi hidup mereka.

Penderitaan dapat menjadi cara Allah mengajar umat-Nya bersandar kepada-Nya. Dengan mengingat kasih karunia dan perbuatan-Nya pada masa lampau, kita diajak menaruh masa depan kita kepada-Nya. Karena Dia adalah Allah yang tidak berubah, kemarin, hari ini, dan selama-lamanya pengharapan kita tidak sia-sia. Mungkin hidup tidak akan menjadi lebih mudah; malahan persoalan semakin bertubi-tubi menimpa anak Tuhan. Namun, kasih dan setia-Nya akan terus menopang kita karena kita milik-Nya.

Doa: Tuhan, saat mata kami terbelalak oleh kompleksnya masalah hidup ini, ingatkan kami bahwa Engkau dulu telah menolong kami. Kami percaya, Engkau tetap akan menopang kami selamanya.

(0.09) (Mzm 112:1) (sh: “Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan” (Rabu, 1 Mei 2002))
“Berbahagialah orang yang takut akan Tuhan”

Pernyataan yang kedengarannya janggal mengawali mazmur pujian ini. Kata “takut” biasanya berhubungan dengan keadaan jiwa yang tertekan dan tidak tenang. Namun, pengertian tersebut berbeda dalam perikop ini. “Takut” di sini dapat berarti “hormat kepada” atau “kagum akan”. Seseorang yang berhadapan dengan kuasa dan kehadiran Allah akan merasa takut kepada-Nya (kagum atau hormat kepada Allah) karena peristiwa itu telah membangkitkan keinginan untuk hidup benar di hadapan Allah, dan tunduk terhadap kekuasaan-Nya. Itulah sebabnya kalimat “takut akan Tuhan” dipakai sejajar dengan pengertian “mengabdi” (Ul. 6:13), “mengasihi” (Ul. 10:12), “beribadah” (Ul. 10:20), “hidup menurut jalan-Nya” (Ul. 8:6) dan “melakukan ketetapan-Nya” (Ul. 6:4). Orang percaya, yang memuji perbuatan besar Allah dan beribadah, akan merasakan aliran kebahagiaan dan kekaguman yang luar biasa hingga akh irnya mengabdikan hidup mereka seluruhnya kepada Tuhan.

Dampak apa yang akan diperoleh setiap orang yang takut akan Allah? Pemazmur menyajikannya dengan indah sekali. Dikatakan bahwa orang yang takut akan Tuhan dan cinta firman-Nya akan menerima kelimpahan harta yang luar biasa, sekalipun kehidupannya juga tak lepas dari beragam ancaman (ayat 7-8). Harta di sini, bagi pemazmur, bukanlah sepenuhnya bermuara pada harta materi. Dalil ini sering menimbulkan salah paham, bahwa orang yang berlimpah harta materi dapat membanggakan diri bahwa Allah berkenan kepada mereka. Sebenarnya pemazmur menyampaikan pesan bahwa berkat materi diperoleh bukan karena mengumpulkan, tetapi karena memberi dengan bermurah hati. Harta terindah bagi orang yang takut akan Tuhan adalah anak cucunya akan perkasa di bumi (ayat 2), kebajikan (ayat 3b), mengalami terang dalam gelap (ayat 4a), memiliki hati yang pengasih (ayat 4b), iman yang tak goyah (ayat 6a), hati yang tetap teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan (ayat 7b).

Renungkan: Berkat Tuhan haruslah ditempatkan proporsional, sebagai akibat dari takut akan Tuhan, berkat pun harus dihayati dalam takut dan syukur kepada Tuhan.

(0.09) (Ams 4:1) (sh: Hati sebagai pusat pengendalian sikap (Sabtu, 22 November 2003))
Hati sebagai pusat pengendalian sikap

Tubuh manusia memuat sekitar 100.000 gen. Uniknya, setiap gen memiliki fungsi sebagai mengendali semua aktivitas yang dilakukan oleh setiap sel di tubuh kita. Gen bekerja tanpa henti setiap detik memberi instruksi kepada sel untuk memproduksi zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, ada unsur lain dalam diri manusia yang juga bekerja tanpa henti, memberi instruksi kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap. Unsur itu adalah hati manusia. Hati manusia adalah pusat pengendalian sikap dan darinyalah keluar instruksi yang biasanya kita jalani dengan patuh. Hati adalah saripati manusia, hati mencerminkan siapa kita sesungguhnya. Hati tidak berbohong, namun hati dapat memerintahkan kita untuk berbohong. Hati tidak bisa membunuh, tetapi hati sanggup menyuruh tangan untuk membunuh. Hati adalah perangkat lunak dalam komputer otak manusia yang dapat memprogramkan kita berbuat seturut kehendaknya. Betapa berkuasanya hati! Itu sebabnya firman Tuhan mengingatkan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan “ (ayat 4:23). Hati adalah sumber mata air, bila sumbernya kotor, maka kotorlah airnya, namun bila sumbernya bersih, maka bersihlah airnya. Rupanya hati tidak dengan sendirinya bersih, kita harus menjaganya dengan seksama. Kita harus selalu melindunginya agar tidak tercemari. Bill Bright (alm.), pendiri Campus Crusade for Christ, menawarkan resep untuk menjaga kebersihan hati yaitu dengan cara “bernapas” secara rohani. Jika kita mendukakan Roh Kudus, akuilah dosa; dengan kata lain, “hembuskan napas.” Setelah itu, dengan iman, “tariklah napas”, terimalah kuasa Roh Kudus kembali. Hanya Roh Kuduslah yang dapat menolong kita menjaga hati agar tetap bersih.

Renungkan: Hati yang tak terjaga adalah hati yang terbuka untuk dimasuki siapa pun dan apa pun.

(0.09) (Pkh 12:1) (sh: Menjadi berkat bagi orang lain (Minggu, 21 Juni 1998))
Menjadi berkat bagi orang lain

Ada sementara orang yang banyak belajar namun tidak pernah sampai kepada kebenaran. Hal yang diperingatkan tegas oleh Paulus dalam Perjanjian Baru itu (3:7">2Tim. 3:7). Bila demikian, besar kemungkinan orang itu bukan belajar kebenaran tetapi belajar hal-hal yang salah. Ada pula orang yang belajar hanya pengetahuan otak belaka, namun hidup dan kelakuan tidak mengalami perubahan. Itu pun bukan tujuan belajar yang sejati sebab hakikat belajar adalah terbuka untuk dirubah oleh hal (kebenaran) yang telah dipelajari. Ada pula orang yang belajar hanya untuk membanggakan diri, tetapi tidak menjadi berkat bagi orang lain. Sebagai hamba Tuhan, pengkhotbah memberi kita teladan bahwa apa yang secara pribadi telah diselidiki dan dipelajarinya, ia bagikan kepada orang lain dalam catatan perenungannya ini.

Akhir kata. Bila kita membaca sebuah buku bagian penting yang harus kita lihat lebih dulu ialah kata pendahuluan dan daftar isinya. Di sana kita beroleh alasan dan tujuan dan kerangka pikiran penulis. Bagian lain yang lebih penting lagi ialah bagian kesimpulan. Di sana kita melihat nilai-nilai apa yang hendak dibagikan penulis kepada pembacanya. Dengan membaca cermat beberapa hal tadi, kita dapat memutuskan apakah karangan orang itu patut dibeli dan dibaca atau tidak. Pengkhotbah kini tiba di kesimpulan akhir. Apa pesan terpenting dari begitu banyak perenungan hidup yang ke dalamnya kita telah diajak untuk mengarungi? Takutlah akan Allah. Berpeganglah pada perintah-perintah-Nya. Allah akan membuat perhitungan tentang hidup semua orang, baik yang tersembunyi maupun yang terbuka di hadapan publik. Jika saja semua kita menyimak pesan akhir yang penting itu, kita pasti tak akan hidup sia-sia.

Renungkan: Hiduplah di dalam Yesus, andalkan kuasa penebusan-Nya. Anda pasti akan dimampukan-Nya membangun hidup yang sampai kelak akan membangkitkan syukur kepada Tuhan.

(0.09) (Yes 9:1) (sh: Post Tenebras Lux! (Kamis, 16 Oktober 2003))
Post Tenebras Lux!

Kata-kata ini terpampang di depan tembok Reformasi yang sangat terkenal di Jenewa. Kalimat yang berarti, "Sesudah kegelapan, terang!" tersebut menunjukkan sebuah era yang baru. Manusia di zaman Reformasi dibawa kembali kepada semangat untuk mencari kebenaran, kembali ke Alkitab. Ada semacam kerinduan dalam diri manusia untuk melihat kecerahan setelah kesuraman.

Pengharapan akan terang setelah kekelaman pun muncul dalam nubuatan kitab Yesaya. Bacaan hari ini dimulai dengan sebuah penyekatan terhadap masa lalu. Penghukuman itu tidaklah selamanya. Kehancuran Yehuda akan ditutup dengan sebuah misi penyelamatan. Misi penyelamatan ini paling tidak terjadi dalam tiga lapisan. Lapisan pertama adalah hadirnya Hizkia. Ahas mewakili raja yang lemah dan tidak taat kepada Allah. Hizkia akan membawa perubahan baru, suatu keselamatan bagi bangsanya karena ia tunduk kepada Allah. Hal ini memungkinkan hadirnya kedamaian dan kemakmuran. Lapisan kedua adalah masa ketika bangsa Yehuda kembali dari pembuangan. Lapisan ketiga adalah lapisan yang lebih besar. Keselamatan terlihat dari hadirnya seorang Mesias, yang akhirnya digenapi dalam diri Kristus, Sang Juruselamat dunia.

Seorang keturunan Daud yang baru akan hadir! Perayaan dari kegelapan menuju terang ini diwujudkan dalam sukacita yang begitu luar biasa. Sukacita itu juga dilihat secara militer seperti ketika orang-orang membagi-bagikan hasil rampasan dari musuh. Penghancuran "kuk" dan "gandar" menunjukkan sekali lagi kemenangan militer yang dahsyat. Kita melihat bahwa janji akan keturunan Daud diberikan dengan gelar-gelar yang indah: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Keempat gelar ini menjamin kemakmuran dan keadilan selama-lamanya!

Renungkan: Kejahatan dan ketidakadilan takkan pernah bertahan selamanya. Hiduplah hanya dalam kebenaran dan kejujuran!

(0.09) (Yes 13:1) (sh: Babel: pecahnya sebuah balon! (Rabu, 22 Oktober 2003))
Babel: pecahnya sebuah balon!

Seorang sejarawan dan filsuf Inggris, John Emerich Edward Dalberg, yang dikenal dengan Baron Acton I (ayat 1834-1902) menulis bahwa seseorang yang memiliki kekuasaan menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri, menindas yang lemah tanpa takut kepada Allah. Kekuasaan mudah sekali membutakan manusia.

Mulai pasal 13-23 dari kitab Yesaya, kita membaca bahwa Yahweh adalah Allah yang berdaulat di dunia internasional. Kita akan melihat amarah Yahweh ditumpahkan kepada bangsa-bangsa yang otonom, yang menantang sang pencipta. Dalam pasal ini, kita memahami bahwa hardikan Yahweh pertama kali jatuh kepada Babel, kekuatan yang terbesar pada waktu itu. Yahweh akan menunjukkan bahwa mudah bagi-Nya untuk menghantam yang besar -- apalagi bangsa-bangsa kecil seperti Aram dan Israel. Ada beberapa tahap yang bisa kita perhatikan dalam bagian ini. Pertama, Yahweh menyiapkan sebuah pasukan untuk menghantam bangsa-bangsa (ayat 2-5). Ia membangkitkan perwira-perwira-Nya, suatu pasukan yang besar. Seluruh bumi akan dimusnahkan.

Kedua, hari Tuhan itu sudah dekat ketika tangisan dan ratapan akan menjadi atmosfer sehari-hari (ayat 6-8). Allah digambarkan sebagai Allah yang mahakuasa (El Syaddai). Tamparan akan diberikan kepada para bangsawan (ayat 2). Mereka akan menjadi seperti wanita yang rentan, tak berdaya dan tak berpengharapan. Ketiga, amarah Yahweh tak terbayangkan dengan lingkupnya yang besar dan mencakup langit-bumi (ayat 9-16). Mereka yang melawan Yahweh hanya akan bisa gemetar di hadapan kedahsyatan itu. Terakhir, Babel sendiri akan dihancurkan seperti Sodom dan Gomora (ayat 17-22). Waktunya sebentar lagi, segera. Babel akan seperti balon yang dipecahkan!

Renungkan: Jika Anda adalah orang yang berkuasa, ingatlah bahwa ada kuasa yang lebih tinggi daripada Anda yang kepadanya Anda harus bertanggung jawab!

(0.09) (Yes 19:1) (sh: Tindakan Allah terhadap Mesir (Sabtu, 4 September 2004))
Tindakan Allah terhadap Mesir

Akan tiba waktunya Allah pasti bertindak untuk menghukum orang-orang yang tidak menghormati-Nya. Apabila penghukuman Allah ini terjadi, maka tak seorang pun yang dapat menghindarinya. Keadaan inilah yang dialami oleh orang-orang Mesir.

Apa saja penghukuman Allah bagi orang Mesir? Pertama, orang Mesir akan mengalami perasaan tidak berdaya dan hancur oleh karena dewa-dewa Mesir tidak mampu menolong mereka, terlebih lagi dewa-dewa Mesir juga tidak dapat menandingi kuasa Allah dalam penghukuman-Nya (ayat 1). Kedua, terjadi perang saudara di antara mereka sendiri sehingga pengharapan hilang dari tanah Mesir (ayat 2-3). Ketiga, Allah akan menyerahkan mereka kepada bangsa yang kejam untuk dijajah (ayat 4). Keempat, Mesir akan kehilangan Sungai Nil yang dibanggakannya karena airnya tidak dapat digunakan dan barang komoditas (barang dagangan utama) negara Mesir akan hancur (ayat 5-10). Kelima, Allah akan mempermalukan orang-orang Mesir yang pintar, cerdas dan memiliki hikmat duniawi dengan cara menumpulkan pengetahuan mereka, dan menimbulkan kekacauan sehingga cendekiawan Mesir tidak mampu mengatasi masalah negara akibat penghukuman Allah (ayat 11-15). Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang berdaulat atas semua bangsa dan segala ciptaan-Nya di bumi. Ia akan diingat sebagai Allah Israel, sang penguasa alam semesta dan tidak ada allah lain yang setara dengan-Nya (ayat 16-17).

Allah tidak akan membiarkan hukum, perintah dan firman-Nya dipermainkan oleh manusia. Penghukuman Allah bagi orang percaya berakibat kebaikan, sedangkan bagi orang tidak percaya menyebabkan kehancuran. Kita mempunyai kesempatan untuk tidak mengalami penghukuman Allah jika kita mau menghormati-Nya dengan berlaku setia dalam melakukan firman-Nya. Manakah yang Anda pilih?

Renungkan: Orang Kristen dan Gereja di Indonesia tidak hanya bertugas menginjili orang tetapi juga ditugasi Tuhan menjadi penyuara dan pelaku kebenaran. Hanya jika bangsa ini benar, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar.

(0.09) (Yes 33:1) (sh: Hukum balas dendam. (Minggu, 29 November 1998))
Hukum balas dendam.

Alkitab, khususnya Perjanjian Lama, menceritakan adanya kebiasaan masyarakat, di luar Israel yang memberlakukan hukum pembalasan, "mata ganti mata, gigi ganti gigi" (bdk. Kel. 21:24). Artinya, bila diperlakukan semena-mena, harus dibalas dengan perlakuan semena-mena pula. Bila dipukul, patut untuk balas memukul; bila dicaci maki, patut melakukan yang sama. Tetapi di bagian lain, dari Alkitab Perjanjian Lama itu, Allah berfirman: "Hak-Kulah dendam dan pembalasan" (">Ul. 32:35). Berarti manusia tidak berhak menuntut balas. Allah sendiri yang akan bertindak terhadap orang-orang yang memusuhi umat-Nya. Kemungkinan besar ayat 32:1" context="true">1 ini, perusak ... penggarong, ditujukan kepada bangsa Asyur yang telah sekian lama menindas bangsa Israel. Dan bukan Israel yang berhak menuntut balas, melainkan Allah.

Berhutang syukur. Peristiwa demi peristiwa yang dialami bangsa Israel bersama-sama Allah memberikan banyak pelajaran berharga. Misalnya, umat menyadari kedaulatan-Nya; menyadari bahwa Dialah sumber perlindungan terpercaya dan satu-satunya (ayat 2-4). Apa yang Allah lakukan tidak hanya melepaskan umat-Nya dari sengsara, tetapi juga mencetuskan pengakuan segenap bangsa akan kuasa-Nya. Seluruh umat Tuhan berhutang syukur atas segala kebaikan Allah. Sepatutnyalah umat meresponi tindakan setia dan kasih Allah ini dengan syukur yang pantas dan memadai.

Masa Penantian. Saat ini kita memasuki Minggu Advent pertama. Masa-masa penantian hadirnya Juruselamat, yang membuat Sion penuh keadilan dan kebenaran. Masa di mana seluruh umat percaya berlimpah harta sorgawi, yaitu hikmat dan pengetahuan, dan takut akan Tuhan. Masa-masa inilah umat mengingatrayakan kembali campur tangan Tuhan yang membebaskan, memberi jaminan keamanan dan keselamatan dalam segenap segi kehidupan kita. Sepatutnyalah umat harus berlaku benar, bertindak jujur, bersikap arif dan penuh syukur.

Doa: Ya Allah, terima kasih atas penyertaan dan perlindungan-Mu setiap hari. Tindakan-Mu terhadap orang-orang yang berbuat jahat membuat hati kami tenteram.

(0.09) (Yes 35:1) (sh: Hukuman dan keselamatan (Kamis, 23 September 2004))
Hukuman dan keselamatan

Sulit memiliki konsep positif tentang hukuman dalam zaman ini. Menggandengkan Yesaya 34 dan 35 akan menolong kita memahami bahwa hukuman dan pembayaran terhadap hutang dosa, tidak dapat dipisahkan. Demikian juga pembaruan dari pemulihan tidak dapat dipisahkan. Karena Allah dan hukum-hukum-Nya kudus dan kasih adanya, kedua hal tersebut pun berjalan seiring.

Hukuman atas dosa berakibat fatal. Gambaran-gambaran ngeri dalam pasal 35 disarikan dalam ayat 1: padang gurun dan padang tandus. Namun, Allah yang menghukum itu adalah juga Allah sumber hidup yang menerbitkan dan mengembalikan segala sesuatu menjadi baru dan indah. Kengerian akan diganti dengan kesukaan, kebinasaan akan ditaklukkan oleh kehidupan baru. Sukacita seperti apa akan terjadi? Pertama, sukacita yang mencelikkan mata yang buta dan menguatkan lutut yang gemetar (ayat 5-6a). Artinya sukacita karena terbukanya "mata" kita untuk melihat Tuhan sebagai penolong. Kedua, sukacita yang menyebabkan mata air di padang gurun memancarkan air segar dan tanah kersang (kering tidak subur) menjadi sumber-sumber air (ayat 6b-7). Kias ini ingin menekankan pembaruan yang ajaib dan dahsyat jauh melebihi kuasa pemerintahan ketika hukuman dijatuhkan. Ketiga, sukacita yang menghantarkan orang-orang yang diselamatkan Allah memasuki "Jalan kudus" (tempat suci) (ayat 8-9). Keempat, sukacita yang abadi (ayat 10). Sukacita dari Allah ini memberi kekuatan bagi kita untuk dapat berdoa di tengah kesulitan.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kita kehilangan sukacita, seperti: kesedihan, perasaan tertolak, kehilangan orang yang dikasihi, marah, iri hati, kebencian, dendam, permusuhan, dll. Bagaimana cara mengatasi hal ini? Pertama, memercayai janji pembelaan dari Tuhan sungguh nyata bagi kita. Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sebab dengan iman seseorang dibenarkan (Luk. 18:7-8). Kedua, tetap setia melakukan firman Tuhan, meski sendiri saja sebab pada waktu-Nya pasti Tuhan akan membela kita.

Renungkan: Hidup baru dalam anugerah Tuhan berkualitas menaklukkan segala masalah hidup betapa pun sulitnya.

(0.09) (Yes 43:1) (sh: Engkau berharga di mata-Ku (Jumat, 29 Juli 2005))
Engkau berharga di mata-Ku

Orang yang pernah melakukan kesalahan fatal yang berakibat kehancuran diri atau orang lain biasanya merasa diri tidak berharga dan dihantui perasaan bersalah. Hanya pengampunan dan pemulihan dari Allah yang bisa mengangkatnya kembali.

Bangsa Israel juga pernah melakukan kesalahan fatal yang mengakibatkan mereka hancur. Namun, pada nas ini kesalahan yang dilakukan Israel tidak lagi diingat Allah. Pelanggaran Israel telah dihapus. Sekarang Allah mengangkat lagi mereka menjadi harta yang berharga, umat kesayangan-Nya (ayat 4). Allah mengingatkan Israel bahwa mereka adalah umat kepunyaan-Nya dan Dialah Allah mereka (ayat 1). Di mata Allah, Israel lebih berharga daripada semua bangsa lain. Oleh sebab itu, Ia menebus dan menyelamatkan mereka (ayat 3-4).

Pada saat nama bangsa Israel `terhapus' dari ingatan penduduk bumi karena Israel mengalami pembuangan di negara asing, Allah tidak melupakan mereka. Allah mengumpulkan mereka kembali (ayat 5-7). Allah melakukan hal tersebut supaya nyata bagi bangsa-bangsa lain bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada segala allah bangsa lain (ayat 8-11). Tidak ada manusia ataupun kuasa allah lain yang sanggup menghalangi rencana-Nya itu (ayat 12-13).

Ada dua penyebab Allah mengingat Israel. Pertama, Israel adalah milik-Nya. Seperti orangtua yang tidak memutuskan hubungan dengan anaknya karena anak itu melakukan kesalahan. Demikian pula Allah memperlakukan kita, umat-Nya. Meski kita sering membuat-Nya marah karena perbuatan dosa kita, kasih-Nya tak berubah. Kedua, Israel berharga bagi-Nya. Israel berharga bukan karena diri mereka, namun karena Allah yang menganggap mereka berharga. Kita berharga di hadapan Allah bukan karena siapa kita, namun karena Allah yang menganggap kita berharga.

Renungkan: Setiap anak Tuhan berharga di hadapan-Nya. Tuhan telah menetapkannya dan tidak ada yang sanggup merubahnya.

(0.09) (Yes 44:1) (sh: Allah adalah Raja! (Minggu, 07 Februari 1999))
Allah adalah Raja!

Gambaran yang diberikan mengenai Tuhan Allah Israel tidak lagi sekadar yang menjadikan, membentuk, menolong dan memilih Israel, tetapi Ia adalah juga Raja dan Penebus Israel, Tuhan semesta alam. Sekalipun demikian agung dan mulianya Tuhan, namun Ia tetap dekat dengan umat-Nya.

Janji Allah dan jaminan-Nya. Secara keseluruhan Yesaya 44 merupakan satu bagian yang di dalamnya Allah mengingatkan kembali status bangsa Israel dan janji pemulihan-Nya. Ia mencurahkan apa yang menjadi kebutuhan jasmani umat-Nya dan mencurahkan Roh dan berkat-berkat-Nya atas keturunan Israel. Akibat pencurahan Roh Allah itu selain tanah akan diberkati (4), akan tumbuh suatu generasi yang bersaksi bahwa mereka adalah milik Allah (5), mereka adalah hamba Allah. Allah bukan sekadar berjanji, tetapi memeteraikan janji-Nya dengan kedaulatan penuh.

Hidup dalam berkat-Nya. Mengalami berkat-berkat yang nyata dari Tuhan dalam kehidupannya membuat Israel menyadari arti pentingnya kedudukan sebagai kepunyaan Tuhan. Semua yang dialami Israel dalam hubungannya dengan Tuhannya itu menjadi dasar bagi Israel untuk menyaksikan kesetiaan dan kuasa Tuhan: "Bahwa Tuhan Allah yang memanggil mereka sebagai umat-Nya dan mau menjadi Tuhan bagi mereka, Dialah satu-satunya Allah yang hidup. Tidak ada Allah lain selain daripada TUHAN, Dia pulalah yang menghidupkan umat dalam berkat-Nya.

Janji Allah untuk Gereja-Nya. Seperti halnya bangsa Israel tak mampu mengubah kondisinya dengan kekuatan sendiri, demikian juga gereja maupun Kristen perorangan. Janji pemulihan Allah itu berlaku kekal, dan berkat Allah itu mencakup segala segi kehidupan. Karena itu marilah kita beri seluruh bakti dan cinta kita kepada-Nya saja.

Doa: Tuhan, buatlah kami percaya akan janji-Mu yang akan memulihkan keadaan kami. Kami memegang janji-Mu, semata karena Engaku sendiri menyatakannya.

(0.09) (Yes 47:1) (sh: Terhempas hancur di hadapan Allah (Sabtu, 6 Agustus 2005))
Terhempas hancur di hadapan Allah

Situasi Israel ketika nubuat Yesaya ini diucapkan sebenarnya sangat suram. Mereka tertawan di Babel, bangsa yang perkasa dan kejam. Memimpikan kebebasan adalah mustahil sebab itu sama dengan mengharapkan si raksasa adidaya Babel jatuh terhempas hancur rata dengan bumi. Akan tetapi, karena itu nubuat Allah maka hal itu menjadi kenyataan.

Babel akan mengalami kemerosotan, kehancuran, dan kehinaan tak terperikan. Dari kemegahan takhta, Babel akan direndahkan sampai terpaksa duduk di tanah (ayat 1). Kejatuhan itu akan diiringi oleh rasa malu tak terkirakan. Semua pakaian kemewahan Babel ditanggalkan sampai telanjang sehingga terlihat segala keaibannya (ayat 2-3). Tindakan Allah itu setimpal dengan kejahatan Babel. Babel telah berlaku tidak berperasaan terhadap Israel (6b), sombong dan menganggap diri tidak akan menanggung akibat kejahatannya (ayat 7, 10), merasa aman, bahkan menganggap diri abadi (7a, 8b). Dalam sekejap mata mereka hancur sebab Allah mengirim Koresy untuk menghukum mereka.

Babel adalah salah satu gudang ilmu pengetahuan dan ilmu gaib. Daya tarik mereka sangat kuat sampai menjerat Israel. Kini Allah menantang mereka mengerahkan semua jampi, sihir, mantera, kebijaksanaan, pengetahuan, dan ilmu perbintangan yang mereka andalkan untuk mencoba menampik kehancuran yang Allah kirimkan (ayat 8-15). Hal yang sesat hanya menghasilkan kesesatan. Semua api tidak kudus hanya akan membakar dan menghanguskan (ayat 14). Hanya jalan Allah dapat membawa orang kepada keselamatan. Semua jalan lain hanya membawa orang kepada kebinasaan.

Kita sering berjumpa orang berkuasa, berpengaruh, dan berharta sebab mengandalkan "ilmu-ilmu." Kita dapat tergoda menggunakan "ilmu-ilmu" itu untuk memiliki kuasa, pengaruh, dan harta. Nubuat kejatuhan Babel ini harus membuat kita berpikir dua kali sebelum menempuh jalan sesat itu.

Responsku: ___________________________________________________________________________________________

(0.09) (Yes 52:13) (sh: Derita hamba Allah (Minggu, 21 Agustus 2005))
Derita hamba Allah

Setiap manusia pasti pernah menderita. Ada banyak sebab manusia menderita: akibat perbuatan dosa, akibat perbuatan bodoh, atau karena hal itu merupakan realitas hidup di dunia yang berdosa ini. Namun, ada juga orang yang menderita karena kehendak Allah untuk menunaikan misi-Nya.

Nyanyian Hamba yang terakhir ini membicarakan penderitaan yang dialami hamba Allah karena ia mengemban tugas dari Allah. Nyanyian ini bisa dibagi menjadi lima bagian. Pertama: 52:13-15. Bagian pendahuluan ini menyimpulkan bahwa hamba Allah ini harus mengalami direndahkan dan dihina sebelum ia ditinggikan dan dimuliakan. Kedua: 53:1-3. Hamba Allah ini sejak awal pelayanannya sudah menderita penolakan yang dahsyat dari orang-orang yang dilayaninya. Ketiga: 53:4-6. Orang-orang itu menyangka dia jahat dan berdosa sehingga ia menderita dihukum Allah, padahal dosa-dosa merekalah yang dipikulnya. Keempat: 53:7-9. Demi menyelamatkan orang-orang itu, ia tidak memberontak ketika ia diperlakukan seperti penjahat. Kematiannya pun dianggap sebagai kematian yang pantas bagi orang jahat. Kelima: 53:10-12. Bagian penutup ini mengungkapkan keberhasilan hamba Allah tersebut dalam misinya. Kematiannya tidak sia-sia karena merupakan kurban penebus salah di hadapan Allah. Kematiannya berkhasiat memerdekakan para tawanan dosa. Ia bangkit kembali bagaikan pahlawan yang menang perang sehingga ia berhak menerima jarahan, yaitu para musuh.

Siapakah hamba Allah ini, yang telah menderita bahkan mati demi menyelamatkan umat yang dikasihi Allah dan bangkit mengalahkan kuasa dosa secara tuntas? Dalam Perjanjian Baru dan sampai sekarang hanya Yesus satu-satunya yang menggenapi Nyanyian Hamba ini. Oleh karena itu, Dia saja yang patut menerima pujian, hormat, dan sembah semua umat tebusan Allah.

Renungkan: Hal yang dihina dan diremehkan dunia tentang Kristus justru membuat kita kagum dan mengasihi Dia.

(0.09) (Yes 57:1) (sh: Peringatan bagi pemimpin! (Kamis, 25 Agustus 2005))
Peringatan bagi pemimpin!

Salah satu penyebab kehancuran sebuah bangsa adalah sikap para pemimpinnya yang tidak takut akan Tuhan. Mereka tidak takut akan Tuhan dengan berlaku jahat, tidak adil, dan menindas rakyat.

Nas hari ini membongkar perbuatan para pemimpin Israel yang tidak mengusahakan kesejahteraan rakyat sehingga umat Allah sangat menderita (ayat 1). Para pemimpin ini ternyata menjalin hubungan dengan kuasa kegelapan. Mereka menyembah dewa-dewa kesuburan, seperti Baal dan Asytoret, melakukan pelacuran bakti, beribadah kepada dewa Molokh, dan memanggil arwah orang mati (ayat 3, 5-9). Para pemimpin ini merasa kedudukan mereka kuat dan aman, berperilaku saleh, dan sama sekali tidak menyadari perbuatan mereka dibenci Allah (ayat 10-12). Mereka tidak menyadari bahwa Allah akan menghukum mereka dan tak satu pun dari dewa-dewa itu dapat menolong mereka.

Oleh karena perbuatan para pemimpin umat itu maka umat Allah tersandung jatuh dalam dosa (ayat 14). Keduanya akan dihukum Allah apabila tidak bertobat (ayat 17, 20-21). Namun, mereka yang menyesali perbuatan dosanya serta berpaling dari segala tingkah laku jahatnya akan kembali mendapatkan kemurahan-Nya (ayat 15, 18-19). Sesungguhnya Allah penuh dengan kasih dan pengampunan, tujuan-Nya adalah damai sejahtera bagi umat-Nya.

Kita harus mendoakan para pemimpin kita, baik yang di gereja maupun yang di pemerintahan agar mereka takut akan Tuhan dan menjalankan kepemimpinan mereka untuk kesejahteraan umat yang dipimpin. Kita sendiri harus menjaga diri supaya jangan mencontoh para pemimpin munafik yang tidak takut akan Tuhan. Tuhan sendiri akan membalas orang jahat dengan hukuman yang setimpal, tetapi Dia akan menyelamatkan umat-Nya yang saleh dengan anugerah yang melimpah.

Camkan: Tuhan adil! Dia akan membalaskan setiap orang berdasarkan perbuatan masing-masing.

(0.09) (Yes 58:1) (sh: Hakikat puasa (Jumat, 26 Agustus 2005))
Hakikat puasa

Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah sikap hati yang benar dalam tindakan yang saleh. Sebaliknya, perilaku rohani yang terlihat saleh, namun tidak keluar dari hati yang tulus adalah kemunafikan.

Israel bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa (3a). Allah menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan mereka yang keliru, yaitu: bertindak semena-mena dan saling berkelahi (3b-5). Percuma melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain dilanggar. Mengerjakan perilaku tak terpuji saat berpuasa sama dengan perbuatan sia-sia. Perilaku berpuasa seperti ini hanya sekadar tindakan lahiriah untuk menarik perhatian dan simpati orang lain, namun tidak dapat menipu Allah. Kiasan pedas "menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur" menunjukkan betapa bo-dohnya perbuatan mereka yang menggunakan simbol kesedihan palsu untuk menjangkau Allah (ayat 5).

Umat Israel mementingkan aturan agamawi dalam menunaikan puasa, tetapi melalaikan hakikat berpuasa yang diinginkan Allah yaitu, menegakkan keadilan (ayat 6) dan membagikan berkat kepada orang lain (ayat 7, 10) serta mematuhi hukum hari Sabat (ayat 13). Perilaku munafik itu membatalkan tercurahnya berkat Allah bagi mereka dan menghalangi kuasa Allah menjawab doa mereka (ayat 8-9, 12, 14). Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan menaati peraturan Allah adalah perwu-judan puasa yang sejati. Inilah perbuatan yang ingin Allah temukan hadir dalam diri umat-Nya.

Pernahkah Anda merasakan keadaan serupa seperti yang dialami Israel? Selidiki dulu, sungguhkah Anda telah mempraktikkan hakikat berpuasa atau sekadar melakukan syarat lahiriah berpuasa? Jangan ulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Israel!

Renungkan: Beribadah kepada Allah harus mewujud dalam sikap kita melayani sesama dengan kasih dan adil.

(0.09) (Yes 59:1) (sh: Penyerahan diri pada dosa berarti terpisah dari Allah (Minggu, 21 Maret 1999))
Penyerahan diri pada dosa berarti terpisah dari Allah

Kecenderungan manusia berdosa adalah melakukan kejahatan. Dimulai dari keinginan buruk dalam pikiran, lahir dalam ucapan dan menjadi nyata dalam tindakan. Hingga akhirnya kejahatan itu beranak-pinak melahirkan kejahatan baru yang semakin besar. Orang-orang yang berbuat demikian tidak mengenal jalan damai dan jalan keadilan. Seperti sarang laba-laba yang menjerat mangsa, demikianlah orang-orang lalim menjerat kaum miskin dan lemah. Dosa telah membutakan mata hati manusia, sehingga tidak mengenal jalan yang benar. Hati manusia terkunci rapat dalam kegelapan, sehingga tidak melihat terang keselamatan dari Allah. Berkat-berkat dari sorga yang Allah curahkan kepada manusia terhambat karena kejahatan manusia. Namun karena semua perbuatan itu manusia akhirnya harus menderita, bahkan harus kehilangan kemuliaan Allah. Pemberontakan manusia terhadap Allah tidak hanya telah menghancurkan manusia, tetapi juga telah memisahkan hubungan manusia dengan Allah Penyerahan diri pada Allah berarti selamat. Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengarkan permohonan manusia. Namun Allah ingin agar tembok pemisah yang menghambat berkat keselamatan itu dihancurkan terlebih dahulu sehingga manusia membuka hati bagi-Nya. Melalui pengorbanan Yesus Kristus, tembok pemisah itu telah diluluh-lantakkan.

Dosa telah ditaklukkan-Nya. Manusia telah terbebas dari belenggu dan kuasa dosa. Sebagai orang percaya yang telah dibebaskan, seharusnyalah kita menyerahkan diri kepada Allah, menyalibkan manusia lama. Tindakan ini merupakan bentuk kesediaan diri diproses menjadi manusia baru.

Renungkan: Tindakan penyelamatan Yesus Kristus di kayu salib tidak hanya memberikan kita kekudusan dan kekuatan rohani, tetapi juga telah menempatkan hidup kita kini dalam anugerah keselamatan Allah.

Doa: Ya Tuhan, jangan biarkan dosa terus menerus menguasai hidup kami, biarlah Roh-Mu saja yang bertakhta dalam diri kami selama-lamanya.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA