Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 85 dari 85 ayat untuk kubur (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Yoh 11:17) (sh: Akulah kebangkitan dan hidup (Minggu, 3 Maret 2002))
Akulah kebangkitan dan hidup

Lazarus telah mati selama 4 hari ketika Yesus tiba. Tentu mayatnya sudah membusuk. Ketika Ia tiba di sana, baik Marta maupun Maria menyayangkan keterlambatan Yesus (ayat 21,32). Marta percaya akan kebangkitan orang mati di akhir zaman (ayat 24) dan bahwa permintaan Yesus akan dikabulkan Allah (ayat 22). Namun, iman Marta tetap tidak jelas sebab kata “minta” yang dipakainya sama dengan kata yang dipakai secara umum untuk doa orang banyak, bukan kata “doa” yang dipakai Yesus dalam doa-Nya. Meski demikian, ada iman sejati dalam mereka. Yesus memimpin mereka agar memahami bahwa Ia sendirilah kebangkitan dan hidup. Ia tidak saja berbicara bahwa Ia bisa membangkitkan orang mati atau tentang kebangkitan di akhir zaman. Ia menyatakan diri-Nya sebagai pembangkit rohani dan jasmani, kini dan kelak.

Di depan kubur Lazarus, Yesus menjadi masygul. Arti kata itu secara harfiah dalam Yunaninya adalah marah. Jadi, Yesus bukan sekadar sedih seperti manusia biasa. Memang ia menangis sebab ia bersimpati dengan kesedihan Marta dan Maria. Tetapi, mengingat pusat perhatian kisah ini adalah pada hidup, arti paling tepat adalah Yesus marah terhadap “maut”, musuh hidup yang terdahsyat. Itu sebabnya Yesus marah karena maut telah mencengkeram Lazarus. Ia pun bersedih bersama mereka yang menangis karena kasih-Nya. Yang Yesus buat kemudian adalah puncak dari mukjizat-mukjizat- Nya. Dengan firman-Nya, Yesus bukan saja menghidupkan Lazarus, namun juga memulihkan jasad yang busuk itu. Ini menyatakan bahwa Ia tidak sekadar berbuat mukjizat. Ia menciptakan yang baru dari hidup yang sudah tiada.

Renungkan: Bila firman sang kebangkitan telah berseru ke dalam hidup kita, tiada lagi tanda-tanda kematian mampu bertahan dalam kita.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 4

Yosua 5:9-12

II Korintus 5:16-21

Lukas 15:11-32

Mazmur 34:1-8

Lagu:

Kidung Jemaat 367

(0.15) (Yoh 11:45) (sh: Sidang agama merencanakan pembunuhan (Senin, 4 Maret 2002))
Sidang agama merencanakan pembunuhan

Perikop ini merupakan kelanjutan peristiwa penampakan kuasa Yesus memberi hidup dengan membangkitkan Lazarus dari kubur. Para pelayat yang menjadi saksi mata sebagian menjadi percaya kepada Yesus (ayat 45). Tetapi, ketika sebagian mereka melaporkan peristiwa itu kepada orang-orang Farisi, Sanhedrin bersidang. Sanhedrin adalah mahkamah agama tertinggi untuk orang Yahudi, terdiri dari orang Farisi dan Saduki, para imam, dan pemuka umat. Sidang perlu diadakan sebab mereka melihat bahwa situasi yang Yesus akibatkan melalui membangkitkan Lazarus sudah menjadi krisis. Yesus semakin tenar dan semakin memiliki banyak pengikut. Hal tersebut dapat mengundang bahaya bagi keamanan apabila penjajah Roma mengetahuinya. Dua kali mereka menunjukkan keprihatinan tentang “bait Allah kita” dan “bangsa kita”. Tetapi, sebenarnya yang sedang mereka pikirkan adalah status dan popularitas mereka sendiri.

Di tengah persidangan itu Kayafas bicara. Ucapannya jelas sekali menunjukkan sikap ingin menyingkirkan semua hal yang mengganggu kekuasaan mereka, termasuk Yesus sekalipun (ayat 50-52). Tetapi, ucapannya itu sekaligus bernilai nubuat sebab dalam pengertian Yohanes, Kayafas telah menyampaikan hal tentang penyelamatan. Maksud Kayafas, membunuh Yesus berarti menyelamatkan orang Yahudi dari hukuman Roma bila gerakan para pengikut Yesus semakin besar dan diartikan sebagai pemberontakan. Tetapi, dalam sudut pandang Yohanes, yang Kayafas katakan menyangkut cara Allah menyelamatkan manusia melalui kematian Yesus. Untuk Yohanes, salib Yesus bukan saja penyataan Allah, tetapi juga penyelamatan dari Allah (bdk. 1:29). Ucapan Kayafas tentang keselamatan itu dalam catatan Yohanes menggunakan kata bangsa, bukan umat. “Umat” adalah kata untuk Israel sebagai umat pilihan Allah. Dengan tidak menggunakan istilah ini, Yohanes ingin menegaskan bahwa pikiran Kayafas politis saja sifatnya dan dengan itu, Israel memang telah berhenti dari kedudukan sebagai umat Allah.

Melalui itu, upaya memburu dan membunuh Yesus menjadi resmi dijalankan.

Renungkan: Kita perlu belajar melihat pertarungan antara kuasa Allah dan kuasa kejahatan dalam perspektif kedaulatan Allah dan kemenangan Kristus.

(0.15) (Yoh 19:38) (sh: Tanda iman dan kasih (Sabtu, 30 Maret 2002))
Tanda iman dan kasih

Kisah penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus ini sungguh menyejukkan hati kita. Bila dalam hari-hari sebelum ini kita diperhadapkan pada hingar-bingar suara-suara penuh kebencian dan angkara, kini dalam keteduhan sesudah kematian Yesus, kita menyaksikan ungkapan iman dan kasih tak terperikan. Apabila kematian-Nya adalah dengan cara teramat keji dan nista, kini penguburan-Nya adalah dengan cara teramat mulia dan terpuji. Ia dikuburkan di dalam kubur yang baru di sebuah taman. Sebelum dikuburkan, mayat Yesus dibalut dengan kain kafan dan diurapi dengan rempah-rempah. Itulah penghormatan yang Yesus terima sesudah Ia mati.

Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang melakukan penghormatan tersebut. Keduanya, menurut catatan Yohanes, adalah murid-murid yang diam-diam menyembunyikan identitas mereka (ayat 38). Ketika Yesus masih hidup tidak pernah mereka memiliki keberanian menyatakan kepercayaan mereka. Keduanya mungkin adalah tokoh agama atau tokoh masyarakat yang kedudukannya membuat mereka sulit untuk mengaku secara terbuka sebagai pengikut Yesus. Hal ini diisyaratkan oleh kisah Nikodemus yang diam-diam di malam hari datang menjumpai Yesus (ps. 3). Tetapi, iman dan kasih tak akan pernah seterusnya dapat disembunyikan dan bersifat rahasia. Justru ketika para murid Yesus yang semasa hidup Yesus berterus terang mengikuti Dia kini bersembunyi dalam ketakutan, kini kedua murid rahasia ini dengan berani meminta kepada Pilatus agar diizinkan menguburkan mayat Yesus. Mereka tidak lagi peduli bahwa kedudukan mereka menjadi taruhan. Mereka tidak merasa bahwa dengan menunjukkan kasih mereka, nyawa mereka terancam. Sekian lama mungkin mereka diam-diam menjadi pengamat dan orang percaya yang mengambil jarak. Kini sesudah kematian Yesus terjadi, hidup Yesus yang telah dicurahkan bagi mereka juga yang akhirnya membangunkan iman dan kasih itu dari persembunyiannya.

Renungkan: Menjadi murid secara diam-diam tidak sama dengan berpura-pura bukan murid Yesus. Kekhawatiran dan ketakutan yang menyebabkan orang tidak berani terbuka menyaksikan imannya akhirnya akan dikalahkan oleh kesadaran akan besarnya pengorbanan Kristus untuknya.

(0.13) (Yer 7:29) (sh: Berhala yang kosong dan tak berdaya (Sabtu, 9 September 2000))
Berhala yang kosong dan tak berdaya

Bangsa Yehuda memilih berhala daripada Allah. Ini merupakan pelecehan terhadap kekudusan bait-Nya dan penolakan akan kedaulatan Allah. Mereka juga secara terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan dan membakar anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa Molekh. Pilihan itu membawa konsekuensi yang sangat dahsyat. Pertama, mereka kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa sebab mereka telah ditolak dan dibuang oleh Allah. Karena itu bangsa Yehuda diperintahkan untuk mencukur rambut dan membuangnya (29), yang melambangkan bahwa bangsa Yehuda sudah najis dan tidak lagi dikhususkan bagi Allah (Bil. 6:2-8 dan Hak. 16:15-22). Karena itu mereka mengangkat ratapan di bukit-bukit gundul tempat pemujaan berhala-berhala kafir memohon pertolongan para berhala. Kedua, mereka akan ditimpa kengerian yang luar biasa sebab apa yang mereka puja dan sanjung justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (32-33). Ketiga, kehidupan masyarakat menjadi tidak normal sebab tanda-tanda kehidupan yang normal seperti suara kegirangan, suara sukacita, dan suara pengantin laki-laki dan perempuan sudah lenyap (34). Keempat, penghinaan total yang sangat menyakitkan akan mendera mereka sebab tulang-belulang mereka yang sudah mati akan dikeluarkan dari kubur dan diserakkan di depan dewa-dewa yang dulu mereka sembah dan puja (8:1-2). Konsekuensi itu tidak terelakkan sebab berhala yang mereka sembah dan agungkan ternyata hanya kosong belaka, tidak mampu berbuat apa-apa bagi bangsa Yehuda, ketika tempat kudusnya dipakai sebagai pembuangan mayat, dan ketika tulang-belulang pengikutnya dibiarkan berserakan.

Berhala zaman sekarang mempunyai bentuk yang lebih menggiurkan dan menggoda seperti harta, karier, dan kekuasaan. Banyak Kristen mengorbankan anaknya demi uang dan karier. Praktik bisnis duniawi yang kotor dan penuh kelicikan dijalankan di gereja demi posisi dan harta. Namun harus diingat bahwa semua berhala itu kosong tak berdaya.

Renungkan: Dapatkah keluarga yang hancur berantakan diutuhkan kembali dengan uang berlimpah? Dapatkah rasa malu dan terhina karena ulah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian orang-tua disembunyikan di belakang kedudukan tinggi?

(0.13) (Yoh 21:15) (sh: Pemulihan (Sabtu, 6 April 2002))
Pemulihan

Yesus telah menunjukkan perhatian dan pemeliharaan-Nya bagi para murid dengan menyiapkan hidangan pagi mereka. Namun, masih ada hal penting lain yang Dia ingin kerjakan. Sesudah menyaksikan kubur yang kosong, Petrus memang telah yakin bahwa Guru dan Tuhan-Nya telah bangkit. Tetapi, penyangkalannya terhadap Yesus sebanyak tiga kali berturut-turut pasti membuat dia ada dalam tindihan beban berat rasa bersalah. Bisa jadi juga itulah sebab mengapa Petrus dengan motif yang tidak jelas mengajak teman- temannya menjala ikan kembali. Kini sesudah melayani para murid dengan pemeliharaan-Nya, Tuhan Yesus mengkhususkan pelayanan pemulihan-Nya untuk Petrus.

Percakapan Tuhan Yesus dengan Simon Petrus bukanlah percakapan biasa. Pertanyaan yang sama, tetapi yang dilontarkan sampai tiga kali oleh Tuhan Yesus dan dengan tekanan makna yang berbeda (ayat 15,16,17), pasti akan menyentuh nurani Petrus secara mendalam. Pertanyaan tersebut tidak saja mengingatkan Petrus tentang tiga kali penyangkalan yang telah ia lakukan kepada Tuhan Yesus (Yohanes 18:17,26,27), tetapi juga menuntun dia untuk menyadari bahwa Dia tidak dapat setia dan mengasihi Tuhan hanya dengan mengandalkan kekuatan kodrat dirinya. Kasih adikodrati seperti yang ada pada Tuhan Yesus adalah kasih yang Tuhan tuntut darinya dan karena itu yang perlu ia peroleh dengan jalan bergantung penuh kepada Tuhan. Selain bertanya, Tuhan juga meresponi sebanyak tiga kali dalam bentuk penugasan “gembalakanlah domba- domba-Ku.” Matius dan Lukas mencatat bahwa ketika Petrus sadar telah menyangkali Yesus, ia pergi keluar dan menangis dengan sedih. Petrus terhukum oleh rasa bersalahnya. Sangat mungkin ia merasa tidak layak dan tidak berguna lagi. Namun, Tuhan Yesus memulihkannya. Pemulihan dari Tuhan tidak saja mengampuni, tetapi membongkar akar kesalahan, memperbarui, dan memperlengkapi agar orang kembali masuk ke dalam rencana Allah yang sempurna atasnya. Petrus dilayakkan kembali menjadi pemimpin dengan menyadari bahwa ia tidak boleh memimpin mengikuti suara hatinya sebab yang dipimpinnya adalah milik sang Gembala yang baik yang telah mati bagi mereka.

Renungkan: Sesudah dipulihkan Tuhan, bersikaplah sebagai murid yang rendah hati dan mengandalkan kekuatan-Nya.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA