Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 87 dari 87 ayat untuk lembu (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14) (Am 4:1) (sh: Dosa melibatkan dan meliputi (Sabtu, 19 Juli 2003))
Dosa melibatkan dan meliputi

Dalam persepsi kita pelaku penindasan adalah kaum lelaki. Nyatanya, para isteri -- kaum wanita -- diumpamakan seperti lembu liar karena penuh kekerasan, penindasan dan hawa nafsu (ayat 1 - para istri dalam budaya Israel menyapa suami mereka dengan sebutan tuan = pemilik). Mereka mendorong para suami melakukan korupsi dan penindasan. Karena itu penghukuman Tuhan juga berlaku atas mereka.

Pelanggaran dan dosa Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat 4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama, motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah, agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah. Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.

Dosa akhirnya membuat mereka bebal. Tujuh tindakan dalam kejadian alam, sosial, ekonomi dan politik sudah Tuhan lakukan sebagai peringatan keras (ayat 6-11), namun Israel sama sekali tidak peka akan hardikan Tuhan itu. Itu sebabnya kini, suara Allah berubah menjadi auman singa ganas yang siap menerkam mematikan.

Renungkan: Ibadah seharusnya membuat kita semakin peka akan kemuliaan Allah, dan semakin terdorong mewujudkan sifat mulia ilahi itu dalam seluruh hubungan sosial kita.

(0.14) (Luk 14:15) (sh: Paradoks keselamatan dan paradoks manusia. (Kamis, 30 Maret 2000))
Paradoks keselamatan dan paradoks manusia.

Di dalam pengajaran Kristen, keselamatan juga diistilahkan sebagai    "Perjamuan Dalam Kerajaan Allah" (ayat 15-24). Orang yang diundang    dalam Perjamuan itu memang patut disebut berbahagia karena    mereka diundang bukan berdasarkan perbuatan baik, atau    penyangkalan diri, atau pun ketaatan mereka dalam menjalankan    ajaran agama. Dengan kata lain Perjamuan itu gratis.

Walaupun gratis, ini tidak berarti bahwa keselamatan itu murah.    Justru sebaliknya karena keselamatan itu sedemikian berharga,    sehingga setiap orang yang menerimanya harus rela    melepaskan/mengalami kehilangan segala sesuatu. Menerima    keselamatan di dalam Yesus mungkin akan membawa konsekuensi    negatif terhadap kariernya, kehidupan sosialnya, atau kehidupan    keluarga, bahkan nyawanya. Setiap Kristen harus siap untuk    memberikan tempat kedua setelah Kristus bagi segala sesuatu atau    bahkan kehilangan yang paling berharga (ayat 25-26). Di samping itu    ia  pun harus siap menderita seperti Kristus dan disita segala    hak dan miliknya kecuali "Anugerah di dalam Kristus" (ayat 27).    Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus menghitung-hitung    dan mempersiapkan diri (ayat 25-35). Karena itulah walaupun    keselamatan itu gratis namun ada kondisi yang tidak terelakkan    yang harus dijalani bagi setiap pengikut-Nya. Inilah paradoks    keselamatan.

Yesus mengungkapkan perumpamaan yang menggambarkan  bagaimana    orang yang diundang ke dalam Perjamuan itu menolak untuk datang    dengan berbagai alasan (ayat 15-24). Ternyata kesempatan untuk    menghadiri Perjamuan itu bisa dipandang sebagai suatu    kebahagiaan dan hak istimewa atau sebagai sesuatu yang tidak    bernilai. Bagaimanakah kita menggambarkan mereka yang menolak    undangan? Mereka adalah yang menikmati anugerah Allah  berupa    ladang, lembu, dan perkawinan, namun memandang Pemberi Anugerah    sebagai sesuatu yang membosankan. Mereka mengakui bahwa hidup di    dunia bukan segala-galanya namun mereka  mencari kepuasan di    dalamnya. Mereka secara sengaja menolak keselamatan itu. Itulah    paradoks manusia.

Renungkan: Supaya mendapatkan anugerah-Nya berupa kehidupan    kekal, manusia harus segera ke luar dari paradoksnya dan masuk    ke dalam paradoks keselamatan. Tidak ada pilihan lain.

(0.12) (Kel 33:3) (full: AKU TIDAK AKAN BERJALAN DI TENGAH-TENGAHMU. )

Nas : Kel 33:3

Karena dosa Israel, Allah menyatakan bahwa seorang malaikat akan memimpin mereka ke tanah yang dijanjikan (ayat Kel 33:1-3). Akan tetapi, Musa yang tidak bersedia menerima keputusan ini, sekali lagi memohon kepada Allah (ayat Kel 33:12-14), sebagaimana telah dilakukannya sebelum ini (Kel 32:11-13,31-32). Perhatikan urutan peristiwa yang terjadi dalam hal dosa Israel dengan anak lembu emas (Kel 32:1-6), ketekunan Musa di dalam doa dan penyataan Allah kepadanya.

  1. 1) Allah bermaksud membinasakan umat itu (Kel 32:10). Syafaat Musa (Kel 32:11-13) menjadi landasan bagi Allah untuk mengubah tindakan yang akan diambil-Nya dan tidak memenuhi ancaman untuk membinasakan mereka (Kel 32:14;

    lihat cat. --> Kel 32:11).

    [atau ref. Kel 32:11]

  2. 2) Allah kemudian memutuskan untuk mengizinkan umat itu masuk ke Kanaan, tetapi dipimpin oleh Musa dan seorang malaikat saja (Kel 32:34). Dengan jelas dan tegas Allah menyatakan bahwa Ia tidak akan pergi bersama mereka (Kel 33:3).
  3. 3) Setelah berdoa lagi (Kel 33:12-13), Tuhan mengubah rencana-Nya, menanggapi permohonan Musa, dan setuju bahwa Kehadiran-Nya akan menyertai mereka (ayat Kel 33:14-17;

    lihat art. DOA SYAFAAT).

    Tanggapan Allah kepada doa syafaat Musa menunjukkan sesuatu tentang cara-cara-Nya (bd. ayat Kel 33:13) dengan umat-Nya. Tidak semua keputusan Allah itu sudah tetap atau tidak dapat dibatalkan. Sebaliknya, Ia adalah Allah yang menanggapi umat-Nya

    (lihat cat. --> Kel 32:11);

    [atau ref. Kel 32:11]

    kadang-kadang Ia mengubah tindakan yang sudah akan diambil-Nya ketika umat-Nya dengan sungguh-sungguh berseru kepada-Nya dan menyerahkan diri mereka kepada-Nya dan kehendak-Nya. Allah senantiasa bebas untuk mengubah hukuman yang telah dinyatakan-Nya supaya menunjukkan kasih dan pengampunan (bd. Yun 3:1-10).
(0.12) (1Raj 16:8) (sh: Dosa beranak-pinak dosa (Senin, 28 Februari 2000))
Dosa beranak-pinak dosa

Sejarah kerajaan Israel dinodai dengan dosa, kekejian, pembunuhan, dan pemberontakan dari dinasti ke dinasti. Tidak ada damai dan kesejahteraan. Nama Yerobeam disebut sebagai cikal bakal pembuat dosa dan penyembahan berhala yang turun-temurun. Dalam kurun waktu 14 tahun 7 hari, sudah 4 raja memerintah, 4 dinasti, dan 2 diantaranya punah total. Lengsernya tirani (kekuasaan yang digunakan sewenang-wenang) karena pemberontakan dan pembunuhan. Penyebabnya antara lain: bangsa Israel tidak lagi beribadah kepada Allah yang diperlihatkan dengan menjauhi Rumah Allah di Yerusalem dan mendirikan tempat-tempat ibadah baru dengan patung-patung lembu emas sebagai 'allah', karena itu Israel makin hari makin merosot citra dan martabatnya sebagai umat Allah.

Dalam buku 'Knowing the truth' , Bruce Milne menulis ada 4 akibat dosa dalam hubungannya dengan Allah. 1) Kita tidak layak di hadapan Allah. 2) Kita tidak mampu melakukan kehendak Allah. 3) Kita tidak benar di hadapan hukum Allah. 4) Kita tidak peka terhadap firman Allah. Mencermati raja-raja itu akibat dosa membuat mereka tidak berkenan di hadapan Allah. Meski Allah mengutus nabi-nabi-Nya tetap saja hati mereka tidak peka dan tidak ada pertobatan. Dosa telah membutakan mata 'hati' mereka akan kasih setia Allah. Hanya Omri yang sempat menikmati kejayaan dan membangun ibu kota kerajaan di gunung Samaria. Akan tetapi Omri dicatat makin lebih jahat dari pendahulunya. Memang apa pun yang diperbuat manusia di dalam kondisi dosa, tetap saja dosa di hadapan Allah. 'Kehancuran moral manusia secara total karena dosa, berimplikasi ketidakmampuannya secara total', demikian ungkap Bruce Milne.

Renungkan: Meski belum separah kondisi Israel, bangsa kita pun terus-menerus berada dalam situasi yang menegangkan. Dari penjajahan bangsa asing, kita pun 'dijajah' bangsa sendiri. Rezim yang satu berlalu diganti rezim yang lain, tetap saja tidak ada damai sejahtera dari Sabang sampai Merauke. Kenikmatan kemerdekaan hanya dinikmati segelintir orang, itupun didapat dengan menghalalkan cara. Marilah kita terus berdoa untuk memasuki Indonesia baru, yang diawali dari pembaruan hati dan berlanjut dengan pembaharuan di segala bidang. Bukan dengan cara dan usaha diri sendiri tetapi dengan kerendahan hati dan pertobatan kepada Yesus Kristus, Pemberi hidup baru yang kekal.

(0.12) (Ayb 38:1) (sh: Hikmat dan misteri (Sabtu, 17 Agustus 2002))
Hikmat dan misteri

Setelah Elihu menegaskan bahwa Allah tak dapat ditemui (ayat 37:23), kita dikejutkan dengan kehadiran Yahweh. Kehadiran Allah seakan merupakan pembenaran diri-Nya. Namun, kita melihat bahwa Allah tidak menjawab tuduhan Ayub, melainkan bertanya, menyudutkannya lagi sama seperti yang dilakukan Elihu dalam 37:15-18. Argumen Allah adalah bahwa Ayub ternyata tidak memahami desain yang diciptakan-Nya (ayat 38:2). Kebesaran Allah ini menunjukkan bahwa Ia tidak terkungkung atau dikotak-kotakan dalam pikiran sempit Ayub dan teman-temannya.

Pertemuan ini mengubah konsep Ayub. Yahweh datang dalam badai, suatu tanda kemurkaan. Ayub mungkin berpikir bahwa ia akan dihancurkan Allah. Tetapi, ternyata Allah hanya menusuk dengan kata-kata. Jika Ayub ada waktu penciptaan, ia pasti memiliki hikmat Allah. Perkataan Yahweh selebihnya terdiri dari 2 bagian. Pertama, tentang keteraturan dunia (ayat 38:12-38) dan kedua, tentang dunia binatang (ayat 38:39-39:30). Di bagian pertama, Allah berbicara tentang embun dan pagi (ayat 38:12-15), tentang dunia bawah tanah (ayat 38:16-18), tentang terang dan kegelapan (ayat 38:19-21), tentang salju, hujan batu, dan guruh (ayat 38:22-24), tentang hujan (ayat 38:25-28), tentang es dan embun beku (ayat 38:29-30), tentang langit dan gugusannya (ayat 38:31-33), dan tentang guntur dan awan (ayat 38:34-38). Ayub terpojok. Ia tidak memiliki hikmat penciptaan. Ia tidak memiliki hikmat Allah.

Di bagian kedua, serentetan binatang liar yang asing bagi Ayub didaftarkan: singa (ayat 39:1-2), burung gagak, kambing gunung, dan rusa (ayat 39:3-7), keledai liar (ayat 39:8-11), lembu hutan (ayat 39:12-15), burung unta (ayat 39:16-21), burung elang dan rajawali (ayat 39:29-33), kecuali kuda perang yang tidak liar (ayat 39:22-28). Binatang-binatang liar ini disebutkan untuk menunjukkan ada hal-hal yang berada di luar jangkauan berpikir dan hikmat Ayub. Hal ini ditegaskan kembali dengan penyebutan kuda perang yang ideal yang menunjukkan bahwa Ayub memang tak memiliki hikmat seperti Yahweh.

Renungkan: Jawaban Allah di dalam penderitaan kadang bisa berbentuk pertanyaan yang menyadarkan batas-batas pengertian.

(0.12) (Mzm 106:24) (sh: emurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
emurahan kekal Allah (ayat 2)

Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat 24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat 27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat 37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat 39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.

(0.12) (Yeh 45:18) (sh: Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya (Jumat, 30 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya

Setelah menetapkan peraturan untuk persembahan kurban harian (ayat 13-17), Yehezkiel kini menyampaikan peraturan tentang hari-hari raya tahunan. Dari enam hari raya tahunan yang ditetapkan Taurat Musa (bdk. Im. 23; Bil. 28; Ul. 16), Yehezkiel hanya menyebutkan dua, yakni Paskah dan Pondok Daun (ayat 21, 25). Menarik untuk dicatat, bahwa sejarah umat Israel yang pulang dari pembuangan dalam kitab Ezra-Nehemia, khusus mencatat perayaan Paskah dan Pondok Daun saja (Ezr. 3:1-6; 6:19-22; Neh. 8:13-18).

Peraturan Yehezkiel mengenai upacara-upacara kurban jauh lebih singkat dibandingkan peraturan Taurat, namun jelas terlihat penekanannya pada "kurban penghapus dosa" (ayat 17, 19, 22, 23, 25). Mengapa Yehezkiel menekankan kurban ini? Dalam seluruh penglihatan Yehezkiel mengenai Bait Suci yang baru, tema kekudusan sangat menonjol. Seluruh rancangan Bait Suci, pelayan-pelayannya, lokasinya, upacara-upacaranya, menekankan kekudusan Allah yang bertakhta di dalamnya. Allah yang kudus kembali berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Yeh 43:6, 7). Dosa membuat seseorang tidak layak berdiri di hadirat Allah yang suci. Dosa juga mencemarkan tempat kudus, sehingga Allah tidak dapat berdiam di sana. Kurban penghapus dosa ditujukan untuk membersihkan dan menyucikan, baik orang yang berbuat dosa maupun tempat kudus, dari pencemaran dosa (bdk. Im. 4).

Sebelum perayaan dilaksanakan, Tuhan memerintahkan Yehezkiel menyucikan tempat kudus (ayat 18). Darah lembu jantan dibubuhkan pada tiang-tiang Bait Suci, pada keempat sudut jalur keliling mezbah, dan pada tiang-tiang pintu gerbang pelataran dalam (ayat 19). Darah ini melambangkan tujuan upacara ini, yaitu penghapusan dosa serta pemulihan kembali hubungan rohani dengan Allah (ayat 20).

Surat Ibrani mengingatkan bahwa "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Kristus menyempurnakan kurban- kurban Perjanjian Lama dengan masuk satu kali untuk selama- lamanya ke dalam tempat yang kudus.

Renungkan: Oleh darah Kristus kita telah disucikan dari dosa. Apakah yang dapat kita persembahkan kepada-Nya? (Rm. 12:1, 2)



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA