Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 226 ayat untuk mempertahankan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.31) (2Tim 2:21) (full: MENYUCIKAN DIRINYA. )

Nas : 2Tim 2:21

Di dalam gereja yang tampak di bumi ada banyak "benda". Ada benda "untuk maksud yang mulia", yaitu orang percaya yang memisahkan diri dari kejahatan dan dengan teguh mempertahankan Injil yang sejati sesuai dengan penyataan alkitabiah, dan benda untuk maksud "yang tidak mulia," yaitu orang percaya yang berpaling dari kebenaran (ayat 2Tim 2:14-19). Mereka yang setia yang ingin berguna bagi Tuhan harus memisahkan diri dari semua kepercayaan dan orang yang menganjurkan ajaran yang bertentangan dengan Alkitab (ayat 2Tim 2:19). Hubungan dengan mereka yang mengajar ajaran tidak alkitabiah hanya boleh diadakan dengan maksud untuk memperbaiki dengan kasih, supaya mereka bisa bertobat dan berbalik kepada kebenaran (ayat 2Tim 2:25).

(0.31) (Hak 2:20) (jerusalem) Menurut keterangan yang tercantum dalam Hak 2:11-15 (bdk juga Hak 2:3) bangsa-bangsa asing dibiarkan Allah di negeri Kanaan untuk menghukum ketidaksetiaan Israel. Di sini bangsa-bangsa itu menjadi alat di tangan Tuhan untuk mencobai kesetiaan umatNya, Hak 2:22-23; 3:1 dan Hak 4. Sisipan yang terdapat dalam Hak 3:2 masih menyajikan keterangan lain: maksud tinggalnya bangsa-bangsa itu ialah mempertahankan semangat berjuang. Keterangan-keterangan lain lagi disajikan dalam Kel 23:29 dan Ula 7:22, yaitu: tanah tidak boleh dibiarkan kepada binatang-binatang liar. Wis 12:3-22 menjelaskan bahwa Allah mau memberikan kepada bangsa-bangsa itu kesempatan untuk bertobat.
(0.31) (2Sam 7:7) (jerusalem: salah seorang hakim) Ini menurut 1Ta 17:6+. Dalam naskah Ibrani terbaca: salah satu suku
(0.31) (1Raj 4:2) (jerusalem) Kurang jelas apa yang dimaksudkan dengan gelar yang diterjemahkan dengan "bendahara negara", 1Ra 4:3. Rupanya Yosafat itu semacam pejabat "hubungan masyarakat" yang berlaku sebagai perantara antara raja dan rakyat. "Kepala istana", 1Ra 4:6, adalah semacam "wazir" atau "perdana menteri"; "sahabat raja", 1Ra 4:5, bukannya sebuah tugas tertentu, tetapi lebih-lebih gelar kehormatan: imam, 1Ra 4:2, ialah kepala para petugas ibadat dan dia dianggap sebagai pejabat negara sama seperti yang lain-lain. Salomo mempertahankan "bendahara" Daud dan memberikan tugas imam kepada anak imam yang bertugas di masa Daud, dan anak panitera Daud, 2Sa 8:16 dst; 1Ra 20:23 dst, diberi tugas yang sama. Nama-nama Elihoref dan Adoniram sebaik-baiknya diperbaiki menjadi Elihaf dan Adoram.
(0.31) (2Raj 17:7) (jerusalem) Renungan yang tercantum dalam bagian ini tidak berasal dari satu orang saja. Menurut penyusun utama kisah Raja-raja kesalahan Israel yang paling besar ialah: mereka memecahkan kesatuan agama Tuhan dan memisahkan diri dari Yehuda. 1Ra 12:26-33. Ini menjadi semacam "dosa warisan". Semua raja Israel ditegor oleh karena meneruskan kesalahan itu. Tegoran itu terulang di sini dalam 2Ra 17:7,21-23. Kemudian ditambahkan pikiran-pikiran lain yang senada dengan yang terungkap dalam kitab Ulangan dan kitab para Nabi, khususnya dalam kitab Yeremia. Apa yang terutama dikecam ialah: Israel mencampuradukkan agama Tuhan yang sejati dengan agama kafir dan mempertahankan tempat-tempat pengorbanan, 2Ra 17:7-18. Ada tambahan ketiga yang mempersalahkan Yehuda, juga 2Ra 17:19-20.
(0.31) (1Tes 2:15) (jerusalem) Kata-kata pedas ini menggemakan pertikaian-pertikaian semula di Yerusalem, Mat 5:12; 21:33-46; 23:29-37; Kis 2:23+. Kepedasan itu disebabkan oleh kekesalan hati orang Yahudi oleh karena pewartaan Injil oleh Paulus kepada orang bukan Yahudi, 1Te 2:16; Kis 13:5+; Fili 3:2-3. Tetapi Paulus juga kerap mengingatkan keutamaan bangsa terpilih itu; di tempat lain Paulus memperlengkapi gambaran yang disajikannya di sini; bdk Rom 9-11; Gal 4:21-31. Ia terus berdaya upaya menjalin dan mempertahankan persatuan antara orang Kristen bukan Yahudi dan orang Kristen keturunan Yahudi, bdk 1Ko 16:1+; Efe 2:11-22. Paulus hanya menyerang lawan-lawan yang langsung menghalangi karyanya.
(0.31) (1Raj 4:1) (sh: Perkembangan yang menjadi bumerang (Senin, 31 Januari 2000))
Perkembangan yang menjadi bumerang

Di tengah masa pemerintahan Salomo, wilayah kerajaan Israel semakin luas. Bahkan pada masa itu juga janji kepada Abraham mengenai keturunannya yang banyaknya seperti pasir di laut sudah digenapi.

Kerajaan yang luas dengan bangsa yang besar pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit, khususnya yang berhubungan dengan biaya militer untuk menjaga dan mempertahankan wilayah kerajaannya. Untuk menutup biaya yang tinggi, Salomo membagi wilayah Israel menjadi dua belas distrik dan mengangkat seorang kepala daerah untuk masing-masing distrik. Tanggung jawab utama kepala daerah adalah memungut pajak untuk memenuhi biaya bagi Yerusalem dan menutup biaya rumah tangga istana.

Pembagian wilayah yang diterapkan Salomo memiliki sedikit unsur baik tetapi banyak unsur buruknya. Distrik yang baru ini tidak sama dengan pembagian wilayah Israel menurut 12 suku seperti yang terjadi di zaman Yosua. Tampaknya Salomo sengaja melakukannya agar rasa sukuisme tidak terbangun dan menjadi eksklusif. Dengan melemahnya rasa sukuisme, pemerintahan pusat pun menjadi kuat. Sekali lagi tampak upaya Salomo untuk mempertahankan takhta dan pemerintahannya. Namun Salomo melupakan satu hal yang kelak menjadi bumerang bagi kerajaan Israel, yaitu, kaum Yehuda yang dibebaskan dari beban pajak yang berat. Ini merupakan keputusan Salomo tanpa perundingan dengan kepala distrik lainnya. Tampaknya hanya suatu kesalahan kecil, tetapi sesungguhnya hal itu mempunyai dampak yang sangat buruk. Strategi Salomo inilah yang akhirnya menjadi pemicu terpecahnya kerajaan Israel di masa mendatang.

Salomo berhasil mencapai perkembangan dan perluasan wilayahnya secara luar biasa, namun ia gagal dalam mengatur dan memelihara perkembangan yang telah dicapai dengan cara yang sehat dan bijak. Akibatnya apa yang sudah dibangun justru menjadi bumerang yang fatal bagi kerajaan Israel.

Renungkan: Mungkin saat ini kita sedang berjuang mencapai perkembangan dalam pelayanan dan kegiatan usaha kita, ingatlah jangan sampai perkembangan itu justru nantinya menjadi bumerang. Pikirkan strategi yang tepat, cara yang sehat dan bijak, serta ketelitian dan kematangan dalam berencana.

(0.31) (2Raj 11:21) (sh: Teman rohani (Jumat, 2 Juni 2000))
Teman rohani

Seorang perempuan kristen baru-baru ini menceritakan bahwa ia baru saja melewati masa krisis kejiwaan. Namun ia mengalami frustasi karena tidak seorang kristen pun yang kepadanya ia dapat berpaling. Dia berasal dari keluarga yang baik namun mereka tidak siap untuk menolongnya. Dia pun rajin mengikuti ibadah Minggu walaupun khotbah-khotbah Minggu tidak cukup membantu dia di dalam persoalan pribadinya. Dia sudah mencoba untuk menemui pendeta dan hamba Tuhan yang lain, namun nampaknya mereka tidak mempunyai cukup waktu untuknya. Kemana ia harus pergi? Dia butuh teman rohani agar ia dapat melewati krisis dengan tetap mempertahankan imannya.

Itulah juga yang dialami oleh Yoas. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan seumur hidupnya selama imam Yoyada mengajar dia. Apa yang dilakukan oleh Yoas sangat bertentangan dengan Ahazia orang tuanya. Walaupun tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, Yoas tidak menyembah Baal. Karena pengaruh Yoyada, Yoas berinisiatif untuk memperbaiki Bait Allah. Bahkan ketika para imam belum memperbaikinya, Yoas sendirilah melalui panitera raja yang memimpin pengumpulan dana dan membayarkan kepada para pekerja. Namun apa yang terjadi setelah Yoyada meninggal? Di dalam 2Taw. 24:15-21 diungkapkan bahwa setelah kematian Yoyada, Yoas mendapatkan pengaruh dari para pemimpin Yehuda dan meninggalkan Allah untuk berpaling kepada berhala. Bahkan ketika anak Yoyada berusaha mengingatkan Yoas, ia malah dibunuhnya.

Karena dosa-dosa itulah maka Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah. Salah satunya adalah majunya Hazael raja Aram menyerang dan merebut Gat. Serangan ini berlanjut hingga mengarah ke Yerusalem. Dalam keadaan demikian, Yoas mengalami krisis baik kejiwaan maupun rohani. Ia tidak lagi mempunyai teman rohani seperti Yoyada selain para pemimpin Yehuda yang justru menyesatkan. Ia menggunakan persembahan yang dikhususkan buat Allah sebagai persembahan kepada Hazael. Seharusnya ia berpaling kepada Allah dan bukannya merampok Allah untuk meminta pertolongan manusia.

Renungkan: Kita pun membutuhkan sahabat-sahabat rohani, agar kita dapat mempertahankan komitmen kita kepada-Nya.

(0.31) (Mzm 116:1) (sh: Allah pasti mempertahankan milik-Nya (Minggu, 5 Mei 2002))
Allah pasti mempertahankan milik-Nya

Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat 2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat 3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat 11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat 10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat 13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat 14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal. Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal. Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat 15). Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.

(0.31) (Yer 44:15) (sh: Bahaya pragmatisme (Rabu, 16 Mei 2001))
Bahaya pragmatisme

Pragmatisme adalah sebuah pendekatan terhadap masalah hidup apa adanya dan secara praktis, bukan teoritis atau ideal, hasilnya dapat dimanfaatkan. Kaum pragmatis berpendapat bahwa yang baik adalah yang dapat dilaksanakan serta mendatangkan hal positif dan kemajuan hidup. Karena itu bagi mereka baik-buruknya perilaku dan cara hidup dinilai atas dasar praktisnya, hasilnya, dampak positifnya, manfaatnya bagi yang bersangkutan, dan dunia sekitarnya. Pendirian pragmatis dapat lahir sebagai tanggapan kecewa terhadap kenyataan hidup yang ada.

Pendekatan ini pun dianut oleh kaum Yehuda yang mengungsi ke Mesir. Apa gunanya percaya dan taat kepada Yahweh bila mereka tidak menjadi lebih baik? Percaya kepada Allah, hidup dalam kekuasaan Babel; percaya kepada ratu sorga, hidup bebas dan berkelimpahan di Mesir (18). Karena itu walaupun mereka mengakui dengan sadar bahwa berita yang disampaikan oleh Yeremia berasal dari Allah, mereka memilih untuk tetap menyembah ratu sorga karena memberikan manfaat yang langsung dapat dirasakan bagi mereka maupun komunitas Yehuda di Mesir (16-17).

Paham ini jelas menentang Allah sebagai Allah yang berkuasa dan mengontrol seluruh alam semesta. Bagi mereka ratu sorgalah yang berkuasa. Karena itulah Yeremia berusaha mengembalikan fokus mereka kepada keyakinan bahwa menyembah allah lain adalah dosa (20-23) dan bahwa Allah tidak hanya berkuasa atas kehidupan Yehuda namun juga Mesir (30). Ia juga menegaskan bahwa Allah tidak dapat mentolerir pragmatisme (26-29).

Renungkan: Karena itu waspadalah selalu, sebab kita mungkin tetap rajin ke gereja, memberikan persembahan, ataupun aktif dalam pelayanan, namun tanpa kita sadari kita sudah menjadi Kristen yang pragmatis. Mengapa demikian? Sebab kesulitan ekonomi, persaingan dalam usaha, tuntutan karier, dan kondisi sosial dan politik yang tidak stabil yang terjadi di tanah air kita, tidak selalu dapat diselesaikan dengan tetap mempertahankan ketaatan kepada firman-Nya. Seringkali justru sebaliknya, semakin mempertahankan iman kristen, kita semakin terpuruk dan ‘mandeg’ dalam karier. Oleh sebab itu kita harus senantiasa mengarahkan mata dan hati kita pada kebenaran bahwa Allah berada di balik semua kesuksesan dan kegagalan.

(0.31) (Mat 28:11) (sh: Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan (Senin, 16 April 2001))
Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan

Kekuatiran para imam terhadap kebenaran ucapan Yesus tentang kebangkitan-Nya kini terbukti. Mereka tidak menjadi percaya malah merekayasa kebenaran tersebut dengan dusta. Para penjaga yang mengabarkan berita itu mereka sogok dengan uang untuk tutup mulut terhadap kebenaran dan memerintahkan mereka untuk memberitakan cerita hasil rekayasa. Dan untuk membuat para penjaga tetap tutup mulut, mereka juga merekayasa cerita yang sebenarnya merugikan para penjaga, yaitu dengan mengatakan bahwa ketika tubuh Yesus dicuri, mereka sedang tertidur. Sesuai dengan ketentuan hukum ketentaraan Roma yang berlaku, jika seorang tentara tertidur ketika tugas maka konsekuensi dari keteledoran itu adalah hukuman mati. Namun, demi memperjuangkan keinginan untuk mewujudkan kejahatan, para imam tidak segan merancang kebohongan lain yang akan disampaikan kepada pemerintah Roma. Mereka telah berhasil mengubah fakta kebenaran menjadi sebuah cerita dusta, cerita "dongeng".

Akibatnya sungguh luar biasa, banyak orang yang begitu mudahnya mempercayai cerita isapan jempol itu. Sungguh celaka mereka! Karena mereka menyangkal kemenangan Yesus Kristus atas kuasa maut. Lebih celaka lagi mereka menutup kesempatan bagi diri mereka sendiri untuk menjadi bagian dari peristiwa agung kebangkitan Kristus. Manusia bebal, seperti para imam, akan terus berusaha melakukan apa saja untuk mempertahankan pemahamannya dengan kesombongan sekalipun mereka tahu bahwa kebenaran yang sebenarnya telah terbukti. Celakanya, mereka pun berusaha melibatkan masyarakat agar mempercayai mereka.

Begitu pula dengan para penjaga kubur, yang tidak berani mempertahankan kebenaran peristiwa yang disaksikannya karena uang. Ternyata peran ganda uang sebagai alat pembayaran benda dan sebagai alat pembayaran (upah) untuk menutup dan mengubah kebenaran menjadi kebohongan, kejujuran menjadi ketidakjujuran, masih terus berlaku hingga kini. Dan hal itu berlaku hampir di seluruh aspek hidup; mulai dari masyarakat sampai kepada para petinggi pemerintah; mulai dari umat sampai kepada pemimpin umat.

Renungkan: Dusta dan kesombongan tidak akan mampu menutupi realita kebangkitan Kristus. Camkanlah itu!

(0.31) (1Kor 10:1) (sh: Peran Allah (Rabu, 17 September 2003))
Peran Allah

Apa yang dimaksud dengan pencobaan? Pencobaan adalah sesuatu yang menggoda manusia sehingga manusia jatuh di dalam dosa. Karena di dalam dunia ini ada pencobaan, maka pastilah ada yang namanya peringatan. Peringatan sangat diperlukan oleh manusia sebagai alarm yang memberi peringatan supaya manusia berjaga-jaga, dan selalu hidup bersama Tuhan.

Rasul Paulus memperingatkan orang-orang percaya di Korintus dengan menjadikan nenek moyang mereka sebagai contoh nyata. Peringatan itu adalah orang percaya akan menemui pencobaan dari masyarakat sekitarnya, seperti apa yang dialami oleh bangsa Israel (ayat 6), seperti: penyembahan berhala (ayat 7), percabulan (ayat 8), mencobai Tuhan (ayat 9) dan bersungut-sungut (ayat 10). Melalui peringatan ini Paulus ingin mengatakan bahwa jemaat Kristen di Korintus hidup bukan hanya dengan orang kudus sehingga tanpa pencobaan. Peristiwa seperti yang dialami oleh nenek moyang mereka bisa saja terjadi dalam kehidupan beriman mereka kepada Kristus.

Peristiwa yang terjadi di masa nenek moyang kita adalah peristiwa yang sangat memalukan. Peristiwa ini juga harus menjadi pelajaran penting bagi kita, orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang hidup di masa kini. Artinya, faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan orang percaya masa lalu mempertahankan kesetiaan kepada Allah akan selalu ada.

Paulus mengingatkan agar kita, gereja Tuhan di masa kini, agar tetap teguh berdiri dalam mempertahankan iman dan kesetiaan kita kepada Kristus. Pencobaan akan selalu ada, jangan memutuskan untuk menghindari pencobaan, tetapi lihatlah bahwa pencobaan yang Tuhan izinkan terjadi dan kita alami itu tidaklah dapat melebihi kekuatan yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.

Renungkan: Ingatlah bahwa pencobaan yang sekarang kita alami, bukanlah alasan bagi kita untuk kompromi terhadap dosa yang kita lakukan.

(0.31) (1Tes 4:1) (sh: Hidup berkenan kepada Tuhan (Senin, 27 Oktober 2003))
Hidup berkenan kepada Tuhan

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia tempat kita berpijak saat ini menyediakan begitu banyak fasilitas. Mulai dari yang menjanjikan masa depan sampai yang menjanjikan ketenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan. Bahkan ada fasilitas-fasilitas penuh godaan sehingga manusia tergoda untuk melampiaskan hawa nafsu. Dalam kondisi seperti ini memang tidak mudah untuk anak-anak Tuhan mempertahankan hidup yang berkenan kepada-Nya. Namun bukan berarti kita tidak mampu mempertahankan kekudusan kita di hadapan.

Allah memanggil kita untuk hidup yang kudus dan bukan yang cemar (ayat 7). Menolak hidup berkenan kepada Tuhan sama saja dengan menolak Tuhan (ayat 4:8). Pada pasal-pasal sebelumnya Paulus telah memuji jemaat Tesalonika untuk kesetiaan dan ketekunan mereka menghidupi kehidupan Kristen mereka. Pada bagian ini, Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar mereka lebih bersungguh-sungguh lagi melaksanakan hidup yang berkenan kepada Tuhan. Paulus kemudian memaparkan apa kehendak Tuhan bagi mereka: [1] "pengudusan dan menjauhi percabulan" diwujudkan dengan pernikahan yang monogamis dan terhormat (ayat 3-5); [2] memperlakukan saudaranya dengan baik dan tidak menipunya (ayat 6); [3] hidup mempraktikkan kasih (ayat 9-10); [4] hidup dengan baik, mengurus persoalan sendiri, bekerja dengan rajin (ayat 11), sehingga orang luar menilai mereka sebagai terhormat (ayat 12).

Memang menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan pastilah bertentangan dengan hidup bebas untuk berbuat apa saja, termasuk dosa. Tidak mudah, tetapi Allah sudah memberikan Roh-Nya yang kudus kepada kita, anak-anak-Nya. Jadi tidak ada alasan untuk menyerah dan mengikut jalan dunia ini.

Renungkan: Kalau anak-anak Tuhan gaya hidupnya sama dengan gaya hidup manusia berdosa, bagaimanakah gereja dapat menjadi saksi Kristus bagi dunia ini?

(0.31) (1Ptr 1:22) (sh: Mempertahankan hidup kudus (Jumat, 15 Oktober 2004))
Mempertahankan hidup kudus

Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuhan memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya setiap hari. Sutinah diubahkan Tuhan dalam kebiasaan jelek mengumpat dan merajuk. Ia tidak lagi berbohong dan memfitnah. Hidupnya berubah menjadi kudus!

Hidup kudus adalah anugerah Tuhan. Hidup kudus merupakan akibat perubahan status dari orang belum percaya menjadi anak Tuhan dan menjadi dasar hidup orang percaya. Orang percaya ialah orang yang sudah dilahirkan baru dengan benih kekal, yaitu firman Tuhan yang menguduskannya (ayat 1:23). Namun, kekudusan ini bisa dinodai dengan perbuatan dosa yang sewaktu-waktu dilakukan! Setelah seseorang menjadi anak Tuhan, ia masih bisa jatuh ke dalam dosa karena tidak taat atau tidak waspada. Itu sebabnya, Petrus menasihati umat Tuhan agar mereka lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan akan mencegah kita untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan, kepuasan, dan egosentrisme. Kasih Tuhan seharusnya mendorong kita untuk dengan tegas membuang segala dosa yang menyakiti hati Tuhan maupun sesama (ayat 2:1). Sumber kekuatan untuk dapat tetap hidup kudus adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya, tidak berubah dan sekaligus menjadi sumber yang tidak habis-habisnya mengisi kehidupan orang-orang percaya (ayat 24-25).

Menjadikan firman Tuhan sebagai "minuman rohani" seperti bayi yang membutuhkan susu adalah cara untuk tetap memelihara kemurnian iman dan menumbuhkan kekuatan rohani kita (ayat 2:2). Dengan cara demikian, kita mampu menghadapi segala kejahatan, tipu muslihat, kedengkian dan fitnah (ayat 1). Anak Tuhan yang telah mengecap kebaikan Tuhan pasti memiliki dorongan kuat untuk terus menikmati dan melakukan firman Tuhan sepanjang hidupnya (ayat 3).

Ingat: Jika kasih Yesus dan firman kebenaran Tuhan sungguh mendiami hati kita, kita akan bertumbuh menyerupai Yesus.

(0.31) (Why 21:1) (sh: Sirnanya lara (Rabu, 20 November 2002))
Sirnanya lara

Harapan selalu memiliki dua sisi. Pertama adalah kebahagiaan. Kedua adalah keresahan. Keseluruhan perikop ini selain merupakan kesimpulan dari bagian sebelumnya, sekaligus jendela untuk mengantisipasi teks-teks selanjutnya. Di sini tibalah langit yang baru dan bumi yang baru. Istilah "baru" lebih menunjuk ke perubahan kualitas, suatu transformasi. Artinya, yang lama masih tetap hadir, namun dalam perubahan dahsyat. Perubahan itu seperti tubuh Kristus yang dimuliakan—tubuh itu tetaplah tubuh- Nya, namun diperbarui dalam kilauan kemegahan. Di sana laut tak ada lagi. Ada baiknya kita memahami "laut" secara simbolis. Dalam Alkitab, ‘laut’ bisa menunjuk ke sumber kejahatan (ayat 12:18), tempat orang-orang mati (ayat 20:13), dan tempat air secara harfiah. Namun, dalam 21:4 kita melihat bahwa laut sebagai perwakilan dari dunia yang lama, dunia yang penuh dengan penderitaan, kejahatan, dan kematian. Kala laut tiada, lara pun sirna.

Sebuah kota yang kudus turun dari surga. Yerusalem baru adalah gereja Tuhan di mana orang percaya yang setia mempertahankan imannya berkumpul; Seperti pengantin perempuan yang menjaga kemurnian dan keelokan dirinya bagi sang suami tercinta (bdk. 3:12). Orang-orang ini akan masuk ke dalam keintiman tak bertara bersama Allah dan Kristus, sang kekasih hati mereka.

Lalu terdengarlah sebuah suara dari surga (ayat 3). Suara itu menjadi satu tanda bahwa tiada lagi yang dapat memisahkan mereka yang tetap teguh mempertahankan hubungan dengan Allah dan Kristus. Terjemahan yang lebih setia menyatakan, "Mereka akan menjadi umat-umat-Nya". Bukan hanya bangsa Israel yang dimaksud, namun orang-orang seluruh bangsa, suku, dan bahasa terhisab di dalamnya. Keselamatan menjadi universal, dan kehadiran Allah tak lagi dibatasi tembok-tembok bait Allah. Ia hadir secara penuh senantiasa. Nestapa akan berlalu. Hidup akan selamanya indah.

Renungkan:
Jika nubuat Tuhan tentang penganiayaan terlaksana, bukankah kemuliaan akan tiba jua? Jadilah mempelai Kristus yang senantiasa elok!

(0.27) (Luk 22:54) (sh: Sikap manusia terhadap kebenaran. (Selasa, 18 April 2000))
Sikap manusia terhadap kebenaran.

Setelah Yesus ditangkap dan dibawa pergi, hampir semua murid-Nya meninggalkan-Nya.    Petrus masih mengikuti Dia, namun kemudian secara tiba-tiba ia    menyadari bahwa dirinya berada di pihak yang salah. Dia tidak    bermaksud demikian, namun ia tidak memahami dengan benar sifat    dari peperangan itu dan senjata apa yang diperlukan untuk    memenangkannya. Peperangan itu antara Kebenaran dan dusta dan    Kebenaran itu secara mutlak ada di dalam seorang Pribadi Tunggal     Yesus Kristus. Kebenaran tidak ditegakkan dengan kekuatan    fisik, tetapi dengan kekuatan rohani.

Di halaman rumah Imam Besar itu, Petrus menyangkal Yesus.    Ketika seorang hamba berkata dengan penuh keyakinan 'Sungguh,    orang ini juga bersama-sama dengan Dia' (ayat 59), hamba itu    menyatakan bahwa apa yang ia ketahui adalah benar. Ini merupakan    kesempatan terakhir bagi Petrus untuk memenangkan peperangan dan    tetap berdiri dalam Kebenaran. Namun ia telah menyangkal    kebenaran dan bersembunyi di balik kepura-puraan atau kepalsuan.    Itulah sikap Petrus terhadap Kebenaran. Ia mengenal Kebenaran,    tetapi ia melarikan diri daripadanya, menghindarinya, bahkan    menyangkalinya demi kepentingan pribadi. Ia telah kalah dalam    pencobaan.

Para tua-tua, ahli Taurat, dan imam sepertinya menunjukkan    sikap ingin mengenal Kebenaran ketika mereka mengajukan    pertanyaan kepada Yesus (ayat 66-67). Tetapi sesungguhnya mereka    tidak berminat  mendapatkan Kebenaran. Mereka tidak siap percaya    atau pun mendiskusikan kebenaran itu bersama-Nya. Mereka hanya    ingin mendapatkan alasan untuk menghukum-Nya. Karena itu Yesus    tidak memberikan jawaban detail atau mempertahankan argumentasi-    Nya.  Respons Yesus terhadap dua jenis sikap manusia itu    berbeda. Terhadap Petrus, Ia berjanji akan berdoa untuknya, agar    imannya tidak jatuh sehingga ia bisa menguatkan saudaranya yang    lain. Walaupun saat ini kalah, dikemudian hari ia bisa menang.    Janji ini berlaku juga bagi semua orang percaya di dalam    mempertahankan Kebenaran di dalam hidup.

Renungkan: Inilah respons Kristus yang penuh kasih. Sedangkan    terhadap sikap yang tidak acuh terhadap Kebenaran, Yesus pun    tidak akan mengacuhkan mereka untuk menyatakan Kebenaran. Mereka    dibiarkan dalam keadaan tersesat.

(0.25) (Ul 29:18) (full: HATINYA ... BERPALING MENINGGALKAN TUHAN. )

Nas : Ul 29:18-21

Ayat-ayat ini berkaitan dengan seorang individu di antara umat Allah yang berpaling dari Tuhan.

  1. 1) Janji-janji mengenai hidup dan berkat dibuat dengan Israel secara keseluruhan, yaitu sebagai suatu komunitas bersama atau bangsa (bd. Ul 28:1; 30:15-20). Seorang di kalangan umat pilihan Allah mengambil bagian dalam berkat-berkat yang dijanjikan hanya jikalau dia memasuki hubungan iman dengan Allah dan tetap mempertahankan hubungan itu

    (lihat art. PEMILIHAN DAN PREDESTINASI).

  2. 2) Hidup kekal dan berkat jasmani dapat hilang dari setiap orang Israel yang berpaling dari Allah (ayat Ul 29:18).
  3. 3) Orang-orang di Israel yang menjadi milik Allah, dan yang kemudian berpaling dari-Nya (ayat Ul 29:18) serta tetap menuruti kemauannya sendiri (ayat Ul 29:19), tidak ada kesempatan lagi untuk diampuni. Mereka hanya dapat menantikan murka Allah dan penghapusan nama mereka dari kolong langit (ayat Ul 29:20;

    lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).

(0.25) (Yos 22:12) (full: MAJU MEMERANGI MEREKA. )

Nas : Yos 22:12

Bangsa Israel bersedia untuk maju berperang melawan saudara sebangsanya karena dikira mereka sudah membangun mezbah karena hendak memberontak kepada Tuhan (ayat Yos 22:10-11). Perhatikan faktor-faktor berikut:

  1. 1) Yosua dan orang Israel lainnya beranggapan bahwa kekudusan dan kebenaran Allah sudah ditinggalkan (ayat Yos 22:12,16,18; bd. Im 17:8-9; Ul 13:12-15); mereka bersedia memerangi bangsanya sendiri demi membela kebenaran dan kesucian Allah (bd. Ef 4:15).
  2. 2) Untuk menunjukkan kasih mereka kepada sesama orang Israel, Yosua dan kelompoknya mula-mula mengirim utusan untuk berusaha menyelesaikan persoalan dan menjadi rujuk kembali (ayat Yos 22:13-20).
  3. 3) Pengertian dan perdamaian dicapai tanpa perang (ayat Yos 22:21-34), dan baik kesetiaan kepada Allah maupun kasih kepada sesama berhasil dipertahankan.
  4. 4) Kebenaran dan kasih terus berlanjut di bawah perjanjian yang baru. Orang percaya harus mempertahankan kebenaran dan kekudusan Allah tanpa kompromi, sedangkan pada saat bersamaan bertindak dalam kasih terhadap mereka yang harus dilawan

    (lihat cat. --> Ef 4:15).

    [atau ref. Ef 4:15]

(0.25) (1Raj 13:21) (full: ENGKAU TELAH MEMBERONTAK TERHADAP TITAH TUHAN. )

Nas : 1Raj 13:21-22

Kisah nabi tak bernama yang tidak taat tercatat sebagai suatu contoh dan peringatan bagi orang percaya masa kini (bd. 1Kor 10:1-13).

  1. 1) Alkitab adalah kewajiban tertinggi orang percaya dalam segala hal yang berkaitan dengan kehendak Allah untuk hidupnya. Perkataan dan ajaran dari hamba-hamba Allah yang terkenal atau bahkan malaikat tidak boleh diterima jikalau bertentangan dengan semua pengarahan dan norma dari penyataan tertulis yang terdapat dalam kesaksian asli yang mendasar dari Yesus Kristus dan para rasul (1Kor 14:29; Gal 1:8-9;

    lihat cat. --> 1Yoh 4:1).

    [atau ref. 1Yoh 4:1]

  2. 2) Ketidaktaatan terhadap apa yang diperintahkan Allah mendatangkan hukuman, terlepas dari kesetiaan dan pelayanan sebelumnya (ayat 1Raj 13:20-25).
  3. 3) Kedudukan paling berbahaya dari seorang percaya ialah mempertahankan sikap acuh tak acuh terhadap Firman Allah. Penyebab terbesar dari kegagalan di antara umat Allah ialah tidak memandang Alkitab sebagai sesuatu yang menentukan hidup dan mati

    (lihat cat. --> Kej 3:4).

    [atau ref. Kej 3:4]

  4. 4) Allah menuntut tingkat kesetiaan tertinggi kepada semua perintah-Nya dari orang-orang yang terpanggil untuk memberitakan firman-Nya (bd. 1Tim 3:1-11; Tit 1:5-9; Yak 3:1); mereka harus merupakan teladan bagi umat Allah.
(0.25) (Ezr 10:3) (full: MENGUSIR SEMUA PEREMPUAN ITU. )

Nas : Ezr 10:3

Ezra menuntut perceraian karena alasan-alasan berikut:

  1. 1) Menikahi wanita asing merupakan tindakan yang tidak setia kepada Allah dan firman-Nya (ayat Ezr 10:10; 10:2;

    lihat cat. --> Ezr 9:2).

    [atau ref. Ezr 9:2]

    Pertobatan yang sesungguhnya menuntut pemisahan untuk membetulkan kejahatan itu.
  2. 2) Menceraikan istri-istri asing diperlukan untuk mempertahankan maksud Israel selaku bangsa kudus yang dipisahkan untuk Allah

    (lihat cat. --> Ezr 9:2).

    [atau ref. Ezr 9:2]

  3. 3) Perceraian diperlukan untuk mencegah umat itu menerima penyembahan berhala dan cara-cara amoral dari bangsa-bangsa di sekitarnya. Musa menyatakan, "Janganlah engkau kawin-mengawin dengan mereka ... sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang daripada-Ku" (Ul 7:3-4). Perceraian dalam hal ini merupakan pembedahan radikal yang dituntut supaya menghentikan dampak yang berkesinambungan dari kompromi yang pada akhirnya akan menyeret angkatan lain kepada kemurtadan sehingga mereka menjadi sasaran hukuman Allah yang dahsyat.


TIP #27: Arahkan mouse pada tautan ayat untuk menampilkan teks ayat dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA