Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 21 - 40 dari 41 ayat untuk menemui (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (2Raj 11:21) (sh: Teman rohani (Jumat, 2 Juni 2000))
Teman rohani

Seorang perempuan kristen baru-baru ini menceritakan bahwa ia baru saja melewati masa krisis kejiwaan. Namun ia mengalami frustasi karena tidak seorang kristen pun yang kepadanya ia dapat berpaling. Dia berasal dari keluarga yang baik namun mereka tidak siap untuk menolongnya. Dia pun rajin mengikuti ibadah Minggu walaupun khotbah-khotbah Minggu tidak cukup membantu dia di dalam persoalan pribadinya. Dia sudah mencoba untuk menemui pendeta dan hamba Tuhan yang lain, namun nampaknya mereka tidak mempunyai cukup waktu untuknya. Kemana ia harus pergi? Dia butuh teman rohani agar ia dapat melewati krisis dengan tetap mempertahankan imannya.

Itulah juga yang dialami oleh Yoas. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ia melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan seumur hidupnya selama imam Yoyada mengajar dia. Apa yang dilakukan oleh Yoas sangat bertentangan dengan Ahazia orang tuanya. Walaupun tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, Yoas tidak menyembah Baal. Karena pengaruh Yoyada, Yoas berinisiatif untuk memperbaiki Bait Allah. Bahkan ketika para imam belum memperbaikinya, Yoas sendirilah melalui panitera raja yang memimpin pengumpulan dana dan membayarkan kepada para pekerja. Namun apa yang terjadi setelah Yoyada meninggal? Di dalam 2Taw. 24:15-21 diungkapkan bahwa setelah kematian Yoyada, Yoas mendapatkan pengaruh dari para pemimpin Yehuda dan meninggalkan Allah untuk berpaling kepada berhala. Bahkan ketika anak Yoyada berusaha mengingatkan Yoas, ia malah dibunuhnya.

Karena dosa-dosa itulah maka Yehuda dan Yerusalem tertimpa murka Allah. Salah satunya adalah majunya Hazael raja Aram menyerang dan merebut Gat. Serangan ini berlanjut hingga mengarah ke Yerusalem. Dalam keadaan demikian, Yoas mengalami krisis baik kejiwaan maupun rohani. Ia tidak lagi mempunyai teman rohani seperti Yoyada selain para pemimpin Yehuda yang justru menyesatkan. Ia menggunakan persembahan yang dikhususkan buat Allah sebagai persembahan kepada Hazael. Seharusnya ia berpaling kepada Allah dan bukannya merampok Allah untuk meminta pertolongan manusia.

Renungkan: Kita pun membutuhkan sahabat-sahabat rohani, agar kita dapat mempertahankan komitmen kita kepada-Nya.

(0.22) (Mzm 64:1) (sh: Jangan remehkan intimidasi kata-kata (Jumat, 18 Juni 2004))
Jangan remehkan intimidasi kata-kata

Pergumulan iman terberat seringkali kita kaitkan dengan masalah-masalah seperti kelemahan fisik, kesulitan dalam pekerjaan, pencobaan moral atau ancaman fisik. Dalam kenyataan sehari-hari, kita menemui bahwa kata-kata seperti ejekan, fitnahan, serangan terhadap isi iman Kristen, dlsb. dapat mengolok iman kita. Tentang pergumulan iman menghadapi serangan kata-kata inilah, pemazmur bicara.

Pemazmur mengalami pergumulan yang berat itu. Ia tahu bahwa musuh yang berat itu bermaksud membinasakannya (ayat 3). Ia tahu bahkan cara-cara licik digunakan untuk menyerangnya pada saat-saat kelemahannya, yaitu berupa gosip, fitnah, dan cercaan (ayat 4-6). Lebih daripada itu, ia tahu mereka bersungguh hati untuk menghancurkan dia. (ayat 7, ayat ini bisa dibaca 'mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung, rancangan yang keluar dari batin dan hati terdalam"'). Seorang penafsir mengatakan, betapa dalamnya isi hati seseorang, siapa yang tahu? Apalagi, bila hati yang jahat merencanakan kejahatan, siapa bisa menduga kekejaman dan kekejiannya?

Namun, pemazmur tidak termakan oleh dampak dahsyat kata-kata buruk dari orang jahat. Ia percaya kepada Allah yang berdaulat dan berkuasa atas mereka. Ia tahu kesudahan orang-orang jahat adalah kebinasaan mereka, dan mereka akan binasa oleh senjata mereka sendiri: lidah dusta mereka (ayat 8-9). Ia tahu juga orang benar, orang yang berlindung kepada-Nya akan diselamatkan, dan akan bersukacita (ayat 10-11). Pemazmur belajar bahwa lidah jahat akan termakan jeratnya sendiri. Karena itu, orang yang jujur dalam kata dan tindakan adalah orang yang bertindak sesuai sikap Allah sendiri dalam firman-Nya yang "ya dan amin."

Renungkan: Jangan anggap remeh pengaruh kata-kata baik dari orang yang kita jumpai sehari-hari maupun dari sumber-sumber media. Bangunlah "filter" iman untuk menilai dan menetapkan kata-kata mana yang harus dibuang dan kata mana yang patut disimpan.

(0.22) (Pkh 8:9) (sh: Takut akan Tuhan hasilnya berkat (Jumat, 8 Oktober 2004))
Takut akan Tuhan hasilnya berkat

Siapa atau apa yang kita takuti? Ada orang yang takut kehilangan hartanya dan ada orangtua yang takut kepada anaknya. Ada yang takut pada penolakan dan ada pula yang takut kehilangan kecantikannya. Jika kita perhatikan baik-baik, ternyata siapa atau apa yang kita takuti memperlihatkan siapa atau apa yang sebenarnya penting bagi kita. Barang siapa takut kehilangan hartanya, ia mementingkan harta; barang siapa takut kepada anaknya, ia terlalu meninggikan anaknya; barang siapa takut pada penolakan, ia mengagungkan orang lain; barang siapa takut kehilangan kecantikannya, ia menyembah dirinya sendiri. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang mengutamakan Tuhan.

Mengutamakan Tuhan berarti mementingkan kehendak-Nya di atas kepentingan pribadi dan rela mengorbankan diri sendiri demi melaksanakan kehendak Tuhan. Terlalu sering kita mengedepankan kehendak pribadi daripada firman Tuhan; kadang kita malah memakai nama Tuhan untuk membenarkan tindakan kita. Misalnya: menikah dengan pasangan yang tidak seiman dengan dalih untuk membawanya kepada Tuhan; melakukan korupsi dengan alasan ingin menggunakan uangnya untuk pekerjaan Tuhan. Namun, terkadang niat tulus kita untuk hidup takut akan Tuhan menemui jalan buntu tatkala kita membandingkan diri dengan orang yang hidup tidak takut akan Tuhan. Kita tidak bisa menerima kenyataan mengapa hidupnya bisa lancar, sedangkan hidup kita sering melewati "jalan berbatu" (ayat 10-11).

Kendati hidup takut akan Tuhan terkadang menyusahkan, tetapi itu adalah "jalan" yang paling bahagia sebab hal ini menjauhkan kita dari dosa dan menyelaraskan hidup kita pada kehendak-Nya. Ingatlah, Tuhan melihat jerih payah kita dalam melakukan firman-Nya dan Ia akan memberkati setiap orang yang setia kepada-Nya pada waktu-Nya (ayat 12-13). Suatu saat kelak Ia akan bertindak dengan membalas perbuatan orang-orang yang hidup tidak takut kepada-Nya.

Doa: Tuhan, tolongku peka bahwa Engkau hadir dalam segala segi hidupku agar aku takut kepada-Mu.

(0.22) (Pkh 11:9) (sh: Hiduplah dengan-Nya di sini! (Selasa, 12 Oktober 2004))
Hiduplah dengan-Nya di sini!

Dalam khotbah perpisahannya, seorang hamba Tuhan tua mengadakan kilas balik kehidupannya, dan setiap akhir penggalan peristiwa yang dilaluinya, ia mengakhiri dengan sebuah pernyataan, "Dan Ia pun ada di sini." Apa maksudnya? Tuhan berada di dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Tuhan tidak pernah meninggalkan atau membiarkan hamba Tuhan itu sendirian. Kewajiban kita bukanlah mengetahui maksud-Nya atas semua yang terjadi pada hidup ini melainkan, memercayai-Nya kendati kita tidak senantiasa memahami perbuatan-Nya.

Nas ini merupakan ungkapan hati penulisnya yang sedang dilanda "topan pencarian" makna hidup. Si penulis diduga adalah Raja Solomo yang telah berupaya menemukan apakah makna hidupnya, tetapi akhirnya ia harus menemui kekecewaan. Ia tidak dapat memahami makna hidupnya sebab hidup terlalu luas untuk bisa dimengerti. Di akhir pencariannya, Raja Salomo tidak berpura-pura telah menemukan semua jawaban atas segala yang terjadi dalam hidupnya namun, sebagai kesimpulannya ia memberikan satu nasihat yang sarat hikmat, "Takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya karena ini adalah kewajiban setiap orang" (ayat 12:13). Bagi Raja Salomo, inilah awal dan akhir dari hikmat. Akhir hikmat bukan berarti akhir kehidupan. Bagi orang Kristen kematian bukanlah akhir dari mata rantai kehidupan ini, melainkan ada Tuhan yang harus kita temui. Tidak ada lagi yang akan tersembunyi di hadapan-Nya karena semua perbuatan kita sewaktu hidup di dunia ini akan tersingkap (ayat 14).

Hidup kita berawal dari Tuhan dan berakhir pada Tuhan. Akan tetapi, jangan khawatir terhadap penghakiman Tuhan sebab kematian Tuhan Yesus telah menebus kita dari kerajaan maut menuju hidup kekal.

Renungkan: Sewaktu kita menoleh pada peristiwa di masa lalu, Tuhan ada di situ dan saat kita memandang ke depan Ia ada di sana. Jadi, tidak perlu takut menghadapi semua persoalan dan peristiwa hidup ini karena Tuhan di sini.

(0.22) (Yer 28:1) (sh: Kiat-kiat menghadapi penyesat (Kamis, 19 April 2001))
Kiat-kiat menghadapi penyesat

Konflik Yeremia dengan nabi-nabi palsu terus berlanjut. Kali ini di hadapan para imam dan seluruh rakyat, seorang nabi yang bernama Hananya memberitahukan kepada Yeremia firman yang ia terima dari Allah. Seluruh rakyat dan para imam yang menyaksikan perdebatan keduanya pasti sulit menentukan siapa yang benar. Kesulitan itu disebabkan beberapa hal. Pertama, isi firmannya hampir serupa. Firman yang dibawa oleh Hananya tidak membantah bahwa perkakas Bait Allah akan dirampas oleh Babel dan bahwa bangsa Yehuda yang sedang dalam pembuangan memang sedang menjalani hukuman Allah melalui Babel. Perbedaannya hanya pada jangka waktu. Hananya memberitakan bahwa dalam waktu 2 tahun Yehuda akan dipulihkan sedangkan menurut pemberitaan Yeremia adalah 70 tahun (29:10). Kedua, formula yang dipakai untuk menyampaikan firman Allah adalah sama yaitu 'Beginilah firman Tuhan'. Ketiga, Hananya menggunakan aksi yang spektakuler untuk memperkuat berita yang ia bawa (10-11). Bagaimana respons Yeremia?

Sangat indah. Yeremia tidak mau jika rakyat Yehuda menjadi bingung dengan perdebatan mereka sehingga keadaan negara akan semakin bertambah kacau sebab tentara Babel juga sudah di ambang pintu. Ia tidak mau rakyat menjadi korban perdebatan 2 orang nabi. Kasihnya kepada Yehuda sangat besar. Karena itu ia membantah pemberitaan Hananya dengan sangat bijak dan penuh kehati-hatian (5-6). Ia meminta rakyat Yehuda untuk menganalisa pemberitaan Yeremia berdasarkan kebenaran yang disampaikan oleh para nabi sebelumnya (8-9). Ketika Hananya mulai main kekerasaan, ia pilih menyingkir (11). Yeremia kembali menemui Hananya setelah Allah memerintahkannya untuk memberitakan kepastian penghukuman Allah atas Yehuda dan kematian Hananya karena menyesatkan bangsa pilihan Allah (12-16). Dua bulan kemudian Hananya mati (17). Jika demikian halnya, siapa yang memberitakan kebenaran?

Renungkan: Rangkumkan bagaimanakah kiat-kiat Yeremia menghadapi pengajar sesat dan ajarannya! Bagaimana Anda akan menerapkan kiat-kiat Yeremia agar jemaat Tuhan tidak disesatkan karena zaman sekarang ini banyak sekali guru palsu dengan ajaran sesatnya yang mencari mangsa?

(0.22) (Yer 38:14) (sh: Kualifikasi prima seorang pemimpin (Rabu, 9 Mei 2001))
Kualifikasi prima seorang pemimpin

Maju mundurnya sebuah bangsa tergantung dari kualitas pemimpin yang dimiliki bangsa tersebut. Ini bukan suatu kebenaran yang dilebih-lebihkan sebab ada banyak contoh yang dapat kita lihat dalam sejarah. Bahkan kebenaran ini juga berlaku bagi gereja, perusahaan, maupun rumah tangga.

Zedekia bukanlah seorang pemimpin berkualitas prima. Kualitas di sini bukan kemampuan teknis seperti memanah atau memainkan pedang, melainkan kualitas manajerial. Itu yang tidak dimiliki oleh Zedekia. Ia tidak mempunyai visi yang jelas dan benar. Ini terbukti ketika untuk kesekian kalinya ia menemui Yeremia dengan maksud yang sama (14). Sebetulnya ia tidak rindu mendengarkan suara Allah, melainkan ingin agar Allah melakukan intervensi untuk menyelamatkan Yehuda sehingga ia dapat tetap menjadi raja. Ia tidak dapat melihat bahwa berdasarkan fakta sejarah Yehuda, keinginannya itu tidak mungkin terealisasi, karena penghukuman Allah tidak mungkin ditunda. Ia mengabaikan kebenaran sejarah, akibatnya arah pemerintahannya pun tidak jelas. Bukankah visi dibangun berdasarkan fakta sejarah?

Sebagai raja, Zedekia tidak mampu mengkoordinir dan mengontrol pembantunya. Mengapa demikian? Sekali lagi karena ambisi pribadinya. Untuk mempertahankan kedudukannya, ia butuh dukungan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, ia tidak mungkin mendapatkan dukungan karena negara-negara sekutunya seperti Mesir, tidak mampu melawan Babel. Sedangkan dari dalam negeri ia hanya dapat bergantung kepada para pembantunya, bukan rakyat yang nampaknya sudah membencinya (19). Karena ia tidak pernah memperlakukan rakyatnya dengan baik. Namun dukungan itu ia peroleh dengan harga yang mahal yaitu ia harus selalu memenuhi keinginan pembantunya (16, 24 bdk. 38:5).

Renungkan: Melihat model kepemimpinan Zedekia dan dampak yang diberikan, kita mendapatkan pelajaran penting yaitu kualifikasi prima yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin di institusi mana pun adalah ia tidak punya ambisi maupun agenda untuk mempertahankan kedudukannya. Bila ambisi maupun agenda itu ada dalam pikirannya, maka dapat dipastikan bahwa ia adalah pemimpin tanpa visi. Apa yang akan terjadi pada sebuah institusi tanpa visi? Institusi itu hanya menjadi kendaraan pemimpin untuk bertakhta dan mempertahankan takhta.

(0.22) (Ob 1:17) (sh: Karakteristik nubuat para nabi (Rabu, 19 Desember 2001))
Karakteristik nubuat para nabi

"Habis gelap terbitlah terang" merupakan ungkapan yang tepat untuk menggambarkan karakteristik nubuat para nabi di Perjanjian Lama, bahwa setelah menyampaikan penghakiman Tuhan atas Israel, mereka pun memberitakan pengharapan dalam Tuhan. Di akhir kitab Obaja, kita pun menyaksikan pola yang sama: setelah penghukuman, ada pemulihan.

Pada perikop ini, Obaja memastikan kepastian firman Tuhan melalui dua hal. Pertama, kepastian hukuman bagi Edom. Kekuatan Israel digambarkan seperti api yang menghanguskan Edom, sehingga Edom tidak dapat tumbuh lagi karena mereka seperti jerami. Edom menjadi tidak berdaya pada saat Tuhan menentukan hari penghakiman tersebut. Bahkan Tuhan memakai bangsa asing lainnya untuk menghancurkan Edom. Kedua, pemulihan kembali bangsa Israel. Orang Israel dipulihkan Tuhan dan mereka memiliki kembali tanah pusaka mereka (ayat 19-21).

Sekali lagi kita membaca tentang kasih Tuhan yang menghukum orang-orang yang memusuhi dan mendatangkan penderitaan bagi umat-Nya. Kebenaran ini membukakan pengertian kepada kita bahwa kita mempunyai konsep yang keliru tentang Tuhan. Bagi kita, Dia adalah Tuhan yang gemar menghukum, bahkan kadang kita juga berpikir bahwa acungan tangan-Nya dan mata-Nya hanya tertuju pada kesalahan-kesalahan yang kita perbuat. Sungguh suatu pandangan yang sangat keliru! Coba kita lihat, bukankah segala tindakan Allah sarat muatan kasih? Kalau kita menerima hukuman-Nya dan menderita karena hukuman tersebut, itu semata-mata karena kesalahan kita. Namun, tujuan penghukuman itu sendiri bukanlah untuk menenggelamkan kita dalam penderitaan, tetapi memulihkan kita. Bukti paling akurat untuk menggambarkan kasih Allah kepada kita adalah ketika Dia menemui ajal-Nya di kayu salib, di bukit Golgota.

Renungkan: Ada kalanya kita pun mengalami penghukuman-Nya, namun Ia tidak pernah menghukum dengan hati bersukacita; Tuhan tidak pernah "menari di atas penderitaan kita". Percayalah bahwa setelah hukuman-Nya, akan ada pemulihan-Nya. Sambutlah kemurahan-Nya!

(0.22) (Mat 17:14) (sh: Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada (Minggu, 18 Februari 2001))
Bukan besar atau kecil, tapi ada atau tidak ada

Yesus memakai ilustrasi biji sesawi untuk menggambarkan iman, karena biji sesawi adalah biji yang paling kecil di antara biji-biji lainnya. Dapat dikatakan bahwa Yesus tidak sedang membicarakan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak adanya iman.

Pada saat Yesus kembali ke kerumunan orang banyak, datanglah seorang bapak menemui-Nya dengan sikap menyembah. Ia memohon belas kasihan Yesus atas anaknya yang sangat menderita karena sakit ayan. Ia mengadukan bahwa murid-murid-Nya tidak dapat menyembuhkan anaknya. Yesus menegur keras semua orang: murid-murid, orang banyak, dan semua angkatan yang tidak percaya dan sesat. Kepada mereka semua, Yesus mengajukan 2 pertanyaan: (ayat 1) berapa lama lagi Ia harus tinggal di antara mereka, dan (ayat 2) berapa lama lagi Ia harus sabar terhadap mereka. Ia tidak selamanya ada bersama mereka, tetapi selama Ia ada bersama mereka, mereka dapat mendengar pengajaran-Nya, melihat perbuatan-Nya, dan mengenal-Nya, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada Mesias sejati. Hal ini menegaskan bahwa waktu-Nya di dunia terbatas. Setelah mengajukan pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, Ia meminta anak yang sakit itu dibawa kepada-Nya. Ia mengusir setan dan anak itu sembuh. Kemesiasan-Nya mengalahkan segala kuasa.

Kemudian murid-murid menanyakan mengapa mereka gagal mengusir setan. Hanya satu alasannya karena mereka tidak memiliki iman. Mereka mengandalkan kekuasaan manusia dan bukan kekuasaan Allah.

Renungkan: Seringkali kegagalan kita bukan saja akibat tantangan dan ancaman dari luar tetapi ketiadaan iman yang membiarkan kita mengandalkan kemampuan, potensi, dan kebiasaan kita. Masalahnya bukan besar atau kecilnya iman, tetapi ada atau tidak ada iman.

Bacaan untuk Minggu Epifania 7

Yesaya 43:18-25

II Korintus 1:18-22

Markus 2:1-12

Mazmur 41

Lagu: Kidung Jemaat 309

PA 7 Matius 16:21-28

Komitmen mengikut Kristus bukanlah pilihan yang mudah, justru penuh risiko dan pergumulan. Mengapa? Karena menjadi pengikut-Nya berarti bersedia untuk dimusuhi dunia. Seringkali Kristen salah memahami arti menjadi pengikut Kristus: bahagia dan hidup bebas hambatan, sehingga ketika badai kehidupan datang bertubi-tubi menerpa hidupnya, Kristen `protes' kepada Allah. Kristen mulai goncang, putus asa, dan kehilangan pengharapan karena tidak pernah membayangkan bahwa jalannya memang tidak mudah.

Bagaimanakah sesungguhnya menjadi pengikut Kristus seperti yang Yesus teladankan? Prinsip-prinsip apa saja yang harus kita terapkan? Kita akan mempelajarinya melalui perikop ini!

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa yang ingin dijelaskan Matius dengan penunjuk waktu: "Sejak waktu itu.."? Mengapa Yesus baru menyatakan penderitaan-Nya setelah murid-murid-Nya mengenal-Nya sebagai Mesias, Anak Allah yang hidup (ayat 12-20)? Dari pihak siapa sajakah penderitaan itu? Apakah mereka adalah orang-orang yang mengerti arti Mesias yang dijanjikan? Mengapa justru mereka yang membuat-Nya menderita?

2. Apakah fokus pernyataan Yesus hanya penderitaan-Nya saja (ayat 21)? Jika demikian mengapa Petrus menegur Yesus (ayat 22)? Apakah yang sedang dipikirkan Petrus saat itu? Apakah hal ini bertentangan dengan rencana Allah bagi keselamatan manusia? Jelaskan! Mengapa Iblis selalu berusaha merintangi bahkan menggagalkan rencana Allah?

3. Apakah arti perkataan Yesus di ayat 24? Apakah setiap orang yang mengikut-Nya harus memiliki komitmen demikian? Bagaimana kaitannya dengan pernyataan selanjutnya (ayat 25)? Perhatikan kata `mau' (ayat 24, 25) dan jelaskan maknanya? Manakah yang merupakan pilihan dan manakah yang merupakan konsekuensi (ayat 25)? Apakah dampak pilihan ini bernilai kekal? Mengapa demikian?

4. Bagaimana pemahaman Anda tentang Mesias yang mati dan bangkit, dan sejauh mana pengaruhnya dalam hidup Anda? Bagaimanakah pilihan hidup Anda sebagai pengikut-Nya dan apa konsekuensi konkritnya? Apakah Anda tetap meyakini bahwa pilihan Anda tidak salah? Mengapa demikian?

(0.22) (Luk 17:1) (sh: Pelayanan Kristen dan resep manjur bagi seorang pelayan (Senin, 3 April 2000))
Pelayanan Kristen dan resep manjur bagi seorang pelayan

Para Rasul agak takut dan bimbang ketika menghadapi tugas pelayanan yang akan diserahkan kepada mereka. Tugas mereka tidak ringan. Di dalam pelayanan mereka akan menghadapi penyesat- penyesat. Konflik yang akan mereka hadapi dalam kehidupan jemaat juga tak kalah rumitnya. Ada kemungkinan mereka akan mengalami sakit hati atau bahkan mengalami penderitaan fisik. Sikap yang harus ditunjukkan oleh para Rasul adalah mengampuni dengan tidak terbatas. Cara pengampunan yang diperintahkan oleh Yesus sangat berbeda dengan tradisi orang Yahudi (Mat. 5:38-44). Oleh karena itu, mereka memohon agar imannya ditambahkan. Dan jawaban yang diberikan oleh Yesus sangat melegakan yaitu bahwa iman yang hanya sekecil biji sesawi pun sebetulnya mempunyai kuasa yang sangat besar.

Kuasa iman yang besar bisa menimbulkan sombong rohani. Karena itulah Kristus pun kemudian memberikan pengajaran yang lebih lanjut tentang sikap mereka terhadap Allah, yaitu mengenai kerendahan hati (ayat 7-10). Sikap ini harus dimanifestasikan melalui tindakan yang tidak mengharapkan pujian atau terima kasih, karena mereka sebetulnya hanyalah hamba-hamba Allah. Apa yang harus mereka lakukan adalah kewajiban mereka. Sikap kerendahhatian ini juga harus dimanifestasikan melalui perbuatan dan tindakan yang memuliakan Allah seperti yang didemonstrasikan oleh satu dari 10 orang kusta (ayat 11-19). Setelah melihat bahwa dirinya sembuh, ia kembali kepada Kristus bukan sekadar mengucapkan terimakasih, namun untuk memuliakan Allah.

Bila uraian di atas kita rangkumkan maka akan tergambar bahwa pelayanan Kristen bukanlah pelayanan yang mudah karena akan menemui tantangan dan serangan terhadap ajaran maupun dirinya secara pribadi. Namun demikian ia tidak boleh begitu saja meninggalkan pelayanannya, karena kedudukannya hanyalah seorang hamba. Apa yang ia kerjakan merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa dibantah. Ia tidak bisa menentukan apa, kapan, dan bagaimana ia akan melakukan pelayanan. Semuanya harus berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Seorang pelayan juga tidak boleh melakukan segala sesuatu bagi kepopuleran dan keuntungan dirinya. Semuanya semata-mata bagi kemuliaan-Nya.

(0.22) (Luk 22:1) (sh: Persepakatan dengan Iblis (Selasa, 30 Maret 2004))
Persepakatan dengan Iblis

Paskha (bukan Paskah) merupakan perayaan penting bagi warga Yahudi. Biasanya Paskha diikuti perayaan hari Raya Roti tidak beragi (ayat 1). Kedua hari raya tersebut merupakan satu perayaan. Paskha mengingatkan malam ketika Israel keluar dari Mesir (Kel.12). Sementara hari raya Roti Tidak Beragi mengingatkan perjalanan keluar dari Mesir dan juga awal masa penuaian (Im. 23:5-8). Pada masa perayaan Paskha, umat Yahudi dari berbagai tempat datang ke Yerusalem untuk merayakannya.

Dalam konteks perayaan Paskha dilaporkan bahwa pemimpin agama Yahudi putus asa menghadapi Yesus. Mereka tidak punya cara lain kecuali membunuh-Nya (ayat 2). Tetapi bagaimana caranya? Saat ini sedang terjadi perayaan nasional di mana orang ramai berkumpul di Yerusalem. Mereka takut upaya membunuh Yesus akan mengundang keributan massa. Karena itu upaya untuk membunuh Yesus harus dilakukan diam-diam.

Dalam situasi demikian Yudas, salah seorang murid Yesus, menemui pemimpin agama Yahudi (ayat 4). Di balik rencana Yudas berdiri Iblis (ayat 3). Yudas tidak bertindak sendiri. Yudas menyanggupi rencana pemimpin agama Yahudi (ayat 5). Jadi dapat kita bayangkan betapa gembiranya mereka menerima Yudas. Uang segera disiapkan. Tidak tahu dari mana sumber uang ini. Yudas juga senang menerima uang.

Ketika Iblis mempengaruhi seseorang maka berbagai bentuk kerusakan dan kehancuran akan terjadi. Lukas telah memberi ilustrasi tentang hal ini dalam Lukas 8:26-39. Orang Gerasa hancur hidupnya ketika Iblis mempengaruhi hidupnya. Begitu pula halnya dengan Yudas. Pengaruh Iblis membuatnya tidak segan-segan menjual gurunya yang selama ini dekat dengannya. Yudas berkomplot bersama pemimpin agama Yahudi untuk membunuh Yesus.

Renungkan: Rencana jahat selalu cepat terlaksana, dan Iblis secara cepat dan gesit akan membantu rencana tersebut. Ketika kerusakan dan kehancuran terjadi iblis bersukacita.

(0.22) (Yoh 4:1) (sh: Yesus mengangkat harkat perempuan (Selasa, 1 Januari 2002))
Yesus mengangkat harkat perempuan

Dalam berbagai masyarakat, kaum perempuan sering tidak mendapatkan perhatian atau perlakuan yang baik. Tidak jarang mereka direndahkan bahkan dilecehkan. Mereka kerap kali tidak diperlakukan sebagai manusia, melainkan dianggap sebagai benda yang tidak memiliki hak dan martabat. Bagaimana perlakuan Tuhan Yesus terhadap perempuan?

Pada narasi sebelumnya rasul Yohanes memperhatikan secara khusus kaum laki-laki. Namun, ia tidak mengabaikan kaum perempuan. Sekarang secara khusus Yohanes menceritakan tentang seorang perempuan. Siapakah dia? Mari kita berkenalan dengannya. Tidak diberitahu kepada kita siapa namanya. Daerah asalnya kelihatan lebih penting ketimbang nama pribadinya. Ia adalah seorang perempuan dari Samaria (ayat 7,9). Kombinasi perempuan dengan Samaria merupakan dua hal yang paling tidak disukai orang Yahudi (ayat 9). Masyarakat di mana ia tinggal juga terlihat tidak menyukainya. Biasanya kaum perempuan mengambil air pada pagi hari atau sore hari secara bersama-sama. Perempuan ini mengambil air sendirian untuk menghindari orang lain (ayat 6). Mengapa? Kehidupan moralnya, tidak seperti Nikodemus, rendah sekali. Ia sekarang hidup bersama dengan seorang laki-laki tanpa nikah (ayat 18). Sebagai perempuan yang berasal dari Samaria ia tidak disukai orang Yahudi. Sebagai perempuan dengan moral yang rendah ia tidak disukai masyarakatnya sendiri. Jika demikian siapa yang menerimanya? Tuhan Yesus!

Tuhan Yesus dengan sengaja melintasi daerah Samaria untuk menemui perempuan yang sesungguhnya membutuhkan air hidup lebih dari air untuk kelangsungan hidup jasmaninya (ayat 4,7). Tuhan Yesus mengambil inisiatif membuka pembicaraan (ayat 8). Meski awalnya perempuan itu tidak memahami arti air hidup yang Yesus tawarkan kepadanya (ayat 10), dengan sabar Tuhan Yesus membimbingnya tiba pada pengertian seperti yang Tuhan maksudkan (ayat 14).

Renungkan: Tuhan Yesus memperlakukan perempuan dengan baik dan mengangkat derajat dan martabatnya. Ia tidak memberikan perlakuan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Mengapa kita masih memperlakukan perempuan seperti sebuah benda?

(0.22) (1Kor 10:1) (sh: Peran Allah (Rabu, 17 September 2003))
Peran Allah

Apa yang dimaksud dengan pencobaan? Pencobaan adalah sesuatu yang menggoda manusia sehingga manusia jatuh di dalam dosa. Karena di dalam dunia ini ada pencobaan, maka pastilah ada yang namanya peringatan. Peringatan sangat diperlukan oleh manusia sebagai alarm yang memberi peringatan supaya manusia berjaga-jaga, dan selalu hidup bersama Tuhan.

Rasul Paulus memperingatkan orang-orang percaya di Korintus dengan menjadikan nenek moyang mereka sebagai contoh nyata. Peringatan itu adalah orang percaya akan menemui pencobaan dari masyarakat sekitarnya, seperti apa yang dialami oleh bangsa Israel (ayat 6), seperti: penyembahan berhala (ayat 7), percabulan (ayat 8), mencobai Tuhan (ayat 9) dan bersungut-sungut (ayat 10). Melalui peringatan ini Paulus ingin mengatakan bahwa jemaat Kristen di Korintus hidup bukan hanya dengan orang kudus sehingga tanpa pencobaan. Peristiwa seperti yang dialami oleh nenek moyang mereka bisa saja terjadi dalam kehidupan beriman mereka kepada Kristus.

Peristiwa yang terjadi di masa nenek moyang kita adalah peristiwa yang sangat memalukan. Peristiwa ini juga harus menjadi pelajaran penting bagi kita, orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang hidup di masa kini. Artinya, faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan orang percaya masa lalu mempertahankan kesetiaan kepada Allah akan selalu ada.

Paulus mengingatkan agar kita, gereja Tuhan di masa kini, agar tetap teguh berdiri dalam mempertahankan iman dan kesetiaan kita kepada Kristus. Pencobaan akan selalu ada, jangan memutuskan untuk menghindari pencobaan, tetapi lihatlah bahwa pencobaan yang Tuhan izinkan terjadi dan kita alami itu tidaklah dapat melebihi kekuatan yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.

Renungkan: Ingatlah bahwa pencobaan yang sekarang kita alami, bukanlah alasan bagi kita untuk kompromi terhadap dosa yang kita lakukan.

(0.19) (1Raj 18:1) (sh: Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala. (Kamis, 2 Maret 2000))
Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala.

Seorang Kristen yang bekerja di suatu lembaga dimana nilai-nilai    'religius' dan nilai-nilai moralnya tidak dijunjung tinggi, akan    menghadapi dilema yang sulit, yaitu ikut arus atau melawan arus?    Bila tidak ikut arus, maka konsekuensi pribadi secara langsung    dan segera seperti kehilangan pendapatan, pekerjaan, dikucilkan,    bahkan dibunuh, akan terjadi. Itulah sebabnya banyak Kristen    yang akhirnya ikut arus atau menarik diri dari masyarakat. Kedua    sikap ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara iman Kristen.    Seharusnya Kristen tetap melawan arus dan tetap berusaha untuk    menggarami lingkungannya.

Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya    menyembah berhala.  Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh    oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan    kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput    bagi kuda dan bagal (ayat 5). Bahkan dalam situasi kelaparan yang    demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan    ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata    lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang    begitu hebat (ayat 2) tidak menyadarkan dia. Berbeda dengan Obaja    yang tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini, berarti    ia tidak ikut menyembah berhala. Ia tidak hanya menyelamatkan    100 nabi dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi    mereka makan dan minum setiap hari.  Itu merupakan suatu    tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani    melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi    kepala istana.

Orang seperti Obaja inilah yang dipakai Allah sebagai alat-Nya.    Tidak hanya sebagai penyelamat 100 nabi, namun juga sebagai    perantara antara Elia dan Ahab. Coba bayangkan, jika tidak ada    orang seperti Obaja, bagaimana Elia dapat meminta Ahab untuk    menemuinya. Seandainya Elia langsung ke istana, ia pasti dibunuh    oleh Izebel. Seandainya Elia menemui orang lain yang tidak takut    akan Tuhan, maka ia pun pasti dibunuh oleh orang tersebut dengan    tujuan mendapatkan pujian dari Ahab dan Izebel.

Renungkan: Negara kita memerlukan "Obaja-obaja" yang mempunyai    kemampuan intelektual, beriman teguh, dan berani  melawan arus.    Orang-orang yang demikian diperlukan agar bangsa kita mempunyai    kesempatan untuk kembali kepada Allah.

(0.19) (1Raj 18:20) (sh: Ada saat diam, ada saat bertindak. (Jumat, 3 Maret 2000))
Ada saat diam, ada saat bertindak.

Untuk menentukan kapan kita harus diam dan kapan harus bertindak dalam menghadapi suatu    masalah bukanlah tindakan yang gampang. Sebagai contoh, beberapa    waktu lalu ketika banyak gereja dibakar dan dirusak massa,    apakah Kristen harus diam atau harus bertindak? Pertimbangan apa    sajakah yang diperlukan untuk menentukan tindakannya, sehingga    berdampak positif bagi masyarakat Kristen secara khusus dan    masyarakat Indonesia secara umum.

Elia di bawah pimpinan Allah sudah memberikan contoh yang patut    diteladani. Ada saat dimana ia harus diam, pasif, bahkan    bersembunyi. Namun ada saatnya pula ia aktif, keluar untuk    menemui dan menantang Ahab beserta nabi-nabi Baalnya. Di dalam    perikop ini  jelas tergambar bagaimana Elia secara aktif    menantang seluruh rakyat Israel, nabi-nabi Baal, dan Ahab untuk    bertanding melawan dia. Apa pertimbangan Elia sehingga ia harus    melakukan tindakan yang sangat membahayakan keselamatan jiwanya    dan tentunya akan membawa kehancuran iman terhadap YAHWEH jika    Elia dibunuh?

Pertimbangan pertama: Elia melihat bahwa Ahab secara sadar dan    'tulus' beriman kepada Baal, berarti ia secara sepenuh hati    sudah berpaling dari Allah. Hal ini terbukti dengan kesediaannya    untuk memanggil dan  mengumpulkan nabi-nabi Baal dan seluruh    rakyat Israel ke gunung Karmel. Ahab tidak mungkin disadarkan    dengan bencana alam sehebat apa pun karena hati dan matanya    sudah tertutup. Karena itulah Elia harus bertindak agar Israel    tidak berlarut-larut menjadi korban hukuman Allah. Pertimbangan    kedua: rakyat Israel telah terlibat dalam kompromi yang    membahayakan. Mereka menyembah Allah namun secara bersamaan juga    menyembah Baal. Kompromi ini akhirnya membawa Israel berpaling    dari Allah. Israel akan menuju kehancuran iman, moral, dan    akhlak.

Tujuan dari tindakan Elia tidak lain dan tidak bukan    hanyalah untuk membawa bangsa Israel kembali kepada Allah yang    benar. Untuk itulah Elia berani mengambil risiko yang besar    sekalipun. Umat Kristen di Indonesia dapat meneladani apa yang    Elia lakukan.

Renungkan: Jika perlakuan yang kita terima sudah membahayakan    keteguhan iman umat Allah, maka Kristen harus berani  bersuara,    agar umat Tuhan di bumi Indonesia dapat terus berdiri kokoh.

(0.19) (2Raj 8:1) (sh: Dua kehidupan manusia (Jumat, 26 Mei 2000))
Dua kehidupan manusia

Bagaimana keadaan orang yang diberkati Allah? Apakah tanda-tanda fisik seperti kemakmuran dan kesehatan merupakan bukti mutlak? Ataukah ada tanda-tanda yang tidak kasat mata namun dapat dirasakan oleh orang lain? Bacaan kita hari ini mengontraskan dua kehidupan manusia. Yang satu adalah kehidupan yang diberkati Allah yaitu kehidupan perempuan Sunem dan yang satu lagi adalah kehidupan raja Israel, kehidupan yang tidak diberkati Allah.

Di dalam kehidupannya, perempuan Sunem itu tidak selalu mengalami mukjizat (lihat 2Raj. 4:8-37). Ia harus mengalami kejamnya alam, susah payah, dan penderitaan hidup dalam pengungsian di negara asing, untuk jangka waktu yang tidak sebentar, yaitu 7 tahun. Setelah pulang dari pengungsian, ia pun harus merasakan kekejaman dan kesewenang-wenangan rezim yang berkuasa, karena segala harta dan ladang miliknya telah disita, sehingga ia harus mengadu kepada raja. Namun Allah berkenan hadir secara aktif di dalam hidupnya, yang dilambangkan dengan kedatangan Elisa. Kehadiran Allah yang walaupun tidak selalu meluputkan dia dari marabahaya dan kesulitan, namun pasti menuntun, membimbing, menguatkan, dan memampukan dia melewati jalan-jalan sulit yang ujungnya adalah kebahagiaan (6).

Tidak demikian kehidupan raja Israel, di satu sisi ia berkelimpahan dengan kehadiran materi. Ia tidak perlu mengungsi ketika kelaparan menyerang. Tidak seorang pejabat pun yang berani sewenang-wenang terhadapnya. Bahkan dengan wewenangnya ia dapat membantu perempuan Sunem. Namun ia tidak merasakan kehadiran Allah yang ia rindukan. Ironisnya, ia tidak mengundang Elisa, malah Gehazi, yang dihukum oleh Allah. Apakah mungkin kerinduannya terpuaskan? Tentu saja tidak. Bahkan perginya Elisa ke Damsyik ke kota negara musuh Israel, makin menandakan bahwa kehadiran Allah semakin jauh dari dirinya. Tidak itu saja, kepergian Elisa untuk mengurapi Hazael menjadi raja merupakan tindakan awal penghukuman Allah kepada Israel akan segera dijatuhkan (1Raj. 19:17). Kehidupan yang berakhir dengan kehancuran.

Renungkan: Bagi umat Allah, kehadiran-Nya tidak memberikan jaminan bahwa di sepanjang jalan kehidupannya akan selalu menemui taman bunga indah, namun memberikan jaminan bahwa di ujung jalan itu akan ada taman bunga yang paling indah.

(0.19) (2Raj 10:1) (sh: Peran Kristen sebagai Yonadab di Indonesia (Selasa, 30 Mei 2000))
Peran Kristen sebagai Yonadab di Indonesia

Bagaimana sikap Kristen terhadap para elit politik di negeri ini? Apakah Kristen diperbolehkan ikut serta di dalam proses politik bangsa ini? Ataukah Kristen hanya bisa diam saja dan memasrahkan seluruh proses itu kepada pihak lain? Seperti Yonadab, Kristen adalah orang asing dan pengembara di dalam dunia yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan. Kristen dapat meneladani sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Yonadab sebagai respons atas sepak terjang Yehu.

Yehu semakin mempertontonkan siapakah dia sebenarnya. Sebagai pemimpin baru kerajaan Israel, ia terbukti sangat taktis bahkan cenderung licik di dalam mencapai tujuannya. Ia berantusias untuk melaksanakan tugasnya (2Raj. 9:9-7) namun sekaligus ingin pula menjadi pemimpin baru Israel yang mendapat simpati dan ditakuti seluruh rakyat. Untuk mendapatkan itu ada beberapa tindakan strategis yang dilakukan secara simultan. Ia memperdayai para pembesar, penatua, dan pengasuh anak-anak Ahab sehingga seakan-akan mereka juga ikut memberontak kepada Ahab. Ini membuat mereka mau tidak mau bertekad hidup-mati untuk dia.

Ia benar-benar menikmati posisinya sehingga ia perlu memperkokoh takhtanya dengan melenyapkan pihak-pihak yang mungkin membalas dendam atau membalaskan dendam di kemudian hari (11-14). Melihat semua itu, Yonadab segera menemui Yehu untuk melihat apakah sungguh-sungguh terjadi kebangunan rohani di Israel dengan dilenyap-kannya seluruh keturunan Ahab. Yonadab adalah anggota sebuah kelompok orang Israel yang berkomitmen penuh terhadap Allah dan melepaskan diri dari hal-hal duniawi (Yer. 35). Ia mau seiring dengan Yehu hanya sebatas misi Yehu untuk melenyapkan keturunan Ahab dan menghapuskan penyembahan Baal (10:23).

Renungkan: Sesuai dengan Yonadab, Kristen seharusnya mendukung para pemimpin politik sejauh program mereka membawa kebaikan bagi masyarakat. Kita dapat melakukan apa pun untuk mempromosikan perbaikan mental-spiritual masyarakat. Namun hendak-nya kita tidak menaruh harapan sepenuhnya kepada reformasi total, karena rencana agung Allah bagi dunia khususnya bagi Indonesia tidak selesai dengan siapa yang akan memenangkan pemilu 5 tahun mendatang.

Minggu Paskah 6

(0.19) (Mzm 44:1) (sh: Iman yang bertumbuh melampaui batas pemahaman dan pengalaman (Selasa, 14 Agustus 2001))
Iman yang bertumbuh melampaui batas pemahaman dan pengalaman

Realita kehidupan orang percaya tidaklah selalu dapat dimengerti dengan sederhana dan mudah. Adakalanya kita menemui hal-hal yang nampaknya saling bertentangan dan sulit dipahami, dimana harapan-harapan dan kebenaran-kebenaran yang kita yakini seakan-akan tidak mampu memberikan jawaban yang memadai. Konteks pergumulan seperti inilah yang mewarnai penulisan Mazmur 44.

Pada mazmur ini, umat Tuhan bergumul menghadapi krisis iman dan tekanan batin yang berat (ayat 26) ketika mereka mencoba menemukan jawaban, makna, dan rencana Tuhan di balik kesengsaraan yang mereka alami (ayat 10-17). Sulit bagi mereka untuk memahami mengapa Allah justru "meremukkan mereka di tempat serigala" dan "menyelimuti mereka dengan kekelaman" pada saat mereka tidak melupakan ataupun mengkhianati perjanjian Tuhan, dan juga tidak membangkang ataupun menyimpang dari jalan-Nya (ayat 18-20). Mereka tidak dapat mengerti: mengapa pertolongan Allah tidak mereka alami secara nyata? Mengapa Allah seolah-olah tertidur, membuang mereka, menyembunyikan wajah-Nya, dan melupakan penindasan yang menimpa mereka (ayat 23-25), padahal Dia secara nyata melakukan perbuatan- perbuatan ajaib dan memberikan kemenangan kepada nenek moyang mereka pada zaman dahulu (ayat 2-6)?

Di balik keterbatasannya untuk memahami jalan-jalan Allah yang tak terselami, pemazmur mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang lahir dari keraguan yang jujur kepada Allah. Pertanyaan seperti ini bukanlah suatu indikasi adanya dosa melainkan bagian yang wajar dari pertumbuhan iman, yang menuntun pada penghayatan akan kasih setia Tuhan yang tetap berlaku walaupun tidak dapat dirasakan secara nyata (ayat 27). Melalui pertanyaan seperti ini, iman mereka dipacu untuk terus bertumbuh melampaui batas-batas pemahaman dan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat memiliki pengharapan dan keberanian untuk berdoa, walaupun tidak dapat mengerti mengapa Allah mengizinkan umat-Nya yang setia mengalami penderitaan (ayat 24-27).

Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang tidak dapat kita mengerti, ingatlah bahwa sebenarnya itulah saatnya bagi kita untuk memperdalam akar iman kita yang terus bertumbuh melampaui pemahaman dan pengalaman kita.

(0.19) (Mat 15:21) (sh: Alamat yang tepat (Senin, 12 Februari 2001))
Alamat yang tepat

Seorang yang sedang mengalami depresi tidak akan mendapatkan solusi yang tepat bila ia datang kepada seorang dokter umum atau dokter ahli penyakit dalam, karena mereka tidak menguasai ilmu kejiwaan. Inilah akibatnya bila seorang datang pada alamat yang salah. Tidak sama halnya dengan perempuan Kanaan yang tahu bahwa ia datang kepada Yesus, alamat yang tepat, sehingga ia mendapatkan jawaban bagi pergumulannya.

Ketika Yesus sedang menyingkir ke Tirus dan Sidon, seorang perempuan Kanaan dari daerah itu datang menemui-Nya dan berseru memohon belas kasihan. Apa yang dapat kita teladani dari perempuan ini? (ayat 1) Ia datang kepada 'Tuhan' dan 'Anak Daud', suatu sebutan yang berarti Mesias yang dinantikan. Kepada-Nya ia menceritakan pergumulannya. (ayat 2) Ia tetap beriman memohon walaupun sepertinya Yesus sama sekali tidak mempedulikan teriakannya. Murid- murid-Nya pun meminta-Nya untuk mengusirnya karena tidak tahan mendengar teriakan perempuan ini yang mungkin berkali-kali dilakukannya sambil mengikuti mereka. (ayat 3) Sikap rendah hati karena menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus. Ia sepertinya tidak mempedulikan pernyataan Yesus bahwa Ia diutus hanya kepada domba-domba Israel yang hilang, maka dengan sikap menyembah ia menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan-Nya. (ayat 4) Ketika Yesus kembali menekankan bahwa status perempuan ini berbeda dengan orang Israel, sepertinya perempuan ini tidak layak menerima belas kasihan-Nya; ia mengatakan bahwa ia tidak meminta apa yang diperuntukkan bagi orang Israel tetapi ia hanya meminta yang layak ia dapatkan, yakni remah- remahnya. Di sini kita melihat bagaimana imannya, karena ia tidak memaksakan kehendaknya tetapi ia benar-benar memfokuskan permohonnya kepada belas kasihan-Nya. Ia tetap menganggap suatu anugerah bila ia pun hanya mendapatkan remah-remah, sesuatu yang tidak lagi dihargai orang lain.

Yesus menyembuhkan banyak orang tetapi tidak semuanya memiliki iman seperti perempuan Kanaan ini. Perempuan ini telah datang pada alamat yang tepat, memiliki sikap yang benar, dan mendapatkan anugerah-Nya.

Renungkan: Anugerah-Nya nyata bagi orang yang mau datang kepada-Nya dan menghargai setiap anugerah yang dinyatakan-Nya.

(0.19) (Luk 18:31) (sh: ang buta melihat, yang celik tidak melihat. (Jumat, 7 April 2000))
ang buta melihat, yang celik tidak melihat.

Inilah gambaran perbedaan antara para murid-murid Yesus dan pengemis    buta. Para murid meskipun celik matanya, mereka tidak dapat    melihat dengan pemahaman yang benar siapakah Yesus. Lukas sangat    menekankan fakta ini dengan mengekspresikannya melalui 3    ungkapan sekaligus yang bermakna sama yaitu mereka tidak    mengerti sama sekali, artinya tersembunyi, dan mereka tidak tahu    maksudnya (ayat 34).

Para murid lebih banyak menekankan nubuatan tentang kemuliaan    Kristus, sehingga masalah penderitaan-Nya terabaikan. Karena    itulah mereka mempunyai pemahaman yang salah sebab mereka    membaca Alkitab setengah-setengah. Keadaan dari pengemis buta    ini berbeda dengan para murid. Meskipun tidak ada informasi    kapan ia menerima wahyu Allah tentang Yesus Kristus, namun jauh    sebelum dia menerima penglihatan-Nya, pemahamannya mengenai    Yesus sudah jauh melebihi orang-orang lain. Orang lain hanya    melihat-Nya sebagai seseorang dari Nazaret (ayat 37). Namun    pemahamannya tentang Yesus mampu menembus identitas Yesus yang    hanya berhubungan dengan geografis menuju kepada pemahaman    identitas-Nya yang berhubungan dengan sesuatu hal yang di luar    area manusia, yaitu karya keselamatan Allah yang sudah berabad-    abad dijanjikan dan yang akan dinyatakan melalui keturunan Daud.

Mengapa ia mempunyai pemahaman yang demikian padahal matanya    buta? Ia mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi (ayat 36) dan ini    merupakan suatu kerinduan yang baik. Karena ia buta maka ia    mempergunakan mata orang lain sehingga ia dapat mengetahui bahwa    Yesus lewat. Inilah sikap dan tindakan yang belum dipunyai oleh    para murid-murid yang celik. Dan mungkin juga merupakan sikap    kita selama ini. Artinya tidak ada rasa kerinduan kita untuk    terus mengenal Dia semakin dalam dengan banyak membaca firman-    Nya dan buku-buku rohani bermutu. Atau mungkin kita pun rindu    namun karena mata kita buta terhadap Alkitab maka kita menemui    kesulitan untuk memahaminya sehingga kita putus asa dan berhenti    belajar.

Renungkan: Kita harus meneladani sang pengemis buta yaitu    menggunakan mata orang lain dalam arti kita belajar dari para    hamba Tuhan yang kita kenal, kita ikuti pembinaan iman yang    diadakan oleh gereja kita ataupun lembaga pelayanan yang lain.

(0.19) (Kis 27:1) (sh: Arti Allah beserta kita (Sabtu, 19 Agustus 2000))
Arti Allah beserta kita

Kita cenderung membatasi Allah atau menuntut kebesertaan-Nya harus sesuai dengan selera, keinginan, dan kerinduan pribadi kita. Karena itu kita sering berpikir bahwa jika Allah beserta kita maka tidak akan ada masalah yang akan menghadang. Apalagi jika di dalam pergumulan kita yakin bahwa kita sedang menjalankan kehendak-Nya, kita malah cenderung menuntut Allah bekerja sebagai pembantu kita yang mempersiapkan segala sesuatunya. Setelah semua persiapan selesai maka kita tinggal melakukan tugas saja.

Apakah benar demikian? Tidak! Ketika keputusan dikeluarkan bahwa Paulus pergi ke Itali, kesempatan Paulus untuk bersaksi di Roma terbuka dan ini berarti kehendak Tuhan terjadi (Kis. 23:11). Namun Paulus harus berlayar ke Roma bersama-sama orang-orang tahanan yang kasar dan liar. Mereka biasanya adalah orang-orang yang akan dihukum mati dengan cara bertarung dengan binatang buas di Roma. Paulus disamakan dengan mereka walaupun ia bukan seorang tahanan. Bayangkan bagaimana perasaannya. Lalu ia pun harus berpindah dari satu kapal ke kapal yang lain (6). Sementara itu alam sangat tidak berpihak kepadanya sehingga perjalanan menjadi jauh lebih lambat. Mereka pun terpaksa harus melanjutkan pelayaran walaupun ramalan cuaca tidak mendukung (7-9,12). Di samping itu, di dalam hatinya Paulus masih harus 'berperang' melawan 'kekuatiran' akan adanya badai karena peringatannya tidak dipedulikan oleh orang-orang lain (9-11).

Allah memberikan kesempatan kepada Paulus untuk ikut berjuang menuju Roma dengan menanggung hal-hal yang dapat ia tanggung seperti kelelahan, ketidaknyamanan, kesulitan, kekuatiran, terhina, dan tekanan mental. Itu adalah anugerah karena dengan mengalami peristiwa-peristiwa itu, Paulus diberikan hak untuk 'bermegah' karena ikut berjuang agar dapat bersaksi di Roma. Namun demikian Allah memahami bahwa ada hal-hal yang tidak dapat Paulus tanggung sendiri. Karena itu Ia menyediakan seluruh keperluan perjalanan Paulus dan teman-temannya (3).

Renungkan: Jika dalam memberitakan Injil dan pelayanan yang adalah kehendak Allah, Kristen masih menemui kesulitan bahkan halangan, berbahagialah, sebab Allah masih memberikan anugerah kepada kita untuk berjuang dan bermegah dalam perjuangan kita, sementara itu Allah tetap bekerja untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat kita lakukan.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA