Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 3 dari 3 ayat untuk menghisap (0.000 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 40:1) (sh: Penantian belum berakhir (Kamis, 5 Juni 2003))
Penantian belum berakhir

Bagi sebagian orang, menanti adalah pekerjaan yang sulit dan membosankan karena menuntut kesabaran dan disiplin diri yang besar. Bagi orang beriman menanti berhubungan erat dengan kedewasaan mental spiritual. Sehubungan dengan "menanti", umat Tuhan dikenal sebagai orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan. Orang beriman yang belajar menanti, tidak akan diperbudak oleh hal-hal yang mendesak sebab tahu apa yang hakiki dan penting. Iman, harap, dan kasihlah yang membuat kita mampu menempatkan semua hal dalam hidup ini dalam nilai dan perspektif ilahi.

Dalam Mazmur ini, pemazmur melukiskan pengalaman hidupnya ketika ia jatuh ke dalam jerat dosa, dan menanti-nantikan Tuhan. Bagi pemazmur dosa seumpama lumpur hidup yang menghisap orang yang jatuh ke dalamnya untuk mati terbenam hidup-hidup. Semakin keras orang itu meronta berusaha melepaskan diri, semakin ia akan tersedot oleh lumpur itu. Hanya jika ada pertolongan dari luar sajalah, orang itu dapat diselamatkan. Inilah penantian yang sekaligus menunjukkan bahwa usaha manusia jelas tak mampu menyelesaikan masalah dosa. Allah tidak hanya mendengar teriakan pemazmur minta tolong. Ia bahkan menjenguk dan mengangkat si pemazmur dari lubang kebinasaan.

Banyak sekali kebaikan dan perbuatan Allah untuk kita, orang beriman. Kebaikan Allah mencapai klimaksnya pada kedatangan pertama sang Juruselamat. Ini menunjukkan bahwa Allah menggenapi janji keselamatan yang dinantikan manusia. Penggenapan janji Allah ini tidak berhenti sampai di sini, karena penggenapan pertama ini justru memasukkan kita pada penantian yang terbesar yaitu kedatangan-Nya yang kedua kali.

Renungkan: Belajarlah hidup dalam penantian kedatangan Tuhan sebab itu akan membuat kita mengutamakan kasih, kesucian, keadilan dan kebenaran.

(1.00) (Mzm 87:1) (sh: "Warna-warni" dalam Gereja (Jumat, 30 September 2005))
"Warna-warni" dalam Gereja

Saya bersyukur dan bangga terhadap gereja saya. Bukan karena gedungnya megah, bukan juga karena warganya terdiri dari orang-orang berpengaruh, berekonomi mapan, dsb. Justru saya bersyukur kepada Tuhan karena gedung gereja saya biasa-biasa saja, dan warganya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, jenjang ekonomi, suku yang berbeda.

Dalam mazmur yang termasuk salah satu mazmur Sion ini, pemazmur memaparkan bagaimana cara pandang Allah terhadap kota Sion, tempat Ia berkenan hadir dan menyatakan kemuliaan-Nya. Cara pandang Allah itu juga sama dengan penilaian pemazmur tentang kondisi kota Sion pada zamannya. Kota Sion dicintai Tuhan lebih dari kota-kota lainnya di Israel sebab Allah sendiri telah memilih kota itu menjadi tempat Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Kehadiran dan kemuliaan Allah sendirilah yang membuat kota itu penuh pesona. Ia memilih Sion bukan agar Sion menghisap segala kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi agar Sion menarik bangsa-bangsa berziarah mencari Tuhan ke kota itu (ayat 4). Pancaran cahaya kemuliaan Allah yang kuat itu me-narik berbagai bangsa yang tidak mengenal Allah untuk beroleh pengenalan akan Dia dan mensyukuri fakta kemurahan-Nya itu (ayat 5-7).

Apabila kita merasa betah dan bangga akan gereja kita sebab adanya kesamaan golongan, tingkat sosial, dan hal lain yang seperti itu, kita justru sedang salah mengartikan jati diri dan panggilan Gereja. Apabila kita menjadikan pengalaman rohani kita sebagai alasan untuk memfokuskan acara-acara gerejawi kita bagi kelompok kita sendiri saja, berarti kita sudah membelokkan maksud Kristus menempatkan kita dalam dunia ini. Banggalah, dan berjuanglah agar gereja Anda penuh warna-warni golongan dan kelas dalam masyarakat sebab Injil keselamatan dalam Yesus Kristus yang tak pandang bulu itu menjadi daya tarik kuat gereja Anda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(1.00) (Yeh 34:1) (sh: Gravitasi dan cinta (Minggu, 11 November 2001))
Gravitasi dan cinta

Di dalam dunia hanya ada 2 gaya: gravitasi dan cinta. Yang satu menarik ke dalam, yang lain memberi ke luar. Yang satu menghisap, yang lain tiada berharap. Kekuasaan pun ada 2 macam: kekuasaan black hole (eksploitasi) dan kekuasaan cinta (eksplorasi).

Nubuat Yehezkiel kini difokuskan pada para raja Israel yang digambarkan sebagai gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab. Alih-alih mencintai domba-domba (rakyat Israel), mereka tidak acuh terhadap tugas penggembalaan, dan hanya bisa menikmati tanpa pernah memberi (ayat 3). Egoisme seperti ini menimbulkan kemarahan Allah. Raja-raja Israel tidak sadar bahwa mereka hanyalah gembala-gembala, dan bukan pemilik. Allahlah yang mempunyai domba-domba itu.

Allah mengambil alih dari sini. Ia akan menggembalakan domba- domba-Nya kembali "sebagaimana seharusnya" (ayat 16). Seorang gembala lain yang setia kepada tugasnya (ayat 23-24) akan diangkat (kemungkinan Yoyakhin -- 2Raj. 25:27-30). Di bawah pemerintahannya, rakyat akan sejahtera. Namun demikian, domba-domba itu pun memiliki tanggung jawab, suatu seni menjadi domba yang baik (ayat 17-22).

Pasal ini ditutup dengan janji Allah yang merentang sampai ke masa depan ketika bangsa Israel dipulihkan (ayat 25-31). Keadaan yang digambarkan mengingatkan pada Yes. 11:6-9. Tanpa kekerasan -- hanya cinta yang hadir. Manusia tidak lagi memperkosa alam dan sesamanya. Kasih setia Allah kukuh hingga kekal.

Renungkan: Waspadalah! Kekuasaan ala gravitasi seringkali mengatasnamakan cinta. Belajarlah sungguh-sungguh mencintai alam, diri, sesama, dan Allah. Kalahkan manipulasi gravitasi hari ini!

PA 1: Mazmur 86

Keadaan di Indonesia yang seringkali bergolak menimbulkan ketakutan dan perasaan was-was bagi rakyat. Di samping gonjang-ganjing politik, tingkat kriminalitas tidak pula menurun, kalau tidak dapat dikatakan meningkat. Hidup makin sulit. Tidak sedikit jumlah orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri orang. Alasannya sederhana: keadaan tidak lagi aman, dan rakyat kecil tidak berdaya apa-apa ketika kejahatan menghadang. Ketidakberdayaan ini menimbulkan kekhawatiran yang kronis. Siapa yang dapat dimintai pertolongan? Bisakah rakyat hidup dalam damai sejahtera?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa dalam ayat 2, 4, 16-17 Daud menyebut dirinya sebagai "hamba" (lih. Kej. 33:5, 2Raj. 8:13)? Jikalau Daud memposisikan diri sebagai hamba, bagaimanakah Daud melihat posisi Allah (ayat 4)? Apakah yang dimaksud dengan "sengsara" dan "miskin" dalam ayat 1 (kaitkan dengan keadaan Daud)? Pernahkah Anda mengalami situasi seperti yang dialami Daud (ayat 14)?

2. Melihat frekuensi doa Daud (ayat 3) dan permohonannya agar diberikan sukacita (ayat 4), bagaimana Anda memahami perasaan yang ia alami? Apakah seseorang boleh merasa takut? Jelaskan jawaban Anda! Mengapa Daud berbicara mengenai Allah yang mengampuni (ayat 5)?

3. Apakah yang diimani Daud mengenai Allah yang dipercayainya (ayat 8-10)? Jelaskan! Apakah Allah yang berkuasa hanya akan menolong jika seseorang berdoa kepada-Nya (ayat 14 seruan muncul dalam pasal ini)?

4. Ayat 11 merupakan klimaks doa. Adakah hubungan sebab-akibat antara ayat 8-10 dan ayat 11? Mengapa Daud meminta hati yang bulat (tak terbagi) sebagai inti doanya? Mengapa Daud bersyukur (ayat 12-13)?

5. Apa yang diminta Daud pada Tuhan (ayat 17)? Apakah yang dimaksud dengan "tanda" di sini bersifat alamiah atau supra alamiah atau dua-duanya? Jelaskan jawaban Anda, kaitkan dengan keadaan Daud! Apa yang diharapkan Daud dengan hadirnya tanda dari Allah (ayat 17b)?

6. Bayangkan: nyawa Anda diancam oleh orang-orang jahat tanpa sebab. Anda juga sadar bahwa Anda kerapkali berdosa menyakiti hati Tuhan. Anda sangat tidak berdaya. Apakah yang akan Anda lakukan?



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA