Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 12 dari 12 ayat untuk menjadi-jadi [Pencarian Tepat] (0.018 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Raj 16:15) (sh: Kejahatan semakin menjadi-jadi (Kamis, 19 Agustus 2004))
Kejahatan semakin menjadi-jadi

Walaupun kita menemukan stereotip (= pengulangan yang khas) di dalam sejarah kerajaan Israel, kenyataannya sejarah bisa lebih kompleks dari pada itu. Kalau beberapa raja yang kita pelajari beberapa hari lalu menunjukkan perilaku yang sama, maka raja-raja berikut berbeda.

Zimri yang mengudeta Ela, ternyata hanya mampu bertakhta tujuh hari saja. Sebab ia dikudeta pula oleh Omri. Catatan Alkitab dari I Raja-raja terhadap Zimri ternyata sama dengan komentarnya terhadap raja-raja sebelumnya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">19). Hal ini cukup aneh. Zimri hanya memerintah tujuh hari. Apa yang bisa diperbuat Zimri sebagai raja untuk membawa seluruh Israel berdosa? Mungkin sekali, tidak ada perbuatan dosa yang baru. Yang ada hanyalah perbuatan meneruskan dosa dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh raja yang ia kudeta. Seseorang bisa disebut berdosa dan membuat orang lain berdosa bukan saja karena ia memperkenalkan dosa yang baru, tetapi dengan mengizinkan dan meneruskan dosa-dosa lama. Seringkali situasi dijadikan alasan untuk membiarkan dosa. Jelas hal itu tidak benar dan jahat di mata Tuhan.

Catatan Alkitab terhadap perbuatan Omri melebihi komentar serupa terhadap perbuatan raja-raja sebelumnya, yakni ditambahkan dengan "Ia melakukan kejahatan lebih daripada segala orang yang mendahuluinya" (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">25). Catatan Alkitab terhadap Ahab, putra Omri ternyata sama (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">30). Bahkan daftar dosa Ahab ditambahkan dengan memasukkan penyembahan terhadap dewa Baal dan dewi Asyera.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan caranya sendiri dosa dapat bertumbuh dan semakin merajalela. Sikap membiarkan dosa harus dilihat sama jahatnya dengan perbuatan dosa aktif sebab melaluinya dosa dibiarkan merajalela dan berkembang-biak. Kedua perbuatan tersebut sama jahatnya di hadapan Allah.

Camkan: Kita akan terus diperbudak oleh dosa bahkan semakin tenggelam di dalamnya, kecuali kita meninggalkan dosa dan berhenti melakukannya.

(0.81) (Yoh 11:1) (sh: Perwujudan kasih (Jumat, 29 Januari 1999))
Perwujudan kasih

Kasih Marta, Maria dan Lazarus, kakak beradik, kepada Yesus Kristus terjalin karena mereka pernah mengalami kasih Tuhan yang besar. Itulah sebabnya ketika Lazarus sakit keras, Marta dan Maria membagikan gumulan hati mereka kepada Tuhan yang mengasihi dan yang berkuasa. Bagi mereka, keyakinan akan kasih Tuhan merupakan sumber kekuatan hati. Namun, mengapa Yesus seolah menunda pertolongan-Nya? Bahkan timbul kesan bahwa Yesus menunggu sampai Lazarus mati. Apa sikap dan tindakan kita pada saat kekelaman? Lebih-lebih bila Tuhan seolah menunda pertolongan-Nya dan mengizinkan kemalangan itu semakin menjadi-jadi?

Bergegaslah datang kepada-Nya. Jangan izinkan kemalangan apa pun membuat kita ragu, apalagi undur dari kasih dan mengasihi Yesus Kristus. Bergegaslah mencari pertolongan pada Tuhan Yesus Kristus! Saat Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke Betania untuk melihat Lazarus, murid-murid-Nya mungkin berpikir bahwa saatnya telah tiba bagi mereka untuk mati bersama Yesus, sebab orang-orang Yahudi sudah mencoba merajam Tuhan Yesus. Itulah sebabnya salah seorang murid-Nya berkata, "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."

Renungkan: Ketika kesulitan, kemalangan, kesedihan, kekecewaan dialami, apakah kita meragukan kasih-Nya, atau semakin dekat dengan Dia.

(0.71) (1Raj 1:1) (sh: Masa tua Daud (Jumat, 23 Juli 2004))
Masa tua Daud

"Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi" adalah pepatah yang secara negatif menggambarkan seorang yang semakin tua semakin menjadi-jadi melakukan kegemarannya.

Pepatah ini tidak berlaku bagi Daud dalam masa tuanya. Meskipun sudah diselimuti namun badan Daud tetap dingin. Oleh karena itu Abisag, seorang gadis cantik dipanggil untuk merawat Daud (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">3). Kebudayaan waktu itu untuk menghangatkan tubuh orang yang sudah tua tidak hanya menutupi badannya dengan selimut, tetapi juga dengan memberikan seorang yang sehat untuk menemaninya di tempat tidur. Panas tubuh dari orang yang sehat akan menjaga tubuh orang yang sudah tua untuk tetap hangat. Fakta bahwa Daud tidak memiliki hubungan seksual dengan Abisag dari Sunem, gadis muda yang cantik memberikan indikasi bahwa kekuatan fisiknya lemah (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">4).

Meski demikian, Daud memegang kendali dalam pemerintahannya. Daud menerima laporan dari Batsyeba dan nabi Natan (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">15-27), tentang Adonia anak Hagit yang mengangkat diri menjadi raja menggantikan Daud (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">9). Daud dalam usia 70 tahun harus mengambil keputusan untuk menyelamatkan kerajaan Israel. Alkitab tidak mencatat pada masa tuanya, Daud mementingkan keinginan pribadinya lagi, sebaliknya ia semakin sadar akan tugas dan tanggung jawab yang Allah berikan.

Pepatah "Muda: foya-foya; Tua: kaya raya; Mati: masuk Surga" tidak berlaku dalam diri Daud. Karena masa mudanya diisi dengan segala persiapan untuk dirinya menjadi raja dan masa tuanya adalah masa yang dilalui bukan untuk kenikmatan diri sendiri tapi mengerjakan rencana Allah bagi Israel di masa depan. Daud bukan tua-tua keladi dalam arti negatif. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita akan seperti Daud, di usia senja tetap memikirkan kepentingan Allah? Ataukah kita menjadi tua-tua keladi, semakin mementingkan kegemaran kita yang tidak pantas?

Renungkan: Ketika usia semakin senja, apakah hidup Anda semakin menjadi berkat atau malah bertambah laknat?

(0.71) (1Raj 22:1) (sh: Agama bagi Ahab dan Yosafat. (Selasa, 14 Maret 2000))
Agama bagi Ahab dan Yosafat.

Dalam kondisi zaman ini, agama tidak sekadar suatu kepercayaan pribadi, namun sudah dianggap    sebagai suatu kekuatan yang mampu melegitimasi suatu tindakan    radikal orang-orang tertentu yang mengatasnamakan agama. Sebagai    contoh pembakaran rumah ibadah atau pelenyapan suatu etnis atau    suku dalam suatu daerah tertentu, seringkali dibenarkan dengan    memakai nama agama. Di satu sisi nampaknya orang-orang yang    demikian begitu mengutamakan agama mereka. Namun di sisi lain    mereka menggunakan agama untuk mengeksploitasi masyarakat dan    sistem pemerintahan yang ada demi ambisi pribadi maupun    golongan.

Inilah yang terjadi dalam kehidupan Ahab. Tiga tahun lamanya    menikmati kedamaian dan ketenteraman dari Allah, tidak membuat    Ahab menjadi seorang yang taat dan takut akan Tuhan. Justru    perbuatannya  semakin menjadi-jadi. Kalau dulu ia menyembah dan    mempergunakan Baal bagi keuntungannya sendiri, kini ia berani    mempergunakan bagi kepentingan politik dan ambisi pribadi. Ia    merasa telah ditipu oleh Benhadad, raja Aram, karena setelah    tiga tahun, kota Ramot-Gilead tidak dikembalikan kepadanya    (ingat 19:34).  Karena itulah ia berniat menyerang dan    merebutnya dengan meminta bantuan Yosafat. Ketika Yosafat    mengusulkan untuk menanyakan kehendak Allah, Ahab sudah    mempersiapkan 400 nabi dalam waktu singkat dan semuanya    memberikan jawaban yang mendukung Ahab. Ia nampak begitu rohani,    karena rencananya sudah disetujui oleh Allah melalui 400 nabi.    Ia mempergunakan agama untuk melegitimasi tindakannya.

Yosafat tidak terkecoh dengan tindakan Ahab. Ia sungguh    membutuhkan nabi yang dari TUHAN. Muncullah Mikha yang    menyatakan kehendak Allah yaitu Ahab akan maju berperang dan    akan ditimpa malapetaka. Ahab tidak menyukai Mikha karena ia    tidak pernah mendukungnya, justru selalu menubuatkan malapetaka    baginya. Jelas sudah bahwa Ahab tidak sungguh mencari kebenaran    agama bagi setiap gerak kehidupan pribadinya. Sebaliknya    kekuasaan yang ia miliki, membuat dia mempergunakan agama bagi    kepentingan pribadi.

Renungkan: Hati-hatilah agar tidak tergelincir seperti Ahab.    Kita cenderung mempergunakan agama sebagai suatu kedok dan    legitimasi setiap tindakan kita, karena kekuasaan materi.

(0.71) (2Taw 22:10) (sh: Ambisi -- ya; Ambisius -- tidak! (Kamis, 27 Juni 2002))
Ambisi -- ya; Ambisius -- tidak!

Ambisi bermakna positif: keinginan untuk berkembang atau mencapai cita-cita. Ambisius selalu digunakan dengan konotasi negatif: keinginan mencapai cita-cita dengan itikad tidak baik, menghalalkan segala cara.

Atalya, janda Yosafat, tua-tua keladi -- makin tua makin menjadi-jadi. Dia ambisius, tidak puas mendominasi kehidupan Yoram -- suaminya -- kemudian Ahazia, anaknya sendiri. Sesudah mereka gugur, ia tidak lagi menyembunyikan keinginannya untuk menjadi orang nomor satu di kerajaan Yehuda. Sepak terjangnya mengerikan, ia memerintahkan pembunuhan semua keturunan raja Yehuda, artinya termasuk cucu-cucunya sendiri juga (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">10). Sungguh seorang nenek yang haus darah. Gila kuasa telah mengubahnya menjadi serigala. Syukurlah, Tuhan selalu punya cara menyelamatkan orang pilihan-Nya untuk pada waktunya memerintah Yehuda. Lewat taktik menarik yang melibatkan Yosabat, putri raja Yoram sekaligus isteri imam Yoyada, Yoas berhasil diselamatkan dari pembantaian sistematis itu dan disembunyikan aman di dalam bait Allah.

Imam Yoyada kemudian membangun kekuatan spiritual-moral bait Allah untuk menentang kesewenangan Atalya dan ia berhasil, bahkan juga berhasil menobatkan Yoas yang baru berusia sekitar enam tahun itu menjadi raja baru Yehuda (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">23:3) melalui satu upacara yang mengesankan (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">23:1-11). Imam Yoyada mengambil prakarsa untuk melakukan hal ini karena yang terancam bukan hanya kerajaan Yehuda, tetapi kehidupan bangsa itu sebagai umat Allah. Matinya Atalya menjadi perlambang kembalinya pengakuan bahwa Yahwe sajalah Tuhan dan Allah umat. Peraturan-peraturan kehidupan yang dari Yahwe pulalah yang harus ditegakkan dan dilaksanakan kembali demi pulihnya kesejahteraan kehidupan umat Allah.

Renungkan: Sejarah dan bagian firman ini membuktikan bahwa kekuatan spiritual-moral meski tanpa senjata dan minoritas saja, mampu membawa perubahan sosial penting. Keyakinan yang benar disertai komitmen yang tinggi memang dahsyat dampak pembaruannya bila dilaksanakan secara tetap dan tekun.

(0.71) (Mzm 143:1) (sh: Dalam tangan Tuhan (Jumat, 29 November 2002))
Dalam tangan Tuhan

Tidak bisa kita sangkali bahwa pengulangan seruan pemazmur seperti "dengarkan doaku", "berikan telinga kepada permohonanku", dan "jawablah aku", memberikan kesan bahwa pemazmur "melemparkan" dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Allah yang dipercayainya murah hati. Dua sifat Allah dimunculkan di sini (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">1): kesetiaan dan keadilan. Keyakinan pemazmur dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah hadir dalam sejarah bangsanya.Di tengah-tengah krisis yang dialaminya, pemazmur mengakui keberdosaannya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">2). Namun, ia juga tidak menghindar dari Allah, tetapi justru Ia memerlukan Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">3-6). Gambaran yang dipakai di sini sangat kelam. Pemazmur menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual ia telah hancur (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">3), mirip seperti orang yang telah lama meninggal. Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan Allah dalam sejarah (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.

Pemazmur terus berteriak kepada Allah, ia mengharapkan respons Allah segera. Ia memerlukan jaminan dari Allah sendiri, seakan-akan ia akan segera musnah jikalau tidak mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Namun, sekali lagi, pemazmur tetap memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Menarik sekali, karena sekali lagi kita diperhadapkan pada satu cerminan bahwa keadilan harus ditegakkan dan yang bersalah harus dihukum.

Renungkan:
Anda tidak bisa mengendalikan hidup Anda dan kesulitan-kesulitan yang menimpa Anda. Jadilah hamba yang rendah hati, bersedia masuk dalam pelukan Tuhan yang tenteram.

(0.71) (Hos 9:1) (sh: Relasi tanah Kanaan dan keumatan umat (Senin, 9 Desember 2002))
Relasi tanah Kanaan dan keumatan umat

Tanpa tanah, status Israel sebagai umat Allah tidaklah lengkap. Tanah perjanjian adalah tempat Israel memelihara dan membina hubungan kasih dengan Allah dan sesamanya. Kanaan merupakan tempat Israel beribadah kepada Allah. Karena itu, ketika Israel beribadah kepada allah-allah lain, maka Allah akan membuang Israel dari tanah perjanjian itu. Mereka tidak lagi menikmati kemakmuran, damai sejahtera, dan kekayaan tanah perjanjian. Tanah perjanjian sangat penting dalam konteks keumatan Allah. Tanpa tanah berarti penolakan terhadap keumatan Allah (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">1,4,5,10-17). Israel akan dibuang ke Asyur. Di tempat itu Israel akan memakan makanan yang najis, yang menyebabkan mereka menjadi najis (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">3,4). Di tempat itu tingkah laku umat tidak lagi di atur menurut pengajaran atau taurat Tuhan. Di sana mereka akan mengkuti kebiasaan bangsa Asyur (bdk. 4). Ungkapan "roti mereka adalah seperti roti perkabungan," kemungkinan menjelaskan tentang makanan yang disediakan di tempat mayat disemayamkan.

Kita bisa melihat beberapa hal penting tentang tanah. Pertama, tanah merupakan unsur penting bagi umat Allah dalam membina hubungan kasih dengan Allah dan sesama. Kedua, tanah merupakan tempat bagi Allah untuk menyatakan kebaikan-Nya. Ketiga, tanah juga merupakan tempat bagi umat untuk berespons kepada kasih dan kebaikan Allah.

Kita bersyukur kepada Allah, karena Allah telah mengaruniakan tanah yang luas dan subur bagi seluruh rakyat Indonesia. Sayangnya, kita sebagai bangsa masih belum dapat memanfaatkan tanah ini untuk kepentingan Allah. Tanah tempat kita berpijak lebih banyak digunakan untuk menindas sesama. Celakanya lagi, ada orang di negeri yang luas dan subur ini yang tidak memiliki tanah. Itu juga terjadi karena penindasan.

Renungkan:
Kiranya natal kita tahun ini membawa angin baru yang mendamaikan dan memusnahkan kekerasan yang kian menjadi-jadi di negeri tercinta ini.

(0.71) (Mat 22:15) (sh: Tidak bercela (Selasa, 1 Maret 2005))
Tidak bercela


Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan Dia. Orang Farisi yang anti penjajah Romawi, kini berkomplot dengan orang Herodian sahabat Herodes, boneka kaisar. Mereka bersatu untuk menjebak Tuhan Yesus (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">15-16). Mereka ingin menggiring Yesus ke jalan buntu (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">15). Bila Yesus mengatakan tidak perlu membayar pajak, orang Herodian akan menuduh Yesus memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Sebaliknya, bila Yesus setuju, Ia akan kehilangan popularitas di mata rakyat.

Yesus tidak langsung menjawab, tetapi balik bertanya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">19-20). Pertanyaan itu memaksa mereka mengakui kenyataan tentang kekuasaan Kaisar, juga bahwa mereka sendiri tunduk kepadanya. Semua orang Israel waktu itu pastilah menggunakan mata uang itu untuk kegiatan hidup mereka sehari-hari. Pantaslah mereka membayar pajak kepada pemerintah Romawi. Tidak berhenti di situ, Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Kuasa kaisar terbatas, maka ketundukan kepadanya pun terbatas; kuasa Allah mutlak, maka ketundukan kepada-Nya pun tanpa syarat (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">21b). Jawaban Tuhan Yesus ini mencengangkan semua lawannya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">22). Ia mendesak mereka mengakui kekuasaan terbatas pemerintah sambil taat penuh kepada Allah.

Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita diperhadapkan dengan situasi pelik yang membuat kita serba salah. Beriman kepada Yesus memang berisiko tinggi. Dunia yang tidak tunduk kepada Allah penuh dengan lika-liku kebiasaan yang perlu disikapi dengan tepat. Hikmat dan integritas Tuhan Yesus mengalahkan segala kelicikan lawan-lawan-Nya. Teladanilah Yesus dan kalahkan mereka!

Renungkan: Hidup Kristen harusnya memiliki ciri hidup kualitas Yesus: berintegritas tinggi dan tak terkalahkan lawan sebab Yesus memerintah dan menjadi panutan dalam hidup orang Kristen.

(0.71) (Luk 21:29) (sh: Berjaga dan berdoa (Senin, 29 Maret 2004))
Berjaga dan berdoa

Sudah jelas dikatakan bahwa keda-tangan Yesus kedua kali tidak diketahui oleh siapapun. Namun, manusia selalu berspekulasi tentang waktu kedatangan-Nya. Sebenarnya apa yang harus dilakukan oleh para murid untuk berjaga-jaga?

Pertama, berjaga-jaga diisi bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">34), melainkan dengan tetap sadar dan hidup yang benar dan mulia. Berjaga-jaga bukanlah suatu aktivitas yang diisi dengan usaha-usaha spekulasi yang menghitung-hitung kapan tepatnya kedatangan Yesus yang kedua kali. Berjaga-jaga berarti percaya dan taat penuh kepada firman-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">32-33).

Kedua, berjaga-jaga haruslah diisi dengan berdoa (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">36). Dalam hal ini berdoa memiliki multi arti, yaitu berdoa berarti menyadari diri tidak sanggup berjaga-jaga dengan kekuatan sendiri, melainkan dengan bersandar pada kekuatan dari Allah. Berdoa, berarti mempercayakan hidup di saat-saat penantian ini dengan tetap percaya bahwa Allah akan menjaga dan mencukupkan kebutuhan hidup mereka. Berdoa menyebabkan mereka tidak tergoda untuk menyangkali imannya ketika harus menghadapi persoalan di masa penantian ini. Berdoa, berarti berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan, mendapatkan kekuatan Allah untuk bertahan bahkan luput dari semua yang harus terjadi di saat-saat penantian itu.

Berjaga-jaga dan berdoa berjalan bersama-sama. Murid-murid Tuhan dapat bertahan sampai Tuhan datang bila hidup mereka berjaga-jaga dan berdoa. Demikian juga dengan kita, murid-murid Tuhan masa kini. Kita harus menata hidup kita dan doa kita sehingga saat sebelum Tuhan datang, di mana penderitaan akan semakin menjadi-jadi, kita tetap setia. Ketika Tuhan datang, kita boleh berdiri menyambut-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">36).

Untuk dilakukan: Berjaga dan berdoa berarti hidup benar, sesuai kehendak-Nya, dan bersandar penuh kepada pertolongan-Nya.

(0.61) (1Taw 13:1) (sh: Sentralitas Allah (Kamis, 7 Februari 2002))
Sentralitas Allah

Bagian ini berfungsi ganda menunjukkan sentralitas hadirat Allah dalam kehidupan umatNya. Dalam zaman ketika Israel menuju tanah perjanjian, tabut perjanjian selalu diusung di depan umat, baik saat mereka berjalan maupun ketika mereka maju berperang (Kel. 25:10-22). Ketika mereka berkemah, tabut itu ditempatkan di tengah-tengah perkemahan Israel (Bil. 11:33-36). Hal ini melambangkan bahwa Allah perjanjian tidak saja menyertai mereka, tetapi juga selalu membuka jalan menggenapi janji-janji baik-Nya bagi umat-Nya. Kegagalan Israel yang membuat mereka dibuang adalah karena mereka tidak mengedepankan hukum-hukum Allah. Kegagalan menjadi-jadi karena para raja mereka menyalahgunakan kekuasaan politis dan mencemarkan kehidupan ibadah. Dalam bagian ini, semua penyebab kegagalan itu dirombak dan ditata ulang dengan mengacu pada contoh Daud.

Untuk umat yang kembali dari pembuangan dan sedang menata kembali kehidupan mereka, prinsip yang benar perlu ditegakkan kembali. Itu sebabnya dalam kisah ini kita melihat beberapa unsur penting ditekankan. Pertama, catatan tentang keputusan tentang pemindahan tabut itu beda dari yang dicatat dalam 2Sam. 6:1-11. Dalam bagian ini Daud tidak bertindak sendiri, tetapi berunding dengan para pemimpin pasukan dan seluruh jemaah. Pemimpin umat pascapembuangan harus belajar untuk tidak bertindak sendiri dan tidak memiliki wewenang tanpa batas. Kedua, selama zaman kepemimpinan Saul, tabut perjanjian itu sempat terlupakan. Kini sentralitas Allah dalam kehidupan umat ditegaskan ulang dengan menempatkan tabut perjanjian itu di pusat kehidupan mereka. Ketiga, pengakuan kembali umat akan sentralitas Allah tidak merupakan beban, melainkan menciptakan kesukaan yang besar. Ketika Allah di pusat kehidupan, kehidupan pasti mengalami kesukaan yang besar. Keempat, di dalam latar belakang inilah perlu kita melihat mengapa Uza dihukum mati. Allah bukan Allah yang kejam atau yang tidak tahu menghargai niat baik orang. Allah sedang mengajar umat-Nya agar tahu menempatkan Dia dengan segala hormat dan kemuliaan karena Dia kudus adanya (bdk. 10 dan 14).

Renungkan: Jika ingin menempatkan Tuhan sentral dalam hidup, lakukanlah dengan sikap dan cara yang benar, dengan sepenuh hati.

(0.61) (Ayb 12:1) (sh: Tunduk pada hikmat Allah! (Selasa, 7 Desember 2004))
Tunduk pada hikmat Allah!

Orang sombong merasa diri lebih pandai dan berhikmat daripada orang lain. Mereka merasa tahu segala sesuatu, orang lain tidak tahu apa-apa. Mereka bisa begitu karena hanya membanding-banding dengan orang lain. Seharusnya mereka membandingkan dengan hikmat Tuhan!

Ayub merasa sikap sok tahu teman-temannya itu membutakan mata mereka dari kebenaran sejati (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">2). Apa yang mereka tahu, Ayub juga tahu. Namun, Ayub, yang doa seruan-Nya didengar Allah sadar akan keterbatasan diri untuk mengerti misteri kehidupan. Hikmat sejati membimbing pada pemahaman yang benar. Hikmat sejati tidak menjadikan orang sombong apalagi menghakimi bahwa orang yang menderita pasti berdosa sehingga patut mendapat hinaan. Sebaliknya mereka yang sombong telah berlaku fasik dengan menyangka bahwa sikap yang sedemikian tidak akan dimurkai Allah. Kesombongan mereka menjadi-jadi seakan mereka sejajar dengan Allah (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">2-6).

Ayub mengajak mereka belajar dari dunia ciptaan lainnya. Semua makhluk yang sederhana mengetahui Allah sebagai pencipta mereka (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">7-11). Apalagi seharusnya manusia. Bahkan orang tua yang berpengalaman sekali pun tidak boleh merasa diri paling berhikmat (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">12). Karena sumber hikmat dan kuasa ada pada Allah. Dengan hikmat dan kuasa-Nya Ia menetapkan segala sesuatu. Alam ada dalam kendali-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">14-15). Hikmat dan kekuasaan para pemimpin tidak berdaya di hadapan-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">17-25). Bila Allah sudah menetapkan sesuatu, maka manusia hanya bisa tunduk menerima. Orang paling pintar pun bisa hilang akal bila mau melawan kedaulatan dan hikmat-Nya.

Memang mudah untuk merasa diri paling tahu dari antara orang lain. Akan tetapi, orang Kristen insyaf bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas. Maka berhentilah sok tahu tentang sebab musabab masalah orang lain seakan-akan Anda mahatahu. Jadilah orang yang rendah hati. Mintalah hikmat Allah supaya kata-kata Anda menjadi saluran kasih Allah bagi orang yang menderita.

Renungkan: Dalam kerendahan hati orang yang tidak tahu apa-apa bisa menghibur sesama yang menderita oleh hikmat ilahi.

(0.61) (Yoh 20:19) (sh: Damai sejahtera dari Tuhan (Selasa, 2 April 2002))
Damai sejahtera dari Tuhan

Di samping Maria, Petrus, dan Yohanes, para murid lain belum mengalami damai dan kesukaan dari mengetahui bahwa Tuhan mereka telah bangkit. Berita itu pasti telah tiba ke telinga mereka, namun mereka bersembunyi di ruang berkunci karena takut kepada para pemimpin orang Yahudi. Ketakutan yang sudah menyerang mereka sejak menjelang Yesus di salib kini menjadi-jadi. Meski pintu terkunci, tiba-tiba Yesus menampakkan diri di tengah mereka. Ia mengulang lagi kata-kata yang telah diucapkan-Nya dalam perpisahan-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">14:27), “Damai sejahtera bagimu.” Tetapi, kata-kata ini baru menjadi kenyataan sesudah mata mereka melihat sendiri bekas luka di tangan dan lambung-Nya (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">20). Sekejap mereka mengalami kepenuhan makna “damai’ atau syalom, yaitu kepenuhan hidup karena memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Sukacita keselamatan karena melihat Yesus yang bangkit memenuhi hati mereka. Kesukaan melihat Yesus itu akan sempurna ketika semua orang milik-Nya kelak berjumpa muka dengan muka dengan-Nya.

Sesudah penuh dengan damai dan sukacita karena kehadiran Yesus, mereka menerima tugas menjadi utusan Kristus (rasul). Perhatikan dua hal penting dalam ucapan pengutusan ini. Pertama, kualifikasi pengutusan mereka adalah “seperti Bapa mengutus Aku” (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">21). Kesamaan pengutusan itu terletak dalam dua hal. Pertama di dalam fakta bahwa misi para murid adalah meneruskan misi Yesus dari Bapa. Misi tersebut adalah membawa kabar baik keselamatan bagi dunia ini. Kedua, misi itu harus dijalankan persis seperti cara Yesus menjalankannya, yaitu di dalam ketergantungan penuh kepada Bapa. Untuk memungkinkan mereka mengemban misi tersebut dengan prinsip inilah, Yesus menghembuskan Roh Kudus kepada mereka. Tindakan ini simbolis menunjuk pada pencurahan Roh Kudus kelak pada hari Pentakosta. Pengutusan dan pencurahan Roh Kudus kelak menjadi fondasi bagi Gereja. Roh Kudus akan mengubah ketakutan dan persembunyian menjadi keberanian dan keterbukaan, menjadi utusan yang disertai oleh wibawa sang pengutus sendiri (ayat menjadi-jadi&tab=notes&exact=on" ver="">23).

Renungkan: Sebagai orang yang diutus, kita tidak saja diserahi tugas, tetapi juga ditopang, dimotivasi, diikutsertakan, dimantapkan, diberi visi, dan ditempatkan dalam jaringan kerja oleh Dia yang mengutus kita.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA