Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 8 dari 8 ayat untuk mil (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Luk 24:13) (jerusalem: tujuh mil) Harafiah: enam puluh stadia (1 stadion = 185 meter). Var: seratus enam puluh stadia. Tetapi var ini kiranya kurang baik.
(1.00) (Why 21:16) (jerusalem: empat persegi) Ini lambang kesempurnaan
(0.83) (Mat 14:24) (jerusalem: dari pantai) Bdk Mar 6:47. Beberapa naskah tidak memuat: beberapa mil jauhnya dari pantai, bdk Yoh 6:19, sehingga teks berbunyi: perahu....sudah diombang-ambingkan.
(0.50) (Why 21:16) (full: BENTUKNYA EMPAT PERSEGI. )

Nas : Wahy 21:16

Ukuran kota itu menandakan bahwa akan ada ruang yang cukup luas bagi semua orang percaya dari segala zaman. "1,200 stadia" adalah kira-kira 1.400 mil (kira-kira 2.240 kilometer). Kota itu dilukiskan berbentuk empat persegi. Dalam PL, Tempat Mahakudus, di mana Allah berjumpa dengan wakil umat-Nya, merupakan sebuah ruangan yang benar-benar empat persegi. Seluruh kota itu akan dipenuhi dengan kemuliaan dan kekudusan Allah.

(0.29) (Ams 3:1) (sh: Buah ketekunan (Rabu, 19 November 2003))
Buah ketekunan

Subrahmanyan Chandrasekhar adalah seorang profesor yang mengajar di Chicago University bidang astrofisika. Dua kali seminggu, ia harus menempuh jarak + 100 mil dari tempat tinggalnya di Wisconsin menuju Chicago. Selain jarak yang jauh, ia juga harus menempuh risiko menghadapi kondisi jalan yang licin dan berbahaya, pada musim dingin. Ironisnya lagi, hanya dua mahasiswa yang mendaftar untuk mata kuliah tersebut. Sungguhpun demikian, ia tetap setia mengajar. Sepuluh tahun kemudian, kedua mahasiswa itu, Chen-Ning Yang dan Tsung-Dao Lee menerima hadiah Nobel dalam bidang fisika. Dr. Chandrasekhar pun mendapatkan penghargaan yang sama pada 1983.

Firman Tuhan berkata, “Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu” (ayat 3). Walau kedua kata ini terpisah namun sesungguhnya berkaitan erat. Kasih tanpa kesetiaan hanyalah fatamorgana, indah tapi tidak nyata dan mudah menghilang. Sebaliknya, kesetiaan tanpa kasih adalah perhambaan belaka, hampa kenikmatan namun sarat dengan kewajiban-kewajiban. Tuhan meminta agar kita mengalungkan kasih dan setia di leher kita. Sebagai Bapa, Ia penuh kasih dan setia, itu sebabnya Ia mengharapkan agar kasih dan setia-Nya pun menjadi ciri utama dalam kehidupan kita, anak-anak-Nya. Kadang kita “merasa” bahwa kita sudah kehabisan alasan untuk tetap mengasihi dan setia, namun ingatlah, kasih dan setia justru tampak jelas tatkala memang tidak ada lagi alasan untuk mengasihi dan setia. Kerap kali yang tersisa hanyalah satu alasan, yakni demi Tuhan (ayat 5-7). Maka, demi Tuhan, lakukanlah. Inilah alasan yang benar mengapa kita tetap mengasihi dan setia dan inilah satu-satunya alasan yang tidak akan pernah habis.

Renungkan: Sudahkah kita berkalungkan kasih dan setia kepada suami, istri, anak, dan orang di sekitar kita?

(0.29) (Yeh 27:1) (sh: Elegi untuk sebuah kapal yang maha indah (Minggu, 16 September 2001))
Elegi untuk sebuah kapal yang maha indah

Sungguh ironis bila sebuah kapal yang maha indah diratapi. Namun kenyataannya memang demikian karena Yehezkiel mendapat mandat langsung dari Allah untuk menyanyikan sebuah elegi kepada Tirus. Kota yang terletak di pintu gerbang lautan ini telah dihadang oleh sebuah malapetaka yang dahsyat hingga layak untuk diratapi (ayat 1-3).

Kota Tirus pasti tidak pernah menyangka bahwa riwayatnya akan berakhir mengenaskan. Dalam perspektif dirinya, ia adalah sebuah kapal yang bertubuh sempurna di dalam keindahan (ayat 4). Bahan dasarnya adalah kayu pilihan (ayat 5). Papan dayungnya pun disiapkan dengan baik (ayat 6). Layarnya dan tendanya indah berwarna-warni menggambarkan keagungan. Kru pendayung dan kelasinya adalah orang Sidon (kota pelabuhan 25 mil dari utara Tirus) dan Arwad (tanah orang Fenisia, pesisir mediterian dan utara Sidon) (ayat 8). Para montirnya adalah tua-tua Gebal (kota diantara Sidon dan Arwad) beserta segenap kapal yang berlabuh hendak menjadi mitra dagangnya (ayat 9). Para prajurit militernya adalah orang-orang pilihan dari Persia, Lud (Lidya, di Asia kecil), dan Put (Libya, di utara Afrika) yang mengenakan perisai serta ketopong yang menambah semarak penampilannya (ayat 10). Keindahan Tirus sebagai sebuah kota dilukiskan semakin sempurna ketika orang Arwad dan tentaranya memanjat di atas sekeliling temboknya dan orang Gamad (utara dari Asia kecil) di atas menara- menaranya (ayat 11).

Renungkan: Allah Sang Pencipta setiap insan dan alam semesta ini tidak membenci kecantikan atau keindahan. Ia justru menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Yang dibenci Allah adalah apabila kecantikan hanya penampilan luar padahal di dalam kebusukan semata. Ingatlah bahwa kecantikan dari dalamlah yang akan terpancar keluar.

Bacaan untuk Minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Ulangan 4:1-8

Yakobus 1:19-25

Markus 7:1-8, 14-15, 21-23

Mazmur 15

Lagu: Kidung Jemaat 408

PA 2 Yehezkiel 22

Pembuangan yang dialami oleh bangsa Yehuda membuat kita bertanya mengapa Allah tega membuang umat-Nya sendiri? Tidak maukah Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki kesalahannya? Memang bila kita tidak melihat secara seksama apa yang dilakukan oleh bangsa Yehuda, kita akan berpikir demikian. PA kita hari ini akan memperlihatkan kepada kita mengapa Allah harus membuang bangsa Yehuda sebagai bentuk penghukuman-Nya kepada umat- Nya sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa 2 dosa kota Yerusalem yang dicela oleh Allah (ayat 1-3)? Apa dampak perbuatan mereka terhadap diri mereka di hadapan Allah dan terhadap kelangsungan hidup mereka sebagai bangsa (ayat 4)? Menurut Anda apakah 2 dosa itu saling memperburuk satu dengan yang lain? Jelaskan!

2. Dosa-dosa Yerusalem dijabarkan lebih detil oleh Allah. Bagaimana hubungan orang-tua dan anak dalam masyarakat Yehuda, apakah otoritas orang-tua masih ditaati oleh para anak (ayat 7a)? Bagaimanakah keadilan yang berlaku khususnya bagi orang-orang lemah (ayat 7b, 29)? Lalu bagaimana dengan para pemimpin, apa yang mereka lakukan dan yang mereka cari (ayat 8, 9-12, 25-28)? Bagaimanakah tindakan-tindakan di atas berhubungan dengan penyembahan berhala mereka?

3. Jika demikian halnya, apa pendapat Anda tentang tindakan Allah kepada mereka (ayat 13-16a, 17-22a, 30)? Namun apakah penghukuman Allah semata-mata dijatuhkan demi kepuasaan amarah Allah (ayat 16b, 22b)? Lalu sebenarnya apakah tujuan penghukuman Allah? Apa yang Anda pelajari tentang Allah?

4. Berdasarkan pertanyaan no 2, tepatkah bila dikatakan bahwa tatanan sosial masyarakat Yehuda sudah terjungkirbalik? Jelaskan! Evaluasilah tatanan sosial masyarakat kita saat ini berdasarkan kriteria Yehezkiel. Seberapa dekatkah masyarakat kita menuju akhir (ayat 4)? Apa yang dapat Anda dan gereja Anda lakukan untuk memulihkan tatanan masyarakat kita? Pikirkan tindakan konkrit yang tidak terlalu ideal, agar dapat dilakukan mulai sekarang!

(0.29) (Mat 14:22) (sh: Kebutuhan untuk berdoa (Senin, 7 Februari 2005))
Kebutuhan untuk berdoa

Yesus mengambil waktu untuk berdoa secara pribadi kepada Allah. Yesus naik ke atas bukit seorang diri (ayat 23). Jika Yesus merasa doa merupakan bagian penting dalam pelayanan-Nya, siapakah kita sehingga masih memandang remeh doa?

Murid-murid berada beberapa mil jauhnya dari pantai. Malam gelap. Meski berada di bukit tidak ada kemungkinan Yesus melihat dengan jelas situasi murid-murid. Tetapi, apakah Yesus tidak tahu keadaan murid-murid yang sedang diombang-ambing gelombang? Yesus tahu. Itulah sebabnya Ia segera mendatangi murid-murid yang sedang berjuang melawan gelombang. Ketika melihat ada manusia berjalan di atas air, wajar saja jika murid-murid berteriak hantu. Yesus menyatakan diri-Nya dengan ungkapan penting Allah dalam PL yakni `Inilah Aku' (ego eimi 27). Istilah ini bukan hanya identifikasi diri tetapi penyingkapan ke-Allah-an Yesus.

Untuk memastikan bahwa Yesuslah yang dilihat murid-murid, Petrus memberanikan diri menyapa-Nya (ayat 28). Petrus meminta Yesus memerintahkannya untuk datang kepada-Nya dengan berjalan di atas air. Permintaan Petrus dikabulkan Yesus (ayat 29), Petrus berjalan di atas air mengalami kuasa Yesus. Petrus berjalan di atas air bergelombang. Sesaat kemudian timbul ketakutannya. Petrus meragukan perintah Yesus dan kuasa Yesus yang sudah dialaminya, meski sesaat. Dalam situasi demikian tidak ada cara lain kecuali berteriak memohon pertolongan Yesus. `Tuhan, tolonglah aku!'

Inilah doa Petrus. Singkat dan mendesak. Uluran tangan Yesus menyelamatkan Petrus. Yesus menegur Petrus yang sesaat menjadi goyah iman (ayat 31), gelombang menjadi reda, murid-murid menyembah-Nya. Goncangan dan gelombang kehidupan adalah latihan iman dan kesempatan untuk berdoa. Tak satu kejadian pun dalam hidup kita luput dari perhatian dan kasih-Nya.

Renungkan: Dalam doa kita akan mengalami lebih nyata pengakuan iman bahwa `Yesus adalah Anak Allah'.

(0.29) (Luk 24:13) (sh: Jangan  hanya jadi pengamat dan reporter. (Senin, 24 April 2000))
Jangan  hanya jadi pengamat dan reporter.

Di Indonesia sekarang ini banyak muncul pengamat-pengamat baik politik,    ekonomi, dan reporter mediamasa. Para pengamat bukanlah orang    sembarangan, mereka mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan    menganalisa permasalahan secara tajam. Para reporter pun tidak    kalah hebatnya, sebab mampu untuk memburu sumber berita yang    otentik untuk disajikan kepada masyarakat secara lengkap dan    menarik. Pada umumnya mereka itu kebanyakan adalah penonton yang    berada di luar gelanggang. Mereka tidak ikut merasakan yang    mereka analisa dan laporkan, dan hidup mereka juga tidak    terpengaruh.

Inilah gambaran dari dua orang murid Yesus yang menuju ke    Emaus. Mereka membicarakan dan menganalisa seluruh peristiwa    yang berhubungan dengan Yesus hingga kebangkitan-Nya. Waktu yang    dipergu-nakan untuk diskusi ini cukup panjang mengingat jarak    Emaus ke Yerusalem adalah 7 mil dan ditempuh dengan berjalan    kaki. Bahkan mereka bisa melaporkan peristiwa kebangkitan    Kristus secara lengkap kepada "Yesus" yang tidak mereka kenali.    Namun apa yang mereka bicarakan, diskusikan dan laporkan    ternyata tidak mempunyai makna apa-apa bagi kehidupan mereka.    Mereka masih berduka (ayat 17). Seolah-olah mereka hanya sebagai    penonton (ayat 17). Mengapa demikian?

Mereka mempunyai pengharapan yang salah terhadap misi Yesus    (ayat 21). Mereka hanya terpusat kepada kebutuhan fisik. Mereka tidak    memahami sifat dari 'peperangan' yang sedang dimasuki oleh    Kristus. Karena itu apa yang Yesus alami merupakan kehancuran    dari pengharapan mereka. Mereka pun tidak mempunyai pemahaman    yang menyeluruh atas kebenaran firman Tuhan yang tertulis (ayat 27).    Pemahaman mereka hanya sepotong-sepotong. Sesungguhnya jika    mereka mempunyai pemahaman firman Tuhan tertulis secara benar    dan menyeluruh, maka apa yang mereka analisa dan laporkan sudah    cukup membawa mereka pada pemahaman siapakah Yesus. Dengan    demikian apa yang Ia alami akan memberikan dampak positif bagi    kehidupan mereka.

Renungkan: Sudah berapa kali Anda memperingati hari    Kebangkitan-Nya? Apakah selama ini Anda hanya cakap sebagai    pengamat dan reporter ataukah kebangkitan-Nya membawa    pengharapan bagi kehidupan Anda?



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA