Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 181 - 194 dari 194 ayat untuk pemberontakan (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Mzm 107:1) (sh: Allah, sang penolong yang setia (Kamis, 25 April 2002))
Allah, sang penolong yang setia

Gema Mazmur 106 terdengar jelas dalam Mazmur 107 ini dengan disorotinya kembali beberapa pokok seperti “perbuatan besar Allah” (ayat 8,15,21,24,31), pemberontakan (ayat 11), ditebus (ayat 7), nasihat (ayat 7) ditundukkan (ayat 12), kesesakan (ayat 2,6,13,19,28), kejahatan (ayat 17). Lebih dari itu, tema yang memulai dan mengakhiri Mazmur 106 diulang kembali dalam ayat-ayat pembukaan Mazmur ini. Mazmur ini mengajak umat Allah memuji dan membesarkan Allah karena kasih setia-Nya yang telah menebus individu-individu dari berbagai kesulitan mereka (ayat 1-3).

Allah tidak saja mengasihi umat secara umum, tetapi orang per orang dengan setiap permasalahannya yang unik. Secara garis besar, berbagai pengalaman sulit manusia pada umumnya terwakili dalam bagian ini. Kisah tentang pengembara yang tersesat di gurun gersang, mengalami kelaparan dan kehausan, waktu itu merupakan hal yang lazim terjadi (ayat 4-9). Pengalaman tersebut sangat mungkin melambangkan pengalaman pengembaraan Israel selama mereka mengembara di padang gurun. Entah hanya pengalaman pribadi atau juga bagian dari pengembaraan umat, kebaikan Allah sajalah membuat pengembara tidak hanya terpelihara, tetapi juga terarah dalam pimpinan Allah. Jelas pemazmur mengaitkan peristiwa ini dengan tema keselamatan. Petunjuk untuk itu terlihat dalam penggunaan kata “berseru-seru” (ayat 6), yaitu ungkapan mencari pertolongan Allah dari kebutuhan hati yang amat dalam.

Pengalaman lain yang juga umum diderita banyak orang adalah berbagai penderitaan batin dan fisik seperti pengalaman tertekan, terhukum, terpenjara (ayat 10-16) sebagai akibat dosa. Demikian juga penderitaan seperti pengembaraan tanpa arah, terbuang dari negeri sendiri, hidup dalam gelap, adalah pengalaman riil yang melukiskan tekanan hidup dalam dosa. Segelap apa pun akibat dosa, keselamatan dari Allah melepaskan orang yang berseru-seru kepada- Nya (ayat 13). Dosa bisa juga berakibat dalam bentuk penyakit, mekipun tidak selalu penyakit adalah akibat dosa. Justru dengan mengakui adanya penyakit akibat dosalah, orang boleh sadar dan bertobat dan beroleh kesembuhan dari Allah.

Renungkan: Seruan yang dijawab Tuhan sepatutnya berubah menjadi pujian.

(0.15) (Mzm 108:1) (sh: Bersyukur kepada Allah (Sabtu, 27 April 2002))
Bersyukur kepada Allah

Mazmur-mazmur dalam buku IV (ps. 90-106) dan buku V (ps. 107-150) ditujukan untuk membangun kembali kehidupan umat yang kembali dari pembuangan. Dalam tiga pasal berturut-turut sebelum ini, umat Allah diingatkan tentang perbuatan Allah, ketidaksetiaan umat, kebaikan Allah. Kebaikan Allah telah membuat Israel tidak punah, tetapi beroleh anugerah untuk kembali dari pembuangan. Dalam tiap ulasan itu, selalu umat didorong untuk memuji Allah sebagai respons terhadap kasih kekal Allah yang demikian besar. Pujian adalah lawan dari pemberontakan dan ketidakberimanan. Umat pascapembuangan itu kini perlu diberi petunjuk bagaimana hidup sebagai umat yang tahu bersyukur pada Tuhan mereka.

Pujian syukur itu (ayat 1-3) dilandasi atas kesadaran akan kasih setia Allah (ayat 4). Seiring dan sejajar dengan itu, permohonan agar Allah memberkati mereka dengan kemenangan (ayat 5) didasari atas kerinduan agar Allah ditinggikan dan dikaitkan dengan firman Allah berisikan janji-janji-Nya (ayat 7-9), kemudian disusul oleh pertanyaan dan pernyataan iman (ayat 10-13). Dengan melihat struktur sedemikian, jelas bahwa hal bersyukur dan memuji Allah bersumber pada kasih setia dan perbuatan besar Allah untuk akhirnya kembali bermuara pada perbuatan besar Allah selanjutnya. Pujian bagi Allah berasal dari dan ditujukan untuk kemuliaan Allah sendiri. Karena itu, memuji Allah harus dilakukan dengan sekuat tenaga dan tekad bulat sambil melibatkan berbagai ungkapan fisik, artistik, dan sosial (ayat 1-3), sambil menyadari bahwa kemampuan untuk memuji Allah itu berasal dari kemuliaan Allah sendiri.

Pujian syukur tidak saja berorientasi pada masa lalu, tetapi juga mengantisipasi kemenangan-kemenangan di masa depan. Orientasi puji-pujian tidak hanya berhubungan dengan sifat-sifat Allah secara abstrak, tetapi pada sifat-sifat Allah yang dinamis menghasilkan perubahan-perubahan konkret dalam sejarah. Hal ini tampak di bagian akhir mazmur ini yang mengklaim agar Allah menganugerahi mereka kemenangan atas Edom (ayat 10-14). Pujian, karena berkeinginan meninggikan Allah, merindukan agar seluruh janji Allah tentang tanah perjanjian dialami secara penuh.

Renungkan: Kehidupan dalam puji-pujian adalah dalam hadirat Allah yang mulia dan memberikan kemenangan berkesinambungan.

(0.15) (Ams 23:17) (sh: Berontak dan anggur, penghancur masa depan (Sabtu, 28 Oktober 2000))
Berontak dan anggur, penghancur masa depan

Zaman kini semakin sulit kita menemukan anak yang patuh dan hormat pada orang-tua. Berbeda dengan puluhan tahun lalu, dimana seorang anak tak punya hak berpendapat atau menolak kemauan orang-tuanya. Orang-tua memiliki otoritas penuh terhadap anak-anaknya. Sekarang terjadi sebaliknya, orang-tua tidak memiliki keberanian menolak permintaan anaknya sekalipun permintaan tersebut akan mencelakakan jiwa anaknya atau membawa aib buat keluarganya.

Dalam bagian ini penulis Amsal lebih banyak menujukan nasihatnya kepada anak-anak. Anak-anak harus mendengarkan didikan ayahnya dan menghormati ibunya, agar ayah dan ibunya bersukacita karena mereka. Tak ada kebahagiaan lain bagi orang-tua kecuali melihat anak-anaknya hidup benar dan bijak. Namun mengapa terlebih sering dijumpai anak yang mengecewakan orang-tuanya? Mereka memberontak dan memilih jalannya sendiri. Mereka menganggap apa yang mereka pilih lebih modern, lebih asyik, lebih heboh, lebih menantang, dll. Mereka berpendapat bahwa pandangan orang-tua tidak lagi sesuai dengan dunia mereka sekarang. Itulah sebabnya mereka tidak lagi menghargai dan menghormati orang-tua. Padahal pemberontakan adalah penghancur masa depan mereka. Oleh karena itu anak-anak perlu menyadari betapa berharganya didikan orang tua untuk mengetahui jalan yang benar dan tepat bagi mereka. Bila anak-anak hidup takut akan Tuhan maka masa depannya pasti dipimpin Tuhan.

Anggur pun penghancur masa depan seseorang. Warnanya yang menggiurkan dan rasanya yang nikmat menjerumuskan orang-orang ke dalam kenikmatan palsu yang menyesatkan. Sesaat mereka melupakan masalah dan pergumulan hidup, terbuai dalam lamunan kosong tiada isi. Matanya melihat hal-hal yang aneh dan hatinya mengucapkan kata-kata yang kacau (33). Mereka tidak lagi menyadari apa yang terjadi pada dirinya, karena dia sedang menipu dirinya sendiri (34-35). Dalam keadaan seperti ini mereka tidak lagi berpikir sehat dan bekerja dengan baik, karena pikiran dan hati yang mengontrol hidup mereka telah kosong.

Renungkan: Berontak dan anggur adalah bahaya besar bagi generasi muda bangsa kita, karena akan menghancurkan masa depan mereka. Marilah bersama kita perangi keduanya!

(0.15) (Yer 25:1) (sh: Terbatas dan tidak terbatas (Selasa, 10 Oktober 2000))
Terbatas dan tidak terbatas

Selama 23 tahun Yeremia memberitakan kepada bangsa Yehuda firman yang sama yaitu bertobatlah maka kamu akan tetap tinggal di tanah yang diberikan Tuhan Allah. Bahkan selain Yeremia, Allah pun mengutus hamba-hamba-Nya untuk memberitakan kepada mereka firman yang sama yaitu panggilan pertobatan (1-6). Allah tak pernah kehabisan cara untuk menegur, menyerukan, dan menyatakan hukuman agar umat-Nya bertobat, tetapi Allah membatasi waktunya. Selama jangka waktu itu, bangsa Yehuda terus menolak untuk taat kepada panggilan-Nya.

Karena pemberontakan dan penolakan mereka untuk bertobat, maka Allah akan menghukum mereka melalui tangan Nebukadnezar raja Babel. Mereka akan mengalami pembuangan dan menjadi tawanan bangsa lain (7-11). Apakah pembuangan ini akan berlangsung selama-lamanya? Tidak! Pembuangan ini hanya akan berlangsung selama 70 tahun.

Setelah masa 70 tahun berlalu, Allah akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan bangsanya serta negeri orang-orang Kasdim karena kesalahan mereka (12-14). Panggilan atau kesempatan pertobatan, penghukuman Allah, dan penghakiman Allah yang dipaparkan di atas selalu dihubungkan dengan faktor waktu. Allah memberikan kesempatan kepada bangsa Yehuda untuk bertobat selama paling sedikit 23 tahun. Artinya, walaupun 23 tahun adalah waktu yang cukup panjang, kesempatan yang diberikan Allah kepada umatNya untuk bertobat dari dosa-dosanya tetap terbatas. Namun di dalam waktu yang terbatas itu tiada henti-hentinya Allah akan menyerukan pertobatan dengan berbagai cara dan melalui banyak orang. Penghukuman Allah yang dimaksudkan untuk pendisiplinan umat Allah walaupun akan berlangsung selama 70 tahun, juga tetap bermakna terbatas atau tidak selama-lamanya. Adakah yang tidak terbatas? Ada! Penghakiman Allah berlaku tidak terbatas atas semua bangsa. Allah pasti menuntut pertanggungjawaban dari setiap manusia atas apa yang mereka lakukan.

Renungkan: Terbatasnya kesempatan dan pendisiplinan serta tidak terbatasnya penghakiman Allah, mencerminkan keadilan dan kasih Allah berjalan beriringan. Karena itu hanya persembahan hidup yang kudus dan tak bercacat yang layak kita berikan kepada-Nya. Pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan anugerah dan pendisiplinan Allah.

(0.15) (Yer 31:18) (sh: Penggenapan sempurna di dalam Yesus (Kamis, 26 April 2001))
Penggenapan sempurna di dalam Yesus

Masa depan Yehuda sangat cerah baik secara rohani maupun materi. Mereka bukan lagi sebagai bangsa yang hina di hadapan bangsa-bangsa lain sebab Tuhan yang Benar dan Adil kembali bersemayam di tengah-tengah mereka (23-24). Kehadiran-Nya adalah sumber kekuatan dan kepuasan bagi masyarakat Yehuda yang membutuhkan (25). Populasi Yehuda yang habis karena perang akan ditumbuhkan demikian pula ternak sebagai sumber makanan (27). Allah tidak lagi mencanangkan malapetaka atas mereka namun merencanakan pembangunan bagi Yehuda (28). Mereka yang lahir di tanah pembuangan mengenal Allah sebagai Allah yang adil sebab mereka tidak lagi menanggung dosa nenek moyangnya dengan hidup sebagai tawanan di negara asing. Mengapa Allah melakukan semua itu?

Pertama, Allah mengasihi mereka dengan kasih-Nya yang kekal (20). Kedua, Yehuda sendiri sudah bertobat. Mereka mengakui dan menerima penderitaan mereka sebagai hajaran Allah karena pemberontakan mereka terhadap Allah (18). Mereka menyadari betapa menjijikkannya diri mereka (19) sehingga mereka sadar kecuali jika Allah membawa mereka balik maka mereka tidak mungkin berbalik kepada-Nya. Pertobatan yang demikian terjadi karena Allah yang memanggil umat-Nya dan memberikan penyataan- Nya. Dengan kata lain pertobatan ini merupakan anugerah- Nya. Anugerah Allah tidak hanya membawa mereka kepada pertobatan namun juga memampukan mereka untuk hidup menjadi umat Allah sebab Allah akan menaruh firman-Nya dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hatinya (31- 34). Itulah perjanjian yang baru. Allah melakukan transformasi hati manusia yang merupakan pusat kehendaknya. Karena itu mereka dapat mengenal Allah secara pribadi, dosanya diampuni dan dapat meresponi Allah dengan hati yang murni.

Renungkan: Yehuda memang sudah kembali dari pembuangan. Bait Allah yang kedua memang kembali dibangun dan ditahbiskan. Namun pertobatan yang memimpin kepada transormasi hati manusia hanya digenapi di dalam kematian Yesus Kristus. Kini siapa yang percaya kepada Yesus, Allah akan memulihkan hidupnya dan memulai karya transformasi dalam hati orang percaya. Anugerah ini memungkinkan setiap manusia untuk menikmati hidup dalam persekutuan dengan Allah.

(0.15) (Yer 46:13) (sh: Kiat dalam menghadapi kesulitan (Sabtu, 19 Mei 2001))
Kiat dalam menghadapi kesulitan

Nubuat penghukuman Mesir diberitakan lagi khususnya di 3 kota penting Mesir yaitu Migdol, menara yang terletak di sebelah utara Mesir, Tahpanhes kota perbatasan di sebelah timur, dan Memfis ibu kota Mesir zaman dulu dan pusat pemujaan dewa Mesir sepanjang masa. Ketiga kota ini bersama dengan kota Pathros merupakan pusat populasi Yehuda sejak tahun 582 s.M. Bukan kebetulan sebab memang nubuat ini diberikan bagi kepentingan Yehuda. Selama pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, ada sekelompok pemuka Yehuda yang kuat mendukung pemberontakan kepada Babel dan persekutuan dengan Mesir. Apakah benar tindakan mereka?

Apis, lambang kekuatan mereka gagal dan tentara bayaran Mesir yang kekuatannya sangat dibanggakan juga tercerai- berai (15, 21). Kesuburan tanah Mesir (20) lenyap. Nama Firaun hanya akan menjadi cemoohan karena ketidakberdayaannya (17). Dewa utama Mesir, Amon, tidak mampu melindungi mereka (25). Akhirnya Mesir dan setiap orang yang percaya kepada Amon harus menyerah kepada Babel dan pergi ke pembuangan (19,26). Mesir bukan tempat perlindungan. Sementara itu Babel adalah alat utama Allah yang dipakai untuk menggenapi rencana penghukuman-Nya atas bangsa-bangsa termasuk Mesir, karena kesombongan dan nafsunya untuk terus berekspansi (7-8, 21).

Nubuat ini berusaha memimpin Yehuda ke arah dan prioritas yang benar yaitu keselamatannya sebagai sebuah bangsa, bukannya gengsi ataupun kemerdekaan sebuah bangsa. Keselamatan itu berada di dalam Allah (27-28) sebab Allahlah aktor utama dalam nubuat ini. Rencana Firaun untuk menaklukkan dunia ditaklukkan oleh rencana Allah.

Renungkan: Nubuat ini merupakan peringatan keras bagi Kristen di dalam menentukan arah dan prioritas dalam kehidupan, ketika kesulitan ataupun masalah menghadang, jangan sekali-kali menjadikan kehebatan manusia beserta uang, koneksi, dan kekuasaannya sebagai parameter dalam menentukan tindakan. Sebaliknya mintalah Allah menyatakan rencana-Nya di balik setiap kesulitan. Kemudian bertindaklah sejalan dengan rencana-Nya walaupun itu mungkin suatu tindakan yang bodoh di mata orang lain dan membuat kita lebih menderita atau merugi. Namun janganlah kuatir sebab ujung dari semua itu adalah keselamatan dari Allah.

(0.15) (Yeh 20:33) (sh: Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan (Rabu, 5 September 2001))
Disiplin Allah harus diresponi dengan pertobatan

Keinginan Allah menyatakan kemuliaan-Nya, terlihat lewat tindakan- Nya dengan tangan teracung menghukum bangsa Israel, sekaligus bertindak menjaga kelangsungan hidup mereka (ayat 33). Kini, Allah akan memulihkan umat-Nya dengan cara-Nya, sehingga umat pilihan Tuhan tidak menyeleweng dari Tuhan dengan memuja ilah lain. Allah akan menggembalakan umat-Nya, supaya mereka mengetahui bahwa Dialah Tuhan (ayat 34-38). Sambil terus mengecam kebusukan perilaku Israel, Tuhan memproklamirkan berita anugerah-Nya, bahwa Ia akan menuntun umat-Nya menuju keluaran yang kedua (Yes. 41:17- 20).

Dalam bagian selanjutnya, tiga kali Tuhan menyuruh Yehezkiel menghadapkan wajahnya ke Selatan (ayat 46). Perintah itu disampaikan kepada nabi-Nya, bukan untuk menyatakan perkenanan-Nya tetapi sebaliknya murka Allah telah berkobar. Hutan Negeb di Selatan akan dibakar oleh Tuhan, bahkan sampai ke Utara akan tertimpa murka yang dahsyat. Tujuan dari hajaran Tuhan bukan untuk memusnahkan, melainkan untuk menyadarkan umat-Nya.

Banyak Kristen tidak lagi beribadah secara rutin di gereja, karena pengkhotbahnya membawakan berita kecaman terhadap dosa. Maka mereka mencari pengkhotbah yang menyampaikan berita pengampunan dosa. Tubuh Kristus yang sehat seharusnya menerima kedua berita ini secara berimbang. Bila di dalam kelana rohani, kita tiba di padang pasir yang kering kerontang, justru saat itulah kita telah mendapat kesempatan yang baik untuk menyelami sumur kasih Allah. Tuhan adalah Sang Guru Agung, yang di dalam setiap momen kehidupan mempunyai sasaran tertentu untuk mendidik setiap pribadi yang telah dipilih dan dikasihi-Nya.

Renungkan: Firman Tuhan yang kita simak hari ini datang menegur kita. Mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita bertanggungjawab di dalam proyek yang dipercayakan kepada kita? Apakah kita tulus ketika memberikan persembahan? Adakah dosa pemberontakan yang tersembunyi? Apakah kita telah menyelewengkan visi dan misi gereja? Apakah kita terlibat di dalam penggelapan harta organisasi? Wahai Kristen, angkatlah kepalamu dan lihatlah tangan Allah yang teracung tidak selalu berarti pemberian anugerah, tetapi juga memberlakukan hukum kedaulatan-Nya atas dosa-dosa kita.

(0.15) (Mi 6:9) (sh: Penghukuman Allah itu pasti (Rabu, 20 Desember 2000))
Penghukuman Allah itu pasti

Keputusan pengadilan sudah ditetapkan untuk memenangkan Allah. Sebagai Tuhan dan Raja atas Israel, Ia selalu berlaku adil dan setia. Namun Israel selalu memberontak terhadap kehendak-Nya. Keadilan dan kebaikan hanyalah bahan cemoohan di antara mereka sedangkan kerendahan hati hanyalah sebagai bahan ejekan (10-12). Apakah Allah melupakan dan membiarkan segala ketidakadilan dan penindasan (10-11)? Allahlah yang menetapkan standar keadilan dan kebaikan yang dilanggar oleh Israel. Mereka tidak dapat berharap Allah akan meninggalkan standar yang telah Ia tetapkan dan belas kasihan-Nya terhadap orang-orang yang tertindas hanya untuk membebaskan mereka dari hukuman. Setiap pemberontakan terhadap- Nya pasti akan dihukum.

Walaupun demikian Allah tidak menghukum tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Namun bangsa Israel yang tegar tengkuk ini telah meremehkan peringatan Allah. Mereka terus berkubang di dalam dosa dan menikmati hidup berdasarkan kedegilan hati mereka. Maka akhirnya Allah menghukum mereka, semua nubuat Allah tentang penghukuman yang akan menimpa bangsa Israel telah menjadi kenyataan.

Apa yang terjadi ketika hukuman Allah dijatuhkan? Suatu yang sangat ironis terjadi, harta dan kekayaan yang dikejar oleh orang-orang kaya hingga menindas orang lain tidak akan membuat mereka puas dan bahagia. Tidak hanya itu. Harta berlimpah yang mereka puja- puja akan lenyap begitu saja. Sumber-sumber kekayaan yang menghidupi mereka tidak akan membuahkan apa-apa. Bahkan secara mental mereka pun akan mengalami siksaan yang tidak kecil (16).

Hasil akhir tidak akan pernah membenarkan cara yang digunakan. Cara yang salah hanya akan membuat seseorang tidak akan pernah menggapai keberhasilan akhir. Allah adalah maha kasih dan maha adil. Dia akan mengampuni orang yang berdosa tapi pada saat yang sama Dia juga tidak akan berdiam diri terhadap orang yang memilih untuk hidup di dalam dosa-dosanya.

Renungkan: Sudah berapa kalikah Allah telah memberikan peringatan kepada kita untuk berbalik kepada-Nya dan meninggalkan praktek-praktek dosa yang masih sering kita lakukan dalam berbisnis, berumah tangga, bersekolah, dan bermasyarakat?

(0.15) (Luk 22:7) (sh: Persiapan yang matang dan waktu yang tepat. (Sabtu, 15 April 2000))
Persiapan yang matang dan waktu yang tepat.

Kristus kembali membuat persiapan untuk memasuki Yerusalem dengan    mengirimkan dua murid-Nya kepada orang yang "tak dikenal" (10-    13).  Ia menyuruh kedua murid itu untuk meminjam ruangan sebagai    tempat jamuan Paskah bersama. Jamuan Paskah itu harus dilakukan    pada waktu malam. Secara manusiawi waktu malam adalah waktu yang    sangat berbahaya bagi-Nya. Selama di Yerusalem, bila malam tiba    dan kerumunan orang banyak yang mengikuti-Nya bubar, Yesus pergi    bermalam di Bukit Zaitun, dan baru siang harinya Ia pergi ke    Bait Allah untuk mengajar (21:37-38). Hal ini dilakukan untuk    menghindari penangkapan sebelum waktunya tiba. Oleh karena itu    Ia masuk ke Yerusalem pada waktu malam dan tempat di mana Ia    akan makan Paskah harus dirahasiakan. Sebetulnya ini merupakan    kejanggalan besar karena Yerusalem adalah kota Allah, namun    sekarang sudah menjadi pusat pemberontakan manusia terhadap    Allah.  Ketika waktunya tiba, Ia duduk bersama murid-murid-Nya    untuk makan Paskah. Kita bisa melihat betapa semuanya berjalan    tepat sesuai dengan apa yang sudah Allah rencanakan. Ini semua    menunjukkan bahwa jika Mesias harus menderita, ini bukan karena    kecelakaan atau sesuatu yang belum pernah dikatakan sebelumnya.    Sebaliknya ini semua sudah dinubuatkan sebelum dunia dijadikan    (1Ptr. 1:20). Hal itu merupakan waktu yang tepat bagi Allah    untuk menggenapi janji penebusan bagi umat manusia, karena    persiapan akhir sudah dikerjakan dengan serius. Yesus rindu    makan Paskah sebelum janji Paskah itu digenapi. Ini berarti pula    bahwa penetapan Perjanjian yang Baru berdasarkan darah Kristus    dilaksanakan (ayat 19-20). Umat Allah yang baru akan segera dipilih    dan Iblis dihancurkan.

Dari rencana dan pelaksanaan yang sangat tepat waktu    menunjukkan bahwa si Perencana adalah Pribadi Yang Agung dan    Berdaulat penuh, sehingga tidak ada halangan berarti yang dapat    menggagalkan rencana-Nya. Allah sangat serius terhadap    keselamatan umat manusia.

Renungkan: Karena itu Kristen harus menjalani kehidupan ini    dengan serius dan dengan rencana dan tujuan yang matang agar    hidup yang kita miliki berdasarkan anugerah-Nya, berpadanan    dengan karya penebusan-Nya.

(0.15) (Luk 23:13) (sh: Asal bukan Yesus. (Kamis, 20 April 2000))
Asal bukan Yesus.

Seringkali kita berpendapat bahwa puncak pemberontakan manusia terhadap Allah terjadi pada waktu Yesus    tergantung di kayu salib. Sesungguhnya puncak itu terjadi pada    waktu pengadilan tahap akhir terhadap Yesus di hadapan Pilatus,    karena disalib-kannya Yesus "hanyalah" merupakan pelaksanaan    dari apa yang sudah diputuskan di dalam pengadilan.

Situasi di dalam pengadilan tahap akhir itu sungguh mengerikan    dan bisa dikatakan 'gila-gilaan'. Tergambar dengan jelas bahwa    manusia telah kehilangan akal sehatnya dan kehilangan nilai-    nilai luhur yang seharusnya ada dalam hati nuraninya. Betapa    tidak, dalam pengadilan itu terungkap dengan jelas bahwa manusia    secara terang-terangan sengaja menolak dan melenyapkan Kebenaran    dengan segala risikonya, untuk berpihak dan mempertahankan    dusta. Tiga kali Pilatus mengajukan usul untuk membebaskan Yesus    dengan kompensasi-kompensasi tertentu, seperti Yesus dihajar    terlebih dahulu baru dibebaskan, karena Ia terbukti tidak    bersalah. Namun demikian, hal itu tidak dapat memuaskan nafsu    dan meredam niat mereka untuk melenyapkan Yesus. Yang lebih    tragis lagi, mereka lebih memilih hidup bersama dengan seorang    penjahat besar seperti Barabas, daripada harus hidup bersama    Yesus yang selama hidup-Nya telah banyak menolong masyarakat,    membawa perbaikan sosial bagi masyarakat, dan mengajarkan    prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan firman-Nya.

Segala perbuatan baik yang dilakukan Yesus dianggap sampah dan    lebih buruk dari seorang pemberontak dan pembunuh besar. Sikap    ini tidak masuk akal karena mereka  berprinsip: asal bukan Yesus    atau asal bukan Kebenaran. Seberapa besar  usaha mereka untuk    melenyapkan Kebenaran, itu hanya akan lebih menyatakan Kebenaran    itu sendiri. Hal ini terungkap dari ucapan Yesus kepada para    perempuan Yerusalem (ayat 31).

Renungkan: Jika rakyat yang hidup dalam suatu masyarakat    beradab di bawah pemerintahan yang stabil dapat membangkang    pemerintah dan menuntut pembunuhan orang yang tidak bersalah,    jika para imam yang mengetahui dan memahami hukum-hukum Ilahi    dapat menggunakan dusta untuk menekan para penguasa melakukan    pembunuhan, apa yang akan terjadi di dalam masyarakat yang sudah    tidak menghormati keadilan, hukum, moralitas, agama, dan Allah?

(0.13) (2Sam 11:2) (full: TAMPAK KEPADANYA ... SEORANG PEREMPUAN. )

Nas : 2Sam 11:2

Pasal 2Sam 11:1-24:25 mencatat kegagalan rohani yang serius dari Daud dan hukuman Allah atasnya untuk seumur hidupnya.

  1. 1) Kisah dosa-dosa dan aneka tragedi yang menyusul dalam kehidupan pribadi dan keluarga Daud menjadi suatu peringatan dan contoh yang serius untuk setiap orang percaya PB, bukan hanya untuk bangsa Israel. Mengenai aneka peristiwa yang mirip pada masa keluaran, Roh Kudus melalui Paulus menekankan, "Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba" (1Kor 10:11); oleh karena itu kita harus berhati-hati supaya tidak menginginkan hal-hal jahat, bertindak mesum, dan mencobai Tuhan (bd. 1Kor 10:6-9).
  2. 2) Pengalaman Daud menunjukkan bagaimana jauhnya seorang dapat jatuh apabila dia berbalik dari Allah dan pimpinan Roh Kudus. Ketika Allah mula-mula memanggilnya untuk menjadi raja, Daud menjadi orang yang berkenan di hati Allah (1Sam 13:14; Kis 13:22); akan tetapi dengan membunuh Uria dan mengambil istrinya, Daud telah menghina Allah dan firman-Nya (2Sam 12:9-10; bd. 1Kor 10:12).
  3. 3) Sekalipun Daud bertobat dari dosa-dosanya dan menerima pengampunan Allah, Allah tidak meniadakan akibat dosanya. Demikian pula, seorang percaya mungkin melakukan dosa-dosa yang hebat, dan kemudian melalui dukacita menurut kehendak Allah dan pertobatan yang sungguh-sungguh menerima kasih karunia dan pengampunan Allah. Sekalipun demikian, pulihnya hubungan seorang dengan Allah tidaklah berarti bahwa orang itu akan lolos dari hukuman jasmani atau dibebaskan dari dampak-dampak dosa tertentu (ayat 2Sam 11:10-11,14).
  4. 4) Allah tidak memaafkan dan mengampuni dosa-dosa Daud dengan alasan bahwa Daud itu manusia biasa, bahwa dosa-dosanya hanyalah sekedar kelemahan atau kegagalan manusiawi, atau bahwa dapatlah dimaklumi sebagai raja ia bisa mengambil jalan kejahatan dan kekejaman. Peristiwa-peristiwa yang tercatat menunjukkan bahwa Daud tidak perlu melakukan semuanya itu. Bahkan dengan penebusan perjanjian yang lama yang belum sempurna, orang seperti nabi Samuel menunjukkan suatu kesetiaan dan iman yang tekun kepada Allah dengan kasih karunia yang tersedia bagi mereka (bd. 1Sam 12:1-5,23;

    lihat cat. --> 1Sam 25:1).

    [atau ref. 1Sam 25:1]

    Penulis kitab ini dengan jelas menyalahkan dan bukan memaafkan semua pelanggaran besar Daud.
  5. 5) Reaksi yang benar terhadap dosa ialah bertobat dengan sungguh-sungguh, menghampiri Allah untuk menerima pengampunan, kasih karunia, dan kemurahan-Nya (Mazm 51:1-21; Ibr 4:16; 7:25), serta bersedia menerima hukuman Allah tanpa dendam atau pemberontakan. Daud menyadari dan mengakui dosa-dosanya yang hebat, mengarahkan kembali hatinya kepada Allah dan menerima teguran Allah dengan kerendahan hati (2Sam 12:9-13,20; 16:5-12; 24:10-25; Mazm 51:1-21).
(0.13) (Rm 6:1) (full: BOLEHKAH KITA BERTEKUN DALAM DOSA? )

Nas : Rom 6:1

Dalam pasal Rom 6:1-23 Paulus mempersoalkan anggapan salah bahwa orang percaya boleh berbuat dosa terus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan antinomianis dari ajaran kasih karunia dengan menekankan satu kebenaran dasar: orang percaya sejati dikenal sebagai "dalam Kristus" oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup -- bersama Kristus (ayat Rom 6:2-12). Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa, mereka tidak akan terus hidup dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus, mereka bukan orang percaya sejati (bd. 1Yoh 3:4-10). Sepanjang pasal ini Paulus menekankan bahwa mustahil seseorang menjadi hamba dosa dan hamba Kristus sekaligus (ayat Rom 6:11-13,16-18). Jikalau mereka menyerahkan diri kepada dosa, hasilnya adalah hukuman dan kematian kekal (ayat Rom 6:16,23).

(0.13) (Mat 4:17) (jerusalem: Kerajaan Sorga) Kerajaan atau Pemerintahan Allah atas bangsa terpilih dan melalui dia atas dunia seluruhnya merupakan pokok utama dalam pewartaan Yesus, sebagaimana juga dicita-citakan oleh teokrasi Perjanjian Lama. Kerajaan Allah itu melingkupi suatu "kerajaan orang kudus", yang rajanya ialah Allah, oleh karena kekuasaan serta pemerintahannya sebagai raja benar-benar diakui oleh mereka berdasarkan pengetahuan dan kasih. Kerajaan/pemerintahan Allah itu telah dirongrong oleh pemberontakan ialah dosa, sehingga perlu dipulihkan oleh turun tangan Allah yang berdaulat serta MesiasNya, Dan 2:28. Justru turun tangan itulah yang diwartakan oleh Yohanes Pembaptis dahulu, Mat 3:2, dan sekarang oleh Yesus sebagai sesuatu yang di ambang pintu, Mat 4:17,23; Luk 4:43. Yesus sendiri mewujudkan turun tangan itu bukanlah melalui suatu kemenangan laksana seorang pejuang atau melalui kemenangan nasionalis sebagaimana diharapkan orang banyak, Mar 11:10; Luk 19:11; Kis 1:6, melainkan dengan cara yang rohani belaka, Mar 1:34+; Yoh 18:36, sebagai "Anak Manusia", Mat 8:20+, dan "Hamba Tuhan", Mat 8:17+; Mat 20:28+; Mat 26:28+, melalui karya penebusan yang merenggut manusia dari genggaman dan kekuasaan musuh, ialah Iblis, Mat 4:8; Mat 8:29+; Mat 12:25-26. Sebelum perwujudanNya yang terakhir pada akhir zaman bila para orang pilihan hidup di dekat Bapa dengan kegembiraan pesta sorgawi, Mat 8:11+; Mat 13:43; Mat 26:29, Kerajaan itu sudah tampil dengan awal yang sederhana, Mat 13:31-33, dan tersembunyi Mat 13:11, sementara ditentang, Mat 13:24-30. Namun Kerajaan itu benar-benar suatu kenyataan yang sudah dimulai, Mat 12:28; Luk 17:20-21, dan lambat laun berkembang di dunia, Mar 4:26-29, melalui Gereja, Mat 16:18+. Dengan kekuasaan ilahi Kerajaan itu sudah ditegakkan sebagai Kerajaan Kristus melalui penghakiman Allah atas Yerusalem, Mat 16:28; Luk 21:31, lalu diwartakan di dunia semesta berkat perutusan para rasul, Mat 10:7; Mat 10:24; Mat 10:14; Kis 1:3+. Secara definitif Kerajaan Allah akan ditegakkan dan dikembalikan kepada Bapa, 1Ko 15:24, berkat kedatangan kembali Kristus dengan kemuliaanNya, Mat 16:27; Mat 25:31, sesudah penghakiman terakhir, Mat 13:37-43; Mat 13:47-50; Mat 25:31-46. Sementara perwujudan terakhir itu dinantikan. Kerajaan itu nampak sebagai suatu karunia belaka, Mat 20:1-16; Mat 22:9-10; Luk 12:32, yang diterima oleh orang-orang kecil dan rendah hati, Mat 5:3; Mat 18:3-4; Mat 19:14,23-24, yang mengorbankan segala sesuatu, Mat 19:12; Mar 9:47; Luk 9:62; Luk 18:29 dst, sedangkan ditolak oleh yang angkuh hati dan yang mementingkan dirinya, Mat 21:31-32,43; Mat 22:2-8; Mat 23:13. Orang hanya dapat masuk dengan berpakaian pesta, Mat 22:11-13, ialah hidup baru, Yoh 3:3,5. Ada juga orang yang tidak diperbolehkan masuk, Mat 8:12; 1Ko 6:9-10; Gal 5:21. Orang tetap harus berjaga-jaga supaya siap mana kala Kerajaan datang dengan tidak tersangka-sangka, Mat 25:1-13. Mengenai caranya Matius menyusun rangka karyanya di sekitar pokok utama "Kerajaan Sorga" itu, bdk pengantar.
(0.10) (Why 20:4) (full: TAKHTA-TAKHTA DAN ORANG-ORANG YANG DUDUK DI ATASNYA. )

Nas : Wahy 20:4

Mereka yang duduk di atas takhta-takhta itu barangkali adalah pemenang-pemenang dari semua jemaat sepanjang masa (bd.

lihat cat. --> Wahy 2:7),

[atau ref. Wahy 2:7]

mungkin termasuk orang kudus PL (lih. Yeh 37:11-14; Ef 2:14-22; 3:6; Ibr 11:39-40). Mereka yang dihidupkan setelah kedatangan Kristus kembali disebut sebagai orang-orang setia yang mati selama masa kesengsaraan (Wahy 6:9; 12:17). Yohanes tidak menyebut kebangkitan orang kudus gereja yang telah mati, karena hal ini terjadi ketika Kristus memindahkan jemaat-Nya dari bumi dan mengangkatnya ke sorga (yaitu, keangkatan gereja;

lihat cat. --> Yoh 14:3;

lihat cat. --> 1Kor 15:51;

[atau ref. Yoh 14:3; 1Kor 15:51]

lihat art. KEANGKATAN GEREJA).



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA